4214442
DESCRIPTION
3312321TRANSCRIPT
MODUL-1&2MANAJEMEN REPUTASI
6 SKSDosen: Ispawati Asri
Pokok Bahasan: Etik dan Profesionalisme Public Relations
=====================
Etika dalam Kegiatan Public relations
Ciri hakiki manusia bukanlah dalam pengertian wujud manusia (human
being), melainkan proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan yang
menyangkut watak,sifat, perangai, kepribadian, tingkah laku dan lain-lain,
serta aspek-aspek yang menyangkut kejiwaan yang terdapat dalam diri
manusia (Soekotjo, 1993; 102).
Seorang humas (public relations) harus menguasai etika-etika yang umum
dan tidak umum antara lain:
1. Good communications for internal and external public.
2. Tidak terlepas dari factor kejujuran (integrity) sebagai landasan
utamanya.
3. Memberikan kepada bawahan/karyawan adanya sense of
belonging dan sense of wanted pada perusahaannya (membuat
mereka merasa diakui/dibutuhkan).
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘121
4. Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap
dijaga.
5. Menyampaikan informasi – informasi penting kepada anggota dan
kelompok yang berkepentingan.
6. Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai
manusia.
7. Menguasai prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
8. Menguasai teknik dan cara penanggulangan kasus-kasus,
sehingga dapat memberikan keputusan dan pertimbangan secara
bijaksana.
9. Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam
profesinya.
10. Penuh dedikasi dalam profesinya
11. Menaati kode etik humas
Etika Public Relations yang kita bahas dalam hal ini merupakan salah satu
bagian dari etika profesi. Sedangkan etika profesi sendiri merupakan
bagian dari etika social. Jadi, dapat disimpulkan Etika Public Relations
merupakan bagian dari etika social. Etika Profesi memberikan penekanan
pada hubungan antar manusia (antar-insani) dengan sesamanya yang
memilki profesi yang sama. Tujuannya, supaya ada kerjasama yang baik
dan keselarasan antara individu yang satu dengan individu yang lain
dalam satu profesi.
Etika Public Relations mempunyai tujuan yang sama dengan etika profesi.
Adanya etika Public Relationsm diharapkan ada keselarasan yang dapat
menimbulkan kerjasam yang baik antara individu-individu yang ada dalam
lingkup Public Relations.
Peran Etika
A. Sonny Keraf membagi etika menjadi dua yaitu :
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘122
1. Etika Umum; merupakan prinsip-prinsip moral yang mengacu
pada prinsip moral dasar sebagai pegangan dalam bertindak dan
menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya suatu tindakan
yang ada di dalam suatu masyarakat.
2. Etika Khusus; merupakan penerapan moral dasar dalam bidang
khusus. Aplikasi dari etika khusus ini misalnya; keputusan
seseorang untuk bertindak secara etis dalam suatu bidang tertentu
baik itu dalam mengambil keputusan maupun dalam kehidupan
sehari-hari didalam suatu organisasi. Contoh; keputusan untuk
bertindak secara etis dalam dunia bisnis, dalam organisasi
kehumasan dan sebagainya.
Selanjutnya, Etika Khusus dibagi menjadi dua lagi yaitu:
1. Etika Individual; lebih menekankan pada kewajiban manusia
terhadap dirinya sendiri untuk mencapai kesucian hidup. Yang
termasuk dalam etika individual ini misalnya; Etika beragama,
menjaga kesehatan dan sebagainya.
2. Etika Sosial; etika ini lebih menekankan pada kewajiban, sikap
dan perilaku sebagai anggota masyarakat dan tanggung jawab
individu tersebut dengan lingkungannya. Dengan kata lain, etika
social memberikan penekanan pada hubungan individu dengan
lingkungannya. Norma-norma, nilai-nilai social serta tata karma
menjadi moral dasar dalam etika social yang mengatur individu
ketika berinteraksi dengan orang lain. Contoh etika social
misalnya;etika dalam bermasyarakat, etika dalam berorganisasi
dan sebagainya.
Etika memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Ada
beberapa peran yang dimiliki oleh etika tersebut beberapa diantaranya
adalah:
Etika mendorong dan mengajak setiap individu untuk bersikap kritis dan
rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan pendapatnya sendiri
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘123
yang dapat dipertanggung jawabkan (bersifat otonom). Pada tataran ini
tidak ada campur tangan dari individu yang lain karena secara sadar
setiap inividu berusaha untuk memutuskan berdasarkan pendapatnya
sendiri.
Etika dapat mengarahkan masyarakat untuk berkembang menjadi
masyarakat yang tertib, teratur, damai, dan sejahtera dengan mentaati
norma-norma yang berlaku demi mencapai ketertiban dan
kesejahteraan social. Keadaan ini disebut sebagai “Justitia Legalis”
atau “Justitia Generalis”, keadilan yang menuntut ketaatan setiap orang
terhadap semua kaidah hokum dan kaidah social lainnya demi
keterlibatan dan kesejahteraan masyarakat. Etika mampu
menumbuhkan kesadaran manusia untuk mentaati nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku didalam masyarakat dimana individu itu
berada. Kesejahteraan social dapat tercipta akibat kesadaran yang
muncul dalam diri setiap individu didalam masyarakat tersebut. Nilai
dan norma yang diberlakukan di suatu masyarakat menjadi penting.
Dalam masyarakat tradisional, nilai dan norma tidak begitu
dipermasalahkan. Mereka akan menerima nilai dan norma apa adanya.
Tetapi pada suatu saat ketika nilai dan norma yang implicit tadi mendapat
tekanan, ditentang atau karena ada perkembangan yang baru, maka
norma dan nilai yang implicit akan berubah menjadi eksplisit.
Berbeda dengan kehidupan masyarakat tradisional, dalam kehidupan
masyarakat modern, nilai dan norma yang ada dalam etika ini mengalami
permasalahan yang sangat kompleks akibat perkembangan jaman dan
perkembangan teknologi yang sangat pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemikiran baru untuk menentukan aturan sehubungan dengan nilai dan
norma dalam kondisi kehidupan masyarakat modern dengan
permasalahan kompleks ini.
Situasi etis yang terjadi dalam kehidupan masyarakat modern ditandai
dengan tiga cirri yang menonjol:
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘124
Adanya pluralisme moral, masyarakat yang berbeda serta nilai dan norma
yang berbeda. Hal ini terjadi karena permasalahan yang dihadapi
masyarakat modern ini sangat kompleks. Perbedaan latar belakang
budaya antara individu yang satu dengan individu yang lain sangat
mencolok. Ditambah lagi dengan aktivitas masyarakat modern yang
sangat tinggi serta yang sangat besar terhadap pluralitas moral,
perbedaan nilai dan moral serta memunculkan masyarakat yang berbeda.
Kehidupan masyarakat sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat
modern membawa pengaruh terhadap timbulnya banyak masalah etis
baru. Sebagai contoh; perdebatan yang muncul ditengah masyarakat dan
memunculkan polemic tentang teknologi baru sehubungan dengan
perkembangan makhluk hidup. Cloing dan manipulasi gen-gen manusia
merupakan dua contoh yang menjadi polemic dan sampai sekaranf belum
ditemukan titik temunya. Permasalahan etis ini muncul karena
perkembangan teknologi yang baru serta penemuan-penemuan di bidang
ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari pandangan Agama dan norma-
norma serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat secara umum.
Muncul kepedulian etis yang bersifat Universal yaitu; munculnya
globalisasi moral. Kesadaran masyarakat secara global terhadap tindakan
moral menjadi salah satu ciri yang menonjol dalam kehidupan mayarakat
modern. Hal ini ditandai dengan deklarasi Universal tentang Hak Asasi
Manusia (Human Rights) oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948.
ETIK DAN ETIS
Di atas sudah dibahas tentang etika. Dalam praktek kehidupan sehari-hari
ada istilah-istilah yang tidak bisa lepas ketika kita berbicara tentang etika.
Istlah-istilah yang berhubungan dengan etika adalah Etik, Etis dan Norma.
Etika sebagai ilmu akhlak yang membahas pola-pola aturan tentang nilai-
nilai kesusilaan tidak bisa lepas dengan istilah etik, etis dan norma.
Tindakan untuk melakukan etika disebut tindakan etik dan sifat tentang
pelaksanaan etik tersebut sering diberi istilah Etis. Contoh: apabila anda
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘125
sedang antri di ruang tunggi dokter. Kebetulan ruang tunggu itu penuh dan
hanya ada satu kursi kosong yang cukup dipakai untuk anda. Pada saat
itu yang berdiri hanya anda, maka tanpa berpikir panjang anda langsung
menggunakan kursi itu dan mendudukinya.
Ketika anda menunggu terlalu lama, perasaan bosan mulai menyerang
anda. Dan tiba-tiba datang seorang ibu yang sedang menggendong anak
bayinya yang sedang sakit ikut menunggu giliran untuk masuk ke ruang
dokter. Karena tempat duduk penuh, maka dia menunggu dengan berdiri.
Salah satu dari pasien yang menunggu tadi kemudian berdiri dan
mempersilakan ibu itu untuk duduk di tempat dia.
Dari contoh di atas, perbuatan memberi tempat duduk disebut tindakan
Etik. Selanjutnya cara dia memberikan tempat duduk itu disebut dengan
tindakan yang bersifat Etis. Inilah perbedaan-perbedaan istilah antara Etik
dan etis yang banyak digunakan sehubungan dengan Etika. Tetapi tidak
jarang penggunaan kata-kata ini mengalami kerancuan karena
pemahaman yang tidak tepat terhadap kata-kata tersebut.
ETIKET
Istilah lain yang paling sering rancu digunakan sehubungan dengan etika
adalah Etiket. Dalam penggunaan sehari-hari, tidak jarang terjadi
kekeliruan dalam penggunaan kata antara Etika dan Etiket. Sebagai
contoh; ketika kita ingin menerangkan tentang Tata cara yang baik ketika
mengikuti Table Manner tidak jarang kita menggunakan istilah Etika
makan. Atau ketika kita ingin mengatakan bahwa selingkuh merupakan
satu tindakan yang dilarang dan tidak dibenarkan dalam budaya timur,
maka istilah yang sering digunakan adalah ”perbuatan itu tidak sesuai
dengan etiket masyarakat timur”.
Itu satu fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat kita sehubungan
dengan penggunaan kata Etiket dan Etika.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘126
Padahal kalau kita melihat arti kata serta pemahaman tentang etiket dan
etika, ada perbedaan yang cukup signifikan antara etiket dan etika. Tetapi
sebelum kita membahas perbedaan etiket dan etika, terlebih dahulu kita
akan membahas apa itu Etiket.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mencatat dua pengertian tentang Etiket :
Etiket adalah secarik kertas yang bertuliskan nama, dan sebagainya yang
diletakan pada kotak.
Etiket adalah aturan sopan-santun pergaulan. Jadi dari pemahaman
yang didasarkan pada kamus besar bahasa indonesia di ata, etiket
merupakan suatu hal penting didalam pergaulan masyarakat yang
bertingkat-tingkat (mempunyai suatu hirarkhi).
Istilah Etiket berasal dari perkataan Perancis ”Etiquette” yang berarti surat
undangan dan tata aturan yang tertulis pada kertas undangan. Etiket
berarti pula nama yang diletakkan pada botol atau kotak. Etiket sinonim
dengan perkataan Tata Krama, Tata sopan santun, peraturn sopan santun
dan tata cara tingkah laku yang baik dan menyenangkan. Tata aturan
sopan santun ini disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi nora
anutan dalam bertingkah laku diantara naggota masyarakat tertentu.
Pemahaman tentang Etika dan Etiket sering kali dicampur adukkan,
padahal dua kata ini memiliki perbedaan yang sangat hakiki. Tetapi
sekalipun ada perbedaannya, dua istilah ini memiliki persamaan.
Persamaan antara Etiket dan etika antara lain:
Etiket dan Etika menyangkut perilaku manusia. Istilah-istilah ini hanya
digunakan untuk manusia, tidak bisa digunakan untuk hewan
dantumbuhan.
Etiket maupun Etika mengatur perilaku manusia secara normative. Artinya
Etiket dan Etika memberi norma bagi perilkau manusia dengan demikian
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘127
menyatakan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan. Berdasarkan
pemahaman ini, Etiket dan Etika selalu menyangkut perilaku manusia dan
digunakan untuk mengatur perilaku manusia yang bersifat normatif.
Sekalipun Etiket dan Etika sama-sama menyangkut perilaku manusia,
tetapi antara Etiket dan Etika terdapat perbedaan yang sangat hakiki.
Perbedaan antara Etiket dan etika itu sebagai berikut :
Etiket:
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket
dianggap sebagai salah satu cara yang tepat atau cara yang diharapkan
dalam suatu komunitas atau kalangan tertentu. Misalnya; ketika kita ingin
menyerahkan suatu barang ke orang lain, maka etiket yang benar adalah
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Dengan kata lain, bila tidak ada
yang hadir atau saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
Etiket bersifat relatif. Apa yang dianggap baik di suatu tempat belum tentu
baik di tempat lain. Misalnya; bersendawa setelah makan di Bali
merupakan satu bentuk penghormatan karena menunjukkan satu bentuk
kepuasan. Sedangkan bersendawa di Solo setelah makan dianggap
sebagai suatu penghinaan.
Etika berbicara tenatng etiket, kita melihat manusia dari segi lahiriahnya
saja atau dari luarnya saja. Ibaratnya, ketika kita menerima sebuah kado,
kita hanya melihat bungkusan luarnya saja yang indah, padahal belum
tentu isinya seindah bungkusnya.
Etika:
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, tetapi etika
memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Apakah perbuatan itu boleh
atau tidak. Misalnya; ketika kita mengambil barang milik orang lain, itu
merupakan satu perbuatan yang tidak perbolehkan. ”Jangan mencuri”
merupakan suatu norma etika yang diterapkan dalam kehidupan suatu
masyarakat.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘128
Etika selalu berlaku baik ada saksi maupun tidak. Sekalipun tidak ada
orang yang melihatnya, etika tetap berlaku diterapkan.
Etika bersifat absolut. Misalnya; jangan membunuh, jangan mencuri,
merupakan suatu aturan yang berlaku dimanapun dan bagi siapapun.
Contoh di atas merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak dapat ditawr-
tawar lagi.
Ketika berbicara tentang etika, maka yang kita bicarakan adalah apa yang
ada di dalam diri manusia itu bukan apa yang ada di luar diri manusia
(Sumber: Bertens, 1993 : 10).
PROFESI DAN PROFESIONAL
Kata profesi berasal dari bahasa Latin, yaitu “Professues” yang berarti;
suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah
dan janji bersifat religius.
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara histories pemakaian istilah
profesi tersebut, seseorang yang memiliki profesi berarti memiliki ikatan
bathin dengan pekerjaannya. Jika terjadi pelanggaran sumpah jabatan
yang dianggap telah menodai “kesucian” profesi tersebut.
Artinya “kesucian” profesi tersebut perlu dipertahankan dan yang
bersangkutan tidak akan menghianati profesinya (Mahmoeddin, 1994:53).
Di lapangan praktik dikenal dua jenis bidang profesi sebagai berikut :
Profesi Khusus ialah para professional yang melaksanakan profesi
secara khusus untuk mendapatkan nafkah atau penghasilan tertentu
sebagai tujuan pokoknya. Misalnya; profesi bidang ekonomi, politik,
hukum, kedokteran, pendidikan, teknik, humas (public relations),
konsultan, dll.
Profesi luhur ialah para professional yang melaksanakan profesinya,
tidak lagi untuk mendapatkan nafkah sebagai tujuan utamanya, tetapi
sudah merupakan dedikasi atau jiwa pengabdiannya semata-mata.
Misalnya; kegiatan profesi di bidang keagamaan, pendidikan, social,
budaya, dan seni.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘129
Rumusan “A. Sonny Keraf”, tentang konsep profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian. Seorang professional adalah seorang
yang hidup dengan mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau terlibat
dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut keahlian dan keterampilan
tinggi, atau hanya sekadar hobi, untuk bersenang-senang dan bekerja
untuk mengisi waktu luangnya.
Definisi profesi humas menurut “Howard Stephenson”, dalam buku
Handbook of Public Relations (1971), adalah “The practice of skilled art or
service based on training, a body of knowledge, and adherence to agree
on standard of ethics”. Artinya, Humas /PR yang dapat dinilai sebagai
suatu profesi, dalam praktiknya, merupakan seni keterampilanatau
memberikan pelayanan tertentu berdasarkan kualifikasi pendidikan dan
pelatihan serta memiliki pengetahuan memadai yang harus sesuai dengan
standar etika profesi.
CIRI-CIRI PROFESIONAL HUMAS / PR :
Memiliki skill atau kemampuan, pengetahun tinggi yang tidak
dimiliki oleh orang umum lainnya, baik itu diperoleh dari hasil
pendidikan maupun pelatihan yang diikutinya, ditambah
pengalaman selama bertahun-tahun yang telah ditempuhnya
sebagai professional.
Memiliki kode etik yang merupakan standar moral bagi setiap
profesi yang dituangkan secara formal, tertulis, dan normative
dalam suatu bentuk aturan main dan perilaku ke dalam “kode etik”,
yang merupakan standar atau komitmen moral kode perilaku (code
of conduct) dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban selaku by
profession dan by function yang memberikan bimbingan, arahan,
serta memberikan jaminan dan pedoman bagi profesi yang
bersangkutan untuk tetap taat dan mematuhi kode etik tersebut.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1210
Memiliki tanggung jawab profesi (responsibility) dan integritas
pribadi (integrity) yang tinggi baik terhadap dirinya sebagai
penyandang profesi humas /PR, maupun terhadap public, klien,
pimpinan, organisasi perusahaan, penggunaan media
umum/massa hingga menjaga martabat serta nama baik bangsa
dan Negaranya.
Memiliki jiwa pengabdian kepada public atau masyarakat dengan
penuh dedikasi profesi luhur disandangnya. Dalammengambil
keputusan meletakkan kepentingan pribadinya demi masyarakat,
bangsa, dan negaranya.
Otonomisasi organisasi professional, yaitu memiliki kemampuan
untuk mengelola (manajemen) organisasi humas mempunyai
kemampuan dalam perencanaan program kerja jelas, strategis,
mandiri, dan tidak tergantung pihak lain serta sekaligus dapat
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, dapat dipercaya dalam
menjalankan operasional, peran, dan fungsinya.
Menjaga anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah
untuk menjaga eksistensinya,mempertahankan kehormatan, dan
menertibkan perilaku standar profesi sebagai tolok ukur itu agar
tidak dilanggar. Selain organisasi profesi sebagai tempat
berkumpul, fungsi lainnya adalah sebagai wacana komunikasi
untuk saling menukar informasi, pengetahuan, dan membangun
rasa solidaritas sesama rekan anggota.
Ciri-ciri khas profesi lainnya menurut pendapat Dr. James J. Spillane
(Susanto, 1992: 41-48) dan artikel International Encyclopedia of education
secara garis besar sebagai berikut :
Suatu bidang yang terorganisasi dengan baik, berkembang maju,
dan memiliki kemampan intelektualitas tinggi;
Teknik dan proses intelektual;
Penerapan praktis dan teknik intelektual;
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1211
Melalui periode panjang menjalani pendidikan, latihan, dan
sertifikasi;
Menjadi anggota asosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai
wadah komunikasi, membina hubungan baik, dan saling menukar
informasi sesama anggotanya;
Memperoleh pengakuan terhadap profesi yang disandangnya;
Profesional memiliki perilaku yang baik dalam melaksanakan
profesi dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan kode
etik.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI
Seorang professional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu
berkaitan erat dengan kode etik profesi (code of profession) dank ode
perilaku (code of conduct) sebagai standar moral, tolok ukur atau
pedoman dalam melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya masing-
masing sesuai dengan fungsinya dan peran dalam satu organisasi
/lembaga yang diwakilinya. Disamping itu, seorang professional
PR/Humas harus mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan
yang matang dan benar. Seorang professional dapat membedakan secara
etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak dapat dilakukannya
sesuai dengan pedoman kode etik profesi yang disandang oleh yang
bersangkutan.
Melalui pemahaman Etika Profesi tersebut, diharapkan para professional,
khususnya professional Humas/PR, memiliki kualifikasi kemampuan
tertentu sebagai berikut :
Kemampuan untuk kesadaran etis (ethical sensibility);kemampuan
ini merupakan landasan kesadaran yang utama bagi seorang
professional untuk lebh sensitive dalam memperhatikan
kepentingan profesi, bukan untuk subjektif, tetapi ditujukan untuk
kepentingan yang lebih luas (objektif).
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1212
Kemampuan berpikir secara etis (ethical reasoning); memiliki
kemampuan, berwawasan dan berpikir secara etis, dan
mempertimbangkan tindakan profesi atau mengambil keputusan
harus berdasarkan pertmbangan rasional, objektif dan penuh
integritas pribadi serta tanggung jawab yang tinggi.
Kemampuan untuk berperilaku secara etis (ethical conduct);
memiliki perilaku, sikap, etika moral, dan tata karma (etiket) yang
baik (good moral and good manner) dalam bergaul atau
berhubungan dengan pihak lain (social contact). Termasuk
didalamnya memperhatikan hak-hak pihak lain dan saling
menghormati pendapat atau menghargai martabat orang lain.
Kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (ethical leadership);
kemampuan atau memiliki jiwa untuk memimpin secara etis,
diperlukan untuk mengayomi, membimbing, dan membina pihk lain
yang dipimpinnya. Termasuk menghargai pendapat dan kritikan
dari orang lain demi tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.
Sebagai bahan perbandingan, prinsip-prinsip dasar seorang yang
berjiwa kepemimpinan (Leadership Principle) menurut ajaran
tradisional “Adat Istiadat Kebudayaan Jawa”, terdiri dari tiga prinsip
utama kepemimpinan, yaitu pemimpin sebagai panutan,
memberikan semangat, dan memberikan dorongan, seperti yang
tertera berikut ini :
Ing ngarso sung tulodo, pemimpin yang berada di depan menjadi
panutan bagi bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya.
Ing madya mangun karsa, pemimpin yang berada di tengah
mampu membangkitkan semangat kepada orang lain untuk
bekerja, maju, berprestasi, dan berkreasi untuk mencapai
tujuannya.
Tut wuri handayani, pemimpin yang berada di belakang harus
mampu memberikan dorongan kepada orang lain untuk berani
tampil dan maju ke depan dalam mencapai tujuannya.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1213
Dalam hal ini, seorang professional, termasuk bidamg Profesi
Kehumasan (Public Relations Professional), secara umum memiliki
lima prinsip Etika Profesi (Keraf, 1993:49-50) sebagai berikut :
Tanggung jawab
Setiap penyandang profesi tertentu harus memiliki rasa tanggung
jawab terhadap profesi. Hasil dan dampak yang ditimbulan memiliki
dua arti sebagai berikut :
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsional
(by function), artinya keputusan yang diambil dan hasil dari
pekerjaan tersebut harus baik serta dapat dipertangungg jawabkan
sesuai standar profesi, efisien, dan efektif.
Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari tindakan dari
pelaksanaan profesi (by profession) tersebut terhadap dirinya,
rekan kerja dan profesi, organisasi /perusahaan dan masyarakat
umum lainnya, serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi dirinya sendiri atau pihak
lainnya. Prinsipnya, seorang profesonal harus berbuat baik
(beneficence) dan tidak berbuat secara kejahatan (non
maleficence).
Kebebasan. Para professional memiliki kebebasan dalam
menjalankan profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi
tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-
batas aturan main yang telah ditentukan oleh Kode Etik sebagai
standar perilaku profesional.
Kejujuran. Jujur dan setia erta merasa terhormat pada profesi yang
disandangnya, mengakui kelemahannya dan tidak
menyombongkan diri, serta berupaya terus untuk mengembangkan
diri dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan
profesinya melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Di
samping itu, tidak akan melacurkan profesinya untuk tujuan yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan demi tujuan materi semata
atau kepentingan sepihak.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1214
Keadilan: Dalam menjalankan profesinya, setiap professional
memiliki kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran
terhadap hak atau mengganggu milik orang lain, lembaga atau
organisasi, hingga mencemarkan nama baik bangsa dan Negara.
Di samping itu, harus menghargai hak-hak, menjaga kehormatan,
nama baik,martabat dan milik bagi pihak lain agar tercipta saling
mneghormati dan keadila secara objektif dalam kehidupan
masyarakat.
Otonomi. Dalam prinsip ini, seorang professional memiliki
kebebasan secara otonom dalam menjalankan profsinya sesuai
dengan keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya. Organisasi
dan departemen yang dipimpinnya melakukan kegiatan
operasional atau kerja sama yang terbebas dari campur tangan
pihak lain. Apa pun yang dilakukannya merupakan konsekuensi
dari tanggung jawab profesi. Kebebasan otonom merupakan hak
dan kewajiban yang dimiliki setiap professional.
Dalam Kode Etik PR Internasional (IPRA) yang dikenal dengan “Kode
Athena”, yaitu diterimanya di dalam Sidang Umum Asosiasi Public
Relations Internasional (IPRA-International Public Realtions
association),pada bulan Mei 1956, di kota Athena, Yunani dan kemudian
diperbaharui di Teheran, Iran pada 17 april 1968, antara lain berisi
pedoman bagi perilaku professional PR / Humas, sebagai berikut :
Selalu mengingatkan bahwa karena hubungan profesi dengan
khalayaknya, maka tingkah lakuknya walaupun secara pribadi akan
berpengaruh terhadap penghargaann pada pelaksanaan profesinya.
Menghormati pelaksanaan tugas profesinya, prinsip-prinsip moral,
peraturn-epraturan dalam “Deklarasi hak-hak asasi manusia”.
Menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia dan mengakui
hak-hak setiap pribadi untuk menilai.
Menumbuhkan komunikasi moral, psikologi, dan intelektual untuk
berdialog yang terbuka dansempurna, dan mengakui hak-hak orang
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1215
yang terlibat untuk menyatakan persoalannya atau menyatakan
pendapatnya.
Profesional selalu bertingkah laku dalam keadaan apapun
sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan orang-
orang yang berhubungan dengannya.
Bertindak dalam keadaan apa pun untuk memperhatikan kepentingan
pihak-pihak yang terlibat, baik kepentingan organisasi tempat ia
bekerja maupun kepentingan publik yang harus dilayani.
Melaksanakan tugasnya dengan bermartabat, menghindari
penggunaan bahasa yang samar-samar atau dapat menimbulkan
kesalah pahaman, dan tetap menjaga loyalitas pelanggannya atau
perusahaan tempat ia bekerja, baik yang sekarang maupun yang telah
lalu.
PR Profesional akan selalu menghindari hal-hal seperti:
Menutup-nutupi kebenaran apa pun alasannya;
Menyiarkan informasi dan berita yang tidak didasari fakta yang aktual,
kenyataan, dan kebenaran;
Mengambil bagian dalam usaha yang tida etis dan tidak jujur yang
akan dapat merusak martabat dan kehormatannya;
Menggunakan segala macam cara dan teknik yang tidak disadari serta
tidak dapat dikontrol sehingga tindakan individu itu tidak lagi
didasarkan pada keinginan pribadi yang bebas dan bertanggung
jawab.
Menciptakan pola komunikasi dan saluran komunikasi yang dapat lebih
mengukuhkan arus bebas informasi yang penting, sehingga setiap
anggota masyarakat merasakan bahwa mereka selalu mendapatkan
informasi yang dipercaya, dan juga memberikan kepadanya suatu
kesadaran akan keterlibatan pribadinya serta tanggung jawab dan
solidaritasnya dengan para anggota masyarakat lainnya.
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1216
Profesional adalah memiliki kemampuan teknis dan operasional yang
diterapkan secara optimum dalam batas-batas etika profesi. Seorang
profesional adalah A Person who doing something with great skill. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan profesionalisme
selanjutnya adalah sebagai berikut :
Pengakuan
Perlunya memperoleh pengakuan terhadap kemampuan dan keberadaan
(eksistensi) seseorang sebagai professional secara serius dan resmi,
yang telah memiliki keterampilan,keahlian,pengalaman, dan pengetahuan
tinggi serta manfaatnya dalam melaksanakan suatu pekerjaan atu
aktivitasnya terhadap pelayanan individu, masyarakat,lembaga/organisasi,
dan Negara. Biasanya pengakuan bagi para professional tersebut
berbentuk perizinan, status, penghargaan, hingga sertifikat kualifikasi
akademik resmi atau formal yang dimilikinya.
Organisasi
Kehadiran tenaga professional tersebut sangat diperlukan, baik yang
dapat memberikan manfaat, pelayanan, ide atau gagasan yang kreatif dan
inovatif, maupun yang berkaitan dengan produktivitas terhadap kemajuan
suatu organisasi/perusahaan. Organisasi merupakan wadah tepat untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan bagi seorang
professional. Biasanya pihak organisasi akan memberikan pnghargaan
(reward) terhadap pencapaian suatu prestasi dan memberikan sanksi
(punishment) bila terjadi suatu pelanggaran etika profesi.
Kriteria
Pelaksanaan peranan, kewajiban dan tugas/pekerjaan serta kemampuan
professional tersebut dituntut sesuai dengan criteria standar profesi,
kualifikasi dan teknis keahlan memadai, pengalaman, dan pengetahuan
yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan standar-
standar teknis, operasional, dank ode etik rofesi.
Kreatif
Seorang professional harus memilki kemampuan untuk mengembangkan
ide dan gagasan yang kaya dengan buah pikiran yang cemerlang, inovatif,
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1217
dan kreatif demi tercapainya kemajuan bagi dirinya, lembaga/perusahaan,
produktivitas, dan memberikan manfaat serta pelayanan baik kepada
masyarakat lainnya.
Konseptor
Seorang professional paling tidak memiliki kemampuan untuk membuat
atau menciptakan konsep-konsep kerja atau manajemen humas/PR yang
jelas, baik perencanaan strategis, pelaksanaan, kooedinasi, komunikasi,
maupun pengevaluasian, baik dalam pencapaian rencana kerja jangka
pendek maupun jangka panjang dan sekaligus menciptakan citra positif.
Secara umum, etika berkenaan dengan nilai yang memberikan pedoman
kepada seseorang, organisasi, atau masyarakat untuk membedakan
antara yang benar dan yang salah, adil dan tidak adil, kejujuran dan
kebohongan. Tindakan seseorang diukur tidak hanya oleh hati nuraninya
tetapi juga oleh norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Etika pribadi
dan organisasi dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti budaya, agama,
dan pendidikan. Masalahnya adalah apa yang dianggap benar oleh
seseorang belum tentu dianggap benar oleh orang lain.
Belakangan ini pelanggaran etika banyak terjadi di Indonesia, baik dalam
dunia bisnis maupun dalam bidang politik, berikut adalah beberapa
contohnya.
1. Saat bencana menyelimuti beberapa kawasan di Indonesia, partai
politik berbondong-bondong membantu para korban bencana.
Tidak jarang kawasan bencana menjadi ajang komersialisasi partai
politik dengan membanjirnya atribut parpol di kawasan tersebut.
Sikap tersebut dinilai tidak etis. Selain itu, masih banyak pejabat
negara yang bepergian ke luar negeri di saat wilayahnya terkena
bencana. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang 'melancong' ke
Jerman untuk kepentingan kerjasama, atau keberangkatan
anggota DPR RI ke luar negeri dengan alasan studi banding.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1218
2. Pernyataan kontroversial Ruhut Sitompul dengan menghardik
pimpinan Pansus Century DPR Gayus Lumbuun dengan
mengeluarkan kata ‘bangsat’ dinilai pengamat sebagai suatu
tindakan kekerasan bahasa yang tidak dapat ditolerir menurut segi
etika politik. Pakar politik Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit
mengatakan, dari segi etika politik, bentuk makian terhadap
seseorang masuk dalam kategori kekerasan verbal yang dapat
memengaruhi aspek psikologis seseorang.
Politik dan demokrasi yang sehat harus mematuhi kode etik. Kode etik
perlu diatur oleh Badan Kehormatan. Namun itu saja menurut Arbi belum
cukup. Internal partai juga mesti pro aktif me-maintain para kadernya
untuk senantiasa santun dalam berpolitik.Perilaku tidak etis bahkan kerap
terjadi di dunia hukum Indonesia. Mantan pegawai pajak Gayus
Tambunan didakwa memberikan suap kepada Hakim Muhtadi Asnun
sebesar 40 ribu dollar AS. Uang tersebut dimaksudkan agar Gayus tidak
dijatuhi hukuman atau diringankan hukumannya atas perkaranya. Setalah
menerima uang tersebut, Majelis Hakim yang diketuai Muhtadi Asnun
membacakan putusan pengadilan atas perkara Gayus Tambunan dengan
amar putusan membebaskan terdakwa dari dakwaan Penuntut Umum.
Memperhatikan masalah-masalah tersebut, maka praktisi public relations
harus merupakan orang yang menjunjung etika dalam bersikap. Praktisi
public relations harus menerapkan standar tinggi etika professional
dengan didasari kejujuran dan kebenaran sebagai kunci utama terhadap
apa yang mereka lakukan.
Seperti tertulis dalam Code of Professional Standards of the Public
Relations Society of America, praktisi PR harus bertindak jujur dan dapat
dipercaya, dalam segala tindakan untuk kepentingan publik. Inti dari
aturan Public Relations Society dan International Association of Business
Communication adalah kejujuran dan keadilan yang harus ada di hati
setiap praktisi public relations. Aturan-aturan ini menekankan pentingnya
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1219
bagi para anggota untuk mempromosikan dan menjaga standar tinggi
untuk pelayanan publik dan pelaksanaan etika. Seiring berjalannya waktu
nilai standar etika akan berubah sesuai perubahan yang terjadi di tengah
masyarakat.
Dalam suatu penelitian, grup bisnis terkemuka, the Business Rountable
menekankan pentingnya peran chief executive officer dan top manajemen
untuk membangun komitmen dalam pelaksanaan etika dan secara terus
menerus mengkaji ulang nilai organisasi. Penelitian Rountablei
menegaskan adanya keterkaitan yang kuat antara bertindak etis dan
mendapatkan keuntungan.
Penelitian lain dilakukan oleh Touche Ross yang menguatkan pendapat
bahwa sebagian besar pemimpin bisnis –sekitar 63 persen– percaya
bahwa perusahaan dapat memperkuat posisi dengan menjaga standar
etika yang tinggi. Penelitian Touche Ross yang dilakukan terhadap 1.000
pemimpin bisnis juga menghasilkan fakta yang menarik mengenai
kedudukan etika bisnis saat ini:
Perusahaan yang hanya fokus terhadap keuntungan jangka
pendek (short term earning) semata, tanpa mengindahkan etika akan
mengalami kegalalan di masa yang akan datang.
Responden menempatkan United States mempunyai standar etika
yang lebih tinggi dibandingkan negara lain – dengan menuliskan bahwa
standar tinggi lainnya dapat ditemukan di United Kingdom, Canada,
Switzerland, dan Germany.
Di antara industri-industri yang ada, responden menempatkan
bank, apotek, farmasi, dan perusahaan kosmetik sebagai empat industri
yang paling memegang teguh etika.
Di antara profesi-profesi yang ada, responden menempatkan
ulama, guru, insinyur, dan akuntan sebagai empat profesi yang paling
memegang teguh etika.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1220
Krisis global yang melanda dunia saat ini, memaksa perusahaan untuk
melakukan efisiensi, merger, dan pengurangan karyawan telah menyebabkan
adanya “trust gap” yang serius antara karyawan dan pengusaha. Salah kasus
terbesar sepanjang masa adalah ketika CEO of AT&T Corp., Robert Allen,
memberikan paket kompensasi sebesar US$18 juta, ketika mengumumkan
pemutusan hubungan kerja terhadap 40.000 karyawannya.
Salah satu manifestasi dari tingginya perhatian terhadap etika adalah
berkembangnya pembuatan codes of conduct internal perusahaan yang berisi
tentang kode etik, standar pelaksanaan serta peraturan yang merupakan
representasi dari nilai perusahaan (corporate value). Codes of Conduct
perusahaan diharapkan dapat menjadi mekanisme meningkatkan kepatuhan
karyawan. Alasan yang mendasari perusahaan mengadopsi aturan-aturan
tersebut adalah sebagai berikut.
Meningkatkan kepercayaan publik
Skandal yang berkaitan dengan kerahasiaan informasi perusahaan,
penyalahgunaan aset, penyuapan, korupsi, dan perselingkuhan membuat
banyak perusahaan merespon hal ini dengan menetapkan kode etik
tertulis.
Menyesuaikan aturan pemerintah
Semakin ketatnya peraturan pemerintah terhadap dunia bisnis akan
mengubah peta persaingan sehingga setiap perusahaan harus melakukan
penyesuaian.
Meningkatkan kegiatan operasional internal
Apabila perusahan semakin besar dan terdesentralisasi, maka manajemen
membutuhkan standar pelaksanaan untuk memastikan bahwa karyawan
memenuhi apa yang diinginkan konsumen dengan perilaku yang legal dan
etis.
Untuk merespon terhadap pelanggaran hukum
Seringkali, ketika sebuah perusahaan melakukan perilaku yang tidak etis,
hal tersebut tertangkap oleh kode etik perusahaan sendiri. Misalnya, Fiat,
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1221
perusahaan Itali terbesar berhasil menghindarkan diri dari skandal korupsi
dengan menerbitkan kode etik perusahaan untuk karyawannya.
Dewasa ini, banyak eksekutif mulai menyadari bahwa sama seperti
seseorang perusahaan memiliki kewajiban dan tanggung jawab etis
kepada publik. Hal yang juga berhubungan erat dengan kode etik
perusahaan adalah tanggung jawab sosial perusahaan, yang telah
didefinisikan sebagai norma sosial. Norma ini menyebutkan bahwa di
setiap lembaga sosial, bahkan dari industri rumah tangga yang kecil
sekalipun hingga perusahaan besar mempunyai tanggung jawab terhadap
tingkah laku anggotanya yang menyimpang.
Kini, organisasi dan program tanggung jawab sosial menjadi lebih rumit.
Tanggung jawab sosial diperlakukan seperti layaknya disiplin manajemen
lainnya, seperti menganalisis masalah, mengevaluasi kinerja, menetapkan
prioritas, mengalokasikan sumber daya terhadap prioritas, dan
melaksanakan program untuk mengatasi masalah dengan keterbatasan
sumber daya yang ada di organisasi.
Tanggung jawab sosial menyentuh seluruh aktivitas organisasi dari
penjualan hingga perekrutan, dari pelatihan hingga standar kerja. Kategori
tanggung jawab sosial dapat mencakup hal-hal sebagaimana antara lain
tersebut di bawah ini:
Produk – produk berbahaya, kinerja dan standar produk, kemasan
dan dampak lingkungan.
Penjualan – praktik penjualan, kebijakan penanganan complain
konsumen, isi iklan, dan harga.
Donasi perusahaan – kontribusi kinerja, peningkatan partisipasi
karyawan dalam proyek sosial dan aktivitas pengembangan masyarakat.
Aktivitas lingkungan – proyek pengendalian polusi, penyesuaian
sesuai aturan yang berlaku dan prosedur evaluasi untuk kemasan dan
produk baru.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1222
Hubungan eksternal – mendukung usaha kecil, investasi dan
hubungan dengan pemerintah.
Keragaman dalam memperkerjakan serta mempromosikan
kaum minoritas dan kaum wanita – kebijakan rekrutmen,
penyempurnaan kebijakan, konseling karir, dan kesempatan untuk kaum
minoritas khususnya bagi mereka yang mengalami cacat tubuh.
Kesehatan dan keselamatan kerja – kebijakan lingkungan
perusahaan, keselamatan kerja, fasilitas makan, dan pengobatan.
Seringkali, organisasi telah memasukkan tanggung jawab sosialnya dalam
kebijakan operasionalnya. Sebagian besar perusahaan telah menyadari
bahwa tanggung jawab sosial, bukan merupakan program tambahan,
tetapi merupakan cara hidup perusahaan. Beberapa penelitian
mengindikasikan bahwa organisasi yang telah mempraktikkan tanggung
jawab sosial mendapatkan keuntungan besar dan sukses di mata
masyarakat.
Kode etik dan etika bisnis bertujuan untuk menetapkan aturan dalam kode
etik dan etika bisnis melalui enam tindakan, yaitu:
1. Kejujuran: jujur dalam setiap usaha yang dilakukan, mengatakan
yang sebenarnya kepada konsumen, masyarakat, supplier dan
pemegang saham.
2. Integritas: mengatakan apa yang dimaksud, menepati apa yang
dijanjikan dan menegakkan kebenaran
3. Hormat: memperlakukan satu sama lain dengan hormat dan adil,
menghargai adanya keragaman dari tempat kerja dan keunikan
masing-masing karyawan
4. Percaya: membangun kepercayaan melalui kerjasama dan
melakukan komunikasi yang terbuka
5. Bertanggung jawab: berani berbicara –tanpa rasa takut dan
mengharap balas jasa– dan melaporkan hal-hal yang perlu
mendapat perhatian di lingkungan kerja, mencakup pelanggaran
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1223
hukum, aturan dan kebijakan perusahaan, dan mencari klarifikasi
serta pedoman ketika terjadi keragu-raguan
6. Kewarganegaraan: mematuhi seluruh aturan hukum dimana
perusahaan melakukan bisnis dan melakukan perannya untuk
membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik
Kesuksesan public relations di abad ke-21 ini dan seterusnya bergantung
kepada bagaimana sektor ini merespon isu pelaksanaan etika. Seorang
public relations yang profesional harus memiliki kredibiltas dalam
menjalankan praktiknya. Mereka harus dihormati oleh berbagai
masyarakat dimana mereka berinteraksi.
Daftar Bacaan :
1. John Doorley, Helio Fred Garcia, Reputation Management: The Key to Successful Public Relations and Corporate Communication, Routledge, 2007.
2. Jerry A Hendrix, Public Relations Cases, Wadsworth, 2001.3. Kim Harrison, Strategic Public Relations: A Practical Guide to
Succes, second edition, Vineyard Publishing, 2001.4. Sandra M Oliver, Handbook of Corporate Communication and
Public Relations: Pure and Applied, Routledge, 2004.5. Joep Cornelissen, Corporate Communications: Theory and
practice, Sage, 2005.6. Gary Davies, Rosa Chun, Rui Vinhas Dasilva, Stuart Roper,
Corporate reputation and competitiveness, Routledge, 2003.7. Dennis L. Wilcox, Glen T. Cameron, Public Relations Strategies
and Tactics, edisi ke Sembilan, Pearson International Edition, 2009.
8. Andre Hardjana, Audit Komunikasi, PT Granada Media, Jakarta, 2001.
9. Alison Theaker, The Public Relations Handbook, Routledge, 200110. Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public
Relations.
Manajemen ReputasiDra. Ispawati Asri, MM.
Pusat Bahan Ajar dan ElearningUniversitas Mercu Buana
‘1224