5. bab iv - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/1491/5/115112044_tesis_bab4.pdf · 2- 5-...

39
83 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah SD Muhammadiyah 01 Wuled terletak di Jalan Raya Desa Wuled-Tirto, Rt/Rw: 4/2, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah, berdiri pada tahun 1953, dengan nama Sekolah Rakyat dan pada tahun 1956 telah terdaftar sebagai Sekolah Rakyat yang termasuk dalam lingkungan Majlis Perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan No. surat 236/L/147, berdasar surat tersebut pada tahun 1979 Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengukuhkan sebagai Sekolah Dasar yang beroperasi sejak tahun 1956 dengan no surat 3560/I-072/JTg-54/79. Pada tahun 1994 ditetapkan atas nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Kepala Dinas P Dan K Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Slamet Haryanto sebagai sekolah dasar swasta. Adapun status gedung adalah milik sendiri, satu komplek dengan masjid milik yayasan. Visi Sekolah Dasar Muhammadiyah 01 Wuled adalah: “Terbentuknya manusia muslim unggul, berbudaya dan berakhlak mulia”. Sedangkan misi Sekolahnya dirumuskan sebgai berikut: 1. Membangun semangat keunggulan secara intensif di bidang akademik 2. Menyiapkan generasi yang unggul di bidang imtaq dan iptek 3. Menumbuhkan pengamalan ajaran agama sehingga terbangun insan yang cerdas, cendekia, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia 4. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan berprestasi sesuai dengan perkembangan zaman

Upload: vuongnhu

Post on 02-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah

SD Muhammadiyah 01 Wuled terletak di Jalan Raya Desa Wuled-Tirto,

Rt/Rw: 4/2, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah,

berdiri pada tahun 1953, dengan nama Sekolah Rakyat dan pada tahun 1956

telah terdaftar sebagai Sekolah Rakyat yang termasuk dalam lingkungan Majlis

Perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan No. surat 236/L/147,

berdasar surat tersebut pada tahun 1979 Pimpinan Pusat Muhammadiyah

mengukuhkan sebagai Sekolah Dasar yang beroperasi sejak tahun 1956 dengan

no surat 3560/I-072/JTg-54/79. Pada tahun 1994 ditetapkan atas nama

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Kepala Dinas P Dan K

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Slamet Haryanto sebagai sekolah dasar

swasta. Adapun status gedung adalah milik sendiri, satu komplek dengan

masjid milik yayasan.

Visi Sekolah Dasar Muhammadiyah 01 Wuled adalah:

“Terbentuknya manusia muslim unggul, berbudaya dan berakhlak mulia”.

Sedangkan misi Sekolahnya dirumuskan sebgai berikut:

1. Membangun semangat keunggulan secara intensif di bidang akademik

2. Menyiapkan generasi yang unggul di bidang imtaq dan iptek

3. Menumbuhkan pengamalan ajaran agama sehingga terbangun insan yang

cerdas, cendekia, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia

4. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan

berprestasi sesuai dengan perkembangan zaman

84

5. Memberikan bekal pemahaman dasar-dasar ilmu keIslaman

6. Mengintegrasikan pelajaran agama dalam semua materi pelajaran

7. Menumbuhkan budaya lokal yang Islami.

Guru SD Muhammadiyah 01 terdiri dari 9 guru, dan 1 kepala sekolah.

Adapun kualifikasi pendidikan guru belum keseluruhan memenuhi hanya 3

guru yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan itu pun guru agama

sedangkan untuk guru kelas belum memenuhi kualifikasi S1, 3 guru masih

dalam proses pendidikan lanjut sedangkan 2 guru hanya berkualifikasi

pendidikan SMA. Keadaan guru dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Keadaaan Guru SD Muhammadiyah 01 Wuled

No Nama / NIP L/P

Tempat/Tgl Lahir

Jbtn Ijazah

Terakhir SK. Pertama Dari, No. Tgl

TMT

SK. Terakhir Dari, No.

Tgl

MK Meng

ajar

Kelas

Ket

Th Bln

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Risdiani, S.Ag. P Pkl, 24- 6- 1976

KS S1. 1999 Akta IV. 2002

Dikdas. Cab. III.A/2.B/94/01

1 Juli 2001 - 11 8 VI

2. Atikah P Pkl, 12- 8- 1960

GK MA 1979

Dikdas. Cab. B-2/10/VIII/80

1 Peb 1980

- 33 1 III

3. Sri Nanik P Pkl, 17- 8- 1968

GK DII PAI 2001

Dikdas. Cab. B-2/10/VIII/88

1 Sep 1988

- 24 6 IV

4. Kasturah P

Pkl, 28- 4- 1974

GK D2 PGSD 2006

Dikdas. Cab. III.A/10-1/IX/97

1 Sep 1995 - 17 6 V

Kuliah

5. Eri Wahyuningsih, S.Pd.I.

P Pkl, 8- 4- 1981

GK SMA 2000 Dikdas. Cab. III.A/2.B/94/01

1 Juli 2001 - 11 8 I

Kuliah

6. Nur Yasin, S.Pd.I.

L Pkl, 3-5-1983

GA S1. PAI

2007

Dikdas. Cab. 09/Kep./IV-4/D/05

18 Juli 2005 - 7 8

IV, V,

VI

7.

Tuti Isnaini

P Pkl, 29- 3- 1987

GK

MA 2006 Dikdas. Cab. 12/Kep./IV.4/D/06

1 Okt 2006

- 6 6 II

Kuliah

8. M. Khoirul Hidayat

L Pkl, 23-3-1993

GK SMK 2010 Dikdas. Cab. 1/IX/2011

1 Sept 2011

- 1 6 VI Kuliah

9.

Endang Sulasih, S.Pd.I. NIP : 197003032007012015

P Pkl, 3-3-1970

GA S.1 PAI

2010

Bupati Pkl. 813/115/2007

1 Juli 2011

Bupati Pkl.

823/75/KP/IV/201

1

1 8 I, II, III

10 Rudjito L

Pkl, 2- 5- 1962

Pnjga SD 1990 Dikdas. Cab. 17/Kep./IV-4/D/2005

1 Nov 2005 - 7 4 -

85

Sedangkan alat peraga PAI yang tersedia di SD Muhammadiyah 01 Wuled

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Alat Peraga PAI di SD Muhammadiyah 01 Wuled

No Nama Peraga Jumlah Keterangan 1. Peraga shalat (gambar, CD dan

miniatur gerakan shalat) 1 set Baik

2. Peraga wudlu (Gambar dan CD tata cara wudlu)

1 set Baik

3. Peraga huruf Hijaiyah (gambar) 2 buah Baik 4. Peraga/media kisah nabi (CD kisah

nabi) 4 keping Baik

5. Peraga BTQ (Tulisan Ayat-ayat pilihan)

3 buah Rusak sedang

6. P3Q (Peraga Praktik Pembelajran al- Qur’an)

2 set Baik

Rombongan belajar terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa Tahun Pelajaran

2012/2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Rombongan Belajar SD Muhammadiyah 01 Wuled

No Jumlah Kelas Siswa Tahun 2012/2013

Keterangan

L P Jml 1. I 26 10 36 2. II 14 16 30 3. III 14 17 31 4. IV 19 12 31 5. V 12 17 29 6. VI 18 12 30

Jumlah 103 84 187

Adapun Aktifitas Siswa di samping kegiatan belajar mengajar di pagi

hari, siswa diberi tambahan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

diantaranya: Pramuka/Hisbul Wathan (HW), Seleksi Tilawah Qur’an (STQ),

86

Olah Raga, Seni Tari, Pelajaran tambahan khusus mata pelajaran yang di- UN-

kan, Bahasa Inggris, Melukis dan Tapak Suci.

B. Kondisi Awal

Kondisi awal sebelum diadakan tindakan, hasil data diperoleh melalui

test pra siklus. Pendeskripsian data dilakukan peneliti untuk memberi

penjelasan mengenai kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga, meliputi

keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga dan keterampilan guru

dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI, hasil penelitian pada tahap

terlebih dahulu dihitung klasifikasi skor pencapaian skala. Skor tertinggi

diperoleh apabila semua item dijawab, selanjutnya masing-masing skor pada

tiap guru dimasukkan dalam kelas interval. Kelas interval disusun berdasarkan

skor total tertinggi apabila semua dijawab dengan angka 5 (sangat terampil),

maka skor total tertinggi 40 (5 x 8) dan untuk skor terendah apabila semua

jawaban dengan pilihan angka 1 (sangat tidak terampil), maka skor terendah 8

(1 x 8). Kemudian skor tertinggi dan terendah digunakan untuk menentukan

interval dengan rumus sebagai berikut:

Kelas Interval = (skor total tertinggi – skor terendah) 5 (alternatif jawaban)

Berdasar kelas interval tersebut, maka dapat digunakan untuk membuat

tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori jawaban skala

mengenai keterampilan guru dalam menggunakan dan membuat alat peraga

pembelajaran PAI sebagai berikut:

87

Tabel 4.4 Kategori Interval

Interval Kategori 36-40 Sangat terampil 29-35 Terampil 22-28 Cukup terampil 15-21 Kurang terampil 8-14 Sangat tidak terampil

Deskripsi data keterampilan guru SD Muhammadiyah 01 Wuled dalam

menggunakan alat peraga pembelajaran sebelum diadakan tindakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data Hasil Test pra siklus

Kompetensi/keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran PAI

No

Kode Guru

Alat peraga Ju

mla

h ni

lai t

iap

guru

Sko

r ra

ta-r

ata

tiap

gu

ru

Kat

ego

ri

wu

dlu

Sh

alat

Kis

ah N

abi

Hu

ruf

Hija

iyah

BT

Q

P3

Q

1. AT 18 17 16 18 18 15 102 17 Kurang terampil

2. SN 23 20 19 21 20 17 120 20 Kurang terampil

3. KS 30 32 23 24 24 17 150 25 Cukup terampil

4. EW 24 28 20 22 22 16 132 22 Cukup terampil

5. NY 36 35 27 28 25 23 174 29 Terampil

6. ES 37 35 34 34 35 23 198 33 Terampil

Jumlah 146

Cukup Terampil Nilai tertinggi 33 Nilai terendah 17

Mean (rata-rata) 24,3

88

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Test pra siklus dari Skor Rata-Rata Tiap Guru

Kategori Interval Frekuensi Prosentase

Sangat terampil 36-40 0 0% Terampil 29-35 2 34%

Cukup terampil 22-28 2 33% Kurang terampil 15-21 2 33%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%

Tabel di atas dapat dilihat, bahwa hasil test pra siklus menunjukkan

keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga wudlu terdapat 1 guru yang

kurang terampil, 2 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan 2 guru sangat

terampil dan tidak ada guru yang sangat tidak terampil. Pada penggunaan alat

peraga Shalat terdapat 2 guru kurang terampil, 1 guru cukup terampil dan 3

guru terampil, dan tidak ada guru yang sangat tidak terampil dan sangat

terampil. Penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 3 guru kurang terampil

dan 2 guru cukup terampil, serta 1 guru terampil, untuk kategori sangat

terampil dan sangat tidak terampil masing-masing 0. Untuk alat peraga

selanjutnya yaitu huruf Hijaiyah tedapat kategori sama yaitu kurang terampil,

cukup terampil dan terampil masing-masing 2 orang guru sedangkan sangat

tidak terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada alat peraga BTQ

terdapat 2 guru kurang terampil, 3 guru cukup terampil dan 1 guru terampil,

dan kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil 0. Sedangkan pada alat

peraga P3Q juga terdapat kesamaan pada kategori kurang terampil, cukup

terampil dan terampil masing-masing 2 guru dan 0 pada kategori sangat

terampil dan sangat tidak terampil.

89

Berdasar data di atas, dari hasil nilai rata-rata tiap guru dalam

penggunaan alat peraga pembelajaran PAI dapat dijelaskan bahwa skor sama

terdapat pada kelas Interval kurang terampil dan cukup terampil, masing-

masing sebanyak 2 guru atau 33 %, dan 34% pada kategori terampil,

sedangkan kelas interval lainnya kategori sangat tidak terampil dan sangat

terampil 0%.

Sedangkan keterampilan dalam membuat alat peraga dengan hasil:

Tabel 4.7 Data Hasil Test pra siklus

Keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI

No

Kode Guru

Alat peraga yang dibuat

Jum

lah

nila

i tia

p gu

ru

Sko

r ra

ta-r

ata

tiap

gu

ru

Kat

ego

ri

Per

ilaku

ter

pu

ji

Tat

a ca

ra b

ersu

ci

Ru

kun

iman

Ru

kun

isla

m

Ad

zan

dan

Iqo

mah

Zak

at

1. AT 14 15 16 16 14 15 90 15 Kurang terampil

2. SN 16 16 18 18 18 16 102 17 Kurang terampil

3. KS 18 26 29 29 18 30 150 25 Cukup terampil

4. EW 17 19 20 20 18 20 114 19 Kurang terampil

5. NY 21 18 20 23 23 21 126 21 Kurang terampil

6. ES 31 30 30 31 22 30 174 29 Terampil

Jumlah 126

Kurang Terampil Nilai tertinggi 29 Nilai terendah 15

Mean (rata-rata) 21

90

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Test pra siklus

Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%

Terampil 29-35 1 17% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 4 66%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%

Tabel di atas dapat dilihat hasil test pra siklus menunjukkan bahwa

keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran secara

keseluruhan pada kategori kurang terampil, dari hasil dari test dapat dijelaskan

untuk pembuatan alat peraga perilaku terpuji terdapat 1 guru pada kategori

sangat tidak terampil , 4 guru kurang terampil, 1 guru terampil dan untuk guru

cukup terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat

peraga tata cara bersuci terdapat 4 guru kurang terampil, 1 guru cukup

terampil, 1 guru terampil dan 0 guru pada kategori sangat tidak terampil dan

sangat terampil. Untuk pembuatan alat peraga rukun Iman terdapat 4 guru

kurang terampil dan 2 guru terampil seangkan untuk kategori lainnya masing-

masing 0. Pembuatan alat peraga rukun Islam menunjukkan 3 guru kurang

terampil dan 3 guru terampil, untuk kategori sangat tidak terampil, cukup

terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga

Adzan dan Iqomah terdapat 1 guru sangat tidak terampil, 3 guru kurang

terampil dan 2 guru cukup terampil, kategori sangat terampil dan terampil 0.

Sedangkan untuk pembuatan alat peraga zakat terdapat 4 guru kurang terampil,

2 guru cukup terampil dan kategori sangat terampil, sangat tidak terampil dan

terampil masing-masing 0.

91

Berdasar tabel di atas juga memaparkan, bahwa hasil test yang

diadakan pada pra siklus secara keseluruhan dari nilai rata-rata tiap guru skor

sama terdapat pada interval 22-28 dan 29-35 sebanyak 1 guru atau 17%

termasuk kategori kurang terampil dan cukup terampil, sedangkan skor

terbanyak ditempati pada kelas interval 15-21 sebanyak 4 guru atau 66%

termasuk kategori kurang terampil. Sedangkan kelas interval lainnya kategori

tidak terampil dan sangat terampil 0%. Jika dilihat dari rata-rata hasil test pra

siklus, skala keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran

sebesar 24,3 ini menunjukkan secara keseluruhan keterampilan guru SD

Muhammadiyah 01 Wuled dalam menggunakan alat peraga berada pada

kategori cukup terampil. Sedangkan skala keterampilan guru dalam membuat

alat peraga pembelajaran sebesar 21 kategori kurang terampil.

Berdasar hasil test pra siklus di atas, peneliti kemudian mengadakan

refleksi dan identifikasi masalah, serta merumuskan tindakan yang akan

dilakukan. Adapun hasil refleksi adalah guru SD Muhammadiyah 01 Wuled

belum secara optimal menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran

PAI. Keterampilan guru dalam mengunakan alat peraga tergolong cukup

terampil dan keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI

masih tergolong pada kategori kurang terampil. Berdasar hasil refleksi maka

dibutuhkan adanya sebuah tindakan, dan tindakan yang dipilih adalah

mengadakan kegiatan pelatihan yaitu in House Training, sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan keterampilan tersebut. Hal ini sebagaimana

pendapat Danim (2011: 96) bahwa in House Trining merupakan salah satu

sarana untuk peningkatan kompetensi guru (lihat bab II halaman 50).

92

C. Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan pada siklus I dilaksanakan pada minggu kedua

bulan April tahun 2013. Adapun tahapan perencanaan dalam siklus I

meliputi: mempersiapkan tempat, jadwal, desain format iHT, materi,

scenario pembelajara, pelaksanaan iHT, pelatih dan peserta, membuat

lembar obsevasi, wawancara, dan evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan iHT dimulai pada tanggal 7 April 2013 di ruang kelas II SD

Muhammadiyah 01 Wuled, selama 1 minggu dari pukul 08.30-13.30 Wib.

Pada pelaksanaan iHT tahap I, peneliti dan guru pengamat melakukan

observasi tentang pelaksanaan dan aktivitas yang dilaksanakan peserta

dalam pelatihan. dari hasil observaasi diperoleh bahwa pelaksanaan iHT

dapat dikategorikan baik sedangkan peserta pelatihan di kategorikan cukup

aktif mengkuti jalannya kegiatan. Sedangkan hasil wawancara yang

diadakan peneliti kepada peserta pelatihan setelah pelaksanaan iHT,

diperoleh hasil bahwa peserta terkesan dengan pelaksanaan iHT karena

merupakan pengalaman pertama, dapat menambah wawasan dan

pengetahuan serta ide-ide yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

PAI, peserta menyarankan agar diadakan kegiatan iHT pada waktu yang

akan datang. Akan tetapi peserta juga menyarankan agar pelatih tidak terlau

cepat dalam menyampaikan materi, cakupan materi tidak hanya pada kelas

tinggi, dan penyediaan alat peraga agar dilengkapi.

93

3. Pengamatan

Setelah diadakan kegiatan iHT, sebagi tindak lanjut untuk mengetahui

peningkatan kompetensi guru dalam pengunaan alat peraga pembelajaran

PAI, peneliti bersama guru pengamat melakukan kegiatan supervisi pada

proses pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru di kelas.

Data yang diperoleh setelah diadakan tindakan pada siklus I melalui

hasil supervisi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Data Hasil Test Siklus I

Kompetensi/keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran PAI

No

Kode Guru

Alat peraga

Jum

lah

nila

i tia

p g

uru

Sko

r ra

ta-r

ata

nila

i tia

p gu

ru

Kat

ego

ri

w

ud

lu

Sh

alat

kis

ah N

abi

Hu

ruf

Hija

iyah

BT

Q

P3

Q

1. AT 24 23 18 22 23 16 126 21 Kurang terampil

2. SN 33 31 20 27 26 19 156 26 Kurang terampil

3. KS 37 37 26 36 35 21 192 32 Cukup terampil

4. EW 37 37 22 26 26 20 168 28 Cukup terampil

5. NY 37 37 30 36 36 22 198 33 Terampil

6. ES 37 37 34 34 36 26 204 34 Terampil

Jumlah 174

Terampil Nilai tertinggi 21 Nilai terendah 34

Mean (rata-rata) 29

94

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Siklus I

Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%

Terampil 29-35 3 50% Cukup terampil 22-28 2 33% Kurang terampil 15-21 1 17%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%

Tabel di atas terlihat, bahwa hasil test siklus I menunjukkan

keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga wudlu dan alat peraga

shalat terdapat kesamaan yaitu 1 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan 4

guru sangat terampil dan guru yang sangat tidak terampil 0. Pada

penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 2 guru kurang terampil, 2 guru

cukup terampil dan 2 guru terampil, dan 0 guru yang sangat tidak terampil

dan sangat terampil. Penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 3 guru

kurang terampil dan 2 guru cukup terampil, serta 1 guru terampil, untuk

kategori sangat terampil dan sangat tidak terampil masing-masing 0. Untuk

alat peraga selanjutnya yaitu huruf Hijaiyah tedapat kategori sama yaitu

kurang terampil, cukup terampil dan terampil masing-masing 2 orang guru

sedangkan sangat tidak terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada

alat peraga BTQ terdapat 2 guru kurang terampil, 3 guru cukup terampil dan

1 guru terampil, dan kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil 0.

Sedangkan pada alat peraga P3Q juga terdapat kesamaan pada kategori

kurang terampil, cukup terampil dan terampil masing-masing 2 guru dan 0

pada kategori sangat terampil dan sangat tidak terampil.

Berdasar data di atas, dari hasil nilai rata-rata tiap guru dalam

penggunaan alat peraga pembelajaran PAI dapat dijelaskan bahwa skor

95

sama terdapat pada kelas Interval kurang terampil dan cukup terampil,

masing-masing sebanyak 2 guru atau 33 %, dan 34% pada kategori terampil,

sedangkan kelas interval lainnya kategori sangat tidak terampil dan sangat

terampil 0%. Dari tabel di atas dapat dilihat hasil test pada siklus I

menunjukkan bahwa skor terbanyak terdapat pada interval 29-35 sebanyak 3

guru atau 50% termasuk kategori terampil, urutan kedua ditempati pada

kelas interval 22-28 sebanyak 2 guru atau 33% termasuk kategori cukup

terampil, urutan ketiga pada kelas interval 15-21 sebanyak 1 guru atau 17%

dalam kategori kurang terampil,.

Sedangkan keterampilan dalam membuat alat peraga dengan hasil:

Tabel 4.11 Data Hasil Test Siklus I

Keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran

No

Kode Guru

Alat peraga yang dibuat

Jum

lah

nila

i tia

p gu

ru

Sko

r ra

ta-r

ata

tiap

gu

ru

Kat

ego

ri

Per

ilaku

ter

pu

ji

Tat

a ca

ra b

ersu

ci

Ru

kun

iman

Ru

kun

isla

m

Ad

zan

dan

Iqo

mah

Zak

at

1. AT 15 16 18 18 18 17 102 17 Kurang terampil

2. SN 20 17 19 21 22 21 120 20 Kurang terampil

3. KS 23 28 30 31 27 29 168 28 Cukup terampil

4. EW 23 20 20 22 20 21 126 21 Kurang terampil

5. NY 25 25 28 34 32 30 174 29 Terampil

6. ES 32 32 34 33 31 30 192 32 Terampil

Jumlah 147

Cukup Terampil Nilai tertinggi 32 Nilai terendah 17

Mean (rata-rata) 24,5

96

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Test Siklus I

Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%

Terampil 29-35 2 33% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 3 50%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil test siklus I keterampilan guru

dalam membuat alat peraga pembelajaran secara keseluruhan pada kategori

cukup terampil, dari hasil dari test dapat dijelaskan untuk pembuatan alat

peraga perilaku terpuji terdapat 2 guru kurang terampil, 2 guru cukup

terampil dan 1 guru terampil, untuk guru sangat tidak terampil dan sangat

terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga tata cara bersuci

terdapat 3 guru kurang terampil, 2 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan

0 guru pada kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil. Untuk

pembuatan alat peraga rukun Iman terdapat 3 guru kurang terampil dan 1

guru cukup terampil dan 2 guru terampil sedangkan untuk kategori lainnya

masing-masing 0. Pembuatan alat peraga rukun Islam menunjukkan 2 guru

kurang terampil, 1 guru cukup terampil dan 3 guru terampil, untuk kategori

sangat tidak terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan

alat peraga Adzan dan Iqomah terdapat 2 guru kurang terampil, 2 guru

cukup terampil dan 2 guru terampil, kategori sangat terampil dan sangat

tidak terampil 0. Sedangkan untuk pembuatan alat peraga zakat terdapat 4

guru kurang terampil dan 3 guru pada kategori terampil, sedangkan kategori

lainnya masing-masing 0.

97

Berdasar tabel di atas juga memaparkan, bahwa hasil test pada siklus I

menunjukkan bahwa skor terbanyak terdapat pada interval 15-21 sebanyak 3

guru atau 50% termasuk kategori kurang terampil, urutan kedua ditempati

pada kelas interval 29-35 sebanyak 2 guru atau 33% termasuk kategori

terampil, urutan ketiga pada kelas interval 22-28 sebanyak 1 guru atau 17%

dalam kategori cukup terampil, sedangkan kelas interval lainnya kategori

sangat tidak terampil 0% dan kategori sangat terampil 0%. Jika dilihat dari

rata-rata hasil test pada siklus I, skala keterampilan guru dalam

menggunakan alat peraga pembelajaran sebesar 29, secara keseluruhan

menunjukkan keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga berada

pada kategori terampil. Sedangkan skala keterampilan guru dalam membuat

alat peraga pembelajaran sebesar 24,5 pada kategori cukup terampil.

Hasil test pra siklus dan test pada siklus I dapat dilihat perbedaaan

dengan membandingkan antara tes awal keterampilan guru dalam

menggunakan alat peraga dengan jumlah rata-rata sebesar 24,3 dan hasil tes

akhir pada siklus I dengan jumlah rata-rata 29. Sedangkan tes awal

keterampilan guru dalam membuat alat peraga dengan jumlah rata-rata

sebesar 21 dan hasil tes pada siklus I dengan jumlah rata-rata 24,5. Data

tersebut nampak menujukkan peningkatan keterampilan guru dalam

menggunakan alat peraga pembelajaran dari nilai rata-rata keseluruhan 24,3

menjadi 29. Sedangkan keterampilan guru dalam membuat alat peraga

pembelajaran dari 21 menjadi 24,5 setelah dilakukan tindakan. Untuk

membuktikan apakah IHT dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

menggunakan dan membuat alat peraga pembelajaran maka peneliti

98

melakukan uji hipotesis berdasar data hasil test pra siklus dan test pada

siklus I, dapat disajikan dalam tabel persiapan perhitungan uji t tentang

keterampilan dalam menggunakan alat peraga pembelajaran PAI sebagai

berikut:

Tabel 4.13 Tabel Persiapan Uji t

Keterampilan dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran PAI

No

Keterampilan dalam menggunakan alat peraga

pembelajaran B b b2

Test pra siklus Test Siklus I

1 17 21 4 -0,67 0,44 2 20 26 6 1,33 1,78 3 25 32 7 2,33 5,44 4 22 28 6 1,33 1,78 5 29 33 4 -0,67 0.44 6 33 34 1 -3,67 13,4 ∑ 146 174 28 -0 23,3 M 24,3 29 4,67 -0 3,89

Keterangan:

B = Perbedaan hasil test pra siklus dan test siklus I

MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)

b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata

perbedaan).

∑ b = 0,00

Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :

t = Me - Mk √ ∑ b2

N(N-1)

99

t = 29 – 24,3 √ 23,3

6 (5)

t = 4,7 √ 23,3

30

t = 4,7 √ 0,776 t = 4,7 0,881 t = 5,334

Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

No Kelompok X N thitung ttabel Ket

1 Test pra siklus 24,3 6 5,334 2,447 Signifikan

2 Test siklus I 29 6

Sedangkan uji t tentang keterampilan dalam membuat alat peraga

pembelajaran adalah sebagai berikut:

100

Tabel 4.15 Tabel Persiapan Uji t

Keterampilan dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran PAI

No Keterampilan dalam membuat

alat peraga pembelajaran B b b2

Test pra siklus Test siklus I

1 15 17 2 -1,5 2,25 2 17 20 3 -0,5 0,25 3 25 28 3 -0,5 0,25 4 19 21 2 -1,5 2,25 5 21 29 8 4,5 20,3 6 29 32 3 -0,5 0,25 ∑ 126 147 21 0 25,5 M 21 24,5 3,5 0 4,25

Keterangan :

B = Perbedaan hasil test pra siklus dan test siklus I

MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)

b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata

perbedaan hasil test).

∑ b = 0,00

Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :

t = Me - Mk √ ∑ b2

N(N-1)

t = 24,5 – 21 √ 25,5

6 (5)

t = 3,5 √ 25,5

30

t = 3,5 √ 0,85

101

t = 3,5 0,921 t = 3,800

Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

No Kelompok X N thitung ttabel Ket

1 Test pra siklus 21 6 3,800 2,447 Signifikan

2 Test siklus I 24,5 6

Data di atas menunjukkan bahwa IHT signifikan dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran karena thitung >

ttabel. Namun demikian hasil yang didapat belumlah memenuhi indikator

keberhasilan yang ditetapkan sebesar 75% untuk keterampilan dalam

mengunakan alat peraga pembelajaran PAI dan 50% untuk keterampilan

dalam membuat alat peraga pembelajaran PAI.

4. Refleksi

Berdasar hasil data di atas, peneliti dan pengamat serta guru SD

Muhammadiyah menganalisa dan merefleksikan tentang kekurangan dan

kelebihan pada siklus I untuk dijadikan referensi perbaikan pada siklus II.

Kelebihan yang didapat pada siklus I adalah: IHT berjalan dengan baik

sehingga menambah wawasan, pengetahuan serta ide-ide yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan meningkatkan keterampilan dalam

menggunakan dan membuat alat peraga pembelajan PAI, peserta juga

merasa terkesan. Sedangkan kekurangannya: alat peraga belum lengkap

102

karena didominasi alat peraga yang berupa gambar bukan replika seperti

bentuk aslinya, cakupan materi belum sepenuhnya memenuhi untuk kelas

rendah, pelatih terlalu cepat menyampaikan materi, praktek membuat alat

peraga belum maksimal, peserta belum sepenuhnya aktif dalam kegiatan

IHT sehingga perolehan hasil setelah diadakan supervisi walaupun

meningkat belum mencapai indikator yang ditetapkan untuk keterampilan

dalam mengunakan alat peraga pembelajaran sebesar 66% hanya mencapai

50%. Sedangkan keterampilan membuat alat peraga PAI hanya mencapai

33% di bawah indikator yang ditetapkan sebesar 50%. Oleh karena itu,

penelitian ini perlu dilanjut pada siklus berikutnya yaitu siklus II.

A. Hasil Siklus II

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan pada siklus II pada hakikatnya sama seperti yang

dilakukan pada siklus I, hanya saja perlu ada perbaikan-perbaikan berdasar

hasil refleksi pada siklus I, dalam siklus II peneliti melakukan perencanaan

untuk: penyediaan alat peraga yang akan digunakan dalam IHT dengan

lengkap; cakupan materi pelatihan yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran kelas rendah dan tinggi; meminta pelatih untuk tidak terlalu

cepat dalam menyampaikan materi; meningkatkan suasana yang

menyenangkan sehingga pelatih dan peserta dapat berinteraksi dengan baik;

meningkatkan keterampilan guru agar dapat membuat alat peraga agar

disertai petunjuk.

103

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tindakan pada siklus II dalam penelitian ini dilaksanakan pada minggu

ketiga bulan April tahun 2013. Pelaksanaan IHT dilakukan pada minggu

kedua bulan April 2013 di ruang kelas I SD Muhammadiyah 01 Wuled dari

pukul 08.30-13.30 Wib. Pada pelaksanaan IHT tahap II, peneliti dan guru

pengamat melakukan observasi tentang pelaksanaan dan aktivitas yang

dilaksanakan peserta dalam pelatihan. dari hasil observaasi diperoleh bahwa

pelaksanaan IHT dapat dikategorikan sangat baik sedangkan peserta

pelatihan di kategorikan aktif mengkuti jalannya kegiatan. Sedangkan hasil

wawancara yang diadakan peneliti kepada peserta pelatihan setelah

pelaksanaan IHT, diperoleh hasil bahwa peserta lebih terkesan dengan

pelaksanaan IHT II dibandingkan pelaksanaan yang pertama, dapat

menambah wawasan dan pengetahuan serta ide-ide yang dapat diterapkan

dalam proses pembelajaran PAI, peserta menyarankan agar diadakan

kegiatan IHT pada waktu yang akan datang untuk mata pelajaran yang lain.

3. Pengamatan (Observasi)

Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan IHT adalah pengamatan

pada proses pembelajaran guru di kelas. Data yang diperoleh setelah

diadakan tindakan pada siklus I melalui hasil supervisi adalah sebagai

berikut:

104

Tabel 4.17 Data Hasil Test Siklus II

Keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga pembelajaran

No

Kode Guru

Alat peraga

Jum

lah

nila

i tia

p g

uru

Sko

r ra

ta-r

ata

nila

i tia

p gu

ru

Kat

ego

ri

w

ud

lu

Sh

alat

kis

ah N

abi

Hu

ruf

Hija

iyah

BT

Q

P3

Q

1. AT 29 28 21 27 26 19 150 25 Cukup terampil

2. SN 36 35 27 28 25 23 174 29 Terampil

3. KS 37 37 34 34 36 26 204 34 Terampil

4. EW 37 37 24 28 28 26 180 30 Terampil

5. NY 38 38 32 36 36 30 210 35 Terampil

6. ES 37 38 33 35 36 31 210 35 Terampil

Jumlah 188

Terampil Nilai tertinggi 35 Nilai terendah 25

Mean (rata-rata) 31,3

Tabel 4. 18 Distribusi Frekuensi Hasil Siklus II

Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%

Terampil 29-35 5 83% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 0 0%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%

Tabel di atas memperlihatkan, bahwa hasil test siklus II

menunjukkan keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga wudlu yaitu

1 guru terampil, 5 guru sangat terampil dan 0 guru pada kategori sangat

tidak terampil, kurang terampil dan cukup terampil. Pada penggunaan alat

105

peraga shalat terdapat 1 guru cukup terampil, 1 guru terampil dan 4 guru

sangat terampil, dan kategori guru sangat tidak terampil dan kurang terampil

0. Penggunaan alat peraga kisah nabi terdapat 3 guru terampil dan 3 guru

cukup terampil, sedangkan untuk kategori sangat terampil, kurang terampil

dan sangat tidak terampil 0. Untuk alat peraga selanjutnya yaitu huruf

Hijaiyah tedapat 3 guru cukup terampil dan 2 guru terampil, serta 1 guru

sangat terampil, untuk kategori kurang terampil dan sangat tidak terampil

masing-masing 0. Pada alat peraga BTQ terdapat kesamaan untuk kategori

guru cukup terampil, dan sangat terampil masing-masing 3, sedangkan

untuk kategori lainnya masing-masing 0. Untuk penggunaan alat peraga

P3Q juga terdapat 2 guru terampil, 3 guru cukup terampil dan 1 guru pada

kategori kurang terampil, selanjutnya untuk kategori sangat terampil dan

sangat tidak terampil masing-masing 0.

Berdasar data di atas, dari hasil nilai rata-rata tiap guru dalam

penggunaan alat peraga pembelajaran PAI dapat dijelaskan bahwa hasil test

siklus II menunjukkan skor terbanyak terdapat pada interval 29-35 sebanyak

5 guru atau 83% termasuk kategori terampil, urutan kedua ditempati pada

kelas interval 22-28 yakni 1 guru atau 17% termasuk kategori cukup

terampil, sedangkan kelas interval lainnya kategori sangat tidak terampil

0%, kurang terampil 0% dan sangat terampil 0%.

Hasil keterampilan dalam membuat alat peraga pada siklus ini adalah:

106

Tabel 4.19 Data Hasil Test Siklus II

Keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran

No

Kode Guru

Alat peraga yang dibuat

Jum

lah

nila

i tia

p gu

ru

Sko

r ra

ta-r

ata

tiap

gu

ru

Kat

ego

ri

Per

ilaku

ter

pu

ji

Tat

a ca

ra b

ersu

ci

Ru

kun

iman

Ru

kun

isla

m

Ad

zan

dan

Iqo

mah

Zak

at

1. AT 18 19 18 20 20 19 114 19 Kurang terampil

2. SN 24 19 22 22 23 22 132 22 Cukup terampil

3. KS 30 29 32 33 26 30 180 30 Terampil

4. EW 28 23 31 32 28 32 174 29 Terampil

5. NY 31 30 34 34 32 31 192 32 Terampil

6. ES 35 34 36 35 35 35 210 35 Terampil

Jumlah 166

Cukup Terampil Nilai tertinggi 35 Nilai terendah 19

Mean (rata-rata) 27,83

Tabel 4. 20 Distribusi Frekuensi Hasil Test Siklus II

Kategori Interval Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0%

Terampil 29-35 4 66% Cukup terampil 22-28 1 17% Kurang terampil 15-21 1 17%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% Jumlah 6 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil test siklus II keterampilan guru

dalam membuat alat peraga pembelajaran secara keseluruhan pada kategori

cukup terampil, dari hasil dari test dapat dijelaskan untuk pembuatan alat

peraga perilaku terpuji terdapat 1 guru kurang terampil, 2 guru cukup

terampil dan 3 guru terampil, untuk guru sangat tidak terampil dan sangat

terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga tata cara bersuci

107

terdapat 2 guru kurang terampil, 1 guru cukup terampil, 3 guru terampil dan

0 guru pada kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil. Untuk

pembuatan alat peraga rukun Iman terdapat 1 guru kurang terampil dan 1

guru cukup terampil dan 3 guru terampil, sedangkan 1 guru untuk kategori

sangat terampil, dan 0 guru dengan kategori sangat tidak terampil.

Pembuatan alat peraga rukun Islam menunjukkan 1 guru kurang terampil, 1

guru cukup terampil dan 4 guru terampil, untuk kategori sangat tidak

terampil dan sangat terampil masing-masing 0. Pada pembuatan alat peraga

Adzan dan Iqomah terdapat 1 guru kurang terampil, 3 guru cukup terampil

dan 2 guru terampil, kategori sangat terampil dan sangat tidak terampil 0.

Sedangkan untuk pembuatan alat peraga zakat terdapat 1 guru kurang

terampil dan 1 guru pada cukup terampil, sedangkan 4 guru untuk kategori

terampil, untuk kategori sangat tidak terampil dan sangat terampil masing-

masing 0.

Berdasar tabel di atas juga memaparkan, bahwa hasil test pada siklus II

menunjukkan bahwa skor terbanyak terdapat pada interval 29-35 sebanyak 4

guru atau 66% termasuk kategori terampil, sedangkan urutan kedua sama-

sama ditempati pada kategori kurang terampil 17% dan cukup terampil

17%, adapun urutan berikutnya ada pada kategori sangat tidak terampil 0%

dan sangat terampil 0%, skala keterampilan guru dalam menggunakan alat

peraga pembelajaran sebesar 31,3. Sedangkan skala keterampilan guru

dalam membuat alat peraga pembelajaran sebesar 27,83 maka dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan keterampilan guru dalam

menggunakan alat peraga di SD Muhammadiyah 01 Wuled berada pada

108

kategori terampil dan keterampilan dalam membuat alat peraga pada

kategori cukup terampil.

Hasil test I dan test pada siklus II dapat dilihat perbedaaan dengan

membandingkan antara tes akhir siklus I keterampilan guru dalam

menggunakan alat peraga pembelajaran dengan jumlah rata-rata 29 dan hasil

tes akhir pada siklus II dengan jumlah rata-rata 31,3. Sedangkan tes siklus I

keterampilan guru dalam membuat alat peraga pembelajaran dengan jumlah

rata-rata 24,5 dan hasil tes akhir pada siklus II dengan jumlah rata-rata 27,83

setelah dilakukan tindakan. Untuk membuktikan kembali apakah IHT dapat

meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan dan membuat alat

peraga pembelajaran maka peneliti melakukan uji hipotesis berdasar data

hasil test siklus I dan test siklus II, dapat disajikan dalam tabel persiapan

perhitungan uji t tentang keterampilan dalam menggunakan alat peraga

pembelajaran PAI sebagai berikut:

Tabel 4.21 Tabel Persiapan Uji t

Keterampilan dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran PAI

No

Keterampilan dalam menggunakan alat peraga

pembelajaran B b b2

Test Siklus I Test Siklus II

1 21 25 4 1,67 2,78 2 26 29 3 0,67 0,44 3 32 34 2 -0,33 0,11 4 28 30 2 -0,33 0,11 5 33 35 2 -0,33 0,11 6 34 35 1 -1,33 1,78 ∑ 174 188 14 0 5,33 M 29 31,3 2,33 0 0,89

109

Keterangan :

B = Perbedaan hasil test siklus I dan test siklus II

MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)

b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata

perbedaan hasil test).

∑ b = 0,00

Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :

t = Me - Mk √ ∑ b2

N(N-1)

t = 31,3 – 29

√ 5,33 6 (5)

t = 2,3 √ 5,33

30

t = 2,3 √ 0,178 t = 2,3 0,421 t = 5,463

Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.22 Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

No Kelompok X N t hitung t tabel Ket

1 Test siklus I 29 6 5,463 2,447 Signifikan

2 Test siklus II 31,3 6

110

Sedangkan uji t tentang keterampilan dalam membuat alat peraga

pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 4.23 Tabel Persiapan Uji t

Keterampilan dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran PAI

No Keterampilan dalam membuat alat

peraga pembelajaran B b b2 Test siklus I Test siklus II

1 17 19 2 -1,33 1,78 2 20 22 2 -1,33 1,78 3 28 30 2 -1,33 1,78 4 21 29 8 4,67 21,8 5 29 32 3 -0,33 0,11 6 32 35 3 -0,33 0,11 ∑ 147 167 20 0 27,3 M 24.5 27,833 3,33 0 4,56

Keterangan :

B = Perbedaan hasil test I dan test II

MB = Mean B (Rata-rata perbedaan hasil test)

b = B – MB (Perbedaan hasil test dikurangi rata-rata

perbedaan hasil test).

∑ b = 0,00

Kemudian dihitung dengan uji t, sebagai berikut :

t = Me - Mk √ ∑ b2

N(N-1)

t = 27,8 – 24,5 √ 27,3

6 (5) t = 3,3

√ 27,3 30

111

t = 3,3 √ 0,91 t = 3,3 0,954 t = 3,459

Hasil perhitungan dapat dijadikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.24

Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

No Kelompok X N t hitung t tabel Ket

1 Test siklus I 24,5 6 3,459 2,447 Signifikan

2 Test siklus II 27,83 6

Berdasar data hasil siklus II di atas, maka peneliti menyimpul bahwa IHT

signifikan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan alat

peraga pembelajaran, dan melampaui indikator yang telah ditetapkan 66%

menjadi 83% untuk keterampilan dalam mengunakan alat peraga

pembelajaran PAI dan 50% menjadi 66% untuk keterampilan dalam

membuat alat peraga pembelajaran PAI.

4. Refleksi

Sebagaimana data yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dan guru

pengamat merefleksikan dan mengevaluasi bahwa IHT terbukti dapat

meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga PAI, hal ini

dapat ditelaah dari hasil peningkatan frekuensi yang diperoleh pada hasil

test pra siklus, test pada siklus I dan siklus II. Berikut data distribusi

112

frekuensi hasil peningkatan keterampilan guru dalam menggunakan alat

peraga pembelajaran secara keseluruhan:

Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Hasil Secara Keseluruhan

Keterampilan dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran PAI

Kategori Interval Pra Siklus I Siklus II

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0% 0 0% 0 0%

Terampil 29-35 2 34% 3 50% 5 83% Cukup terampil 22-28 2 33% 2 33% 1 17% Kurang terampil 15-21 2 33% 1 17% 0 0%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% 0 0% 0 0% Jumlah 6 100% 6 100% 6 100%

Data di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebelum diadakan

tindakan terdapat 2 guru yang yang terampil atau sebesar 33%, pada siklus I

meningkat menjadi 3 guru yang terampil atau sebesar 50% dan pada siklus

II meningkat lagi menjadi 5 guru yang terampil atau sebesar 83%

melampaui indikator yang ditetapkan sebesar 66% guru terampil dalam

menggunakan alat peraga pembelajaran. Sedangkan hasil yang diperoleh

untuk keterampilan membuat alat peraga pembelajaran dapat dilihat pada

data distribusi frekuensi hasil peningkatan keterampilan guru dalam

membuat alat peraga pembelajaran secara keseluruhan:

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Hasil Secara Keseluruhan

Keterampilan dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran PAI

Kategori Interval Pra Siklus I Siklus II

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Sangat terampil 36-40 0 0% 0 0% 0 0%

Terampil 29-35 1 17% 2 33% 4 66% Cukup terampil 22-28 1 17% 1 17% 1 17% Kurang terampil 15-21 4 66% 3 50% 1 17%

Sangat tidak terampil 8-14 0 0% 0 0% 0 0% Jumlah 6 6 100% 6 100% 6

113

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebelum diadakan

tindakan terdapat 1 guru yang yang terampil atau sebesar 17%, pada siklus I

meningkat menjadi 2 guru yang terampil atau sebesar 33% dan pada siklus

II meningkat lagi menjadi 4 guru yang terampil atau sebesar 66%

melampaui indikator yang ditetapkan sebesar 50% guru terampil dalam

membuat alat peraga pembelajaran PAI. Adapun signifikansi IHT dapat

meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan alat peraga pembelajran

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.27 Hasil Uji Hipotesis Keseluruhan

Keterampilan Guru dalam Menggunakan Alat Peraga Pembelajaran

No Pra siklus-Siklus I Siklus I-Siklus II ttabel

Ket

thitung

1 5,334 5,463 2,447 Signifikan

Tabel 4.28 Hasil Uji Hipotesis Keseluruhan

Keterampilan Guru dalam Membuat Alat Peraga Pembelajaran

No Pra siklus-Siklus I Siklus I-Siklus II ttabel

Ket

thitung

1 3,800 3,459 2,447 Signifikan

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa thitung > ttabel, hal ini membuktikan

bahwa IHT benar-benar signifikan dapat meningkatkan keterampilan guru

114

dalam menggunakan dan membuat alat peraga pembelajaran PAI di SD

Muhammadiyah 01 Wuled.

E. Pembahasan

Alat peraga merupakan alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi

iklim, kondisi dan juga lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh

guru. Di samping itu alat peraga juga dapat membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap siswa, mempermudahkan siswa memahami konsep/prinsip,

memperjelas informasi atau pesan pembelajaran serta mengefektifkan

pembelajaran (Nasution, 2005: 7.4); menangkap suatu objek atau peristiwa-

peristiwa tertentu, dapat memanipulasi keadaan dan peristiwa atau objek

tertentu, sehingga menambah gairah dan motivasi belajar siswa, karena

memiliki nilai praktis dalam mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

dan mengatasi batas ruang kelas serta memperjelas bunyi-bunyi yang sangat

lemah sehingga dapat ditangkap oleh telinga (Sanjaya, 2011: 208-211)

Berkaitan akan hal itu, maka alat peraga memiliki perang yang sangat

penting dalam proses pembelajran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh

peneliti adalah memberikan dan menyediakan layanan kepada guru untuk

meningkatkan kompetensinya, khususnya kompetensi guru dalam penggunaan

alat peraga pembelajaran melalui kegiatan pelatihan atau in House Training

(iHT). Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Nur Khoiri dan Siti

Fathonah (2010: 8), berdasar hasil penelitiannya terdapat peningkatkan

penguasaan materi dan peningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam

menggunakan alat peraga struktur atom dari limbah kertas. Kegiatan iHT

bertujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan

115

dan juga profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. Hal ini di perkuat

dengan pendapat Moekijat dalam Kamil (2010: 11) bahwa tujuan pelatihan

adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan

dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif; meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara

rasional; meningkatkan dan mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan

kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan pimpinan. iHT dalam

penelitian ini, dilaksanakan berdasar permintaan pihak sekolah, pesertanya

adalah guru SD Muhammadiyah 01 Wuled, dengan materi pelatihan yang

disesuaikan dengan kebutuhan guru, dan dilaksanakan di sekolah itu sendiri.

Sebagaimana paparan sebelumnya, kondisi awal sebelum diadakan

tindakan kompertensi guru SD Muhammadiyah 01 Wuled dalam menggunakan

alat peraga, dan keterampilan dalam membuat alat peraga PAI, terlihat

belumlah memenuhi indikator yang diharapkan, proses pembelajaran PAI

belum berjalan secara maksimal dan bermakna. Kompetensi guru dalam

penggunaan alat peraga masih dalam kategori cukup terampil dan keterampilan

dalam membuat alat peraga pada kategori kurang terampil. Setelah peneliti

melakukan uji coba tindakan melalui in Haouse Training, dapat diketahui

secara keseluruhan ada peningkatan kompetensi dalam menggunakan alat

peraga dengan kategori terampil dan keterampilan guru dalam membuat alat

peraga pada kategori cukup terampil. Hal ini menunjukkan bahwa melalui iHT

ternyata signifikan dapat meningkatkan kompetenasi dan keterampilan

tersebut. Namun demikian dari hasil data yang diperoleh belum memenuhi

indikator yang telah ditetapkan. Untuk itu, maka ditetapkan tindakan

116

selanjutnya atau siklus II sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan

keterampilan tersebut sehingga mencapai indikator yang telah ditetapkan.

Berdasar hasil data pada siklus II, diperoleh data yang menunjukkan

adanya peningkatan kompetensi dan keterampilan guru, walaupun pada

kategori yang sama seperti pada siklus ke I, namun telah memenuhi

ketercapaian indikator yang telah ditetapkan yaitu 66% untuk kompetensi

dalam penggunaan alat peraga dan 50% keterampilan dalam membuat alat

peraga pembelajran. Berdasar hasil yang dicapai secara keseluruhan, maka

dapat disimpulkan bahwa iHT signifikan dapat meningkatkan kompetensi guru

dalam mengunakan alat peraga dan meningkatkan keterampilan guru dalam

membuat alat peraga pembelajaran PAI di Sd Muhammadiyah 01 Wuled pada

tahun pelajaran 2012/2013. Hal Ini terbukti dengan prosentase keterampilan

guru dalam menggunakan alat peraga PAI sebelum dilakukan tindakan sebesar

33%, meningkat menjadi 66% pada siklus I dan 83% setelah diadakan siklus II.

Begitu pula prosentase keterampilan guru dalam membuat alat peraga PAI

sebelum dilakukan tindakan sebesar 17%, meningkat 33% pada siklus I dan

pada siklus II meningkat menjadi 66%. Maka hipotesis juga menyatakan

bahwa IHT signifikan dapat menigkatkan kompetensi guru dalam pengguaan

alat peraga PAI di SD Muhammadiyah 01 Wuled, pada Tahun Pelajaran

2012/2013 dapat diterima kebenarannya.

Adanya peningkatan kompetensi dan keterampilan guru tersebut tentu

saja dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti yang telah dikemukakan pada

bab II halaman 42 diantaranya adalah latar belakang pendidikan guru. Seorang

guru yang telah menekuni pendidikan keguruan tentu memiliki muatan ilmu

117

pengetahuan tentang keguruan yang lebih luas, jika dibandingkan dengan guru

yang tidak pernah menekuni pendidikan keguruan, hal ini kemudian

mempengaruhi kegiatan dan pengalaman dalam pembelajaran khususnya

dalam penggunaan alat peraga dan keterampilan dalam membuat alat peraga

pembelajaran, karena dengan latar belakang pendidikan keguruan, seorang

guru dapat menerapkan metode yang tepat, mengelola waktu yang tersedia dan

juga mampu dalam penggunaan alat peraga pembelajaran, sehingga pada

akhirnya alat peraga yang digunakan dapat tepat guna dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Hal ini sesuai apa yang dikemukaan oleh Siagian (2003: 127)

menurutnya tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti dapat

mencerminkan kemampuan intelektual dan jenis keterampilan yang dimiliki

oleh orang bersangkutan, untuk itu latar belakang pendidikan dan pelatihan

pada hakikatnya juga mempengaruhi guru dalam proses pembelajaran termasuk

keterampilan guru dalam penggunaan alat peraga pembelajaran.

Berdasar hasil analisis data juga terlihat bahwa guru SD

Muhammadiyah 01 Wuled yang menduduki kategori terampil adalah mereka-

mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan keguruan dan telah

memenuhi kualifikasi pendidikan S1, sedangkan untuk kategori kurang

terampil dan cukup terampil adalah guru dengan tingkat pendidikan belum S1.

Selain faktor latar belakang pendidikan di atas, terdapat factor lain yang

mempengaruhi kompetensi dan keterampilan guru dalam menggunakan dan

membuat alat peraga pembelajran PAI yaitu factor ketersediaan dan kondisi

siswa. Di SD Muhammadiyah 01 Wuled, ketersediaan alat peraga belumlah

mencakup semua materi dalam pelajaran PAI. Alat peraga yang ada didominasi

118

untuk materi al-Qur’an, dan Ibadah Syariah untuk bab shalat dan wudlu. Untuk

materi Aqidah dan Akhlaq belumlah memenuhi kebutuhan guru akan alat

peraga. Sehingga guru dituntut mengembangkan sendiri untuk alat peraga yang

belum tersedia, misalnya pada materi akhlaq tentang perilaku terpuji, materi

Aqidah pada bab rukun Iman dan rukun Islam serta bab zakat. Berdasar hasil

data terlihat bahwa guru SD Muhammadiyah banyak yang terampil dalam

penggunaan alat peraga Al-Qur’an dan Ibadah syariah karena alat peraga telah

memadai dan tersedia di sekolah.

Sedangkan untuk alat peraga yang belum tersedia, guru

mengembangkannya dengan memilih dan membuatan alat peraga sederhana

yang disesuaikan dengan kondisi siswa, hal ini dimaksudkan agar alat peraga

yang akan digunakan dan dibuat dapat dipahami serta dimengerti oleh peserta

didik, karena siswa terlibat didalammnya. Dengan mengetahui kondisi siswa

maka menggunakan media akan berjalan dengan lancar dan baik untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Asnawir dan Usman, 2002:

16). Untuk itu dalam pembuatan alat peraga hendaklah memilih bahan yang

mudah didapat, tahan lama dan dengan warna yang menarik sehingga dapat

memotivasi siswa dalam pembelajaran.

Berkenaan dengan hal di atas, maka indikator seorang guru yang

terampil dalam penggunaan alat peraga pembelajaran dalam Depdiknas (2006:

15) dijelaskan sebagai berikut: guru mampu menggunakan alat peraga berdasar

prinsip-prinsip penggunaan alat peraga/media pembelajaran; mampu

menyesuaikan penggunaan alat peraga/media dengan materi yang disampaikan;

mampu mengoperasikan alat peraga/media yang telah ada; mampu

119

mendemonstrasikan alat peraga/media pembelajaran, mampu memusatkan

perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran melalu alat peraga/media yang

digunakan; mampu menyampaikan pesan yang menarik melalui alat

peraga/media yang digunakan; melibatkan siswa dalam penggunaan alat peraga

pembelajaran, mampu memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar lainnya

secara efektif dan efisien (sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan).

Sedangkan Suyitno (2007: 11) menjelaskan indikator guru terampil

dalam membuat alat peraga pembelajaran adalah sebagai berikut: guru

membuat alat peraga PAI sesuai dengan materi pelajaran; mampu membuat

alat peraga PAI yang dapat memperjelas konsep pembelajaran; mampu

merangkai satu atau beberapa alat peraga PAI dengan bahan yang mudah

dijangkau; mampu menggunaan/menguji cobakan alat peraga yang dibuat;

mampu merancang kegiatan pemecahan masalah untuk implementasi alat

peraga; menyusun alat peraga yang mengandung unsur pendidikan; mampu

membuat alat peraga yang dapat digunakan oleh guru lainnya; mampu

membuat alat peraga yang mudah dalam pengelolannya.

F. Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana hasil penelitian yang telah peneliti paparkan, penelitian

ini pada akhirnya tidaklah terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan yang

dialami peneliti adalah keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran dengan

cakupan materi yang luas, sehingga demonstrasi penggunaan alat peraga

pembelajaran PAI terkadang menghabiskan waktu yang banyak; penyediaan

alat peraga yang belum memadai karena di dominasi pada materi Al-Qur’an

sedangkan materi ibadah syariah hanya sebagian, begitu juga dengan alat

120

peraga Aqidah Akhlaq belum memenuhi kebutuhan yang perlukan oleh guru,

sehingga guru mendapati kesulitan dalam memperagakannya di kelas, serta

latar belakang pendidikan guru yang belum seluruhnya memenuhi kualifikasi

pendidikan S1 sehingga kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan

oleh pelatih khususnya dalam menggunakan dan membuat alat peraga

pembelajran PAI.

121