48015327-proses-membuat-skenario.docx
DESCRIPTION
membuat skenarioTRANSCRIPT
Proses membuat Skenario
Apabila Anda telah mendapatkan ide yang unik, bersiaplah untuk membuat beberapa urutan
pengerjaan yang berguna memberikan peta perjalanan cerita skenario Anda selanjutnya. Anda harus
ingat, bahwa cerita skenario adalah sebuah urutan kejadian yang ditata dengan rapi dan memerlukan
ketelitian dalam membagi porsi peran, dialog dan durasi dalam setiap scene-scene yang ditampilkan.
Apabila Anda telah membuat sebuah ide yang dituangkan menjadi sinopsis, maka langkah berikutnya
Anda harus membaginya dalam bentuk treatment.
Didalam Treatment sudah berisi keterangan lengkap tentang karakter, pembagian babak, arah cerita,
konflik antar karakter dan bagaimana cerita dimulai dan diselesaikan. Setelah melewati proses diatas,
kita memasuki proses outline scene, disini kita sudah membagi cerita dalam urutan-urutan scene yang
sudah dapat dihitung durasi dan pengerjaannya. Setelah Outline Scene selesai dikerjakan, barulah kita
melengkapi scene-scene tersebut dengan keterangan aksi dan dialog para pemain. Untuk lebih
jelasnya kita lihat contoh dibawah :
1. Ide cerita : Kisah tentang gadis desa yang berjuang ke kota dan mendapatkan cita-cita menikahi
laki-laki terkaya yang dicintainya.
2. Premis Cerita : Cinta itu diraih dengan kerja keras dan kecerdasan.
3. Sinopsis Cerita : Ani seorang gadis desa berumur 20 tahun adalah gadis cantik yang mempunyai
kecerdasan diatas rata-rata. Tidak seperti teman-temannya sesama gadis desa, Ani merasa harus
mengejar cita-citanya untuk hidup berbahagia dan menggunakan kepintarannya dalam meraih cinta.
Dalam konsep berpikirnya, seorang gadis pintar akan mudah mendapatkan lelaki terbaik dan
mendapatkan kebahagiaan yang lebih jika ia menjadi wanita karir (bekerja). Untuk itu ia nekat
meninggalkan desa dan berbekal ijazah SMA pergi ke kota demi mendapatkan pekerjaan dan
mendapatkan cinta lelaki yang dipujanya,
Sesampai di kota, banyak sekali tantangan dan persaingan. Ijazah SMAnya tidak laku untuk melamar
bidang pekerjaan menjadi wanita karir kelas menengah. Tapi Ani nekat mengikuti tes pekerjaan dan
berhasil membuktikan ia mampu mendapatkan pekerjaan yang sangat diinginkannya, menjadi
seorang Public Relation Officer. Dalam perjalanan karirnya, Ani menemukan sosok pria idaman yang
kaya raya. Ia harus berjuang mendapatkan pria tersebut bagaimanapun caranya. Nama pria itu Arjuna,
CEO perusahaan Petro Semesta, perusahaan distribusi BBM yang cukup besar. Lewat perjalanan yang
panjang dan berliku, Ani berhasil mendapatkan Arjuna dengan segenap kemampuan, cinta dan
kecerdasannya.
3. Treatment:
Babak I : Suasana Desa, kehidupan keluarga Ani yang sederhana, keluarga petani yang
mendambakan anak gadisnya, Ani cepat mendapat jodoh sebagaimana gadis desa seusianya. Cepat
menikah dan punya anak, begitu dambaan orang tuanya. Ani memberontak, ia memilih mengejar
impiannya, menjadi wanita karir dan mendapatkan lelaki idaman yang kaya raya. Ani memutuskan
pergi ke kota. Orang tuanya terpaksa pasrah atas segala niat keras Ani, putri tunggal mereka.
Babak II: Ani sampai di kota, disana ia tinggal disebuah rumah kontrakan yang disewa bersama
teman-teman barunya yang bekerja sebagai buruh pabrik. Ani tidak tertarik menjadi buruh pabrik, ia
memilih melamar menjadi PR. Terjadi konflik, teman-teman Ani menganggap Ani gadis sombong yang
tidak mau melihat kenyataan jika dia hanya gadis biasa yang mengandalkan ijazah SMA. Ani keras
kepala, ia memutuskan ikut tes pekerjaan di berbagai perusahaan. Berkali-kali ditolak, namun karena
kepintaran dan kemauan kerasnya, akhirnya ia diterima sebagai PR di sebuah perusahaan agensi PR.
Suatu saat, Ani bertemu dengan Arjuna yang menjadi calon rekanan kerja dan klien perusahaannya.
Sebisa Ani jatuh cinta, ia berusaha menarik perhatian Arjuna. Arjuna semula cuek, karena ia tipe lelaki
sibuk yang tidak mudah jatuh cinta.
Babak III: Suatu ketiga, Arjuna mendapatkan masalah. Kantornya kebobolan, salah seorang direktur
keuangannya melakukan tindakan pemalsuan pengalihan nilai saham menjadi asset pribadinya. Ani
secara tidak sengaja mengetahui hal tersebut dan melaporkan ke Arjuna. Arjuna kaget dan terkesima,
akhirnya ia mengajak Ani untuk bersama-sama membongkar kasus manipulasi dan penipuan tersebut.
Maka dalam kesibukan kerja sama mereka berdua, timbul bibit cinta diantara mereka. Akhirnya Arjuna
dan Ani dapat menyelesaikan kasus tersebut dan mereka menjadi pasangan cinta yang abadi.
4. Outline Scene:
Setelah treatment selesai dibuat, Anda dapat melangkah keproses selanjutnya membuat outline per
scene. Contoh sederhananya seperti ini :
1. SUASANA ALAM DESA (pagi)
Suasana desa yang damai, rumput sawah dan pegunungan. Petani di sawah dan peternak yang
menggembalakan sapi,
2. SEBUAH SUNGAI (pagi)
Tampak sekelompok gadis desa mencuci pakaian disungai. Kita melihat sesosok gadis cantik, Ani,
yang baru saja datang dan bergabung dengan teman-temannya..dst.
Setelah melewati tahap outline scene, maka penulis skenario akan bersiap memasuki tahap penulisan
skenario sesungguhnya. Memasukkan unsur dialog dan karakter yang menempati porsi terbesar dari
penulisan itu sendiri.
Contoh diatas sangat membantu kita mengembangkan dan mengamati sebuah cerita dengan detail.
Sebuah proses yang akan membantu kita membuat urutan-urutan penceritaan hingga hasil sebuah
skenario yang jadi. Pada proses persiapan ini, biasanya penulis akan berdiskusi dengan produser dan
sutradara untuk meminta persetujuan atau pendapat terhadap berbagai materi yang sudah
dipersiapkan. Cara seperti ini akan memperkaya cerita dan mempermudah revisi cerita apabila
diperlukan.
Memulai Menulis Skenario
BAB II
Let’s Get Started!
Memulai Menulis Skenario.
Pada bab ini, Anda akan mendapatkan panduan dasar menulis skenario sinetron drama. Tujuannya
memberikan Anda informasi dasar rahasia penulisan skenario untuk industri film dan televisi di
Indonesia. Rahasia? Berbagai macam pertanyaan sering penulis terima lewat email ataupun lewat
diskusi di berbagai kampus, mailing list dan ruang-ruang diskusi publik lainnya.
Menulis skenario adalah hal yang mudah, tetapi membuat cerita yang layak dijual pada industri
televisi memerlukan kiat-kiat tersendiri. Banyak sekali penulis-penulis pemula yang kerap merasa
frustasi dalam perjuangan pertamanya dalam menulis skenario. Perlu diingat, bahwa membuat
skenario adalah sebuah tehnik penulisan yang menggabungkan imajinasi dan keterbatasan visual!
Ingatlah Anda menulis sebuah skenario untuk televisi yang dibatasi oleh ukuran visual, durasi dan
penonton. 3 hal tersebut adalah syarat pertama yang harus perhatikan, penjelasannya sebagai
berikut:
1. Ukuran Visual: Membuat skenario untuk ditayangkan televisi adalah membuat visualisasi cerita yang
dibatasi oleh ukuran layar televisi. Diperkirakan, sebagian besar televisi yang dimiliki penduduk
Indonesia berada dalam kisaran ukuran 14” – 20” inch. Yang diharapkan dari penonton adalah sebuah
cerita yang mudah dilihat, dicerna dan dinikmati dalam kondisi apapun. Pertama kali Anda mencoba
menulis scene, bayangkan bila adegan cerita Anda ditampilkan dalam kotak televisi kecil. Perkirakan,
apakah adegan yang ditayangkan layak ditampilkan dalam monitor televisi. Apakah urutan-urutan
adegan yang ditampilkan menjadi satu kesatuan yang enak dinikmati? Dengan melatih secara
seksama, maka akan tumbuh gaya penceritaan yang filmis –gaya penulisan skenario yang
menggunakan batasan ukuran visualisas.dan urutan-urutan penceritaan.
2. Durasi : Durasi berhubungan dengan lama penayangan. Sebagian besar penonton televisi tidak
mempunyai waktu untuk berlama-lama menunggu. Mereka membutuhkan sebuah cerita yang jelas,
kalau perlu sebuah cerita yang menggebrak di menit-menit awal. Penonton mudah bosan terhadap
jalinan cerita yang terlalu panjang. Tetapi kita juga tidak boleh mempersingkat cerita dan mengambil
“asal gampang” untuk menyelesaikan sebuah cerita. Terdapat sebuah rumus struktur cerita skenario
yang diyakini mampu membuat penonton betah dan tertarik. Rumus ini akan kita pelajari di
kesempatan lain. Menulis skenario dibatasi oleh durasi, kita harus dapat memadatkan sebuah cerita
seberapapun panjangnya, menjadi sebuah tayangan yang tidak membosankan. Tentu tidak mudah,
bahkan seorang Michael Crichton (penulis novel dan skenario Jurassic Park) memerlukan bantuan
asisten untuk membuat skenario film Jurassic Park. Pada awalnya Crichton merasa kesulitan
melakukan proses transformasi cerita novelnya menjadi sebuah skenario berdurasi 90 menit. Ia harus
berdebat dan bernegosiasi berulang kali hingga mendapatkan inti cerita yang telah dipadatkan
menjadi sebuah skenario. Kita sering melihat kejadian sebaliknya di proses penulisan skenario dan
produksi film di Indonesia yang diangkat dari sebuah novel. Sering kita mendengar pertengkaran
antara sang penulis novel yang merasa ceritanya menjadi “amburadul” setelah difilmkan. Hal ini
terjadi karena kurangnya komunikasi dan pemahaman terhadap hasil karya film yang sangat terbatas
dalam menuangkan ide cerita menjadi sebuah tayangan. Sebuah skenario diciptakan untuk
menampilkan keterbatasan imajinasi menjadi sebuah karya film yang mampu mewakili keliaran
imajinasi dalam sebuah cerita dasar.
3. Penonton: Pilihannya ada 2, mengikuti selera pasar dan berinovasi. Sebuah karya film akan diterima
pasar apabila penonton merasa sesuai dengan seleranya. Kita melihat ditahun 2001-2003 banyak
bertebaran film dan sinetron bertema remaja dengan aktifitas sekolah. Tayangan jenis ini disukai
banyak penonton, maka berlomba-lombalah penulis skenario menciptakan cerita-cerita sejenis. Jika
melihat dari sisi komersialisme, hal tersebut tidak salah. Bukankah sebuah proses produksi film
melibatkan banyak sekali orang dan factor produksi? Bukankah tujuan komersialisme untuk
mendapatkan uang dan dapat berproduksi lagi adalah hal yang wajar? Tetapi tidak selamanya rumus
ini bertahan lama, pada awalnya mungkin saja sebuah sinetron remaja mampu menangguk untung
hingga milyaran rupiah untuk tayangan selama satu tahun. Mungkin saja sang penulisnya mendapat
bonus pendapatan yang dapat membuatnya hidup layak, tetapi kondisi ini tidak dapat abadi
selamanya. Diperlukan sebuah inovasi, ide-ide baru yang mampu menciptakan tontonan dan cerita
yang segar. Kita dapat melihatnya dengan kehadiran sinetron-sinetron baru seperti Bajaj Bajuri dan
drama situasi komedi lainnya yang mampu meraih penonton dan mendapatkan rating yang cukup
tinggi. Atau beberapa film layar lebar seperti Arisan dan Biarkan Bintang Menari yang menggunakan
cerita-cerita mengagumkan. Maka diperlukan bakat-bakat baru untuk membuat berbagai macam
cerita. Berbagai macam skenario yang lahir dari inovasi dan semangat berkreasi.
Apa yang harus dilakukan?Pertama adalah niat, mulai saat ini Anda akan terjun dalam berbagai bahasan dan memulai menulis
skenario Anda yang pertama. Penulis menyarankan Anda untuk menghimpun berbagai macam ide dan
cerita. Pilihlah yang terbaik, jangan membuat cerita yang membosankan, ingat bahwa Anda akan
membuat skenario untuk difilmkan.
Pertimbangkanlah cerita Anda sebelum dibuatkan skenarionya, apakah cerita tersebut layak untuk
ditayangkan? Apakah cerita tersebut unik? Dan yang lebih penting, apakah cerita tersebut
menyampaikan sebuah pesan? Buku ini berusaha mengupas berbagai istilah dan standar-standar
dasar dalam penulisan skenario, teori struktur cerita hingga cara membuat skenario yang menarik dan
layak jual.
Elemen-elemen Cerita
Kali ini kita akan membahas sebuah proses membuat skenario yang diawali dengan sebuah ide yang
sangat sederhana. Kita akan melihat bagaimana sebuah ide tersebut dapat dirubah menjadi sebuah
‘mesin cerita’ dan pada akhirnya akan menjadi sebuah skenario yang siap diproduksi.
Ide Cerita
Begitu banyak ide cerita berserakan di muka bumi ini yang dapat dijadikan titik awal Anda untuk
menulis skenario. Anda dapat menemukan ide-ide tersebut berdasarkan riset, pengalaman pribadi,
cerita orang lain dan khayalan dalam mimpi tidur Anda. Lalu setelah ide itu terbentuk, Anda akan
mencoba menuliskannya dalam urutan-urutan kejadian, menatanya dalam sebuah alur hingga
terbentuk babak awal, tengah dan akhir sebuah cerita. Setelah itu, Anda disarankan untuk menilai
secara pribadi, apakah ide Anda itu menarik untuk diproduksi dan dikembangkan menjadi sebuah
skenario? Lalu bagaimana mengidentifikasi ide Anda tersebut layak atau tidak? Mempunyai nilai jual
atau tidak?
Jawaban pertanyaan diatas sebenarnya tidak pasti. Seorang penulis skenario layaknya seorang
pencipta yang selalu meyakini bahwa setiap hasil karyanya adalah masterpiece yang bakal laku dijual.
Dibutuhkan seseorang pengamat dan penilai karya skenario yang menentukan apakah ide cerita
tersebut dapat diaplikasikan. Apalagi bila kita mencoba menjual sebuah skenario bernilai komersil
yang ditawarkan untuk diproduksi di rumah-rumah produksi dan stasiun televisi, dibutuhkan sebuah
pengamatan yang jeli dan sentuhan tersendiri untuk membuatnya. Dalam sebuah industri televisi,
terdapat beberapa aturan yang menentukan apakah ide cerita dalam sebuah skenario yang
ditawarkan menarik atau tidak, beberapa diantaranya:
- Keunikan sebuah Ide Cerita : Cerita yang unik sudah pasti akan menarik perhatian bagi para
penonton. Sesuatu yang berbeda dan dikemas secara menarik akan lebih disukai para pengambil
keputusan dalam memproduksi ide cerita tersebut menjadi skenario sinetron drama televisi. Keunikan
dalam sebuah cerita dinilai dari karakter-karakter utama cerita tersebut, apakah karakter tersebut
menarik dieksplorasi, mempunyai nilai jual hingga karakter-karakter tersebut dapat menjadi idola dan
disukai masyarakat. Contoh beberapa film Indonesia yang kuat dan unik secara karakter antara lain :
Arisan, Naga Bonar, Ada Apa Dengan Cinta dan beberapa judul film lainnya yang menggambarkan
kapabilitas dan penampilan karakter yang prima. Selain karakter, keunikan sebuah cerita ditentukan
dari cara penceritaannya, apakah cerita tersebut berjalan secara cepat dan dinamis, apakah lambat
dalam penuturannya? Jenis dan tema sebuah ceritapun sangat menentukan nilai komersil dari sebuah
skenario, apakah cerita Anda bertema horror, cerita romantis, suspense ataukah sebuah cerita kolosal
kepahlawanan?
- Keunikan dalam mengemas cerita : Konon kabarnya, cerita film layar lebar MATRIX sebenarnya
mencoba mengemas cerita tentang alam gaib dan realitas kehidupan manusia yang dikemas dengan
pendekatan teknologi dan menghilangkan unsur magis, satanisme dan segala unsur ketakutan film
horror tradisional menjadi sebuah cerita tentang dunia lain masa depan yang mengatur segenap
realitas semu kehidupan. Sutradara film ini berusaha tidak menggunakan pendekatan cerita
tradisional dengan karakter-karakter gaib, hantu dan pendekatan mistis lainnya, tetapi merubah tema
horror dengan cerdas menjadi kemasan cerita bernuansa futuristis dan dipenuhi dengan pesan-pesan
filsafat kehidupan.
- Sebuah cerita unik dilihat dari judul cerita : Banyak sekali para penulis skenario pemula yang tidak
menyadari pentingnya sebuah judul dalam menggarap skenarionya. Judul layaknya sebuah merk,
sebuah logo, simbol yang menceritakan seluruh isi cerita kita. Judul diusahakan semenarik mungkin,
lugas dan dapat dimengerti tanpa menggunakan penggunaan kalimat metafora yang berlebihan.
Tanpa sadar, sebenarnya para penulis skenario dituntut untuk memahami tehnik pemasaran
sederhana, menggunakan judul yang menarik dan membuat para pemirsa terperangah dan terpaku
hanya dengan membacanya.
- Cerita yang unik karena premis cerita yang unik : Premis adalah jiwa dari sebuah cerita,
memberikan pesan moral bagi seluruh pemirsa/pembaca cerita. Premis dapat juga diartikan sebagai
sebuah keterangan singkat yang menggambarkan sebuah cerita dan menjadi dasar bergeraknya alur
cerita secara keseluruhan. Premis terjadi setelah ide digulirkan, umpamanya kita mempunyai ide
untuk membuat cerita komedi romantis yang menggambarkan kehidupan kaum buruh pekerja dan
kaum eksekutif. Untuk membuat unik, dibuatlah sebuah premis cerita yang tidak biasa, misalnya kita
membuat premis : Cinta sejati bisa tumbuh dari kebohongan! Sebuah premis yang tidak umum dan
membuat dahi penonton berkerut, ingin mengetahui lebih lanjut. Misalkan saja kita ingin membuat
cerita tentang hubungan 2 manusia yang keduanya selalu berbohong dan menipu satu sama lain demi
menjaga kredibilitas mereka. Diakhir cerita ketahuan bahwa karena tokoh-tokoh utama selalu
berbohong akhirnya menemukan kesamaan dalam diri mereka dan merasa cocok. Dan akhirnya
mereka mengakui bahwa kelakuan negatif mereka justru mengembangkan rasa saling memiliki. Rasa
cinta yang tumbuh dari segala macam kebohongan yang ditimbulkan.
- Ide yang unik dapat diterangkan secara cepat tanpa menggunakan banyak kata : Seorang penulis
yang baik akan dapat menceritakan ide ceritanya dengan cepat dan informatif tanpa harus
menggunakan berlembar-lembar kertas, cukup dengan beberapa kalimat saja. Seorang produser film
biasanya hanya mempunyai sedikit waktu untuk mendengarkan setiap ide kita. Sebagai seorang
penulis skenario yang berminat menjual ide, kita harus memanfaatkan setiap waktu dan setiap kata
untuk menerangkan bahwa ide kita ini menarik. Bahkan ada sebuah standar di rumah-rumah produksi
yang mensyaratkan kita untuk menerangkan sebuah ide dengan jelas kurang dari 5 menit! Hal ini
adalah sebuah tantangan, sebuah ide yang unik pasti tidak bertele-tele, mudah dicerna dan mudah
dipresentasikan.
- Unik adalah sesuatu yang berbeda : Berani mengemas sebuah cerita yang berbeda dan tidak
seragam dengan cerita-cerita yang lain sangat membantu kita mengeksplorasi kemampuan dalam
berkhayal sesungguhnya. Tema- tema seragam sering memasung kreatifitas kita dalam berkarya.
Tema yang unik dan berbeda memaksa kita untuk mempelajari elemen-elemen pendukungnya.
Mengumpulkan segenap data dan memerlukan kecerdasan tersendiri untuk mengolahnya.
Membuat motivasi antar karakter
MotivasiSetelah kita membentuk konsep karakter langkah kedua adalah membuat motivasi antar karakter.
Setiap karakter mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam melaksanakan tujuannya. Motivasi
terbagi menjadi 2 :
– Motivasi negatif : Segala hal yang berhubungan dengan masa lalu yang membentuk citra diri dan
kepribadian karakter secara keseluruhan. Motivasi negatif mengakibatkan karakter mempunyai
keraguan dalam bertindak, atau membangkitkan sebuah emosi yang menghilangkan akal sehatnya.
Baik karakter protagonis dan Antagonis mempunyai 2 motivasi didalam dirinya. Jika kita melihat
berbagai macam film-film hollywood, banyak sekali karakter-karakter superhero dilengkapi dengan
berbagai motivasi negatif seperti : masa lalu yang buruk, hasil kecelakaan riset laboratorium (The
Hulk, X-Men, Lex Luthor, Robocop) atau persoalan pribadi keluarga yang berakhir tragis (Batman,
Robin, Spawn, Wolverine, Superman). Dalam film-film action hollywood, kita mengenal beberapa jenis
motivasi yang hampir sama seperti : difitnah sebagai pembunuh (Fugitive), Psikopat (Silence of the
Lamb), Buronan atau ex narapidana (Swordfish, Bad Boy, Beverly Hills Cop).
- Motivasi Positif : Segala hal yang berhubungan dengan benda, obyek, manusia dan perasaan
karakter protagonis untuk menunjukkan rasa cintanya. Dalam film Armageddon, dikisahkan sang
karakter utama yang dimainkan Bruce Willis rela mengorbankan jiwa raganya demi menyelamatkan
bumi dan ingin membuat anaknya bahagia atas pengorbanan ayahnya. Dalam film Titanic, karakter
yang diperankan Leonardo Dicaprio berusaha menyelamatkan nyawa kekasihnya dengan
mengorbankan dirinya sendiri karena cinta sejatinya. Berbagai sinetron di Indonesia juga
menggambarkan berbagai motivasi positif dalam bentuk perwujudan cinta yang berkembang antar
karakter dalam cerita. Karakter-karakter tersebut tergerak untuk saling memiliki dan menyayangi,
terkadang rela mengorbankan dirinya untuk sesuatu hal yang mereka yakini sebagai sebuah
kebenaran.
Latar belakang karakterSetiap saat kita mencoba menulis sebuah karakter, sebisa mungkin kita ‘mengenal secara dekat’
karakter yang kita buat. Tidak sekedar memberikan ciri fisik, melainkan gaya dialog dan latar belakang
karakter tersebut. Hal ini berguna untuk memberikan ‘jiwa’ yang pas pada setiap karakter yang kita
buat. Sehingga dalam penulisan adegan dan dialog , terdapat sebuah konsistensi dan kecermatan kita
sebagai penulis dalam memberikan berbagai macam peran pada karakter kita.
Jika Anda pernah menonton sinetron Si Doel Anak Betawi, Anda akan mendapatkan penggambaran
yang kuat latar belakang para karakter dengan set lingkungan betawi sentris dan pola budaya yang
memperkuat penggambaran karakter. Seorang penulis wajib mengerti bagaimana cara tutur kata
karakter yang dibuat, bagaimana kalimat yang sering dibawakan, bagaimana cara bertindak, gesture
dan cara pandang dalam peran yang dibawakan. Apabila Anda membuat karakter seorang pemain
basket, Maka Anda harus mengerti bagaimana cara bermain basket, apa istilah-istilah dalam basket
hingga alasan mengapa karakter Anda memilih menjadi pemain basket.
Untuk memperkuat penggambaran karakter, Anda dapat memberikan semacam biodata ringkas pada
setiap karakter yang dibuat. Meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, latar belakang budaya, hobby,
kesenangan, sifat positif , sifat negatif, motivasi positif, motivasi negatif dan tujuan karakter itu dalam
sebuah cerita yang kita buat. Bahkan , Kalau perlu Anda dapat menyebutkan benda-benda kecil yang
biasa digunakan karakter Anda, apa merk sikat giginya, Apa makanan kesukaannya dan segala hal
yang bisa melengkapi keterangan karakter dalam cerita Anda.
Menggambarkan Aktifitas Karakter
Menggambarkan Aktifitas KarakterHal yang cukup melelahkan dari penulisan skenario adalah saat kita mencoba menggambarkan
aktifitas antar karakter. Tidak seperti menulis dongeng atau cerpen, kita dituntut untuk lebih teliti
menggambarkan karakter dan aktifitasnya. Kita harus meletakkan proporsi penggambaran karakter
dengan benar, mana karakter yang harus dieksplorasi dan mana karakter yang harus direduksi dalam
penceritaannya. Selain itu, kita harus mengubah-ubah sudut pandang pikiran antar karakter.
Maksudnya begini, apabila Anda menulis karakter protagonis, maka saat itu Anda harus berpikir
dengan menggunakan jiwa karakter Protagonis Anda. Dan pada saat Anda menggambarkan karakter
Antagonis, maka Anda harus berbicara dan berpikir sesuai jiwa Antagonis karakter tersebut. Disini
terjadi pilihan yang sulit, banyak penulis pemula yang gagal mengeksekusi hal ini.
Sebagian besar para penulis pemula terlalu berpihak pada karakter Protagonis yang diciptakannya.
Akibatnya, Ia sering memberikan porsi scene-scene yang cukup banyak terhadap karakter ini dan
mereduksi scene-scene yang menampilkan karakter Antagonis. Ketika telah ditayangkan, terjadi
visualisasi yang membosankan. Karakter Protagonis yang diciptakan , tampil disebagian besar cerita
film yang dibuatnya atau pembuatan adegan-adegan yang malah ‘mengkultusindividukan’ tokoh kita
tersebut. Akibatnya mudah ditebak, cerita dalam skenario menjadi hambar, salah bumbu dan strategi.
Kasus lain banyak juga ditemui penulis pemula yang mencoba menggambarkan tokoh Antagonis. Di
Indonesia kita sering melihat sinetron-sinetron yang ‘lepas kontrol’, sering menggunakan kalimat-
kalimat kasar dalam berdialog, bahkan untuk menggambarkan adegan dramatika yang sebenarnya
tidak perlu berteriak, kerap digambarkan dengan dialog-dialog umpatan. Akibatnya, penonton
tayangan ini akan terkaget-kaget dengan dialog kasar yang ditampilkan antar karakter. Ada sebuah
sinetron di Indonesia yang menampilkan dialog absurd yang ditampilkan karakter Anak SMP.
Disinetron tersebut, berulang kali sang karakter menangis dan berteriak bahwa ‘pacarnya selingkuh’.
Selingkuh?
Membangun Cerita berdasarkan Konsep KarakterCerita yang baik dihasilkan dari konsep karakter yang kuat. Banyak sekali cerita sinetron di Indonesia
yang gagal dalam menanamkan konsep karakter dalam benak pemirsa. Banyak penulis yang tidak
menyadari bahwa kita harus memulai dari pembentukan identitas karakter untuk membuat karakter
yang kuat. Lalu apa definisi karakter yang kuat tersebut? Secara visual, karakter yang kuat adalah
karakter yang berciri khas dalam penampilannya. Dalam filmNaga Bonar, kita disuguhi karakter Naga
Bonar yang blak-blakan, emosional, berbicara seenaknya tetapi menjadi pemimpin pemberani
dipasukannya. Dalam film Brave Heart, kita melihat karakter Sir Williams yang bertampang bagai
orang barbar tetapi sangat pemberani dan santun dalam bersikap. Dalam film Ada Apa dengan
Cinta? kita melihat karakter Cinta yang sangat lembut namun dapat berubah keras kepala dan
beberapa karakter-karakter ‘abadi’ yang terkenal di dunia film Indonesia seperti Ramadhan-Ramona
(Kejar Daku Kau Ku Tangkap), Galih dan Ratna (Gita Cinta dari SMA), Si Doel (Si Doel Anak Betawi).
Karakter-karakter yang disebutkan di atas mempunyai nama-nama yang unik, gaya dialog yang
atraktif dan penokohan yang tepat. Tentu saja aktor/talent menjadi titik penentu kekuatan akting
karakter yang dimainkan, tetapi penulis skenario hendaknya sudah menyiapkan dari awal seberapa
kuat karakter yang hendak dimainkan. Selain itu harus dijelaskan secara singkat backgroundkarakter
yang kita buat, layaknya membuat daftar riwayat hidup yang terdiri dari nama, umur, status, hobi,
kemampuan positif, kelemahan negatif, ukuran fisik dan gaya dialek berbicara. Setelah itu kita
menentukan jenis-jenis karakter. Selain protagonis dan Antagonis ada beberapa jenis karakter yang
mendukung jalannya sebuah cerita, karakter tersebut antara lain :
- Karakter Skeptis : Karakter ini bersifat skeptis terhadap segala usaha yang dilakukan karakter
protagonis. Dialognya selalu menyepelekan segala aksi yang dilakukan karakter protagonis dan
kawan-kawannya. Sering ditampilkan sebagai karakter orang-orang yang mempunyai kekuasaan,
tetapi selalu menganggap remeh lawan bicaranya.. Dalam dunia politik, kita sering melihat jenis-jenis
karakter seperti ini J.
- Karakter Bermuka 2 : Karakter ini sangat licik, selalu mencari hal yang paling menguntungkan bagi
dirinya pribadi. Terkadang terlihat berdiri di sisi Protagonis, tetapi kadang berdiri di sisi Antagonis.
Karakter ini biasanya diperlihatkan sangat cerdas, penonton selalu gemas akan kehadiran karakter ini.
- Karakter Kontagonis : Karakter ini selalu membantu karakter antagonis demi menggagalkans setiap
tujuan karakter protagonis.
- Karakter Sidekick : Karakter ini selalu membantu karakter protagonis. Ia menjadi teman seperjalanan
yang selalu ada disamping karakter protagonis. Biasanya bertindak sebagai teman, guru
atau guardian.
- Karakter-karakter Pengiring : Karakter ini biasanya bertindak sebagai orang-orang yang menjadi
pasangan antara karakter protagonis atau antagonis. Keberadaannya tidak menghambat tujuan
karakter protagonis maupun antagonis. Biasanya ditampilkan sebagai kekasih, pacar, suami atau istri.
Peran karakter ini menjadi besar ketika peran Antagonis dan Protagonis saling memperebutkannya
dan saling ingin memiliki.
Tag:Kiat Menulis Skenario Film/Sinetron
Karakter : Bagian terpenting dari penulisan
Karakter : Bagian terpenting dari penulisan
Menggambarkan karakter dalam sebuah skenario adalah hal yang paling sulit dilakukan. Tidak seperti
tehnik bercerita lainnya (cerpen, novel dsb.), tehnik bercerita dalam skenario sebagian besar diwakili
dengan dialog-dialog antar karakter. Kita tidak dibebaskan untuk memberikan ‘narasi-narasi’ seperti
yang sering dilakukan didalam novel. Film adalah perpaduan permainan kata dan permainan gambar,
namun sangat terbatas dibandingkan dengan khayalan deskriptif didalam sebuah novel. Karakter-
karakter dalam film bertugas membawakan cerita dengan berbagai dialog yang diucapkannya.
Mereka menuntun para pemirsa untuk mendalami cerita secara filmis, sebuah sudut pandang film
terhadap sebuah alur cerita.. Karakter yang baik tentunya dapat dilihat dengan jelas keberadaannya,
sehingga pemirsa diharapkan dapat merasa menyatu dengan karakter yang ditonton atau dipilihnya.
Untuk mendukung sebuah karakter dapat ‘hidup’ dalam sebuah cerita, seorang penulis harus cermat
memberikan porsi peran dan dialog-dialog yang akan dibawakannya. Dalam sebuah tehnik bercerita
dasar, kita mengenal 2 jenis karakter yang digolongkan dengan tugas dan fungsinya, karakter
protagonis dan karakter antagonis.
Karakter Protagonis ditugaskan untuk membawa jalannya cerita, menemui beberapa konflik dan
memecahkan masalah sehingga mendapatkan penyelesaian. Dari alur cerita, secara tradisional, kita
melihat ada hal yang dikejar dan hal yang mengejar. Ada subyek yang pro aktif dan ada pula subyek
yang pasif. Penjelasannya begini, jika kita sering mendengar kisah-kisah kepahlawanan, sebagian
besar diceritakan bahwa Pahlawan-pahlawan (tokoh Protagonis) bertugas memburu sesuatu (musuh),
untuk dibasmi. Musuh itu akan melawan terus menerus sampai suatu titik mereka bertempur mati-
matian demi menghasilkan sebuah tujuan menang atau kalah. Disini karakter protagonis berperan
aktif menyelesaikan setiap masalah, maju ke medan perang dan menyelesaikan konflik satu persatu.
Karakter Antagonis adalah lawan dari karakter protagonis. Karakter Antagonis bertugas
menciptakan masalah, memburu dan menghalangi karakter protagonis . Di banyak cerita
kepahlawanan, karakter ini sering disebut sebagai musuh. Antagonis terlihat diserang terus menerus
dan sampai suatu saat akan terdesak dan dibantai oleh tokoh protagonis. Selain itu, karakter
Antagonis bertugas menggagalkan setiap rencana yang dibuat karakter protagonis dalam mencapai
tujuannya.
Cerita model Protagonis versus Antagonis, biasanya menggunakan pendekatan cerita Super Hero.
Beberapa film terkenal seperti COMMANDO, CONAN, TARZAN dan beragam jenis cerita kepahlawanan
lainnya selalu menggunakan ramuan yang sama, karakter superhero yang cakep, berotot dan
mempunyai tenaga luar biasa. Kalaupun terjadi konflik, sifatnya seperti tempelan, karena tokoh
protagonis dalam cerita skenario film ini digambarkan sangat luar biasa dan tidak mudah dikalahkan.
Cerita dengan pendekatan diatas sangat mudah ditebak alur ceritanya, akibatnya penonton merasa
bosan terhadap karakter-karakter berotot atau ‘sempurna’ secara tampilan fisik ragawi. Hal ini
menjadi perhatian para penulis naskah film yang berupaya menciptakan rumus-rumus karakter baru
yang dapat menggantikan rumus superhero. Dan diantaranya berhasil menciptakan tehnik
pembentukan karakter yang biasa-biasa saja (Anti Hero).
Konsep Cerita dengan menggunakan tokoh Anti HeroLalu muncullah sebuah teori Dramatika yang mengembangkan konsep tokoh anti Hero. Ternyata para
penulis naskah terkenal di Holywood, telah mendapatkan rumus tokoh Anti Hero yang menarik.
Rumusnya sederhana saja, tokohnya biasa-biasa saja, digambarkan tidak mempunyai tujuan pada
awal cerita, sepanjang cerita bernasib sial atau menjadi buronan dan menyelesaikan masalah karena
terpaksa!
Rumus ini sangat menarik, betapa ada sebuah pemikiran baru menciptakan konsep anti Hero dan
akhirnya diterima masyarakat dunia. Anda mungkin pernah menonton film-film seperti Jurassic Park, In
The Line of Fire, Pelican Briefdan Enemy of the State yang dibintangi tokoh-tokoh berpostur biasa,
tidak berotot, tidak ganteng tetapi berhasil membawakan perannya. Seluruh karakter utama dalam
film-film tersebut digambarkan sebagai orang-orang buronan, bermasalah dan selalu sial dalam
menjalankan tugasnya. Dalam FilmDie Hard, kita melihat tokoh utama yang diperankan Bruce Willis
terperangkap dalam gedung dan harus bertahan hidup dari kejaran para teroris yang ingin
membununhnya. Dalam Film Panic Room, kita lihat tokoh Jodie Foster dan anaknya yang menderita
penyakit asma bertahan dari serangan para perampok, dalam berbagai film horor seperti Scream, kita
mendapatkan tokoh utama yang dikejar-kejar akan dibunuh oleh tokoh antagonis.
Mengapa Anti Hero?Konsep menggunakan pendekatan Anti Hero (orang-orang biasa, tidak berotot, cenderung
bermasalah) diyakini menggunakan cara pandang yang berpihak pada penonton. Kita menyadari
bahwa sebagian besar dari kita bukanlah orang-orang yang mempunyai penampilan sempurna,
menarik dan sebagainya. Maka, sebagai penulis cerita, kita dituntut untuk menciptakan tokoh yang
mewakili ketidakheroan para pemirsa kita. Konsep cerita dengan menggunakan karakter Anti Hero
sangat mudah berkembang dan menimbulkan rasa simpati dari Penonton yang turut larut dalam emosi
ketakutan dan kecemasan sang karakter. Selain itu, akhir dari sebuah cerita sangat tidak mudah
ditebak. Penonton akan selalu menduga-duga beberapa pilihan jalan penyelesaian cerita lewat
kecemasan-kecemasan karakter protagonis yang selalu jadi bulan-bulanan karakter Antagonis.
Di Indonesia, ada sebuah sinetron yang berjudul Bidadari – Multi Vision Plus, yang menggunakan
konsep diatas. Sinetron ini cukup sukses dan meraih rating yang sangat tinggi. Tanpa kita sadari, kita
selalu bersimpati terhadap karakter yang tertindas yang selalu ditampilkan dalam Sinetron ini.
Terlepas dari baik atau buruk visualisasinya, cerita sinetron Bidadari berhasil mengembangkan konsep
Anti Hero, walaupun pada akhirnya, selalu ditampilkan tokoh penolong yang membantu tokoh
protagonis dalam puncak kesulitannya.
Konsep Anti Hero sendiri sebenarnya berasal dari cerita-cerita legenda rakyat, Anda tentunya masih
ingat dengan cerita Snow White, Cinderela atau cerita-cerita legenda para nabi dari kitab suci, yang
mewakili cerita kaum tertindas dan berusaha merubah nasib menjadi manusia yang menang. Cerita-
cerita semacam ini yang mengilhami para perumus teori dramatika untuk membuat berbagai macam
bentuk cerita skenario baru.