5-bab 2
DESCRIPTION
IKDTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ANATOMI GIGI PERMANEN POSTERIOR
Premolar Rahang Atas
a. Premolar 1 Rahang Atas
Merupakan gigi k-4 dari midline. Gigi ini tumbuh menggantikan gigi sulung dm 1 pada
rahang atas. Bentuknya:Occlusal : hexagonalProximal : trapeziumBuccal : pentagonalMemiliki 2 cusp yang sama besarMemiliki 2 akar
Gigi ini mengalami kalsifikasi pada usia 1,5 sampai 1,75 tahun. Email telah terbentuk pada
usia 5-6 tahun. Erupsi terjadi di usia 10-11 tahun, dan akarnya akan sempurna pada usia 11-13
tahun.
Aspek buccalJarak occluso-cervicalnya lebih pendek daripada gigi-gigi anteriorBuccal cusp tip condong ke arah distal (mesio occluso slope lebih panjang)Memiliki bucal cusp ridgeMemiliki mesio buccal dan disto buccal developmental depression
Aspek lingualUkuran mesiodistal mahkotanya lebih kecil daripada di sisi buccalLingual cusp tipnya condong ke arah mesialLingual cusp tip lebih rendah daripada buccal cusp tip
Aspek MesialMemiliki mesial marginal groove yang melintasi mesial marginal ridgeMemiliki mesial concavity yang merupakan cekungan pada bagian tengah dari 1/3 cervical mahkota dan akar
Aspek distalDistal marginal ridgenya lebih mengarah ke cervicalCervical linenya terlihat agak datar
Aspek occlusalLebih lebar sisi bucco-lingual daripada mesio-distalnya
Permukaan occlusal
Gigi ini memiliki 2 cusp, yaitu buccal cusp dan lingual cusp, dengan buccal cusp yang lebih
tajam, panjang, memonjol, dan lebar. Kedua cusp memiliki 4 ridge dan 4 bidang inklinasi. Memiliki
buccal triangular ridge dan lingual triangular ridge yang bertemu di central groove dan membentuk
transversal ridge apabila dilihat dari aspek occlusal. Memiliki mesial triangular fossa dan distal
triangular fossa dengan distal triangular fossa berukuran lebih kecil.
Akar
Premolar 1 rahang atas memiliki akar yang berbeda di antara gigi premolar lainnya karena
umumnya memiliki 2 akar, sedangkan premolar lain hanya memiliki akar tunggal. Pada premolar
yang memiliki 2 akar, akar buccalnya lebih besar daripada akar lingual.
Pulpa
Dari sisi proksimal akan terlihat 2 pulp horns (tanduk pulpa).
b. Premolar 2 Rahang Atas
Merupakan gigi ke-5 dari midline yang tumbuh menggantikan gigi sulung molar 2.
Memiliki bentuk yang sebagian besar sama dengan premolar 1 rahang atas, dengan sedikit
perbedaan yaitu :Mahkotanya berbentuk lebih bulat dan lebih kecilTinggi kedua cusp (buccal dan lingual) hampir samaTidak memiliki mesial concavityUmumnya memiliki 1 akar
Gigi ini mengamlami kalsifikasi pada usia 2 – 2,25 tahun, dengan pertumbuhan enamel yang
selesai pada usia 6-7 tahun. Gigi ini akan erupsi pada usia 10-12 tahun, dan pertumbuhan akarnya
akan selesai pada usia 12-14 tahun. Beberapa perbedaan premolar 1 rahang atas dan premolar 2
rahang atas:
Aspek buccalBuccal cuspnya tidak sepanjang dan seruncing premolar 1Cusp tipnya mengarah ke mesial (disto occlusal slopenya lebih panjang)
Aspek LingualCusp lingualnya relatif lebih panjang daripada cusp lingual pada premolar 1 rahang atas
Aspek MesialKedua cuspnya hampir sama tinggiTidak memiliki mesial marginal groove dan mesial concavity
Aspek oklusalMahkotanya terlihat lebih bulatCentral groovenya umumnya lebih pendek dan tidak teratur
Akar
Premolar 2 rahang atas memiliki akar tunggal, dengan apex yang cenderung condong ke arah distal.
Premolar Rahang Bawah
a. Premolar 1 Rahang Bawah
Gigi premolar 1 rahang bawah merupakan gigi ke-4 dari midline yang menggantikan gigi
sulung dm 1 rahang bawah.
Bentuk dan fungsiMemiliki 2 cusp yaitu cusp buccal dan cusp lingual (cusp buccal fungsional saat oklusi sedangkan cusp lingualnya nonfungsional)Apabila dilihat dari aspek occlusal maka terlihat seperti diamondDari aspek buccal dan lingual terlihat berbentuk pentagonalDari aspek proksimal terlihat seperti jajaran genjang
Gigi premolar 1 rahang bawah mengalami kalsifikasi saat usia ¾-2 tahun dengan email
lengkap pada usia 5-6 tahun. Gigi ini mengalami erupsi saat usia 10-12 tahun, dengan akar lengkap
pada usia 12-13 tahun.
Aspek buccalBuccal cusp tipnya condong ke arah mesial (disto occlusal slope lebih panjang)
Aspek lingualLingual cuspnya jauh lebih kecil, sehingga bidang occlusalnya miring ke arah lingualLingual cusp tipya pendek dan condong ke arah mesialTerdapat mesio lingual developmental groove
Aspek mesialTerlihat inklinasi tepi buccal yang condong kea rah lingual (terlihat pada seluruh gigi posterior)Dari buccal cusp tip ke lingual cusp tip membentuk sudut 45o
Aspek distalMemiliki distal marginal groove
Aspek occlusalBagian mesial terlihat lebih kecil daripada bagian distalSisi mesial terlihat agak convex atau hampir lurusBuccal cusp tip, lingual cusp tip, dan transversal ridge lebih condong ke mesial
Permukaan occlusal
Gigi ini memiliki 2 cusp dengan cusp buccal yang jauh lebih besar daripada cusp lingual.
Kedua cusp memiliki 4 cusp ridge dan 4 bidang inklinasi. Memiliki buccal dan lingual triangular
ridge yang bertemu di central groove dan membentuk transversal ridge.
Akar
Normalnya memiliki 1 akar yang lurus dan apexnya tajam. Permukaan buccal dan lingual
akarnya convex, sedangakn permukaan mesial dan distal agak datar.
b. Premolar 2 Rahang Bawah
Merupakan gigi ke-5 dari midline yang tumbuh menggantikan gigi sulung dm 2 rahang bawah.
Bentuk dan fungsiMahkotanya lebih besar dari premolar 1 rahang bawahMemiliki 2 tipe mahkota, yaitu mahkota dengan 2 cusp dan mahkota dengan 3 cuspDari aspek occlusal mahkota dengan 2 cusp akan terlihat bulat, sedangkan mahkota dengan 3 cusp terlihat persegi
Gigi ini mulai mengalami kalsifikasi pada usia 2 ¼-2 ½ tahun, dan memiliki email yang
lengkap pada usia 6-7 tahun. Gigi premolar 2 rahang bawa akan mengalami erupsi pada usia 11-12
dan memiliki akar yang lengkap pada usia 13-14 tahun.
Beberapa perbedaan premolar 2 rahang bawah dengan premolar 1 rahang bawah :
Aspek buccalBuccal cusp tipnya lebih pendek dan lebih tumpul
Aspek lingualCusp lingualnya lebih tinggi daripada cusp lingual premolar 1, sehingga tinggi bucal cusp tip dan lingual cusp tipnya hampir samaPada tipe 3 cusp akan terlihat buccal cusp, mesio lingual cusp, dan disto lingual cusp. Terlihat lingual groove yang memisahkan mesio lingual cusp dan disto lingual cusp
Aspek mesialBuccal cusp tipnya tidak berada pada sumbu gigi, tetapi lebih ke arah buccal
Aspek distalPada tipe 3 cusp, kedua puncak mesio lingual cusp dan disto lingual cuspnya tampak
Aspek occlusalPada tipe 3 cusp akan terlihat groove yang berbentuk Y, memiliki 3 pit, dan tidak memiliki transversal ridgePada tipe 2 cusp akan terlihat groove yang berbentuk U, dan memiliki 2 pit. Dapat juga terlihat groove berbentuk H, yang juga memiliki 3 pit.
Akar
Gigi premolar 2 rahang bawah memiliki akar yang umunya tunggal, meruncing ke apex, dan
terdapat sedikit inklinasi ke arah distal. Akar ini lebih panjang dari pada akar pada premolar 1
rahang bawah, namun masih lebih pendek apabila dibandingkan dengan akar-akar premolar pada
rahang atas.
Molar Rahang Atas
* P r n Pol r RP n Pol r RPe bedaa a da a
MOLAR RAHANG ATAS MOLAR RAHANG BAWAH
Ukuran buko-lingual mahkota lebih besar dari
ukuran mesio-distal
Ukuran buko-lingual mahkota lebih kecil
daripada ukuran mesiod-distal
Mempunyai oblique ridge Tidak ada oblique ridge
Mempunyai 4 cusp utama dengan lingual cusp
yang ukurannya jelas berbeda (DLC paling
kecil)
Mempunyai 4 atau 5 cusp utama dan kedua cusp
lingual ukurannya seimbang
DLC jelas paling kecil/ hanya berupa ridge/
tidak ada
Ukuran MLC dan DLC seimbang
Terdapat 1 BDG yang memisahkan MBC dan
DBC
Terdapat 1 atau 2 BDG
Terdapat DLG yang memisahkan MLC dan
DLC
Terdapat LG yang memisahkan MLC dan DLC
Pola developmental groove = huruf H Pola developmental groove --< atau +
Mempunyai 3 akar; 2 akar bukal dan 1 akar
palatal
Mempunyai akar; mesial dan distal
Karakteristik umum molar rahang atasErupsi 6 bulan-1 tahun setelah molar mandibulaMerupakan gigi permanen pertama yang erupsi pada gigi maksilaLebih lebar secara buccolingual daripada mesiodistalOutline crown tampak oklusal berbentuk rhomboidal (jajar genjang)Outline crown tampak proksimal berbentuk trapezoidalBiasanya memiliki 4 cusp, 2 pada bukal dan 2 pada lingualTerdapat oblique ridge, kecuali pada molar 3. Oblique ridge terbentuk dari penyatuan triangular ridge pada cusp distobuccal dengan distal cusp ridge pada cusp mesolingual Mempunyai 3 cabang akar (trifurcated) : mesiobuccal, distobuccal, lingual. Akar lingual biasanya yang paling besar dan paling panjangSemakin distal molar atas, makin bervariasi ukuran, bentuk, dan curvature akarnya, juga semakin less divided/divergen.
a. Molar 1 MaksilaErupsi umur 6-7 tahun (akar sempurna pada umur 9-10), merupakan gigi nonsuccedenousMerupakan gigi paling besar pada rahang atasDari semua molar atas, M1 merupakan molar yang kurang bervariasi dibandingkan yang lain
Berkembang dari 5 lobes : 2 bukal, 3 lingual. Memiliki 4 cusp mayor dan 1 cusp minor tambahan (carabelli)Akarnya lebih besar dan lebih terbagi disbanding M2, panjangnya 2x mahkotaUrutan akar bds besar dan panjag : akar lingual, akar mesiobuccal, akar distobuccalPulp cavity nya mempunyai 1 pulp horn untuk setiap cusp mayor, sehingga mempunyai 4 pulp horn3 pulp canal utama, masing2 1 tiap akar, kadang 4 pulp canal dengan 2 pada akar mesiobuccal
Buccal viewUkuran mesiodistal mahkota paling lebarMBC dan DBC tingginya seimbangApex akar MB segaris dengan puncak MBCAkar menyebar
Lingual view DLC cukup besar dan jelasTerdapat 5th cuspAkar lingual lebar
Proximal view Profil akar MB dan akar lingual melebar keluar dari profil mahkota
Occlusal viewOutlinenya square-rhumboidSetiap cusp mayor memiliki 1 triangular ridge dan 3 cusp ridgeUrutan cusp dari yang terbesar : MLC > MBC > DBC > DLC > carabelliCusp carabelli terdapat di permukaan lingual dari MLCTerlihat jelas oblique ridge (dari DBC ke MLC)
b. Molar 2 MaksilaErupsi umur 12-13 (akar sempurna umur 14-16), nonsuccedenousTerdapat banyak sekali variasi, terutama pada ukuran DLCBerkembang dari 4 lobes. Memiliki 4 cusp : 2 bukal, 2 lingual. Dapat juga memiliki 3 cuspAkar lebih kecil dari M1, tingginya sama/lebih panjang, kurang divergent dan lebih parallel.Akal lingual masih yang paling besar dan panjang, tapi lebih lurus dan kurang berinklinasi ke buccal disbanding akar lingual M1Pulp cavity terdiri dari 1 kamar pulpa dan 3 kanal pulpa utama. Setiap cusp mayor biasanya memiliki 1 pulp horn, jadi totalnya ada 4 pulp horn
Buccal viewUkuran MD mahkota lebih kecil dari M1DBC agak lebih pendek dari MBC
Apex akar MB segaris dengan pertengahan mahkotaKedua akar bukal lebih berdekatan
Lingual view DLC lebih kecil dibanding M1Tidak ada 5th cuspAkar lingual lebih sempit
Mesial view Kedua akar bukal hamper sama panjang dan inklinasi ke distalJarak kedua akar bukal lebih dekat
Occlusal viewAda 2 tipe bentuk outline oklusal
Rhomboid : tipe yang lebih sering, mirip M1 tapi lebih tajamHeart-shaped : DLC sangat kecil/tidak ada, mirip M3 atas
c. Molar 3 maksilaErupsi umur 17-21 (akar sempurna umur 18-25)Merupakan molar terkecil dan paling variatif di permanen dentitionLebih kecil dari semua aspek dibanding M2, dan lebih membulatAkar berfusi sebagian atau seluruhnya, sehingga tampak seperti single rootPulp cavity memiliki 1 kamar pulpa dan 3 kanal pulpa. Bila akar berfusi jadi 1, kanal pulpa nya juga 1. Jumlah pulp horns bervariasi tergantung jumlah cusp
Buccal viewUkuran MD mahkota paling kecil dibanding molar atas lainnyaDBC jauh lebih pendek dari MBCAkar jelas berinklinasi ke distal, dan berfusi
Lingual view DLC sering tidak adaTidak ada cusp ke-5Akar lingual paling ramping dibanding M1 dan M2
Occlusal view Terdapat 2 tipe outline oklusal, yang paling sering adalah heart-shaped, sehingga hanya terdiri dari 3 cusp, tanpa DLC atau ada tapi sangat kecilOblique ridge lebih pendek dari M1
Pol r R n P wa aha g a ah
ASPEK BUKAL
MOLAR 1 MOLAR 2 MOLAR 3
Ukuran MD mahkota paling
lebar
Ukuran MD mahkota lebih kecil
dari M1
Ukuran MD mahkota paling
kecil
Mempunyai 3 cusp bukal :
MBC, DBC, DC
Mempunyai 2 cusp bukal :
MBCdan DBC
Ada yang seperti M1 atau M2
Ada 2 BDG: MBDG dan DBDG1 BDG 1 atau 2 BDG
Akar relative vertical dan jarak
kedua akar bukal jauh
Akar berinklinasi ke distal dan
jarak kedua akar bukal lebih
dekat
Akar lebih pendek, berfusi, dan
jelas brinklinasi ke distal
ASPEK LINGUAL
MOLAR 1 MOLAR 2 MOLAR 3
Mahkota jelas menyempit ke
servikal
Mahkota tidak terlalu
menyempit ke servikal
Tidak menyempit ke servikal
ASPEK MESIAL/DISTAL
MOLAR 1 MOLAR 2 MOLAR 3
Akar mesial lebar Akar mesial tidak selebar M1 Seperti M2
Dari distal tampak cusp distal Dari distal tidak ada DC Seperti M1 atau M2
ASPEK OKLUSAL
MOLAR 1 MOLAR 2 MOLAR 3
Outline = pentagonal Outline = rectangular Outline = ovoid
Pola dev. Groove = --< Pola DG = + Pola DG tidak jelas
Mahkota mengecil ke lingual
dan distal, tidak simetris
Mahkota hampir simetris Mahkota membulat
2.2. SEMEN KEDOKTERAN GIGI (sebagai basis)
2.2.1 SEMEN SENG FOSFAT
KOMPOSISI
Semen seng fosfat tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Komposisi bubuk & cairan
m s n Pm s n P tuPa i g a i g ai
Komposisi Persentase
Powder
ZnO
MgO (menurunkan suhu reaksi)
SiO2 (filler)
Bi2O3 (smoothness, ↑ setting time)
BaO2, Ba2SO4, CaO
90.2
8.2
1.4
0.1
0.1
Liquid
H3PO4 (free)
H3PO4 (dikombinasikan dengan Al & Zn)
Al (buffer, ↓ reaktivitas liquid)
Zn (buffer, ↓ reaktivitas liquid)
air
38.2
16.2
2.5
7.1
36.0
Reaksi Setting
Saat powder dan liquid bertemu, reaksi kimia dimulai. Permukaan partikel bubuk akan larut
oleh cairan asam, dan menghasilkan reaksi ekostermal. Saat semen seng fosfat sudah set, maka akan
terdiri dari jaringan seng fosfat (dari liquid) yang mengelilingi partikel seng oksida (bubuk).
FUNGSIbasis restorasi logambahan lutingmelekatkan pita orthodontikbahan restorasi sementara
MANIPULASI
Ada beberapa hal yang diperhatikan agar mampu memperoleh semen dengan sifat-sifat yang
sesuai:Mixing Slab
Temperatur mixing slab harus cukup rendah untuk menyerap panas dari reaksi kimia dari
semen. Suhu mixing slab yang dianjurkan adalah 18o-24oC pada kelembaban kamar (sekitar 40-50%
pada suhu kamar).
Rasio Powder/Liquid
Rasio powder/liquid yang semakin besar akan mempercepat setting time, dengan sifat-sifat
material yang meningkat pula.
Liquid
Liquid mampu menyerap atau mengeluarkan air. Kelebihan air akan mempercepat setting,
kekurangan air akan memperlambat setting. Jaga agar tempat liquid selalu tertutup rapat.
Prosedur Mixing
Pertama campurkan sedikit bubuk ke liquid. Ini akan mengurangi panas yang dihasilkan.
Aduk dengan menggunakan cement spattle & aduk secara meluas. Kemudian campurkan bubuk
yang lebih banyak ke liquid. Setelah itu campurkan lagi sejumlah kecil bubuk untuk menjaga
tingkat konsistensi semen. Waktu pengadukan berkisar antara 60-90 detik.
Metode Slab Beku
Digunakan untuk merekatkan pita orthodontik. Glass slab dimasukkan ke kulkas/freezer
pada suhu 6oC atau -10oC. Campuran semen dibuat dengan meningkatkan bubuk 50%-75%
dibandingkan prosedur normal. Keuntungannya adalah working time yang lebih panjang (4-11
menit) dan setting time yang lebih pendek (lebih pendek 20%-40%) setelah diletakkan dalam mulut.
SIFAT-SIFAT
a. Konsistensi
Untuk luting, cukup cair, semen masih menempel pada spatula saat spatula diangkat setinggi 2-3 cm dari campuran semen.Untuk basis, konsistensi seperti dempulUntuk perekat pita orthodontik, konsistensi diantara kedua tipe konsistensi luting dan basis
b. Kekentalan
Secara umum, kekentalan awal campuran akan meningkat jika suhu saat mencampur lebih
tinggi. Dua menit setelah mixing kekentalan akan jauh meningkat. Karena itu setelah mixing, semen
harus dengan cepat diaplikasikan.
c. pH. Tiga menit setelah mixing, pH mencapai 4.2. Setelah 1 jam maka pH akan naik menjadi
sekitar 6. Dan 48 jam setelah mixing pH akan mendekati 7.
d. Konduktivitas thermal & elektris
Semen seng fosfat adalah insulator panas dan insulator listrik yang baik. Namun jika terjadi
kontaminasi air, maka sifat insulator listrik semen akan jauh berkurang.
P P t l ne ifa ai
SIFAT BESAR
Ketebalan film maksimum 25 mikron
Waktu setting netto 2.5 – 8.0 menit
Compressive strength 96-133 MPa
Tensile strength 3.1-4.5 MPa
Modulus elastisitas 9.3-13.4 GPa
Erosi asam, maksimum 0.1 mm/jam
Kandungan arsenik larut-asam 2 mg/kg
Kandungan timbal larut-asam 100 mg/kg
Kelarutan dalam air (maksimum) 0.2 % dalam 24 jam
2.2.2. SEMEN SENG POLIAKRILAT
KOMPOSISI
Semen seng poliakrilat disediakan dalam bentuk bubuk dan liquid. Atau bisa juga
disediakan dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan air. Liquid terdiri dari larutan asam
poliakrilik 32%-42% yang kadang ditambahkan asam tartar untuk stabilisasi. Sementara bubuk
terdiri dari seng oksida & magnesium oksida. Bubuk untuk dicampur dengan air memiliki partikel
oksida yang diselubungi asam poliakrilik 15%-18%.
FUNGSILuting restorasi logamBasisPerlekatan pita orthodontik
REAKSI SETTING
Semen yang sudah set terdiri dari gel seng poliakrilat yang mengikat partikel seng oksida.
Ikatan terjadi melalui interaksi elektrostatik. Reaksi setting akan melambat pada suhu dingin dan
menjadi lebih cepat pada suhu panas.
MANIPULASI
Powder/liquid ratio biasanya adalah 1:1 sampai 2:1. Untuk semen yang dicampur dengan air
rasio powder/liquidnya adalah 5:1. Mixing dilakukan sampai didapat konsistensi yang seperti krim.Keluarkan liquid segera, taruh di atas mixing slabMix selama 30-60 detik, bagi powder menjadi 2 bagian
PP PTPPP PTF F
SIFAT BESAR
Ketebalan film maksimum 25 mikron
Waktu setting netto 2.5 – 8.0 menit
Compressive strength 57-99 MPa
Tensile strength 3.6-6.3 MPa
Modulus elastisitas 4.0-4.7 GPa
Erosi asam, maksimum 0.1 mm/jam
Kandungan arsenik larut-asam 2 mg/kg
Kandungan timbal larut-asam 100 mg/kg
Kekuatan ikatan pada dentin 2.1 MPa
Kelarutan dalam air (maksimum) <0.05 % dalam 24 jam
2.2.3. EUGENOL SENG-OKSIDA (ZOE)
FUNGSIBasisRestorasi sementaraLuting
KPPPPPPPP
Bahan % berat
BubukSeng oksidaWhite rosin (mengurangi brittleness)Seng stearat (plasticizer)Seng asetat (menaikkan kekuatan)
69.0
29.3
1.0
0.7
Liquid (ZOE)EugenolOlive oil 85.0
15.0
REAKSI SETTING
Reaksi setting terjadi ketika 2 molekul eugenol bereaksi dengan ZnO untuk membentuk
seng eugenolate. Reaksi ini harus disertai dengan adanya air. Nantinya semen yang sudah set terdiri
dari matriks seng eugenolate yang mengikat partikel seng oksida. Reaksi ini dipercepat dengan
kenaikan suhu dan kelembaban.
SIFAT-SIFATKetebalan film, untuk sementasi berkisar antara 25-40 mikronWaktu setting, berkisar antara 4-10 menitKekuatan tekanan:Untuk sementasi, 35 MPaUntuk basis, 25 MPaUntuk lining, 5 MPaDisintegrasi semen, dalam waktu 24 jam sekitar 1.5% - 2.5% semen terdisintegrasi
2.2.4 GIC
GIC juga bisa digunakan sebagai basis pada kedokteran gigi. GIC yang digunakan untuk
basis adalah GIC tipe III. GIC seperti diketahui disediakan dalam bentuk bubuk dan liquid, kapsul,
atau pasta. Bubuk terutama terdiri atas kalsium fluoroaluminosilikat glass. Liquidnya adalah asam
poliakrilat.
Klasifikasi GIC
Type I – Luting
Use : sementasi
Setting rate : fast set
Powder : liquid ratio 1,5:1
Radioopaque
Film thickness : 20µ atau kurang
Type II-1 – Restorative
Use : restorasi estetik
Powder : liquid ratio 3:1 or lebih besar
Radioopaque
Type II-2 – Restorative Reinforced
Use : untuk restorasi yang membutuhkan kekuatan
Setting rate : fast set
Powder : liquid ratio 3:1 or greater
Radioopaque
Type III – Lining or Base
Lining
Use : lining
Powder : liquid ratio 1,5:1
Radioopaque
Base – dentine substitute
Use : basis
Setting rate : fast set
Powder : liquid ratio 3:1 or lebih
Radioopaque
Manipulasi
Kavitas yang akan ditumpat dipersiapkan sehalus mungkin. Asam Poliakrilat 10%
diletakkan selama 10 detik.
Bersihkan dengan air (water spray) selama 10 detik. Lalu keringkan permukaan kavitas,
namun harus masih dalam keadaan lembab.
Letakkan GIC yang telah dimanipulasi, baik secara handmixing maupun mixing machine ke
kavitas, menggunakan syringe.
Letakkan matriks, untuk mendapatkan adaptasi yang baik antara tumpatan dengan email dan
dentin, tunggu sampai mengeras. Lalu bersihkan kelebihan GIC di sekitar kavitas.
Lepaskan matriks dan lindungi tumpatan dengan resin sealant untuk mempertahankan
keseimbangan air.
Haluskan tumpatan, jika diperlukan dengan menggunakan slowly rotating bur steel tanpa
menggunakan semprotan air/ udara.
Periksa daerah gingival margin, agar jangan ada sealant yang berlebih.
Evaluasi tumpatan setelah 1 minggu, haluskan kembali apabila diperlukan.
2.3. MATERIAL RESTORASI LOGAM DIRECT – AMALGAM
2.3.1. KOMPOSISI
PlloP m l m t r m nP lowP opp r lloPa a ga e bagi e adi c e a
(P n un n Pu < PPP n P opp r P lloP (PPPPPPPPPa d ga da highce aAlloy Bentuk Partikel Elemen (%)
AgSnCuZnInPd
Low opp rc e
Irreguler atau sferis
63-70 26-28 2-5 0-2 0 0
High CopperAdmixed reguler
Admiexed unikomposissional
Unikomposisional
IregulerSferisIregulerSferisSferis
40-7040-6552-5352-5340-60
26-300-3017-1817-1822-30
2-3020-4029-3029-3013-30
0-20-1000
0000
0-5
00-10.30.30-1
2.3.2. AMALGAMASI
Triturasi/amalgamasi adalah proses mixing dimana amalgam dicampur dengan merkuri
cair untuk membasahi permukaan partikel supaya terjadi reaksi antara merkuri dan alloy. Reaksi ini
pada prinsipnya adalah reaksi permukaan. Reaksi awal berjalan dengan cepat, namun reaksi selesai
dalam hitungan hari atau bahkan minggu, dan hal ini ditunjukkan dengan perubahan sifat mekanis
sesuai waktu. Amalgamasi pada low copper alloy dan high copper alloy berbeda. Perbedaannya
yaitu:
Low-copper alloy
Amalgam alloy dicampur dengan merkuri liquid untuk membasahi partikel sehingga
reaksi terjadi. Merkuri berdifusi ke dalam partikel perak(Ag) dan timah (Sn) dan akan
membentuk campuran Ag-Hg(fase gamma 1 sekitar 54-56%), dan Sn-Hg(fase gamma 2
sekitar 11-13%). Selain itu juga terbentuk fase gamma unreacted(27-35%) karena jumlah
liquid merkuri yang tidak mencukupi untuk bereaksi. Reaksi kimianya secara sederhana:
ᵧ (Ag3Sn) + Hg → ᵧ(Ag3Sn) + ᵧ1 (Ag2Hg3) +ᵧ2(Sn7-8Hg)
High-copper Alloy
Amalgamasi pada high copper akan mengeliminasi fase gamma 2 (Sn-Hg). Fase gamma
2 memiliki sifat yang lemah dan mudah korosi. Maka dari itu high-copper lebih kaku.
Karena kandungan tembaga yang tinggi terdapat Ag-Cu(eutetic). Setelah merkuri
berdifusi dan larut dalam partikel-partikel akan membentuk fase-fase seperti reaksi low-
copper alloy, hanya saja high copper alloy terdapat Ag-Cu.
Reaksi kimianya secara sederhana terdiri dari dua reaksi. Reaksi pertama yaitu:
ᵧ (Ag3Sn) + Ag-Cu(eutetic) + Hg → ᵧ(Ag3Sn) + ᵧ1 (Ag2Hg3) +ᵧ2(Sn7-8Hg) + Ag-
Cu(eutetic)
Kemudian terjadi reaksi berikutnya dimana fase gamma 2 akan dieliminasi oleh tembaga
dan membentuk fase eta prime (Cu6Sn5).
ᵧ2(Sn7-8Hg) + Ag-Cu(eutetic) → ἡ(Cu6Sn5) + ᵧ1 (Ag2Hg3) + Ag-Cu (eutetic)
2.3.3. MANIPULASI
Perbandingan alloy dan merkuri
Proporsinya bisa 1:1 atau kurang dari 1:1. Persentase merkuri bisa bervariasi dari 43%-54%.
Biasanya ada kapsul yang terdiri dari powder dan liquid dengan proporsi tertentu. Ukurannya
bermacam-macam mulai dari 400, 600, 800, atau 1200 mg alloy.
Mixing amalgam
Dengan menggunakan amalgamator/triturator. Alat ini ada yang mampu diatur kecepatan
dan waktu mixing. Alloy low-copper butuh triturasi dengan kecepatan rendah, sebaliknya high-
copper alloy butuh triturasi kecepatan tinggi. Biasanya produsen produk alloy akan memberi
rekomendasi waktu dan kecepatan yang dibutuhkan untuk proses triturasi.
P t tr tur s P s s P t rP aa i a i bi a aae a di
ov rtr tur t on t u un rtr tur t onP P r nP e i a i a a de i a i i i a
nt r l nPa a a ai
Sifat Undertrituration Overtrituration
Penampakan Crumbly, gelap Cenderung soupy
Working time Bertambah Berkurang
Kekuatan tekan dan tarik Turun Naik atau turun (pada alloy
sferis)
Creep (deformasi permanen
akibat beban yang statis)
Turun Naik
Kondensasi
Kondensasi dilakukan setelah amalgam diletakkan ke kavitas. Saat kondensasi, terjadi
adaptasi massa amalgam ke dinding kavitas dan terjadi pengeluaran merkuri dari tambalan. Makin
banyak merkuri maka sifat tambalan akan makin lemah. Kondensasi bisa dilakukan secara mekanis
atau manual.
Untuk kondensasi manual, digunakan amalgam condenser dengan ujung bulat, segitiga,
oval, dll. Untuk kavitas kecil gunakan ujung condenser yang kecil, untuk kavitas besar gunakan
ujung kondenser besar. Kondensasi dilakukan secara vertikal dan lateral. Kondensasi mekanis
dilakukan untuk kondensasi pada alloy ireguler yang butuh gaya kondensasi lebih besar.
Kadar Merkuri dan Kontaminasi Air
Makin tinggi kadar merkuri maka sifat amalgam akan menurun. Merkuri lebih banyak
terdapat pada tepi restorasi, karena itu kavitas harus diisi secara berlebih baru kemudian di-carve
untuk membuang merkurinya.
Kontaminasi air pada mixing atau kondensasi akan menyebabkan ekspansi berlebihan pada
material tambalan. Karena itu saat menambal kavitas dan amalgam harus bebas kontaminasi saliva.
Finishing dan Polishing
Setelah dikondensasi, ada proses finishing & polishing. Finishing dilakukan dengan carving
dan burnishing. Polishing dilakukan dengan brush berputar.
2.3.4. SIFAT-SIFATCompressive strength
Sifat yang paling baik dari amalgam karena amalgam tahan terhadap tekanan (compress),
tetapi lemah terhadap tarikan(tension) dan gesekan(shear). Desai kavitas harus
meminimalisasikan terjadinya tarikan dan gesekan pada amalgam.Rigiditas
Penting untuk restorasi daerah yang menerima beban kunyah tinggi. High-copper lebih kaku
dari low-copper.Creep
Jika amalagam mendapatkan tekanan secara terus menerus, dia akan mengalami deformasi
secara terus menerus juga. Low-copper memiliki creep yang lebih tinggi dari high-copper.Dimensional Change
Pada 20 menit pertama, amalgam mengalami kontraksi dan setelah 6-8 jam mulai
mengalami ekspansi yang pada akhirnya berhenti mengalami ekspansi setelah 24 jam.Corrosion
Pada low-copper, fase gamma 2 menyebabkan terjadinya korosi karena memiliki corrosion
resistance yang rendah. Sedangkan pada high copper, yang menyebabkan korosi adalah fase
eta prime, namun fase eta prime memiliki corrosion resistance tinggi. Korosi yang
berlebihan akan mengakibatkan terjadinya porositas, kehilangan kekuatan, dan
menghasilkan produk metal dalam mulut.
2.4. RADIOANATOMI GIGI POSTERIOR
2.4.1. GigiEnamel termineralisasi 90%, memperlihatkan gambaran yang lebih radiopaque dibandingkan jaringan lain karena enamel merupakan bagian paling padat di tubuh manusia.Dentin termineralisasi 75%, tampak kurang radiopaque dibandingkan enamel.Cementum termineralisasi 50%, umumnya tidak terlihat pada gambaran radiografis karena sulit dibedakan dengan gambara radiografis dentin dan lapisannya sangat tipis.Pulpa merupakan jaringan lunak sehingga tidak terlihat secara radiografik. Yang tampak adalah rongga berisi jaringan pulpa, yaitu saluran akar dan kamar pulpa, yang tampak radiolusen dari pusat mahkota hingga ujung apical akar gigi.
2.4.2. Jaringan PenopangLamina dura merupakan tulang kortikol yang membatasi soket akar gigi. Gambaran berupa garis radioopak tipis mengelilingi akar gigi dan ruang periodontal, langsung berhubungan dengan korteks tulang yang meliputi puncak tulang interdental (alveolar crest).Alveolar crest (puncak tulang interdental) tulang spongiosa yang diliputi oleh tulang kortikal tipis yang berada diantara dua akar gigi yang bertetangga, kelanjutan dari lamina dura. Bentuk puncak tulang alveolar di daerah anterior : segitiga ujung meruncing, sedangkan di posterior : permukaan mendatar. Gambaran radiografisnya berupa garis radiopak.Periodontal Ligamen Space berada diantara akar gigi dan lamina dura, tampak sebagai rongga berupa garis radiolusen tipis memanjang mengelilingi akar gigi dengan tebal yang sama.
Periodontal ligamen terdiri dari jaringan lunak (sebagian besar adalah kolagen), sehingga
secara radiografik tidak tampak.
Cancellous bone/trabecular bone/spongiosa terletak diantara tulang kortikal di kedua rahang. Terdiri dari radiopak (trabekula) yang mengelilingi radiolusen (ruang sumsum tulang/intermedullary).
Perbedaan pola trabekula:rahang atas trabekula berbentuk seperti jala (#)rahang bawah trabekula berbentuk seperti tangga (=)
Urutan kepadatan sumsum tulang dari yang terpadat: anterior maksila, posterior maksila,
anterior mandibula, posterior mandibula.
2.4.3. Struktur anatomi pada maksilaIntermaxillary Suture/ Sutura Medianan Palatina berupa garis tipis radiolusen yang memanjang dari alveolar crest diantara gigi central insisiv menuju bagian posterior hard palatum. Merupakan persatuan palatum kanan dan kiri.
Anterior Nasal Spine berupa segitiga radiopak di pertengahan rahang atas, kurang lebih 1,5 -
2 cm diatas alveolar crest.Nasal fossa berupa daerah radiolusen (air-filled) disebelah kanan dan kiri septum nasalis, yang didasari oleh garis radioopak yang berada di daerah lateral dari anterior nasal spine. Umumnya tampak pada maksila sentral insisiv.
Foramen insisivum berupa radiolusen berbentuk bulat atau elips dengan diameter 2mm-1cm. Berada di daerah midline anterior rahang atas, diantara atau sedikit diatas dari akar kedua gigi insisivus satu.
Superior Kanalis Nasolakrimal Foramina radiolusen bulat atau oval diatas apeks central incisors. Berada di lateral nasal septum dan posterior dari anterior nasal spine.
Lateral Fossa/ Insisiv Fossa cekungan tulang pada maksila di dekat apical gigi insisivus 2. Berupa daerah radiolusen.
Jaringan lunak hidung sering tampak pada radiogram periapikal gigi incisivus atas. Berupa bayangan radiopak berbatas jelas tumpang tindih dengan akar2 gigi insisiv atas.
Nasolacrimal Canal berupa radiolusen bulat atau oval diatas apeks caninus.
Sinus maksilaris merupakan rongga berisi udara, sehingga akan tampak radiolusen. Radiolusensi ini dapat terdiri dari lobus2 dibatasi oleh tulang yang merupakan dinding sinus maksilaris berupa garis radioopak tipis, meluas dari daerah apical premolar sampai dengan daerah molar 2 atau molar 3. Pada beberapa keadaan, rongga sinus dapat meluas sampai ke daerah interdental gigi, di daerah puncak tulang alveolar.
10. Prosesus Zygomatik dan Zygomatic Bone
Tampak berupa pita radiopak berbentuk huruf “U”, sering bertumpang tindah dengan
akar2 gigi molar. Arcus Zygomatik merupakan daerah radiopak yang memanjang yang
menyambung dengan prosesus zygomatik (pita U).
Nasolabial Fold berupa garis radioopak di sekitar gigi premolar.Pterygoid Plates berupa daerah radioopak.
2.4.4. Struktur Anatomis pada Mandibula
1) Simfisis
Berupa garis radiolusen di garis tengah rahang antara decidual central incisivus. Sutura ini berfusi
di akhir umur 1 tahun, setelah itu tidak terlihat lagi dalam hasil radiografis. Jika radiolusensi ini
ditemukan pada manusia dewasa, maka dikatakan abnormal dan terjadi fracture atau cleft.
SHAPE \* MERGEFORMAT
2) Genial tubercles
Berada di permukaan lingual dari mandibula bagian anterior dan di sekitar midline. Tampak di
daerah akar-akar gigi incicivus 1 bawah, berbentuk bulatan radiopak dengan bulatan kecil
radiolusen di pertengahannya yang merupakan radiolusensi foramen lingualis.
SHAPE \* MERGEFORMAT
3) Mental ridge
Tampak berupa pita radiopak dengan lebar dan kepadatan yang bervariasi. Tampak bertumpang
tindih dengan akar-akar gigi anterior rahang bawah. Gambaran dari mental ridge terlihat jelas saat
pancaran sinar diarahkan paralel dengan permukaan mental tubercle (bisecting acting technique)
SHAPE \* MERGEFORMAT
4) Mental fossa
Merupakan penurunan pada aspek labial dari mandibula yang memanjang secara lateraldari midline
dan berada di atas mental ridge. Hampir mirip dengan submandibular fossa.
SHAPE \* MERGEFORMAT
5) Foramen mentalis
Tidak selalu tampak pada radiogram. Bila tampak, terlihat berupa radiolusensi kecil dengan batas
tidak jelas di daerah apikal gigi premolar rahang bawah. Bentuknya dapat bulat, oval maupun tidak
beraturan. Lokasinya terletak di daerah apikal gigi kaninus sampai premolar 2.
SHAPE \* MERGEFORMAT SHAPE \* MERGEFORMAT
6) Kanalis Mandibularis
Tampak berupa pita radiolusen yang dibatasi oleh kedua garis radiopaktipis yang merupakan
dinding kanalis. Ujung apikal gigi molar 3 dapat tampak berkontak atau bertumpang tindih dengan
kanalis.
SHAPE \* MERGEFORMAT
7) Nutrient canals
Berisi jaringan neurovaskuler, berupa garis radiolusen dengan lebar yang sama berjalan vertikal ke
arah apikal gigi atau ke daerah interdental gigi incicivus bawah.
SHAPE \* MERGEFORMAT
8) Mylohyoid ridge
Terletak di daerah permukaan lingual mandibula. Tampak berupa garis radiopak tebal yang
melintang dari regio apikal gigi molar 3 ke daerah apikal premolar di bwah linea oblik eksterna.
9) Submandibular gland fossa
Pada permukaan lingual mandibula di regio molar tepat di bawah ridge mylohyoid sering tampak
adanya cekungan tulang. Pada cekungan ini terletak kelenjar submandibula. Tampak berupa
radiolusen di daerah apikal gigi molar, dibatasi oleh mylohloid ridge di bagian superior, di bagian
inferior oleh tepi bawah mandibula.
SHAPE \* MERGEFORMAT
10) Eksternal oblique ridge
Tampak berupa garis radiopak melintang di regio molar 3 ke arah antero-inferior sampai dengan
daerah molar 1.
SHAPE \* MERGEFORMAT
11) Inferior border of the mandible
Berupa pita radiopak
12) Coronoid process
Berupa segitiga radiopak di regio posterior molar 3
2.4.5. Material Kedokteran Gigi
Pada radiograf, terlihat pula material kedokteran gigi seperti bahan restoratif. Material-
material ini memiliki gambaran tertentu, apakah gambaran itu radiopaque atau radiolusen.Material radiolusen silikat (tp sudah jarang digunakan), komposit (biasanya untuk gigi anterior), porselen (biasanya digabung dengan metallic coping).Material radiopak restorasi komposit, sealant, stainless steel pin, cement, base, amalgam, gold foil, cast gold, nonprescious alloy, dan gutha percha (material untuk mengisi tooth canal saat terapi endodontic.
2.4.6. Evaluasi Mutu RadiografEvaluasi mutu radiograf diperlukan untuk menentukan apakah suatu radiograf dapat
diinterpretasi atau tidak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan mutu suatu radiograf:
Pastikan objek tercakup dan berada di tengah radiograf. Maksudnya objek tercakup adalah batas luar objek tersebut berada di dalam radiograf.Pastikan kontras, ketajaman, dan detil radiograf baik. Lihat daerah yang tidak ada stuktur anatomisnya (yang gelap/hitam), perhatikan apakah daerah itu hitam atau abu-abu atau malah putih dll. Bila daerah tersebut hitam gelap, maka kontras suatu radiograf itu baik.Pastikan daerah interdental terlihat jelas. Daerah interdental maksudnya adalah daerah di antara gigi yang bersebelahan dan tampak radiolusen pada radiograf.Pastikan cusp bukal dan cusp palatal/lingual terletak sebidang. Maksudnya adalah, cusp bukal dan cusp palatal/lingual berada pada keadaan sebenarnya. Pada gigi posterior RA, cusp bukal lebih tinggi sekitar 1-2 mm dari cusp palatal/lingual. Pada gigi posterior RB, cusp bukal lebih tinggi sekitar 0,5-1,5 mm dari cusp palatal/lingual.
Pastikan distorsi yang terjadi itu minimal.Distorsi adalah perubahan dari keadaan suatu benda yang sesungguhnya. Ini disebabkan karena kesalahan saat proses pengambilan foto rontgen. Misalnya karena pasien bergerak saat difoto sinar-X. Distorsi dibedakan menjadi distorsi vertikal dan distorsi horizontal. Distorsi vertikal ditandai dengan “cusp bukal dan cusp palatal/lingual yang tidak terletak sebidang”. Sementara distorsi horizontal ditandai dengan gigi yang tumpang tindih dengan gigi sebelahnya sehingga ”ruang interdental tidak tampak jelas”.