4 perencanaan partisipatif (bahasa)
TRANSCRIPT
Generic
PERENCANAAN PARTISIPATIF dalam Pembangunan Berkelanjutan
Joko Purwanto (Bojonegoro Institute) Elisa Sutanudjaja (Rujak Center for Urban Studies)
MASALAH MENDASAR
• Belanja pada APBD tidak sepenuhnya merujuk pada perencanaan daerah (RPJMD)
• Pembelanjaan anggaran daerah yang tidak fokus pada pencapaian tujuan daerah dan terjebak pada rutinitas pembelanjaan daerah. Tidak berdampak secara multiplayer
• RPJMD selalu berubah setiap 5 tahun sekali (seiring dengan pergantian bupati) cenderung tidak punya kesinambungan antar masa kepemimpinan
• Anggaran belanja cenderung didominasi sektor yang sama pada tiap tahunnya, misalnya infrastruktur
• Anggaran berbasis pagu bukan kinerja (blora)• Prioritas belanja pembangunan tahunan tidak mengacu sepenuhnya pada
RPJMD• Distribusi anggaran belanja yang tidak merata, didomisasi oleh kecamatan-
kecamatan besar dimana terdapat orang-orang ‘kuat’• Dominasi kelompok ‘berdaya’ dalam skema perencanaan daerah
• Konsultasi dan koordinasi multistakeholder• Perjanjian dengan bupati• Pembentukan tim inti• Peningkatan kapasitas stakeholder• Riset aksi partisipatif• Pembuatan visi kabupaten yang fokus, jelas dan realistis :
mencerminkan kepentingan semua stakeholder (visi bersama stakeholder)—yang diawali dengan visi SWP
• Pembuatan dokumen rencana pembangunan daerah berkelanjutan (RPDB)
• Penetrasi konten (mengintegrasikan dokumen RPDB ke skema perencanaan dan penganggaran daerah). Diadopsi dalam RPJMD
• Konsultasi terbuka (dialog jumat)
PROSES
TUJUAN
• Membangun daerah dengan skema pembangunan berkelanjutan (tidak bergantung pada satu sektor--Migas) berbasis perencanaan partisipatif
• Mengkonversi dana migas ke : – Pengembangan sosial : pendidikan dan kesehatan– Pembangunan ekonomi lokal : menguatkan sumber
ekonomi yang sudah ada (basis-pertanian), dan membangun sumber ekonomi berkelanjutan yang tidak berhubungan dengan migas.
CARANYA?
BENTUK INOVASI
• Perencanaan pembangunan daerah berkelanjutanDokumen RPDB
• Konsentrasi anggaran tahunan berbasis sektorRPJMD ABPD
• Pagu Indikatif Kecamatan : meratakan distribusi anggaranKeputusan Bupati No 10A/2011
HASIL
• Adanya dokumen perencanaan pembangunan daerah berkelanjutan (Bojonegoro 15 tahun, Blora 5 tahun?)
• Anggaran yang terfokus pada sektor tertentu (pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan dan pengembangan sektor basis—pertanian dan industri UMKM), sesuai dengan perencanaan jangka menengah
• Prosentase distribusi anggaran ke kecamatan yang berkeadilan
• Penganggaran berdasarkan pada prioritas pembangunan
PEMBELAJARAN
• Takes time, takes cost: Penyusunan perencanaan yang partisipatif, membutuhkan waktu lama dan biaya banyak
• Representasi : keterwakilan secara kewilayahan dan jumlah orang yang diwakili menjadi variabel penting dalam pembangunan mekanisme perencanaan partisipatif
• Kesetaraan dan kepercayaan antar kelompok kepentingan (multistakeholder) menjadi key poin dalam perencanaan partisipatif
• Sinkronisasi mekanisme perencanaan partisipatif yang panjang dengan mekanisme perencanaan daerah yang sudah mapan
TANTANGAN KE DEPAN
• Memoderasi intervensi pemerintah pusat dan swasta dalam perencanaan pembanguan daerah
• Memoderasi proses politik yang seringkali ‘membelokkan’ implementasi perencanaan.
• Mendorong peningkatan demand partisipasi pada perencanaan di level desa
• Penyetaraan status kelompok kepentingan dalam perencanaan daerah, misalnya kelompok petani VS kelompok pengusaha
• Implementasi perencanaan seringkali terhambat proses politik• Replikasi model • Institusionalisasi model