40061171 dasar teori pembahasan klt curcumin

Upload: lintang-herlinaningtyas

Post on 09-Jul-2015

455 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DASAR TEORI KLT CURCUMIN Kromatografi Lapis Tipis atau KLT (Thin layer Chromatography, T.L.C) sebenarnya telah mulai digunakan sejak tahun 1938 oleh para peneliti Rusia yaitu Izmalov dan Schraiber. Tetapi baru mendapat perhatian yang serius setelah kromatografi (Kusmardiyani, 1992). Di antara berbagai jenis kromatografi, sederhana (Sthal, 1985). Berbeda dengan kromatografi kolom .,. menurun (Rohman, 2007). Kromatografi lapis tipis ditampakkan (dideteksi) (Sthal, 1985). Untuk campuran dan lain-lain (Sthal, 1985). Beberapa keuntungan lain kromatografi .tidak bergerak (Rohman, 2007). Teknik kromatografi lapisan tipis menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca sbg ..itu (Vogel, ). Penggunaan KLT juga lebih leluasa dalam arti kromatogram (Kusmardiyani, 1992). Pada prinsipnya pengerjaan KLT meliputi tahap2 sebagai berikut: 1. Pembuatan pelat (lapisan tipis) Ada berbagai cara permukaan adsorben (Kusmardiyani, 1992). Dalam kromatografi lapisan tipis bahan penyalut yang digunakan beraneka macam, meskipun gel silica bahan lain. Namun gel silica (Vogel, ). Contoh cara kerja pembuatan lapisan tipis pada KLT: a. Pembuatan lapisan tipis, kecil : . b. Pembuatan lapisan tipis, besar: .. Pada dasarnya, ada empat cara yang digunakan dalam etil asetat. Plat2 kecil dengan cepat (Sastrohamidjojo, 1985). 2. Penotolan cuplikan pada pelat

Cara menempatkan cuplikan pada lapisan tipis yang rendah (Sastrohamidjojo, 1985). Untuk menghindarkan menguap (Kusmardiyani, 1992) Kedudukan noda .plat kaca. Untuk pekerjaan pemisahan yang besar membentuk garis. Garis awal pada garis (Sastrohamidjojo, 1985). 3. Pemilihan adsorben (fase diam) Fase diam yang digunakan resolusinya. Penjerap yg selulosa (Rohman, 2007). a. Silica gel Dalam kromatografi lapisan tipis bahan penyalut yang digunakan beraneka macam, meskipun gel silica bahan lain. Namun gel silica (Vogel, ). Silica gel merupakan berbeda (Kusmardiyani, 1992). Silica gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 1985). Lumpuran yang dibuat dengan tidak dapat digunakan (Kusmardiyani, 1992). Ukuran silica gel terutama mempengaruhi kecepatan alir dan kualitas pemisahan. Silica gel sangat higroskopis. Masalah aktivasi disimpan (Sudjadi, 1988). b. Selulosa Selulosa bersifat serat tanpa pengikat (kusmardiyani, 1992). Selulosa untuk KLT terdapat dalam dua bentuk senyawa hidrofil (Sudjadi, 1988).

4. Pemilihan sistem pengembang (fase gerak) Fase gerak adalah medium 50:40:10 (Stahl, 1985). Fase gerak pada KLT optimal (Stahl, 1985).

Pemilihan ini tergantung digunakan. Pada umumnya pelarut tunggal (Kusmardiyani, 1992). Berikut adalah basa dan asam (Stahl, 1985). 5. Cara pengembangan kromatogram Pengembangan adalah lapisan (Sthal, 1985). Bejana kromatografi cara yg lain (Rohman, 2007). 6. Identifikasi bercak Bercak pemisahan pencatat (recorder) (Rohman, 2007). 7. Penggunaan KLT Buku rohman plis . 8. Angka Rf pada KLT Buku stahl plis . 9. Faktor yg mempengaruhi harga Rf Buku kimia bahan alam .

PEMBAHASAN CURCUMIN Perc Pemisahan dan Identifikasi Curcumin ini bertujuan untuk (tujuan perc). Percobaan ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu pembuatan ekstrak curcumin yang didasarkan pd prinsip maserasi, pemisahan dengan kolom kromatografi, dan identifikasi curcumin dg KLT. Maserasi merupakan suatu proses ekstraksi cair padat menggunakan suatu pelarut selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk atau dikocok pada suhu kamar (Kusmardiyani, 1992) kimia bahan alam. Prinsip ini digunakan dlm pembuatan ekstrak curcumin, dimana langkah pertama yg dilakukan adalah ditimbang sebanyak 10gr serbuk kering Curcuma domestica, kemudian dimasukkan kdlm wadah terlindung cahaya, dan dituang dg etanol 96% sbanyak 100 ml. Sari ini kemudian ditutup dan ddiamkan slm 5hari sambil diaduk scr brulang. Hal ini bertujuan agar kandungan dalam sari akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sari. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim b, 2008) medicafarma Ampas yg diperoleh ditambahkan dg 25 ml cairan penyari, yaitu etanol 96% kemudian diaduk dan disaring. Sari yg diperoleh dimasukkan dlm wadah, ditutup, dan didiamkan selama 2 hari tlindung dr cahaya. Endapan yang diperoleh dipisahkan. Tahap kedua yg dlkkn dlm perc ini adl mlkkn pemisahan dg kolom kromatografi. Pada proses pemisahan bawah kolom (Kusmardiyani, 1992). Dalam tahap ini jg dlkkn 3 langkah yaitu pembuatan kolom kromatografi, pengisian cuplikan kdlm kolom, dan pemisahan. Proses pembuatan kolom kromatografi dalam percobaan ini dlkkn bdsrkan prinsip pmbuatan kolom dg cara basah, yaitu pertama-tama disiapkan eluen yang dibuat dr campuran benzena, kloroform, dan etanol sebanyak 100 ml dg perbandingan 45ml : 45ml : 10ml.

Ditimbang silika gel secukupnya dan dimasukkan kdlm kolom yg tlh dialasi dg glass wool sampai tinggi 10 cm. Silika gel dr dlm kolom kemudian dituang ke beker glass dan ditambahkan eluen sampai tbentuk cairan sprti bubur. Pembentukan bubur ini brtujuan untuk mencegah terbentuknya gelembung2 udara dlm kolom slm proses pengisian, krn adanya gelembung2 udara tsb dpt menyebabkan rusaknya silika gel (penyerap) dlm kolom. Campuran silika dan eluen dimasukkan dg pipet kdlm kolom scr hati-hati, pada saat menuangkan campuran ini keran kolom hrs dlm keadaan ttutup. Partikel dalam campuran akan jatuh ... pelarut. Setelah mncapai ketinggian 5-10cm ... baik (Kusmardiyani, 1992). Pada proses pengisian cuplikan kdlm kolom, hal pertama yg hrs dlkkn adl hasil maserasi (maserat) diuapkan hingga tbentuk ekstrak kental. Ekstrak kental yg diperoleh kmudian ditimbang. Perhitungan penimbangan ekstrak dlkkn dg mengurangi berat cawan porselen yg berisi ekstrak dg cawan porselen kosong, yaitu 56, 936 gr 55,347 gr sehingga berat ekstrak yg diperoleh adl sebesar 1,049 gr. Ekstrak kental ini kemudian ditambahkan etanol 96% sebanyak 10 ml, dan dimasukkan kdlm kolom kromatografi scr sedikit demi sdikit mll dinding. Sangat penting penyerap (silica gel) (Sastro, 1985). Setiap cuplikan atau campuran yg ttinggal dpt dibilas dg eluen yg tlh dibuat sbnyak 50 ml. Proses pemisahan merupakan proses terakhir yg dlkkn dlm pemisahan dg kolom kromatografi dan dlkkn dg menampung fraksi hasil pengembangan (eluat) setiap 5 ml. Penampungan milliliter eluat (Kus, 1992). Tahap terakhir dlm perc ini adl mlkkn identifikasi curcumin dg menggunakan metode KLT. Pertama-tama disiapkan plat KLT silica gel GF254 berukuran 12 x 7 cm. Plat KLT kemudian diaktivasi pd suhu 110o selama 30 menit. Chamber dijenuhkan dgn fase gerak, yaitu methanol sebanyak 10 ml. Semua fraksi yg tlh diuapkan ditotolkan pd plat KLT sebanyak 20 mikroliter. Plat KLT dimasukkan kdlm chamber, dielusi sampai jarak pengembangan 10 cm, dikeringkan slm 10 menit, dan diamati dbwh sinar matahari dan sinar UV dg pjg gelombang 366 nm. Dlm proses identifikasi curcumin dg menggunakan metode KLT didapatkan jarak spot dr fraksi I sampai fraksi V scr bturut2 adl sebesar 7 cm; 5,5 cm; 5 cm; 5,9 cm, dan 5,8 cm dgn jarak

pelarut tetap yaitu sbsr 10 cm. Dari data ini diperoleh harga Rf scr bturut2 adl sebesar 0,7; 0,55; 0,5; 0,59, dan 0,58. Sedangkan untuk harga hRf yg diperoleh scr bturut2 adl sbsr 70, 55, 50, 59, dan 58. Harga Rf dan harga hRf yang didapat tidak sesuai dg tabel harga Rf dan hRf dalam buku Analisis Obat secara Kromatografi dan Spektroskopi yg menyatakan bahwa rentang harga hRf untuk kandungan curcumin adl sebesar . - . Hal ini mungkin dikarenakan oleh tidak murninya salah satu bahan campuran eluen, yaitu benzena dan kurangnya kualitas silica gel yg digunakan saat pemisahan dg kolom kromatografi sehingga mengakibatkan rusaknya spot yg didapat, dan berakibat thdp ketidak cocokan antara harga Rf dan hRf yg diperoleh dengan rentang harga Rf dan hRf pd literatur. Setelah melalui proses deteksi bercak dbwh sinar matahari, didapatkan hasil bahwa warna yg muncul untuk fraksi I adl kuning, sedangkan untuk fraksi II sampai fraksi V adl jingga. Hal ini sudah sesuai dg wrn yg tercantum pd literatur, yaitu buku Analisis Obat secara Kromatografi dan Spektroskopi yg menyatakan bahwa wrn kuning yg muncul saat deteksi bercak dbwh sinar matahari menunjukkan adanya kandungan curcumin pada fraksi, sedangkan wrn jingga menunjukkan adanya kandungan bis des curcumin (?). Untuk proses deteksi bercak pd sinar UV dg pjg gelombang 366 nm, didapatkan warna bercak yg muncul untuk fraksi I adl jingga, sedangkan utk fraksi II sampai fraksi V adl merah darah. Hal ini jg sudah sesuai dg literatur yaitu tabel pd buku Analisis Obat secara Kromatografi dan Spektroskopi, dimana warna jingga pd fraksi I menunjukkan adanya kandungan dan untuk warna merah darah pd fraksi II sampai fraksi V menunjukkan adanya kandungan ..

KESIMPULAN1. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana di dalam sel (galenik). 2. Pada proses pemisahan bawah kolom (Kusmardiyani, 1992).

3. Kromatografi lapis tipis ditampakkan (dideteksi) (Sthal, 1985).4. Setelah melalui proses deteksi bercak dbwh sinar matahari, didapatkan hasil bahwa

warna yg muncul untuk fraksi I adl kuning, sedangkan untuk fraksi II sampai fraksi V adl jingga. 5. Untuk proses deteksi bercak pd sinar UV dg pjg gelombang 366 nm, didapatkan warna bercak yg muncul untuk fraksi I adl jingga, sedangkan utk fraksi II sampai fraksi V adl merah darah. 6. Paragraph terakhir d jurnal

DAFTAR PUSTAKA Anonim a. 2009. Kunyit, Si Kuning Kaya Manfaat. (cited 2009 Nov, 17). Available from: http://www.lizaherbal.com/main Anonim b. 2008. Ekstraksi. (cited 2009 Sept, 10). Available from : http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html/ Anonim c. 2007. Kromatografi Kolom. (cited 2009 Nov, 17). Available from : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/pemisahan-standar/kromatografi-kolom/ Bassett, J., Vogel (dapus d binder) Depkes, R.I. 1977. Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, R.I. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hardjono, W. A., dan P. H. Yamrewav. 2004. Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses 2004. F (17): 1 - 5. Kusmardiyani, Siti. 1992. Kimia Bahan Alam. (finish it!) Lenny, Sofia. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository 2006. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rustam, E., I. Atmasari dan Yanwirasti. 2007. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi . Vol 12 (2) : 112 115. Sastrohamidjojo, Hardjono. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Nuffic Netherland. Sthal, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Spektroskopi. Bandung: ITB. Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta: Kanisius.