49bb0d01

96
HUBUNGAN PERP TERHADAP TI MANUFAKTUR YAN Diajuka Dala UNIVERSITA PUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIK INGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAH NG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDON SKRIPSI an Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan am Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Oleh : RIZKI WULANDARI 205.112.079/FE/AK Kepada FAKULTAS EKONOMI AS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERA JAKARTA 2010 1 KUIDITAS HAAN NESIA (BEI) AN”

Upload: wulan-sari

Post on 22-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 49BB0d01

HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Diajukan Untuk Me

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Oleh :

RIZKI WULANDARI

205.112.079/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2010

1

HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

Page 2: 49BB0d01

SKRIPSI BERJUDUL

HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Rizki Wulandari

205.112.079/FE/Ak

Telah dipertahankan di depan tim penguji

Pada tanggal : 12 Juni 2010

Maka atas nama panitia Negara Sastra Ekonomi menyatakan

telah memenuhi syarat untuk diterima

Pembimbing

(Susi Indriani,M.s,ak)

Jakarta, Agustus 2010

Universitas Pembangunan Nasional ”veteran” Jakarta

Fakultas Ekonomi

Kepala Program S1 Akuntansi

(Satria Yudhia Wijaya, SE,M.s,Ak)

NIP : 098.120.560

Page 3: 49BB0d01

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat hidayah dan anugrahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Perputaran Piutang dan Tingkat Likuiditas Terhadap Tingkat

Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, disusun

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jakarta.

Dalam penelitian ini penulis mendapat banyak sekali bantuan dari berbagai

pihak baik dari segi moril atau pun moril. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan,

sumbangan pikiran, dukungan dan nasehat yang berharga. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada:

1. Ir. Budiman Djoko Said, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional

”Veteran” Jakarta.

2. DR. Erna Hermawati, MM, AK, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta.

3. Satria Yudhia Wijaya SE, MS, AK selaku Ketua Program Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta.

4. Susi Indriani Ms, Ak, Selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia dengan

penuh kesabaran membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada semua Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu kepada

penulis selama masa perkuliahan.

Page 4: 49BB0d01

6. Semua staf Fakultas Ekonomi dan staf Perpustakaan Umum Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” jakarta yang telah memberikan pelayanan

yang baik kepada penulis.

7. Kedua orang tua ku tercinta Bapak (Muhamad Salman) dan mama’ (Kamti

Erawati yang tak pernah berhenti menguntaikan doa serta selalu memberikan

ketulusan kasih sayang, pengorbanan, dan keikhlasan dalam menuntun langkah

ananda untuk melalui proses kehidupan. Terima kasih banyak, meski rasa

terima kasih yang ananda ucapkan tak kan bisa membalas perjuangan kalian

dalam membesarkan ananda. Salam sayang selalu dari ananda, dan ananda

berharap kalian selalu memberikan restu hingga ananda bisa meraih kesuksesan

di dunia dan akhirat kelak. Dan memberikan kebahagiaan kepada kalian. Amin.

8. Buat kaka ku semua Mba Ipah & Mas budi, Mas Anis, Mas Ilham atas

dukungannya dan pembelajaran untuk memaknai kehidupan. Terima kasih

banyak.

9. Keponakan ku De’ Fakhry dan De’ Naily yang selalu membuat hari-hari ku

banyak tertawa melihat tingkah mu yang lucu. Jadi anak yang soleh ya dek.

10. Buat keluarga besar aku yang ada di Jogja atas doa dan suportnya.

11. Ka’ Sara yang banyak banget ngebimbing aku. Love You Ka’.

12. Teman-teman terbaikku Lia, Mba Eka, Ce’nani, Hinda, Nana, Dita, Weni, Ines,

Luli, Rahma, Diyah, Endah. Semoga persahabatan kita abadi ukhti.

13. Sahabat kecil ku Nicha, Nie, Aminah, Soleha, Ikis terus kejar cahaya Alloh

kawan. Dan terus belajar dari berbagai masalah yang dialami untuk proses

pendewasaan diri.

14. Teman-teman AKSI 2005 lok A dan B atas doa, semangat dan dukungannya.

Suikses.

Page 5: 49BB0d01

15. Semua temen-temen Rohis FE “AL-JIHAD” dan “LDK USWAH” syukron buat

semuanya. Berjuang terus ya kawan sampai tujuan kita tercapai.

16. Dek erin, dek cici, dek sulis, dek rani, dek geges, dek tika, dek ines Maaf atas

segala kekurangan diri. Jangan pernah berhenti untuk mencari cahayaNya.

17. Mba upik dan Mas opik. Terima kasih print nya.

18. Semua pihak yang tidak tercantum. Kalian yang aku kenal. Aku simpan dalam

memori dan hatiku, semoga selalu ingat. Jazakumulloh sudah mengisi

kebahagian hari-hari ku semasa kuliah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan

senang hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun akan

penulis terima untuk perbaikan penelitian ini.

Jakarta, 30 Mei 2010

Rizki Wulandari

Page 6: 49BB0d01

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii

ABSTRAK .................................................................................................... viiii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1

1.2 Perumusan Masalah ……………………………………… 7

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………… 8

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………….......... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …….………………………………… 10

2.1 Hasil Penelian Terdahulu ………………………………… 10

2.2 Landasan Teori …….…………………………………….. 13

2.2.1 Piutang dagang …….……………………………... 13

2.2.2 Pengertian Piutang …….…………………………. 13

2.2.3 Tujuan Kebijakan Piutang Dagang ............................ 15

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang ............... 16

2.2.5 Akuntansi Untuk Kebijakan Piutang Dagang ............. 18

2.2.6 Tingkat Perputaran Piutang ..................................... 19

2.3 Kredit ................................................................................ 21

Page 7: 49BB0d01

2.3.1 Pengertian Kredit ......................................................... 21

2.3.2 Prinsip-prinsip Kredit ................................................ 22

2.3.3 Unsur-unsur Kredit ......................................................... 23

2.3.4 Analisis Kredit ................................................................ 24

2.3.5 Persyaratan Kredit .......................................................... 27

2.3.7 Tujuan Kredit .................................................................. 27

2.4 Likuiditas ..................................................................................... 28

2.4.1 Pengertian Likuiditas ...................................................... 29

2.4.2 Rasio Likuiditas ............................................................... 29

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas .................. 30

2.5 Rentabilitas .................................................................................. 32

2.5.1 Pengertian Rentabilitas ................................................... 32

2.5.2 Alat Ukur Rentabilitas .................................................... 34

2.5.3 Rasio Rentabilitas ........................................................... 37

2.6 Hubungan Antara Perputaran Piutang dan Tingkat Likuiditas

Terhadap Tingkat Rentabilitas Perusahaan .................................. 40

2.6.1 Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Tingkat

Rentabilitas..................................................................... 40

2.6.2 Hubungan Likuiditas Terhadap Tingkat

Rentabilitas .................................................................... 41

2.7 Kerangka Pemikiran ................................................................... 42

2.8 Hipotesa ...................................................................................... 43

Page 8: 49BB0d01

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................... 44

3.1.1 Definisi Operasional ....................................................... 44

3.1.2 Pengukuran Variabel........................................................ 45

3.2 Tekhnik Penentuan Sampel ......................................................... 46

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 47

3.3.1 Jenis Data .......................................................................... 47

3.3.2 Sumber Data ...................................................................... 48

3.3.3 Pengumpulan Data ............................................................ 48

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis........................................... 49

3.4.1 Tekhnik Analisis Korelasi ............................................... 49

3.4.2 Uji Hipotesis ................................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……………………………………... 53

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………. 54

4.2.1 Perhitungan Perputaran Piutang ………………………. 57

4.2.2 Perhitungan Likuiditas ………………………………… 60

4.2.3 Perhitungan Rentabilitas ………………………………. 66

4.3 Analisis dan Uji Hipotesis ………………………………………. 68

4.3.1 Analistik Regresi Berganda …………………………69

4.3.1.1 Uji Asumsi Blue ……………………………………………... 71

4.3.2 Pengujian Hipotesis ………………………………………….. 74

4.3.2.1 Uji t ………………………………………………… 74

Page 9: 49BB0d01

4.3.2.2 Uji menyeluruh ……………………………………. 75

4.3.2.3 Koefisien Korelasi ………………………………… 75

4.3.2.4 Uji Koefisien Determinasi ……………………….... 76

4.4 Pembahasan …………………………………………………….. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 79

5.2 Saran ............................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: 49BB0d01

HUBUNGAN PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

RIZKI WULANDARI

ABSTRAK

Dalam kegiatan perekonomian, penjualan dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti misalnya tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas sehingga perubahan

tingkat penjualan dapat laba optimum dan kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban jangka pendeknya. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu

berupa laporan keuangan yang diperoleh melalui referensi data yang tersedia di BEI

dan website perusahaan. Sampel yang digunakan adalah 20 perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI selama tahun 2005-2007. Penelitian ini menggunakan 2

variabel independent dan 1 variabel dependen dengan teknik analisis regresi linier

berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan perputaran piutang dan tingkat

likuiditas terhadap tingkat rentabilitas.

Hasil penelitian ini secara parsial disimpulkan bahwa variabel perputaran

piutang dan tingkat likuiditas tidak berpengaruh berpengaruh terhadap tingkat

rentabilitas.

Kata kunci: Perputaran piutang, tingkat Likuiditas, Tingkat rentabilitas.

Page 11: 49BB0d01

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perekonomian global mengalami perubahan signifikan

yang mempengaruhi segala aspek kehidupan apalagi jika dikaitkan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tentunya akan membuat

semua sendi perekonomian global terus menentukan langkah-langkah

konkrit untuk bisa menyeimbangkan kondisi Ilmu pengetahuan dan

tekhnologi. Dalam bidang industri kemajuan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi mengakibatkan munculnya berbagai produk baru, banyak

pendiri perusahaan yang memproduksi berbagai produk yang sejenis

dengan merk yang berbeda, sehingga menimbulkan persaingan yang

semakin pesat. Sebuah perusahaan akan dianggap berhasil apabila

memperoleh laba normal sesuai dengan rencana perusahaan, keberhasilan

akan dicapai apabila perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam

mengelola manajeman pada perusahaan agar faktor-faktor produk dipenuhi

dengan sebaik-baiknya serta adanya pengendalian terhadap pencapaian

perusahaan.

Dalam perkembangan persaingan yang semakin pesat maka

perusahaaan dituntut untuk menarik tingkat daya beli konsumen yang

tinggi agar menghasilkan laba yang maksimal.

Menerapkan kebijakan, strategi, serta metode dalam pengambilan

keputusan yang sesuai dengan kondisi perusahaan akan mempengaruhi

Page 12: 49BB0d01

perolehan laba. Tingkat perputaran piutang akan mempengaruhi

penerimaan dan pengeluaran perusahaan. Apabila perputaran piutang

berjalan dengan baik atau tidak terjadi kendala-kendala seperti kredit

macet, maka tingkat pengembalian dan pengeluarannya akan lebih

optimal, tetapi jika terjadi beberapa kendala dalam perputaran piutang

maka akan membuat perusahaan sulit untuk menentukan keputusan atau

kibijakan lain agar kendala yang dihadapi perusahaan dapat diatasi dengan

baik. Dimana perputaran piutang ini dipengaruhi oleh adanya kegiatan

penjualan kredit yang dilakukan perusahaan.

Tingkat perputaran piutang sangat mempengaruhi keberlangsungan

kegiatan operasional perusahaan, kaitannya dengan perolehan laba yang

didapat dengan modal yang dapat digunakan sebagai kegiatan operasional

dan disesuaikan oleh kondisi perusahaan. Pangsa pasar harus diperluas

oleh perusahaan dengan maksud merubah pembeli potensial menjadi

pembeli tetap dari produk yang dihasilkan. Dengan keterbatasan modal

yang dimiliki maka perusahaan menawarkan penjualan produk secara

kredit untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan

sebelumnya yang memproduksi produk yang sejenis.

Ada sisi negatif dan positif dalam melakukan penjualan kredit.

Diantaranya adalah jika perusahaan melakukan penjualan kredit maka

tidak menutup kemungkinan perusahaan mendapatkan beban, seperti dana

perusahaan yang tertanam pada piutang dagang sehingga kebutuhan modal

kerja menjadi lebih besar lagi, adanya resiko tidak tertagihnya piutang

Page 13: 49BB0d01

dimasa yang akan datang serta penundaaan pembayaran piutang yang

sudah jatuh tempo. Adapun keuntungan dari penjualan kredit adalah

meningkatkan tingkat pembelian konsumen terhadap produk yang di jual

secara kredit sehingga akan meningkatkan pendapatan penjualan.

Tingkat perputaran piutang mempengaruhi rentabilitas perusahaan

karena dengan adanya peningkatan perputaran piutang maka volume

penjualan juga akan meningkat sehingga laba yang diterima perusahaan

akan bertambah. Tingkat Perputaran piutang yang dihasilkan, diawali

dengan pengelolaan penjualan kredit sebaik mungkin agar tidak

menimbulkan kerugian baik bagi perusahaan maupun konsumen. Oleh

karena itu perusahaan harus mengadakan tinjauan ulang dan evaluasi

dalam menetapkan kebijakan penjualan yang dapat mempengaruhi tingkat

perputaran piutang. Hal ini dimaksudkan agar tujuan kebijakan penjualan

tercapai tanpa harus mengurangi rentabilitas perusahaan. Tingkat

Likuiditas juga mempengaruhi tingkat rentabilitas karena jika perusahaan

memiliki tingkat rentabilitas yang baik maka perusahaan akan lebih mudah

untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, ini berkaitan dengan

perolehan laba yang di hasilkan perusahaan, dimana jika laba dapat

dihasilkan secara optimum maka sebagian keuntungan yang dihasilkan

dapat digunakan untuk memnbayar kewajiban jangka pendek perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuriyani (2002) mengemukakan

bahwa dari hasil pengujian dan perhitungan statistik yang telah dilakukan

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

Page 14: 49BB0d01

signifikan antara tingkat perputaran persediaan dengan tingkat rentabilitas

dan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang

dan tingkat likuiditas terhadap tingkat rentabilitas. Perusahaan hendaknya

tidak hanya memperhatikan tingkat perputaran persediaan tetapi faktor-

faktor lain seperti tingkat perputaran piutang dan tingkat likuiditas, serta

untuk mendukung penelitian disarankan untuk menambah data dan

variabel lain.

Penelitian yang dilakukan Imro’ah (2002) mengemukakan bahwa

hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang

berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas perusahaan, akibat dari tingkat

perputaran piutang yang kurang lancar adalah menurunnya tingkat

rentabilitas, ini terbukti pada hasil penelitian analisa data yaitu mulai tahun

1999 sampai dengan tahun 2001 pencapaian tingkat rentabilitas pada

BANK RAKYAT INDONESIA CABANG GRESIK menurun sampai

dengan 9 %, dengan adanya tingkat perputaran piutang yang kurang lancar

tersebut, mengakibatkan tingkat rentabilitas Bank menurun, sehingga pihak

Bank tidak bisa merealisasikan pinjaman baru kepada nasabah yang

tentunya dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Sedangkan untuk

pencapaian tingkat rentabilitas yang dapat diperoleh BANK RAKYAT

INDONESIA CABANG GRESIK jika tingkat perputaran piutang lancar

meningkat sampai dengan 9%, oleh karena itu jika Bank menginginkan

tingkat perputaran piutang lancar maka pihak BANK RAKYAT

INDONESIA CABANG GRESIK harus lebih selektif dalam memilih

Page 15: 49BB0d01

calon nasabah yang mengajukan kredit pinjaman serta mengintensifkan

lagi cara penagihan piutang yang efektif dan efesien.

Penelitian yang dilakukan oleh Aristianto (2002) mengenai

pengaruh perputaran piutang dagang terhadap tingkat likuiditas dan

rentabilitas pada PT. Metrodata Electronics Tbk mengemukakan bahwa

hubungan antara perputaran dagang dengan tingkat likuiditas memiliki

hubungan positif dan lemah. Sedangkan hubungan antara peputaran

piutang dagang dengan tingkat rentabilitas memiliki hubungan yang

negatif lemah. Hal ini berdasarkan hasil analisa korelasi untuk likuiditas

memberikan hasil untuk current ratio sebesar 0,0809 berarti antara

perputaran piutang dengan likuiditas mempunyai hubungan yang positif

dan lemah.

Penelitian yang dilakukan Gunarto (2007) mengemukakan bahwa

berdasarkan penelitian dan hasil pengujian diketahui bahwa tingkat

perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan mempunyai

hubungan yang signifikan dan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi

pada KPRI di Kabupaten Kudus selama tahun 2004-2006. Hal ini

menunjukkan agar pihak KPRI mempertahankan sekaligus meningkatkan

efesiensi pengelolaan piutang serta pengelolaan persediaan dengan

melakukan beberapa langkah diantaranya adalah dengan menyediakan

jenis persediaan yang benar-benar dibutuhkan oleh anggota koperasi,

membatasi penjualan secara kredit dan meningkatkan penjualan persediaan

secara tunai, hendaknya dalam menentukan harga jual persediaan lebih

Page 16: 49BB0d01

murah, sehingga dapat bersaing dengan tempat yang lain sehingga

rentabilitas ekonomi yang maksimal dapat tercapai.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini

variabel independen yang diambil adalah perputaran piutang dan tingkat

likuiditas yang merupakan fakor penting dalam pengambilan keputusan

perusahaan dengan penjualan kredit dan rata-rata piutang sebagai alat ukur

perputaran piutang, sedangkan alat ukur tingkat likuiditas adalah aktiva

dan kewajiban lancar. Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat

rentabilitas. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ini dikarenakan beberapa tahun belakangan ini penjualan secara kredit

untuk memenuhi kebutuhan konsumen meningkat, dan mempunyai

potensial yang baik untuk pemilik perusahaan dalam memperoleh laba

maximal.

Keterkaitan antara ketiga variabel yang peneliti tulis yaitu perputaran

piutang, tingkat likuiditas, serta tingkat rentabilitas merupakan topik

menarik bagi penulis karena selain berdasarkan teori yang didapatkan,

penulis juga melihat fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di

Indonesia yang melakukan strategi penjualan untuk meningkatkan daya

beli konsumen yaitu dengan menjual produk yang dihasilkan dengan cara

kredit.

Page 17: 49BB0d01

Dengan gambaran umum diatas, penulis tertarik untuk meneliti

kembali perputaran piutang, tingkat likuiditas, serta tingkat rentabilitas

dengan perusahaan dan tahun yang berbeda dari penelitian sebelumnya.

Oleh karena itu penulis mengambil judul : “HUBUNGAN

PERPUTARAN PIUTANG DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP

TINGKAT RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).”

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah.

“Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran piutang dan

tingkat likuiditas terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI?.”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu ingin

membuktikan secara empiris, pengaruh perputaran piutang dan tingkat

likuiditas terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Page 18: 49BB0d01

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak antara lain :

a. Bagi Perusahaan

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

memberikan masukan bagi perusahaan mengenai peningkatan

profitabilitasnya. Selain itu sebagai bahan pertimbangan perusahaan

dalam menentukan kebijakan yang akan dijadikan sebagai

pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

b. Bagi Peneliti

Untuk menambah informasi pengetahuan, serta pemahaman

mengenai perputaran piutang dan tingkat likuiditas pengaruhnya

terhadap tingkat rentabilitas perusahaan. Juga mengaplikasikan ilmu

yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, sehingga dapat

dijadikan bekal jika penulis telah berada dalam dunia kerja.

c. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber dan bahan

kajian yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.

Page 19: 49BB0d01

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Peneliti Tedahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi perputaran piutang dikutip dari beberapa sumber :

1. Nuriyani (2002)

Melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh tingkat perputaran

persediaan, tingkat perputaran piutang, dan tingkat likuiditas

terhadap tingkat rentabilitas (studi kasus pada perusahaan tekstil

yang go public di Bursa Efek Jakarta.” Dengan periode pengamatan

sejak tahun 1998-2000. Alat analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi berganda, dimana dalam perhitungan uji

F membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel, dan perhitungan uji

t menggunakan perbandingan antara thitung dengan t tabel, serta

dilakukan juga uji terhadap gejala-gejala penyimpangan asumsi

klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara tingkat perputaran persediaan dengan tingkat

rentabilitas dan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat

perputaran piutang dan tingkat likuiditas terhadap tingkat

rentabilitas.

2. Imro’ah (2002)

Page 20: 49BB0d01

Melakukan penelitian tentang “analisis tingkat perputaran piutang

terhadap rentabilitas perusahaan pada Bank Rakyat Indonesia cabang

Gresik, dengan periode pengamatan sejak tahun 1999-2001. Alat

analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu tingkat

perputaran piutang, umur rata-rata piutang, dan rentabilitas serta

metode least square. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat

perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas

perusahaan.

3. Aristianto (2002)

mengenai pengaruh perputaran piutang dagang terhadap tingkat

likuiditas dan rentabilitas pada PT. Metrodata Electronics Tbk

mengemukakan bahwa hubungan antara perputaran dagang dengan

tingkat likuiditas memiliki hubungan positif dan lemah. Sedangkan

hubungan antara peputaran piutang dagang dengan tingkat

rentabilitas memiliki hubungan yang negatif lemah. Hal ini

berdasarkan hasil analisa korelasi untuk likuiditas memberikan hasil

untuk current ratio sebesar 0,0809 berarti antara perputaran piutang

dengan likuiditas mempunyai hubungan yang positif dan lemah.

4. Gunarto (2007)

Melakukan penelitian tentang “pengaruh tingkat perputaran piutang

dan tingkat perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi

pada KPRI di Kabupaten Kudus”, dengan periode pengamatan sejak

tahun 2004-2006. Alat uji analisis regresi berganda dan uji –F

Page 21: 49BB0d01

(simultan). Hasil analisis menunjukan hubungan antara tingkat

perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan terhadap

rentabilitas ekonomi dengan menggunakan analisa korelasi memiliki

pengaruh yang signifikan.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

dengan melihat tingkat perputaran piutang dan tingkat likuiditas yang baik

maka dapat menghasilkan tingkat rentabilitas yang optimum. Perusahaan

dapat melakukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan perputaran

piutang, upaya-upaya tersebut meliputi : selektif dalam memilih calon

kreditur, mengintensifkan cara penagihan piutang yang efektif dan efesien,

perbaikan dalam sistem pengelolaan piutang. Tingkat perputaran piutang

dan tingkat likuiditas yang berjalan semakin lancar maka akan

mempengaruhi tingkat rentabilitas yang semakin baik. Hal ini membuktikan

bahwa pada perusahaan-perusahaan baik barang maupun jasa dimana antara

tingkat perputaran piutang dan tingkat likuiditas mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat rentabilitas.

Page 22: 49BB0d01

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Piutang Dagang

Salah satu sumber pemasukan dana bagi perusahaan adalah penjualan.

Penjualan merupakan kegiatan akhir dalam pengelolaan atas barang

dagangan bagi perusahaan dagang atau barang jadi bagi perusahaan industri.

Penjualan pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tunai atau

secara kredit.

Pada penjualan tunai, perusahaan akan secara langsung menerima uang

sebagai hasil atau balas jasa atas penyerahan barang dagangan kepada

pembelinya. Lain halnya yang terjadi pada penjualan secara kredit dimana

pembeli akan menerima barang yang diperjual belikan secara langsung,

sementara penjual baru akan menerima uang pembayaran dimasa yang akan

datang, dari penjualan inilah yang kemudian menimbulkan kebijakan

piutang dagang.

2.2.2 Pengertian Piutang

Pada umumnya, perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai,

karena dengan demikian perusahaan akan dapat menghemat sejumlah biaya

dan dapat menghindarkan diri dari sejumlah resiko. Namun untuk

meningkatkan volume penjualan ditengah suasana persaingan yang ketat,

selain melakukan penjualan secara tunai, maka perusahaan juga melayani

penjualan secara kredit. Namun kebijakan penjualan secara kredit tidak akan

Page 23: 49BB0d01

menghasilkan kas dengan segera, melainkan akan menimbulkan perkiraan

dalam bentuk piutang usaha. Berikut adalah definisi piutang :

Menurut Stice and Skousen (2004:479) ”dalam arti luas, istilah

piutang dapat diterapkan ke semua hak atau klaim atas uang, barang atau

jasa.”

Warren, et, all (1999:324) mendifinisikan piutang sebagai berikut :

“Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas

lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang

biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar.”

Martono dan Harjito (2005:95), “pengertian piutang dagang

(account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada

pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan.”

Pendapat lain menurut Soemarno (2002:314), menyatakan sebagai

berikut “piutang adalah hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan

lain dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain sebagai

akibat penjualan kredit yang diharapkan dapat diperoleh dimasa datang.”

Menurut Gitosudarmo, (2002:81). “Piutang merupakan elemen modal

kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam

rantai perputaran modal kerja. Piutang adalah aktiva atau kekayaan

perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya praktik

penjualan kredit.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari penjualan

kredit adalah timbulnya piutang. Dengan adanya piutang berarti perusahaan

mempunyai hak klaim atau tuntutan terhadap seseorang atau perusahaan lain

berupa uang, barang maupun jasa, akan tetapi untuk tujuan akuntansi, istilah

piutang dipakai untuk menyatakan tuntutan atau tagihan yang harus

diselesaikan melalui penerimaan. Dan dengan adanya manfaat dalam bentuk

diterimanya uang tunai, barang, maupun jasa yang diharapkan dapat

diperoleh dimasa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.

Page 24: 49BB0d01

2.2.3 Tujuan Kebijakan Piutang Dagang

Tujuan mendasar dari penjualan kredit adalah untuk memperbesar

volume penjualannya, banyak perusahaan menempuh kebijakan penjualan

kredit. Penjualan kredit ini tidak langsung menghasilkan penerimaan kas,

tetapi menimbulkan piutang dagang dan baru menjadi penerimaan kas bila

telah jatuh tempo dan dilunasi. Makin besarnya jumlah piutang berarti

makin besar adanya resiko tidak tertagihnya piutang di masa yang akan

datang. Penyebab terjadinya piutang tak tertagih atau kredit macet, antara

lain adalah kepailitan yang dialami oleh debitur dan rendahnya

kemampuan debitur untuk membayar utangnya. Resiko-resiko tersebut

mengharuskan perusahaan untuk mengelola piutang dagang sebaik

mungkin. Sebelum kredit diberikan, perusahaan harus mempelajari secara

seksama dan teliti latar belakang calon debitur yang akan melakukan

pembelian secara kredit. Selain itu juga perlu ditetapkan kebijakan dalam

penetapan harga jual atas barang dagangan dan jangka waktu kredit yang

akan diberikan kepada calon debitur.

Dengan demikian adapun tujuan kebijakan piutang dagang adalah

untuk mengendalikan jumlah piutang usaha, pengendalian pemberian

kredit dan pengumpulan piutang. Diharapkan dengan kebijakan tersebut

dapat dihindari terjadinya resiko kerugian atau paling tidak dapat

mengurangi resiko kerugian tersebut.

Page 25: 49BB0d01

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Piutang

Menurut Gitosudarmo (2002:82). Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

1. Volume penjualan.

Makin besar volume penjualan kredit dilakukan, makin besar pula

investasi yang ditanamkan dalam piutang. Dengan makin besarnya

volume penjualan kredit tiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu

harus menyediakan investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin

besar jumlah piutang berarti makin besar resikonya, tetapi bersamaan

dengan itu juga ada peluang perusahaan meningkatkan laba.

2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Bila

perusahaan menetapkan syarat penjualan kredit yang ketat berarti

perusahaan lebih mengutamakan keamanan kredit dibandingkan

pertimbangan rentabilitasnya. Syarat yang ketat ini misalnya

memberikan batas waktu pembayaran yang singkat dan memberikan

beban bunga jika pengembaliannya terlambat. Dengan demikian maka

investasi perusahaan dalam piutang dagang cenderung lebih kecil. Hal

sebaliknya akan terjadi bila syarat penjualan kredit bersifat lunak/

longgar. Sebagai contoh, syarat penjualan kredit adalah 2/10: net 30,

yang dapat diartikan pembayaran dapat dilakukan dalam jangka waktu

10 hari sesudah waktu penyerahan barang dan mendapatkan potongan

tunai sebesar 2 persen dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-

Page 26: 49BB0d01

lambatnya dilakukan dalam jangka waktu 30 hari sesudah waktu

penyerahan barang. Bila dalam jangka waktu 30 hari belum dilakukan

pembayaran oleh pelanggan berarti makin besar jumlah investasi

perusahaan dalam piutang. Makin lunak syarat pembayaran, makin lama

modal terikat dalam piutang.

3. Ketentuan mengenai batas volume penjualan secara kredit

Dalam melakukan penjualan secara kredit perusahaan dapat menetapkan

siapa yang berhak diberi kredit dan batasan kredit pelanggan. Makin tinggi

batas yang ditetapkan untuk masing-masing pelanggan berarti makin besar

pula dana yang diinvestasikan dalam piutang dan sebaliknya. Semakin

selektif pelanggan yang diberikan kredit maka akan memperkecil jumlah

investasi dalam piutang.

4. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit.

Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar

dengan menggunakan kesempatan cash discount, dan ada sebagian lagi

yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Kebiasaan para langganan

untuk membayar dalam cash discount atau sesudahnya akan mempunyai

efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Bila sebagian besar para

langganan membayar selama discount period, maka dana tertanam dalam

piutang akan lebih cepat cair dan akan memperkecil investasi dalam

piutang.

5. Kebijakan dalam pngumpulan piutang

Page 27: 49BB0d01

Ada dua cara kebijakan dalam mengumpulkan piutang, yaitu secara aktif

dan secara pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan secara aktif

akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar dalam membiayai

aktivitas pengumpulan piutangnya dibandingkan dengan perusahaan lain

yang menjalankan kebijaksanaan piutang secara pasif. Perusahaan yang

melakukan pengumpulan piutangnya secara aktif juga mempunyai

investasi dalam piutang yang lebih kecil daripada perusahaan yang

melakukan pengumpulan piutangnya secara pasif.

2.2.5 Akuntansi untuk Kebijakan Piutang Dagang

Sebagai dasar monitoring catatan piutang dari debitur, piutang dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Piutang Lancar

Piutang lancar merupakan kewajiban-kewajiban yang dapat dipenuhi

oleh debitur dan tidak pernah terjadi penunggakan selama kurang dari

satu bulan.

b. Piutang Tidak Lancar

Piutang tidak lancar merupakan kewajiban-kewajiban yang selama tiga

bulan berturut-turut tidak dapat dipenuhi oleh debitur, ini berarti piutang

tersebut digolongkan piutang tidak lancar.

c. Piutang Macet

Page 28: 49BB0d01

Piutang macet merupakan piutang tidak lancar yang berkembang terus

dan setelah jatuh tempo ditambah dengan masa kesempatan

mengusahakan perbaikan selama tiga bulan setelah jatuh tempo tersebut,

piutang tidak dapat dilunasi juga piutang tersebut tergolong dalam

kategori diragukan atau macet.

d. Piutang yang Harus Dihapuskan

Di dalam transaksi piutang, beberapa piutang akan tidak tertagih,

didalam mencatat atau mengakui kerugian dari piutang yang tidak dapat

tertagih.

2.2.6 Tingkat Perputaran Piutang

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan

berputar. artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul

lagi akibat penjualan begitu seterusnya.

Periode perputaran piutang dipengaruhi oleh syarat pembayarannya.

Semakin lunak syarat pembayarannya maka makin lama modal tersebut terikat

dalam piutang yang berarti tingkat perputarannya semakin rendah. Tingkat

perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam

piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin

tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas.

Selain itu cepatnya piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat

digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Tingkat

perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Page 29: 49BB0d01

Tingkat perputaran piutang : Penjualan kredit x 1 kali = ... kali

Rata-rata piutang

Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu rata-rata

pengumpulan piutang tersebut, yaitu dengan membagi jumlah hari dalam satu

tahun dengan tingkat perputaran piutang tersebut atau rasio antara piutang rata-

rata kali jumlah hari dalam setahun dengan total penjualan kredit, hasilnya akan

menunjukkan berapa hari piutang.rata-rata tidak dapat ditagih yang umumnya

antara 1 sampai 2 bulan.

Hari rata-rata pengembalian piutang digunakan untuk menilai

efisiensi pengumpulan piutang. Untuk menilai efisiensi piutang maka perlu

diperbandingkan dengan syarat pembayarannya. Dengan demikian

dikatakan belum efisien apabila hari rata-rata pengembalian piutang tersebut

lebih besar dari pada syarat pembayarannya. Rata-rata piutang diperoleh

dengan cara sebagai berikut :

Rata-rata piutang = Piutang awal+ Piutang akhir

2

Dari rumus perhitungan perputaran diatas selanjutnya dapat

diketahui dari hari rata-rata pengumpulan piutang, dengan cara sebagai

berikut :

Rata-rata pengumpulan piutang = 360

Tingkat perputaran piutang

Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai dampak

langsung terhadap modal perusahaan yang tetanam dalam piutang.

Page 30: 49BB0d01

2.3 Kredit

Istilah kredit dari bahasa Yunani ”Credre” yang berarti

kepercayaan, disamping itu dalam bahasa latin istilah creditum yang berarti

kepercayaan akan kebenaran dalam kehidupan modern istilah kredit berarti

kemampuan untuk memperoleh barang dan jasa dengan janji akan membyar

dikemudian hari.

2.3.1 Pengertian Kredit

Kasmir (2002:92) mendefinisikan sebagai berikut :

”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu.”

Menurut Lester dan Murill,(1999:250) dari sudut ekonomi

pengertian universal dari kredit atau credere adalah :

”Pemberian sesuatu yang memiliki nilai ekonomi yang diberikan

kepada seseorang atau badan usaha yang didasarkan atas kepercayaan

dalam rangka pengembaliannya di waktu yang akan datang.”

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan pengertian kredit

adalah memberikan nilai ekonomi kepada perusahaan atau perorangan atas

kesepakatan bersama atas dasar kepercayaan bahwa hasil dari penjualan

secara kredit akan dibayar secara mencicil beserta bunganya dimasa yang

akan datang dengan jangka waktu tertentu.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Kredit

Prinsip-prinsip dalam pemberian kredit sangat penting dalam

manajeman piutang karena prinsip-prinsip dalam pemberian kredit

Page 31: 49BB0d01

merupakan langkah awal untuk menentukan apakah permohonan kredit

merupakan langkah awal untuk menentukan apakah permohonan kredit

tersebut diterima atau tidak. Penentuan standar kredit mengharuskan

perusahaan untuk menilai ”kredibilitas” atau ”kualitas kredit” pelanggan.

Penilaian kredibilitas pelanggan melibatkan pertimbangan atas 5 C.

Adapun penjelasan tentang analisis 5 C adalah sebagai berikut :

a. Kepribadian

Karakter mengacu pada probilitas bahwa pelanggan akan

menghormati kewajibannya. Karakter mencerminkan kejujuran

pelanggan dan tanggung jawab moral yang dimiliki pelanggan untuk

menghormati utang.

b. Kemampuan

Kapasitas mengacu pada kemampuan pelanggan untuk membayar,

manajer kredit menilai faktur ini dengan mengkaji ulang catatan

pembayaran pelangan dimasa lalu, pengetahuan umum mengenai

bisnis pelanggan dan barangkali observasi fisik atas operasi

pelanggan.

c. Modal

Capital mengacu kepada kondisi umum bisnis pelanggan seperti

yang di perlihatkan oleh laporan keuangan. Manajer kredit biasanya

memberikan perhatian khusus pada ukuran solvensi dan likuiditas

serta rasio-rasio lain seperti rasio modal kerja dan rasio lancar.

Page 32: 49BB0d01

d. Kolateral

Kolateral mengacu kepada aktiva-aktiva yang ingin diberikan

pelanggan sebagai jaminan untuk kredit. Institusi atau lembaga

keuangan biasanya meminta kolateral atau kredit-kredit jumlah

besar.

e. Kondisi

Kondisi mengacu kepada trend-trend ekonomi nasional dan regional

yang bisa mempengaruhi pelanggan untuk membayar. Sebagai

contoh, selama periode resesi ekonomi, manajer kredit biasanya

memperketat standar-standar kredit sebagai antisipasi atas

menurunnya kemampuan pelanggan untuk membayar.

2.3.4 Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur dalam pemberian kredit harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan

(berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali

dimasa yang akan datang.

b. Kesepakatan

Disamping unsur percaya, di dalam kredit yang mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dan penerima kredit. Perjanjian ini

Page 33: 49BB0d01

dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu, jangka

waktu ini mencakup masa pemberian kredit yang telah disepakati.

d. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Semakin panjang

suatu kredit semakin besar risikonya demikian sebaliknya.

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut

yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan

administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi

bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan

bagi hasil.

2.3.5 Analisis Kredit

Analisis kredit digunakan oleh perusahaan untuk mengambil keputusan

akhir mengenai kualitas kredit calon pelanggan secara keseluruhan.

Beberapa hal yang dilakukan manajer kredit dalam analisi kredit yaitu :

a. Sumber Informasi Kredit

Salah satu sumber informasi kredit adalah bank-bank komersial dimana

para pelanggan berhubungan walaupun bank tidak dapat memberikan

Page 34: 49BB0d01

data tentang jumlah simpanan dan pinjaman nasabahnya, akan tetapi

beberapa informasi umum dapat diperoleh. Biasanya bank akan

mencantumkan jumlah deposito/ rekening gironya atau pinjaman dalam

bentuk angka. Sampai sejauh mana informasi dapat diperoleh dari bank

tergantung pada hubungan perusahaan dengan bank-bank tersebut, dan

juga hubungan pribadi antara pejabat.

Pengelolaan departemen penjualan kredit memerlukan informasi

yang cepat dan akurat, serta mutakhir. Untuk menyediakan data guna

mengumpulkan, menyimpan, menyebarkan informasi kredit. Sebuah

informasi laporan kredit biasanya memuat :

1) Ikhtisar neraca dan perhitungan rugi laba.

2) Sejumlah rasio kunci dan kecendrungan.

3) Informasi dari bank serta pemasok perusahaan sehubungan dengan

pemenuhan kewajiban kredit oleh perusahaan bersangkutan.

4) Penjelasan mengenai kondisi fisik dari fasilitas perusahaan.

5) Penjelasan mengenai latar belakang pemilik perusahaan yang

mendapat kepailitan gugatan, penyelewengan, dan sebagainya yang

pernah dialami.

6) Penilaian akhir atas kredibilitas perusahaan dengan nilai A+ untuk

terbaik, hingga nilai F yang terburuk.

b. Analisa Informasi Kredit

Analisa informasi kredit akan timbul dengan analisis keuangan yang relatif

baku, dengan penekanan pada rasio likuiditas, leverege, dan profitabilitas.

Page 35: 49BB0d01

Rasio tersebut akan dibandingkan dengan rasio gabungan untuk bidang

produksi dimana perusahaan tersebut bergerak.

c. Sistem Penilaian Formal

Setelah analisis informasi kredit, perusahaan mungkin berusaha

mengungkapkan hasil-hasilnya dalam istilah kualitatif yang dikenal dengan

penilaian kredit. Penilaian kredit ini digunakan untuk meramalkan

profitabilitas bahwa langganan membayar tepat pada waktunya.

Apabila konsep penilaian kredit digunakan untuk perusahaan, hal itu

didasarkan atas beberapa rangkaian rasio keuangan. Contohnya jika

perusahaan mempunyai rasio lancar kurang dari satu banding satu (1:1) dan

jika ekuitas pemilik kurang dari yang terutang kepada kreditor maka

kemungkinan langganan akan membayar lambat. Jika rasio profitabilitas

memuaskan maka langganan mungkin menerima tergantung analisa lebih

lanjut. Jika rasio profitabilitas rendah langganan tidak akan memperluas

kredit. Atas penilaian kredit yang lebih formal perusahaan dapat menyusun

kelas-kelas resiko, yang dikelompokan sesuai dengan profibilitas dan

kerugian yang dihubungkan dengan penjualan terhadap pelanggan.

2.3.6 Persyaratan Kredit

Persyaratan kredit adalah merupakan kondisi yang diisyaratkan

untuk pembayaran kembali piutang dari pelanggan. Kondisi tesebut meliputi

lamanya waktu pemberian kredit, potongan tunai, dan persyaratan khusus

lainnya.

Page 36: 49BB0d01

Sebagai contoh persyaratan kredit dinyatakan 6/10 net 60,

persyaratan kredit seperti ini berarti bahwa pelanggan akan menerima

potongan tunai sebesar 6% bila pembayaran kredit dilakukan dalam waktu

paling lama 10 hari setelah awal periode kredit, tetapi jika pelanggan tidak

mengambil potongan tunai yang ditawarkan, maka seluruh jumlah utangnya

harus dibayar dalam waktu paling lambat 60 hari setelah periode kredit.

Persyaratan kredit ini dapat mempengaruhi tingkat penjualan dengan

demikian perusahaan perlu mempertimbangkan apakah sebaiknya

memperpanjangkan periode pemberian kredit atau tidak.

2.3.7 Tujuan Kredit

Adapun tujuan perusahaan memberikan penjualan secara kredit

antara lain :

a. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai

balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika

bank yang terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan

bank tersebut akan di likuidir (dibubarkan).

b. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan dana

tersebut, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan

Page 37: 49BB0d01

dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan

memperluas usahanya.

c. Bagi pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak

perbankan, maka semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan

pembangunan diberbagai sektor.

2.4 Likuiditas

Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera

harus dipenuhi. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan apakah

perusahaan setiap saat dapat memenuhi pembayaran-pembayaran yang

diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan. Dengan kata lain

pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang

tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai di satu pihak

dengan jumlah utang lancar di pihak lain. Juga dengan pengeluaran-

pengeluaran untuk penyelenggaraan perusahaan di lain pihak. Untuk

mengetahui perbandingan tersebut analisis rasio dapat digunakan

perusahaan untuk membiasakan pemimpin membuat keputusan atau

pertimbangan tentang apa yang diperlukan dicapai oleh perusahaan dan

bagaimana prospek yang dihadapi oleh perusahaan dimasa yang akan

datang. Tujuan dari analisis ini adalah berbeda-beda menurut kepentingan

manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan. Sebagai contoh, kreditur

Page 38: 49BB0d01

berorientasi kepada kepentingan jangka pendek, sedangkan investor

berorientasi pada kepentingan jangka panjang dan akan lebih memacu

kepada kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang serta kemampuan

menghasilkan laba.

2.4.2 Rasio Likuiditas

Menurut Harahap, (2002:216) ”Rasio likuiditas adalah rasio yang

memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya

terhadap kewajiban lancarnya, rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.”

Beberapa rasio likuiditas adalah sebagai berikut :

a. Rasio lancar

Rasio lancar adalah angka rasio yang diperoleh dengan jalan membagi

aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio tersebut menunjukan

sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari para kreditor

dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi

menjadi uang tunai dalam waktu dekat.

Rumus : Rasio Lancar = Aktiva lancar

Kewajiban lancar

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar,

semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya. Rasio ini dibuat dalam bentuk persentase, apabila rasio

lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti setiap aktiva lancar dapat menutupi

seluruh kewajiban lancar. Rasio lancar yang aman adalah jika berada

diatas 1 (satu) atau diatas 100%.

b. Rasio Cepat

Page 39: 49BB0d01

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

hutangnya dengan segera disebut dengan rasio cepat, rasio ini

merupakan total aktiva cepat terhadap total kewajiban lancar. Aktiva

cepat terdiri dari kas dan aktiva lancar lainnya yang dapat dengan

cepat di konversi menjadi kas, umumnya aktiva cepat meliputi kas,

sekuritas, dan piutang usaha. Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva

lancar yang paling likuid menutupi hutang lancar.

Angka rasio ini tidak harus 1:1 atau 100%

Rumus : Rasio Lancar = Aktiva cepat

Hutang lancar

2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas

Kim et al. (1998: 349) mengelompokan faktor-faktor yang

diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor

tersebut dikelompokan sebagai berikut :

1. Biaya yang dikeluarkan

Hal ini berkaitan dengan biaya dikeluarkan perusahaan jika

perusahaan menggunakan pendanaan dari luar perusahaan. Kim et al.

(1998: 349) menggunakan proxy ukuran perusahaan dan kesempatan

bertumbuh untuk mengukur faktor biaya yang dikeluarkan perusahaan

tersebut.

Barclay dan smith (1996, dalam Kim et al, 1998)

mengemukakan argumen bahwa, biaya yang dikeluartkan yang dihadapi

oleh perusahaan-perusahaan besar relatif lebih rendah dibanding

Page 40: 49BB0d01

perusahan-perusahaan kecil, hal ini disebabkan perusahaan besar lebih

mampu mencapai economic of scale terutama jika dikaitkan dengan

biaya tetap pada saat melakukan emisi saham. Berdasarkan literature

tentang asymmetric information, pada perusahaan-perusahaan yang

menghadapi kondisi asymmetric information yang rumit antara insider

dan outsider investors, maka perusahaan tersebut cenderung menghadapi

biaya yang cukup besar. Myers dan Majluf (1984, dalam Kim et al,

1998: 347), pada perusahan-perusahaan yang nilainya sebagian besar

ditentukan oleh kesempatan bertumbuh akan menghadapi asymmetric

information yang besar.

2. Ketidakpastian arus kas

Ketidakpastian arus kas dapat menentukan tingkat likuiditas

perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat ketidakpastian arus

kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva likuid

dengan jumlah besar

3. Kesempatan berinvestasi

Kesempatan investasi yang dihadapi perusahaan, baik saat ini

maupun saat mendatang. Hal ini juga dapat mempengaruhi manajemen

dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan

berinvestasi ini manajeman akan mempertimbangkan, apakah lebih baik

melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi

dalam aktiva likuid.

4. Kas untuk transaksi

Page 41: 49BB0d01

Ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan

untuk tujuan transaksi. Faktor ,ini juga merupakan faktor yang

dipertimbangkan manajeman likuiditas perusahaan.

2.5. Rentabilitas

2.5.1. Pengertian Rentabilitas

Motif utama dari setiap operasi perusahaan adalah berupaya untuk

memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-

kecilnya. Dengan memperoleh laba yang memadai diharapkan dapat

mengembangkan usahanya dengan lancar. Hal ini disebabkan karena laba

merupakan sumber untuk peningkatan modal perusahaan.

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

dan aktiva operasional. Hal ini lebih penting daripada masalah laba karena

laba yang besar bukanlah merupakan suatu ukuran bahwa perusahaan

tersebut telah dapat bekerja secara efisien. Untuk itu dengan tingkat

rentabilitas dapat mengetahui efesien tidaknya suatu perusahaan dalam

menjalankan usahanya atau kegiatannya.

Menurut Munawir (2003:32), ”rentabilitas atau profabilitas adalah

menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan lama

selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan

kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan secara produktif.”

Menurut Sutrisno (2003:253), ”profitabilitas atau rentabilitas

adalah rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat

keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan, semakin besar tingkat

keuntungan menunjukan semakin baik manajemen dalam mengelola

perusahaan.”

Menurut Harahap (2002:304), ”menyatakan bahwa rasio

rentabilitas disebut juga dengan rasio profitabilitas yaitu rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapat laba melalui semua

Page 42: 49BB0d01

kemampuan, dan sumber yang ada seperti penjualan, modal, jumlah

karyawan, cabang, dan sebagainya.”

Menurut Sartono (2001:122), ”rentabilitas adalah suatu

kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau keuntungan dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.”

Rentabilitas menurut Riyanto (2001:35), adalah ”suatu perusahaan

menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang

menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan lama selama periode

tertentu.”

Menurut Smith dan Skousen (2000:103), ”analisis rentabilitas

memberikan nilai bukti pendukung mengenai kemampuan perusahaan

memperoleh laba dan sejauh mana keefektifan pengelolan perusahaaan dan

alasan keberadaan sebagian besar perusahaan adalah untuk mendapatlkan

laba, maka rasio rentabilitas merupakan salah satu resiko keuangan yang

paling signifikan.”

Berdasarkan definisi di atas, jelaslah bahwa rentabilitas merupakan

tolak ukur dari perusahaan untuk mengukur efisiensi modal guna mencapai

keuntungan.

2.5.2. Alat ukur Rentabilitas

Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan beraneka ragam

dan semua tergantung pada laba dan aktiva/modal yang akan dibandingkan.

Ada dua cara penilaian rentabilitas yaitu rentabilitas ekonomi dan

rentabilitas modal sendiri.

a. Rentabilitas Ekonomi

Yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan

modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut

dinyatakan dalam persentase.

Menurut Martono (2005:61), rentabilitas ekonomi adalah

“kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan

aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Laba yang

diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah

Page 43: 49BB0d01

laba yang berasal dari operasi perusahaan atau disebut dengan

laba usaha. Rentabilitas ekonomi ini dihitung dengan membagi laba

usaha (EBIT) dengan total aktiva dan dinyatakan dengan

persentase. Rentabilitas ekonomi dimaksudkan juga kemampuan

suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya

untuk menghasilkan laba.”

Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting

dibanding laba karena laba yang besar belum merupakan ukuran

bahwa perusahaan telah dapat bekerja secara efesien. Efesiensi dapat

diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan

kekayaan/modal yang menghasilkan laba tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rentabilitas ekonomis dapat

diformulasikan sebagai berikut :

Rentabilitas ekonomis = Laba usaha atau EBIT x 100% =...%l

Aktiva

Tinggi rendahnya tingkat rentabilitas ekonomis dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu :

1) Laba usaha

Merupakan perbandingan antara pendapatan dengan penjualan

bersih dan dinyatakan dalam persentase atau dengan kata lain

laba usaha adalah selisih antara penjualan bersih dengan beban

operasional, selisih tersebut dinyatakan dalam persentase. Beban

operasional disini adalah harga pokok penjualan ditambah biaya

penjualan, biaya administrasi dan biaya umum.

Laba usaha dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi perusahaan

dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam

Page 44: 49BB0d01

hubungannya dengan penjualan. Laba dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Laba usaha = Pendapatan x 100% = ...%l

Penjualan bersih

2) Perputaran aktiva

Kecepatan berputarnya aktiva dalam suatu periode tertentu.

Perputaran aktiva diukur dengan cara membagi penjualan bersih

dengan aktiva lancar. Perputaran aktiva kecil dapat disebabkan

karena nilai aktiva lancar yang sangat kecil. Misalnya hampir

habis umur ekonomisnya sehingga nilai bukunya hampir habis.

Jika hal itu terjadi, maka walaupun volume penjualan relativ

rendah namun hasil perhitungan dari aktiva lancar sebagai

pembanding yang kecil.

Perputaran aktiva dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi

perusahaan dengan melihat kepada perputaran Aktiva lancar

dalam suatu periode tertentu. Perputaran aktiva dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Perputaran aktiva = Penjualan bersih x 100% = … %

Aktiva lancar

b. Rentabilitas Modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri sering disebut juga rentabilitas usaha

adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik

modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang

Page 45: 49BB0d01

menghasilkan laba tersebut yang bekerja didalamnya untuk

menghasilkan keuntungan.

Menurut Riyanto (2001;44), rentabilitas modal sendiri atau

sering dinamakan rentabilitas usaha adalah “perbandingan antara

jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak

dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut

dilain pihak.”

Dengan demikian rentabilitas modal sendiri akan

menggambarkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang

ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi

pemilik modal. Laba yang diukur adalah laba yang dikurangi modal

asing dan pajak perseroan, yang disebut dengan earning after tax,

sedangkan modal yang dipergunakan sebagai pengukur adalah modal

sendiri yang bekerja dalam perusahaan.

Apabila dirumuskan perhitungan rentabilitas modal sendiri adalah

sebagai berikut :

tabilitas = laba Bersih Setelah Pajak x 100%

2.5.3 Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas sering juga disebut sebagai rasio rentabilitas.

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba

melalui kegiatan perusahaan.

Menurut Harahap (2002:304), ”Rasio rentabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,

jumlah cabang dan sebagainya.”

Page 46: 49BB0d01

a. Margin laba bersih

Margin laba bersih merupakan rasio yang membandingkan tingkat

keuntungan (laba) dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan

operasionalnya. Semakin tinggi margin laba bersih semakin baik

bagi perusahaan. Dengan ukuran ini dapat diketahui keberhasilan

suatu perusahaan dalam kaitannya dengan pendapatan atau

keuntungan penjualan.

Margin laba bersih = Laba bersih setelah pajak x 100%

ers

b. ROI

Rasio ini menunjukan seberapa besar persentase perusahaan untuk

menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan dari setiap penjualan.

Semakin besar rasio ini dianggap semakin baik kemajuan perusahaan

untuk mendapatkan laba yang tinggi.

Total aktiva

c. ROA

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan. Rasio ini menunjukan tingkat efesiensi pengolahan

asset yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

ROA = Laba bersih setelah pajak x 100% Total aktiva

Page 47: 49BB0d01

Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan

semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan asset.

d. ROE

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh

perusahaan tersebut.

ROE = Laba bersih setelah pajak x 100%

Modal sendiri

Secara umum yang dipakai dalam pengukuran dari rasio rentabilitas

adalah ROI dan ROE. Tetapi disini yang akan dipakai untuk

menentukan tingkat rentabilitas adalah ROE yang merupakan

pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang

tersedia didalam perusahaan, semakin tinggi ratio ini, semakin baik

keadaan suatu perusahaan.

2.5.4 Hubungan Antara Perputaran Piutang dan Tingkat Likuiditas

Terhadap Tingkat Rentabilitas

2.5.4.1 Hubungan Antara Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Rentabilitas

Perusahaan harus berusaha meningkatkan tingkat perputaran dengan

cara lebih efektif dalam usaha pengumpulan piutang. Karena dengan

tingginya tingkat perputaran piutang diharapkan akan memperkecil resiko

Page 48: 49BB0d01

yang dihadapi perusahaan akan bertambah. Oleh karena itu, kebijakan

penjualan kredit yang tepat harus dilakukan oleh perusahaan agar volume

penjualan kredit meningkat, volume piutang juga meningkat dengan diikuti

oleh tingginya tingkat perputaran piutang. Dengan tingginya tingkat

perputaran piutang, maka modal tidak terlalu lama terikat dalam piutang,

sehingga tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas yang dicapai oleh

perusahaan dapat ditingkatkan.

Penelitian yang dilakukan Nuriyani (2002) mengemukakan bahwa

ada korelasi positif yang signifikan antara perputaran piutang dengan tingkat

rentabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Imro’ah (2002) mengemukakan

bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh positif signifikan dengan

tingkat rentabilitas.

Penelitian yang dilakukan Aristianto (2002) mengenai pengaruh

perputaran piutang dagang terhadap rentabilitas pada PT. Metrodata

Electronics Tbk mengemukakan bahwa hubungan antara peputaran piutang

dagang dengan tingkat rentabilitas memiliki hubungan yang negatif lemah

Penelitian yang dilakukan Gunarto (2007) mengemukakan bahwa

terdapat korelasi positif yang berpengaruh secara signifikan antara

Perputaran piutang terhadap tingkat rentabilitas.

Dari pembahasan diatas maka dapat dijelaskan bahwa antara

perputaran piutang dengan tingkat rentabilitas mempunyai hubungan yang

saling berkaitan. Apabila terjadi perubahan terhadap tinggi rendahnya

Page 49: 49BB0d01

rentabilitas maka akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran perputaran

piutang.

2.5.4.2 Hubungan Antara Tingkat Likuiditas Terhadap Tingkat Rentabilitas

Setiap perusahaan memiliki satu tujuan yang sama yaitu memperoleh

laba maximal, hal ini kaitannya sangat erat dengan tingkat rentabilitas. Jika

perusahaan menginginkan kegiatannya dapat berjalan secara efektif dan

efesien maka harus memperhatikan tingkat rentabilitas yang diperoleh

selama periode berjalan, apabila hasil nya tidak sesuai dengan target

perusahaan maka dapat dijadikan evaluasi (penilaian kembali) yang

nantinya dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan dimasa yang akan

datang dalam menentukan langkah-langkah agar menghasilkan tingkat

rentabilitasnya yang optimum. Dalam hal ini jika tingkat rentabilitas baik

maka perusahaan akan dapat mengelola keuangan nya dengan baik sehingga

kewajiban jangka pendeknya bisa terpenuhi. Maka dapat diartikan bahwa

hubungan antara tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas sangat

berpengaruh.

Penelitian yang dilakukan Nuriyani (2002) mengemukakan bahwa

ada korelasi positif yang signifikan antara tingkat likuiditas dengan tingkat

rentabilitas.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang menghasilkan adanya

pengaruh signifikan antara tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas.

Page 50: 49BB0d01

Apabila terjadi perubahan terhadap tinggi rendahnya rentabilitas maka akan

sangat berpengaruh terhadap kelancaran tingkat likuiditas.

2.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dikemukakan sebelumnya, maka

dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Perputaran piutang dan tingkat likuiditas sebagai variabel independen dan

akan disebut sebagai variabel X1 dan X2 sedangkan tingkat rentabilitas

sebagai variabel dependen dan akan disebut sebagai varibel Y.

2.7 Hipotesis

Berdasarkan dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka dapat diambil perumusan hipotesa sebagai berikut : ”Apakah ada

Rentabilitas

(Return On

Equity/ROE) Y

Perputaran

Piutang (X1)

Likuiditas

(Current Ratio)

X2

Page 51: 49BB0d01

hubungan antara perputaran piutang dan tingkat likuiditas dengan tingkat

rentabilitas perusahaan?.”

Page 52: 49BB0d01

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini perlu diketahui terlebih dahulu definisi

operasional variabel agar konsep yang digunakan dapat diukur empiris dan

untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda. Definisi operasional

variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perputaran Piutang

Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang tertanam dalam

piutang berputar berapa kali dalam satu periode tertentu melalui

penjualan. Dalam penelitian ini yang dimaksud penjualan yang

mempengaruhi tingkat perputaran piutang yaitu penjualan kredit.

b. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar

perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar semakin

tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya.

c. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, semakin besar

Page 53: 49BB0d01

semakin baik karena dianggap semakin besar kemampuan

perusahaan memperoleh laba.

3.1.2 Pengukuran Variabel.

Dalam penelitian ini, pengukuran variabel-variabel yang digunakan

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel independen

Yang menjadi variabel terikat (X) adalah :

• Perputaran piutang (X1). Perputaran piutang adalah rasio yang

berguna untuk menunjukan seberapa cepat tingkat perputaran

piutang selama periode tertentu melalui penjualan. Variabel ini

diukur dengan menggunakan satuan “kali” dalam satu tahun.

Tingkat perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Perputaran piutang = Penjualan Kredit x 1 kali = … kali

Rata-rata piutang

Perputaran piutang diperoleh dari aktivitas perusahaan dalam

melakukan penjualan, dalam penelitian ini yang dimaksud

penjualan adalah penjualan kredit. Serta rata-rata piutang

merupakan hasil dari ½ saldo piutang awal ditambah saldo piutang

akhir perusahaan.

• Tingkat Likuiditas (X2). Yang diukur dengan rasio lancar. Rasio

lancar digunakan untuk menunjukan sampai sejauh mana tagihan-

Page 54: 49BB0d01

tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan

aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam

waktu dekat. Dengan rumus sebagai berikut :

Rasio Lancar = Aktiva Lancar

Kewajiban Lancar

b. Variabel dependent

Variabel terikat (Y) di dalam penelitian ini adalah tingkat

rentabilitas. yang diukur dengan menggunakan ROE.

ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh

perusahaan tersebut, dengan rumus sebagai berikut :

ROE = Laba bersih setelah pajak x 100%

Modal sendiri

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi yang akan menjadi obyek penelitian ini adalah 20

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan yang dipilih mulai dari periode 2005 sampai 2007.

Dalam menentukan sampel penelitian ini menggunakan metode

purposive/judgment sampling, yaitu populasi yang akan dijadikan sampel

penelitian adalah yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan

tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Page 55: 49BB0d01

Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah:

a. Perusahaan manufaktur yang sudah atau terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2005-2007.

b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk

periode 31 Desember 2005-2007 yang dinyatakan dalam rupiah

(Rp).

c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit.

Perusahaan yang pada akhir tahun-tahun tertentu tidak memenuhi

salah satu kriteria yang telah ditetapkan, maka perusahaan tersebut tidak

dimasukkan ke dalam sampel penelitian.

1.2.3.4.1.1 Teknik Pengumpulan Data.

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (data sekunder) yang dipublikasikan dan

yang tidak dipublikasikan. Data sekunder yang dipakai yaitu laporan

keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang terdiri dari

neraca, laporan laba rugi dan data-data lainnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

Page 56: 49BB0d01

3.3.2 Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 3

tahun sejak 2005-2007 melalui Home Page situs Bursa Efek Indonesia

yaitu www.idx.co.id.

3.3.3 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat melalui dua cara,

yaitu:

a. Penelitian Lapangan

Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian

langsung di lapangan. Dengan penelitian lapangan, peneliti

mengumpulkan data-data sekunder yang berupa laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama periode tahun 2005 sampai tahun 2007.

b. Penelitian Kepustakaan

Dengan cara mengumpulkan bahan atau data-data yang berkaitan

dengan objek pembahasan dimana data-data tersebut diperoleh

melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari, meneliti,

mengkaji dan menelaah buku-buku, jurnal akuntansi, karya tulis

lainnya dan literatur-literatur, informasi melalui website yang dapat

diakses lewat media internet.

Page 57: 49BB0d01

1.2.3.4.1.1.1 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.

3.4.1 Teknik Analisis Korelasi

Untuk menganalisis sejauh mana pengaruh perputaran piutang dan

tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas maka digunakan analisis

korelasi. Untuk menunjukkan adanya hubungan atau korelasi antara

perputaran piutang dan tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas maka

dapat dinyatakan dengan analisa perubahan nilai variabel yang disebut

analisa korelasi. Kuat tidaknya hubungan Y dan X dapat dinyatakan dengan

fungsi linear, diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi.

Perhitungan koefisien korelasi dihitung sebagai berikut :

Y=a+b1 X1+b2 X2+e

Dimana :

Y = Variabel Terikat (Tingkat Rentabilitas)

a = Konstanta

b1 s/d b2 = parameter koefisien regresi

X1 = Perputaran Piutang

X2 = Tingkat Likuiditas

e = Unsure Ganggu (error)

Didalam persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE,

artinya bahwa pengambilan keputusan melalui “uji F” dan “uji t” atau

dengan kata lain tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang

BLUE, maka harus dilakukan uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji

hederokedastisitas.

Page 58: 49BB0d01

a) Multikolinieritas

Uji multikolinieristas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independent.

b) Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antar

pengganggu (error term) pada suatu periode dengan kesalahan pada periode

sebelumnya yang biasanya terjadi karena menggunakan data time series. Uji

autokorelasi dilakukan dengan menghitung nilai durbin waltson (DW)

c) Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Menurut santoso (2002:301) deteksi adanya heterokedastisitas

adalah :

1. Nilai rentabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas.

2. Nilai rentabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas.

3.4.2 Uji Hipotesis

a) Uji t

Untuk menguji secara parsial perputaran piutang terhadap

pengaruh pada tingkat likuiditas dan tingkat renttabilitas.

Formula hipotesis :

Page 59: 49BB0d01

1) Variabel likuiditas mempunyai pengaruh terhadap perputaran

piutang

Ho : β=0 perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat rentabilitas.

Ha : β≠0 tingkat likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

tingkat rentabilitas.

2) Variabel perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap

tingkat rentabilitas.

Ho : β=0 perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat rentabilitas.

Ha : β≠0 tingkat likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

tingkat rentabilitas.

Dasar pengambilan keputusan

1. Jika t hitung < t table, maka Ho diterima

Jika t hitung > t table, maka Ha ditolak

2. Berdasarkan nilai rentabilitas (signifikan) dasar pengambilan

keputusan adalah :

Jika tingkat rentabilitas > 0,05 maka Ho ditarima

Jika tingkat rentabilitas < 0,05 maka Ha ditolak

b) Uji koefisien determinasi (R²)

Koefisien diterminasi (R²) berguna untuk mengukur seberapa

besar peranan variable bebas (perputaran piutang dan likuiditas)

Page 60: 49BB0d01

secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada dasar

variable terikat (rentabilitas).

c) Uji menyeluruh/simultan (uji f)

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-

sama variable bebas terhadap variable tidak bebasnya dilakukan uji

f.

Formula Hipotesis :

Ho : R1=R2=0 variabel perputaran piutang dan tingkat likuiditas

secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat rentabilitas.

Ha : R1=R2 ≠ variable perputaran piutang dan tingkat likuiditas

secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat rentabilitas.

Dasar pengambilan keputusan

1) Jika f hitung < f table, maka Ho diterima

Jika f hitung > f table, maka Ha ditolak

2) Berdasarkan nilai rentabilitas (signifikan) dasar pengambilan

keputusan adalah :

Jika tingkat rentabilitas > 0,05 maka Ho diterima

Jika tingkat rentabilitas < 0,05 maka Ha ditolak

Page 61: 49BB0d01

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 – 2007 (3 tahun).

Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Tabel 1

Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Objek Penelitian

No Nama perusahaan Kode

1 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM

2 PT. Pelangi indah Canindo Tbk PICO

3 PT. Sepatu Bata Tbk BATA

4 PT. Kageo Igar Jaya Tbk IGAR

5 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF

6 PT. Ricy Tbk RICY

7 PT. Nippress Tbk NIPS

8 PT. Bayu Buana Tbk BAYU

9 PT. Aneka Tambang Tbk ANTM

10 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO

11 PT. Ikbi Tbk IKBI

12 PT. Trust Finance Indonesia Tbk TRUS

13 PT. Yulie Nusantara Tbk YULIE

Page 62: 49BB0d01

14 PT. Alakasa Industrindo Tbk ALKA

15 PT. Kblm Tbk KBLM

16 PT. Dharma Samudera Fishing IndustriesTbk DSFI

17 PT. Davomas Abadi Tbk DAVO

18 PT. Kadaung Indah Can Tbk KICI

19 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk FASW

20 PT. Jecc Tbk JECC

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Perusahaan-perusahaan tersebut diatas terpilih dari populasi yang ada

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode

purposive judgement sampling.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Pada tabel 2 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai total

penjualan bersih pada perusahaan yang dilakukan pada masing-masing obyek

penelitian sebagai berikut :

Tabel 2

Penjualan Bersih Pada Perusahaan Manufaktur

Tahun 2005 -2007

(Rupiah)

No Perusahaan Penjualan Bersih

2005 2006 2007 1 PT. Selamat Sempurna Tbk 861.531.261.202 881.116.458.927 1.064.055.094.611

2 PT. Pelangi indah Canindo

Tbk

233.116.605.506 249.389.571.007 336.160.518.038

3 PT. Sepatu Bata Tbk 434.915.742.000 428.629.637.000 493.717.353.000

4 PT. Kageo Igar Jaya Tbk 439.233.784.832 411.578.675.920 469.192.438.977

5 PT. Kalbe Farma Tbk 5.870.938.590.836 6.071.550.437.967 7.004.909.651.908

6 PT. Ricy Tbk 31.339.819.860 417.809.599.048 425.583.534.669

7 PT. Nippress Tbk 218.827.682.017 260.153.168.468 405.748.680.778

Page 63: 49BB0d01

8 PT. Bayu Buana Tbk 788.008.134.913 848.518.771.355 958.610.073.652

9 PT. Aneka Tambang Tbk 3.287.268.833 5.629.401.438 12.008.202.498

10 PT. Surya Toto Indonesia Tbk 713.872.261.868 828.164.257.069 895.261.887.783

11 PT. Ikbi Tbk 1.423.928.752.400 1.914.344.810.073 1.590.454.911.243

12 PT. Trust Finance Indonesia

Tbk

43.598.818.250 39.820.646.787 38.328.847.617

13 PT. Yulie Nusantara Tbk 4.030.271.715 4.923.672.816 4.680.537.187

14 PT. Alakasa Industrindo Tbk 738.556.992 1.699.337.949 1.410.253.635

15 PT. Kblm Tbk 28.051.310.845 285.471.994.622 319.611.055.890

16 PT Dharma Samudera Fishing

Industries Tbk

354.703.643.940 191.377.171.957 250.855.413.870

17 PT. Davomas Abadi Tbk 1.120.893.190.000 1.656.584.248.000 2.800.084.343.000

18 PT. Kadaung Indah Can Tbk 93.143.807.493 75.091.973.920 64.063.800.191

19 PT Fajar Surya Wisesa Tbk 1.506.490.532.258 1.693.080.667.327 2.655.795.017.899

20 PT. Jecc Tbk 428123327000 448.020.924.000 735.588.653.000

Sumber: Olahan Sendiri

Dari tabel diatas terlihat pada perusahaan manufaktur, memiliki penjualan

bersih yang berbeda-beda. Pada PT. Selamat Sempurna tahun 2005 sampai

tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 861.531.261.202, Rp.

881.116.458.927, dan Rp. 1.064.055.094.611. Pada PT. Pelangi Indah

Canindo tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp.

233.116.605.506, Rp. 249.389.571.007, dan Rp 336.160.518.038. Pada PT.

Sepatu Bata tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp.

434.915.742.000 menjadi Rp. 428.629.637.000, di tahun 2007 mengalami

kenaikan sebesar Rp. 493.717.353.000. Pada PT. Kageo Igar Jaya tahun 2005

ke tahun 2006 mengalami penurunan sebesar Rp. 439.233.784.832 menjadi

Rp. 411.578.675.920, di tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar Rp.

469.192.438.977. Pada PT. Kalbe Farma tahun 2005 sampai tahun 2007

mengalami kenaikan sebesar Rp. 5.870.938.590.836, Rp. 6.071.550.437.967,

dan Rp. 7.004.909.651.908. Pada PT. Ricy tahun 2005 sampai tahun 2007

mengalami kenaikan sebesar Rp. 313.398.159.860 , Rp. 417.809.599.048, dan

Rp. 425.583.534.669. Pada PT.Nippress tahun 2005 sampai tahun 2007

Page 64: 49BB0d01

mengalami kenaikan sebesar Rp. 218.827.682.017, Rp. 260.153.168.468, dan

Rp. 405.748.680.778. Pada PT.Bayu Buana tahun 2005 sampai tahun 2007

mengalami kenaikan sebesar Rp. 788.008.134.913, Rp. 848.518.771.355, dan

Rp. 958.610.073.653. Pada PT. Aneka Tambang tahun 2005 sampai tahun

2007 mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.287.268.833, Rp. 5.629.401.438, dan

Rp. 12.008.202.498. Pada PT. Surya Toto Indonesia tahun 2005 sampai

tahun 2007 mengalami kenaikan terus menerus yaitu sebesar Rp.

713.872.261.868, Rp. 828.164.257.069, dan Rp. 895.261.887.783. Pada PT.

Ikbi tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu Rp.

1.423.928.752.400 menjadi Rp. 1.914.344.810.073, sedangkan tahun 2007

mengalami penurunan menjadi Rp. 1.590.454.911.243. Pada PT. Trust

Finance Indonesia tahun 2005 sampai 2007 mengalami penurunan yaitu Rp.

43.598.818.250,Rp.39.820.646.787, dan Rp. 38.328.847.617. Pada PT. Yulie

nusantara tahun 2005 sampai 2006 mengalami kenaikan yaitu Rp.

4.030.271.715 menjadi Rp. 4.923.672.816, dan pada tahun 2007 mengalami

penurunan menjadi Rp. 4.680.537.187. Pada PT Alakasa Industrindo tahun

2005 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu Rp. 738.556.992 menjadi

Rp.1.699.337.949, sedangkan tahun 2007 mengalami penurunan yaitu

Rp.1.410.253.635. Pada PT. kblm tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami

kenaikan secara berturut-turut yaitu Rp. 280.513.510.845,

Rp.285.471.994.622, dan Rp. 319.611.055.890. Pada PT. Dharma Samudera

Fishing Industries tahun 2005 sampai 2006 mengalami penurunan yaitu Rp.

354.703.643.940 menjadi Rp. 191.377.171.957 dan mengalami penurunan

Page 65: 49BB0d01

pada tahun 2007 menjadi Rp. 250.855.413.870. Pada PT. Davomas Abadi

tahun 2005 sampai 2007 mengalami kenaikan yaitu Rp. 1.120.893.190.000,

Rp. 1.656.584.248.000, dan rp. 2.800.084.343.000. Pada PT Kadaung Indah

can tahun 2005 sampai 2007 mengalami penurunan yaitu Rp. 93.143.807.493,

Rp. 75.091.973.920, dan Rp. 64.063.800.191. Pada PT Fajar Surya Wisesa

tahun 2005 sampai 2007 mengalami kenaikan yaitu Rp. 1.506.490.532.258,

Rp.1.693.080.667.327, dan rp. 2.655.795.017.899. Pada PT. Jecc tahun 2005

sampai 2007 mengalami kenaikan yaitu Rp. 428.123.327.000, Rp.

448.020.924.000, dan Rp. 735.588.653.000.

4.2.1 Perhitungan Perputaran Piutang

Pada tabel 3 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai perputaran

piutang pada perusahaan manufaktur periode 2005-2007.

Tabel 3

Perhitungan Perputaran Piutang (X1)

Kode

Perusahaan Tahun

Penjualan

(Rp)

Rata-rata

Piutang (Rp)

Perputaran

Piutang

SMSM

2005 861.531.261.202 163.105.627.340 5.28

2006 881.116.458.927 184.393.629.735 4.78

2007 1.064.055.094.611 204.455.342.557 5.20

PICO

2005 233.116.605.506 39.911.412.350 5.84

2006 249.389.571.007 38.986.071.821 6.40

2007 336.160.518.038 60.129.029.936 5.59

BATA

2005 434.915.742.000 20.930.551.000 20.78

2006 428.629.637.000 15.755.718.000 27.20

2007 493.717.353.000 11.492.501.000 42.96

IGAR

2005 439.233.784.832 73.491.488.420 5.98

2006 411.578.675.920 75.520.372.623 5.45

2007 469.192.438.977 80.428.825.910 5.83

KLBF

2005 5.870.938.590.836 290.788.577.340 20.19

2006 6.071.550.437.967 615.864.261.017 9.86

Page 66: 49BB0d01

2007 7.004.909.651.908 760.922.182.561 9.21

RICY

2005 313.398.159.860 33602735500 8,56

2006 417.809.599.048 36505112000 11,44

2007 425.583.534.669 37529112000 11,34

NIPS

2005 218.827.682.017 38.990.068.774 5.61

2006 260.153.168.468 48.766.356.846 5.33

2007 405.748.680.778 77.954.415.132 5.20

BAYU

2005 788.008.134.913 39.768.677.634 19.81

2006 848.518.771.355 45.003.227.742 18.85

2007 958.610.073.652 55.834.400.979 17.17

ANTM

2005 3.287.268.833 374.995.925 8.77

2006 5.629.401.438 684.415.504 8.23

2007 12.008.202.498 1.290.446.362 9.31

TOTO

2005 713.872.261.868 113.593.632.239 6.28

2006 828.164.257.069 143.218.762.572 5.78

2007 895.261.887.783 165.945.549.223 5.39

IKBI

2005 1.423.928.752.400 105.240.866.900 13,53

2006 1.914.344.810.073 106.820.829.800 17,92

2007 319.611.055.890 204.594.624.500 7,77

TRUS 2005 43.598.818.250 5.573.151.692 7.82

2006 39.820.646.787 7.175.503.384 6.10

2007 38.328.847.617 7.175.503.384 5.87

YULIE

2005 4.030.271.715 1.283.426.728 3.14

2006 4.923.672.816 669.542.448 7.35

2007 4.680.537.187 1.258.585.357 3.71

ALKA 2005 738.556.992 34.177.659 21.61

2006 1.699.337.949 60.457.144 28.11

2007 1.410.253.635 110.180.362 12.79

KBLM

2005 280.513.510.845 7.940.152.710 35,33

2006 285.471.994.622 3.194.715.199 89,36

2007 319.611.055.890 9.650.152.388 33,12

DSFI

2005 354.703.643.940 18.735.790.515 18.93

2006 191.377.171.957 16.966.446.313 11.28

2007 250.855.413.870 25.029.445.613 10.02

DAVO

2005 1.120.893.190.000 92.780.769.000 12.08

2006 1.656.584.248.000 117.636.730.000 14.08

2007 2.800.084.343.000 193.313.939.309 14.48

KICI

2005 93.143.807.493 7.102.522.200 13.11

2006 75.091.973.920 7.256.046.000 10.34

2007 64.063.800.191 3.549.691.313 18.04

FASW

2005 1.506.490.532.258 198.793.596.381 7.58

2006 1.693.080.667.327 233.162.553.845 7.26

2007 2.655.795.017.899 359.545.818.081 7.39

Page 67: 49BB0d01

JECC

2005 428.123.327.000 15.441.295.000 27,73

2006 448.020.924.000 5.605.685.000 79,93

2007 735.588.653.000 11.791.920.000 62,39 Sumber: Olahan Sendiri

Tingkat perputaran piutang adalah perbandingan dari penjualan kredit

bersih dengan jumlah rata-rata piutang. Dengan demikian, tingkat perputaran

piutang menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam

dalam piutang menjadi kas kembali melalui penagihan. Kecepatan tingkat

perputaran piutang sangat dipengaruhi oleh syarat pembayaran piutang

tersebut. Semakin ketat syarat tersebut maka piutang akan dilunasi dengan

waktu yang cukup singkat atau cepat kembalinya sehingga tingkat perputaran

piutang akan menjadi tinggi. Demikian sebaliknya apabila syarat

pembayarannya lunak, maka pinjaman akan dilunasi dengan lambat.

Hasil perhitungan perputaran piutang pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tercantum pada tabel di atas dapat

diketahui bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat perputaran piutang

paling tinggi adalah pada PT. Jecc pada tahun 2006 yaitu 79,63 kali dalam

satu periode, hal ini terjadi karena perusahaan tersebut mempunyai tingkat

penjualan kredit yang cukup tinggi, sedangkan tingkat rata-rata piutang nya

rendah. Sedangkan tingkat perputaran yang paling rendah pada PT. Yulie

yaitu pada tahun 2007 yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut

perusahaan memiliki tingkat perputaran piutang yakni (3,71 kali) hal ini

terjadi karena pada tahun 2007 perusahaan mengalami penjualan kredit yang

rendah, sedangkan tingkat rata-rata piutangnya tinggi.

Page 68: 49BB0d01

Dari perhitungan diatas, maka dapat diartikan semakin rendah tingkat

perputaran piutang maka modal kerja perusahaan dapat terkumpul kembali

dalam jangka waktu yang lama, namun akan mendapatkan penambahan

modal yang cukup tinggi, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat perputaran

piutang maka modal kerja dapat terkumpul dengan jangka waktu yang singkat

namun memiliki tambahan modal yang rendah.

4.2.2 Perhitungan Likuiditas

Pada tabel 4 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai likuiditas yang

diukur dengan Rasio lancar (X2) pada perusahaan manufaktur periode 2005

sampai dengan 2007.

Tabel 4

Perhitungan Likuiditas Yang Diukur Dengan Rasio Lancar (X2)

Kode

Perusahaan

Tahun Aktiva Lancar

(Rp)

Kewajiban Lancar

(Rp)

Rasio lancar

SMSM 2005 386.289.449.732 196.960.168.131 2

2006 412.788.998.783 207.570.559.713 2

2007 474.853.854.677 277.815.142.643 2

PICO 2005 128.658.613.544 156.481.038.643 1

2006 157.540.930.958 169.470.662.470 1

2007 241.113.757.644 306.726.286.702 1

BATA 2005 213.641.770.000 110.430.283.000 2

2006 185.152.277.000 63.851.090.000 3

2007 251.649.304.000 109.667.229.000 2

IGAR 2005 185.419.097.131 55.379.746.954 3

2006 209.768.017.953 64.566.764.426 3

2007 255.175.463.249 83.332.766.556 3

KLBF 2005 3.654.805.881.213 903.515.824.098 4

2006 3.321.278.260.845 658.759.610.990 5

2007 3.760.007.626.324 754.629.114.054 5

RICY 2005 262.176.605.429 95.320.171.599 3

2006 323.054.720.383 156.682.379.483 2

2007 376.806.122.517 19.398.250.112 2

NIPS 2005 74.051.521.392 73.700.643.275 1

2006 100.134.381.865 92.728.955.190 1

Page 69: 49BB0d01

2007 173.977.948.470 157.452.923.547 1

BAYU 2005 118.278.175.941 67.223.269.168 2

2006 119.836.681.218 63.712.949.715 2

2007 150.537.096.149 94.379.702.327 2

ANTM 2005 2.087.511.802.000 779.405.791.000 3

2006 3.317.602.798.000 1.179.515.758.000 3

2007 8.048.099.750.000 1.798.816.747.000 4

TOTO 2005 378.298.682.840 311.642.180.466 1

2006 457.708.217.824 361.214.506.767 1

2007 477.810.588.160 354.345.348.770 1

IKBI 2005 361.154.617.687 204.348.418.422 2

2006 422.372.084.491 210.439.841.616 2

2007 436.854.840.345 141.351.952.590 3

TRUS 2005 20.023.086.259 127.038.156.540 0

2006 181.247.249.573 98.261.726.239 2

2007 179.542.736.071 86.331.498.973 2

YULIE 2005 24.447.057.995 2.815.603.031 9

2006 61.005.053.992 9.852.957.409 6

2007 68.418.770.461 12.741.596.970 5

ALKA 2005 33.547.744 8.331.972 4

2006 128.066.093 97.670.338 1

2007 137.917.915 96.055.901 1

KBLM 2005 361.154.617.687 20.434.818.422 2

2006 422.372.084.491 210.439.841.616 2

2007 436.854.840.345 141.351.952.590 3

DSFI 2005 160.204.243.870 126.105.590.358 1

2006 111.074.171.962 124.362.747.990 1

2007 208.838.164.477 125.228.941.673 2

DAFO 2005 637.403.371.155 261.201.069.030 2

2006 1.032.260.343.784 172.483.922.759 6

2007 1.339.276.050.949 144.551.073.208 9

KICI 2005 72.077.722.009 50.759.863.068 1

2006 59.219.514.197 45.764.698.293 1

2007 59.219.514.197 7.095.752.836 8

FASW 2005 506.737.601.063 277.229.177.651 2

2006 647.487.307.085 35.063.229.062 2

2007 1.039.160.175.788 542.161.889.358 2

JECC 2005 219.029.499.000 236.761.723.000 1

2006 251.175.824.000 266.299.462.000 1

2007 363.488.098.000 359.827.128.000 1 Sumber : olahan sendiri

Page 70: 49BB0d01

a. PT. Selamat Sempurna Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.

b. PT. Pelangi indah Canindo Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.

c. PT. Sepatu Bata Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

mengalami kenaikan rasio yitu 2 menjadi 3, dan pada tahun 2007

mengalami penurunan menjadi 2.

d. PT. Kageo Igar Jaya Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 3.

e. PT. Kalbe Farma Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

mengalami kenaikan rasio yaitu 4 menjadi 5 dan pada tahun 2007 memiliki

tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 5.

Page 71: 49BB0d01

f. PT. Ricy Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

mengalami penurunan yaitu 3 dan 2 dan pada tahun 2007 menunjukkan

kestabilan likuiditas dari tahun sebelumnya yaitu 2 .

g. PT. Nippress Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.

h. PT. Bayu Buana Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.

i. PT. Aneka Tambang Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 3, dan pada tahun

2007 mengalami kenaikan menjadi 4.

j. PT. Surya Toto Indonesia Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.

Page 72: 49BB0d01

k. PT. Ikbi Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2, dan pada tahun

2007 mengalami peningkatan menjadi 3.

l. PT. Trust Finance Indonesia Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 tidak

memiliki tingkat rasio sedangklan tahun 2006 sampai 2007 memiliki tingkat

likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.

m. PT. Yulie Nusantara Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang semakin meningkat setiap tahunnya yaitu 9

menjadi 6, dan 5

n. PT. Kblm Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

mempunyai kestabilan tingkat likuiditas yaitu 2 dan pada tahun 2007

memiliki tingkat likuiditas meningkat yaitu rasio lancar = 3.

Page 73: 49BB0d01

o. PT. Astro Agro lestari Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

mengqlqmi penurunqn yaitu 2 menjadi 1 dan tahun 2007 kembali menjadi 2.

p. PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1, dan pada tahun

2007 mengalami kenaikan menjadi 2.

q. PT. Davomas Abadi Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu

2 menjadi 6 dan taun ketiga menjadi 9.

r. PT. Kadaung Indah Can Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2006

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1, pada tahun

2007 mengalami kenaikan menjadi 8.

s. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 2.

Page 74: 49BB0d01

t. PT. Jecc Tbk

Hasil perhitungan Likuiditas yang menggunakan ukuran rasio lancar pada

tabel diatas menunjukkan bahwa perusahaan pada tahun 2005 sampai 2007

memiliki tingkat likuiditas yang stabil yaitu rasio lancar = 1.

4.2.3 Perhitungan Rentabilitas

Pada tabel 5 disajikan ringkasan hasil penelitian mengenai Rentabilitas yang

diukur dengan ROE (Y) pada perusahaan manufaktur periode 2005 sampai

dengan 2007.

Tabel 5

Perhitungan Rentabilitas yang diukur dengan ROE (Y)

KODE

PERUSAHAAN TAHUN

L ABA BERSIH

(Rp)

MODAL/

EQUITAS (Rp) (ROE)

SMSM

2005 65.736.914.403 410.835.169.830 16.0%

2006 66.174.829.417 451.061.900.565 14.7%

2007 80.324.965.210 482.203.832.914 16.7%

PICO

2005 1.774.173.441 55.780.248.994 3.2%

2006 8.524.937.158 137.909.598.836 6.2%

2007 1.879.515.849 57.659.764.843 3.3%

BATA

2005 25.086.055.000 176.296.123.000 14.2%

2006 20.160.771.000 190.086.894.000 10.6%

2007 34.577.678.000 207.699.572.000 16.6%

IGAR

2005 13.777.631.117 170.537.594.355 8.1%

2006 9.964.135.535 177.134.799.839 5.6%

2007 15.429.317.547 189.797.533.661 8.1%

KLBF

2005 653.329.399.498 2.389.006.139.774 27.3%

2006 676.581.653.872 2.994.816.751.748 22.6%

2007 705.694.196.679 3.386.861.941.228 20.8%

RICY

2005 37.460.647.273 253.838.350.511 14,8%

2006 38.225.888.121 292.964.238.632 13,1%

2007 41.395.873.587 333.460.112.219 12,4%

NIPS 2005 3.069.003.450 83.367.197.768 3.7%

Page 75: 49BB0d01

2006 7.650.174.389 88.934.199.059 8.6%

2007 6.393.947.393 95.328.146.453 6.7%

BAYU

2005 4.009.448.273 78.770.389.470 5.1%

2006 1.796.391.932 80.566.781.402 2.2%

2007 4.641.255.870 85.208.037.272 5.4%

ANTM

2005 841.935.961.000 3.029.642.904.000 27.8%

2006 1.552.777.307.000 4.281.602.475.000 36.3%

2007 5.132.460.443.000 8.763.578.938.000 58.6%

TOTO

2005 62.884.231.950 215.834.240.695 29.1%

2006 79.705.059.548 280.678.500.243 28.4%

2007 56.376.502.262 317.240.602.505 17.8%

IKBI

2005 23.749.261.703 338.405.205.503 7%

2006 44.373.633.211 373.292.838.714 11,9%

2007 77.466.616.243 440.049.454.957 17,7%

TRUS

2005 9.771.200.303 74.984.929.719 13%

2006 8.000.593.618 82.985.523.337 9.6%

2007 10.225.713.761 93.211.237.098 10.1%

YULIE

2005 2.340.471.633 51.457.497.064 4.5%

2006 1.784.945.909 61.005.053.992 2.9%

2007 2.547.714.163 68.418.770.461 3.7%

ALKA

2005 4.459.532 7.901.130 56.4%

2006 8.317.633 15.463.256 53.8%

2007 7.285.411 23.211.613 31.4%

KBLM

2005 14.126.886.066 141.845.257.782 9,9%

2006 10.507.630.038 152.352.887.821 6,9%

2007 5.314.388.899 217.546.966.412 2,4%

DSFI

2005 63.823.891.900 140.926.865.646 45.3%

2006 45.570.410.300 95.356.455.346 47.8%

2007 2.095.661.112 187.515.890.578 1.1%

DAVO

2005 90.069.211.826 779.673.958.361 11.5%

2006 196.277.192.500 975.951.150.861 20.1%

2007 208.455.724.480 1.184.406.875.341 17.6%

KICI

2005 10.163.747.480 76.922.826.729 13.2%

2006 14.819.139.717 58.585.325.229 25.3%

2007 15.742.232.136 62.838.460.196 25%

FASW

2005 5.828.050.163 107.238.556.516 5.4%

2006 101.728.361.874 1.174.113.927.040 8.7%

2007 121.970.185.307 1.296.084.112.347 9.4%

JECC

2005 2.044.077.000 63.090.188.000 3,2%

2006 592.901.000 6.359.308.900 9,3%

2007 2.292.158.000 87.264.669.000 2,6% Sumber: Olahan Sendiri

Page 76: 49BB0d01

Tingkat rentabilitas yang diperoleh dari alat ukur Return On Equty

merupakan hasil dari pembagian antara laba bersih dengan modal sendiri

(ekuitas) dinyatakan dalam persentase

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui tingkat rentabilitas yang tertinggi

dicapai PT. Aneka Tambang pada tahun 2007 yaitu 58,6%, sedangkan

tingkat rentabilitas yang terendah pada PT. Klbm pada tahun 2007 yaitu 2,4

%.

Bagi perusahaan umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting

daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan

ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efesien. Efesian

baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yng diperoleh itu dengan

modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain

memaximalkan tingkat rentabilitasnya, jadi semakin tinggi persentase yang

dihasilkan maka semakin besar perusahaan dalam memperoleh keuntungan

dan ke efesienan dalam bekerja.

4.3 Analisis dan Uji Hipotesis

4.3.1 Analisis Regresi berganda

Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas

(perputaran piutang dan tingkat likuiditas) terhadap variabel terikat (tingkat

rentabilitas) maka perlu dilakukan analisis regresi linier berganda. Analisis

regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variable bebas

Page 77: 49BB0d01

terhadap variable terikat. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk

mengetahui nilai persamaan regresi dipergunakan tabel.

Tabel 6

Data Analisis regresi Berganda

Kode

Perusahaan Tahun

Perputaran

Piutang Likuiditas Rentabilitas

SMSM

2005 5.28 2 16.0%

2006 4.78 2 14.7%

2007 5.20 2 16.7%

PICO

2005 5.84 1 3.2%

2006 6.40 1 6.2%

2007 5.59 1 3.3%

BATA

2005 20.78 2 14.2%

2006 27.20 3 10.6%

2007 42.96 2 16.6%

IGAR

2005 5.98 3 8.1%

2006 5.45 3 5.6%

2007 5.83 3 8.1%

KLBF

2005 20.19 4 27.3%

2006 9.86 5 22.6%

2007 9.21 5 20.8%

RICY

2005 8,56 3 14,8%

2006 11,44 2 13,1%

2007 11,34 2 12,4%

NIPS

2005 5.61 1 3.7%

2006 5.33 1 8.6%

2007 5.20 1 6.7%

BAYU

2005 19.81 2 5.1%

2006 18.85 2 2.2%

2007 17.17 2 5.4%

ANTM

2005 8.77 3 27.8%

2006 8.23 3 36.3%

2007 9.31 4 58.6%

TOTO

2005 30,38 2 18,1%

2006 22,58 2 17,2%

2007 0,00 2 10,6%

IKBI

2005 13,53 2 7%

2006 17,92 2 11,9%

2007 7,77 3 17,7%

Page 78: 49BB0d01

TRUS

2005 7.82 0 13%

2006 6.10 2 9.6%

2007 5.87 2 10.1%

YULIE

2005 3.14 9 4.5%

2006 7.35 6 2.9%

2007 3.71 5 3.7%

ALKA

2005 21.61 4 56.4%

2006 28.11 1 53.8%

2007 12.79 1 31.4%

KBLM

2005 35,33 2 9,9%

2006 89,36 2 6,9%

2007 33,12 3 2,4%

DFSI

2005 18.93 1 45.3%

2006 11.28 1 47.8%

2007 10.02 2 1.1%

DAVO

2005 12.08 2 11.5%

2006 14.08 6 20.1%

2007 14.48 9 17.6%

KICI

2005 13.11 1 13.2%

2006 10.34 1 25.3%

2007 18.04 8 25%

FASW

2005 7.58 2 5.4%

2006 7.26 2 8.7%

2007 7.39 2 9.4%

JECC

2005 27,73 1 3,2%

2006 79,93 1 9,3%

2007 62,39 1 2,6% Sumber : Olahan sendiri\

Untuk mengetahui seberapa pengaruh Perputaran piutang terhadap tingkat

likuiditas dan tingkat rentabilitas pada 20 perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan analisis regresi berganda. Dan

hasil pembahasan dengan menggunakan program SPSS.

Page 79: 49BB0d01

Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS diatas diketahui bahwa

persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut :

Y = -14,784 + (-0,036) X1 + 0,722 X2

Berdasarkan persamaan diatas, konstanta sebesar -14,784 (a=-14,784)

memberi pengertian jika tingkat perputaran piutang (X1) tingkat likuiditas

(X2) konstan atau sama dengan (0), maka besarnya tingkat rentabilitas

sebesar -14,784 satuan atau mengalami pengurangan sebesar -14,784.

Koefisien X1 (perputaran piutang) sebesar -0,036 menyatakan bahwa

pengurang perputaran piutang akan mengurangi rentabilitas sebesar -14,784

(dengan asumsi variabel X2 konstan).

Koefisien X2 Likuiditas sebesar 0,722 artinya setiap penambahan likuiditas

akan menambah perputaran piutang sebesar 0,722 (dengan asumsi X1

konstan).

4.3.1.1 UJI ASUMSI BLUE

Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian

maka harus dilakukan pengujian asumsi klasik.

Coefficientsa

14.784 3.625 4.078 .000

-.036 .110 -.043 -.324 .747

.722 .935 .103 .773 .443

(Constant)

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Page 80: 49BB0d01

a) Multikausalitas

Untuk mengetahui apakah antar variabel independent yang dipergunakan

dalam penelitian ini mempunyai korelasi dilakukan pengujian

multikolinearitas, hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel dependen

dapat dilihat berdasarkan nilai rasio lancar yang disajikan pada tabel

dibawah ini.

Hasil perhitungan nilai rasio pada tabel diatas menunjukan bahwa nilai

variabel X1 (perputaran piutang) sebesar 0,021, variabel X2 (likuiditas)

1.000. sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung

multikolinearitas, karna kurang dari 0,8.

b) Uji Heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian

dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Hasil pengujian

heteroskedastisitas dapat dilihat tabel di bawah ini.

Coefficient Correlationsa

1.000 .187

.187 1.000

.874 .019

.019 .012

Tingkat Likuiditas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Perputaran Piutang

Correlations

Covariances

Model1

Tingkat

Likuiditas

Perputaran

Piutang

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Page 81: 49BB0d01

Korelasi range Spearman untuk variabel perputaran piutang (X1) dengan

nilai residualnya -0,077, dengan nilai tingkat rentabilitas sebesar 0,560,

kemudian untuk variabel likuiditas (X2) dengan nilai residualnya 0,120.

dengan rentabilitas sebesar 0,298. dimana semua nilai rentabilitas tersebut

lebih besar dari 5 % atau 0,05 yang berarti ada korelasi atau hubungan

antara nilai residual dengan salah satu variabel bebas yang diteliti sehingga

dapat dikatakan terdapat heterokedastisitas pada model regresi yang

dihasilkan yaitu variabel X2 (likuiditas).

c) Uji Autokorelasi

Digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota sampel

yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi

dalam model regresi adalah varians sample tidak dapat menggambarkan

varians populasinya. Diagnosis adanya autokorelasi dilakukan melalui

pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson atau (Uji DW).

Correlations

1.000 -.101 .203

. .442 .120

60 60 60

-.101 1.000 .137

.442 . .298

60 60 60

.203 .137 1.000

.120 .298 .

60 60 60

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Unstandardized Residual

Spearman's rho

Perputaran

Piutang

Tingkat

Likuiditas

Unstandardiz

ed Residual

Page 82: 49BB0d01

Dari tabel diatas diketahui bahwa DW sebesar 0,983 karena DW berkisar

antara -2 sampai +2 menunjukkan bahwa model regresi ada outokorelasi.

4.3.2. Pengujian Hipotesis

4.3.2.1 Uji t

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara X1 (likuiditas dan X2

(rentabilitas) terhadap perputaran piutang maka digunakan uji t

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nialai t hitung untuk variabel

perputaran piutang (X1) terhadap rentabilitas menunjukkan t hitung = -

0,324 berarti -0,324 < 1,672 ini menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak.

Berarti likuiditas tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas.

Hasil pengujian likuiditas (X2) terhadap rentabilitas menunjukkan t hitung

= 0,773 berarti 0,773 < 1,672 maka t hitung > t tabel ini menunjukkan Ho

Model Summaryb

.119a .983

Model1

R

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas,

Perputaran Piutang

a.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Coefficientsa

14.784 3.625 4.078 .000

-.036 .110 -.043 -.324 .747

.722 .935 .103 .773 .443

(Constant)

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Page 83: 49BB0d01

diterima dan Ha ditolak, berarti likuiditas tidak berpengaruh terhadap

tingkat rentabilitas.

4.3.2.2. Uji Menyeluruh/Simultas (Uji F)

Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel bebas X1 (tingkat

likuiditas) variabel X2 (rentabilitas terhadap variabel terikat perputaran

piutang diperoleh hasil sebagai berikut :

Hasil uji F (Anova Test) tersebut menunjukkan nilai F hitung (0,412) < F

tabel (3,159) dengan signifikansi 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Hal ini berarti bahwa variabel X1 (perputaran piutang), dan variabel X2

(likuiditas) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh secara

signifikan terhadap variabel rentabilitas.

4.3.2.3 Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui tingkat signifikansi diantara variabel bebas dengan

variabel terikat yang menunjukkan adanya korelasi positif atau negatif maka

perlu diketahui nilai koefisien korelasi. Dibawah ini merupakan tabel dari

nilai koefisien antara variabel bebas dengan terikat sebagai berikut :

ANOVAb

160.362 2 80.181 .412 .664a

11085.186 57 194.477

11245.548 59

Regression

Residual

Total

Model1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran Piutanga.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Page 84: 49BB0d01

Berdasarkan tabel diatas koefisien korelasi antara perputaran piutang (X1)

terhadap perputaran rentabilitas adalah -0,063 dengan tingkat signifikan

0,317 maka antara kedua pengaruh tersebut menunjukkan adanya korelasi

negatif. Koefisian korelasi antara likuiditas (X2) rentabilitas adalah 0,112

dengan tingkat signifikan 0,198 maka diantara kedua pengaruh tersebut

menunjukkan adanya korelasi negatif.

4.3.2.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas bisa menjelaskan

variabel terikat maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi. Koefisien

determinasi ini digunakan untuk mengukur besarnya proporsi atau

persentase dari jumlah variasi dari variabel terikat. Perhitungan dari hasil

analisis dapat dilihat sebagai berikut :

Correlations

1.000 -.063 .112

-.063 1.000 -.187

.112 -.187 1.000

. .317 .198

.317 . .077

.198 .077 .

60 60 60

60 60 60

60 60 60

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Tingkat

Rentabilitas

Perputaran

Piutang

Tingkat

Likuiditas

Page 85: 49BB0d01

Berdasarkan tabel diatas koefisien determinasi adalah 0,014 atau 01,4 %

yang artinya 01,4 % rentabilitas dipengaruhi oleh perputaran piutang dan

likuiditas. Sedangkan sisanya 98,6 % dipengaruhi oleh faktor lainnya.

4.4 Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji F

ternyata F hitung (5,074) F tabel (2,96) dengan signifikansi 0,05 maka Ho

di terima dan Ha ditolak hal ini berarti bahwa variabel perputaran piutang

dan likuiditas secara bersama-sama tidak dapat memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap variabel rentabilitas.

Dalam pengujian secara parsial variabel perputaran piutang (X1)

menunjukkan thitung = -0,324 berarti -0,324 < 1,672. ini menunjukkan Ho

diterima dan Ha ditolak. Berarti Likuiditas tidak mempunyai hubungan

dengan tingkat rentabilitas.

Dalam pengujian secara parsial variabel rentabilitas (X2) menunjukkan

thitung = 0,773 berarti 0,773 < 1,672 maka t hitung < t tabel ini

menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak, berarti likuiditas berpengaruh

terhadap rentabilitas. Dimana artinya penurunan likuiditas menandakan

Model Summaryb

.119a .014 -.020 13.94550

Model1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran

Piutang

a.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Page 86: 49BB0d01

adanya penurunan laba bersih dan ekuitasnya. Dengan menurunnya hal

tersebut berarti menurun pula tingkat rentabilitas.

Page 87: 49BB0d01

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada 20 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia menunjukkan hasil dari

beberapa uji dengan mengunakan SPSS bahwa tidak ada hubungan antara

perputaran piutang dengan tingkat rentabilitas.

b. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada 20 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia menunjukkan hasil dari

beberapa uji dengan mengunakan SPSS bahwa tidak ada hubungan antara

tingkat likuiditas dengan tingkat rentabilitas.

Page 88: 49BB0d01

5.2 Saran

Berdasarkan pada analisis serta kesimpulan yang telah diuraikan maka saran yang

dapat diberikan sebagai berikut :

a. Bagi perusahaan sebaiknya meningkatkan efesiensi pengelolaan piutang

sehingga dapat menghasilkan tingkat rentabilitas yang maximal.

b. Perusahaan hendaknya memperhatikan efesiensi penjualan kredit yang

dapat mempengaruhi tingkat perputaran piutang agar dapat menghasilkan

tingkat pengembalian kas yang sesuai dengan perencanaan perusahaan

dalam memperoleh laba yang optimum.

c. Perusahaan hendaknya meningkatkan modal sendiri atau ekuitas agar

dapat menghasilkan tingkat ROE (likuiditas) yang baik. Sehingga

perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya dengan baik.

Page 89: 49BB0d01

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Buku Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Penerbit FE UPN

”Veteran” Jakarta

Gunarto,2007, ”Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran piutang dan likuiditas terhadap

Tingkat Rentabilitas pada KPRI Kudus.”

Harahap, Sofyan, Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT Raja

Gafindo Persada, Jakarta

Horn and Wachowiecz, 1998, Prinsip-Prinsip Manajeman Keuangan, Edisi Kesembilan,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta

Imro’ah Khuriyatul, 2002, “Analisis Tingkat Perputaran Piutang terhadap Rentabilitas

Perusahaan Pada Bank Rakyat Indonesia, Gresik.”

Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam dan Edisi Revisi,

Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Martono dan Harjito, Agus 2005, Manajemen Keuangan, FEUI, Yogyakarta

Martono dan Harjito, Agus, 2007, Manajemen Keuangan, FEUI, Yogyakarta

Munawir, S, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty. Yogyakarta

Narbuko Chalid dan Acmadi Abu, 2009, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara. Jakarta

Nuriyani, 2002, Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan dan Tingkat Perputaran Piutang,

dan Tingkat Likuiditas Terhadap Tingkat Rentabilitas (Study Kasus Pada

Perusahaan Tekstil Yang Go Public di Bursa Efek Jakarta).

Purnomo dan Husaini, 2000, Pengantar Statistika, Penerbit PT Bumi Aksara

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit

BPFE –Yogyakarta, Yogyakarta

Santoso Singgih, 2006, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS, PT. Alex Media

komputindo, Jakarta

Page 90: 49BB0d01

Sartono, R, agus, 2001, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi Keempat, BPFE,

Yogyakarta

Smith and Skousen, 2000, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga,

Jakarta

SR, Soemarso, 2002, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta

Stice and Skousen, 2004, Intermediate Accounting, Edisi 15, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Supranto J, 2002, Statistik (Teori dan Aplikasi), Edisis keenam, Penerbit Erlangga, Yogyakarta

WWW.geogle.com

WWW.idx.co.id

Page 91: 49BB0d01

Regression

Descriptive Statistics

16.0338 13.80589 60

15.5795 16.77076 60

2.4993 1.97706 60

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 -.063 .112

-.063 1.000 -.187

.112 -.187 1.000

. .317 .198

.317 . .077

.198 .077 .

60 60 60

60 60 60

60 60 60

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Tingkat Rentabilitas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Tingkat

Rentabilitas

Perputaran

Piutang

Tingkat

Likuiditas

Variables Entered/Removedb

Tingkat

Likuiditas,

Perputaran

Piutanga

. Enter

Model1

Variables

Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Model Summaryb

.119a .014 -.020 13.94550

Model1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran

Piutang

a.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Page 92: 49BB0d01

ANOVAb

160.362 2 80.181 .412 .664a

11085.186 57 194.477

11245.548 59

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas, Perputaran Piutanga.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Coefficientsa

14.784 3.625 4.078 .000

-.036 .110 -.043 -.324 .747

.722 .935 .103 .773 .443

(Constant)

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Model1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Coefficient Correlationsa

1.000 .187

.187 1.000

.874 .019

.019 .012

Tingkat Likuiditas

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Perputaran Piutang

Correlations

Covariances

Model1

Tingkat

Likuiditas

Perputaran

Piutang

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Collinearity Diagnosticsa

2.292 1.000 .04 .06 .05

.553 2.036 .00 .56 .26

.154 3.853 .95 .37 .69

Dimension1

2

3

Model1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant)

Perputaran

Piutang

Tingkat

Likuiditas

Variance Proportions

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Residuals Statisticsa

12.3044 20.9610 16.0338 1.64863 60

-16.39688 40.88124 .00000 13.70710 60

-2.262 2.989 .000 1.000 60

-1.176 2.932 .000 .983 60

Predicted Value

Residual

Std. Predicted Value

Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Page 93: 49BB0d01

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 -.101 .203

. .442 .120

60 60 60

-.101 1.000 .137

.442 . .298

60 60 60

.203 .137 1.000

.120 .298 .

60 60 60

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Unstandardized Residual

Spearman's rho

Perputaran

Piutang

Tingkat

Likuiditas

Unstandardiz

ed Residual

Model Summaryb

.119a .983

Model1

R

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), Tingkat Likuiditas,

Perputaran Piutang

a.

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasb.

Coefficientsa

.965 1.036

.965 1.036

Perputaran Piutang

Tingkat Likuiditas

Model1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Tingkat Rentabilitasa.

Page 94: 49BB0d01

Tabel t

0,05 0.05

1 12.70620 51 2.00758 101 1.98373 151 1.97580

2 4.30265 52 2.00665 102 1.98350 152 1.97569

3 3.18245 53 2.00575 103 1.98326 153 1.97559

4 2.77645 54 2.00488 104 1.98304 154 1.97549

5 2.57058 55 2.00404 105 1.98282 155 1.97539

6 2.44691 56 2.00324 106 1.98260 156 1.97529

7 2.36462 57 2.00247 107 1.98238 157 1.97519

8 2.30600 58 2.00172 108 1.98217 158 1.97509

9 2.26216 59 2.00100 109 1.98197 159 1.97500

10 2.22814 60 2.00030 110 1.98177 160 1.97490

11 2.20099 61 1.99962 111 1.98157 161 1.97481

12 2.17881 62 1.99897 112 1.98137 162 1.97472

13 2.16037 63 1.99834 113 1.98118 163 1.97462

14 2.14479 64 1.99773 114 1.98099 164 1.97453

15 2.13145 65 1.99714 115 1.98081 165 1.97445

16 2.11991 66 1.99656 116 1.98063 166 1.97436

17 2.10982 67 1.99601 117 1.98045 167 1.97427

18 2.10092 68 1.99547 118 1.98027 168 1.97419

19 2.09302 69 1.99495 119 1.98010 169 1.97410

20 2.08596 70 1.99444 120 1.97993 170 1.97402

21 2.07961 71 1.99394 121 1.97976 171 1.97393

22 2.07387 72 1.99346 122 1.97960 172 1.97385

23 2.06866 73 1.99300 123 1.97944 173 1.97377

24 2.06390 74 1.99254 124 1.97928 174 1.97369

25 2.05954 75 1.99210 125 1.97912 175 1.97361

26 2.05553 76 1.99167 126 1.97897 176 1.97353

27 2.05183 77 1.99125 127 1.97882 177 1.97346

28 2.04841 78 1.99085 128 1.97867 178 1.97338

29 2.04523 79 1.99045 129 1.97852 179 1.97331

30 2.04227 80 1.99006 130 1.97838 180 1.97323

31 2.03951 81 1.98969 131 1.97824 181 1.97316

32 2.03693 82 1.98932 132 1.97810 182 1.97308

33 2.03452 83 1.98896 133 1.97796 183 1.97301

34 2.03224 84 1.98861 134 1.97783 184 1.97294

35 2.03011 85 1.98827 135 1.97769 185 1.97287

36 2.02809 86 1.98793 136 1.97756 186 1.97280

37 2.02619 87 1.98761 137 1.97743 187 1.97273

38 2.02439 88 1.98729 138 1.97730 188 1.97266

39 2.02269 89 1.98698 139 1.97718 189 1.97260

40 2.02108 90 1.98667 140 1.97705 190 1.97253

41 2.01954 91 1.98638 141 1.97693 191 1.97246

42 2.01808 92 1.98609 142 1.97681 192 1.97240

43 2.01669 93 1.98580 143 1.97669 193 1.97233

44 2.01537 94 1.98552 144 1.97658 194 1.97227

45 2.01410 95 1.98525 145 1.97646 195 1.97220

Page 95: 49BB0d01

46 2.01290 96 1.98498 146 1.97635 196 1.97214

47 2.01174 97 1.98472 147 1.97623 197 1.97208

48 2.01063 98 1.98447 148 1.97612 198 1.97202

49 2.00958 99 1.98422 149 1.97601 199 1.97196

50 2.00856 100 1.98397 150 1.97591 200 1.97190

Page 96: 49BB0d01

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizki wulandari

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Bantul, 18 April 1987

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Telephon : 085715893921

Pendidikan Formal :

- SD Negeri Limusnunggal 3

- SLTP Negeri 10 Bekasi

- SMA Negeri 1 Jonggol

- Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila

terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan persyaratan di atas saya bersedia dituntut

menurut hukum yang berlaku.

Hormat saya

Rizki Wulandari