49bb0d01
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS
TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Diajukan Untuk Me
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS
TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Oleh :
RIZKI WULANDARI
205.112.079/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2010
1
HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS
TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
SKRIPSI BERJUDUL
HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS
TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Rizki Wulandari
205.112.079/FE/Ak
Telah dipertahankan di depan tim penguji
Pada tanggal : 12 Juni 2010
Maka atas nama panitia Negara Sastra Ekonomi menyatakan
telah memenuhi syarat untuk diterima
Pembimbing
(Susi Indriani,M.s,ak)
Jakarta, Agustus 2010
Universitas Pembangunan Nasional ”veteran” Jakarta
Fakultas Ekonomi
Kepala Program S1 Akuntansi
(Satria Yudhia Wijaya, SE,M.s,Ak)
NIP : 098.120.560
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat hidayah dan anugrahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Perputaran Piutang dan Tingkat Likuiditas Terhadap Tingkat
Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, disusun
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta.
Dalam penelitian ini penulis mendapat banyak sekali bantuan dari berbagai
pihak baik dari segi moril atau pun moril. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan,
sumbangan pikiran, dukungan dan nasehat yang berharga. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Ir. Budiman Djoko Said, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jakarta.
2. DR. Erna Hermawati, MM, AK, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta.
3. Satria Yudhia Wijaya SE, MS, AK selaku Ketua Program Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta.
4. Susi Indriani Ms, Ak, Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia dengan
penuh kesabaran membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada semua Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis selama masa perkuliahan.
6. Semua staf Fakultas Ekonomi dan staf Perpustakaan Umum Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” jakarta yang telah memberikan pelayanan
yang baik kepada penulis.
7. Kedua orang tua ku tercinta Bapak (Muhamad Salman) dan mama’ (Kamti
Erawati yang tak pernah berhenti menguntaikan doa serta selalu memberikan
ketulusan kasih sayang, pengorbanan, dan keikhlasan dalam menuntun langkah
ananda untuk melalui proses kehidupan. Terima kasih banyak, meski rasa
terima kasih yang ananda ucapkan tak kan bisa membalas perjuangan kalian
dalam membesarkan ananda. Salam sayang selalu dari ananda, dan ananda
berharap kalian selalu memberikan restu hingga ananda bisa meraih kesuksesan
di dunia dan akhirat kelak. Dan memberikan kebahagiaan kepada kalian. Amin.
8. Buat kaka ku semua Mba Ipah & Mas budi, Mas Anis, Mas Ilham atas
dukungannya dan pembelajaran untuk memaknai kehidupan. Terima kasih
banyak.
9. Keponakan ku De’ Fakhry dan De’ Naily yang selalu membuat hari-hari ku
banyak tertawa melihat tingkah mu yang lucu. Jadi anak yang soleh ya dek.
10. Buat keluarga besar aku yang ada di Jogja atas doa dan suportnya.
11. Ka’ Sara yang banyak banget ngebimbing aku. Love You Ka’.
12. Teman-teman terbaikku Lia, Mba Eka, Ce’nani, Hinda, Nana, Dita, Weni, Ines,
Luli, Rahma, Diyah, Endah. Semoga persahabatan kita abadi ukhti.
13. Sahabat kecil ku Nicha, Nie, Aminah, Soleha, Ikis terus kejar cahaya Alloh
kawan. Dan terus belajar dari berbagai masalah yang dialami untuk proses
pendewasaan diri.
14. Teman-teman AKSI 2005 lok A dan B atas doa, semangat dan dukungannya.
Suikses.
15. Semua temen-temen Rohis FE “AL-JIHAD” dan “LDK USWAH” syukron buat
semuanya. Berjuang terus ya kawan sampai tujuan kita tercapai.
16. Dek erin, dek cici, dek sulis, dek rani, dek geges, dek tika, dek ines Maaf atas
segala kekurangan diri. Jangan pernah berhenti untuk mencari cahayaNya.
17. Mba upik dan Mas opik. Terima kasih print nya.
18. Semua pihak yang tidak tercantum. Kalian yang aku kenal. Aku simpan dalam
memori dan hatiku, semoga selalu ingat. Jazakumulloh sudah mengisi
kebahagian hari-hari ku semasa kuliah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan
senang hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun akan
penulis terima untuk perbaikan penelitian ini.
Jakarta, 30 Mei 2010
Rizki Wulandari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................... viiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………… 7
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………… 8
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………….......... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …….………………………………… 10
2.1 Hasil Penelian Terdahulu ………………………………… 10
2.2 Landasan Teori …….…………………………………….. 13
2.2.1 Piutang dagang …….……………………………... 13
2.2.2 Pengertian Piutang …….…………………………. 13
2.2.3 Tujuan Kebijakan Piutang Dagang ............................ 15
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang ............... 16
2.2.5 Akuntansi Untuk Kebijakan Piutang Dagang ............. 18
2.2.6 Tingkat Perputaran Piutang ..................................... 19
2.3 Kredit ................................................................................ 21
2.3.1 Pengertian Kredit ......................................................... 21
2.3.2 Prinsip-prinsip Kredit ................................................ 22
2.3.3 Unsur-unsur Kredit ......................................................... 23
2.3.4 Analisis Kredit ................................................................ 24
2.3.5 Persyaratan Kredit .......................................................... 27
2.3.7 Tujuan Kredit .................................................................. 27
2.4 Likuiditas ..................................................................................... 28
2.4.1 Pengertian Likuiditas ...................................................... 29
2.4.2 Rasio Likuiditas ............................................................... 29
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas .................. 30
2.5 Rentabilitas .................................................................................. 32
2.5.1 Pengertian Rentabilitas ................................................... 32
2.5.2 Alat Ukur Rentabilitas .................................................... 34
2.5.3 Rasio Rentabilitas ........................................................... 37
2.6 Hubungan Antara Perputaran Piutang dan Tingkat Likuiditas
Terhadap Tingkat Rentabilitas Perusahaan .................................. 40
2.6.1 Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Tingkat
Rentabilitas..................................................................... 40
2.6.2 Hubungan Likuiditas Terhadap Tingkat
Rentabilitas .................................................................... 41
2.7 Kerangka Pemikiran ................................................................... 42
2.8 Hipotesa ...................................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................... 44
3.1.1 Definisi Operasional ....................................................... 44
3.1.2 Pengukuran Variabel........................................................ 45
3.2 Tekhnik Penentuan Sampel ......................................................... 46
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 47
3.3.1 Jenis Data .......................................................................... 47
3.3.2 Sumber Data ...................................................................... 48
3.3.3 Pengumpulan Data ............................................................ 48
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis........................................... 49
3.4.1 Tekhnik Analisis Korelasi ............................................... 49
3.4.2 Uji Hipotesis ................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……………………………………... 53
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………. 54
4.2.1 Perhitungan Perputaran Piutang ………………………. 57
4.2.2 Perhitungan Likuiditas ………………………………… 60
4.2.3 Perhitungan Rentabilitas ………………………………. 66
4.3 Analisis dan Uji Hipotesis ………………………………………. 68
4.3.1 Analistik Regresi Berganda …………………………69
4.3.1.1 Uji Asumsi Blue ……………………………………………... 71
4.3.2 Pengujian Hipotesis ………………………………………….. 74
4.3.2.1 Uji t ………………………………………………… 74
4.3.2.2 Uji menyeluruh ……………………………………. 75
4.3.2.3 Koefisien Korelasi ………………………………… 75
4.3.2.4 Uji Koefisien Determinasi ……………………….... 76
4.4 Pembahasan …………………………………………………….. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 79
5.2 Saran ............................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS
TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
RIZKI WULANDARI
ABSTRAK
Dalam kegiatan perekonomian, penjualan dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti misalnya tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas sehingga perubahan
tingkat penjualan dapat laba optimum dan kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu
berupa laporan keuangan yang diperoleh melalui referensi data yang tersedia di BEI
dan website perusahaan. Sampel yang digunakan adalah 20 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI selama tahun 2005-2007. Penelitian ini menggunakan 2
variabel independent dan 1 variabel dependen dengan teknik analisis regresi linier
berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan perputaran piutang dan tingkat
likuiditas terhadap tingkat rentabilitas.
Hasil penelitian ini secara parsial disimpulkan bahwa variabel perputaran
piutang dan tingkat likuiditas tidak berpengaruh berpengaruh terhadap tingkat
rentabilitas.
Kata kunci: Perputaran piutang, tingkat Likuiditas, Tingkat rentabilitas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perekonomian global mengalami perubahan signifikan
yang mempengaruhi segala aspek kehidupan apalagi jika dikaitkan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tentunya akan membuat
semua sendi perekonomian global terus menentukan langkah-langkah
konkrit untuk bisa menyeimbangkan kondisi Ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Dalam bidang industri kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi mengakibatkan munculnya berbagai produk baru, banyak
pendiri perusahaan yang memproduksi berbagai produk yang sejenis
dengan merk yang berbeda, sehingga menimbulkan persaingan yang
semakin pesat. Sebuah perusahaan akan dianggap berhasil apabila
memperoleh laba normal sesuai dengan rencana perusahaan, keberhasilan
akan dicapai apabila perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam
mengelola manajeman pada perusahaan agar faktor-faktor produk dipenuhi
dengan sebaik-baiknya serta adanya pengendalian terhadap pencapaian
perusahaan.
Dalam perkembangan persaingan yang semakin pesat maka
perusahaaan dituntut untuk menarik tingkat daya beli konsumen yang
tinggi agar menghasilkan laba yang maksimal.
Menerapkan kebijakan, strategi, serta metode dalam pengambilan
keputusan yang sesuai dengan kondisi perusahaan akan mempengaruhi
perolehan laba. Tingkat perputaran piutang akan mempengaruhi
penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Apabila perputaran piutang
berjalan dengan baik atau tidak terjadi kendala-kendala seperti kredit
macet, maka tingkat pengembalian dan pengeluarannya akan lebih
optimal, tetapi jika terjadi beberapa kendala dalam perputaran piutang
maka akan membuat perusahaan sulit untuk menentukan keputusan atau
kibijakan lain agar kendala yang dihadapi perusahaan dapat diatasi dengan
baik. Dimana perputaran piutang ini dipengaruhi oleh adanya kegiatan
penjualan kredit yang dilakukan perusahaan.
Tingkat perputaran piutang sangat mempengaruhi keberlangsungan
kegiatan operasional perusahaan, kaitannya dengan perolehan laba yang
didapat dengan modal yang dapat digunakan sebagai kegiatan operasional
dan disesuaikan oleh kondisi perusahaan. Pangsa pasar harus diperluas
oleh perusahaan dengan maksud merubah pembeli potensial menjadi
pembeli tetap dari produk yang dihasilkan. Dengan keterbatasan modal
yang dimiliki maka perusahaan menawarkan penjualan produk secara
kredit untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan
sebelumnya yang memproduksi produk yang sejenis.
Ada sisi negatif dan positif dalam melakukan penjualan kredit.
Diantaranya adalah jika perusahaan melakukan penjualan kredit maka
tidak menutup kemungkinan perusahaan mendapatkan beban, seperti dana
perusahaan yang tertanam pada piutang dagang sehingga kebutuhan modal
kerja menjadi lebih besar lagi, adanya resiko tidak tertagihnya piutang
dimasa yang akan datang serta penundaaan pembayaran piutang yang
sudah jatuh tempo. Adapun keuntungan dari penjualan kredit adalah
meningkatkan tingkat pembelian konsumen terhadap produk yang di jual
secara kredit sehingga akan meningkatkan pendapatan penjualan.
Tingkat perputaran piutang mempengaruhi rentabilitas perusahaan
karena dengan adanya peningkatan perputaran piutang maka volume
penjualan juga akan meningkat sehingga laba yang diterima perusahaan
akan bertambah. Tingkat Perputaran piutang yang dihasilkan, diawali
dengan pengelolaan penjualan kredit sebaik mungkin agar tidak
menimbulkan kerugian baik bagi perusahaan maupun konsumen. Oleh
karena itu perusahaan harus mengadakan tinjauan ulang dan evaluasi
dalam menetapkan kebijakan penjualan yang dapat mempengaruhi tingkat
perputaran piutang. Hal ini dimaksudkan agar tujuan kebijakan penjualan
tercapai tanpa harus mengurangi rentabilitas perusahaan. Tingkat
Likuiditas juga mempengaruhi tingkat rentabilitas karena jika perusahaan
memiliki tingkat rentabilitas yang baik maka perusahaan akan lebih mudah
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, ini berkaitan dengan
perolehan laba yang di hasilkan perusahaan, dimana jika laba dapat
dihasilkan secara optimum maka sebagian keuntungan yang dihasilkan
dapat digunakan untuk memnbayar kewajiban jangka pendek perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyani (2002) mengemukakan
bahwa dari hasil pengujian dan perhitungan statistik yang telah dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara tingkat perputaran persediaan dengan tingkat rentabilitas
dan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang
dan tingkat likuiditas terhadap tingkat rentabilitas. Perusahaan hendaknya
tidak hanya memperhatikan tingkat perputaran persediaan tetapi faktor-
faktor lain seperti tingkat perputaran piutang dan tingkat likuiditas, serta
untuk mendukung penelitian disarankan untuk menambah data dan
variabel lain.
Penelitian yang dilakukan Imro’ah (2002) mengemukakan bahwa
hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang
berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas perusahaan, akibat dari tingkat
perputaran piutang yang kurang lancar adalah menurunnya tingkat
rentabilitas, ini terbukti pada hasil penelitian analisa data yaitu mulai tahun
1999 sampai dengan tahun 2001 pencapaian tingkat rentabilitas pada
BANK RAKYAT INDONESIA CABANG GRESIK menurun sampai
dengan 9 %, dengan adanya tingkat perputaran piutang yang kurang lancar
tersebut, mengakibatkan tingkat rentabilitas Bank menurun, sehingga pihak
Bank tidak bisa merealisasikan pinjaman baru kepada nasabah yang
tentunya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Sedangkan untuk
pencapaian tingkat rentabilitas yang dapat diperoleh BANK RAKYAT
INDONESIA CABANG GRESIK jika tingkat perputaran piutang lancar
meningkat sampai dengan 9%, oleh karena itu jika Bank menginginkan
tingkat perputaran piutang lancar maka pihak BANK RAKYAT
INDONESIA CABANG GRESIK harus lebih selektif dalam memilih
calon nasabah yang mengajukan kredit pinjaman serta mengintensifkan
lagi cara penagihan piutang yang efektif dan efesien.
Penelitian yang dilakukan oleh Aristianto (2002) mengenai
pengaruh perputaran piutang dagang terhadap tingkat likuiditas dan
rentabilitas pada PT. Metrodata Electronics Tbk mengemukakan bahwa
hubungan antara perputaran dagang dengan tingkat likuiditas memiliki
hubungan positif dan lemah. Sedangkan hubungan antara peputaran
piutang dagang dengan tingkat rentabilitas memiliki hubungan yang
negatif lemah. Hal ini berdasarkan hasil analisa korelasi untuk likuiditas
memberikan hasil untuk current ratio sebesar 0,0809 berarti antara
perputaran piutang dengan likuiditas mempunyai hubungan yang positif
dan lemah.
Penelitian yang dilakukan Gunarto (2007) mengemukakan bahwa
berdasarkan penelitian dan hasil pengujian diketahui bahwa tingkat
perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan mempunyai
hubungan yang signifikan dan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi
pada KPRI di Kabupaten Kudus selama tahun 2004-2006. Hal ini
menunjukkan agar pihak KPRI mempertahankan sekaligus meningkatkan
efesiensi pengelolaan piutang serta pengelolaan persediaan dengan
melakukan beberapa langkah diantaranya adalah dengan menyediakan
jenis persediaan yang benar-benar dibutuhkan oleh anggota koperasi,
membatasi penjualan secara kredit dan meningkatkan penjualan persediaan
secara tunai, hendaknya dalam menentukan harga jual persediaan lebih
murah, sehingga dapat bersaing dengan tempat yang lain sehingga
rentabilitas ekonomi yang maksimal dapat tercapai.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini
variabel independen yang diambil adalah perputaran piutang dan tingkat
likuiditas yang merupakan fakor penting dalam pengambilan keputusan
perusahaan dengan penjualan kredit dan rata-rata piutang sebagai alat ukur
perputaran piutang, sedangkan alat ukur tingkat likuiditas adalah aktiva
dan kewajiban lancar. Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat
rentabilitas. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ini dikarenakan beberapa tahun belakangan ini penjualan secara kredit
untuk memenuhi kebutuhan konsumen meningkat, dan mempunyai
potensial yang baik untuk pemilik perusahaan dalam memperoleh laba
maximal.
Keterkaitan antara ketiga variabel yang peneliti tulis yaitu perputaran
piutang, tingkat likuiditas, serta tingkat rentabilitas merupakan topik
menarik bagi penulis karena selain berdasarkan teori yang didapatkan,
penulis juga melihat fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang melakukan strategi penjualan untuk meningkatkan daya
beli konsumen yaitu dengan menjual produk yang dihasilkan dengan cara
kredit.
Dengan gambaran umum diatas, penulis tertarik untuk meneliti
kembali perputaran piutang, tingkat likuiditas, serta tingkat rentabilitas
dengan perusahaan dan tahun yang berbeda dari penelitian sebelumnya.
Oleh karena itu penulis mengambil judul : “HUBUNGAN
PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP
TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).”
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah.
“Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran piutang dan
tingkat likuiditas terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI?.”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu ingin
membuktikan secara empiris, pengaruh perputaran piutang dan tingkat
likuiditas terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak antara lain :
a. Bagi Perusahaan
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
memberikan masukan bagi perusahaan mengenai peningkatan
profitabilitasnya. Selain itu sebagai bahan pertimbangan perusahaan
dalam menentukan kebijakan yang akan dijadikan sebagai
pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
b. Bagi Peneliti
Untuk menambah informasi pengetahuan, serta pemahaman
mengenai perputaran piutang dan tingkat likuiditas pengaruhnya
terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Juga mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, sehingga dapat
dijadikan bekal jika penulis telah berada dalam dunia kerja.
c. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan
kajian yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Peneliti Tedahulu
Beberapa peneliti terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi perputaran piutang dikutip dari beberapa sumber :
1. Nuriyani (2002)
Melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh tingkat perputaran
persediaan, tingkat perputaran piutang, dan tingkat likuiditas
terhadap tingkat rentabilitas (studi kasus pada perusahaan tekstil
yang go public di Bursa Efek Jakarta.” Dengan periode pengamatan
sejak tahun 1998-2000. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi berganda, dimana dalam perhitungan uji
F membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel, dan perhitungan uji
t menggunakan perbandingan antara thitung dengan t tabel, serta
dilakukan juga uji terhadap gejala-gejala penyimpangan asumsi
klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara tingkat perputaran persediaan dengan tingkat
rentabilitas dan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
perputaran piutang dan tingkat likuiditas terhadap tingkat
rentabilitas.
2. Imro’ah (2002)
Melakukan penelitian tentang “analisis tingkat perputaran piutang
terhadap rentabilitas perusahaan pada Bank Rakyat Indonesia cabang
Gresik, dengan periode pengamatan sejak tahun 1999-2001. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu tingkat
perputaran piutang, umur rata-rata piutang, dan rentabilitas serta
metode least square. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat
perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas
perusahaan.
3. Aristianto (2002)
mengenai pengaruh perputaran piutang dagang terhadap tingkat
likuiditas dan rentabilitas pada PT. Metrodata Electronics Tbk
mengemukakan bahwa hubungan antara perputaran dagang dengan
tingkat likuiditas memiliki hubungan positif dan lemah. Sedangkan
hubungan antara peputaran piutang dagang dengan tingkat
rentabilitas memiliki hubungan yang negatif lemah. Hal ini
berdasarkan hasil analisa korelasi untuk likuiditas memberikan hasil
untuk current ratio sebesar 0,0809 berarti antara perputaran piutang
dengan likuiditas mempunyai hubungan yang positif dan lemah.
4. Gunarto (2007)
Melakukan penelitian tentang “pengaruh tingkat perputaran piutang
dan tingkat perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi
pada KPRI di Kabupaten Kudus”, dengan periode pengamatan sejak
tahun 2004-2006. Alat uji analisis regresi berganda dan uji –F
(simultan). Hasil analisis menunjukan hubungan antara tingkat
perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan terhadap
rentabilitas ekonomi dengan menggunakan analisa korelasi memiliki
pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
dengan melihat tingkat perputaran piutang dan tingkat likuiditas yang baik
maka dapat menghasilkan tingkat rentabilitas yang optimum. Perusahaan
dapat melakukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan perputaran
piutang, upaya-upaya tersebut meliputi : selektif dalam memilih calon
kreditur, mengintensifkan cara penagihan piutang yang efektif dan efesien,
perbaikan dalam sistem pengelolaan piutang. Tingkat perputaran piutang
dan tingkat likuiditas yang berjalan semakin lancar maka akan
mempengaruhi tingkat rentabilitas yang semakin baik. Hal ini membuktikan
bahwa pada perusahaan-perusahaan baik barang maupun jasa dimana antara
tingkat perputaran piutang dan tingkat likuiditas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat rentabilitas.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Piutang Dagang
Salah satu sumber pemasukan dana bagi perusahaan adalah penjualan.
Penjualan merupakan kegiatan akhir dalam pengelolaan atas barang
dagangan bagi perusahaan dagang atau barang jadi bagi perusahaan industri.
Penjualan pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tunai atau
secara kredit.
Pada penjualan tunai, perusahaan akan secara langsung menerima uang
sebagai hasil atau balas jasa atas penyerahan barang dagangan kepada
pembelinya. Lain halnya yang terjadi pada penjualan secara kredit dimana
pembeli akan menerima barang yang diperjual belikan secara langsung,
sementara penjual baru akan menerima uang pembayaran dimasa yang akan
datang, dari penjualan inilah yang kemudian menimbulkan kebijakan
piutang dagang.
2.2.2 Pengertian Piutang
Pada umumnya, perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai,
karena dengan demikian perusahaan akan dapat menghemat sejumlah biaya
dan dapat menghindarkan diri dari sejumlah resiko. Namun untuk
meningkatkan volume penjualan ditengah suasana persaingan yang ketat,
selain melakukan penjualan secara tunai, maka perusahaan juga melayani
penjualan secara kredit. Namun kebijakan penjualan secara kredit tidak akan
menghasilkan kas dengan segera, melainkan akan menimbulkan perkiraan
dalam bentuk piutang usaha. Berikut adalah definisi piutang :
Menurut Stice and Skousen (2004:479) ”dalam arti luas, istilah
piutang dapat diterapkan ke semua hak atau klaim atas uang, barang atau
jasa.”
Warren, et, all (1999:324) mendifinisikan piutang sebagai berikut :
“Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas
lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang
biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar.”
Martono dan Harjito (2005:95), “pengertian piutang dagang
(account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan.”
Pendapat lain menurut Soemarno (2002:314), menyatakan sebagai
berikut “piutang adalah hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan
lain dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain sebagai
akibat penjualan kredit yang diharapkan dapat diperoleh dimasa datang.”
Menurut Gitosudarmo, (2002:81). “Piutang merupakan elemen modal
kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam
rantai perputaran modal kerja. Piutang adalah aktiva atau kekayaan
perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya praktik
penjualan kredit.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari penjualan
kredit adalah timbulnya piutang. Dengan adanya piutang berarti perusahaan
mempunyai hak klaim atau tuntutan terhadap seseorang atau perusahaan lain
berupa uang, barang maupun jasa, akan tetapi untuk tujuan akuntansi, istilah
piutang dipakai untuk menyatakan tuntutan atau tagihan yang harus
diselesaikan melalui penerimaan. Dan dengan adanya manfaat dalam bentuk
diterimanya uang tunai, barang, maupun jasa yang diharapkan dapat
diperoleh dimasa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.
2.2.3 Tujuan Kebijakan Piutang Dagang
Tujuan mendasar dari penjualan kredit adalah untuk memperbesar
volume penjualannya, banyak perusahaan menempuh kebijakan penjualan
kredit. Penjualan kredit ini tidak langsung menghasilkan penerimaan kas,
tetapi menimbulkan piutang dagang dan baru menjadi penerimaan kas bila
telah jatuh tempo dan dilunasi. Makin besarnya jumlah piutang berarti
makin besar adanya resiko tidak tertagihnya piutang di masa yang akan
datang. Penyebab terjadinya piutang tak tertagih atau kredit macet, antara
lain adalah kepailitan yang dialami oleh debitur dan rendahnya
kemampuan debitur untuk membayar utangnya. Resiko-resiko tersebut
mengharuskan perusahaan untuk mengelola piutang dagang sebaik
mungkin. Sebelum kredit diberikan, perusahaan harus mempelajari secara
seksama dan teliti latar belakang calon debitur yang akan melakukan
pembelian secara kredit. Selain itu juga perlu ditetapkan kebijakan dalam
penetapan harga jual atas barang dagangan dan jangka waktu kredit yang
akan diberikan kepada calon debitur.
Dengan demikian adapun tujuan kebijakan piutang dagang adalah
untuk mengendalikan jumlah piutang usaha, pengendalian pemberian
kredit dan pengumpulan piutang. Diharapkan dengan kebijakan tersebut
dapat dihindari terjadinya resiko kerugian atau paling tidak dapat
mengurangi resiko kerugian tersebut.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang
Menurut Gitosudarmo (2002:82). Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Volume penjualan.
Makin besar volume penjualan kredit dilakukan, makin besar pula
investasi yang ditanamkan dalam piutang. Dengan makin besarnya
volume penjualan kredit tiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu
harus menyediakan investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin
besar jumlah piutang berarti makin besar resikonya, tetapi bersamaan
dengan itu juga ada peluang perusahaan meningkatkan laba.
2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Bila
perusahaan menetapkan syarat penjualan kredit yang ketat berarti
perusahaan lebih mengutamakan keamanan kredit dibandingkan
pertimbangan rentabilitasnya. Syarat yang ketat ini misalnya
memberikan batas waktu pembayaran yang singkat dan memberikan
beban bunga jika pengembaliannya terlambat. Dengan demikian maka
investasi perusahaan dalam piutang dagang cenderung lebih kecil. Hal
sebaliknya akan terjadi bila syarat penjualan kredit bersifat lunak/
longgar. Sebagai contoh, syarat penjualan kredit adalah 2/10: net 30,
yang dapat diartikan pembayaran dapat dilakukan dalam jangka waktu
10 hari sesudah waktu penyerahan barang dan mendapatkan potongan
tunai sebesar 2 persen dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-
lambatnya dilakukan dalam jangka waktu 30 hari sesudah waktu
penyerahan barang. Bila dalam jangka waktu 30 hari belum dilakukan
pembayaran oleh pelanggan berarti makin besar jumlah investasi
perusahaan dalam piutang. Makin lunak syarat pembayaran, makin lama
modal terikat dalam piutang.
3. Ketentuan mengenai batas volume penjualan secara kredit
Dalam melakukan penjualan secara kredit perusahaan dapat menetapkan
siapa yang berhak diberi kredit dan batasan kredit pelanggan. Makin tinggi
batas yang ditetapkan untuk masing-masing pelanggan berarti makin besar
pula dana yang diinvestasikan dalam piutang dan sebaliknya. Semakin
selektif pelanggan yang diberikan kredit maka akan memperkecil jumlah
investasi dalam piutang.
4. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit.
Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan menggunakan kesempatan cash discount, dan ada sebagian lagi
yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para langganan
untuk membayar dalam cash discount atau sesudahnya akan mempunyai
efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Bila sebagian besar para
langganan membayar selama discount period, maka dana tertanam dalam
piutang akan lebih cepat cair dan akan memperkecil investasi dalam
piutang.
5. Kebijakan dalam pngumpulan piutang
Ada dua cara kebijakan dalam mengumpulkan piutang, yaitu secara aktif
dan secara pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan secara aktif
akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar dalam membiayai
aktivitas pengumpulan piutangnya dibandingkan dengan perusahaan lain
yang menjalankan kebijaksanaan piutang secara pasif. Perusahaan yang
melakukan pengumpulan piutangnya secara aktif juga mempunyai
investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada perusahaan yang
melakukan pengumpulan piutangnya secara pasif.
2.2.5 Akuntansi untuk Kebijakan Piutang Dagang
Sebagai dasar monitoring catatan piutang dari debitur, piutang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Piutang Lancar
Piutang lancar merupakan kewajiban-kewajiban yang dapat dipenuhi
oleh debitur dan tidak pernah terjadi penunggakan selama kurang dari
satu bulan.
b. Piutang Tidak Lancar
Piutang tidak lancar merupakan kewajiban-kewajiban yang selama tiga
bulan berturut-turut tidak dapat dipenuhi oleh debitur, ini berarti piutang
tersebut digolongkan piutang tidak lancar.
c. Piutang Macet
Piutang macet merupakan piutang tidak lancar yang berkembang terus
dan setelah jatuh tempo ditambah dengan masa kesempatan
mengusahakan perbaikan selama tiga bulan setelah jatuh tempo tersebut,
piutang tidak dapat dilunasi juga piutang tersebut tergolong dalam
kategori diragukan atau macet.
d. Piutang yang Harus Dihapuskan
Di dalam transaksi piutang, beberapa piutang akan tidak tertagih,
didalam mencatat atau mengakui kerugian dari piutang yang tidak dapat
tertagih.
2.2.6 Tingkat Perputaran Piutang
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar. artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul
lagi akibat penjualan begitu seterusnya.
Periode perputaran piutang dipengaruhi oleh syarat pembayarannya.
Semakin lunak syarat pembayarannya maka makin lama modal tersebut terikat
dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya semakin rendah. Tingkat
perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam
piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin
tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas.
Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat
digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Tingkat
perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tingkat perputaran piutang : Penjualan kredit x 1 kali = ... kali
Rata-rata piutang
Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu rata-rata
pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu
tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang rata-
rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya akan
menunjukkan berapa hari piutang.rata-rata tidak dapat ditagih yang umumnya
antara 1 sampai 2 bulan.
Hari rata-rata pengembalian piutang digunakan untuk menilai
efisiensi pengumpulan piutang. Untuk menilai efisiensi piutang maka perlu
diperbandingkan dengan syarat pembayarannya. Dengan demikian
dikatakan belum efisien apabila hari rata-rata pengembalian piutang tersebut
lebih besar dari pada syarat pembayarannya. Rata-rata piutang diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
Rata-rata piutang = Piutang awal+ Piutang akhir
2
Dari rumus perhitungan perputaran diatas selanjutnya dapat
diketahui dari hari rata-rata pengumpulan piutang, dengan cara sebagai
berikut :
Rata-rata pengumpulan piutang = 360
Tingkat perputaran piutang
Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai dampak
langsung terhadap modal perusahaan yang tetanam dalam piutang.
2.3 Kredit
Istilah kredit dari bahasa Yunani ”Credre” yang berarti
kepercayaan, disamping itu dalam bahasa latin istilah creditum yang berarti
kepercayaan akan kebenaran dalam kehidupan modern istilah kredit berarti
kemampuan untuk memperoleh barang dan jasa dengan janji akan membyar
dikemudian hari.
2.3.1 Pengertian Kredit
Kasmir (2002:92) mendefinisikan sebagai berikut :
”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu.”
Menurut Lester dan Murill,(1999:250) dari sudut ekonomi
pengertian universal dari kredit atau credere adalah :
”Pemberian sesuatu yang memiliki nilai ekonomi yang diberikan
kepada seseorang atau badan usaha yang didasarkan atas kepercayaan
dalam rangka pengembaliannya di waktu yang akan datang.”
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan pengertian kredit
adalah memberikan nilai ekonomi kepada perusahaan atau perorangan atas
kesepakatan bersama atas dasar kepercayaan bahwa hasil dari penjualan
secara kredit akan dibayar secara mencicil beserta bunganya dimasa yang
akan datang dengan jangka waktu tertentu.
2.3.2 Prinsip-Prinsip Kredit
Prinsip-prinsip dalam pemberian kredit sangat penting dalam
manajeman piutang karena prinsip-prinsip dalam pemberian kredit
merupakan langkah awal untuk menentukan apakah permohonan kredit
merupakan langkah awal untuk menentukan apakah permohonan kredit
tersebut diterima atau tidak. Penentuan standar kredit mengharuskan
perusahaan untuk menilai ”kredibilitas” atau ”kualitas kredit” pelanggan.
Penilaian kredibilitas pelanggan melibatkan pertimbangan atas 5 C.
Adapun penjelasan tentang analisis 5 C adalah sebagai berikut :
a. Kepribadian
Karakter mengacu pada probilitas bahwa pelanggan akan
menghormati kewajibannya. Karakter mencerminkan kejujuran
pelanggan dan tanggung jawab moral yang dimiliki pelanggan untuk
menghormati utang.
b. Kemampuan
Kapasitas mengacu pada kemampuan pelanggan untuk membayar,
manajer kredit menilai faktur ini dengan mengkaji ulang catatan
pembayaran pelangan dimasa lalu, pengetahuan umum mengenai
bisnis pelanggan dan barangkali observasi fisik atas operasi
pelanggan.
c. Modal
Capital mengacu kepada kondisi umum bisnis pelanggan seperti
yang di perlihatkan oleh laporan keuangan. Manajer kredit biasanya
memberikan perhatian khusus pada ukuran solvensi dan likuiditas
serta rasio-rasio lain seperti rasio modal kerja dan rasio lancar.
d. Kolateral
Kolateral mengacu kepada aktiva-aktiva yang ingin diberikan
pelanggan sebagai jaminan untuk kredit. Institusi atau lembaga
keuangan biasanya meminta kolateral atau kredit-kredit jumlah
besar.
e. Kondisi
Kondisi mengacu kepada trend-trend ekonomi nasional dan regional
yang bisa mempengaruhi pelanggan untuk membayar. Sebagai
contoh, selama periode resesi ekonomi, manajer kredit biasanya
memperketat standar-standar kredit sebagai antisipasi atas
menurunnya kemampuan pelanggan untuk membayar.
2.3.4 Unsur-unsur Kredit
Adapun unsur-unsur dalam pemberian kredit harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
(berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali
dimasa yang akan datang.
b. Kesepakatan
Disamping unsur percaya, di dalam kredit yang mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kredit dan penerima kredit. Perjanjian ini
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pemberian kredit yang telah disepakati.
d. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu
risiko tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Semakin panjang
suatu kredit semakin besar risikonya demikian sebaliknya.
e. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut
yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.
2.3.5 Analisis Kredit
Analisis kredit digunakan oleh perusahaan untuk mengambil keputusan
akhir mengenai kualitas kredit calon pelanggan secara keseluruhan.
Beberapa hal yang dilakukan manajer kredit dalam analisi kredit yaitu :
a. Sumber Informasi Kredit
Salah satu sumber informasi kredit adalah bank-bank komersial dimana
para pelanggan berhubungan walaupun bank tidak dapat memberikan
data tentang jumlah simpanan dan pinjaman nasabahnya, akan tetapi
beberapa informasi umum dapat diperoleh. Biasanya bank akan
mencantumkan jumlah deposito/ rekening gironya atau pinjaman dalam
bentuk angka. Sampai sejauh mana informasi dapat diperoleh dari bank
tergantung pada hubungan perusahaan dengan bank-bank tersebut, dan
juga hubungan pribadi antara pejabat.
Pengelolaan departemen penjualan kredit memerlukan informasi
yang cepat dan akurat, serta mutakhir. Untuk menyediakan data guna
mengumpulkan, menyimpan, menyebarkan informasi kredit. Sebuah
informasi laporan kredit biasanya memuat :
1) Ikhtisar neraca dan perhitungan rugi laba.
2) Sejumlah rasio kunci dan kecendrungan.
3) Informasi dari bank serta pemasok perusahaan sehubungan dengan
pemenuhan kewajiban kredit oleh perusahaan bersangkutan.
4) Penjelasan mengenai kondisi fisik dari fasilitas perusahaan.
5) Penjelasan mengenai latar belakang pemilik perusahaan yang
mendapat kepailitan gugatan, penyelewengan, dan sebagainya yang
pernah dialami.
6) Penilaian akhir atas kredibilitas perusahaan dengan nilai A+ untuk
terbaik, hingga nilai F yang terburuk.
b. Analisa Informasi Kredit
Analisa informasi kredit akan timbul dengan analisis keuangan yang relatif
baku, dengan penekanan pada rasio likuiditas, leverege, dan profitabilitas.
Rasio tersebut akan dibandingkan dengan rasio gabungan untuk bidang
produksi dimana perusahaan tersebut bergerak.
c. Sistem Penilaian Formal
Setelah analisis informasi kredit, perusahaan mungkin berusaha
mengungkapkan hasil-hasilnya dalam istilah kualitatif yang dikenal dengan
penilaian kredit. Penilaian kredit ini digunakan untuk meramalkan
profitabilitas bahwa langganan membayar tepat pada waktunya.
Apabila konsep penilaian kredit digunakan untuk perusahaan, hal itu
didasarkan atas beberapa rangkaian rasio keuangan. Contohnya jika
perusahaan mempunyai rasio lancar kurang dari satu banding satu (1:1) dan
jika ekuitas pemilik kurang dari yang terutang kepada kreditor maka
kemungkinan langganan akan membayar lambat. Jika rasio profitabilitas
memuaskan maka langganan mungkin menerima tergantung analisa lebih
lanjut. Jika rasio profitabilitas rendah langganan tidak akan memperluas
kredit. Atas penilaian kredit yang lebih formal perusahaan dapat menyusun
kelas-kelas resiko, yang dikelompokan sesuai dengan profibilitas dan
kerugian yang dihubungkan dengan penjualan terhadap pelanggan.
2.3.6 Persyaratan Kredit
Persyaratan kredit adalah merupakan kondisi yang diisyaratkan
untuk pembayaran kembali piutang dari pelanggan. Kondisi tesebut meliputi
lamanya waktu pemberian kredit, potongan tunai, dan persyaratan khusus
lainnya.
Sebagai contoh persyaratan kredit dinyatakan 6/10 net 60,
persyaratan kredit seperti ini berarti bahwa pelanggan akan menerima
potongan tunai sebesar 6% bila pembayaran kredit dilakukan dalam waktu
paling lama 10 hari setelah awal periode kredit, tetapi jika pelanggan tidak
mengambil potongan tunai yang ditawarkan, maka seluruh jumlah utangnya
harus dibayar dalam waktu paling lambat 60 hari setelah periode kredit.
Persyaratan kredit ini dapat mempengaruhi tingkat penjualan dengan
demikian perusahaan perlu mempertimbangkan apakah sebaiknya
memperpanjangkan periode pemberian kredit atau tidak.
2.3.7 Tujuan Kredit
Adapun tujuan perusahaan memberikan penjualan secara kredit
antara lain :
a. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika
bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan
bank tersebut akan di likuidir (dibubarkan).
b. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan dana
tersebut, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan
dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan
memperluas usahanya.
c. Bagi pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak
perbankan, maka semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan diberbagai sektor.
2.4 Likuiditas
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera
harus dipenuhi. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan apakah
perusahaan setiap saat dapat memenuhi pembayaran-pembayaran yang
diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan. Dengan kata lain
pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang
tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak
dengan jumlah utang lancar di pihak lain. Juga dengan pengeluaran-
pengeluaran untuk penyelenggaraan perusahaan di lain pihak. Untuk
mengetahui perbandingan tersebut analisis rasio dapat digunakan
perusahaan untuk membiasakan pemimpin membuat keputusan atau
pertimbangan tentang apa yang diperlukan dicapai oleh perusahaan dan
bagaimana prospek yang dihadapi oleh perusahaan dimasa yang akan
datang. Tujuan dari analisis ini adalah berbeda-beda menurut kepentingan
manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan. Sebagai contoh, kreditur
berorientasi kepada kepentingan jangka pendek, sedangkan investor
berorientasi pada kepentingan jangka panjang dan akan lebih memacu
kepada kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang serta kemampuan
menghasilkan laba.
2.4.2 Rasio Likuiditas
Menurut Harahap, (2002:216) ”Rasio likuiditas adalah rasio yang
memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya
terhadap kewajiban lancarnya, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.”
Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut :
a. Rasio lancar
Rasio lancar adalah angka rasio yang diperoleh dengan jalan membagi
aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio tersebut menunjukan
sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari para kreditor
dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi
menjadi uang tunai dalam waktu dekat.
Rumus : Rasio Lancar = Aktiva lancar
Kewajiban lancar
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar,
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dibuat dalam bentuk persentase, apabila rasio
lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti setiap aktiva lancar dapat menutupi
seluruh kewajiban lancar. Rasio lancar yang aman adalah jika berada
diatas 1 (satu) atau diatas 100%.
b. Rasio Cepat
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya dengan segera disebut dengan rasio cepat, rasio ini
merupakan total aktiva cepat terhadap total kewajiban lancar. Aktiva
cepat terdiri dari kas dan aktiva lancar lainnya yang dapat dengan
cepat di konversi menjadi kas, umumnya aktiva cepat meliputi kas,
sekuritas, dan piutang usaha. Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva
lancar yang paling likuid menutupi hutang lancar.
Angka rasio ini tidak harus 1:1 atau 100%
Rumus : Rasio Lancar = Aktiva cepat
Hutang lancar
2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas
Kim et al. (1998: 349) mengelompokan faktor-faktor yang
diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor
tersebut dikelompokan sebagai berikut :
1. Biaya yang dikeluarkan
Hal ini berkaitan dengan biaya dikeluarkan perusahaan jika
perusahaan menggunakan pendanaan dari luar perusahaan. Kim et al.
(1998: 349) menggunakan proxy ukuran perusahaan dan kesempatan
bertumbuh untuk mengukur faktor biaya yang dikeluarkan perusahaan
tersebut.
Barclay dan smith (1996, dalam Kim et al, 1998)
mengemukakan argumen bahwa, biaya yang dikeluartkan yang dihadapi
oleh perusahaan-perusahaan besar relatif lebih rendah dibanding
perusahan-perusahaan kecil, hal ini disebabkan perusahaan besar lebih
mampu mencapai economic of scale terutama jika dikaitkan dengan
biaya tetap pada saat melakukan emisi saham. Berdasarkan literature
tentang asymmetric information, pada perusahaan-perusahaan yang
menghadapi kondisi asymmetric information yang rumit antara insider
dan outsider investors, maka perusahaan tersebut cenderung menghadapi
biaya yang cukup besar. Myers dan Majluf (1984, dalam Kim et al,
1998: 347), pada perusahan-perusahaan yang nilainya sebagian besar
ditentukan oleh kesempatan bertumbuh akan menghadapi asymmetric
information yang besar.
2. Ketidakpastian arus kas
Ketidakpastian arus kas dapat menentukan tingkat likuiditas
perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus
kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva likuid
dengan jumlah besar
3. Kesempatan berinvestasi
Kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini
maupun saat mendatang. Hal ini juga dapat mempengaruhi manajemen
dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan
berinvestasi ini manajeman akan mempertimbangkan, apakah lebih baik
melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi
dalam aktiva likuid.
4. Kas untuk transaksi
Ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan
untuk tujuan transaksi. Faktor ,ini juga merupakan faktor yang
dipertimbangkan manajeman likuiditas perusahaan.
2.5. Rentabilitas
2.5.1. Pengertian Rentabilitas
Motif utama dari setiap operasi perusahaan adalah berupaya untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-
kecilnya. Dengan memperoleh laba yang memadai diharapkan dapat
mengembangkan usahanya dengan lancar. Hal ini disebabkan karena laba
merupakan sumber untuk peningkatan modal perusahaan.
Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
dan aktiva operasional. Hal ini lebih penting daripada masalah laba karena
laba yang besar bukanlah merupakan suatu ukuran bahwa perusahaan
tersebut telah dapat bekerja secara efisien. Untuk itu dengan tingkat
rentabilitas dapat mengetahui efesien tidaknya suatu perusahaan dalam
menjalankan usahanya atau kegiatannya.
Menurut Munawir (2003:32), ”rentabilitas atau profabilitas adalah
menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan lama
selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan
kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan secara produktif.”
Menurut Sutrisno (2003:253), ”profitabilitas atau rentabilitas
adalah rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan, semakin besar tingkat
keuntungan menunjukan semakin baik manajemen dalam mengelola
perusahaan.”
Menurut Harahap (2002:304), ”menyatakan bahwa rasio
rentabilitas disebut juga dengan rasio profitabilitas yaitu rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapat laba melalui semua
kemampuan, dan sumber yang ada seperti penjualan, modal, jumlah
karyawan, cabang, dan sebagainya.”
Menurut Sartono (2001:122), ”rentabilitas adalah suatu
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau keuntungan dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.”
Rentabilitas menurut Riyanto (2001:35), adalah ”suatu perusahaan
menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan lama selama periode
tertentu.”
Menurut Smith dan Skousen (2000:103), ”analisis rentabilitas
memberikan nilai bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan
memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan pengelolan perusahaaan dan
alasan keberadaan sebagian besar perusahaan adalah untuk mendapatlkan
laba, maka rasio rentabilitas merupakan salah satu resiko keuangan yang
paling signifikan.”
Berdasarkan definisi di atas, jelaslah bahwa rentabilitas merupakan
tolak ukur dari perusahaan untuk mengukur efisiensi modal guna mencapai
keuntungan.
2.5.2. Alat ukur Rentabilitas
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan beraneka ragam
dan semua tergantung pada laba dan aktiva/modal yang akan dibandingkan.
Ada dua cara penilaian rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomi dan
rentabilitas modal sendiri.
a. Rentabilitas Ekonomi
Yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut
dinyatakan dalam persentase.
Menurut Martono (2005:61), rentabilitas ekonomi adalah
“kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan
aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Laba yang
diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah
laba yang berasal dari operasi perusahaan atau disebut dengan
laba usaha. Rentabilitas ekonomi ini dihitung dengan membagi laba
usaha (EBIT) dengan total aktiva dan dinyatakan dengan
persentase. Rentabilitas ekonomi dimaksudkan juga kemampuan
suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya
untuk menghasilkan laba.”
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting
dibanding laba karena laba yang besar belum merupakan ukuran
bahwa perusahaan telah dapat bekerja secara efesien. Efesiensi dapat
diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan
kekayaan/modal yang menghasilkan laba tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rentabilitas ekonomis dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Rentabilitas ekonomis = Laba usaha atau EBIT x 100% =...%l
Aktiva
Tinggi rendahnya tingkat rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu :
1) Laba usaha
Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan penjualan
bersih dan dinyatakan dalam persentase atau dengan kata lain
laba usaha adalah selisih antara penjualan bersih dengan beban
operasional, selisih tersebut dinyatakan dalam persentase. Beban
operasional disini adalah harga pokok penjualan ditambah biaya
penjualan, biaya administrasi dan biaya umum.
Laba usaha dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi perusahaan
dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam
hubungannya dengan penjualan. Laba dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Laba usaha = Pendapatan x 100% = ...%l
Penjualan bersih
2) Perputaran aktiva
Kecepatan berputarnya aktiva dalam suatu periode tertentu.
Perputaran aktiva diukur dengan cara membagi penjualan bersih
dengan aktiva lancar. Perputaran aktiva kecil dapat disebabkan
karena nilai aktiva lancar yang sangat kecil. Misalnya hampir
habis umur ekonomisnya sehingga nilai bukunya hampir habis.
Jika hal itu terjadi, maka walaupun volume penjualan relativ
rendah namun hasil perhitungan dari aktiva lancar sebagai
pembanding yang kecil.
Perputaran aktiva dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi
perusahaan dengan melihat kepada perputaran Aktiva lancar
dalam suatu periode tertentu. Perputaran aktiva dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Perputaran aktiva = Penjualan bersih x 100% = … %
Aktiva lancar
b. Rentabilitas Modal sendiri
Rentabilitas modal sendiri sering disebut juga rentabilitas usaha
adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan keuntungan.
Menurut Riyanto (2001;44), rentabilitas modal sendiri atau
sering dinamakan rentabilitas usaha adalah “perbandingan antara
jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak
dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut
dilain pihak.”
Dengan demikian rentabilitas modal sendiri akan
menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang
ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi
pemilik modal. Laba yang diukur adalah laba yang dikurangi modal
asing dan pajak perseroan, yang disebut dengan earning after tax,
sedangkan modal yang dipergunakan sebagai pengukur adalah modal
sendiri yang bekerja dalam perusahaan.
Apabila dirumuskan perhitungan rentabilitas modal sendiri adalah
sebagai berikut :
tabilitas = laba Bersih Setelah Pajak x 100%
2.5.3 Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas sering juga disebut sebagai rasio rentabilitas.
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
melalui kegiatan perusahaan.
Menurut Harahap (2002:304), ”Rasio rentabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang dan sebagainya.”
a. Margin laba bersih
Margin laba bersih merupakan rasio yang membandingkan tingkat
keuntungan (laba) dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Semakin tinggi margin laba bersih semakin baik
bagi perusahaan. Dengan ukuran ini dapat diketahui keberhasilan
suatu perusahaan dalam kaitannya dengan pendapatan atau
keuntungan penjualan.
Margin laba bersih = Laba bersih setelah pajak x 100%
ers
b. ROI
Rasio ini menunjukan seberapa besar persentase perusahaan untuk
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini dianggap semakin baik kemajuan perusahaan
untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Total aktiva
c. ROA
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Rasio ini menunjukan tingkat efesiensi pengolahan
asset yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
ROA = Laba bersih setelah pajak x 100% Total aktiva
Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan
semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan asset.
d. ROE
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh
perusahaan tersebut.
ROE = Laba bersih setelah pajak x 100%
Modal sendiri
Secara umum yang dipakai dalam pengukuran dari rasio rentabilitas
adalah ROI dan ROE. Tetapi disini yang akan dipakai untuk
menentukan tingkat rentabilitas adalah ROE yang merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia didalam perusahaan, semakin tinggi ratio ini, semakin baik
keadaan suatu perusahaan.
2.5.4 Hubungan Antara Perputaran Piutang dan Tingkat Likuiditas
Terhadap Tingkat Rentabilitas
2.5.4.1 Hubungan Antara Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Rentabilitas
Perusahaan harus berusaha meningkatkan tingkat perputaran dengan
cara lebih efektif dalam usaha pengumpulan piutang. Karena dengan
tingginya tingkat perputaran piutang diharapkan akan memperkecil resiko
yang dihadapi perusahaan akan bertambah. Oleh karena itu, kebijakan
penjualan kredit yang tepat harus dilakukan oleh perusahaan agar volume
penjualan kredit meningkat, volume piutang juga meningkat dengan diikuti
oleh tingginya tingkat perputaran piutang. Dengan tingginya tingkat
perputaran piutang, maka modal tidak terlalu lama terikat dalam piutang,
sehingga tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas yang dicapai oleh
perusahaan dapat ditingkatkan.
Penelitian yang dilakukan Nuriyani (2002) mengemukakan bahwa
ada korelasi positif yang signifikan antara perputaran piutang dengan tingkat
rentabilitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Imro’ah (2002) mengemukakan
bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh positif signifikan dengan
tingkat rentabilitas.
Penelitian yang dilakukan Aristianto (2002) mengenai pengaruh
perputaran piutang dagang terhadap rentabilitas pada PT. Metrodata
Electronics Tbk mengemukakan bahwa hubungan antara peputaran piutang
dagang dengan tingkat rentabilitas memiliki hubungan yang negatif lemah
Penelitian yang dilakukan Gunarto (2007) mengemukakan bahwa
terdapat korelasi positif yang berpengaruh secara signifikan antara
Perputaran piutang terhadap tingkat rentabilitas.
Dari pembahasan diatas maka dapat dijelaskan bahwa antara
perputaran piutang dengan tingkat rentabilitas mempunyai hubungan yang
saling berkaitan. Apabila terjadi perubahan terhadap tinggi rendahnya
rentabilitas maka akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran perputaran
piutang.
2.5.4.2 Hubungan Antara Tingkat Likuiditas Terhadap Tingkat Rentabilitas
Setiap perusahaan memiliki satu tujuan yang sama yaitu memperoleh
laba maximal, hal ini kaitannya sangat erat dengan tingkat rentabilitas. Jika
perusahaan menginginkan kegiatannya dapat berjalan secara efektif dan
efesien maka harus memperhatikan tingkat rentabilitas yang diperoleh
selama periode berjalan, apabila hasil nya tidak sesuai dengan target
perusahaan maka dapat dijadikan evaluasi (penilaian kembali) yang
nantinya dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan dimasa yang akan
datang dalam menentukan langkah-langkah agar menghasilkan tingkat
rentabilitasnya yang optimum. Dalam hal ini jika tingkat rentabilitas baik
maka perusahaan akan dapat mengelola keuangan nya dengan baik sehingga
kewajiban jangka pendeknya bisa terpenuhi. Maka dapat diartikan bahwa
hubungan antara tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas sangat
berpengaruh.
Penelitian yang dilakukan Nuriyani (2002) mengemukakan bahwa
ada korelasi positif yang signifikan antara tingkat likuiditas dengan tingkat
rentabilitas.
Dari hasil penelitian sebelumnya yang menghasilkan adanya
pengaruh signifikan antara tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas.
Apabila terjadi perubahan terhadap tinggi rendahnya rentabilitas maka akan
sangat berpengaruh terhadap kelancaran tingkat likuiditas.
2.6. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dikemukakan sebelumnya, maka
dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Perputaran piutang dan tingkat likuiditas sebagai variabel independen dan
akan disebut sebagai variabel X1 dan X2 sedangkan tingkat rentabilitas
sebagai variabel dependen dan akan disebut sebagai varibel Y.
2.7 Hipotesis
Berdasarkan dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat diambil perumusan hipotesa sebagai berikut : ”Apakah ada
Rentabilitas
(Return On
Equity/ROE) Y
Perputaran
Piutang (X1)
Likuiditas
(Current Ratio)
X2
hubungan antara perputaran piutang dan tingkat likuiditas dengan tingkat
rentabilitas perusahaan?.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini perlu diketahui terlebih dahulu definisi
operasional variabel agar konsep yang digunakan dapat diukur empiris dan
untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda. Definisi operasional
variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang tertanam dalam
piutang berputar berapa kali dalam satu periode tertentu melalui
penjualan. Dalam penelitian ini yang dimaksud penjualan yang
mempengaruhi tingkat perputaran piutang yaitu penjualan kredit.
b. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar
perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin besar
semakin baik karena dianggap semakin besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba.
3.1.2 Pengukuran Variabel.
Dalam penelitian ini, pengukuran variabel-variabel yang digunakan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Variabel independen
Yang menjadi variabel terikat (X) adalah :
• Perputaran piutang (X1). Perputaran piutang adalah rasio yang
berguna untuk menunjukan seberapa cepat tingkat perputaran
piutang selama periode tertentu melalui penjualan. Variabel ini
diukur dengan menggunakan satuan “kali” dalam satu tahun.
Tingkat perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Perputaran piutang = Penjualan Kredit x 1 kali = … kali
Rata-rata piutang
Perputaran piutang diperoleh dari aktivitas perusahaan dalam
melakukan penjualan, dalam penelitian ini yang dimaksud
penjualan adalah penjualan kredit. Serta rata-rata piutang
merupakan hasil dari ½ saldo piutang awal ditambah saldo piutang
akhir perusahaan.
• Tingkat Likuiditas (X2). Yang diukur dengan rasio lancar. Rasio
lancar digunakan untuk menunjukan sampai sejauh mana tagihan-
tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan
aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam
waktu dekat. Dengan rumus sebagai berikut :
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
b. Variabel dependent
Variabel terikat (Y) di dalam penelitian ini adalah tingkat
rentabilitas. yang diukur dengan menggunakan ROE.
ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh
perusahaan tersebut, dengan rumus sebagai berikut :
ROE = Laba bersih setelah pajak x 100%
Modal sendiri
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi yang akan menjadi obyek penelitian ini adalah 20
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan yang dipilih mulai dari periode 2005 sampai 2007.
Dalam menentukan sampel penelitian ini menggunakan metode
purposive/judgment sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan sampel
penelitian adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah:
a. Perusahaan manufaktur yang sudah atau terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2005-2007.
b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk
periode 31 Desember 2005-2007 yang dinyatakan dalam rupiah
(Rp).
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit.
Perusahaan yang pada akhir tahun-tahun tertentu tidak memenuhi
salah satu kriteria yang telah ditetapkan, maka perusahaan tersebut tidak
dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
1.2.3.4.1.1 Teknik Pengumpulan Data.
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data sekunder) yang dipublikasikan dan
yang tidak dipublikasikan. Data sekunder yang dipakai yaitu laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi dan data-data lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3.3.2 Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 3
tahun sejak 2005-2007 melalui Home Page situs Bursa Efek Indonesia
yaitu www.idx.co.id.
3.3.3 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat melalui dua cara,
yaitu:
a. Penelitian Lapangan
Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian
langsung di lapangan. Dengan penelitian lapangan, peneliti
mengumpulkan data-data sekunder yang berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode tahun 2005 sampai tahun 2007.
b. Penelitian Kepustakaan
Dengan cara mengumpulkan bahan atau data-data yang berkaitan
dengan objek pembahasan dimana data-data tersebut diperoleh
melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari, meneliti,
mengkaji dan menelaah buku-buku, jurnal akuntansi, karya tulis
lainnya dan literatur-literatur, informasi melalui website yang dapat
diakses lewat media internet.
1.2.3.4.1.1.1 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.
3.4.1 Teknik Analisis Korelasi
Untuk menganalisis sejauh mana pengaruh perputaran piutang dan
tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas maka digunakan analisis
korelasi. Untuk menunjukkan adanya hubungan atau korelasi antara
perputaran piutang dan tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas maka
dapat dinyatakan dengan analisa perubahan nilai variabel yang disebut
analisa korelasi. Kuat tidaknya hubungan Y dan X dapat dinyatakan dengan
fungsi linear, diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi.
Perhitungan koefisien korelasi dihitung sebagai berikut :
Y=a+b1 X1+b2 X2+e
Dimana :
Y = Variabel Terikat (Tingkat Rentabilitas)
a = Konstanta
b1 s/d b2 = parameter koefisien regresi
X1 = Perputaran Piutang
X2 = Tingkat Likuiditas
e = Unsure Ganggu (error)
Didalam persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE,
artinya bahwa pengambilan keputusan melalui “uji F” dan “uji t” atau
dengan kata lain tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang
BLUE, maka harus dilakukan uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji
hederokedastisitas.
a) Multikolinieritas
Uji multikolinieristas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independent.
b) Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antar
pengganggu (error term) pada suatu periode dengan kesalahan pada periode
sebelumnya yang biasanya terjadi karena menggunakan data time series. Uji
autokorelasi dilakukan dengan menghitung nilai durbin waltson (DW)
c) Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Menurut santoso (2002:301) deteksi adanya heterokedastisitas
adalah :
1. Nilai rentabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas.
2. Nilai rentabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas.
3.4.2 Uji Hipotesis
a) Uji t
Untuk menguji secara parsial perputaran piutang terhadap
pengaruh pada tingkat likuiditas dan tingkat renttabilitas.
Formula hipotesis :
1) Variabel likuiditas mempunyai pengaruh terhadap perputaran
piutang
Ho : β=0 perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat rentabilitas.
Ha : β≠0 tingkat likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
tingkat rentabilitas.
2) Variabel perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap
tingkat rentabilitas.
Ho : β=0 perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat rentabilitas.
Ha : β≠0 tingkat likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
tingkat rentabilitas.
Dasar pengambilan keputusan
1. Jika t hitung < t table, maka Ho diterima
Jika t hitung > t table, maka Ha ditolak
2. Berdasarkan nilai rentabilitas (signifikan) dasar pengambilan
keputusan adalah :
Jika tingkat rentabilitas > 0,05 maka Ho ditarima
Jika tingkat rentabilitas < 0,05 maka Ha ditolak
b) Uji koefisien determinasi (R²)
Koefisien diterminasi (R²) berguna untuk mengukur seberapa
besar peranan variable bebas (perputaran piutang dan likuiditas)
secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada dasar
variable terikat (rentabilitas).
c) Uji menyeluruh/simultan (uji f)
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-
sama variable bebas terhadap variable tidak bebasnya dilakukan uji
f.
Formula Hipotesis :
Ho : R1=R2=0 variabel perputaran piutang dan tingkat likuiditas
secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat rentabilitas.
Ha : R1=R2 ≠ variable perputaran piutang dan tingkat likuiditas
secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat rentabilitas.
Dasar pengambilan keputusan
1) Jika f hitung < f table, maka Ho diterima
Jika f hitung > f table, maka Ha ditolak
2) Berdasarkan nilai rentabilitas (signifikan) dasar pengambilan
keputusan adalah :
Jika tingkat rentabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika tingkat rentabilitas < 0,05 maka Ha ditolak
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 – 2007 (3 tahun).
Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini.
Tabel 1
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Objek Penelitian
No Nama perusahaan Kode
1 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
2 PT. Pelangi indah Canindo Tbk PICO
3 PT. Sepatu Bata Tbk BATA
4 PT. Kageo Igar Jaya Tbk IGAR
5 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF
6 PT. Ricy Tbk RICY
7 PT. Nippress Tbk NIPS
8 PT. Bayu Buana Tbk BAYU
9 PT. Aneka Tambang Tbk ANTM
10 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
11 PT. Ikbi Tbk IKBI
12 PT. Trust Finance Indonesia Tbk TRUS
13 PT. Yulie Nusantara Tbk YULIE
14 PT. Alakasa Industrindo Tbk ALKA
15 PT. Kblm Tbk KBLM
16 PT. Dharma Samudera Fishing IndustriesTbk DSFI
17 PT. Davomas Abadi Tbk DAVO
18 PT. Kadaung Indah Can Tbk KICI
19 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
20 PT. Jecc Tbk JECC
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Perusahaan-perusahaan tersebut diatas terpilih dari populasi yang ada
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode
purposive judgement sampling.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada tabel 2 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai total
penjualan bersih pada perusahaan yang dilakukan pada masing-masing obyek
penelitian sebagai berikut :
Tabel 2
Penjualan Bersih Pada Perusahaan Manufaktur
Tahun 2005 -2007
(Rupiah)
No Perusahaan Penjualan Bersih
2005 2006 2007 1 PT. Selamat Sempurna Tbk 861.531.261.202 881.116.458.927 1.064.055.094.611
2 PT. Pelangi indah Canindo
Tbk
233.116.605.506 249.389.571.007 336.160.518.038
3 PT. Sepatu Bata Tbk 434.915.742.000 428.629.637.000 493.717.353.000
4 PT. Kageo Igar Jaya Tbk 439.233.784.832 411.578.675.920 469.192.438.977
5 PT. Kalbe Farma Tbk 5.870.938.590.836 6.071.550.437.967 7.004.909.651.908
6 PT. Ricy Tbk 31.339.819.860 417.809.599.048 425.583.534.669
7 PT. Nippress Tbk 218.827.682.017 260.153.168.468 405.748.680.778
8 PT. Bayu Buana Tbk 788.008.134.913 848.518.771.355 958.610.073.652
9 PT. Aneka Tambang Tbk 3.287.268.833 5.629.401.438 12.008.202.498
10 PT. Surya Toto Indonesia Tbk 713.872.261.868 828.164.257.069 895.261.887.783
11 PT. Ikbi Tbk 1.423.928.752.400 1.914.344.810.073 1.590.454.911.243
12 PT. Trust Finance Indonesia
Tbk
43.598.818.250 39.820.646.787 38.328.847.617
13 PT. Yulie Nusantara Tbk 4.030.271.715 4.923.672.816 4.680.537.187
14 PT. Alakasa Industrindo Tbk 738.556.992 1.699.337.949 1.410.253.635
15 PT. Kblm Tbk 28.051.310.845 285.471.994.622 319.611.055.890
16 PT Dharma Samudera Fishing
Industries Tbk
354.703.643.940 191.377.171.957 250.855.413.870
17 PT. Davomas Abadi Tbk 1.120.893.190.000 1.656.584.248.000 2.800.084.343.000
18 PT. Kadaung Indah Can Tbk 93.143.807.493 75.091.973.920 64.063.800.191
19 PT Fajar Surya Wisesa Tbk 1.506.490.532.258 1.693.080.667.327 2.655.795.017.899
20 PT. Jecc Tbk 428123327000 448.020.924.000 735.588.653.000
Sumber: Olahan Sendiri
Dari tabel diatas terlihat pada perusahaan manufaktur, memiliki penjualan
bersih yang berbeda-beda. Pada PT. Selamat Sempurna tahun 2005 sampai
tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 861.531.261.202, Rp.
881.116.458.927, dan Rp. 1.064.055.094.611. Pada PT. Pelangi Indah
Canindo tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp.
233.116.605.506, Rp. 249.389.571.007, dan Rp 336.160.518.038. Pada PT.
Sepatu Bata tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp.
434.915.742.000 menjadi Rp. 428.629.637.000, di tahun 2007 mengalami
kenaikan sebesar Rp. 493.717.353.000. Pada PT. Kageo Igar Jaya tahun 2005
ke tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp. 439.233.784.832 menjadi
Rp. 411.578.675.920, di tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp.
469.192.438.977. Pada PT. Kalbe Farma tahun 2005 sampai tahun 2007
mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.870.938.590.836, Rp. 6.071.550.437.967,
dan Rp. 7.004.909.651.908. Pada PT. Ricy tahun 2005 sampai tahun 2007
mengalami kenaikan sebesar Rp. 313.398.159.860 , Rp. 417.809.599.048, dan
Rp. 425.583.534.669. Pada PT.Nippress tahun 2005 sampai tahun 2007
mengalami kenaikan sebesar Rp. 218.827.682.017, Rp. 260.153.168.468, dan
Rp. 405.748.680.778. Pada PT.Bayu Buana tahun 2005 sampai tahun 2007
mengalami kenaikan sebesar Rp. 788.008.134.913, Rp. 848.518.771.355, dan
Rp. 958.610.073.653. Pada PT. Aneka Tambang tahun 2005 sampai tahun
2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.287.268.833, Rp. 5.629.401.438, dan
Rp. 12.008.202.498. Pada PT. Surya Toto Indonesia tahun 2005 sampai
tahun 2007 mengalami kenaikan terus menerus yaitu sebesar Rp.
713.872.261.868, Rp. 828.164.257.069, dan Rp. 895.261.887.783. Pada PT.
Ikbi tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu Rp.
1.423.928.752.400 menjadi Rp. 1.914.344.810.073, sedangkan tahun 2007
mengalami penurunan menjadi Rp. 1.590.454.911.243. Pada PT. Trust
Finance Indonesia tahun 2005 sampai 2007 mengalami penurunan yaitu Rp.
43.598.818.250,Rp.39.820.646.787, dan Rp. 38.328.847.617. Pada PT. Yulie
nusantara tahun 2005 sampai 2006 mengalami kenaikan yaitu Rp.
4.030.271.715 menjadi Rp. 4.923.672.816, dan pada tahun 2007 mengalami
penurunan menjadi Rp. 4.680.537.187. Pada PT Alakasa Industrindo tahun
2005 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu Rp. 738.556.992 menjadi
Rp.1.699.337.949, sedangkan tahun 2007 mengalami penurunan yaitu
Rp.1.410.253.635. Pada PT. kblm tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami
kenaikan secara berturut-turut yaitu Rp. 280.513.510.845,
Rp.285.471.994.622, dan Rp. 319.611.055.890. Pada PT. Dharma Samudera
Fishing Industries tahun 2005 sampai 2006 mengalami penurunan yaitu Rp.
354.703.643.940 menjadi Rp. 191.377.171.957 dan mengalami penurunan
pada tahun 2007 menjadi Rp. 250.855.413.870. Pada PT. Davomas Abadi
tahun 2005 sampai 2007 mengalami kenaikan yaitu Rp. 1.120.893.190.000,
Rp. 1.656.584.248.000, dan rp. 2.800.084.343.000. Pada PT Kadaung Indah
can tahun 2005 sampai 2007 mengalami penurunan yaitu Rp. 93.143.807.493,
Rp. 75.091.973.920, dan Rp. 64.063.800.191. Pada PT Fajar Surya Wisesa
tahun 2005 sampai 2007 mengalami kenaikan yaitu Rp. 1.506.490.532.258,
Rp.1.693.080.667.327, dan rp. 2.655.795.017.899. Pada PT. Jecc tahun 2005
sampai 2007 mengalami kenaikan yaitu Rp. 428.123.327.000, Rp.
448.020.924.000, dan Rp. 735.588.653.000.
4.2.1 Perhitungan Perputaran Piutang
Pada tabel 3 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai perputaran
piutang pada perusahaan manufaktur periode 2005-2007.
Tabel 3
Perhitungan Perputaran Piutang (X1)
Kode
Perusahaan Tahun
Penjualan
(Rp)
Rata-rata
Piutang (Rp)
Perputaran
Piutang
SMSM
2005 861.531.261.202 163.105.627.340 5.28
2006 881.116.458.927 184.393.629.735 4.78
2007 1.064.055.094.611 204.455.342.557 5.20
PICO
2005 233.116.605.506 39.911.412.350 5.84
2006 249.389.571.007 38.986.071.821 6.40
2007 336.160.518.038 60.129.029.936 5.59
BATA
2005 434.915.742.000 20.930.551.000 20.78
2006 428.629.637.000 15.755.718.000 27.20
2007 493.717.353.000 11.492.501.000 42.96
IGAR
2005 439.233.784.832 73.491.488.420 5.98
2006 411.578.675.920 75.520.372.623 5.45
2007 469.192.438.977 80.428.825.910 5.83
KLBF
2005 5.870.938.590.836 290.788.577.340 20.19
2006 6.071.550.437.967 615.864.261.017 9.86
2007 7.004.909.651.908 760.922.182.561 9.21
RICY
2005 313.398.159.860 33602735500 8,56
2006 417.809.599.048 36505112000 11,44
2007 425.583.534.669 37529112000 11,34
NIPS
2005 218.827.682.017 38.990.068.774 5.61
2006 260.153.168.468 48.766.356.846 5.33
2007 405.748.680.778 77.954.415.132 5.20
BAYU
2005 788.008.134.913 39.768.677.634 19.81
2006 848.518.771.355 45.003.227.742 18.85
2007 958.610.073.652 55.834.400.979 17.17
ANTM
2005 3.287.268.833 374.995.925 8.77
2006 5.629.401.438 684.415.504 8.23
2007 12.008.202.498 1.290.446.362 9.31
TOTO
2005 713.872.261.868 113.593.632.239 6.28
2006 828.164.257.069 143.218.762.572 5.78
2007 895.261.887.783 165.945.549.223 5.39
IKBI
2005 1.423.928.752.400 105.240.866.900 13,53
2006 1.914.344.810.073 106.820.829.800 17,92
2007 319.611.055.890 204.594.624.500 7,77
TRUS 2005 43.598.818.250 5.573.151.692 7.82
2006 39.820.646.787 7.175.503.384 6.10
2007 38.328.847.617 7.175.503.384 5.87
YULIE
2005 4.030.271.715 1.283.426.728 3.14
2006 4.923.672.816 669.542.448 7.35
2007 4.680.537.187 1.258.585.357 3.71
ALKA 2005 738.556.992 34.177.659 21.61
2006 1.699.337.949 60.457.144 28.11
2007 1.410.253.635 110.180.362 12.79
KBLM
2005 280.513.510.845 7.940.152.710 35,33
2006 285.471.994.622 3.194.715.199 89,36
2007 319.611.055.890 9.650.152.388 33,12
DSFI
2005 354.703.643.940 18.735.790.515 18.93
2006 191.377.171.957 16.966.446.313 11.28
2007 250.855.413.870 25.029.445.613 10.02
DAVO
2005 1.120.893.190.000 92.780.769.000 12.08
2006 1.656.584.248.000 117.636.730.000 14.08
2007 2.800.084.343.000 193.313.939.309 14.48
KICI
2005 93.143.807.493 7.102.522.200 13.11
2006 75.091.973.920 7.256.046.000 10.34
2007 64.063.800.191 3.549.691.313 18.04
FASW
2005 1.506.490.532.258 198.793.596.381 7.58
2006 1.693.080.667.327 233.162.553.845 7.26
2007 2.655.795.017.899 359.545.818.081 7.39
JECC
2005 428.123.327.000 15.441.295.000 27,73
2006 448.020.924.000 5.605.685.000 79,93
2007 735.588.653.000 11.791.920.000 62,39 Sumber: Olahan Sendiri
Tingkat perputaran piutang adalah perbandingan dari penjualan kredit
bersih dengan jumlah rata-rata piutang. Dengan demikian, tingkat perputaran
piutang menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam
dalam piutang menjadi kas kembali melalui penagihan. Kecepatan tingkat
perputaran piutang sangat dipengaruhi oleh syarat pembayaran piutang
tersebut. Semakin ketat syarat tersebut maka piutang akan dilunasi dengan
waktu yang cukup singkat atau cepat kembalinya sehingga tingkat perputaran
piutang akan menjadi tinggi. Demikian sebaliknya apabila syarat
pembayarannya lunak, maka pinjaman akan dilunasi dengan lambat.
Hasil perhitungan perputaran piutang pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tercantum pada tabel di atas dapat
diketahui bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran piutang
paling tinggi adalah pada PT. Jecc pada tahun 2006 yaitu 79,63 kali dalam
satu periode, hal ini terjadi karena perusahaan tersebut mempunyai tingkat
penjualan kredit yang cukup tinggi, sedangkan tingkat rata-rata piutang nya
rendah. Sedangkan tingkat perputaran yang paling rendah pada PT. Yulie
yaitu pada tahun 2007 yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut
perusahaan memiliki tingkat perputaran piutang yakni (3,71 kali) hal ini
terjadi karena pada tahun 2007 perusahaan mengalami penjualan kredit yang
rendah, sedangkan tingkat rata-rata piutangnya tinggi.
Dari perhitungan diatas, maka dapat diartikan semakin rendah tingkat
perputaran piutang maka modal kerja perusahaan dapat terkumpul kembali
dalam jangka waktu yang lama, namun akan mendapatkan penambahan
modal yang cukup tinggi, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat perputaran
piutang maka modal kerja dapat terkumpul dengan jangka waktu yang singkat
namun memiliki tambahan modal yang rendah.
4.2.2 Perhitungan Likuiditas
Pada tabel 4 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai likuiditas yang
diukur dengan Rasio lancar (X2) pada perusahaan manufaktur periode 2005
sampai dengan 2007.
Tabel 4
Perhitungan Likuiditas Yang Diukur Dengan Rasio Lancar (X2)
Kode
Perusahaan
Tahun Aktiva Lancar
(Rp)
Kewajiban Lancar
(Rp)
Rasio lancar
SMSM 2005 386.289.449.732 196.960.168.131 2
2006 412.788.998.783 207.570.559.713 2
2007 474.853.854.677 277.815.142.643 2
PICO 2005 128.658.613.544 156.481.038.643 1
2006 157.540.930.958 169.470.662.470 1
2007 241.113.757.644 306.726.286.702 1
BATA 2005 213.641.770.000 110.430.283.000 2
2006 185.152.277.000 63.851.090.000 3
2007 251.649.304.000 109.667.229.000 2
IGAR 2005 185.419.097.131 55.379.746.954 3
2006 209.768.017.953 64.566.764.426 3
2007 255.175.463.249 83.332.766.556 3
KLBF 2005 3.654.805.881.213 903.515.824.098 4
2006 3.321.278.260.845 658.759.610.990 5
2007 3.760.007.626.324 754.629.114.054 5
RICY 2005 262.176.605.429 95.320.171.599 3
2006 323.054.720.383 156.682.379.483 2
2007 376.806.122.517 19.398.250.112 2
NIPS 2005 74.051.521.392 73.700.643.275 1
2006 100.134.381.865 92.728.955.190 1
2007 173.977.948.470 157.452.923.547 1
BAYU 2005 118.278.175.941 67.223.269.168 2
2006 119.836.681.218 63.712.949.715 2
2007 150.537.096.149 94.379.702.327 2
ANTM 2005 2.087.511.802.000 779.405.791.000 3
2006 3.317.602.798.000 1.179.515.758.000 3
2007 8.048.099.750.000 1.798.816.747.000 4
TOTO 2005 378.298.682.840 311.642.180.466 1
2006 457.708.217.824 361.214.506.767 1
2007 477.810.588.160 354.345.348.770 1
IKBI 2005 361.154.617.687 204.348.418.422 2
2006 422.372.084.491 210.439.841.616 2
2007 436.854.840.345 141.351.952.590 3
TRUS 2005 20.023.086.259 127.038.156.540 0
2006 181.247.249.573 98.261.726.239 2
2007 179.542.736.071 86.331.498.973 2
YULIE 2005 24.447.057.995 2.815.603.031 9
2006 61.005.053.992 9.852.957.409 6
2007 68.418.770.461 12.741.596.970 5
ALKA 2005 33.547.744 8.331.972 4
2006 128.066.093 97.670.338 1
2007 137.917.915 96.055.901 1
KBLM 2005 361.154.617.687 20.434.818.422 2
2006 422.372.084.491 210.439.841.616 2
2007 436.854.840.345 141.351.952.590 3
DSFI 2005 160.204.243.870 126.105.590.358 1
2006 111.074.171.962 124.362.747.990 1
2007 208.838.164.477 125.228.941.673 2
DAFO 2005 637.403.371.155 261.201.069.030 2
2006 1.032.260.343.784 172.483.922.759 6
2007 1.339.276.050.949 144.551.073.208 9
KICI 2005 72.077.722.009 50.759.863.068 1
2006 59.219.514.197 45.764.698.293 1
2007 59.219.514.197 7.095.752.836 8
FASW 2005 506.737.601.063 277.229.177.651 2
2006 647.487.307.085 35.063.229.062 2
2007 1.039.160.175.788 542.161.889.358 2
JECC 2005 219.029.499.000 236.761.723.000 1
2006 251.175.824.000 266.299.462.000 1
2007 363.488.098.000 359.827.128.000 1 Sumber : olahan sendiri
a. PT. Selamat Sempurna Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.
b. PT. Pelangi indah Canindo Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.
c. PT. Sepatu Bata Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
mengalami kenaikan rasio yitu 2 menjadi 3, dan pada tahun 2007
mengalami penurunan menjadi 2.
d. PT. Kageo Igar Jaya Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 3.
e. PT. Kalbe Farma Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
mengalami kenaikan rasio yaitu 4 menjadi 5 dan pada tahun 2007 memiliki
tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 5.
f. PT. Ricy Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
mengalami penurunan yaitu 3 dan 2 dan pada tahun 2007 menunjukkan
kestabilan likuiditas dari tahun sebelumnya yaitu 2 .
g. PT. Nippress Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.
h. PT. Bayu Buana Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.
i. PT. Aneka Tambang Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 3, dan pada tahun
2007 mengalami kenaikan menjadi 4.
j. PT. Surya Toto Indonesia Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.
k. PT. Ikbi Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2, dan pada tahun
2007 mengalami peningkatan menjadi 3.
l. PT. Trust Finance Indonesia Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 tidak
memiliki tingkat rasio sedangklan tahun 2006 sampai 2007 memiliki tingkat
likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.
m. PT. Yulie Nusantara Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang semakin meningkat setiap tahunnya yaitu 9
menjadi 6, dan 5
n. PT. Kblm Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
mempunyai kestabilan tingkat likuiditas yaitu 2 dan pada tahun 2007
memiliki tingkat likuiditas meningkat yaitu rasio lancar = 3.
o. PT. Astro Agro lestari Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
mengqlqmi penurunqn yaitu 2 menjadi 1 dan tahun 2007 kembali menjadi 2.
p. PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1, dan pada tahun
2007 mengalami kenaikan menjadi 2.
q. PT. Davomas Abadi Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu
2 menjadi 6 dan taun ketiga menjadi 9.
r. PT. Kadaung Indah Can Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1, pada tahun
2007 mengalami kenaikan menjadi 8.
s. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.
t. PT. Jecc Tbk
Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada
tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007
memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.
4.2.3 Perhitungan Rentabilitas
Pada tabel 5 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai Rentabilitas yang
diukur dengan ROE (Y) pada perusahaan manufaktur periode 2005 sampai
dengan 2007.
Tabel 5
Perhitungan Rentabilitas yang diukur dengan ROE (Y)
KODE
PERUSAHAAN TAHUN
L ABA BERSIH
(Rp)
MODAL/
EQUITAS (Rp) (ROE)
SMSM
2005 65.736.914.403 410.835.169.830 16.0%
2006 66.174.829.417 451.061.900.565 14.7%
2007 80.324.965.210 482.203.832.914 16.7%
PICO
2005 1.774.173.441 55.780.248.994 3.2%
2006 8.524.937.158 137.909.598.836 6.2%
2007 1.879.515.849 57.659.764.843 3.3%
BATA
2005 25.086.055.000 176.296.123.000 14.2%
2006 20.160.771.000 190.086.894.000 10.6%
2007 34.577.678.000 207.699.572.000 16.6%
IGAR
2005 13.777.631.117 170.537.594.355 8.1%
2006 9.964.135.535 177.134.799.839 5.6%
2007 15.429.317.547 189.797.533.661 8.1%
KLBF
2005 653.329.399.498 2.389.006.139.774 27.3%
2006 676.581.653.872 2.994.816.751.748 22.6%
2007 705.694.196.679 3.386.861.941.228 20.8%
RICY
2005 37.460.647.273 253.838.350.511 14,8%
2006 38.225.888.121 292.964.238.632 13,1%
2007 41.395.873.587 333.460.112.219 12,4%
NIPS 2005 3.069.003.450 83.367.197.768 3.7%
2006 7.650.174.389 88.934.199.059 8.6%
2007 6.393.947.393 95.328.146.453 6.7%
BAYU
2005 4.009.448.273 78.770.389.470 5.1%
2006 1.796.391.932 80.566.781.402 2.2%
2007 4.641.255.870 85.208.037.272 5.4%
ANTM
2005 841.935.961.000 3.029.642.904.000 27.8%
2006 1.552.777.307.000 4.281.602.475.000 36.3%
2007 5.132.460.443.000 8.763.578.938.000 58.6%
TOTO
2005 62.884.231.950 215.834.240.695 29.1%
2006 79.705.059.548 280.678.500.243 28.4%
2007 56.376.502.262 317.240.602.505 17.8%
IKBI
2005 23.749.261.703 338.405.205.503 7%
2006 44.373.633.211 373.292.838.714 11,9%
2007 77.466.616.243 440.049.454.957 17,7%
TRUS
2005 9.771.200.303 74.984.929.719 13%
2006 8.000.593.618 82.985.523.337 9.6%
2007 10.225.713.761 93.211.237.098 10.1%
YULIE
2005 2.340.471.633 51.457.497.064 4.5%
2006 1.784.945.909 61.005.053.992 2.9%
2007 2.547.714.163 68.418.770.461 3.7%
ALKA
2005 4.459.532 7.901.130 56.4%
2006 8.317.633 15.463.256 53.8%
2007 7.285.411 23.211.613 31.4%
KBLM
2005 14.126.886.066 141.845.257.782 9,9%
2006 10.507.630.038 152.352.887.821 6,9%
2007 5.314.388.899 217.546.966.412 2,4%
DSFI
2005 63.823.891.900 140.926.865.646 45.3%
2006 45.570.410.300 95.356.455.346 47.8%
2007 2.095.661.112 187.515.890.578 1.1%
DAVO
2005 90.069.211.826 779.673.958.361 11.5%
2006 196.277.192.500 975.951.150.861 20.1%
2007 208.455.724.480 1.184.406.875.341 17.6%
KICI
2005 10.163.747.480 76.922.826.729 13.2%
2006 14.819.139.717 58.585.325.229 25.3%
2007 15.742.232.136 62.838.460.196 25%
FASW
2005 5.828.050.163 107.238.556.516 5.4%
2006 101.728.361.874 1.174.113.927.040 8.7%
2007 121.970.185.307 1.296.084.112.347 9.4%
JECC
2005 2.044.077.000 63.090.188.000 3,2%
2006 592.901.000 6.359.308.900 9,3%
2007 2.292.158.000 87.264.669.000 2,6% Sumber: Olahan Sendiri
Tingkat rentabilitas yang diperoleh dari alat ukur Return On Equty
merupakan hasil dari pembagian antara laba bersih dengan modal sendiri
(ekuitas) dinyatakan dalam persentase
Dari tabel 5 diatas dapat diketahui tingkat rentabilitas yang tertinggi
dicapai PT. Aneka Tambang pada tahun 2007 yaitu 58,6%, sedangkan
tingkat rentabilitas yang terendah pada PT. Klbm pada tahun 2007 yaitu 2,4
%.
Bagi perusahaan umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan
ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efesien. Efesian
baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yng diperoleh itu dengan
modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain
memaximalkan tingkat rentabilitasnya, jadi semakin tinggi persentase yang
dihasilkan maka semakin besar perusahaan dalam memperoleh keuntungan
dan ke efesienan dalam bekerja.
4.3 Analisis dan Uji Hipotesis
4.3.1 Analisis Regresi berganda
Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
(perputaran piutang dan tingkat likuiditas) terhadap variabel terikat (tingkat
rentabilitas) maka perlu dilakukan analisis regresi linier berganda. Analisis
regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable bebas
terhadap variable terikat. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk
mengetahui nilai persamaan regresi dipergunakan tabel.
Tabel 6
Data Analisis regresi Berganda
Kode
Perusahaan Tahun
Perputaran
Piutang Likuiditas Rentabilitas
SMSM
2005 5.28 2 16.0%
2006 4.78 2 14.7%
2007 5.20 2 16.7%
PICO
2005 5.84 1 3.2%
2006 6.40 1 6.2%
2007 5.59 1 3.3%
BATA
2005 20.78 2 14.2%
2006 27.20 3 10.6%
2007 42.96 2 16.6%
IGAR
2005 5.98 3 8.1%
2006 5.45 3 5.6%
2007 5.83 3 8.1%
KLBF
2005 20.19 4 27.3%
2006 9.86 5 22.6%
2007 9.21 5 20.8%
RICY
2005 8,56 3 14,8%
2006 11,44 2 13,1%
2007 11,34 2 12,4%
NIPS
2005 5.61 1 3.7%
2006 5.33 1 8.6%
2007 5.20 1 6.7%
BAYU
2005 19.81 2 5.1%
2006 18.85 2 2.2%
2007 17.17 2 5.4%
ANTM
2005 8.77 3 27.8%
2006 8.23 3 36.3%
2007 9.31 4 58.6%
TOTO
2005 30,38 2 18,1%
2006 22,58 2 17,2%
2007 0,00 2 10,6%
IKBI
2005 13,53 2 7%
2006 17,92 2 11,9%
2007 7,77 3 17,7%
TRUS
2005 7.82 0 13%
2006 6.10 2 9.6%
2007 5.87 2 10.1%
YULIE
2005 3.14 9 4.5%
2006 7.35 6 2.9%
2007 3.71 5 3.7%
ALKA
2005 21.61 4 56.4%
2006 28.11 1 53.8%
2007 12.79 1 31.4%
KBLM
2005 35,33 2 9,9%
2006 89,36 2 6,9%
2007 33,12 3 2,4%
DFSI
2005 18.93 1 45.3%
2006 11.28 1 47.8%
2007 10.02 2 1.1%
DAVO
2005 12.08 2 11.5%
2006 14.08 6 20.1%
2007 14.48 9 17.6%
KICI
2005 13.11 1 13.2%
2006 10.34 1 25.3%
2007 18.04 8 25%
FASW
2005 7.58 2 5.4%
2006 7.26 2 8.7%
2007 7.39 2 9.4%
JECC
2005 27,73 1 3,2%
2006 79,93 1 9,3%
2007 62,39 1 2,6% Sumber : Olahan sendiri\
Untuk mengetahui seberapa pengaruh Perputaran piutang terhadap tingkat
likuiditas dan tingkat rentabilitas pada 20 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan analisis regresi berganda. Dan
hasil pembahasan dengan menggunakan program SPSS.
Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diatas diketahui bahwa
persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut :
Y = -14,784 + (-0,036) X1 + 0,722 X2
Berdasarkan persamaan diatas, konstanta sebesar -14,784 (a=-14,784)
memberi pengertian jika tingkat perputaran piutang (X1) tingkat likuiditas
(X2) konstan atau sama dengan (0), maka besarnya tingkat rentabilitas
sebesar -14,784 satuan atau mengalami pengurangan sebesar -14,784.
Koefisien X1 (perputaran piutang) sebesar -0,036 menyatakan bahwa
pengurang perputaran piutang akan mengurangi rentabilitas sebesar -14,784
(dengan asumsi variabel X2 konstan).
Koefisien X2 Likuiditas sebesar 0,722 artinya setiap penambahan likuiditas
akan menambah perputaran piutang sebesar 0,722 (dengan asumsi X1
konstan).
4.3.1.1 UJI ASUMSI BLUE
Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian
maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik.
Coefficientsa
14.784 3.625 4.078 .000
-.036 .110 -.043 -.324 .747
.722 .935 .103 .773 .443
(Constant)
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
a) Multikausalitas
Untuk mengetahui apakah antar variabel independent yang dipergunakan
dalam penelitian ini mempunyai korelasi dilakukan pengujian
multikolinearitas, hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel dependen
dapat dilihat berdasarkan nilai rasio lancar yang disajikan pada tabel
dibawah ini.
Hasil perhitungan nilai rasio pada tabel diatas menunjukan bahwa nilai
variabel X1 (perputaran piutang) sebesar 0,021, variabel X2 (likuiditas)
1.000. sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
multikolinearitas, karna kurang dari 0,8.
b) Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Hasil pengujian
heteroskedastisitas dapat dilihat tabel di bawah ini.
Coefficient Correlationsa
1.000 .187
.187 1.000
.874 .019
.019 .012
Tingkat Likuiditas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Perputaran Piutang
Correlations
Covariances
Model1
Tingkat
Likuiditas
Perputaran
Piutang
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
Korelasi range Spearman untuk variabel perputaran piutang (X1) dengan
nilai residualnya -0,077, dengan nilai tingkat rentabilitas sebesar 0,560,
kemudian untuk variabel likuiditas (X2) dengan nilai residualnya 0,120.
dengan rentabilitas sebesar 0,298. dimana semua nilai rentabilitas tersebut
lebih besar dari 5 % atau 0,05 yang berarti ada korelasi atau hubungan
antara nilai residual dengan salah satu variabel bebas yang diteliti sehingga
dapat dikatakan terdapat heterokedastisitas pada model regresi yang
dihasilkan yaitu variabel X2 (likuiditas).
c) Uji Autokorelasi
Digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota sampel
yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi
dalam model regresi adalah varians sample tidak dapat menggambarkan
varians populasinya. Diagnosis adanya autokorelasi dilakukan melalui
pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson atau (Uji DW).
Correlations
1.000 -.101 .203
. .442 .120
60 60 60
-.101 1.000 .137
.442 . .298
60 60 60
.203 .137 1.000
.120 .298 .
60 60 60
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Unstandardized Residual
Spearman's rho
Perputaran
Piutang
Tingkat
Likuiditas
Unstandardiz
ed Residual
Dari tabel diatas diketahui bahwa DW sebesar 0,983 karena DW berkisar
antara -2 sampai +2 menunjukkan bahwa model regresi ada outokorelasi.
4.3.2. Pengujian Hipotesis
4.3.2.1 Uji t
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara X1 (likuiditas dan X2
(rentabilitas) terhadap perputaran piutang maka digunakan uji t
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nialai t hitung untuk variabel
perputaran piutang (X1) terhadap rentabilitas menunjukkan t hitung = -
0,324 berarti -0,324 < 1,672 ini menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak.
Berarti likuiditas tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas.
Hasil pengujian likuiditas (X2) terhadap rentabilitas menunjukkan t hitung
= 0,773 berarti 0,773 < 1,672 maka t hitung > t tabel ini menunjukkan Ho
Model Summaryb
.119a .983
Model1
R
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas,
Perputaran Piutang
a.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
Coefficientsa
14.784 3.625 4.078 .000
-.036 .110 -.043 -.324 .747
.722 .935 .103 .773 .443
(Constant)
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
diterima dan Ha ditolak, berarti likuiditas tidak berpengaruh terhadap
tingkat rentabilitas.
4.3.2.2. Uji Menyeluruh/Simultas (Uji F)
Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel bebas X1 (tingkat
likuiditas) variabel X2 (rentabilitas terhadap variabel terikat perputaran
piutang diperoleh hasil sebagai berikut :
Hasil uji F (Anova Test) tersebut menunjukkan nilai F hitung (0,412) < F
tabel (3,159) dengan signifikansi 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Hal ini berarti bahwa variabel X1 (perputaran piutang), dan variabel X2
(likuiditas) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap variabel rentabilitas.
4.3.2.3 Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui tingkat signifikansi diantara variabel bebas dengan
variabel terikat yang menunjukkan adanya korelasi positif atau negatif maka
perlu diketahui nilai koefisien korelasi. Dibawah ini merupakan tabel dari
nilai koefisien antara variabel bebas dengan terikat sebagai berikut :
ANOVAb
160.362 2 80.181 .412 .664a
11085.186 57 194.477
11245.548 59
Regression
Residual
Total
Model1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran Piutanga.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
Berdasarkan tabel diatas koefisien korelasi antara perputaran piutang (X1)
terhadap perputaran rentabilitas adalah -0,063 dengan tingkat signifikan
0,317 maka antara kedua pengaruh tersebut menunjukkan adanya korelasi
negatif. Koefisian korelasi antara likuiditas (X2) rentabilitas adalah 0,112
dengan tingkat signifikan 0,198 maka diantara kedua pengaruh tersebut
menunjukkan adanya korelasi negatif.
4.3.2.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas bisa menjelaskan
variabel terikat maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi. Koefisien
determinasi ini digunakan untuk mengukur besarnya proporsi atau
persentase dari jumlah variasi dari variabel terikat. Perhitungan dari hasil
analisis dapat dilihat sebagai berikut :
Correlations
1.000 -.063 .112
-.063 1.000 -.187
.112 -.187 1.000
. .317 .198
.317 . .077
.198 .077 .
60 60 60
60 60 60
60 60 60
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Tingkat
Rentabilitas
Perputaran
Piutang
Tingkat
Likuiditas
Berdasarkan tabel diatas koefisien determinasi adalah 0,014 atau 01,4 %
yang artinya 01,4 % rentabilitas dipengaruhi oleh perputaran piutang dan
likuiditas. Sedangkan sisanya 98,6 % dipengaruhi oleh faktor lainnya.
4.4 Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji F
ternyata F hitung (5,074) F tabel (2,96) dengan signifikansi 0,05 maka Ho
di terima dan Ha ditolak hal ini berarti bahwa variabel perputaran piutang
dan likuiditas secara bersama-sama tidak dapat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap variabel rentabilitas.
Dalam pengujian secara parsial variabel perputaran piutang (X1)
menunjukkan thitung = -0,324 berarti -0,324 < 1,672. ini menunjukkan Ho
diterima dan Ha ditolak. Berarti Likuiditas tidak mempunyai hubungan
dengan tingkat rentabilitas.
Dalam pengujian secara parsial variabel rentabilitas (X2) menunjukkan
thitung = 0,773 berarti 0,773 < 1,672 maka t hitung < t tabel ini
menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, berarti likuiditas berpengaruh
terhadap rentabilitas. Dimana artinya penurunan likuiditas menandakan
Model Summaryb
.119a .014 -.020 13.94550
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran
Piutang
a.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
adanya penurunan laba bersih dan ekuitasnya. Dengan menurunnya hal
tersebut berarti menurun pula tingkat rentabilitas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada 20 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia menunjukkan hasil dari
beberapa uji dengan mengunakan SPSS bahwa tidak ada hubungan antara
perputaran piutang dengan tingkat rentabilitas.
b. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada 20 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia menunjukkan hasil dari
beberapa uji dengan mengunakan SPSS bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas.
5.2 Saran
Berdasarkan pada analisis serta kesimpulan yang telah diuraikan maka saran yang
dapat diberikan sebagai berikut :
a. Bagi perusahaan sebaiknya meningkatkan efesiensi pengelolaan piutang
sehingga dapat menghasilkan tingkat rentabilitas yang maximal.
b. Perusahaan hendaknya memperhatikan efesiensi penjualan kredit yang
dapat mempengaruhi tingkat perputaran piutang agar dapat menghasilkan
tingkat pengembalian kas yang sesuai dengan perencanaan perusahaan
dalam memperoleh laba yang optimum.
c. Perusahaan hendaknya meningkatkan modal sendiri atau ekuitas agar
dapat menghasilkan tingkat ROE (likuiditas) yang baik. Sehingga
perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, Buku Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Penerbit FE UPN
”Veteran” Jakarta
Gunarto,2007, ”Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran piutang dan likuiditas terhadap
Tingkat Rentabilitas pada KPRI Kudus.”
Harahap, Sofyan, Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT Raja
Gafindo Persada, Jakarta
Horn and Wachowiecz, 1998, Prinsip-Prinsip Manajeman Keuangan, Edisi Kesembilan,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta
Imro’ah Khuriyatul, 2002, “Analisis Tingkat Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas
Perusahaan Pada Bank Rakyat Indonesia, Gresik.”
Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam dan Edisi Revisi,
Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Martono dan Harjito, Agus 2005, Manajemen Keuangan, FEUI, Yogyakarta
Martono dan Harjito, Agus, 2007, Manajemen Keuangan, FEUI, Yogyakarta
Munawir, S, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty. Yogyakarta
Narbuko Chalid dan Acmadi Abu, 2009, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara. Jakarta
Nuriyani, 2002, Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan dan Tingkat Perputaran Piutang,
dan Tingkat Likuiditas Terhadap Tingkat Rentabilitas (Study Kasus Pada
Perusahaan Tekstil Yang Go Public di Bursa Efek Jakarta).
Purnomo dan Husaini, 2000, Pengantar Statistika, Penerbit PT Bumi Aksara
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit
BPFE –Yogyakarta, Yogyakarta
Santoso Singgih, 2006, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS, PT. Alex Media
komputindo, Jakarta
Sartono, R, agus, 2001, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi Keempat, BPFE,
Yogyakarta
Smith and Skousen, 2000, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga,
Jakarta
SR, Soemarso, 2002, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta
Stice and Skousen, 2004, Intermediate Accounting, Edisi 15, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Supranto J, 2002, Statistik (Teori dan Aplikasi), Edisis keenam, Penerbit Erlangga, Yogyakarta
WWW.geogle.com
WWW.idx.co.id
Regression
Descriptive Statistics
16.0338 13.80589 60
15.5795 16.77076 60
2.4993 1.97706 60
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 -.063 .112
-.063 1.000 -.187
.112 -.187 1.000
. .317 .198
.317 . .077
.198 .077 .
60 60 60
60 60 60
60 60 60
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Tingkat Rentabilitas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Tingkat
Rentabilitas
Perputaran
Piutang
Tingkat
Likuiditas
Variables Entered/Removedb
Tingkat
Likuiditas,
Perputaran
Piutanga
. Enter
Model1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
Model Summaryb
.119a .014 -.020 13.94550
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran
Piutang
a.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
ANOVAb
160.362 2 80.181 .412 .664a
11085.186 57 194.477
11245.548 59
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran Piutanga.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
Coefficientsa
14.784 3.625 4.078 .000
-.036 .110 -.043 -.324 .747
.722 .935 .103 .773 .443
(Constant)
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
Coefficient Correlationsa
1.000 .187
.187 1.000
.874 .019
.019 .012
Tingkat Likuiditas
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Perputaran Piutang
Correlations
Covariances
Model1
Tingkat
Likuiditas
Perputaran
Piutang
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
Collinearity Diagnosticsa
2.292 1.000 .04 .06 .05
.553 2.036 .00 .56 .26
.154 3.853 .95 .37 .69
Dimension1
2
3
Model1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant)
Perputaran
Piutang
Tingkat
Likuiditas
Variance Proportions
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
Residuals Statisticsa
12.3044 20.9610 16.0338 1.64863 60
-16.39688 40.88124 .00000 13.70710 60
-2.262 2.989 .000 1.000 60
-1.176 2.932 .000 .983 60
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
Nonparametric Correlations
Correlations
1.000 -.101 .203
. .442 .120
60 60 60
-.101 1.000 .137
.442 . .298
60 60 60
.203 .137 1.000
.120 .298 .
60 60 60
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Unstandardized Residual
Spearman's rho
Perputaran
Piutang
Tingkat
Likuiditas
Unstandardiz
ed Residual
Model Summaryb
.119a .983
Model1
R
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas,
Perputaran Piutang
a.
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.
Coefficientsa
.965 1.036
.965 1.036
Perputaran Piutang
Tingkat Likuiditas
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.
Tabel t
0,05 0.05
1 12.70620 51 2.00758 101 1.98373 151 1.97580
2 4.30265 52 2.00665 102 1.98350 152 1.97569
3 3.18245 53 2.00575 103 1.98326 153 1.97559
4 2.77645 54 2.00488 104 1.98304 154 1.97549
5 2.57058 55 2.00404 105 1.98282 155 1.97539
6 2.44691 56 2.00324 106 1.98260 156 1.97529
7 2.36462 57 2.00247 107 1.98238 157 1.97519
8 2.30600 58 2.00172 108 1.98217 158 1.97509
9 2.26216 59 2.00100 109 1.98197 159 1.97500
10 2.22814 60 2.00030 110 1.98177 160 1.97490
11 2.20099 61 1.99962 111 1.98157 161 1.97481
12 2.17881 62 1.99897 112 1.98137 162 1.97472
13 2.16037 63 1.99834 113 1.98118 163 1.97462
14 2.14479 64 1.99773 114 1.98099 164 1.97453
15 2.13145 65 1.99714 115 1.98081 165 1.97445
16 2.11991 66 1.99656 116 1.98063 166 1.97436
17 2.10982 67 1.99601 117 1.98045 167 1.97427
18 2.10092 68 1.99547 118 1.98027 168 1.97419
19 2.09302 69 1.99495 119 1.98010 169 1.97410
20 2.08596 70 1.99444 120 1.97993 170 1.97402
21 2.07961 71 1.99394 121 1.97976 171 1.97393
22 2.07387 72 1.99346 122 1.97960 172 1.97385
23 2.06866 73 1.99300 123 1.97944 173 1.97377
24 2.06390 74 1.99254 124 1.97928 174 1.97369
25 2.05954 75 1.99210 125 1.97912 175 1.97361
26 2.05553 76 1.99167 126 1.97897 176 1.97353
27 2.05183 77 1.99125 127 1.97882 177 1.97346
28 2.04841 78 1.99085 128 1.97867 178 1.97338
29 2.04523 79 1.99045 129 1.97852 179 1.97331
30 2.04227 80 1.99006 130 1.97838 180 1.97323
31 2.03951 81 1.98969 131 1.97824 181 1.97316
32 2.03693 82 1.98932 132 1.97810 182 1.97308
33 2.03452 83 1.98896 133 1.97796 183 1.97301
34 2.03224 84 1.98861 134 1.97783 184 1.97294
35 2.03011 85 1.98827 135 1.97769 185 1.97287
36 2.02809 86 1.98793 136 1.97756 186 1.97280
37 2.02619 87 1.98761 137 1.97743 187 1.97273
38 2.02439 88 1.98729 138 1.97730 188 1.97266
39 2.02269 89 1.98698 139 1.97718 189 1.97260
40 2.02108 90 1.98667 140 1.97705 190 1.97253
41 2.01954 91 1.98638 141 1.97693 191 1.97246
42 2.01808 92 1.98609 142 1.97681 192 1.97240
43 2.01669 93 1.98580 143 1.97669 193 1.97233
44 2.01537 94 1.98552 144 1.97658 194 1.97227
45 2.01410 95 1.98525 145 1.97646 195 1.97220
46 2.01290 96 1.98498 146 1.97635 196 1.97214
47 2.01174 97 1.98472 147 1.97623 197 1.97208
48 2.01063 98 1.98447 148 1.97612 198 1.97202
49 2.00958 99 1.98422 149 1.97601 199 1.97196
50 2.00856 100 1.98397 150 1.97591 200 1.97190
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizki wulandari
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Bantul, 18 April 1987
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Telephon : 085715893921
Pendidikan Formal :
- SD Negeri Limusnunggal 3
- SLTP Negeri 10 Bekasi
- SMA Negeri 1 Jonggol
- Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan persyaratan di atas saya bersedia dituntut
menurut hukum yang berlaku.
Hormat saya
Rizki Wulandari