4201409041

255
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Zulfani Aziz 4201409041 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: eva-s-nurani

Post on 23-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN

    HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI

    skripsi

    disajikan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Fisika

    oleh

    Zulfani Aziz

    4201409041

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2013

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi yang berjudul

    Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan

    Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi

    disusun oleh

    Nama : Zulfani Aziz

    NIM : 4201409041

    telah disetujui dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi.

    Semarang, 27 Maret 2013

    Mengetahui,

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd Drs. M. Sukisno, M. Si

    NIP. 19601219 198503 2 002 NIP. 194911151976031001

  • iii

    PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul

    Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan

    Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi

    disusun oleh

    Nama : Zulfani Aziz

    NIM : 4201409041

    telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

    tanggal 11 April 2013.

    Panitia:

    Ketua Sekretaris

    Prof. Dr. Wiyanto, M. Si Dr. Khumaedi, M. Si

    NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002

    Ketua Penguji

    Dr. Sulhadi, M. Si

    NIP. 19710816 199802 1 001

    Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd Drs. M.Sukisno, M. Si

    NIP. 19601219 198503 2 002 NIP. 194911151976031001

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

    karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

    orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

    etik ilmiah.

    Semarang, 11 April 2013

    Zulfani Aziz

    NIM 4201409041

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Barang siapa yang ingin memiliki dunia maka itu didapat dengan ilmu, barang siapa yang ingin memiliki akhirat maka itu didapat dengan ilmu, dan

    barang siapa yang ingin keduanya maka itu pula didapat dengan ilmu. (HR.

    At Tabrani).

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang

    lain). (QS. Al Insyirah, 94: 6-7).

    The only way to do great work is to love what you do. If you havent found it yet, keep looking. Dont settle. As with all matters of the heart, youll know

    when you find it. (Steve Jobs)

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan untuk:

    Bapak dan Ibu tercinta, adikku Khofianida Fitriani, sahabatku tercinta adik-adik di SMP yang telah menginspirasiku, dan almamaterku

  • vi

    PRAKATA

    Puji syukur alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT dan segala

    hidayahNya yang senantiasa mengiring langkah penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Penggunaan Model

    Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP

    pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang terlibat yang

    selalu memberikan inspirasi, motivasi, petunjuk, bimbingan dan arahan. Pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga

    kepada:

    1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, rektor Universitas Negeri Semarang.

    2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

    3. Dr. Khumaedi, M.Si, ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

    Semarang.

    4. Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen pembimbing I yang dengan sabar

    memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal

    hingga akhir. Terimakasih atas semua pelajaran dan ilmu yang bermakna serta

    motivasi yang Ibu berikan.

    5. Drs. M. Sukisno, M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

    bimbingan, ide dan masukan yang membangun, serta motivasi dalam

    penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas semua pelajaran dan ilmu yang

    bermakna serta motivasi yang Bapak berikan.

  • vii

    6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, dosen wali yang telah memberikan motivasi,

    bimbingan, dan dukungan kepada penulis selama kuliah.

    7. Bapak/Ibu dosen khususnya Jurusan Fisika FMIPA yang telah memberi bekal

    kepada penulis selama kuliah dan telah mendidik penulis untuk bersikap

    terbuka, kreatif, dan bijaksana.

    8. Kepala SMP Negeri 9 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

    9. Asteria Flora, M.Pd selaku guru fisika kelas VIII serta Bapak/Ibu guru/staff

    SMP Negeri 9 Semarang yang telah memberikan fasilitas, dukungan dan

    arahan kepada penulis selama mengadakan penelitian.

    10. Bapak dan ibu tercinta dengan segala doa dan kasih sayangnya yang tulus, dan

    adikku Khofianida Fitriani yang senantiasa menumbuhkan semangat dan

    motivasiku.

    11. Sahabat-sahabatku tercinta, teman-teman Fisika angkatan 2009, terima kasih

    untuk kebersamaan dan kekeluargaan yang kalian berikan.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    berperanserta dalam membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

    Teriring doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik kepada

    semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis

    berharap semoga laporan skripsi ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan

    serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

    Penulis

  • viii

    ABSTRAK

    Aziz, Zulfani. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Drs. M. Sukisno, M.Si.

    Kata kunci: learning cycle 7E, hasil belajar, usaha dan energi.

    Pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk mengkonstruksi, mengeksplorasi pengetahuan sendiri, mengelaborasi dan mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII A SMP 9 Semarang pada materi gaya masih lebih rendah dari pada kelas lain. Model learning cycle 7E diterapkan pada proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif dan lembar observasi untuk mengukur hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik. Pada siklus I dan siklus II hasil belajar yang diperoleh siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat mencapai indikator keberhasilan pada siklus III. Berdasarkan analisis uji gain diperoleh gain ternormalisasi aspek kognitif siklus I ke siklus II sebesar 0,095, siklus II ke siklus III sebesar 0,238, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,310. Aspek afektif siklus I ke siklus II sebesar 0,126, siklus II ke siklus III sebesar 0,251, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,346. Aspek psikomotorik siklus I ke siklus II sebesar 0,132, siklus II ke siklus III sebesar 0,152, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,264. Hasil uji gain menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa adalah rendah. Hasil uji-t siklus I ke siklus II diperoleh thitung 1,611 untuk aspek kognitif, 3,453 untuk afektif, dan 6,491 untuk psikomotorik. Dari siklus II ke siklus III diperoleh thitung 4,712 untuk aspek kognitif, 4,974 untuk afektif, dan 4,420 untuk psikomotorik. Dari siklus I ke siklus III diperoleh thitung 4,097 untuk aspek kognitif, 8,204 untuk afektif, dan 6,072 untuk psikomotorik. Pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 1,703. Hasil uji-t menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi secara signifikan. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan walaupun masih rendah.

  • ix

    DAFTAR ISI

    PRAKATA ............................................................................................................. vii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

    BAB

    1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

    1.4 Pembatasan Masalah ................................................................................... 6

    1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

    1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................................... 8

    2. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................................ 10

    2.1 Kajian Pustaka .............................................................................................. 10

    2.2 Belajar dan Pembelajaran ............................................................................. 11

    2.3 Hasil Belajar ................................................................................................. 12

    2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ..................................................... 16

    2.5 Tinjauan Materi Usaha dan Energi .............................................................. 24

    2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30

  • x

    2.7 Hipotesis ....................................................................................................... 32

    3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 33

    3.1 Tempat dan Objek Penelitian ....................................................................... 33

    3.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 33

    3.3 Desain Penelitian .......................................................................................... 33

    3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 37

    3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 38

    3.6 Analisis Instrumen ....................................................................................... 38

    3.7 Metode Analisis Data ................................................................................... 42

    3.8 Indikator Keberhasilan ................................................................................. 44

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 46

    4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 46

    4.2 Pembahasan .................................................................................................. 52

    5. PENUTUP ........................................................................................................... 72

    5.1 Simpulan ...................................................................................................... 72

    5.2 Saran ............................................................................................................. 72

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 74

    LAMPIRAN .............................................................................................................. 76

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel ....................................................................................................................... Halaman

    2.1 Model Learning Cycle Atkin-Karpus .............................................................. 17

    2.2 Perbandingan Fase dari SCIS dan BSCS 5E pada Learning Cycle ................. 18

    2.3 Arah Pembelajaran Learning Cycle 7E ............................................................ 21

    3.1 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ............................................................. 40

    3.2 Interpretasi Taraf Kemudahan ......................................................................... 41

    4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................................................ 46

    4.2 Hasil Belajar Afektif Siswa .............................................................................. 47

    4.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa .................................................................... 48

    4.4 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif Tiap Siklus ........................ 50

    4.5 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik Tiap Siklus .............. 51

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar ................................................................................................................... Halaman

    2.1 Perubahan Tahapan Learning Cycle 5E menjadi 7E ...................................... 18

    2.2 Definisi Usaha .................................................................................................. 28

    2.3 Hubungan Usaha dan Energi ............................................................................ 29

    2.4 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................................. 31

    3.1 Bagan Siklus Pembelajaran .............................................................................. 34

    4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa ................................................ 47

    4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa .................................................. 48

    4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ........................................ 49

    4.4 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif ... 50

    4.5 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik 52

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran ................................................................................................................ Halaman

    1. Daftar Nama Siswa Uji Coba Instrumen .......................................................... 76

    2. Grid For Try Out Test ...................................................................................... 77

    3. Try Out Test ..................................................................................................... 79

    4. Questions Keys For Try Out Test .................................................................... 93

    5. Analisis Hasil Uji Coba .................................................................................... 94

    6. Grid For Post-Test ............................................................................................ 101

    7. Soal Post-Tes Tiap Siklus ................................................................................ 104

    8. Questions Keys For Post-Test .......................................................................... 115

    9. Daftar Siswa Kelas VIII A ............................................................................... 116

    10. Hasil Ulangan Pokok Bahasan Gaya Kelas VIII A .......................................... 117

    11. Daftar Kelompok Kelas VIII A ........................................................................ 118

    12. Lembar Penilaian Post-Test ............................................................................. 119

    13. Uji Peningkatan Nilai Post-Test ....................................................................... 123

    14. Rubrik Lembar Observasi Afektif .................................................................... 135

    15. Lembar Penilaian Afektif ................................................................................. 136

    16. Uji Peningkatan Afektif ................................................................................... 143

    17. Uji Peningkatan Tiap Aspek Afektif ................................................................ 155

    18. Rubrik Lembar Observasi Psikomotorik .......................................................... 158

    19. Lembar Penilaian Psikomotorik ....................................................................... 159

    20. Uji Peningkatan Psikomotorik ......................................................................... 166

  • xiv

    21. Uji Peningkatan Tiap Aspek Psikomotorik ...................................................... 178

    22. Syllabus ............................................................................................................ 181

    23. Learning Plan ................................................................................................... 184

    24. Work Sheet ....................................................................................................... 194

    25. Tabel Distribusi r Product-Moment ................................................................. 212

    26. Tabel Distribusi t .............................................................................................. 213

    27. Foto Penelitian ................................................................................................. 214

    28. Surat Penelitian ................................................................................................ 215

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung

    untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan

    memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari

    tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu,

    pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah

    memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam

    bentuk pengalaman langsung (Depdiknas, 2003).

    Sebagaimana yang tercantum dalam standar kompetensi mata pelajaran

    sains atau fisika, terdapat beberapa tujuan untuk mata pelajaran sains atau fisika

    (Depdiknas, 2003), diantaranya yaitu:

    1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam

    kehidupan sehari-hari.

    2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi.

    3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    Dalam tujuan tersebut tercakup kompetensi dasar yang harus dimiliki

    siswa yaitu memupuk sikap ilmiah, mengembangkan pengalaman dan menguasai

  • 2

    konsep dan prinsip fisika. Kompetensi-kompetensi tersebut berkenaan dengan

    hasil belajar fisika siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan

    tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum

    yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode

    ilmiah.

    Dalam pembelajaran sains atau fisika harus lebih menekankan

    pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa harus benar-benar dilibatkan secara

    langsung dalam pembelajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih

    mendalam tentang alam sekitar. Sains atau fisika bukan berisi informasi yang

    harus dihafalkan siswa, tetapi informasi yang terdapat dalam sains dapat diperoleh

    dan dialami siswa secara langsung sehingga kompetensi yang menjadi tujuan

    pembelajaran sains atau fisika dapat lebih komperhensif meliputi aspek kognitif,

    afektif, dan psikomotorik yang dapat tertanamkan dengan baik pada diri siswa.

    Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pendekatan yang mampu

    memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam pembelajaran sains.

    Akan tetapi, pada kenyataannya yang terjadi di lapangan masih belum

    sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai

    kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan.

    Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru

    mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan

    gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan

  • 3

    dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang

    kontekstual (Depdiknas, 2003).

    Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi

    penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain.

    Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami

    informasi tetapi juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual melalui

    beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi

    sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar

    siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai

    dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan

    sikap dalam pengambilan keputusan (Depdiknas, 2003).

    Hal tersebut terjadi dikarenakan proses pembelajaran fisika lebih

    cenderung menempatkan ilmu fisika sebagai sejumlah informasi yang harus

    disampaikan dan dihafalkan siswa. Guru cenderung sebagai pusat informasi yang

    seakan dan bertugas menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika

    kepada para siswanya. Karena sifatnya informatif maka tak heran metode

    penyampaiannya didominasi oleh ceramah yang diselingi dengan tanya jawab.

    Proses pembelajaran yang berpusat pada guru akan berpengaruh terhadap hasil

    belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan, ketika peneliti

    melakukan studi pendahuluan di sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian

    yaitu SMP Negeri 9 Semarang khususnya kelas VIII A.

    1. Hasil observasi di kelas menunjukan bahwa kecenderungan pembelajaran

    fisika umumnya masih berpusat pada guru. Siswa cenderung pasif dan rasa

  • 4

    ingin tahunya rendah. Hal ini menunjukan bahwa aspek afektif dan

    psikomotorik siswa kurang diberdayakan.

    2. Hasil pengumpulan data berupa dokumentasi nilai ulangan gaya, hanya ada

    lima siswa yang tuntas, sedangkan 23 yang lain tidak tuntas. Kelas yang lain

    relatif lebih baik.

    3. Hasil pengamatan menunjukan bahwa di antara tujuh kelas lain, kelas VIII A

    merupakan kelas yang paling ramai, paling susah diatur dan nilai rata-rata

    kelasnya yang lebih rendah daripada kelas yang lain. Kelas VIII A merupakan

    kelas yang memerlukan perlakuan pembelajaran yang khusus.

    Tujuan penerapan kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran yang

    dilaksanakan adalah melibatkan aktivitas siswa yang menjadikan belajar lebih

    bermakna. Agar belajar lebih bermakna dalam proses pembelajaran fisika, siswa

    harus mempunyai pengalaman fisik (aspek psikomotorik) sebagai upaya untuk

    dapat menemukan gagasan/ ide dan terbentuk sebuah konsep, sehingga konsep-

    konsep fisika tidak lagi merupakan konsep yang abstrak dengan menghafal

    rumus-rumus. Oleh sebab itu, diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar

    yang dilakukan berpusat pada siswa dan dapat meningkatan hasil belajar yang

    mencakup peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah model learning

    cycle yang terdiri atas beberapa tipe dan fase proses pembelajaran. Salah satunya

    adalah model learning cycle 7E. Model learning cycle 7E dikembangkan oleh

    Eisenkraft pada tahun 2003 dan terdiri dari tujuh fase yang terorganisir dengan

    baik, yaitu Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate dan Extend.

  • 5

    Secara singkat alur proses pembelajaran dalam model learning cycle 7E dimulai

    dengan mendatangkan pengetahuan awal siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan

    pengalaman langsung, siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman

    langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari, memberi siswa

    kesempatan untuk menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya,

    memberi siswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya pada situasi baru,

    guru membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada

    konteks baru (Eisenkraft, 2003).

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

    LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

    SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI.

    1.2 Perumusan Masalah

    Dengan memperhatikan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat

    dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: apakah penggunaan model

    pembelajaran learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII

    A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka

    tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

  • 6

    kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang setelah menggunakan model pembelajaran

    Learning Cycle 7E pada pokok bahasan Usaha dan Energi.

    1.4 Pembatasan Masalah

    Agar ruang lingkup masalah yang diteliti lebih terarah, maka dilakukan

    beberapa pembatasan sebagai berikut:

    1. Materi fisika pada penelitian ini adalah materi Usaha dan Energi kelas VIII

    SMP.

    2. Pemebelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model learning cycle 7E

    yang terdiri atas tujuh fase pembelajaran yang secara sistematis meliputi fase

    elicit (mendatangkan pengetahuan awal), engagement (mengajak/

    membangkitkan minat), exploration (menyelidiki), explanation (menjelaskan),

    elaboration (menerapkan konsep pada situasi lain), evaluation (penilaian),

    extend (memperluas).

    3. Hasil belajar yang diteliti meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil

    belajar aspek kognitif siswa yang diteliti dibatasi hanya pada aspek kognitif

    jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan

    analisis(C4). Hasil belajar aspek afektif siswa yang diteliti meliputi kehadiran

    di kelas, tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, kerapian pakaian,

    menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, dan bekarjasama dalam

    kelompok. Hasil belajar aspek psikomotorik yang diteliti meliputi

    memeprsiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan,

  • 7

    keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati

    percobaan, kerapian dan kebersihan praktikum, dan efektifitas waktu.

  • 8

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Manfaat Teoritis

    Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan konseptual pada

    penelitian peningkatan mutu dan hasil pembelajaran sains fisika di Sekolah

    Menengah Pertama (SMP).

    Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi kepada strategi

    pembelajaran fisika berupa pergeseran dari pembelajaran yang berpusat kepada

    guru dan hanya mementingkan hasil pembelajaran kepada pembelajaran yang

    berpusat pada siswa dan mementingkan proses, keaktifan siswa, dan hasil

    pembelajaran yang bermakna.

    1.5.2 Manfaat Praktis

    1.5.2.1 Bagi Guru

    a. Menambah referensi tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan

    dalam pembelajaran.

    b. Meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam melaksanakan proses

    pembelajaran.

    c. Sebagai salah satu pertimbangan instruksional guru, misalnya dalam

    menentukan strategi, urutan penyajian, pemilihan media pembelajaran serta

    alat penilaiannya.

    1.5.2.2 Bagi Peneliti Lain

    Laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai acuan dan

    kajian pengembangan untuk penelitian berikutnya.

  • 9

    1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

    Penulisan skripsi ini terdiri atas tiga bagian yang dapat dirinci sebagai

    berikut:

    1) Bagian Prawacana skripsi, pada bagian ini berisi halaman judul, halaman

    kosong, pernyataan keaslian skripsi, halaman pengesahan, halaman motto dan

    persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan

    daftar lampiran.

    2) Bagian Isi skripsi, terdiri atas lima bab, yaitu: (1) pendahuluan, (2) kajian

    pustaka dan landasan teori, (3) metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan

    pembahasan, dan (5) penutup.

    Bab 1 Pendahuluan menyajikan enam bagian yang ditulis dalam bentuk sub-

    bab. Keenam bagian tersebut meliputi latar belakang masalah, perumusan

    masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan

    sistematika penulisan skripsi.

    Bab 2 Kajian Pustaka dan Landasan Teori berisi kajian pustaka dari hasil

    penelitian-penelitian terdahulu dan kajian teori yang mendukung penelitian.

    Pada bab ini disajikan pula sub-bab kerangka berpikir penyelesaian masalah

    dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

    Bab 3 Metodologi Penelitian menyajikan delapan sub-bab yaitu: tempat dan

    objek penelitian, fokus penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

    data, instrumen penelitian, analisis instrumen, metode analisis data, dan

    indikator keberhasilan.

  • 10

    Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil analisis data dan

    pembahasannya yang disajikan dalam rangka menjawab permasalahan

    penelitian. Bab ini terdiri atas beberapa sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

    pembahasan.

    Bab 5 Penutup menyajikan dua sub-bab yaitu, (1) simpulan yang berisi

    simpulan dari penelitian yang dilakukan, dan (2) saran yang berisi

    rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

    3) Bagian Akhir, berisi daftar pustaka dan lampiran.

  • 11

    BAB 2

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Kajian Pustaka

    Penelitian tentang penggunaan model learning cycle 7E telah banyak

    dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan efektivitasnya dalam pembelajaran.

    Peneliti melakukan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian antara lain Kanli

    & Yagbasan (2007), Hardiansyah (2010), dan Kusumaningsih (2011).

    Hasil penelitian Kanli & Yagbasan (2007) menunjukan bahwa terjadi

    peningkatan keterampilan proses dan penguasaan konsep siswa, serta siswa lebih

    merasa senang dengan pengelolaan laboratorium dengan model learning cycle 7E.

    Hasil penelitian Hardiansyah (2010) menunjukan bahwa dengan menerapkan

    model learning cycle 7E dalam pembelajaran dapat lebih meningkatkan

    penguasaan konsep siswa pada aspek kognitif C2, C3, C4, dan dapat

    meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator yang

    diteliti. Hasil penelitian Kusumaningsih (2011), menunjukan bahwa penerapan

    model learning cycle 7E dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan

    prestasi belajar siswa.

    Dari tiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu,

    semuanya mendapatkan hasil yang positif, dimana tujuan dari setiap penelitian

    dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga peneliti,

    peneliti kemudian mengembangkan penelitian dengan menggunakan model

  • 12

    learning cycle 7E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ketiga aspek yaitu

    kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan pokok bahasan Usaha dan Energi pada

    siswa kelas VIII SMP.

    Perbedaan penelitian peneliti dengan ketiga peneliti terdahulu adalah pada

    desain penelitian. Apabila ketiga peneliti sebelumnya menggunakan desain

    penelitian eksperimen, maka peneliti menggunakan desain penelitian tindakan

    kelas model Kemis & Taggart yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,

    tindakan, observasi, dan refleksi.

    2.2 Belajar dan Pembelajaran

    Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar

    psikologi. Berikut disajikan beberapa pengertian tentang belajar.

    a. Gagne & Berliner (1983: 252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses

    dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

    b. Morgan et.al (1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

    relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

    Dari keempat pengertian tersebut, tampak bahwa konsep tentang belajar

    mengandung tiga unsur utama, yaitu:

    1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

    2) Perubahan perilaku itu terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

    3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

    Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Rifai (2011: 192) pembelajaran

    merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk

  • 13

    mendukung proses internal belajar. Pembelajaran berorientasi pada bagaimana

    peserta didik berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan

    suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari

    lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat

    menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.

    2.3 Hasil Belajar

    Menurut Gerlach & Ely (1980), sebagaimana dikutip oleh Rifai (2011:

    85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik

    seteleh mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

    tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu

    apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan

    perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran,

    perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan

    kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

    merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi

    produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi. Untuk mengukur

    kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut

    diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan

    sesudah pembelajaran berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah

    terjadi.

  • 14

    Benyamin S. Bloom (1956) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut

    dengan aspek belajar, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik

    (Arikunto, 2008: 117).

  • 15

    2.3.1 Hasil Belajar Kognitif

    Bloom membagi aspek kognitif kedalam enam tingkatan, yaitu:

    pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

    2.3.1.1 Pengetahuan (C1)

    Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali

    informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

    2.3.1.2 Pemahaman (C2)

    Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dan

    materi pembelajaran.

    2.3.1.3 Penerapan (C3)

    Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran

    yang telah dipelajari di dalam situasi yang baru dan kongkrit.

    2.3.1.4 Analisis (C4)

    Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam

    bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

    2.3.1.5 Sintesis (C5)

    Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam

    rangka membentuk struktur yang baru.

    2.3.1.6 Penilaian (C6)

    Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai

    materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu.

  • 16

    Dalam penelitian ini hasil belajar kognitif siswa hanya ditinjau dari

    tingkatan pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4).

    2.3.2 Hasil Belajar Afektif

    Aspek afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori

    tujuan pembelajaran afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian,

    pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

    2.3.2.1 Penerimaan (receiving)

    Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan

    rangsangan atau fenomena tertentu (aktifitas kelas, buku teks, musik, dan

    sebaginya).

    2.3.2.2 Penanggapan (responding)

    Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik.

    2.3.2.3 Penilaian (evaluating)

    Penilaian berkaitan dengan hargaa atau nilai yang melekat pada objek,

    fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik.

    2.3.2.4 Pengorganisasian (organization)

    Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda,

    memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem

    nilai yang konsisten secara internal.

    2.3.2.5 Pembentukan pola hidup (organization by complex)

    Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki

    sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama

    sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

  • 17

    2.3.3 Hasil Belajar Psikomotorik

    Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti

    keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

    Kategori jenis perilaku untuk aspek psikomotorik menurut Elizabeth Simpson

    meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

    kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.

    2.3.3.1 Persepi

    Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk

    memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

    2.3.3.2 Kesiapan

    Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan terentu. Kategori ini

    mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani

    (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kesiapan mental (keinginan untuk

    bertindak).

    2.3.3.3 Gerakan terbimbing

    Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar

    keterampilan kompleks.

    2.3.3.4 Gerakan terbiasa

    Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang

    telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat

    meyakinkan dan mahir.

  • 18

    2.3.3.5 Gerakan kompleks

    Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan

    motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.

    2.3.3.6 Penyesuaian

    Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat

    baik sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai

    dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

    2.3.3.7 Kreativitas

    Kreativitas mangacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk

    disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.

    2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 7E

    2.4.1 Pengertian model pembelajaran learning cycle

    Karplus & Thier (1967) mendefinisikan learning cycle adalah suatu model

    pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Learning cycle merupakan

    rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisir sedemikian rupa sehingga peserta

    belajar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang harus dicapai dalam

    pembelajaran melalui peran aktivitas siswa. Learning cycle pada mulanya terdiri

    atas fase-fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep (Dorlince,

    2008). Dari pendapat yang dikemukakan oleh Karplus ini dapat disimpulkan

    bahwa model pembelajaran learning cycle berpusat pada siswa sehingga siswa

    secara aktif menemukan konsep sendiri. Untuk mewujudkan hal tesebut, learning

  • 19

    cycle terdiri atas tahapan-tahapan yang terorganisir sehingga pemahaman siswa

    dapat terkonstruksi dengan baik.

    2.4.2 Perkembangan model pembelajaran learning cycle

    Model pembelajaran learning cycle pertama kali berkembang pada akhir

    1950an dan awal 1960an pada zaman reformasi kurikulum oleh Atkin dan

    Karplus. Kemudian pada tahun 1967 Karplus dan Thier mengemukakan bahwa

    tiga fase dari model pembelajaran learning cycle terdiri atas preliminary

    exploration, invention, dan discovery. Pada awalnya model learning cycle ini baru

    digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement

    Study (SCIS). Namun kemudian berkembang bahkan sampai ke universitas

    (Bybee et.al, 2006: 6-7).

    Tabel 2.1 Model Pembelajaran Learning Cycle Atkin-Karpus

    Fase Kegiatan pembelajaran Exploration Siswa memilki pengetahuan awal dengan fenomena yang ada Invention siswa dikenalkan dengan istilah baru yang berkaitan dengan

    konsep yang dipelajari Discovery siswa menerapkan konsep dan menggunakannya pada situai

    yang baru

    Model pembelajaran learning cycle tidak berhenti dengan hanya tiga

    siklus. Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)

    mengambangkan model learning cycle menjadi lima fase yaitu terdiri dari fase

    engage, explore, explain, elaborate dan evaluate. Perkembangan ini dilakukan

    dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk

    menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir

    pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa, sedangkan fase

  • 20

    pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain

    dan elaborate (Bybee et.al., 2006: 8).

    Tabel 2.2 Perbandingan Fase SCIS dan BSCS 5E pada Learning Cycle

    SCIS BSCS 5E Engagement (fase baru) Exploration Exploration (diadaptasi dari SCIS) Invention (Term Introduction) Explanation (diadaptasi dari SCIS) Discovery (Concept Application) Elaboration (diadaptasi dari SCIS)

    Evaluation (fase baru) Perkembangan model learning cycle yang paling baru sudah memiliki

    tujuh fase sehingga sekarang dikenal dengan model pembelajaran 7E. Perubahan

    yang terjadi pada tahapan 5E menjadi 7E terjadi pada fase Engage menjadi dua

    yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada fase Elaborate dan Evaluate menjadi

    tiga tahapan yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend. Perubahan tahapan learning

    cycle dari 5E menjadi 7E ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini:

    Gambar 2.1 Perubahan Tahapan Learning Cycle 5E menjadi 7E (Eisenkraft, 2003)

  • 21

    2.4.3 Model pembelajaran Learning Cycle 7E

    Eisenkraft (2003) menjelaskan kegiatan setiap tahapan learning cycle 7E

    sebagai Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend.

    2.4.3.1 Elicit (Mendatangkan pengetahuan awal siswa)

    Pada fase ini, guru berusaha menimbulkan pemahaman awal siswa.

    Penelitian di bidang kognitif sains menujukan bahwa pemahaman awal

    merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Penelitian ini

    juga menunjukan bahwa siswa lebih mahir menerapkan konsep dibanding siswa

    lain, (Bransford et.al. dalam Eisenkraft, 2003: 57). Fase ini dapat dilakukan

    dengan cara guru memberi pertanyaan pada siswa mengenai suatu fenomena

    dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi yang akan dipelajari.

    Namun pada fase ini, guru tidak memberitahukan jawaban yang benar dari

    pertanyaan yang telah diajukan. Pada fase ini guru hanya memancing rasa ingin

    tahu siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar agar dapat

    mengetahui jawaban sebenarnya dari pertanyaan tersebut.

    2.4.3.2 Engage (Melibatkan)

    Fase ini digunakan untuk memusatkan perhatian siswa, merangsang

    kemampuan berfikir siswa serta membangkitkan minat dan motivasi siswa

    terhadap konsep yang akan diajarkan. Pada fase ini siswa dilibatkan dalam

    kegiatan demonstrasi, diskusi, eksperimen atau kegiatan lain. Pada fase ini siswa

    diajarkan untuk berhipotesis yaitu menyusun jawaban sementara dari masalah

    yang akan mereka diskusikan atau praktikan. Selain itu, menonton beberapa video

    juga memiliki potensi tinggi untuk memotivasi siswa (Huang, 2009: 3).

  • 22

    2.4.3.3 Explore (Menyelidiki)

    Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman

    langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari. Siswa diberi

    kesempatan untuk bekerja sama secara mandiri dalam kelompok-kelompok kecil.

    Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengamati data, merekam data,

    mengisolasi variabel, merancang dan merencanakan eksperimen, membuat grafik,

    menafsirkan hasil, mengembangkan hipotesis serta mengatur temuan mereka.

    Guru merangkai pertanyaan, memberi masukan, dan menilai pemahaman siswa.

    2.4.3.4 Explain (Menjelaskan)

    Pada fase ini siswa diperkenalkan pada konsep, hukum dan teori baru.

    Siswa menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya pada fase explore.

    Guru mengenalkan siswa pada beberapa kosa kata ilmiah, dan memberikan

    pertanyaan untuk merangsang siswa agar menggunakan istilah ilmiah untuk

    menjelaskan hasil eksplorasi.

    2.4.3.5 Elaborate (Menerapkan)

    Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya

    pada situasi baru. Pada fase ini, guru memberikan permasalahan yang terkait

    dengan materi yang telah diajarkan untuk dipecahkan oleh siswa.

    2.4.3.6 Evaluate (Menilai)

    Fase evaluasi model learning cycle 7E terdiri dari evaluasi formatif dan

    evaluasi sumatif. Evaluasi formatif tidak boleh dibatasi pada siklus-siklus tertentu

    saja, sebaiknya guru selalu menilai semua kegiatan siswa. Apabila dalam

    pembelajaran dilakukan praktikum maka pengujian harus termasuk pertanyaan

  • 23

    yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, guru juga mendapatkan

    umpan balik dari hasil siswa dan dapat memodifikasi strategi pengajaran mereka

    untuk kursus berikutnya (Huang, 2009: 3).

    2.4.3.7 Extend (Memperluas)

    Pada fase extend guru membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan

    yang telah didapat pada konteks baru. Fase ini dapat dilakukan dengan cara

    mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi selanjutnya.

    Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan

    siswa untuk menerapkan learning cycle 7E pada pembelajaran di kelas. Guru dan

    siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang

    dilakukan dengan menggunakan tahapan dari learning cycle. Arah pembelajaran

    serta aktivitas guru dan siswa yang dianjurkan oleh National Science Teachers

    Association (NSTA) dalam setiap tahap dalam learning cycle 7E dapat dilihat

    pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Arah Pembelajaran Learning Cycle 7E

    Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Elicit Menarik perhatian siswa

    sebelum pemberian pengetahuan

    Membantu dalam mentransfer pengetahuan

    Membangun pengetahuan baru di atas pengetahuan yang telah ada

    Memfokuskan siswa terhadap materi yang akan dipelajari

    Mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan pertanyaan seperti Apa yang kamu pikirkan? atau Apa yang kamu ketahui? yang sesuai dengan permasalahan

    Menampung semua jawaban siswa

    Memfokuskan diri terhadap apa yang disampaikan oleh guru

    Mengingat kembali materi yang telah dipelajari

    Mengajukan pendapat jawaban berdasarkan pengetahuan sebelumnya atau pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari

    Engage Memfokuskan pikiran dan perhatian siswa

    Bertukar informasi dan pengalaman dengan siswa

    Menyajikan demonstrasi atau bercerita tentang fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari

    Memberikan pertanyaan untuk merangsang motivasi dan keingintahuan siswa

    Memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan atau mendemonstrasikan sebuah fenomena

    Mencari dan berbagi informasi yang mendukung konsep yang akan dipelajari

    Memberikan pendapat jawaban

  • 24

    Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Explore Melakukan eksperimen

    Mencatat data, membuat grafik, menginterpretasi

    hasil Diskusi Guru membimbing dan

    memeriksa pemahaman siswa

    Menjelaskan maksud dari pembelajaran yaitu untuk malaksanakan eksperimen atau diskusi

    Memandu dan membimbing siswa dalam melakukan eksperimen

    Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan eksperimen

    Melakukan eksperimen untuk mendapatkan data

    Mencatat data, membuat grafik, dan menginterpretasikan hasil

    Diskusi dalam kelompok untuk menjawab permasalahan yang disajikan dalam LKS

    Explain Siswa mengkomunikasikan apa yang telah dieksplorasi secara tertulis dan lisan

    Menyimpulkan hasil eksplorasi

    Pembenaran

    Membimbing siswa dalam menyiapkan laporan (data dan kesimpulan) eksperimen

    Menganjurkan siswa untuk menjelaskan laporan eksperimen dengan kata-kata mereka sendiri

    Memfasilitasi siswa untuk melakukan presentasi laporan eksperimen

    Mengarahkan siswa pada data dan petunjuk telah diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau dari hasil eksperimen untuk mendapatkankesimpulan

    Melakukan presentasi dengan cara menjelaskan data yang diperoleh dari hasil eksperimen

    Mendengarkan penjelasan kelompok lain

    Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan kelompok lain

    Mendengarkan dan memahami penjelasan/klarifikasiyang disampaikan oleh guru (jika ada)

    Menyimpulkan hasil eksperimen berdasarkan data yang telah didapat dan petunjuk (penjelasan) dari guru

    Elaborate Transfer pembelajaran Aplikasi dari

    pengetahuan baru yang telah didapatkan

    Mengajak siswa untuk menggunakan istilah umum

    Memberikan soal atau permasalahan dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan

    Menganjurkan siswa untuk menggunakan konsep yang telah mereka dapatkan

    Menggunakan istilah umum dan pengetahuan yang baru

    Menggunakan informasi sebelumnya yang didapat untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan

    Menerapkan pengetahuan yang baru untuk menyelesaikan soal

    Extend Menghubungkan satu konsep ke konsep lain

    Menghubungkan subjek satu ke subjek lain

    Memperlihatkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain

    Memberikan pertanyaan untuk membantu siswa melihat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep/topik yang lain

    Mengajukan pertanyaan tambahan yang sesuai dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi konsep dari materi yang dipelajari

    Membuat hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sebagai gambaran aplikasi konsep yang nyata

    Menggunakan pengetahuan dari hasil eksperimen untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, terkait dengan konsep yang telah dipelajari

    Berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari

    Evaluate Melakukan penilaian: Formatif Summatif Informal formal

    Memberikan penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari

    Melakukan penilaian kinerja melalui observasi selama proses pembelajaran

    Memberikan kuis

    Mengerjakan kuis Menjawab pertanyaan lisan yang

    diajukan oleh guru (baik berupa pendapat maupun fakta)

  • 25

    2.4.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 7E

    Kelebihan dari model learning cycle 7E menurut Lorsbach, sebagaimana

    dikutip oleh Hardiansyah (2010: 24) antara lain:

    1. Merangsang siswa untuk mengingat materi pelajaran yang telah mereka

    dapatkan sebelumnya.

    2. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah

    rasa keingintahuan siswa.

    3. Melatih siswa belajar melakukan konsep melalui kegiatan eksperimen.

    4. Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka

    pelajari.

    5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan,

    dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.

    6. Guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang saling

    mengisi satu sama lainnya.

    7. Guru dapat menerapkan model ini dengan metode yang berbeda-beda.

    Kelemahan model learning cycle 7E menurut Fajaroh (2008) adalah:

    1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang mengusai materi dan

    langkah-langkah pembelajaran.

    2. Menuntut kesunggahan dan kreativitas guru dalam merancang dan

    melaksanakan proses pembelajaran.

    3. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana

    dan melaksanakan pembelajaran.

  • 26

    2.5 Tinjauan materi tentang Usaha dan Energi

    2.5.1 Energi

    2.5.1.1 Pengertian energi

    Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha

    (Wasis, 2008; 165).

    2.5.1.2 Bentuk-bentuk energi

    2.5.1.2.1 Energi kimia

    Seperti telah disinggung sebelumnya, makanan dan minuman

    mengandung energi kimia. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam makanan dan

    minuman tersebut dapat menghasilkan energi kimia karena di dalam tubuh

    sebenarnya terjadi reaksi kimia yang mengubah zat-zat yang terkandung dalam

    makanan menjadi energi. Gas, bensin, solar, batu bara, dan minyak tanah juga

    merupakan sumber energi kimia. Jika contoh-contoh sumber energi tersebut

    direaksikan, dapat menghasilkan energi.

    2.5.1.2.2 Energi Listrik

    Menurut Krisno (2008: 202), energi listrik terjadi karena adanya muatan

    listrik yang bergerak. Muatan listrik yang bergerak akan menimbulkan arus listrik.

    2.5.1.2.3 Energi Panas

    Energi panas sering disebut juga energi kalor, merupakan salah satu

    bentuk energi yang berasal dari partikel-partikel penyusun suatu benda (Wasis,

    2008: 166). Partikel-partikel suatu benda dapat menghasilkan energi panas apabila

    ada sesuatu yang dapat membuat partikel-partikel bergerak.

  • 27

    2.5.1.2.4 Energi Bunyi

    Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Ketika penggaris kamu

    getarkan, partikel-partikel udara di sekitar mistar akan ikut bergetar, partikel-

    partikel inilah yang menimbulkan bunyi. Dengan demikian, bunyi dapat

    dihasilkan oleh getaran partikel udara di sekitar sumber bunyi (Krisno, 2008:

    203).

    2.5.1.2.5 Energi Nuklir

    Krisno (2008: 203) mendefinisikan energi nuklir sebagai energi yang

    dihasilkan selama reaksi nuklir. Reaksi nuklir terjadi karena reaksi inti di dalam

    inti radioaktif. Contoh energi nuklir terjadi pada ledakan bom atom dan reaksi inti

    yang terjadi di matahari. Di matahari, terjadi reaksi inti fusi yang menghasilkan

    energi nuklir yang sangat besar sehingga energi ini merupakan sumber energi

    utama di bumi.

    2.5.1.3 Perubahan energi

    Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi yang lain.

    Perubahan bentuk energi yang biasa dimanfaatkan sehari-hari antara lain sebagai

    berikut:

    2.5.1.3.1 Energi listrik menjadi energi panas

    Contoh perubahan energi listrik menjadi energi panas terjadi pada mesin

    pemanas ruangan, kompor listrik, setrika listrik, heater, dan selimut listrik.

    2.5.1.3.2 Energi mekanik menjadi energi panas

    Contoh perubahan energi mekanik menjadi energi panas adalah dua buah

    benda yang bergesekan.

  • 28

    2.5.1.3.3 Energi mekanik menjadi energi bunyi

    Perubahan energi mekanik menjadi energi bunyi dapat terjadi ketika kita

    bertepuk tangan atau ketika kita memukulkan dua buah benda keras.

    2.5.1.3.4 Energi kimia menjadi energi listrik

    Perubahan energi pada baterai dan aki merupakan contoh perubahan

    energi kimia menjadi energi listrik.

    2.5.1.3.5 Energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor

    Perubahan energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor terjadi pada

    berpijarnya bohlam lampu. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi

    cahaya biasanya disertai bentuk energi lainnya, misalnya kalor.

    2.5.1.3.6 Energi cahaya menjadi energi kimia

    Perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dapat kita amati pada

    proses pemotretan hingga terbentuknya foto.

    2.5.1.4 Energi mekanik

    Energi mekanik merupakan penjumlahan antara besarnya energi kinetik

    dan energi potensial (Krisno, 2008: 204). Energi mekanik yang dimiliki suatu

    benda dapat ditulis secara matematis sebagai berikut.

    Keterangan:

    Em = energi mekanik (Joule)

    Ep = energi potensial (Joule)

    Ek = energi kinetik (Joule)

  • 29

    2.5.1.4.1 Energi potensial

    Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh posisi benda.

    Semakin besar ketinggian suatu benda, semakin besar pula energi potensial yang

    dimiliki benda tersebut. Energi potensial juga dipengaruhi oleh massa benda

    (Wasis, 2008: 168-169).

    Dari uraian di atas, energi potensial dapat ditulis ke dalam bentuk

    matematis sebagai berikut.

    Keterangan:

    EP = energi potensial (J)

    m = massa (kg)

    g = percepatan gravitasi (m/s2)

    h = ketinggian (m)

    2.5.1.4.2 Energi kinetik

    Energi kinetik dapat didefinisikan sebagai energi yang dimiliki sebuah

    benda karena kelajuannya. Besar energi kinetik bergantung pada massa benda dan

    kecepatannya (Wasis, 2008: 169). Energi kinetik dapat dirumuskan sebagai

    berikut.

    Keterangan:

    Ek = energi kinetik (J)

    m = massa (kg)

  • 30

    v = kelajuan (m/s)

    2.5.1.4.3 Hukum kekekalan energi

    Menurut Wasis (2008: 170), banyaknya energi yang berubah menjadi

    bentuk energi lain sama dengan banyaknya energi yang berkurang sehingga total

    energi dalam sistem tersebut adalah tetap. Dengan demikian, dapat kita simpulkan

    bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat

    berubah bentuk menjadi bentuk energi lain. Pernyataan ini dikenal sebagai

    hukum kekekalan energi.

    2.5.2 Usaha

    2.5.2.1 Pengertian usaha

    Usaha adalah perkalian antara gaya yang bekerja dengan besarnya

    perpindahan (Wasis, 2008: 172).

    Gambar 2.2 Definisi Usaha

    Dalam bentuk matematis, usaha dapat dituliskan sebagai berikut

    Keterangan:

    W = usaha (J)

    F = gaya yang bekerja pada benda (N)

    s = perpindahan benda (m)

  • 31

    2.5.2.2 Hubungan energi dan usaha

    Sebuah bola berada di atas lantai. Bola tersebut kemudian digerakkan ke

    atas dengan gaya F, akibatnya bola berpindah setinggi h. Hal ini berarti kita

    melakukan usaha untuk memindahkan bola dari lantai sampai setinggi h. Ketika

    bola bergerak, bola memiliki energi kinetik. Pada saat bola berada setinggi h, bola

    memiliki energi potensial.

    Besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan bola sama dengan

    selisih energi kinetiknya atau selisih energi potensialnya.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa besarnya usaha sama dengan besarnya

    perubahan energi pada benda (Krisno, 2008: 211).

    2.5.3 Daya

    2.5.3.1 Pengertian daya

    Menurut Krisno (2008: 212), daya adalah perubahan energi potensial atau

    energi kinetik tiap satuan waktu.

    Gambar 2.3 Hubungan Usaha dan Energi

  • 32

    Dengan demikian, daya didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan tiap

    satuan waktu. Daya merupakan besaran fisika yang mempunyai satuan J/s atau

    watt. Secara matematis daya dituliskan sebagai berikut:

    Keterangan:

    P = daya (J/s)

    W = usaha (J)

    t = waktu (s)

    Satuan daya yaitu Joule/sekon (J/s). Dalam satuan SI disebut sebagai watt

    dilambangkan W. 1 watt = 1 Joule/sekon.

    2.6 Kerangka Berpikir

    Dalam tujuan pembelajaran fisika dalam KTSP tercakup kompetensi dasar

    yang harus dimiliki siswa yaitu memupuk sikap ilmiah, mengembangkan

    pengalaman dan menguasai konsep dan prinsip fisika. Kompetensi-kompetensi

    tersebut berkenaan dengan hasil belajar fisika siswa yang mencakup aspek

    kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau

    fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa

    fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu

    rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

    Dalam pembelajaran sains atau fisika harus lebih menekankan

    pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa harus benar-benar dilibatkan secara

    langsung dalam pembelajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih

  • 33

    mendalam tentang alam sekitar. Sains atau fisika bukan berisi informasi yang

    harus dihafalkan siswa, tetapi informasi yang terdapat dalam sains dapat diperoleh

    dan dialami siswa secara langsung sehingga kompetensi yang menjadi tujuan

    pembelajaran sains atau fisika dapat lebih komperhensif meliputi aspek kognitif,

    afektif, dan psikomotorik yang dapat tertanamkan dengan baik pada diri siswa.

    Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pendekatan yang mampu

    memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam pembelajaran sains.

    Salah satu upaya pemecahan masalah di atas yaitu dengan memberikan

    pembelajaran sains atau fisika model learning cycle 7E. Model learning cycle 7E

    merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning)

    dengan berperan aktif dalam menggali dan memperkaya pemahaman mereka

    terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Penggunaan model learning cycle 7E

    pada pembelajaran sains fisika pokok bahasan Usaha dan Energi kelas VIII SMP,

    diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif,

    dan psikomotorik. Kerangka berpikir peneliti dapat disajikan dalam bagan

    sebagaimana tergambar pada Gambar 2.4.

  • 34

    2.7 HIPOTESIS

    Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

    learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP

    Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi.

    Fakta yang ditemui Pembelajaran cenderung ceramah (teacher center) Kurang adanya variasi metode dan media pembelajaran

    Siswa kurang aktif dalam pembelajaran Pemahaman konsep siswa rendah hasil belajar siswa rendah

    Perlu perbaikan sistem pembelajaran Fisika dengan memperbaiki model pembelajaran

    Model pembelajaran learning cycle 7E

    Kegiatan belajar meningkat

    Suasana pembelajaran menyenangkan Motivasi dan minat belajar siswa meningkat Keaktifan siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat

    Hasil yang diharapkan

    Pemecahan Masalah

    Gambar 2.4. Bagan Kerangka Berpikir

  • 35

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Objek Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang yang beralamat di

    Pedurungan kota Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang

    terdiri dari 28 siswa, 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

    3.2 Fokus Penelitian

    Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang

    meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif

    diukur dengan tes tertulis. Hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur dengan

    lembar observasi.

    3.3 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

    Research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap

    siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning),

    pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

    Secara sistematis skema prosedur penelitian tindakan kelas seperti pada

    Gambar 3.1.

  • 36

    1. Pembelajaran kurang variatif, siswa pasif, mudah merasa bosan 2. Hasil belajar belum optimal

    Gambar 3.1. Bagan Siklus Pembelajaran

    Perencanaan Tindakan I: -observasi identifikasi masalah -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan energi dan perubahan bentuk energi -Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen oleh dosen pembimbing dan dosen ahli -uji coba soal dan analisis soal

    Pelaksanaan Tindakan I: -melaksanakan skenario pembelajaran pada sub pokok bahasan energi dan perubahan bentuk energi sesuai model learning cycle 7E

    Pengamatan Tindakan I: Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E

    Refleksi Tindakan I: -menganalisis jawaban post-test -menganalisis hasil observasi -hasil analisi menunjukan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya

    Perencanaan Tindakan II: -identifikasi masalah berdasarkan refleksi I -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik

    Pelaksanaan Tindakan II: -melaksanakan skenario pembelajaran pada sub pokok bahasan energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik sesuai model learning cycle 7E

    Pengamatan Tindakan II: Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E

    Refleksi Tindakan II: -menganalisis jawaban post-test -menganalisis hasil observasi -hasil analisi menunjukan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya

    Perencanaan Tindakan III: -identifikasi masalah berdasarkan refleksi II -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya

    Pelaksanaan Tindakan III: -melaksanakan skenario pembelajaran pada pokok bahasan usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya sesuai model learning cycle 7E

    Pengamatan Tindakan III: Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E

    Refleksi Tindakan III: -menganalisis jawaban post-test -menganalisis hasil observasi -hasil analisis post-test dan hasil observasi menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sehingga siklus dihentikan

  • 37

    Langkah-langkah yang ditempuh pada setiap siklus dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    3.3.1 Perencanaan (planning)

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

    1) Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa maupun

    guru. Identifikasi masalah yang dihadapi siswa yaitu hasil ulangan harian

    mata pelajaran fisika materi sebelumnya. Identifikasi masalah yang dihadapi

    guru yaitu mengenai metode pembelajaran yang biasa dilakukan, motifasi dan

    minat siswa terhadap fisika dan situasi pembelajaran di kelas.

    2) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan tahapan pembelajaran

    learning cycle 7E dan menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus dan

    sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar

    kegiatan siswa (LKS).

    3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis yang digunakan untuk

    mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

    4) Menyusun format lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik.

    5) Menyusun kisi-kisi soal uji coba.

    6) Melakukan uji coba dan analisis soal uji coba.

    3.3.2 Pelaksanaan (Acting)

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario

    pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran learning cycle 7E.

    Tindakan yang dilakukan guru adalah orientasi siswa pada masalah,

    mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual

  • 38

    maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis

    dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Di setiap akhir siklus, guru

    memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Pada saat yang

    bersamaan peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) yang melakukan

    observasi terhadap hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa.

    3.3.3 Pengamatan (Observing)

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati dan merekam

    segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek

    tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E. Perekaman

    data mengenai hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif meliputi: kehadiran di

    kelas, tanggung jawab, menghargaai pendapat orang lain, kerapian pakaian,

    kemampuan menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, bekerjasama

    dalam kelompok. Hasil belajar psikomotorik meliputi: kemampuan

    mempersiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan,

    keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati

    percobaan, kerapian dan kebersihan alat praktikum, dan efektifitas waktu.

    3.3.4 Refleksi (Reflecting)

    Refleksi berhubungan dengan proses dan dampak pelaksanaan tindakan

    yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah:

    1) Menganalisis jawaban dari hasil post-test.

    2) Menganalisi hasil observasi.

    3) Melakukan perbaikan untuk siklus atau kegiatan belajar mengajar

    selanjutnya.

  • 39

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode

    dokumentasi, tes, dan observasi.

    3.4.1 Dokumentasi

    Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-data yang

    mendukung penelitian yang dikelompokan menjadi tiga tingkatan huruf p yakni

    person: sumber data berupa orang (daftar nama siswa yang menjadi sampel

    penelitian), place: sumber data berupa tempat (alamat dan letak SMP Negeri 9

    Semarang), paper: sumber data berupa simbol (daftar nilai Fisika kelas VIII

    pokok bahasan Gaya) (Arikunto, 2006: 129).

    3.4.2 Tes

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

    digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

    atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150).

    Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada aspek

    kognitif yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model learning cycle 7E. Tes

    ini mencakup aspek-aspek kognitif C1, C2, C3, dan C4 terkait materi Usaha dan

    Energi. Tes prestasi belajar dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan

    ganda dengan empat alternatif pilihan jawaban.

    3.4.3 Observasi

    Observasi berfungsi untuk mengukur sejauh mana aktivitas siswa dalam

    proses pembelajaran yang dilaksanakan. Peneliti melakukan observasi terhadap

    aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa selama pembelajaran berlangsung.

  • 40

    3.5 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Soal post-test (pilihan ganda),

    2. Lembar observasi afektif,

    3. Lembar observasi psikomotorik.

    3.6 Analisis instrumen

    3.6.1 Validitas Isi

    Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur

    (Sugiyono, 2008: 121). Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi

    instrumen. Pengujian validitas isi melalui analisis rasional oleh professional

    judgment. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan

    menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang

    diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau

    pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu

    maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis

    (Sugiyono, 2008: 129).

    3.6.2 Reliabilitas

    Reliabilitas menyatakan tingkat keajegan suatu tes. Scarvia B. Anderson

    (Arikunto, 2008: 87) dan kawan-kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes,

    yaitu validitas dan reabilitas itu penting A reliable measure in one that provides

    consistent and stable indication of the characteristic being investigated. Nilai

  • 41

    reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Dalam

    penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah

    dengan menggunakan metoda belah dua (split half). Sehingga, Arikunto (2008:

    93) mengemukakan untuk perumusan perhitungan reliabilitas tes adalah sebagai

    berikut:

    r11 =

    Metode split half method adalah metode belah dua. Telah disinggung oleh

    Arikunto (2008: 100) bahwa salah satu syarat untuk dapat menggunakan metode

    belah dua adalah bahwa banyaknya item harus genap agar dapat dibelah. Syarat

    yang kedua item-item yang membentuk soal tes harus homogen atau paling tidak

    setelah dibelah terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan belahan

    kedua.

    Untuk mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan ini maka reabilitas dapat

    dicari dengan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus K-

    R. 21. Sehingga Arikunto (2008: 100) mengemukakan perumusan perhitungan

    reabilitas tes adalah sebagai berikut:

    r11

    Keterangan:

    r11 = reliabilitas instrumen,

    p = proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar,

    q = proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah,

    n = banyaknya soal,

  • 42

    pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q,

    S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).

    Setelah 11r diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel.

    Apabila maka dikatakan instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2008:

    196).

    3.6.3 Daya Pembeda

    Daya pembeda atau indeks diskriminasi digunakan untuk membedakan

    antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa tidak pandai

    (berkemampuan rendah). Menurut Arikunto (2008: 213), rumus yang digunakan

    untuk menentukan daya pembeda soal adalah:

    Keterangan:

    BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar,

    BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar,

    JA = banyaknya peserta kelompok atas,

    JB = banyaknya peserta kelompok bawah.

    Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya

    pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

    Nilai DP KriteriaDP < 0,00 Sangat jelek0,00 DP 0,20 Jelek0,20 < DP 0,40 Cukup0,40 < DP 0,70 Baik0,70 < DP 1,00 Baik Sekali

  • 43

    3.6.4 Tingkat Kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.

    Menurut Arikunto (2008: 208), untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal

    rumus yang digunakan adalah:

    Keterangan:

    IK = indeks kesukaran,

    B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,

    JS = jumlah seluruh siswa.

    Taraf kemudahan butir soal berkisar antara 0,0 sampai dengan 1,0. Bila

    butir soal mempunyai taraf kemudahan 0,0 berarti tidak seorangpun peserta tes

    dapat nmenjawab butir soal tersebut secara benar. Taraf kemudahan 1,0 berarti

    bahwa semua peserta tes dapat menjawab butir soal itu dengan benar. Nilai IK

    yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan taraf kemudahan butir

    soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2. Adapun indeks kesukaran soal

    dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    Tabel 3.2 Interpretasi Taraf Kemudahan

    Nilai TK Kriteria 0,00 TK 0,30 Sukar 0,30 < TK 0,70 Sedang 0,70 < TK 1,00 Mudah

  • 44

    3.7 Metode Analisis Data

    Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

    kuantitatif dan kualitatif, karena data input penelitian ini terdiri dari data

    kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes dan merupakan hasil

    belajar kognitif dan lembar observasi hasil belajar afektif dan psikomotorik. Data

    kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran

    berlangsung.

    Analisis data dilakukan untuk menghitung perolehan hasil belajar siswa

    yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

    3.7.1 Analisis tes hasil belajar kognitif

    Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang ditujukkan oleh

    kemampuan kognitif dihitung dengan menggunakan rumus:

    (Yuliana, 2009: 196)

    3.7.2 Analisis hasil observasi afektif dan psikomotorik

    Aspek afektif dan psikomotorik siswa yang diperoleh merupakan data

    hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan rumus:

    (Yuliana, 2009: 196)

    3.7.3 Analisis persentase ketuntasan hasil belajar

    3.7.3.1 Ketuntasan individual

    Persentase ketuntasan belajar siswa secara individual dihitung dengan

    menggunakan rumus deskriptif persentase:

    (Yuliana, 2009: 196)

  • 45

    Keterangan:

    % = persentase,

    n = jumlah nilai yang diperoleh,

    N = jumlah nilai maksimal.

    3.7.3.2 Ketuntasan klasikal

    Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan

    menggunakan rumus deskriptif persentase sebagia berikut:

    (Yuliana, 2009: 196

    Keterangan:

    % = persentase,

    n = jumlah sisiwa yang tuntas secara klasikal,

    N = jumlah seluruh siswa.

    3.7.4 Uji Gain Rata-rata Ternormalisasi

    Peningkatan rata-rata keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep

    siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapat perlakuan dapat dihitung

    menggunakan rumus gain rata-rata ternormalisasi. Hake (1998: 64) menyatakan

    bahwa gain rata-rata ternormalisasi adalah perbandingan gain rata-rata aktual

    G dan gain rata-rata maksimum max

    G ,

    pre

    prepost

    S

    SSG

    Gg

    %100

    %%

    %%

    00

    max == ,

    dimana preS adalah nilai rata-rata siklus I dan postS adalah nilai rata-rata

    siklus berikutnya, dengan kriteria faktor gain g sebagai berikut:

  • 46

    tinggi = g > 0,7,

    sedang = 0,3 g 0,7,

    rendah = g < 0,3.

    3.7.5 Analisis signifikansi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik

    Untuk mengetahui taraf peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan

    psikomotorik siswa dari satu silus ke siklus beeikutnya digunakan uji-t dengan

    persamaan sebagai berikut:

    (Arikunto 2006: 275)

    Keterangan:

    M = mean dari perbedaan setiap siklus,

    Xd = deviasi setiap subjek (d-Md),

    x2d = jumlah kuadrat deviasi,

    N = subjek pada sampel.

    3.8 Indikator Keberhasilan

    Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin dari adanya

    peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklusnya, berupa peningkatan hasil

    belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Menurut Mulyasa (2002:99), keberhasilan pembelajaran untuk aspek

    kognitif siswa dapat diketahui dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai

    KKM (75% untuk SMP Negeri 9 Semarang) secara individual dan 85% secara

  • 47

    klasikal. Untuk penilaian aspek afektif dan aspek psikomotorik, seorang siswa

    dikatakan tuntas belajar jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual

    dan 75% secara klasikal (Mulyasa 2002: 101-102).

  • 48

    BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Hasil Belajar Kognitif dan Peningkatannya

    Hasil belajar kognitif siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah

    diterapkan model learning cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.1. Penilaian hasil

    belajar kognitif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 12.

    Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa

    Keterangan Sesudah tindakan Kriteria Siklus I Siklus

    II Siklus III

    Nilai tertinggi 91.67 91.67 100.00 Nilai terendah 50.00 50.00 61.54 Nilai rata-rata 71.73 74.40 80.49 Jumlah siswa tuntas 17 20 24 Jumlah siswa tidak tuntas 11 8 4 Ketuntasan klasikal 60.71 71.43 85.71 ttabel pada taraf signifikansi 95%

    1,703

    Gain siklus I ke siklus II

    0,095 Rendah

    Gain siklus II ke siklus III

    0,238 Rendah

    Gain siklus I ke siklus III

    0,310 Sedang

    thitung siklus I ke siklus II 1,611 Tidak signifikan

    thitung siklus II ke siklus III 4,712 Signifikan thitung siklus I ke siklus III 4,097 Signifikan

    Peningkatan hasil belajar kognitif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada

    Gambar 4.1.

  • 49

    Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa

    4.1.2 Hasil Belajar Afektif dan Peningkatannya

    Hasil belajar afektif siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah

    diterapkan model learning cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.2. Penilaian hasil

    belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 15.

    Tabel 4.2 Hasil Belajar Afektif Siswa

    Keterangan Sesudah tindakan Kriteria Siklus I Siklus

    II Siklus III

    Nilai tertinggi 85,71 89,29 96,43 Nilai terendah 50,00 50,00 57,14 Nilai rata-rata 72,70 76,15 82,14 Jumlah siswa tuntas 16 18 23 Jumlah siswa tidak tuntas 12 10 5 Ketuntasan klasikal 57,14 64,29 82,14 ttabel pada taraf signifikansi 95%

    1,703

    Gain siklus I ke siklus II

    0,128 Rendah

    Gain siklus II ke siklus III

    0,251 Rendah

    Gain siklus I ke siklus III

    0,346 Sedang

  • 50

    thitung siklus I ke siklus II 3,453 Signifikan thitung siklus II ke siklus III 4,974 Signifikan thitung siklus I ke siklus III 8,204 Signifikan

    Peningkatan hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada

    Gambar 4.2.

    Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa

    4.1.3 Hasil Belajar Psikomotorik dan Peningkatannya

    Hasil belajar psikomotorik siswa dan peningkatannya di setiap siklus

    setelah diterapkan model learning cycle 7E. Penilaian hasil belajar psikomotorik

    siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 19.

    Tabel 4.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

    Keterangan Sesudah tindakan Kriteria Siklus I Siklus

    II Siklus III

    Nilai tertinggi 83,33 87,50 87,50 Nilai terendah 54,17 58,33 62,50 Nilai rata-rata 74,11 77,53 80,95 Jumlah siswa tuntas 19 20 23 Jumlah siswa tidak tuntas 9 8 5 Ketuntasan klasikal 67,86 71,43 82,14 ttabel pada taraf signifikansi 1,703

  • 51

    95% Gain siklus I ke siklus II

    0,132 Rendah

    Gain siklus II ke siklus III

    0,152 Rendah

    Gain siklus I ke siklus III

    0,264 Rendah

    thitung siklus I ke siklus II 6,491 Signifikan thitung siklus II ke siklus III 4,420 Signifikan thitung siklus I ke siklus III 6,072 Signifikan

    Peningkatan hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada

    Gambar 4.3.

    Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

    4.1.4 Tinjauan Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif

    Peningkatan hasil belajar afektif siswa dianalisis dari peningkatan setiap

    indikator hasil belajar afektif yang diteliti yaitu indikator kehadiran di kelas,

    tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, kerapian pakaian,

    menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, dan bekarjasama dalam

  • 52

    kelompok. Setiap indikator dalam lembar observasi aspek afektif dihitung nilai

    gain ternormalisasinya. Analisis peningkatan setiap indikator hasil belajar afektif

    siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Setelah dilakukan analisis,

    diperoleh data seperti ditunjukan pada Tabel 4.4.

  • 53

    Tabel 4.4 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif Tiap Siklus

    Indikator Siklus I-II Kriteria II-III Kriteria I-III KriteriaI II III

    Kehadiran di kelas 80.36 80.36 84.82 0 Tidak meningkat

    0.227 Rendah 0,227 Rendah

    Tanggung jawab 84.82 86.61 91.96 0.118 Rendah 0.400 Sedang 0,471 SedangMenghargai pendapat

    orang lain 61.61 62.5 72.32 0.023 Rendah 0.262 Rendah 0,279 Rendah

    Kerapian pakaian 94.64 94.64 96.43 0 Tidak meningkat

    0.333 Sedang 0,333 Sedang

    Menyampaikan pendapat

    41.07 50.89 61.61 0.167 Rendah 0.218 Rendah 0,348 Sedang

    Memperhatikan pelajaran

    62.50 68.75 72.32 0.167 Rendah 0.114 Rendah 0,262 Rendah

    Bekerjasama dalam kelompok

    83.93 89.29 95.54 0.333 Sedang 0.583 Sedang 0,722 Tinggi

    Rata-rata 72.70 76.15 81.51 0.115 Rendah 0.305 Sedang 0,378 Sedang

    Hasil analisis data Tabel 4.4 digambarkan dengan diagram batang seperti

    ditunjukan pada Gambar 4.4.

    Gambar 4.4 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar

    Afektif

  • 54

    4.1.5 Tinjauan Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik

    Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa dianalisis dari peningkatan

    setiap indikator hasil belajar afektif yang diteliti yaitu indikator memeprsiapkan

    alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan, keterampilan dalam

    melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati percobaan, kerapian

    dan kebersihan praktikum, dan efektifitas waktu. Setiap indikator da