5. pemikiran politik islam klasik-pertengahan

16
Pemikiran Politik Islam Pemikiran Politik Islam Klasik Klasik-Pertengahan Pertengahan MK.Pemikiran Politik Islam Pertemuan ke-5 Dosen :Akhmad Satori, S.IP., M.SI

Upload: akhmad-satori

Post on 02-Aug-2015

2.114 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Pemikiran Politik IslamPemikiran Politik IslamKlasikKlasik--PertengahanPertengahan

MK. Pemikiran Politik Islam

Pertemuan ke-5

Dosen :Akhmad Satori, S.IP., M.SI

Page 2: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

PendahuluanPendahuluan Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di kalangan

umat Islam pada masa Nabi dan sahabat, telahmelahirkan pemikiran-pemikiran politik di masaselanjutnya, yang merupakan respons terhadapperistiwa dan hasil refleksi para pemikir politik.Munculnya sejumlah pemikir politik Islam seperti IbnAbi Rabi’,Al-Ghazali,Al-Farabi,Al-Mawardi, IbnAbi Rabi’,Al-Ghazali,Al-Farabi,Al-Mawardi, IbnTaymiyah, ibn Khaldun dan lain-lain.

Para pemikir biasanya dimaksudkan untukmenyebutkan para pemikir yang hidup pasca al-Khulafa’ al-Rasydun, yaitu pada masa KhalifahAbbasyiah hingga jatuhnya dinasti tersebut padapertengahan abad ke-13 M tersebut bila dilihat darimasa hidupnya antara abad ke-VIII dengan abad ke-XVcukup respentatif mewakili pemikiran politik di duniaIslam pada zaman klasik dan pertengahan

Page 3: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Masa ini merupakan masa ekspansi, integrasi dankeemasan Islam. Pada masa awal-awal Islam hinggamasa Dinasti Umayyah, pemikiran politik Islambelum begitu kuat muncul di kalangan intelektualIslam, meskipun sudah ada gerakan oposisi darikelompok Khawarij dan Syi’ah. Hal ini disebabkanoleh konsentrasi Dinasti Umayyah yang lebih

Periode KlasikPeriode Klasik

kelompok Khawarij dan Syi’ah. Hal ini disebabkanoleh konsentrasi Dinasti Umayyah yang lebihbanyak berorientasi pada pengembangankekuasaan. Barulah pada masa Dinasti Abbasiyahpemikiran politik Islam dikembangkan olehsejumlah intelektual islam seiring dengan prestasiintelektual Dinasti Abbasiyah yang telah berhasilmengembangkan ilmu pengetahuan dari berbagaibidang

Page 4: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Pemikir Politik Islam KlasikPemikir Politik Islam Klasik Para intelektul yang muncul pada masa periode klasik adalah:

◦ Ibn Abi Rabi’ (833-842M) yang menulis Suluk al-Malik fi Tadbir al-Mamalik.(Perilaku Raja dalam Pengelolaan Kerajaan-Kerajaan).

◦ Al-Farabi (870-950M) yang menulis Ara Ahl al-Madinah, al-Fadhilah(Pandangan-Pandangan Para Penghuni Negara Utama),Tahsil al-Sa’adah (Jalan Mencapai Kebahagiaan ), dan Al-Siyasah al—Madaniyah (Politik Kenegaraan)Madaniyah (Politik Kenegaraan)

◦ Al-Mawardi (975-1059M) yang menulis Al-Ahkam al-sulthaniyah fial-wilayah al-Diniyah (Peraturan-Peraturan Pemerintahan).

◦ Al-Ghazali (1058-1111M) menulis Ihya Ulum al-Din(Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama),Al-Tibr al-Masbuk fiNasihah al-Mulk (Batangan Logam Mulia tentang Nasihat untukRaja),Al-Iqtishad fi al-I’tiqad ( Moderasi dalam Kepercayaan), danKimiya-yi Sa’adah.

Page 5: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Ciri Pemikiran Politik KlasikCiri Pemikiran Politik Klasik

Terdapat dua ciri umum teori politik dari pemikirtersebut, Pertama, teori mereka tampak jelasadanya pengaruh alam pikirYunani, utamanyapandangan Pluto, kendatipun kualitas pengaruh itutidak sama antara satu pemikir dengan pemikirlainnya. Kedua, kecuali Farabi merekamendasarkan teorinya pada penerimaan terhadaplainnya. Kedua, kecuali Farabi merekamendasarkan teorinya pada penerimaan terhadapsistem kekuasaan yang ada pada zaman merekamasing-masing. Lebih dari pada itu, ada di antaramereka yang dalam menyajikan teorinya bertitiktolak pada pemberin legitimasi sistempemerintahan yang ada dan baru kemudianmenawarkan saran-saran perbaikan dan reformasi.

Page 6: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Pemikiran Politik

Periode Klasik

Al Farabi (870-950M)(Al-Madinah Al-Fadhilah)

Ibn Abi Rabi’ (833-842M) Suluk al-Malik fi

Tadbir al-Mamalik.

Al Mawardi (975-1059M) Al-Ahkam al-

sulthaniyah

(a) Pengaruh PemikiranPolitikYunani (Plato,

Aristoteles)Pemikiran PolitikIslam Klasik dan

Pertengahan

1059M) Al-Ahkam al-sulthaniyah

Periode

Pertengahan

Ibn Taimiyah yangmenulis al-siyasah al-

syar’iyah fi Islah al-Ra’Iwa al Ra’iyah

Ibn Khaldun yangmenulis Muqaddimah

PolitikYunani (Plato,Aristoteles)

(b) Pengaruh Sosio-HistorisMasyarakat Islam Klasik

Page 7: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Plato dalam teorinya menyatakan bahwa negaraterbentuk karena banyaknya kebutuhan manusiayang tidak dapat dipenuhi oleh kekuatan dankemampuan sendiri. Maka manusia bekerja samadan bersatu. Persekutuan hidup dan kerja samayang semakin lama semakin terorganisasi denganbaik itu, kemudian membentuk negara.Teori iniyang semakin lama semakin terorganisasi denganbaik itu, kemudian membentuk negara.Teori inikemudian diambil para pemikir politik islam.Sebagai konstruksi filosofis terbentuknya negara,seperti yang terlihat dari karya Ibn Abi Rabi’dalam Suluk al-Malik fi Tadbir al-Mamalik, Al-Mawardi dalam Al-Ahkam al-sulthaniyah fi al-wilayahal-Diniyah serta Al-Farabi dalam Al-Madinah Al-Fadhilah dan Ahl-Al Madinah Al Fadhilah

Page 8: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Pandangan Ibn Abi Ar-Rabi’,dalam beberapa hal,juga mendapat dukungan dari Al-Ghazali (1058-1111M).Al-Ghazali, dalam kitabnya Al-Iqtishad fial-I’tiqad, menyebutkan bahwa kekuasaan kepalanegara adalah kudus (suci). Karenanya, umat tidakboleh memberontak terhadap kekuasaan. Berbedadengan mereka,Al-Mawardi (975-1059)boleh memberontak terhadap kekuasaan. Berbedadengan mereka,Al-Mawardi (975-1059)memungkinkan pemecatan kepala negara darijabatannya.Al-Mawardi juga mengemukakan teori“kontrak. sosial”antara kepala negara danrakyatnya. Karena kepala negara diangkat melaluikontrak sosial, maka Al-Mawardi meniscayakanadanya pemberhentian kepala negara darijabatannya.

Page 9: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Para pemikir politik Islam klasik misalnya, tidak pernahmempersoalkan kedudukan agama dengan negara,apakah terintegrasi atau terpisah. Perdebatan yangterjadi pada masa ini hanya berkisar pada wajibnyapendirian sebuah negara, cara pengangkatan jabatankepala negara dan syarat-syarat kepala negara. IbnuAbi Rabi’, al-Gazali dan Ibnu Taimiyyah misalnyaAbi Rabi’, al-Gazali dan Ibnu Taimiyyah misalnyadengan tegas menyatakan bahwa kekuasaan kepalanegara atau raja merupakan mandat dari Allah yangdiberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Menurutketiga pemikir ini seorang khalifah adalah bayanganAllah di bumi. Sedangkan menurut al-Mawardi,kekuasaan kepala negara itu didasarkan atas kontraksosial yang melahirkan hak dan kewajiban timbal balikbagi raja dan rakyat

Page 10: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Di sisi lain Syiah, Khawarij, dan Mu’tazilah jugamengembangkan gagasan politik masing-masing.Syiah selalu mempropagandak pandangan tentangkeutamaan ‘Ali dan keluarganya sebagaikhalifah serta doktrin kema’suman imam.

Meski tampil sebagai oposisi, kaum Syiah juga Meski tampil sebagai oposisi, kaum Syiah jugapernah mendirikan kerajaan sendiri yang lepasdari pengaruh Abbasiyah,yaitu Bani Buwaihi diBaghdad dan Daulat Fathimiyah di Mesir.Sedangkan Khawarij, karena sikap ekstrem danradikal mereka, tidak begitu berpengaruh dalmpentas politik. Pemikiran politik mereka tidaktersusun secara sistematis dalam sebuah karya.

Page 11: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Dari pandangan kelompok-kelompok diatas dapatditarik benang merah bahwa pemikiran politikpada periode klasik ini pada umumnya diwarnaioleh kepentingan-kepentingan golongan. Dalam halini, kelompok Sunni masih mendominasipercaturan politik ketika itu dan para pemikirpolitik mengembangkan doktrin-doktrin merekapercaturan politik ketika itu dan para pemikirpolitik mengembangkan doktrin-doktrin merekadi bawah patronase kekuasaan. Sejalan denganmeningkatnya perkembangan ilmu pengetahuandan transfer ilmu asing (terutamaYunani Kuno) kedalam Islam,gagasan-gagasan politik pada abadklasik ini juga ditandai dengan pengaruh-pengaruhasing.

Page 12: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Periode PertengahanPeriode Pertengahan

Periode pertengahan dibagi menjadi dua masa;masa kemunduran pertama dan masa tiga kerajaanbesar (Usmani di Turki, Safawi di Persia, Mughal diIndia). Periode pertengahan ditandai denganhancurnya Dinasti Abbasiyah di tangan tentaraMongol yang mengakibatkan dunia Islam semakinterpuruk.Tak heran jika pemikir politik Islam padaMongol yang mengakibatkan dunia Islam semakinterpuruk.Tak heran jika pemikir politik Islam padaperiode ini mencerminkan kecenderunganreponsif-realis terhadap kejatuhan dunia Islam.Beberapa intelektual yang muncul adalah;◦ Ibn Taimiyah yang menulis al-siyasah al-syar’iyah fi Islah

al-Ra’I wa al Ra’iyah.◦ Ibn Khaldun yang menulis Muqaddimah.◦ Syah Waliyullah al-dahlawi.

Page 13: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Ibnu TaimiyahIbnu Taimiyah Ibn Taymiyah merumuskan teori politiknya dalam al-

siyasah al-syar’iyah fi Islah al-Ra’I wa al Ra’iyah. Majmu’al-Fatawa, dan Minhaj al-sunnah sebagai jawabanterhadap situasi dan kondisi yang dialaminyasebagai”suatu akomodasi terhadap kenyataan yangdihadapinya.

Pemikiran politik ibn Taimiyah bertumpu pada dua Pemikiran politik ibn Taimiyah bertumpu pada duahal,yakni al-amanah (kejujuran) dan al-quwwah(kekuatan) sebagai syarat mutlak kepalaNegara.Menurutnya jika dalam suatu walayat (jabatandalam pemerintahan) lebih menuntut kebutuhan akanadanya sikap amanat,orang yang memiliki kejujuranuntuk mengemban amanat adalah yang lebih pantasmenduduki posisi kepala negara.

Page 14: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Ibn KhaldunIbn Khaldun

Pemikir lainnya, Ibn Khaldun yang menulisMuqaddimah merupakan respon terhadapsituasi dan kondisi yang dialaminya. Dalamkondisi kekuatan islam semakin lemah.Menurutnya, manusia tidak bisa hidup tanpaMenurutnya, manusia tidak bisa hidup tanpaadanya organisasi kemasyarakatan dan tanpakerjasama dengan sesama manusia untukmemenuhi kebutuhannya. Sehingga manusiasecara alamiah membutuhkan negara.Teoriini mirip dengan teori Plato.

Page 15: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

Syah Waliyullah alSyah Waliyullah al--DahlawiDahlawi

Sementara itu, Syah Waliyullah al-Dahlawi (1702-1762) justru bersikap kritis dengan mengajukanpemikiran yang membenarkan pembangkanganrakyat terhadap kepala negara yang tiran danzalim. Syah Waliyullah bahkan menegaskan bahwapemerintahan pada periode pasca kepemimpinanal-Khulafa al-Rasyidun hanyalah berbeda sedikitpemerintahan pada periode pasca kepemimpinanal-Khulafa al-Rasyidun hanyalah berbeda sedikitsaja dari kerajaan Romawi dan KekaisaranPersia.Karena itulah,untuk mengembalikanpemerintahan seperti pada masa Nabi dan Khulafaal-Rasyidun,SyahWaliyullah membenarkanpembangkangan rakyat terhadap kepala negarayang zalim

Page 16: 5. Pemikiran Politik Islam Klasik-Pertengahan

SumberSumber

Iqbal, Muhammad. Fiqh SiyasahKontekstualisasi Doktrin Politik Islam.Jakarta;Gaya Media Pratama,Cet I 2001

Syarif, Mujar Ibnu, dan Zalda, Khamadi. FiqhSiyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam.Jakarta : Erlangga, 2008.Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam.Jakarta : Erlangga, 2008.

Taimiyah, Ibnu. Siyasah Syar’iyah Etika PolitikIslam.Surabaya: Risalah Gusti,1995

Fiqih Siyasah : Karakteristik Pemikiran PolitikIslam Pada Masa Klasik, Pertengahan DanKontemporer, tt,tn.