5.6 kehamilan dengan pms
DESCRIPTION
pmsTRANSCRIPT
DOKUMEN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
No. 37/Doc/MRH/XIV/2014
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA RIA HUSADA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEORI
Program Studi : Diploma III Kebidanan
Mata Kuliah : Askeb
Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu mengetahui tentang kehamilan
dengan PMS
Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan kembali pengertian
kehamilan dengan PMS
Topik : HIV AIDS
Dosen :
Referensi : Ambarwati, Eny Retna Dkk. 2009. Asuhan Kebidanan komunitas. Yogyakarta : Muha Medika.
Cunningham,F.Gary. 2001. Obstetri William. Jakarta: EGC
Glasier,Anna. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :EGC
Hacker,Neville F. 2001.Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Jduanda,Adhi. 2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: EGC
Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta: 1999.
Manuaba,Ida Ayu Chandranita. 1999.Ilmu Kebidanan dan Penyait Kandungan. Jakarta: EGC
1
Stanhope,Marcia. 1997. Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta: EGC
TAHAPAN PEMBELAJARAN
Waktu Isi Metoda & Alat
Bantu
5” 1. Memberikan Salam
2. Memberikan ilustrasi latar belakang materi,dan
menghubungkan materi ini dengan materi
sebelumnya
3. Menyampaikan OPS
4. Meyanpaikan Struktur
Pembelajaran(Menjelaskan pokok-pokok materi
yang akan dibahas, Referensi dan Proses
pembelajaran)
5. Menjelaskan pentingnya materi yang akan dibahas
Metoda :
Ceramah
Alat Bantu :
Flipchart &
Papan Tulis
2
Metoda : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi dan Studi Kasus
OPS (Enabling Objektif) :
1. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat mendeskripsikan defenisi denyut nadi
secara baik dan benar sesuai dengan penjelasan yang diberikan.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali batasan nadi normal tanpa melihat catatan secara
baik dan benar.
5’’
URAIAN MATERI
a. Pengertian
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV) (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162).
b. Tipe: Viral
c. Etiologi
Lymphadenopaty associated virus (LAV), human T cell leukemia virus III (HTLV III), human T cell lympho tropic virus. Virus ini ditemukan pada monyet hijau di Afrika sekitar 70 %, tetapi tidak menimbulkan penyakit (Manuaba, 1999 : 44-45).
d. Gejala-gejala
Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
e. Faktor risiko penularan HIV
Memiliki banyak pasangan seksual Menyalahgunakan obat intravena Memiliki pasangan seksual dari penyalahgunaan obat intravena Memiliki pasangan seksual dari orang yang terinfeksi HIV Pelacuran Transfusi sebelum 1985 Memiliki riwayat penyakit yang ditularkan lewat kontak
Metoda :
CTJ,
Diskusi
dan
Ilustrasi
Alat Bantu
:
OHT,
OHP &
Flipchart
3
seksual (terutama ulseratif) Lahir di atau pasangan seksualnya lahir di afrika atau karibia
(Neville F. Hacker, 2002 : 118)
f. Epidemiologi
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 April 1987 di Bali pada seorang wisata Belanda. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus HIV / AIDS (+) per Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV (+) dan 286 kasus AIDS (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 163).
g. Patogenesis
Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina serta transmisi dariibu ke anak.penularan HIV melalui 3 cara yaitu :
Hubungan seksual, baik secara vaginal,oral, maupun anal denag seorang pengidap. Cara ini paling umum terjadi, meliputi 80-90 % totalkasus sedunia.
Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik. Transfusi darah / produk darah yang tercemar mempunyai factor resiko sampai > 90 %. Ditemukan 3-5 % total kasus sedunia.
Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan 25-40 % dan terdapat < 0,1% total kasus sedunia.
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 163)
h. Manifestasi klinis
1). keganasan
Sarcoma Kaposi Limfoma burkit Limfoma imunoblastik Limfoma primer pada otak Kanker leher rahim invasive Penurunan imunitas yang hebat
2). infeksi oportunistik
Kandidosis pada bronkus, trachea atau paru Kandidosis pada esophagus Kniptokokosis ekstrapulmoner Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
4
Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan) Toksoplasmosis pada otak Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmoner )
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
i. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi
20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
j. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1). cara langsung
isolasi virus dari sample. Umumnya menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk :
Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis
Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitifitas ELISA untuk
HIV-2 rendah
2). cara tidak langsung
ELISA sensitifitasnya tinggi (98,1-100 %). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif, harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Western Blot.
Western Blot, sensitifitasnya tinggi (99,6-100 %). Pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
Immunofluorescent assay (IFA) Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
k. Perawatan dan penanganan wanita yang terinfeksi HIV
5
sebelum dan selama persalinan
Persalinan di RS setempat yang mengetahui pasien Penentuan tatacara persalinan yang diharapkan Set partus untuk HIV selalu tersedia Hindari tindakan infasif pada ibu dan janin jangan memasang
elektroda kepada kepala dan jika mungkin jangan melakukan episiotomi atau persalinan pervaginam secara operatif
Peralatan aspirasi oleh janin Perawatan khusus saat memotong tali pusat dan pelahiran
plasenta : serologi pada daerah tali pusat dan menentukan adanya virus
Lakukan desinfektan secara cermat
(Thomas Rabe, 2002 : 118)
Pengobatan
Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah.
6
Latihan Siswa (Evaluasi)
1. Bagaimana cara penanganan
kehamilan pada ibu yg terkena HIV AIDS?
Metoda :
Diskusi
Alat Bantu
:
Power
Point dan
LCD
Penutup
1. Menyamakan persepsi dengan mahasiswa
2. menyimpulkan materi bersama-sama dengan mahasiswa
3. menugaskan mahasiswa untuk membaca handout
4. mengucapkan salam
Metode :
Ceramah
Note:Kekurangan waktu pada topik
Evaluasi tidak bisa dilakukan
7
HAND OUTMata Kuliah : Askeb
Kode Mata Kuliah : Bd.
Topik : Kehamilan dengan penyakit PMS
Waktu : 30 Menit
Dosen :
Objektif Perilaku Siswa (OPS)
1. Setelah mengikuti pelajaran ini mahasiswa dapat mendeskripsikan defenisi tentang
kehamilan dengan penyakit PMS
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang infeksi – infeksi yang terdapat pada
kehamilan dengan PMS
Referensi
Ambarwati, Eny Retna Dkk. 2009. Asuhan Kebidanan komunitas. Yogyakarta : Muha Medika.
Cunningham,F.Gary. 2001. Obstetri William. Jakarta: EGC
Glasier,Anna. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :EGC
Hacker,Neville F. 2001.Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Jduanda,Adhi. 2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: EGC
Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta: 1999.
Manuaba,Ida Ayu Chandranita. 1999.Ilmu Kebidanan dan Penyait Kandungan. Jakarta: EGC
Stanhope,Marcia. 1997. Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta: EGC
MATERI
. Pengertian
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV) (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162).
8
b. Tipe: Viral
c. Etiologi
Lymphadenopaty associated virus (LAV), human T cell leukemia virus III (HTLV III), human T cell lympho tropic virus. Virus ini ditemukan pada monyet hijau di Afrika sekitar 70 %, tetapi tidak menimbulkan penyakit (Manuaba, 1999 : 44-45).
d. Gejala-gejala
Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
e. Faktor risiko penularan HIV
Memiliki banyak pasangan seksual Menyalahgunakan obat intravena Memiliki pasangan seksual dari penyalahgunaan obat intravena Memiliki pasangan seksual dari orang yang terinfeksi HIV Pelacuran Transfusi sebelum 1985 Memiliki riwayat penyakit yang ditularkan lewat kontak seksual (terutama ulseratif) Lahir di atau pasangan seksualnya lahir di afrika atau karibia
(Neville F. Hacker, 2002 : 118)
f. Epidemiologi
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 April 1987 di Bali pada seorang wisata Belanda. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus HIV / AIDS (+) per Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV (+) dan 286 kasus AIDS (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 163).
g. Patogenesis
9
Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina serta transmisi dariibu ke anak.penularan HIV melalui 3 cara yaitu :
Hubungan seksual, baik secara vaginal,oral, maupun anal denag seorang pengidap. Cara ini paling umum terjadi, meliputi 80-90 % totalkasus sedunia.
Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik. Transfusi darah / produk darah yang tercemar mempunyai factor resiko sampai > 90 %. Ditemukan 3-5 % total kasus sedunia.
Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan 25-40 % dan terdapat < 0,1% total kasus sedunia.
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 163)
h. Manifestasi klinis
1). keganasan
Sarcoma Kaposi Limfoma burkit Limfoma imunoblastik Limfoma primer pada otak Kanker leher rahim invasive Penurunan imunitas yang hebat
2). infeksi oportunistik
Kandidosis pada bronkus, trachea atau paru Kandidosis pada esophagus Kniptokokosis ekstrapulmoner Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan) Toksoplasmosis pada otak Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmoner )
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
i. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi
20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
j. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1). cara langsung
10
isolasi virus dari sample. Umumnya menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk :
Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis
Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitifitas ELISA untuk HIV-2 rendah
2). cara tidak langsung
ELISA sensitifitasnya tinggi (98,1-100 %). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif, harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Western Blot.
Western Blot, sensitifitasnya tinggi (99,6-100 %). Pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
Immunofluorescent assay (IFA) Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
k. Perawatan dan penanganan wanita yang terinfeksi HIV sebelum dan selama persalinan
Persalinan di RS setempat yang mengetahui pasien Penentuan tatacara persalinan yang diharapkan Set partus untuk HIV selalu tersedia Hindari tindakan infasif pada ibu dan janin jangan memasang elektroda kepada kepala
dan jika mungkin jangan melakukan episiotomi atau persalinan pervaginam secara operatif
Peralatan aspirasi oleh janin Perawatan khusus saat memotong tali pusat dan pelahiran plasenta : serologi pada
daerah tali pusat dan menentukan adanya virus Lakukan desinfektan secara cermat
(Thomas Rabe, 2002 : 118)
Pengobatan
Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui
11
hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah.
12