5_pembangunan sabodam kr-c - bab 4 bahan dan peralatan pekerjaan

Upload: fajar-arif-budiman

Post on 18-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pembangunan Sabodam KR-C

TRANSCRIPT

BAB IV

FAJAR ARIF BUDIMANBAHAN DAN PERALATAN PEKERJAAN

L2A6 06 026

BAB IV

BAHAN DAN PERALATAN PEKERJAAN1.1 URAIAN UMUMBahan dan peralatan di dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi sangat mempengaruhi hasil akhir dari suatu pekerjaan. Pada struktur bangunan jika didukung dengan bahan yang baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka akan menghasilkan mutu struktur bangunan yang baik dan tahan lama. Begitu pula jika pada pekerjaan konstruksi didukung dengan alat yang baik yakni sesuai dengan persyaratan, maka akan membantu kelancaran pada pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat mempercepat selesainya kegiatan konstruksi tersebut.

Di dalam suatu pelaksanaan proyek, diperlukan pengelolaan dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpanan terhadap bahan-bahan bangunan tersebut perlu perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen yang sangat peka terhadap pengaruh air dan udara yang menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang. Dalam hal ini diusahakan penempatan material yang tepat dan efisien agar dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan serta mendukung efektifitas dan keselamatan kerja.

1.2 PERALATAN PEKERJAAN1.2.1 Pengadaan Alat

Dalam pelaksanaan suatu pembangunan proyek selain diperlukan bahan bangunan yang berkualitas baik, dibutuhkan juga adanya peralatan yang memadai. Penggunaan alat yang baik dimaksudkan untuk memperlancar selama pelaksanaan proyek. Selain itu juga untuk meningkatkan efisiensi kerja dari para pekerjanya.

Dalam pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang, digunakan beberapa alat. Adapun peralatan yang dipakai oleh pihak Kontraktor Pelaksana sebagian besar adalah milik sendiri dan sebagian lainnya adalah peralatan sewa. Peralatan yang dimiliki oleh perusahaan didapatkan dari kebijakan investasi yang ditetapkan setiap tahun dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. Sedangkan peralatan sewa didapatkan dari pihak sub kontraktor. Apabila pada saat pelaksanaan terdapat peralatan yang rusak, maka pihak Kontraktor Pelaksana sebagai pihak peminjam tidak dibebankan biaya perbaikan sesuai perjanjian kontrak yang telah disepakati kedua belah pihak. Untuk membina hubungan kerjasama yang baik dengan pihak penyedia peralatan (sub kontraktor spesialis peralatan), Kontraktor Pelaksana dapat melaksanakan beberapa hal, antara lain:

Profesional dan tetap berorientasi utama pada hubungan kerja. Saling memberikan informasi yang jelas, terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Saling membuka diri untuk peluang bernegosiasi.

Menyepakati tentang jalan keluar secara damai jika terjadi perselisihan.

Partnership, bersedia saling membagi keuntungan dan resiko. Tidak berkonfrontasi, tidak hanya memikirkan situasi sekarang tetapi juga berfikir untuk jangka panjang. Sedangkan dalam pemilihan jenis dan jumlah alat kerja yang akan digunakan, tergantung pada:

1. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan.

2. Volume pekerjaan.

3. Keadaan atau kondisi lapangan.

4. Biaya yang tersedia.

5. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang tersedia.

6. Kapasitas alat yang digunakan.

7. Kemampuan sumber daya manusia yang ada.

Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, kaitannya dalam penggunaan peralatan di lapangan, antara lain:

1. Kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak pakai.2. Peralatan hendaknya tidak dibebani melebihi kapasitas yang telah ditetapkan pemiliknya.

3. Diperlukan operator alat yang sudah berpengalaman dan ahli dalam mengoperasikan alat.1.2.2 Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan selama proyek pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman ini berlangsung adalah:

1. Excavator BackhoePengoperasian backhoe digunakan untuk pekerjaan pembersihan lahan, pekerjaan penggalian di bawah permukaan dan untuk penggalian material endapan. Backhoe juga digunakan saat pengadukan beton. Selain itu, backhoe digunakan juga untuk pekerjaan demolition (penghancuran) pada bangunan lama apabila konstruksinya sudah tidak terpakai kembali. Kapasitas bucket backhoe dalam sekali pengerukan mencapai kurang lebih 0.8 m3, memiliki kapasitas 50 m3/ jam, kapasitas per harinya 350 m3/ hari. Alat ini mempunyai 1 buah bucket yang gerakkan oleh dua buah pompa hidraulik dan roda bergerigi agar tidak selip di lapangan. Alat ini menghabiskan 140 liter solar tiap harinya. Waktu pekerjaan 8 jam, dari jam 7 pagi sampai dengan jam 4 sore. Cara kerja alat ini adalah alat menuju ke lokasi pekerjaan, mengatur posisi 0,35 menit, lalu menggali selama 0,35 menit dan berputar selama 0,35 menit lalu menuju ke tempat pembuangan di dekatnya begitu seterusnya.Pada pekerjaan pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang, backhoe yang digunakan ada 2 unit. Adapun spesifikasi backhoe yang digunakan pada pekerjaan pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang adalah:

a. Backhoe Hitachi ZAX S 200 Jumlah

: 1 unit

Tahun pembuatan: 2008

Kapasitas bucket: 0.8 m3b. Backhoe Kobelco Super SK 200 Jumlah

: 1 unit

Tahun pembuatan: 2007 Kapasitas bucket: 0.8 m3

Gambar 4.1 Back Hoe merk Kobelco Gambar 4.2 Back Hoe merk Hitachi 2. Baby Roller

Baby Roller adalah alat yang berfungsi untuk memadatkan material timbunan (tanah atau pasir). Pada proyek Pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang, alat ini digunakan untuk memadatkan material timbunan pada bagian apron. Sebelum dicor beton, pada bagian apron dilakukan penimbunan material terlebih dahulu mulai dari kedalaman sama dengan dasar sub dam sampai ketinggian tertentu. Spesifikasi alat ini adalah sebagai berikut: Jumlah

: 1 buah

Merk

: Mikasa MRH 600 D Kapasitas

: 1 ton

Tahun pembuatan: 2007

Gambar 4.3 Baby Roller yang sedang digunakan untuk pekerjaan pemadatan3. Tamping RammerAlat ini berfungsi sama dengan alat baby roller, yaitu untuk memadatkan material timbunan. Pada proyek Pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang, alat ini digunakan untuk pekerjaan pemadatan material timbunan dengan lebar area kurang dari 1 m atau lokasi yang tidak dapat dijangkau oleh alat baby roller. Spesifikasi alat ini adalah sebagai berikut:

Jumlah

: 1 buah

Merk

: Mikasa NP 108 Kapasitas

: 80 kg

Tahun pembuatan: 2007

Gambar 4.4 Tamping Rammer merk Mikasa4. Pompa Air

Alat ini digunakan pada pekerjaan pemompaan air, yaitu proses pemindahan/penyedotan air dari lokasi pekerjaan, pengeringan air yang menggenang pada apron, serta mengisi air ke dalam gully untuk pembuatan beton. Cara kerja alat ini adalah sebagai berikut:

a. Selang Inlet air dimasukkan ke dalam tempat yang akan dipompa, sedang Outlet diletakkan di luar.

b. Pompa air dihidupkan, sehingga air tersedot masuk melalui selang dan dialirkan ke luar lubang. Ada 2 jenis pompa berdasarkan kapasitas pompa yang digunakan pada proyek ini. Adapun spesifikasinya adalah:

a. Pompa Air merk Yanmar Jumlah

: 2 unit

Kapasitas

: 40 m3/jam Total Head: 25 mb. Pompa Air merk Yamatic Jumlah

: 3 unit

Kapasitas

: 20 m3/jam Total Head: 18 m

Gambar 4.5 Pompa air merk Yanmar Gambar 4.6 Pompa air merk Yamatic5. Concrete Mixer (Molen)

Alat ini digunakan untuk keperluan pengadukan campuran di lapangan. Adukan yang didapatkan oleh alat ini lebih homogen jika dibandingkan dengan cara adukan manual. Alat ini sangat membantu pekerjaan dari segi kecepatan dan untuk menghasilkan adukan beton yang memenuhi persyaratan. Cara kerja dari alat ini adalah molen diposisikan pada arah horisontal untuk memudahkan masuknya agregat. Setelah agregat masuk, molen diposisikan pada posisi vertikal agar agregat tidak tumpah saat pengadukan. Agregat di dalam molen diaduk sampai terjadi campuran yang homogen atau minimal 1,5 menit. Putaran mesin harus konstan. Setelah semuanya selesai molen diposisikan pada posisi horisontal agar agregat mudah dikeluarkan ke tempat/ wadah adukan beton yang telah disiapkan sebelumnya. Apabila akan membuat adukan baru agregat harus dikeluarkan semuanya. Adapun spesifikasi dari alat concrete mixer ini adalah:

Jumlah

: 1 unit

Merk

: Hercules Kapasitas

: 0.6 m3 Tahun pembuatan: 2004

Gambar 4.7 Concrete Mixer atau Molen yang digunakan pada proyek Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang6. Concrete VibratorConcrete vibrator digunakan untuk mendapatkan kemampatan beton yang baik dan mencegah timbulnya rongga-rongga dalam adukan beton karena gradasi agregat kurang baik. Alat ini merupakan alat yang mengubah tenaga gerak menjadi tenaga getar. Oleh karena adanya penggetaran tersebut maka sarang kerikil dan rongga kosong yang menyebabkan beton keropos dapat dicegah. Dengan demikian dapat menghasilkan beton yang mampat, padat dan tidak keropos. Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak langsung akan mengurangi mutu dan kekuatan beton. Untuk menghindari hal ini, maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan adanya rongga udara yang seminimal mungkin.Cara kerja dari alat ini adalah ujung alat getar dimasukkan pada arah vertikal sampai 45 dalam keadaaan beton masih basah (baru saja dituangkan), penggetaran dilakukan dalam waktu yang singkat sampai beton turun ke bawah dan tidak mengalami penggumpalan. Setelah itu, alat dipindah ke tempat lain. Yang perlu diperhatikan dalam penggetaran ini adalah ujung alat getar tidak boleh menyentuh dan menggetarkan maupun bekisting. Selain itu penggunaan alat ini tidak boleh terlalu lama, karena akan mengakibatkan terurainya bahan susun adukan beton. Adapun spesifikasi alat ini adalah:

Merk

: Mikasa Jumlah

: 2 unit Tahun pembuatan: 1992

Diameter tonkat: 1.5 atau 3,75 cm

Gambar 4.8 Concrete VibratorGambar 4.9 Pemakaian Concrete Vibrator7. Generator Set (Genset)Alat ini digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik yang bekerja dengan mesin diesel. Generator set merupakan sumber listrik cadangan dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan apabila listrik PLN padam. Dari genset inilah alat-alat listrik seperti concrete vibrator, lampu dan alat-alat lainya yang membutuhkan tenaga listrik untuk beroperasi dapat dioperasikan dengan baik. Cara kerja dari alat ini adalah tombol start dihidupkan lalu generator hidup dan memutar kipas dan menghasilkan arus listrik. Adapun spesifikasi dari genset ini adalah:

Jumlah

: 1 unit

Merk

: Jiang Fa Z1125D Kapasitas

: 200 KVA Tahun pembuatan: 2008

Gambar 4.10 Generator Set8. Gully/ Bak BesiGully digunakan sebagai tempat untuk mengaduk campuran material beton berupa semen, pasir, split dan air dengan perbandingan tertentu supaya adukan beton tersebut memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Bak besi ini berbentuk prisma trapesium dengan kapasitas gully kurang lebih 5 m3. Pada proyek pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang ini, gully yang digunakan berjumlah 1 buah.

Gambar 4.11 Gully tempat pengadukan campuran beton 9. Theodolit, Auto Levelling, dan Bak Ukur

Theodolit digunakan untuk mengukur dan mengecek pengukuran-pengukuran dalam proyek secara tepat. Auto Levelling digunakan untuk mengukur dan mengecek elevasi dalam proyek. Sedangkan bak ukur adalah alat yang digunakan untuk mengetahui berapa angka yang ditunjukkan suatu pengukuran theodolit dan auto levelling. Berikut spesifikasi dari alat tersebut adalah :

Theodolit; Jenis Otomatis, merk SOKKIA DT6 10 Auto Levelling; merk SOKKIA DT6 10

Gambar 4.12 TheodolitGambar 4.13 Auto Levelling

Gambar 4.14 Bak Ukur

10. Saringan AgregatSaringan ini digunakan untuk menyaring agregat agar sesuai dengan spesifikasi agregat kasar dan agregat halus. Ada dua ukuran saringan yang digunakan pada proyek Sabo Dam Kalil Krasak KR-C/Kembang ini. Yaitu saringan ukuran 4 cm dan ukuran 7 cm.

Gambar 4.15 Saringan Agregat1.3 BAHAN BANGUNAN1.3.1 Pengadaan Bahan Bangunan

Pada dasarnya usaha untuk meningkatkan daya saing perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan upaya-upaya penghematan biaya pelaksanaan. Mengingat tingginya nilai biaya bahan dalam suatu proyek, yaitu rata-rata mencapai 60% dari seluruh biaya pelaksanaan proyek, maka setiap usaha untuk meningkatkan keuntungan perusahaan sangat tergantung pada efisiensi dan efektifitas kegiatan pembelian bahan, tentunya selain pemakaian alat serta tenaga.Di samping itu, bahan juga bersifat fluktuatif dan rawan terhadap kenaikan harga, sehingga berada dalam jalur kritis dan mendominasi kebutuhan proyek. Kenaikan harga bahan harus diantisipasi pada saat tender, pemesanan, maupun penyimpanan, terutama untuk bahan strategis seperti semen. Oleh karena itu, pengelolaan bahan perlu dilakukan dengan baik.Prosedur Pengadaan Bahan

Tahapan-tahapan prosedur pengadaan bahan dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut :

11. Perencanaan

Kegiatan ini mencakup beberapa aktivitas, antara lain :

Menyusun jadwal kedatangan material bahan yang merujuk pada master schedule. Jadwal ini disusun oleh Manager Teknik dan disetujui oleh Manager Proyek.

Adanya permintaan pengadaan material bahan dari unit yang memerlukan dinyatakan dengan Surat Permintaan Pembelian (SPP). 12. Pembelian

Tahapan ini dilaksanakan dengan uraian sebagai berikut :

Pimpinan unit pembelian (logistik) memutuskan harga final yang dituangkan dalam berita acara.

Menyiapkan Surat Pesanan (SP)/ Purchase Order (OP) yang memuat jumlah material bahan yang dipesan, uraian bahan, spesifikasi bahan, harga satuan bahan dan total yang telah disepakati, waktu penyerahan bahan, cara pembayaran, syarat-syarat pembayaran, kewajiban dan sanksi masing-masing pihak serta penyelesaian bila terjadi dispute.

Kegiatan pemantauan pengiriman material bahan.

13. Penerimaan

Tahap penerimaan juga dapat berfungsi sebagai pengendalian material bahan karena aktifitas penerimaan menyangkut hal-hal antara lain kedatangan bahan, penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pencatatan administrasi serta distribusi ke unit kerja pemakai. Petugas penerima barang di proyek akan menerima material bahan berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang telah disepakati kedua belah pihak untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan ketentuan sebagai berikut :

Bahan harus sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang telah disyaratkan, kegiatan ini dilakukan oleh petugas Quality Control Project dari pihak Kontraktor Pelaksana.

Jika telah sesuai spesifikasi, bahan akan disimpan di dalam gudang dan dicatat dalam Bon Penerimaan Gudang (BPG). Jika tidak, maka bahan akan ditolak.

Petugas penerima barang mencatat penerimaan dan pengeluaran bahan pada kartu stock.

Pada akhir bulan, dilakukan pemeriksaan berkala untuk menentukan apakah material masih layak dipakai dan berapa jumlahnya. Bila ada bahan material yang tak layak, maka penyimpanannya akan dipisahkan.

Menyerahkan material bahan kepada unit kerja pemakai di lapangan berdasakan Bon Permintaan Pengeluaran Bahan (BPPB) dan mencatatnya pada kartu stock.

Gambar 4.16 Penerimaan semen di lokasi pekerjaan14. Pembayaran

Tahapan pembayaran kepada supplier dilakukan berdasarkan kesepakatan yang tercantum dalam Surat Pesanan (SP). Adapun cara pembayaran yang berlaku adalah dengan pembayaran diproses, yaitu semua pembayaran yang dilakukan atas transaksi kepada supplier tidak diperkenankan dengan pembayaran tunai, melainkan harus diproses sesuai prosedur yang berlaku dan dibayarkan dengan cara telegrafic transfer melalui bank yang telah disepakati bersama.

15. Pengecekan/ Evaluasi

Kegiatan evaluasi terhadap produsen material bahan yang dilaksanakan setiap saat atas dasar realisasi pemasok terhadap rencana kuantitas, kualitas, dan waktu pengiriman yang disyaratkan dalam Surat Pesanan (SP). Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin agar bahan yang dipasok sesuai persyaratan yang telah disepakati.Prinsip Pengadaan BahanBahan memiliki peran penting dalam suatu proyek karena hampir 60% dari seluruh biaya pelaksanaan proyek adalah berupa biaya pengadaan material bahan. Pihak Kontraktor Pelaksana harus berhati-hati dalam menangani hal ini, dengan harapan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal untuk perusahaan (profit). Hal tersebut sangat tergantung pada efisiensi dan efektifitas kegiatan pembelian bahan.

Di samping itu, material bahan juga bersifat fluktuatif dan rawan akan kenaikan harga sehingga berada dalam jalur kritis dan senantiasa mendominasi kebutuhan proyek. Kenaikan harga bahan material tentunya telah diantisipasi pada saat proses tender, pemesanan maupun penyimpanan, terutama untuk bahan yang strategis seperti semen, besi tulangan dan bekisting. Oleh karena itu, pengelolaan bahan perlu dilakukan dengan baik.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pihak Kontraktor Pelaksana sebelum memulai pengadaan material bahan antara lain:

16. Menentukan Waktu Material/ Bahan akan Dibeli

Pada tahap ini, pihak Kontraktor Pelaksana sudah harus memperhatikan lead time (tenggang waktu) dari masing-masing bahan. Lead time adalah tenggang waktu yang diperlukan untuk memperoleh bahan, dimulai pada saat pengajuan permohonan pembelian sampai saat diterimanya bahan di gudang dan siap untuk digunakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lead time suatu material bahan, antara lain:

Jadwal pemakaian material bahan yang merujuk pada jadwal pelaksanaan proyek (Master Schedule).

Waktu yang diperlukan penghasil bahan (produsen) dalam proses produksinya.

Jarak dan waktu transportasi dari sumber material ke lokasi proyek.

Formula pemesanan apakah akan dilakukan pemesanan bertahap atau keseluruhan yang didasarkan atas dasar efisiensi biaya.

Ketersediaan dan kapasitas gudang proyek serta fasilitas penyimpanannya.

17. Menentukan Jumlah Bahan yang akan Dibeli

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan jumlah material bahan yang akan dibeli, antara lain:

Kuantitas persediaan yang paling efisien dengan menjamin kontinuitas produksi di lapangan. Proses produksi yang terhambat karena disebabkan tidak tersedianya bahan di lapangan tidak dapat ditoleransi karena membawa banyak resiko begitu pula dengan penumpukan bahan material yang terlalu lama. Untuk itu, lamanya suatu perputaran stok bahan yang baik adalah kurang dari 2 minggu (14 hari).

Ketersediaan fasilitas penyimpanan yang berupa gudang. Lokasi proyek itu sendiri.

18. Menerapkan Prinsip Hubungan Kerja yang Baik dengan Mitra Kerja

Untuk membina hubungan kerjasama yang baik dengan supplier, Kontraktor Pelaksana dapat melaksanakan beberapa hal, antara lain:

Profesional dan tetap berorientasi utama pada mutu bahan.

Saling memberikan informasi yang jelas, terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Saling memiliki kontrol yang cukup dan mudah dimengerti.

Saling membuka diri untuk peluang bernegosiasi.

Menyepakati tentang jalan keluar secara damai jika terjadi perselisihan.

Partnership, bersedia saling membagi keuntungan dan resiko.

Tidak berkonfrontasi, tidak hanya memikirkan situasi sekarang tetapi juga berfikir untuk jangka panjang.

19. Menguasai Informasi dan Spesifikasi Mutu Bahan

Untuk menguasai informasi dan deskripsi dari spesifikasi mutu yang dikehendaki dalam tahap pembelian menyangkut beberapa hal, antara lain:

Spesifikasi yang jelas dan terperinci dari pihak produsen

Spesifikasi yang jelas dan terperinci dari pihak pemakai

Standarisasi produk (SNI, AASHTO, ASTM, dsb).20. Menguasai Rencana Pembelian yang Taktis

Dalam pembelian material bahan, pihak Kontraktor Pelaksana selaku pembeli harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:

Perubahan rencana produksi proyek berupa penundaan, pembatalan, maupun tuntutan percepatan operasi proyek.

Antisipasi terhadap kenaikan dan penurunan harga material bahan sehingga Kontraktor Pelaksana dapat memiliki stok bahan yang dapat berfluktuasi dalam menjawab tantangan tersebut.

Jaminan mutu.1.3.2 Bahan Bangunan yang DigunakanBahan bangunan adalah bahan atau material yang digunakan untuk melakukan pembangunan suatu proyek. Proyek tersebut dapat berupa gedung, bendung, jalan, dan sebagainya (Dipohusodo, 1996). Proyek harus menggunakan bahan bangunan yang memadai, artinya sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Agar tercapai pekerjaan yang sebaik mungkin dengan biaya yang serendah mungkin.

Material Bekisting

Bekisting merupakan alat bantu untuk membentuk suatu adonan beton menjadi bentuk yang direncanakan. Dalam proyek Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang ini, bekisting dirakit langsung di lokasi. Pemakaiannya juga diperhitungkan apakah masih bisa dipakai atau tidak. Jika sudah tidak memungkinkan dipakai, maka bekisting tidak akan dipakai lagi dan akan digantikan bekisting baru. Syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan material beksiting adalah sebagai berikut:

1) Bekisting beserta penyokong dan pengikatnya harus cukup kuat menampung dan menahan beton segar.

2) Bekisting dan pengikatnya harus cukup kuat melawan tekanan dan berat beton, tekanan dari mesin vibrator serta berat pekerja itu sendiri.

3) Tidak menghisap air yang mana akan berpengaruh terhadap campuran dan mutu beton.

4) Bekisting harus dibersihkan setelah dipakai serta harus bersih sebelum diisi oleh beton segar.

5) Bekisting harus dipasang dengan tepat agar bentuk beton yang dihasilkan sesuai dengan gambar detail.

6) Bekisting hendaknya rapat dan tidak bocor sehingga air semen dan material lain dapat ditahan.

Adapun material yang dipakai sebagai bahan pembuat bekisting adalah:

a. Plywood tebal 12 mm ukuran 240 x 126 cm yang dipotong, dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (120/63 cm).b. Balok kayu ukuran 5/7 cm

c. Kawat 4 mm

d. Bambu

Gambar 4.17 Bekisting yang baru saja dirakit,pada permukaannya diolesi pelumas agar tidak menyerap air dari campuran beton yang masih basah

Gambar 4.18 Bekisting dan perancah setelah dipasang

Material Beton

a. Portland Cement (PC)PC merupakan salah satu bahan pengikat antara agregat halus dan agregat kasar dengan air, adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjaga mutu dan kualitas semen dalam pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut:1) Semen yang digunakan adalah tipe Portland Cement biasa yang mengacu pada SNI 2049-1990 atau ASTM C 150. SNI 2049-1990; standar dan jenis semen yang digunakan di Indonesia.

ASTM C 150; standar metode pengujian semen. 2) Setiap pengiriman semen harus diuji secara acak di pabrik dan sertifikat uji dikeluarkan oleh pihak pabrik serta salinannya diserahkan kepada direksi. Direksi berhak untuk menghadiri testing dan sampling di pabrik setiap saat.

3) Selain diuji di pabrik, semen yang digunakan juga diuji di laboratorium milik Kontraktor Pelaksana untuk menjamin bahwa kualitas semen memenuhi semua persyaratan spesifikasi dan standar.

4) Semen harus dilindungi setiap waktu dari kelembaban sebelum digunakan. Atap gudang semen harus anti bocor, ketinggian dinding dan lantai minimal 30 cm di atas tanah.

5) Gudang semen harus dirancang agar tidak ada semen yang tersimpan terlalu sama.

6) Gudang semen harus dikosongkan dan dibersihkan secara berkala selambat-lambatnya setiap empat bulan sekali.

7) Karung-karung semen tidak boleh ditumpuk dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter.

8) Semen harus digunakan menurut urutan pengirimannya serta harus disimpan sedemikian rupa sehingga urutan pengirimannya mudah diidentifikasi.

9) Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan mengenai tanggal, lokasi penyimpanan dan tempat penggunaannya di lapangan untuk setiap pengiriman semen. Kontraktor Pelaksana juga harus membuat catatan stok semen setiap waktu.

10) Bila Kontraktor Pelaksana menggunakan semen lokal dan semen impor, maka penyimpanan serta semua catatan mengenai pemakaian dan stoknya harus dipisah.

11) Penyimpanan semen tidak boleh lebih dari 90 hari untuk semen karung dan 180 hari untuk semen curah.

Gambar 4.19 Semen yang digunakan pada proyek Sabo Dam Kali Krasak

Gambar 4.20 Penempatan semen diberi alas dan disediakan terpal

agar saat hujan dapat terlindung dari airb. Agregat Halus

Agregat halus atau pasir adalah butiran mineral pada pembuatan beton berfungsi sebagai pengisi antara butir-butir kerikil sehingga menjadi padat. Kualitas agregat halus atau pasir sangat berpengaruh pada kuat tekan beton. Agregat halus berupa pasir ini didapat di sekitar lokasi proyek karena lokasi proyek ini merupakan tempat mengendapnya material lahar dingin yang terbawa oleh air sungai. Meski begitu, pemakaian material tetap harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Adapun syarat-syarat agregat yang diijinkan adalah:

1) Agregat halus boleh berasal dari batu yang dipecah atau pasir sungai.2) Agregat halus harus bersih, keras, kuat dan bebas dari partikel berbahaya, partikel yang dapat mengembang, debu, lanau, bahan organik serta bahan perusak lainnya.

3) Kadar air agregat yang dikirim ke tempat pengadukan tidak boleh berbeda 1% dalam waktu 1 jam serta tidak boleh berbeda 3% selama waktu kerja dalam satu shift.

4) Saat dikirim ke batching plant, agregat halus harus mempunyai kadar air yang seragam dan stabil dengan angka kadar air kurang dari 6 %.5) Gradasi agregat halus harus memenuhi spesifikasi seperti Tabel 4.1 di bawah ini. Analisa saringan harus dilakukan mengikuti standar SNI 1968-1990 atau AASHTO T 27.SNI 1968-1990; metode pengujian agregat kasar dan agregat halus.

AASHTO T 27; acuan untuk analisa gradasi agregat kasar dan agregat halus.

6) Sifat fisik agregat halus harus memenuhi nilai seperti yang tercantum pada Tabel 4.2UKURAN SARINGAN (mm)PROSENTASE LEWAT MENURUT BERAT (%)

10100

590 - 100

2,580 - 100

1,250 - 90

0,625 - 65

0,310 - 35

0,152 - 10

(Sumber: Spesifikasi Teknis Pekerjaan Pembangunan

27 Sabo Dam Paket 3 Tahun 2009)Tabel 4.1 Distribusi Ukuran Butir untuk Agregat HalusSTANDAR DAN KARAKTERISTIK TESNILAI YANG DIIJINKAN

Specify gravity ditentukan sesuai dengan standar AASHTO T 84> 2,55

Penyerapan air sesuai dengan AASHTO T 84< 3,0%

Jumlah yang hilang akibat abrasi sesuai dengan AASHTO T 96< 30%

Kekuatan (soundness) sesuai AASHTO T 104< 10%

(Sumber: Spesifikasi Teknis Pekerjaan Pembangunan 27 Sabo Dam Paket 3 Tahun 2009)Tabel 4.2 Sifat-Sifat Fisik Agregat Halusc. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah salah satu bahan penyusun beton yang sangat menentukan kekuatan beton. Agregat kasar yang dimaksud adalah kerikil alam, split, atau kericak. Material agregat kasar diambil dari daerah di sekitar proyek, sama seperti agregat halus. Adapun syarat-syarat agregat kasar yang diijinkan:

1) Agregat kasar harus bersih, keras dan kuat.2) Agregat kasar harus bebas dari partikel yang berbahaya, termasuk bahan organis dan bahan yang mudah mengembang serta partikel lain yang dapat merusak beton.3) Agregat kasar boleh merupakan batu keras yang dipecah atau kerikil yang disaring yang memenuhi persyaratan spesifikasi.4) Kerikil tidak boleh mengandung lumpur melebihi 1%. Apabila kadar lumpurnya melampaui 1% maka kerikil tersebut harus dicuci.

5) Ukuran nominal maksimum agregat kasar 40 mm. Untuk beton pracetak atau beton bertulang, ukuran nominal agregat kasar secara nominal adalah 20 mm. 6) Gradasi agregat kasar harus memenuhi spesifikasi seperti Tabel 4.3 di bawah ini. Analisa saringan harus dilakukan mengikuti standar SNI 3795-1995 atau AASHTO T 27.AASHTO T 27; acuan untuk analisa gradasi agergat kasar dan agregat halus.7) Sifat fisik agregat kasar harus memenuhi nilai seperti yang tercantum pada Tabel 4.4UKURAN SARINGAN (mm)PROSENTASE YG. LEWAT MENURUT BERAT (%)

UKURAN NOMINAL 40 mmUKURAN NOMINAL 20 mm

50100-

4095 - 100-

25-100

2035 - 7090 - 100

1010 - 3020 - 55

50 - 50 - 10

2,5-0 - 5

(Sumber: Spesifikasi Teknis Pekerjaan Pembangunan 27 Sabo Dam Paket 3 Tahun 2009)Tabel 4.3 Distribusi Ukuran Butir untuk Agregat KasarSTANDAR DAN KARAKTERISTIK TESNILAI YANG DIIJINKAN

Specify gravity ditentukan sesuai dengan standar SNI 1969-1990 atau AASHTO T 85 > 2,55

Terkikis akibat abrasi sesuai dengan SNI 1969-1990 atau AASHTO T 96 < 30%

Jumlah yang hilang (kekuatan) sesuai dengan SNI 1758-1990 atau AASHTO T 104 < 12%

(Sumber: Spesifikasi Teknis Pekerjaan Pembangunan 27 Sabo Dam Paket 3 Tahun 2009)

Tabel 4.4 Sifat-Sifat Fisik Agregat Kasar SNI 1969-1990; metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar SNI 1758-1990; metode pengujian sifat kekal agregat untuk adukan beton terhadap pengaruh larutan jenuh natrium dan magnesium sulfat. AASHTO T 85; berat jenis dan penyerapan air agregat kasar. AASHTO T 96; metode pengujian ketahanan agregat kasar dari abrasi dan benturan menggunakan Los Angeles Machine. AASHTO T 104; metode pengujian ketahanan agregat terhadap pengaruh natrium sulfat atau magnesium sulfat.

Gambar 4.21 Agregat halus dan agregat kasar yang dipakai untuk membuat campuran beton

Gambar 4.22 Proses penyaringan agregatd. Air Kerja

Air kerja adalah bahan yang digunakan untuk bereaksi dengan semen serta menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air ini digunakan untuk campuran pembuatan adukan beton dan diambil dari aliran sungai pada sekitar proyek. Adapun syarat-syarat air yang diijinkan:

1) Sebelum digunakan untuk campuran beton, harus dilakukan tes mutu air oleh pihak yang berwenang.

2) Air yang digunakan mempunyai mutu yang menyerupai mutu air minum.

3) Air yang digunakan harus bebas dari minyak yang jumlahnya membahayakan, asam, basa, garam, bahan organik serta substansi lain yang dapat merusak beton. Mutu air yang digunakan harus sesuai dengan standar PBI 71-NI atau AASHTO T-26.PBI 71-NI; standar air yang digunakan untuk adukan beton dan perawatan beton.

AASHTO T 26; metode pengujian kualitas air yang akan digunakan dalam pencampuran beton.

Gambar 4.23 Air KerjaMaterial Pasangan Batu

a. Batu

Pasangan batu merupakan suatu pekerjaan yang menggunakan batu dan mortar pasir semen untuk membuat struktur yang solid. Pada proyek pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang ini, menggunakan batu hasil galian setempat yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Adapun syarat batu yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah:

1) Batu harus kuat, keras, padat serta bebas dari lapisan bahan lain pada batu.

2) Tahan terhadap abrasi udara atau air dan memenuhi syarat untuk pekerjaan ini.

3) Batu harus bersih dan bebas dari cacat yang mungkin dapat menyebabkan daya lengket yang jelek antara batu dan mortar.

4) Untuk pekerjaan dengan desain relatif ringan, ukuran paling besar adalah 2/3 tebal pasangan batunya. 5) Untuk pekerjaan berat dipakai ukuran 250 mm sampai 400 mm.

6) Untuk bagian muka luar maka harus menggunakan batu yang ukuran seragam dimana berukuran maksimum 20 cm dan minimum 15 cm disesuaikan dengan syarat pada gambar kerja.

Gambar 4.24 Batu yang digunakan untuk Pekerjaan Pasangan Batub. Mortar

Material lain yang digunakan dalam proyek pembangunan Sabo Dam Kali Krasak KR-C/Kembang ini adalah mortar, yaitu campuran semen, air, dan pasir yang disesuaikan dengan syarat pada pekerjaan beton. Adapun syarat-syarat mortar yang perlu diperhatikan diantaranya:1) Mortar tidak boleh diaduk menggunakan tangan.

2) Material untuk mortar harus ditakar menurut volume dan diaduk secara mekanis dengan tepat.

3) Memiliki kuat tekan minimum pada 28 hari adalah 50 kg/cm2.

4) Perbandingan air dan semen tidak boleh lebih dari 0,55.5) Mortar yang digunakan untuk pekerjaan batu memiliki perbandingan 1 PC : 4 pasir.

6) Mortar yang digunakan untuk pekerjaan plesteran (plastering) memiliki perbandingan 1 PC : 3 pasir.7) Mortar yang digunakan untuk pekerjaan siaran (pointing) memiliki perbandingan 1 PC : 2 pasir.

Gambar 4.25 Proses pembuatan mortar menggunakan alat conrete mixer

Gambar 4.26 Pekerjaan plesteran (plastering)

Gambar 4.27 Pekerjaan siaran (pointing)

IV - 1