4pembahasan minimum area.docx

5
4.2. Pembahasan Praktikum peletakan dan ukuran sampling dengan metode luas minimum area dilakukan pada hari selasa (6/10/2014). Praktikum dimulai pada pukul 06.30-09.00 WIB. Lokasi pengamatan dilakukan di transek 1 pada plot 4,5, dan 6. Dilakukan pengamatan vegetasi dari luas 0,5x0,5 m ; 0,5x1,0 m; 1,0x1,0m; 1,0x2,0m; 2,0x2,0m; 2,0x4,0m; 4,0x4,0m; 4,0x8,0m; 8,0x8,0m; 8,0x16,0m; 16,0x16,0m; 16,0x32,0m dan 32,0x32,0m. pengambilan titik awal pengamatan dilakukan dari area yang memiliki tingkat keragaman jenis paling tinggi hingga area yang memiliki tingkat keragaman jenis yang rendah. Dihitung penambahan jenis pada tiap area dan dihitung sebagai jumah kumulatif. Metode yang digunakan pada praktikum peletakan dan ukuran sampling adalah metode luas minimum area. Menurut Rahardjanto (2001), minimum area adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi tertentu secara keseluruhan. Jumlah sampel dapat dikatakan representative apabila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar tumbuhan pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 1993). Metode minimum area sangat menitikberatkan pada keanekaragaman jenis di suatu lokasi pengamatan. Makin besar tingkat keragaman jenis yang terdapat para suatu lokasi, maka semakin luas petak contoh yang digunakan. Analisis data dilakukan menggunakan metode grafik Cain. Menurut Cain (1938) luas minimal petak contoh ditentukan pada suatu luasan dimana 10 % dan 5% dari

Upload: aya-s-novia-w

Post on 16-Nov-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4.2. Pembahasan Praktikum peletakan dan ukuran sampling dengan metode luas minimum area dilakukan pada hari selasa (6/10/2014). Praktikum dimulai pada pukul 06.30-09.00 WIB. Lokasi pengamatan dilakukan di transek 1 pada plot 4,5, dan 6. Dilakukan pengamatan vegetasi dari luas 0,5x0,5 m ; 0,5x1,0 m; 1,0x1,0m; 1,0x2,0m; 2,0x2,0m; 2,0x4,0m; 4,0x4,0m; 4,0x8,0m; 8,0x8,0m; 8,0x16,0m; 16,0x16,0m; 16,0x32,0m dan 32,0x32,0m. pengambilan titik awal pengamatan dilakukan dari area yang memiliki tingkat keragaman jenis paling tinggi hingga area yang memiliki tingkat keragaman jenis yang rendah. Dihitung penambahan jenis pada tiap area dan dihitung sebagai jumah kumulatif. Metode yang digunakan pada praktikum peletakan dan ukuran sampling adalah metode luas minimum area. Menurut Rahardjanto (2001), minimum area adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi tertentu secara keseluruhan. Jumlah sampel dapat dikatakan representative apabila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar tumbuhan pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 1993). Metode minimum area sangat menitikberatkan pada keanekaragaman jenis di suatu lokasi pengamatan. Makin besar tingkat keragaman jenis yang terdapat para suatu lokasi, maka semakin luas petak contoh yang digunakan. Analisis data dilakukan menggunakan metode grafik Cain. Menurut Cain (1938) luas minimal petak contoh ditentukan pada suatu luasan dimana 10 % dan 5% dari luas total petak sampel menghasilkan hanya 10dan 5% jumlah spesies dari total spesies yang tercatat. Hasil dari perhitungan dibuat sebuah garis sejajar dari titik (0,0), kemudian diproyeksikan garis tersebut terhadap garis yang pertama yang menyinggung secara tangensial. Dari titik garis yang bersinggungan ditarik garis lurus ke bawah (sumbu x) untuk memperoleh nilai minimum area yang representative. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan pada tiap plot, didapatkan hasil luas minimum area yang berbeda-beda. pada plot 1, didapatkan hasil luas minimum area sebesar 67,5 m2. Hasil grafik pada plot 1 cukup baik, karena menghasilkan kurva yang tidak naik turun , dan hasil data sesuai dengan yang semestinya, yaitu dimulai pada area yang memiliki nilai keragaman jenis paling tinggi hingga area yang memiliki keragaman jenis terendah.Pada plot 2, didapatkan hasil luas minimum area sebesar 112,5 m2. Pada plot 2, grafik yang didapatkan tidak cukup baik, hal tersebut ditandai dengan kurva yang naik turun. Hal ini disebabkan adanya kesalahan penentuan lokasi awal minimum area, yaitu diambil pada lokasi yang memiliki keragaman jenis rendah hingga area yang memiliki keragaman jenis tinggi. Kesalahan dalam penentuan titik awal dikarenakan area plot 2 didominasi oleh vegetasi yang homogeny, sedangkan daerah diluar transek memiliki vegetasi dengan tingkat keragaman yang tinggi. Pada plot 3, didapatkan hasil luas minimum area sebesar 11,25 m2. Pada grafik plot 3 didapatkan bentuk kurva yang baik, dimana kurva naik dan pada saat tertentu didapatkan kurva konstan. Hal tersebut dikarenakan pemilihan lokasi awal yang tepat, yaitu lokasi dengan tingkat keragaman jenis yang tinggi hingga area dengan tingkat keragaman jenis rendah. Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa plot yang memiliki luas minimum area paling baik adalah plot 3. Hal tersebut dikarenakan grafik pertambahan spesies yang didapatkan menunjukan kenaikan pertambahan spesies, namun pada suatu titik didapatkan pertambahan yang konstan. Plot 3 memiliki luas minimum area paling kecil sehingga dibutuhkan luas area yang kecil untuk mendapatkan hasil vegetasi yang mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Sedangkan grafik pada plot 2 kurang baik karena hasil yang didapatkan yaitu menunjukan kurva yang naik-turun, hal tersebut dikarenakan peletakan sampel pada plot pertama bukan di tempat yang memiliki banyak keanekaragaman, sehingga luas minimal area yang dibutuhkan untuk mendapatkan pertambahan spesies yang konstan cukup besar. Menurut Diervaltas (1982), kurva minimum area yang baik adalah kurva yang memiliki kesalahan kecil dengan adanya factor koreksi.Luas area tempat pengambilan vegetasi tumbuhan sangat bervariasi, tergantung pada bentuk dan struktur vegetasi. Hal yang peru diperhatikan adalah seluas apa percontohan diambil, harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi dan seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasiitu berada dalam area sampel. Dengan demikian akan didapatkan suatu wilayah terkecil yang dapat mewakili vegetasi. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum area (Rahardjanto, 2007).Menurut Irwan (2007), luas minimum area yang ada di berbagai tipe hutan dan tempat antara lain : a. Hutan kerangan, Serawak = 2,5-2,6 hab. Hutan diptercapaceae, Filipina = 1,9-2,2 hac. Hutan hujan campuran, Serawak = 4,4 had. Hutan hujan, Kalimantan selatan = 2,6-3,1 hae. Hutan hujan Liberia = 3,6-4,2 haf. Hutan hujan tropis = 3 haBanyak penelitian dihutan hujan tropis menghasikan spesies area yang terus naik karena banyaknya jenis pohon yang terdapat dalam tegakkan. Kebanyakan hutan hujan tropis petak tunggal seluas 1,5 ha sudah cukup mewakili suatu tegakkan (Irwan, 2007).

Diervaltas, P. Van Der M.G., Van Der P.H. 1982. A New Approuch to The Minimal Area of a Plant Community. Springer Vegetation 50 (2) 72Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press : YogyakartaRahardjanto, A.K. 2001. Ekologi Tumbuhan. Biologi FKIP. UMM : MalangHidayat, Syamsul. 2014. Kondisi Vegetasi di Hutan Lindung Sesaot, Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sebagai Informasi Dasar Pengelolaan Kawasan. Jurnal penelitian Kehutanan Wallacea, Vol. 3 No.2, Juni 2014 : 97-105. Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan Institut Pertania Bogor. Irwan, Z.D. 2007. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara Press : Medan