4201409041
TRANSCRIPT
-
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Zulfani Aziz
4201409041
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul
Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi
disusun oleh
Nama : Zulfani Aziz
NIM : 4201409041
telah disetujui dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, 27 Maret 2013
Mengetahui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd Drs. M. Sukisno, M. Si
NIP. 19601219 198503 2 002 NIP. 194911151976031001
-
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi
disusun oleh
Nama : Zulfani Aziz
NIM : 4201409041
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 11 April 2013.
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M. Si Dr. Khumaedi, M. Si
NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Dr. Sulhadi, M. Si
NIP. 19710816 199802 1 001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd Drs. M.Sukisno, M. Si
NIP. 19601219 198503 2 002 NIP. 194911151976031001
-
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Semarang, 11 April 2013
Zulfani Aziz
NIM 4201409041
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Barang siapa yang ingin memiliki dunia maka itu didapat dengan ilmu, barang siapa yang ingin memiliki akhirat maka itu didapat dengan ilmu, dan
barang siapa yang ingin keduanya maka itu pula didapat dengan ilmu. (HR.
At Tabrani).
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain). (QS. Al Insyirah, 94: 6-7).
The only way to do great work is to love what you do. If you havent found it yet, keep looking. Dont settle. As with all matters of the heart, youll know
when you find it. (Steve Jobs)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta, adikku Khofianida Fitriani, sahabatku tercinta adik-adik di SMP yang telah menginspirasiku, dan almamaterku
-
vi
PRAKATA
Puji syukur alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT dan segala
hidayahNya yang senantiasa mengiring langkah penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Penggunaan Model
Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP
pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang terlibat yang
selalu memberikan inspirasi, motivasi, petunjuk, bimbingan dan arahan. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si, ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
4. Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen pembimbing I yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal
hingga akhir. Terimakasih atas semua pelajaran dan ilmu yang bermakna serta
motivasi yang Ibu berikan.
5. Drs. M. Sukisno, M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, ide dan masukan yang membangun, serta motivasi dalam
penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas semua pelajaran dan ilmu yang
bermakna serta motivasi yang Bapak berikan.
-
vii
6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, dosen wali yang telah memberikan motivasi,
bimbingan, dan dukungan kepada penulis selama kuliah.
7. Bapak/Ibu dosen khususnya Jurusan Fisika FMIPA yang telah memberi bekal
kepada penulis selama kuliah dan telah mendidik penulis untuk bersikap
terbuka, kreatif, dan bijaksana.
8. Kepala SMP Negeri 9 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
9. Asteria Flora, M.Pd selaku guru fisika kelas VIII serta Bapak/Ibu guru/staff
SMP Negeri 9 Semarang yang telah memberikan fasilitas, dukungan dan
arahan kepada penulis selama mengadakan penelitian.
10. Bapak dan ibu tercinta dengan segala doa dan kasih sayangnya yang tulus, dan
adikku Khofianida Fitriani yang senantiasa menumbuhkan semangat dan
motivasiku.
11. Sahabat-sahabatku tercinta, teman-teman Fisika angkatan 2009, terima kasih
untuk kebersamaan dan kekeluargaan yang kalian berikan.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
berperanserta dalam membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Teriring doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis
berharap semoga laporan skripsi ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan
serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
-
viii
ABSTRAK
Aziz, Zulfani. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Drs. M. Sukisno, M.Si.
Kata kunci: learning cycle 7E, hasil belajar, usaha dan energi.
Pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk mengkonstruksi, mengeksplorasi pengetahuan sendiri, mengelaborasi dan mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII A SMP 9 Semarang pada materi gaya masih lebih rendah dari pada kelas lain. Model learning cycle 7E diterapkan pada proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif dan lembar observasi untuk mengukur hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik. Pada siklus I dan siklus II hasil belajar yang diperoleh siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat mencapai indikator keberhasilan pada siklus III. Berdasarkan analisis uji gain diperoleh gain ternormalisasi aspek kognitif siklus I ke siklus II sebesar 0,095, siklus II ke siklus III sebesar 0,238, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,310. Aspek afektif siklus I ke siklus II sebesar 0,126, siklus II ke siklus III sebesar 0,251, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,346. Aspek psikomotorik siklus I ke siklus II sebesar 0,132, siklus II ke siklus III sebesar 0,152, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,264. Hasil uji gain menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa adalah rendah. Hasil uji-t siklus I ke siklus II diperoleh thitung 1,611 untuk aspek kognitif, 3,453 untuk afektif, dan 6,491 untuk psikomotorik. Dari siklus II ke siklus III diperoleh thitung 4,712 untuk aspek kognitif, 4,974 untuk afektif, dan 4,420 untuk psikomotorik. Dari siklus I ke siklus III diperoleh thitung 4,097 untuk aspek kognitif, 8,204 untuk afektif, dan 6,072 untuk psikomotorik. Pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,703. Hasil uji-t menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi secara signifikan. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan walaupun masih rendah.
-
ix
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
BAB
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.4 Pembatasan Masalah ................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................................... 8
2. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................................ 10
2.1 Kajian Pustaka .............................................................................................. 10
2.2 Belajar dan Pembelajaran ............................................................................. 11
2.3 Hasil Belajar ................................................................................................. 12
2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ..................................................... 16
2.5 Tinjauan Materi Usaha dan Energi .............................................................. 24
2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30
-
x
2.7 Hipotesis ....................................................................................................... 32
3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 33
3.1 Tempat dan Objek Penelitian ....................................................................... 33
3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 33
3.3 Desain Penelitian .......................................................................................... 33
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 37
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 38
3.6 Analisis Instrumen ....................................................................................... 38
3.7 Metode Analisis Data ................................................................................... 42
3.8 Indikator Keberhasilan ................................................................................. 44
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 46
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 46
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 52
5. PENUTUP ........................................................................................................... 72
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 72
5.2 Saran ............................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 74
LAMPIRAN .............................................................................................................. 76
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel ....................................................................................................................... Halaman
2.1 Model Learning Cycle Atkin-Karpus .............................................................. 17
2.2 Perbandingan Fase dari SCIS dan BSCS 5E pada Learning Cycle ................. 18
2.3 Arah Pembelajaran Learning Cycle 7E ............................................................ 21
3.1 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ............................................................. 40
3.2 Interpretasi Taraf Kemudahan ......................................................................... 41
4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................................................ 46
4.2 Hasil Belajar Afektif Siswa .............................................................................. 47
4.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa .................................................................... 48
4.4 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif Tiap Siklus ........................ 50
4.5 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik Tiap Siklus .............. 51
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ................................................................................................................... Halaman
2.1 Perubahan Tahapan Learning Cycle 5E menjadi 7E ...................................... 18
2.2 Definisi Usaha .................................................................................................. 28
2.3 Hubungan Usaha dan Energi ............................................................................ 29
2.4 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................................. 31
3.1 Bagan Siklus Pembelajaran .............................................................................. 34
4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa ................................................ 47
4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa .................................................. 48
4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ........................................ 49
4.4 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif ... 50
4.5 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik 52
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ................................................................................................................ Halaman
1. Daftar Nama Siswa Uji Coba Instrumen .......................................................... 76
2. Grid For Try Out Test ...................................................................................... 77
3. Try Out Test ..................................................................................................... 79
4. Questions Keys For Try Out Test .................................................................... 93
5. Analisis Hasil Uji Coba .................................................................................... 94
6. Grid For Post-Test ............................................................................................ 101
7. Soal Post-Tes Tiap Siklus ................................................................................ 104
8. Questions Keys For Post-Test .......................................................................... 115
9. Daftar Siswa Kelas VIII A ............................................................................... 116
10. Hasil Ulangan Pokok Bahasan Gaya Kelas VIII A .......................................... 117
11. Daftar Kelompok Kelas VIII A ........................................................................ 118
12. Lembar Penilaian Post-Test ............................................................................. 119
13. Uji Peningkatan Nilai Post-Test ....................................................................... 123
14. Rubrik Lembar Observasi Afektif .................................................................... 135
15. Lembar Penilaian Afektif ................................................................................. 136
16. Uji Peningkatan Afektif ................................................................................... 143
17. Uji Peningkatan Tiap Aspek Afektif ................................................................ 155
18. Rubrik Lembar Observasi Psikomotorik .......................................................... 158
19. Lembar Penilaian Psikomotorik ....................................................................... 159
20. Uji Peningkatan Psikomotorik ......................................................................... 166
-
xiv
21. Uji Peningkatan Tiap Aspek Psikomotorik ...................................................... 178
22. Syllabus ............................................................................................................ 181
23. Learning Plan ................................................................................................... 184
24. Work Sheet ....................................................................................................... 194
25. Tabel Distribusi r Product-Moment ................................................................. 212
26. Tabel Distribusi t .............................................................................................. 213
27. Foto Penelitian ................................................................................................. 214
28. Surat Penelitian ................................................................................................ 215
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari
tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu,
pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah
memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam
bentuk pengalaman langsung (Depdiknas, 2003).
Sebagaimana yang tercantum dalam standar kompetensi mata pelajaran
sains atau fisika, terdapat beberapa tujuan untuk mata pelajaran sains atau fisika
(Depdiknas, 2003), diantaranya yaitu:
1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi.
3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Dalam tujuan tersebut tercakup kompetensi dasar yang harus dimiliki
siswa yaitu memupuk sikap ilmiah, mengembangkan pengalaman dan menguasai
-
2
konsep dan prinsip fisika. Kompetensi-kompetensi tersebut berkenaan dengan
hasil belajar fisika siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan
tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum
yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah.
Dalam pembelajaran sains atau fisika harus lebih menekankan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa harus benar-benar dilibatkan secara
langsung dalam pembelajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Sains atau fisika bukan berisi informasi yang
harus dihafalkan siswa, tetapi informasi yang terdapat dalam sains dapat diperoleh
dan dialami siswa secara langsung sehingga kompetensi yang menjadi tujuan
pembelajaran sains atau fisika dapat lebih komperhensif meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang dapat tertanamkan dengan baik pada diri siswa.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pendekatan yang mampu
memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam pembelajaran sains.
Akan tetapi, pada kenyataannya yang terjadi di lapangan masih belum
sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai
kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan.
Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru
mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan
gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan
-
3
dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang
kontekstual (Depdiknas, 2003).
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi
penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain.
Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami
informasi tetapi juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual melalui
beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi
sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar
siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai
dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan
sikap dalam pengambilan keputusan (Depdiknas, 2003).
Hal tersebut terjadi dikarenakan proses pembelajaran fisika lebih
cenderung menempatkan ilmu fisika sebagai sejumlah informasi yang harus
disampaikan dan dihafalkan siswa. Guru cenderung sebagai pusat informasi yang
seakan dan bertugas menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika
kepada para siswanya. Karena sifatnya informatif maka tak heran metode
penyampaiannya didominasi oleh ceramah yang diselingi dengan tanya jawab.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru akan berpengaruh terhadap hasil
belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan, ketika peneliti
melakukan studi pendahuluan di sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian
yaitu SMP Negeri 9 Semarang khususnya kelas VIII A.
1. Hasil observasi di kelas menunjukan bahwa kecenderungan pembelajaran
fisika umumnya masih berpusat pada guru. Siswa cenderung pasif dan rasa
-
4
ingin tahunya rendah. Hal ini menunjukan bahwa aspek afektif dan
psikomotorik siswa kurang diberdayakan.
2. Hasil pengumpulan data berupa dokumentasi nilai ulangan gaya, hanya ada
lima siswa yang tuntas, sedangkan 23 yang lain tidak tuntas. Kelas yang lain
relatif lebih baik.
3. Hasil pengamatan menunjukan bahwa di antara tujuh kelas lain, kelas VIII A
merupakan kelas yang paling ramai, paling susah diatur dan nilai rata-rata
kelasnya yang lebih rendah daripada kelas yang lain. Kelas VIII A merupakan
kelas yang memerlukan perlakuan pembelajaran yang khusus.
Tujuan penerapan kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran yang
dilaksanakan adalah melibatkan aktivitas siswa yang menjadikan belajar lebih
bermakna. Agar belajar lebih bermakna dalam proses pembelajaran fisika, siswa
harus mempunyai pengalaman fisik (aspek psikomotorik) sebagai upaya untuk
dapat menemukan gagasan/ ide dan terbentuk sebuah konsep, sehingga konsep-
konsep fisika tidak lagi merupakan konsep yang abstrak dengan menghafal
rumus-rumus. Oleh sebab itu, diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan berpusat pada siswa dan dapat meningkatan hasil belajar yang
mencakup peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah model learning
cycle yang terdiri atas beberapa tipe dan fase proses pembelajaran. Salah satunya
adalah model learning cycle 7E. Model learning cycle 7E dikembangkan oleh
Eisenkraft pada tahun 2003 dan terdiri dari tujuh fase yang terorganisir dengan
baik, yaitu Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate dan Extend.
-
5
Secara singkat alur proses pembelajaran dalam model learning cycle 7E dimulai
dengan mendatangkan pengetahuan awal siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan
pengalaman langsung, siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman
langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari, memberi siswa
kesempatan untuk menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya,
memberi siswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya pada situasi baru,
guru membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada
konteks baru (Eisenkraft, 2003).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: apakah penggunaan model
pembelajaran learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
-
6
kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang setelah menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E pada pokok bahasan Usaha dan Energi.
1.4 Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup masalah yang diteliti lebih terarah, maka dilakukan
beberapa pembatasan sebagai berikut:
1. Materi fisika pada penelitian ini adalah materi Usaha dan Energi kelas VIII
SMP.
2. Pemebelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model learning cycle 7E
yang terdiri atas tujuh fase pembelajaran yang secara sistematis meliputi fase
elicit (mendatangkan pengetahuan awal), engagement (mengajak/
membangkitkan minat), exploration (menyelidiki), explanation (menjelaskan),
elaboration (menerapkan konsep pada situasi lain), evaluation (penilaian),
extend (memperluas).
3. Hasil belajar yang diteliti meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
belajar aspek kognitif siswa yang diteliti dibatasi hanya pada aspek kognitif
jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan
analisis(C4). Hasil belajar aspek afektif siswa yang diteliti meliputi kehadiran
di kelas, tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, kerapian pakaian,
menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, dan bekarjasama dalam
kelompok. Hasil belajar aspek psikomotorik yang diteliti meliputi
memeprsiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan,
-
7
keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati
percobaan, kerapian dan kebersihan praktikum, dan efektifitas waktu.
-
8
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan konseptual pada
penelitian peningkatan mutu dan hasil pembelajaran sains fisika di Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi kepada strategi
pembelajaran fisika berupa pergeseran dari pembelajaran yang berpusat kepada
guru dan hanya mementingkan hasil pembelajaran kepada pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan mementingkan proses, keaktifan siswa, dan hasil
pembelajaran yang bermakna.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Guru
a. Menambah referensi tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
c. Sebagai salah satu pertimbangan instruksional guru, misalnya dalam
menentukan strategi, urutan penyajian, pemilihan media pembelajaran serta
alat penilaiannya.
1.5.2.2 Bagi Peneliti Lain
Laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai acuan dan
kajian pengembangan untuk penelitian berikutnya.
-
9
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri atas tiga bagian yang dapat dirinci sebagai
berikut:
1) Bagian Prawacana skripsi, pada bagian ini berisi halaman judul, halaman
kosong, pernyataan keaslian skripsi, halaman pengesahan, halaman motto dan
persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan
daftar lampiran.
2) Bagian Isi skripsi, terdiri atas lima bab, yaitu: (1) pendahuluan, (2) kajian
pustaka dan landasan teori, (3) metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan
pembahasan, dan (5) penutup.
Bab 1 Pendahuluan menyajikan enam bagian yang ditulis dalam bentuk sub-
bab. Keenam bagian tersebut meliputi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab 2 Kajian Pustaka dan Landasan Teori berisi kajian pustaka dari hasil
penelitian-penelitian terdahulu dan kajian teori yang mendukung penelitian.
Pada bab ini disajikan pula sub-bab kerangka berpikir penyelesaian masalah
dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Bab 3 Metodologi Penelitian menyajikan delapan sub-bab yaitu: tempat dan
objek penelitian, fokus penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan
data, instrumen penelitian, analisis instrumen, metode analisis data, dan
indikator keberhasilan.
-
10
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil analisis data dan
pembahasannya yang disajikan dalam rangka menjawab permasalahan
penelitian. Bab ini terdiri atas beberapa sub-bab hasil penelitian dan sub-bab
pembahasan.
Bab 5 Penutup menyajikan dua sub-bab yaitu, (1) simpulan yang berisi
simpulan dari penelitian yang dilakukan, dan (2) saran yang berisi
rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
3) Bagian Akhir, berisi daftar pustaka dan lampiran.
-
11
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian tentang penggunaan model learning cycle 7E telah banyak
dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan efektivitasnya dalam pembelajaran.
Peneliti melakukan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian antara lain Kanli
& Yagbasan (2007), Hardiansyah (2010), dan Kusumaningsih (2011).
Hasil penelitian Kanli & Yagbasan (2007) menunjukan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan proses dan penguasaan konsep siswa, serta siswa lebih
merasa senang dengan pengelolaan laboratorium dengan model learning cycle 7E.
Hasil penelitian Hardiansyah (2010) menunjukan bahwa dengan menerapkan
model learning cycle 7E dalam pembelajaran dapat lebih meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada aspek kognitif C2, C3, C4, dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator yang
diteliti. Hasil penelitian Kusumaningsih (2011), menunjukan bahwa penerapan
model learning cycle 7E dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
prestasi belajar siswa.
Dari tiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu,
semuanya mendapatkan hasil yang positif, dimana tujuan dari setiap penelitian
dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga peneliti,
peneliti kemudian mengembangkan penelitian dengan menggunakan model
-
12
learning cycle 7E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ketiga aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan pokok bahasan Usaha dan Energi pada
siswa kelas VIII SMP.
Perbedaan penelitian peneliti dengan ketiga peneliti terdahulu adalah pada
desain penelitian. Apabila ketiga peneliti sebelumnya menggunakan desain
penelitian eksperimen, maka peneliti menggunakan desain penelitian tindakan
kelas model Kemis & Taggart yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
2.2 Belajar dan Pembelajaran
Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar
psikologi. Berikut disajikan beberapa pengertian tentang belajar.
a. Gagne & Berliner (1983: 252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses
dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
b. Morgan et.al (1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
Dari keempat pengertian tersebut, tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung tiga unsur utama, yaitu:
1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
2) Perubahan perilaku itu terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Rifai (2011: 192) pembelajaran
merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk
-
13
mendukung proses internal belajar. Pembelajaran berorientasi pada bagaimana
peserta didik berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan
suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari
lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat
menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
2.3 Hasil Belajar
Menurut Gerlach & Ely (1980), sebagaimana dikutip oleh Rifai (2011:
85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
seteleh mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu
apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan
perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran,
perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan
kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi
produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi. Untuk mengukur
kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut
diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan
sesudah pembelajaran berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah
terjadi.
-
14
Benyamin S. Bloom (1956) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut
dengan aspek belajar, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik
(Arikunto, 2008: 117).
-
15
2.3.1 Hasil Belajar Kognitif
Bloom membagi aspek kognitif kedalam enam tingkatan, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2.3.1.1 Pengetahuan (C1)
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali
informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.
2.3.1.2 Pemahaman (C2)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dan
materi pembelajaran.
2.3.1.3 Penerapan (C3)
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran
yang telah dipelajari di dalam situasi yang baru dan kongkrit.
2.3.1.4 Analisis (C4)
Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam
bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.
2.3.1.5 Sintesis (C5)
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam
rangka membentuk struktur yang baru.
2.3.1.6 Penilaian (C6)
Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai
materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu.
-
16
Dalam penelitian ini hasil belajar kognitif siswa hanya ditinjau dari
tingkatan pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4).
2.3.2 Hasil Belajar Afektif
Aspek afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori
tujuan pembelajaran afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian,
pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.
2.3.2.1 Penerimaan (receiving)
Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan
rangsangan atau fenomena tertentu (aktifitas kelas, buku teks, musik, dan
sebaginya).
2.3.2.2 Penanggapan (responding)
Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik.
2.3.2.3 Penilaian (evaluating)
Penilaian berkaitan dengan hargaa atau nilai yang melekat pada objek,
fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik.
2.3.2.4 Pengorganisasian (organization)
Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda,
memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem
nilai yang konsisten secara internal.
2.3.2.5 Pembentukan pola hidup (organization by complex)
Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki
sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama
sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
-
17
2.3.3 Hasil Belajar Psikomotorik
Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti
keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Kategori jenis perilaku untuk aspek psikomotorik menurut Elizabeth Simpson
meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.
2.3.3.1 Persepi
Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk
memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.
2.3.3.2 Kesiapan
Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan terentu. Kategori ini
mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani
(kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kesiapan mental (keinginan untuk
bertindak).
2.3.3.3 Gerakan terbimbing
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar
keterampilan kompleks.
2.3.3.4 Gerakan terbiasa
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang
telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat
meyakinkan dan mahir.
-
18
2.3.3.5 Gerakan kompleks
Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan
motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.
2.3.3.6 Penyesuaian
Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat
baik sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai
dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.
2.3.3.7 Kreativitas
Kreativitas mangacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.
2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
2.4.1 Pengertian model pembelajaran learning cycle
Karplus & Thier (1967) mendefinisikan learning cycle adalah suatu model
pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Learning cycle merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisir sedemikian rupa sehingga peserta
belajar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran melalui peran aktivitas siswa. Learning cycle pada mulanya terdiri
atas fase-fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep (Dorlince,
2008). Dari pendapat yang dikemukakan oleh Karplus ini dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran learning cycle berpusat pada siswa sehingga siswa
secara aktif menemukan konsep sendiri. Untuk mewujudkan hal tesebut, learning
-
19
cycle terdiri atas tahapan-tahapan yang terorganisir sehingga pemahaman siswa
dapat terkonstruksi dengan baik.
2.4.2 Perkembangan model pembelajaran learning cycle
Model pembelajaran learning cycle pertama kali berkembang pada akhir
1950an dan awal 1960an pada zaman reformasi kurikulum oleh Atkin dan
Karplus. Kemudian pada tahun 1967 Karplus dan Thier mengemukakan bahwa
tiga fase dari model pembelajaran learning cycle terdiri atas preliminary
exploration, invention, dan discovery. Pada awalnya model learning cycle ini baru
digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement
Study (SCIS). Namun kemudian berkembang bahkan sampai ke universitas
(Bybee et.al, 2006: 6-7).
Tabel 2.1 Model Pembelajaran Learning Cycle Atkin-Karpus
Fase Kegiatan pembelajaran Exploration Siswa memilki pengetahuan awal dengan fenomena yang ada Invention siswa dikenalkan dengan istilah baru yang berkaitan dengan
konsep yang dipelajari Discovery siswa menerapkan konsep dan menggunakannya pada situai
yang baru
Model pembelajaran learning cycle tidak berhenti dengan hanya tiga
siklus. Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengambangkan model learning cycle menjadi lima fase yaitu terdiri dari fase
engage, explore, explain, elaborate dan evaluate. Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa, sedangkan fase
-
20
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et.al., 2006: 8).
Tabel 2.2 Perbandingan Fase SCIS dan BSCS 5E pada Learning Cycle
SCIS BSCS 5E Engagement (fase baru) Exploration Exploration (diadaptasi dari SCIS) Invention (Term Introduction) Explanation (diadaptasi dari SCIS) Discovery (Concept Application) Elaboration (diadaptasi dari SCIS)
Evaluation (fase baru) Perkembangan model learning cycle yang paling baru sudah memiliki
tujuh fase sehingga sekarang dikenal dengan model pembelajaran 7E. Perubahan
yang terjadi pada tahapan 5E menjadi 7E terjadi pada fase Engage menjadi dua
yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada fase Elaborate dan Evaluate menjadi
tiga tahapan yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend. Perubahan tahapan learning
cycle dari 5E menjadi 7E ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Perubahan Tahapan Learning Cycle 5E menjadi 7E (Eisenkraft, 2003)
-
21
2.4.3 Model pembelajaran Learning Cycle 7E
Eisenkraft (2003) menjelaskan kegiatan setiap tahapan learning cycle 7E
sebagai Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend.
2.4.3.1 Elicit (Mendatangkan pengetahuan awal siswa)
Pada fase ini, guru berusaha menimbulkan pemahaman awal siswa.
Penelitian di bidang kognitif sains menujukan bahwa pemahaman awal
merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Penelitian ini
juga menunjukan bahwa siswa lebih mahir menerapkan konsep dibanding siswa
lain, (Bransford et.al. dalam Eisenkraft, 2003: 57). Fase ini dapat dilakukan
dengan cara guru memberi pertanyaan pada siswa mengenai suatu fenomena
dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi yang akan dipelajari.
Namun pada fase ini, guru tidak memberitahukan jawaban yang benar dari
pertanyaan yang telah diajukan. Pada fase ini guru hanya memancing rasa ingin
tahu siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar agar dapat
mengetahui jawaban sebenarnya dari pertanyaan tersebut.
2.4.3.2 Engage (Melibatkan)
Fase ini digunakan untuk memusatkan perhatian siswa, merangsang
kemampuan berfikir siswa serta membangkitkan minat dan motivasi siswa
terhadap konsep yang akan diajarkan. Pada fase ini siswa dilibatkan dalam
kegiatan demonstrasi, diskusi, eksperimen atau kegiatan lain. Pada fase ini siswa
diajarkan untuk berhipotesis yaitu menyusun jawaban sementara dari masalah
yang akan mereka diskusikan atau praktikan. Selain itu, menonton beberapa video
juga memiliki potensi tinggi untuk memotivasi siswa (Huang, 2009: 3).
-
22
2.4.3.3 Explore (Menyelidiki)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman
langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari. Siswa diberi
kesempatan untuk bekerja sama secara mandiri dalam kelompok-kelompok kecil.
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengamati data, merekam data,
mengisolasi variabel, merancang dan merencanakan eksperimen, membuat grafik,
menafsirkan hasil, mengembangkan hipotesis serta mengatur temuan mereka.
Guru merangkai pertanyaan, memberi masukan, dan menilai pemahaman siswa.
2.4.3.4 Explain (Menjelaskan)
Pada fase ini siswa diperkenalkan pada konsep, hukum dan teori baru.
Siswa menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya pada fase explore.
Guru mengenalkan siswa pada beberapa kosa kata ilmiah, dan memberikan
pertanyaan untuk merangsang siswa agar menggunakan istilah ilmiah untuk
menjelaskan hasil eksplorasi.
2.4.3.5 Elaborate (Menerapkan)
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya
pada situasi baru. Pada fase ini, guru memberikan permasalahan yang terkait
dengan materi yang telah diajarkan untuk dipecahkan oleh siswa.
2.4.3.6 Evaluate (Menilai)
Fase evaluasi model learning cycle 7E terdiri dari evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif tidak boleh dibatasi pada siklus-siklus tertentu
saja, sebaiknya guru selalu menilai semua kegiatan siswa. Apabila dalam
pembelajaran dilakukan praktikum maka pengujian harus termasuk pertanyaan
-
23
yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, guru juga mendapatkan
umpan balik dari hasil siswa dan dapat memodifikasi strategi pengajaran mereka
untuk kursus berikutnya (Huang, 2009: 3).
2.4.3.7 Extend (Memperluas)
Pada fase extend guru membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan
yang telah didapat pada konteks baru. Fase ini dapat dilakukan dengan cara
mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi selanjutnya.
Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan
siswa untuk menerapkan learning cycle 7E pada pembelajaran di kelas. Guru dan
siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan tahapan dari learning cycle. Arah pembelajaran
serta aktivitas guru dan siswa yang dianjurkan oleh National Science Teachers
Association (NSTA) dalam setiap tahap dalam learning cycle 7E dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Arah Pembelajaran Learning Cycle 7E
Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Elicit Menarik perhatian siswa
sebelum pemberian pengetahuan
Membantu dalam mentransfer pengetahuan
Membangun pengetahuan baru di atas pengetahuan yang telah ada
Memfokuskan siswa terhadap materi yang akan dipelajari
Mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan pertanyaan seperti Apa yang kamu pikirkan? atau Apa yang kamu ketahui? yang sesuai dengan permasalahan
Menampung semua jawaban siswa
Memfokuskan diri terhadap apa yang disampaikan oleh guru
Mengingat kembali materi yang telah dipelajari
Mengajukan pendapat jawaban berdasarkan pengetahuan sebelumnya atau pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari
Engage Memfokuskan pikiran dan perhatian siswa
Bertukar informasi dan pengalaman dengan siswa
Menyajikan demonstrasi atau bercerita tentang fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Memberikan pertanyaan untuk merangsang motivasi dan keingintahuan siswa
Memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan atau mendemonstrasikan sebuah fenomena
Mencari dan berbagi informasi yang mendukung konsep yang akan dipelajari
Memberikan pendapat jawaban
-
24
Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Explore Melakukan eksperimen
Mencatat data, membuat grafik, menginterpretasi
hasil Diskusi Guru membimbing dan
memeriksa pemahaman siswa
Menjelaskan maksud dari pembelajaran yaitu untuk malaksanakan eksperimen atau diskusi
Memandu dan membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan eksperimen
Melakukan eksperimen untuk mendapatkan data
Mencatat data, membuat grafik, dan menginterpretasikan hasil
Diskusi dalam kelompok untuk menjawab permasalahan yang disajikan dalam LKS
Explain Siswa mengkomunikasikan apa yang telah dieksplorasi secara tertulis dan lisan
Menyimpulkan hasil eksplorasi
Pembenaran
Membimbing siswa dalam menyiapkan laporan (data dan kesimpulan) eksperimen
Menganjurkan siswa untuk menjelaskan laporan eksperimen dengan kata-kata mereka sendiri
Memfasilitasi siswa untuk melakukan presentasi laporan eksperimen
Mengarahkan siswa pada data dan petunjuk telah diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau dari hasil eksperimen untuk mendapatkankesimpulan
Melakukan presentasi dengan cara menjelaskan data yang diperoleh dari hasil eksperimen
Mendengarkan penjelasan kelompok lain
Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan kelompok lain
Mendengarkan dan memahami penjelasan/klarifikasiyang disampaikan oleh guru (jika ada)
Menyimpulkan hasil eksperimen berdasarkan data yang telah didapat dan petunjuk (penjelasan) dari guru
Elaborate Transfer pembelajaran Aplikasi dari
pengetahuan baru yang telah didapatkan
Mengajak siswa untuk menggunakan istilah umum
Memberikan soal atau permasalahan dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
Menganjurkan siswa untuk menggunakan konsep yang telah mereka dapatkan
Menggunakan istilah umum dan pengetahuan yang baru
Menggunakan informasi sebelumnya yang didapat untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan
Menerapkan pengetahuan yang baru untuk menyelesaikan soal
Extend Menghubungkan satu konsep ke konsep lain
Menghubungkan subjek satu ke subjek lain
Memperlihatkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain
Memberikan pertanyaan untuk membantu siswa melihat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep/topik yang lain
Mengajukan pertanyaan tambahan yang sesuai dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi konsep dari materi yang dipelajari
Membuat hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sebagai gambaran aplikasi konsep yang nyata
Menggunakan pengetahuan dari hasil eksperimen untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, terkait dengan konsep yang telah dipelajari
Berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Evaluate Melakukan penilaian: Formatif Summatif Informal formal
Memberikan penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari
Melakukan penilaian kinerja melalui observasi selama proses pembelajaran
Memberikan kuis
Mengerjakan kuis Menjawab pertanyaan lisan yang
diajukan oleh guru (baik berupa pendapat maupun fakta)
-
25
2.4.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 7E
Kelebihan dari model learning cycle 7E menurut Lorsbach, sebagaimana
dikutip oleh Hardiansyah (2010: 24) antara lain:
1. Merangsang siswa untuk mengingat materi pelajaran yang telah mereka
dapatkan sebelumnya.
2. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah
rasa keingintahuan siswa.
3. Melatih siswa belajar melakukan konsep melalui kegiatan eksperimen.
4. Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka
pelajari.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan,
dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.
6. Guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang saling
mengisi satu sama lainnya.
7. Guru dapat menerapkan model ini dengan metode yang berbeda-beda.
Kelemahan model learning cycle 7E menurut Fajaroh (2008) adalah:
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang mengusai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2. Menuntut kesunggahan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana
dan melaksanakan pembelajaran.
-
26
2.5 Tinjauan materi tentang Usaha dan Energi
2.5.1 Energi
2.5.1.1 Pengertian energi
Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha
(Wasis, 2008; 165).
2.5.1.2 Bentuk-bentuk energi
2.5.1.2.1 Energi kimia
Seperti telah disinggung sebelumnya, makanan dan minuman
mengandung energi kimia. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam makanan dan
minuman tersebut dapat menghasilkan energi kimia karena di dalam tubuh
sebenarnya terjadi reaksi kimia yang mengubah zat-zat yang terkandung dalam
makanan menjadi energi. Gas, bensin, solar, batu bara, dan minyak tanah juga
merupakan sumber energi kimia. Jika contoh-contoh sumber energi tersebut
direaksikan, dapat menghasilkan energi.
2.5.1.2.2 Energi Listrik
Menurut Krisno (2008: 202), energi listrik terjadi karena adanya muatan
listrik yang bergerak. Muatan listrik yang bergerak akan menimbulkan arus listrik.
2.5.1.2.3 Energi Panas
Energi panas sering disebut juga energi kalor, merupakan salah satu
bentuk energi yang berasal dari partikel-partikel penyusun suatu benda (Wasis,
2008: 166). Partikel-partikel suatu benda dapat menghasilkan energi panas apabila
ada sesuatu yang dapat membuat partikel-partikel bergerak.
-
27
2.5.1.2.4 Energi Bunyi
Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Ketika penggaris kamu
getarkan, partikel-partikel udara di sekitar mistar akan ikut bergetar, partikel-
partikel inilah yang menimbulkan bunyi. Dengan demikian, bunyi dapat
dihasilkan oleh getaran partikel udara di sekitar sumber bunyi (Krisno, 2008:
203).
2.5.1.2.5 Energi Nuklir
Krisno (2008: 203) mendefinisikan energi nuklir sebagai energi yang
dihasilkan selama reaksi nuklir. Reaksi nuklir terjadi karena reaksi inti di dalam
inti radioaktif. Contoh energi nuklir terjadi pada ledakan bom atom dan reaksi inti
yang terjadi di matahari. Di matahari, terjadi reaksi inti fusi yang menghasilkan
energi nuklir yang sangat besar sehingga energi ini merupakan sumber energi
utama di bumi.
2.5.1.3 Perubahan energi
Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi yang lain.
Perubahan bentuk energi yang biasa dimanfaatkan sehari-hari antara lain sebagai
berikut:
2.5.1.3.1 Energi listrik menjadi energi panas
Contoh perubahan energi listrik menjadi energi panas terjadi pada mesin
pemanas ruangan, kompor listrik, setrika listrik, heater, dan selimut listrik.
2.5.1.3.2 Energi mekanik menjadi energi panas
Contoh perubahan energi mekanik menjadi energi panas adalah dua buah
benda yang bergesekan.
-
28
2.5.1.3.3 Energi mekanik menjadi energi bunyi
Perubahan energi mekanik menjadi energi bunyi dapat terjadi ketika kita
bertepuk tangan atau ketika kita memukulkan dua buah benda keras.
2.5.1.3.4 Energi kimia menjadi energi listrik
Perubahan energi pada baterai dan aki merupakan contoh perubahan
energi kimia menjadi energi listrik.
2.5.1.3.5 Energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor
Perubahan energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor terjadi pada
berpijarnya bohlam lampu. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi
cahaya biasanya disertai bentuk energi lainnya, misalnya kalor.
2.5.1.3.6 Energi cahaya menjadi energi kimia
Perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dapat kita amati pada
proses pemotretan hingga terbentuknya foto.
2.5.1.4 Energi mekanik
Energi mekanik merupakan penjumlahan antara besarnya energi kinetik
dan energi potensial (Krisno, 2008: 204). Energi mekanik yang dimiliki suatu
benda dapat ditulis secara matematis sebagai berikut.
Keterangan:
Em = energi mekanik (Joule)
Ep = energi potensial (Joule)
Ek = energi kinetik (Joule)
-
29
2.5.1.4.1 Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh posisi benda.
Semakin besar ketinggian suatu benda, semakin besar pula energi potensial yang
dimiliki benda tersebut. Energi potensial juga dipengaruhi oleh massa benda
(Wasis, 2008: 168-169).
Dari uraian di atas, energi potensial dapat ditulis ke dalam bentuk
matematis sebagai berikut.
Keterangan:
EP = energi potensial (J)
m = massa (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian (m)
2.5.1.4.2 Energi kinetik
Energi kinetik dapat didefinisikan sebagai energi yang dimiliki sebuah
benda karena kelajuannya. Besar energi kinetik bergantung pada massa benda dan
kecepatannya (Wasis, 2008: 169). Energi kinetik dapat dirumuskan sebagai
berikut.
Keterangan:
Ek = energi kinetik (J)
m = massa (kg)
-
30
v = kelajuan (m/s)
2.5.1.4.3 Hukum kekekalan energi
Menurut Wasis (2008: 170), banyaknya energi yang berubah menjadi
bentuk energi lain sama dengan banyaknya energi yang berkurang sehingga total
energi dalam sistem tersebut adalah tetap. Dengan demikian, dapat kita simpulkan
bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat
berubah bentuk menjadi bentuk energi lain. Pernyataan ini dikenal sebagai
hukum kekekalan energi.
2.5.2 Usaha
2.5.2.1 Pengertian usaha
Usaha adalah perkalian antara gaya yang bekerja dengan besarnya
perpindahan (Wasis, 2008: 172).
Gambar 2.2 Definisi Usaha
Dalam bentuk matematis, usaha dapat dituliskan sebagai berikut
Keterangan:
W = usaha (J)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
s = perpindahan benda (m)
-
31
2.5.2.2 Hubungan energi dan usaha
Sebuah bola berada di atas lantai. Bola tersebut kemudian digerakkan ke
atas dengan gaya F, akibatnya bola berpindah setinggi h. Hal ini berarti kita
melakukan usaha untuk memindahkan bola dari lantai sampai setinggi h. Ketika
bola bergerak, bola memiliki energi kinetik. Pada saat bola berada setinggi h, bola
memiliki energi potensial.
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan bola sama dengan
selisih energi kinetiknya atau selisih energi potensialnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa besarnya usaha sama dengan besarnya
perubahan energi pada benda (Krisno, 2008: 211).
2.5.3 Daya
2.5.3.1 Pengertian daya
Menurut Krisno (2008: 212), daya adalah perubahan energi potensial atau
energi kinetik tiap satuan waktu.
Gambar 2.3 Hubungan Usaha dan Energi
-
32
Dengan demikian, daya didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan tiap
satuan waktu. Daya merupakan besaran fisika yang mempunyai satuan J/s atau
watt. Secara matematis daya dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
P = daya (J/s)
W = usaha (J)
t = waktu (s)
Satuan daya yaitu Joule/sekon (J/s). Dalam satuan SI disebut sebagai watt
dilambangkan W. 1 watt = 1 Joule/sekon.
2.6 Kerangka Berpikir
Dalam tujuan pembelajaran fisika dalam KTSP tercakup kompetensi dasar
yang harus dimiliki siswa yaitu memupuk sikap ilmiah, mengembangkan
pengalaman dan menguasai konsep dan prinsip fisika. Kompetensi-kompetensi
tersebut berkenaan dengan hasil belajar fisika siswa yang mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau
fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa
fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu
rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Dalam pembelajaran sains atau fisika harus lebih menekankan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa harus benar-benar dilibatkan secara
langsung dalam pembelajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih
-
33
mendalam tentang alam sekitar. Sains atau fisika bukan berisi informasi yang
harus dihafalkan siswa, tetapi informasi yang terdapat dalam sains dapat diperoleh
dan dialami siswa secara langsung sehingga kompetensi yang menjadi tujuan
pembelajaran sains atau fisika dapat lebih komperhensif meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang dapat tertanamkan dengan baik pada diri siswa.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pendekatan yang mampu
memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam pembelajaran sains.
Salah satu upaya pemecahan masalah di atas yaitu dengan memberikan
pembelajaran sains atau fisika model learning cycle 7E. Model learning cycle 7E
merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning)
dengan berperan aktif dalam menggali dan memperkaya pemahaman mereka
terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Penggunaan model learning cycle 7E
pada pembelajaran sains fisika pokok bahasan Usaha dan Energi kelas VIII SMP,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Kerangka berpikir peneliti dapat disajikan dalam bagan
sebagaimana tergambar pada Gambar 2.4.
-
34
2.7 HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP
Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi.
Fakta yang ditemui Pembelajaran cenderung ceramah (teacher center) Kurang adanya variasi metode dan media pembelajaran
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Pemahaman konsep siswa rendah hasil belajar siswa rendah
Perlu perbaikan sistem pembelajaran Fisika dengan memperbaiki model pembelajaran
Model pembelajaran learning cycle 7E
Kegiatan belajar meningkat
Suasana pembelajaran menyenangkan Motivasi dan minat belajar siswa meningkat Keaktifan siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat
Hasil yang diharapkan
Pemecahan Masalah
Gambar 2.4. Bagan Kerangka Berpikir
-
35
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang yang beralamat di
Pedurungan kota Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang
terdiri dari 28 siswa, 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif
diukur dengan tes tertulis. Hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur dengan
lembar observasi.
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap
siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Secara sistematis skema prosedur penelitian tindakan kelas seperti pada
Gambar 3.1.
-
36
1. Pembelajaran kurang variatif, siswa pasif, mudah merasa bosan 2. Hasil belajar belum optimal
Gambar 3.1. Bagan Siklus Pembelajaran
Perencanaan Tindakan I: -observasi identifikasi masalah -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan energi dan perubahan bentuk energi -Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen oleh dosen pembimbing dan dosen ahli -uji coba soal dan analisis soal
Pelaksanaan Tindakan I: -melaksanakan skenario pembelajaran pada sub pokok bahasan energi dan perubahan bentuk energi sesuai model learning cycle 7E
Pengamatan Tindakan I: Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E
Refleksi Tindakan I: -menganalisis jawaban post-test -menganalisis hasil observasi -hasil analisi menunjukan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya
Perencanaan Tindakan II: -identifikasi masalah berdasarkan refleksi I -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik
Pelaksanaan Tindakan II: -melaksanakan skenario pembelajaran pada sub pokok bahasan energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik sesuai model learning cycle 7E
Pengamatan Tindakan II: Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E
Refleksi Tindakan II: -menganalisis jawaban post-test -menganalisis hasil observasi -hasil analisi menunjukan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya
Perencanaan Tindakan III: -identifikasi masalah berdasarkan refleksi II -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya
Pelaksanaan Tindakan III: -melaksanakan skenario pembelajaran pada pokok bahasan usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya sesuai model learning cycle 7E
Pengamatan Tindakan III: Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E
Refleksi Tindakan III: -menganalisis jawaban post-test -menganalisis hasil observasi -hasil analisis post-test dan hasil observasi menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sehingga siklus dihentikan
-
37
Langkah-langkah yang ditempuh pada setiap siklus dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3.3.1 Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa maupun
guru. Identifikasi masalah yang dihadapi siswa yaitu hasil ulangan harian
mata pelajaran fisika materi sebelumnya. Identifikasi masalah yang dihadapi
guru yaitu mengenai metode pembelajaran yang biasa dilakukan, motifasi dan
minat siswa terhadap fisika dan situasi pembelajaran di kelas.
2) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan tahapan pembelajaran
learning cycle 7E dan menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus dan
sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar
kegiatan siswa (LKS).
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar kognitif siswa.
4) Menyusun format lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik.
5) Menyusun kisi-kisi soal uji coba.
6) Melakukan uji coba dan analisis soal uji coba.
3.3.2 Pelaksanaan (Acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran learning cycle 7E.
Tindakan yang dilakukan guru adalah orientasi siswa pada masalah,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual
-
38
maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Di setiap akhir siklus, guru
memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Pada saat yang
bersamaan peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) yang melakukan
observasi terhadap hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa.
3.3.3 Pengamatan (Observing)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati dan merekam
segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek
tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E. Perekaman
data mengenai hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif meliputi: kehadiran di
kelas, tanggung jawab, menghargaai pendapat orang lain, kerapian pakaian,
kemampuan menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, bekerjasama
dalam kelompok. Hasil belajar psikomotorik meliputi: kemampuan
mempersiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan,
keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati
percobaan, kerapian dan kebersihan alat praktikum, dan efektifitas waktu.
3.3.4 Refleksi (Reflecting)
Refleksi berhubungan dengan proses dan dampak pelaksanaan tindakan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah:
1) Menganalisis jawaban dari hasil post-test.
2) Menganalisi hasil observasi.
3) Melakukan perbaikan untuk siklus atau kegiatan belajar mengajar
selanjutnya.
-
39
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi, tes, dan observasi.
3.4.1 Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-data yang
mendukung penelitian yang dikelompokan menjadi tiga tingkatan huruf p yakni
person: sumber data berupa orang (daftar nama siswa yang menjadi sampel
penelitian), place: sumber data berupa tempat (alamat dan letak SMP Negeri 9
Semarang), paper: sumber data berupa simbol (daftar nilai Fisika kelas VIII
pokok bahasan Gaya) (Arikunto, 2006: 129).
3.4.2 Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150).
Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada aspek
kognitif yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model learning cycle 7E. Tes
ini mencakup aspek-aspek kognitif C1, C2, C3, dan C4 terkait materi Usaha dan
Energi. Tes prestasi belajar dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan
ganda dengan empat alternatif pilihan jawaban.
3.4.3 Observasi
Observasi berfungsi untuk mengukur sejauh mana aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Peneliti melakukan observasi terhadap
aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa selama pembelajaran berlangsung.
-
40
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Soal post-test (pilihan ganda),
2. Lembar observasi afektif,
3. Lembar observasi psikomotorik.
3.6 Analisis instrumen
3.6.1 Validitas Isi
Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur
(Sugiyono, 2008: 121). Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi
instrumen. Pengujian validitas isi melalui analisis rasional oleh professional
judgment. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu
maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis
(Sugiyono, 2008: 129).
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas menyatakan tingkat keajegan suatu tes. Scarvia B. Anderson
(Arikunto, 2008: 87) dan kawan-kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes,
yaitu validitas dan reabilitas itu penting A reliable measure in one that provides
consistent and stable indication of the characteristic being investigated. Nilai
-
41
reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Dalam
penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah
dengan menggunakan metoda belah dua (split half). Sehingga, Arikunto (2008:
93) mengemukakan untuk perumusan perhitungan reliabilitas tes adalah sebagai
berikut:
r11 =
Metode split half method adalah metode belah dua. Telah disinggung oleh
Arikunto (2008: 100) bahwa salah satu syarat untuk dapat menggunakan metode
belah dua adalah bahwa banyaknya item harus genap agar dapat dibelah. Syarat
yang kedua item-item yang membentuk soal tes harus homogen atau paling tidak
setelah dibelah terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan belahan
kedua.
Untuk mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan ini maka reabilitas dapat
dicari dengan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus K-
R. 21. Sehingga Arikunto (2008: 100) mengemukakan perumusan perhitungan
reabilitas tes adalah sebagai berikut:
r11
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen,
p = proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar,
q = proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah,
n = banyaknya soal,
-
42
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q,
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).
Setelah 11r diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel.
Apabila maka dikatakan instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2008:
196).
3.6.3 Daya Pembeda
Daya pembeda atau indeks diskriminasi digunakan untuk membedakan
antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa tidak pandai
(berkemampuan rendah). Menurut Arikunto (2008: 213), rumus yang digunakan
untuk menentukan daya pembeda soal adalah:
Keterangan:
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar,
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar,
JA = banyaknya peserta kelompok atas,
JB = banyaknya peserta kelompok bawah.
Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya
pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Nilai DP KriteriaDP < 0,00 Sangat jelek0,00 DP 0,20 Jelek0,20 < DP 0,40 Cukup0,40 < DP 0,70 Baik0,70 < DP 1,00 Baik Sekali
-
43
3.6.4 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.
Menurut Arikunto (2008: 208), untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal
rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
IK = indeks kesukaran,
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,
JS = jumlah seluruh siswa.
Taraf kemudahan butir soal berkisar antara 0,0 sampai dengan 1,0. Bila
butir soal mempunyai taraf kemudahan 0,0 berarti tidak seorangpun peserta tes
dapat nmenjawab butir soal tersebut secara benar. Taraf kemudahan 1,0 berarti
bahwa semua peserta tes dapat menjawab butir soal itu dengan benar. Nilai IK
yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan taraf kemudahan butir
soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2. Adapun indeks kesukaran soal
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi Taraf Kemudahan
Nilai TK Kriteria 0,00 TK 0,30 Sukar 0,30 < TK 0,70 Sedang 0,70 < TK 1,00 Mudah
-
44
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif, karena data input penelitian ini terdiri dari data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes dan merupakan hasil
belajar kognitif dan lembar observasi hasil belajar afektif dan psikomotorik. Data
kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung.
Analisis data dilakukan untuk menghitung perolehan hasil belajar siswa
yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3.7.1 Analisis tes hasil belajar kognitif
Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang ditujukkan oleh
kemampuan kognitif dihitung dengan menggunakan rumus:
(Yuliana, 2009: 196)
3.7.2 Analisis hasil observasi afektif dan psikomotorik
Aspek afektif dan psikomotorik siswa yang diperoleh merupakan data
hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan rumus:
(Yuliana, 2009: 196)
3.7.3 Analisis persentase ketuntasan hasil belajar
3.7.3.1 Ketuntasan individual
Persentase ketuntasan belajar siswa secara individual dihitung dengan
menggunakan rumus deskriptif persentase:
(Yuliana, 2009: 196)
-
45
Keterangan:
% = persentase,
n = jumlah nilai yang diperoleh,
N = jumlah nilai maksimal.
3.7.3.2 Ketuntasan klasikal
Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan
menggunakan rumus deskriptif persentase sebagia berikut:
(Yuliana, 2009: 196
Keterangan:
% = persentase,
n = jumlah sisiwa yang tuntas secara klasikal,
N = jumlah seluruh siswa.
3.7.4 Uji Gain Rata-rata Ternormalisasi
Peningkatan rata-rata keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep
siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapat perlakuan dapat dihitung
menggunakan rumus gain rata-rata ternormalisasi. Hake (1998: 64) menyatakan
bahwa gain rata-rata ternormalisasi adalah perbandingan gain rata-rata aktual
G dan gain rata-rata maksimum max
G ,
pre
prepost
S
SSG
Gg
%100
%%
%%
00
max == ,
dimana preS adalah nilai rata-rata siklus I dan postS adalah nilai rata-rata
siklus berikutnya, dengan kriteria faktor gain g sebagai berikut:
-
46
tinggi = g > 0,7,
sedang = 0,3 g 0,7,
rendah = g < 0,3.
3.7.5 Analisis signifikansi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
Untuk mengetahui taraf peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa dari satu silus ke siklus beeikutnya digunakan uji-t dengan
persamaan sebagai berikut:
(Arikunto 2006: 275)
Keterangan:
M = mean dari perbedaan setiap siklus,
Xd = deviasi setiap subjek (d-Md),
x2d = jumlah kuadrat deviasi,
N = subjek pada sampel.
3.8 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin dari adanya
peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklusnya, berupa peningkatan hasil
belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Mulyasa (2002:99), keberhasilan pembelajaran untuk aspek
kognitif siswa dapat diketahui dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai
KKM (75% untuk SMP Negeri 9 Semarang) secara individual dan 85% secara
-
47
klasikal. Untuk penilaian aspek afektif dan aspek psikomotorik, seorang siswa
dikatakan tuntas belajar jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual
dan 75% secara klasikal (Mulyasa 2002: 101-102).
-
48
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Belajar Kognitif dan Peningkatannya
Hasil belajar kognitif siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah
diterapkan model learning cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.1. Penilaian hasil
belajar kognitif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 12.
Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa
Keterangan Sesudah tindakan Kriteria Siklus I Siklus
II Siklus III
Nilai tertinggi 91.67 91.67 100.00 Nilai terendah 50.00 50.00 61.54 Nilai rata-rata 71.73 74.40 80.49 Jumlah siswa tuntas 17 20 24 Jumlah siswa tidak tuntas 11 8 4 Ketuntasan klasikal 60.71 71.43 85.71 ttabel pada taraf signifikansi 95%
1,703
Gain siklus I ke siklus II
0,095 Rendah
Gain siklus II ke siklus III
0,238 Rendah
Gain siklus I ke siklus III
0,310 Sedang
thitung siklus I ke siklus II 1,611 Tidak signifikan
thitung siklus II ke siklus III 4,712 Signifikan thitung siklus I ke siklus III 4,097 Signifikan
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
-
49
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa
4.1.2 Hasil Belajar Afektif dan Peningkatannya
Hasil belajar afektif siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah
diterapkan model learning cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.2. Penilaian hasil
belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 4.2 Hasil Belajar Afektif Siswa
Keterangan Sesudah tindakan Kriteria Siklus I Siklus
II Siklus III
Nilai tertinggi 85,71 89,29 96,43 Nilai terendah 50,00 50,00 57,14 Nilai rata-rata 72,70 76,15 82,14 Jumlah siswa tuntas 16 18 23 Jumlah siswa tidak tuntas 12 10 5 Ketuntasan klasikal 57,14 64,29 82,14 ttabel pada taraf signifikansi 95%
1,703
Gain siklus I ke siklus II
0,128 Rendah
Gain siklus II ke siklus III
0,251 Rendah
Gain siklus I ke siklus III
0,346 Sedang
-
50
thitung siklus I ke siklus II 3,453 Signifikan thitung siklus II ke siklus III 4,974 Signifikan thitung siklus I ke siklus III 8,204 Signifikan
Peningkatan hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa
4.1.3 Hasil Belajar Psikomotorik dan Peningkatannya
Hasil belajar psikomotorik siswa dan peningkatannya di setiap siklus
setelah diterapkan model learning cycle 7E. Penilaian hasil belajar psikomotorik
siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 4.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
Keterangan Sesudah tindakan Kriteria Siklus I Siklus
II Siklus III
Nilai tertinggi 83,33 87,50 87,50 Nilai terendah 54,17 58,33 62,50 Nilai rata-rata 74,11 77,53 80,95 Jumlah siswa tuntas 19 20 23 Jumlah siswa tidak tuntas 9 8 5 Ketuntasan klasikal 67,86 71,43 82,14 ttabel pada taraf signifikansi 1,703
-
51
95% Gain siklus I ke siklus II
0,132 Rendah
Gain siklus II ke siklus III
0,152 Rendah
Gain siklus I ke siklus III
0,264 Rendah
thitung siklus I ke siklus II 6,491 Signifikan thitung siklus II ke siklus III 4,420 Signifikan thitung siklus I ke siklus III 6,072 Signifikan
Peningkatan hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
4.1.4 Tinjauan Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif
Peningkatan hasil belajar afektif siswa dianalisis dari peningkatan setiap
indikator hasil belajar afektif yang diteliti yaitu indikator kehadiran di kelas,
tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, kerapian pakaian,
menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, dan bekarjasama dalam
-
52
kelompok. Setiap indikator dalam lembar observasi aspek afektif dihitung nilai
gain ternormalisasinya. Analisis peningkatan setiap indikator hasil belajar afektif
siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Setelah dilakukan analisis,
diperoleh data seperti ditunjukan pada Tabel 4.4.
-
53
Tabel 4.4 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif Tiap Siklus
Indikator Siklus I-II Kriteria II-III Kriteria I-III KriteriaI II III
Kehadiran di kelas 80.36 80.36 84.82 0 Tidak meningkat
0.227 Rendah 0,227 Rendah
Tanggung jawab 84.82 86.61 91.96 0.118 Rendah 0.400 Sedang 0,471 SedangMenghargai pendapat
orang lain 61.61 62.5 72.32 0.023 Rendah 0.262 Rendah 0,279 Rendah
Kerapian pakaian 94.64 94.64 96.43 0 Tidak meningkat
0.333 Sedang 0,333 Sedang
Menyampaikan pendapat
41.07 50.89 61.61 0.167 Rendah 0.218 Rendah 0,348 Sedang
Memperhatikan pelajaran
62.50 68.75 72.32 0.167 Rendah 0.114 Rendah 0,262 Rendah
Bekerjasama dalam kelompok
83.93 89.29 95.54 0.333 Sedang 0.583 Sedang 0,722 Tinggi
Rata-rata 72.70 76.15 81.51 0.115 Rendah 0.305 Sedang 0,378 Sedang
Hasil analisis data Tabel 4.4 digambarkan dengan diagram batang seperti
ditunjukan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar
Afektif
-
54
4.1.5 Tinjauan Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik
Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa dianalisis dari peningkatan
setiap indikator hasil belajar afektif yang diteliti yaitu indikator memeprsiapkan
alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan, keterampilan dalam
melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati percobaan, kerapian
dan kebersihan praktikum, dan efektifitas waktu. Setiap indikator da