4. pembahasan 4.1. manajemen disposal perusahaan saat ini

26
14 Universitas Kristen Petra 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini Departemen Disposal merupakan departemen yang bertanggung jawab untuk menangani semua pembuangan (atau sampah) yang dikeluarkan atau tidak digunakan lagi oleh perusahaan dengan tepat dan sesuai dengan peraturan pemerintah. Departemen Disposal dibagi menjadi tiga wilayah besar, yaitu East Manufacturing, West Manufacturing dan MSDHO. East Manufacturing menangani segala Disposal di wilayah Plant Sukorejo, West Manufacturing di wilayah Plant Karawang dan Bekasi, sedangkan MSDHO menangani di wilayah Area (Marketing, Sales, Distribution), Head Office, dan Others (afiliasi perusahaan). Barang-barang yang dapat di-dispose dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Fix Asset Fix Asset adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Contoh fix asset antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. 2. Inventory Inventory adalah barang-barang yang berhubungan langsung dengan proses produksi dan tercatat dalam sistem. Barang tersebut antar lain adalah bahan baku, sparepart, dan banderol. 3. Non Inventory Non Inventory adalah barang-barang yang tidak termasuk dalam kategori Fix Asset dan Inventory. Contoh dari non inventory adalah waste, barang untuk keperluan sales/marketing, dan lain-lain. Aplikasi yang digunakan oleh departemen Disposal adalah EDPS (Electronic Disposal Process System). EDPS menjadi dasar bagi departemen Disposal untuk melakukan dispose. Jadi setiap User yang mau melakukan dispose

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

14 Universitas Kristen Petra 

 

4. PEMBAHASAN

4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

Departemen Disposal merupakan departemen yang bertanggung jawab

untuk menangani semua pembuangan (atau sampah) yang dikeluarkan atau tidak

digunakan lagi oleh perusahaan dengan tepat dan sesuai dengan peraturan

pemerintah. Departemen Disposal dibagi menjadi tiga wilayah besar, yaitu East

Manufacturing, West Manufacturing dan MSDHO. East Manufacturing

menangani segala Disposal di wilayah Plant Sukorejo, West Manufacturing di

wilayah Plant Karawang dan Bekasi, sedangkan MSDHO menangani di wilayah

Area (Marketing, Sales, Distribution), Head Office, dan Others (afiliasi

perusahaan).

Barang-barang yang dapat di-dispose dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Fix Asset

Fix Asset adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak

lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama

lebih dari satu periode. Contoh fix asset antara lain adalah properti, bangunan,

pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan

kantor, komputer, dan lain-lain.

2. Inventory

Inventory adalah barang-barang yang berhubungan langsung dengan proses

produksi dan tercatat dalam sistem. Barang tersebut antar lain adalah bahan

baku, sparepart, dan banderol.

3. Non Inventory

Non Inventory adalah barang-barang yang tidak termasuk dalam kategori Fix

Asset dan Inventory. Contoh dari non inventory adalah waste, barang untuk

keperluan sales/marketing, dan lain-lain.

Aplikasi yang digunakan oleh departemen Disposal adalah EDPS

(Electronic Disposal Process System). EDPS menjadi dasar bagi departemen

Disposal untuk melakukan dispose. Jadi setiap User yang mau melakukan dispose

Page 2: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

15 Universitas Kristen Petra 

 

terhadap barangnya harus membuat EDPS terlebih dahulu. EDPS dapat dibagi

menjadi dua tipe, yaitu EDPS blanket dan non-blanket. EDPS non-blanket adalah

EDPS untuk satu kali eksekusi dan barang yang tertera di EDPS harus tereksekusi

semua. Sedangkan EDPS blanket adalah EDPS yang memiliki periode waktu

tertentu, sehingga eksekusinya dapat terus dilakukan selama periode dari EDPS

belum selesai atau barangnya masih tersisa. EDPS non-blanket biasanya

digunakan untuk men-dispose waste produksi yang cenderung rutin.

Ada empat macam tipe eksekusi untuk men-dispose barang, antara lain :

1. Donasi: Proses eksekusi dengan cara didonasikan ke organisasi/instansi non-

profit.

2. Asset Clearance: Proses eksekusi dengan cara menghapus catatan asset atau

inventory dari sistem karena barang yang berkaitan sudah tidak ada (hilang)

atau sudah dihancurkan.

3. Destroy: Proses eksekusi dengan cara dimusnahkan dan disaksikan oleh

beberapa saksi. Proses pemusnahan dapat dilakukan sendiri oleh pihak

perusahaan atau dengan menggunakan bantuan dari Vendor.

4. Sell: Proses eksekusi dengan cara dijual ke individu luar maupun ke

perusahaan pihak ketiga. Proses penjualan dibagi lagi menjadi 4 macam,

antara lain Sell for Contract With Deposit, Sell for Contract Without Deposit,

Sell for Non Contract, dan Lelang.

Semua proses eksekusi yang dilakukan oleh departemen Disposal

disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Contohnya, departemen Disposal

melakukan proses pemilihan vendor untuk pemusnahan dengan ketat dan teliti.

Vendor yang dipilih adalah vendor yang memiliki ijin untuk mengelolah

(treatment) sampah atau limbah dengan baik, tidak mencemari lingkungan dan

dapat menjadi sesuatu yang bernilai.

4.1.1. Current State Disposal MSDHO

Disposal MSDHO menangani semua proses disposal untuk Marketing,

Sales, Distribution, Head Office, dan Other (affiliasi perusahaan) di seluruh

Indonesia. Semua proses disposal dari kelima entiti tersebut harus melalui

Page 3: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

16 Universitas Kristen Petra 

 

disposal MSDHO yang kantornya berada di Surabaya. Alur proses dari MSDHO

dapat dilihat di Gambar 4.1.

Semua proses disposal dimulai dari Waste Producer. Waste Producer

akan menghasilkan atau membuang waste/sampah. Waste/sampah yang

dikeluarkan harus di-dispose melalui departemen Disposal. Waste producer

(User) akan membuat EDPS sebagai dasar pengajuan untuk melakukan dispose.

Apabila barang yang dikeluarkan termasuk dalam kategori Fix Asset atau

Inventory, maka Waste Producer harus melakukan konfirmasi dahulu ke Tim

Operation Finance dan Accounting untuk mendapatkan data pendukung mengenai

barang tersebut. Sedangkan barang yang termasuk dalam kategori Non Inventory

dapat langsung dibuatkan EDPS. EDPS yang telah dibuat dan dikirimkan akan

masuk ke dalam proses approval. Proses approval merupakan proses dimana

EDPS menjalani serangkaian proses persetujuan yang disebut sebagai Matrix

Approver.

Gambar 4.1. Alur Proses Disposal MSDHO Saat Ini

Matrix Approver untuk Fix Asset akan bergantung pada jumlah nilai yang

akan di-dispose, semakin besar nilainya maka semakin tinggi juga jabatan orang

yang akan diminta untuk memberikan persetujuan. Matrix Approver untuk

Page 4: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

17 Universitas Kristen Petra 

 

Inventory mengacu pada salah satu peraturan yang sudah ditetapkan di

perusahaan. Sedangkan Matrix Approver untuk Non Inventory dapat ditentukan

melalui permintaan dari User.

Barang yang sudah dibuatkan EDPS dapat langsung dipindahkan ke

Temporary Waste Storage (TWS). Proses pemindahan ke TWS akan melalui

proses serah terima antar pemilik barang dengan pemilik TWS. Setelah proses

Approval selesai maka EDPS akan berubah status menjadi Ready To Execute

(R2E).

EDPS yang sudah R2E akan diterima oleh tim Disposal melalui

notifikasi email. EDPS yang diterima akan diperiksa oleh tim Disposal untuk

memastikan bahwa EDPS telah dibuat dengan benar. Tim Disposal akan

melakukan proses persiapan eksekusi berdasarkan tipe eksekusi yang ada di

EDPS. Proses persiapan dapat berbeda-beda tergantung dari tipe eksekusinya. 

Secara umum proses persiapan terdiri dari :

• Pencarian pembeli/vendor

Procurement melakukan pencarian Buyer/Vendor untuk barang-barang yang

dijual. Proses pencarian pembeli biasanya membutuhkan waktu lama.

• Menjadwalkan eksekusi,

Disposal koordinator akan menjadwalkan eksekusi bersamaan dengan Buyer

untuk barang yang dijual atau Vendor untuk barang yang dimusnahkan.

• Pembuatan Surat Jalan sistem

Disposal membuat Surat Jalan yang nanti digunakan pada saat proses

eksekusi.

• Pembuatan Invoice Request Form (IRF) sistem.

Disposal membuat IRF yang nantinya diberikan ke Accounting agar

dibuatkan Invoice. Invoice yang sudah jadi akan diberikan ke Buyer untuk

penagihan.

Proses selanjutnya adalah proses eksekusi. Proses eksekusi dilakukan

berdasarkan persiapan yang sebelumnya telah dijalankan. Tim Disposal akan

berkoordinasi dengan User untuk melakukan proses eksekusi. Eksekusi Asset

Clearance dapat dilakukan dengan cepat karena hanya menghapus data saja.

Eksekusi Donasi berarti barang diberikan kepada pihak ketiga. Eksekusi Destroy

Page 5: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

18 Universitas Kristen Petra 

 

dapat dilakukan dengan menggunakan Vendor atau dieksekusi langsung oleh

pihak Area (Marketing, Sales, Distribution). Sedangkan untuk penjualan, barang

yang hendak dijual akan diberikan ke Buyer seperti proses serah terima. Proses

selanjutnya adalah proses Completion.

Proses Completion adalah proses penutupan EDPS yang telah dieksekusi.

Proses Completion disertai dengan proses verifikasi dokumen pendukung.

Dokumen pendukung menjadi bukti bahwa EDPS sudah dieksekusi dan juga

sebagai informasi pendukung lain mengenai EDPS tersebut. Selanjutnya Tim

Disposal memberikan dokumen pendukung ke Accounting sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh Accounting.

 

4.1.2. Current State Disposal East Manufacturing

Disposal East Manufacturing menangani segala Waste/sampah yang ada

di Plant Sukorejo. Mulai waste rutin dari produksi maupun non rutin dari berbagai

departemen di Plant tersebut. Alur proses East Manufacturing dapat dilihat di

Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Alur Proses Disposal East Manufacturing Saat Ini

Page 6: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

19 Universitas Kristen Petra 

 

Alur prosesnya bermula dari Waste Producer menghasilkan atau

mengeluarkan Waste/sampah. Waste Producer/User lalu melihat kategori barang

yang akan di-dispose, jika Fix Asset dan Inventory maka User melakukan

konfirmasi dahulu ke tim Operation Finance dan Accounting untuk mendapatkan

data mengenai barang tersebut, setelah itu baru membuat EDPS. Sedangkan

apabila barang yang akan di-dispose adalah Non Inventory maka Waste Producer

dapat langsung membuat EDPS.

EDPS yang telah dibuat oleh User akan masuk kedalam proses approval

untuk menjalani serangkain proses persetujuan berdasarkan Matrix Approver.

Barang yang sudah memiliki EDPS dipindahkan ke TWS. TWS di East

Manufacturing dimiliki oleh departemen Disposal, sehingga departemen Disposal

yang harus mengatur penempatan barang di TWS miliknya. TWS yang berada di

East Manufacturing berjumlah dua. Semua barang yang akan di-dispose dari

semua departemen harus dimasukkan ke TWS. Disposal East Manufacturing dapat

melakukan eksekusi terlebih dahulu walaupun EDPS belum R2E, karena proses

approval disana yang telalu lama sehingga membuat TWS lama kelamaan menjadi

penuh. Apabila dibiarkan maka barang yang terus berdatangan tidak dapat

dimasukkan ke TWS. Jadi setelah barang dimasukkan ke TWS, Tim Disposal

sudah dapat melakukan persiapan eksekusi dan mengeksekusinya. Setelah itu

melakukan proses Completion dan verifikasi dokumen pendukung serta

memberikan dokumen pendukung ke Accounting apabila EDPS sudah R2E.

Proses persiapan eksekusi di East Manufacturing memiliki sedikit

perbedaan, yaitu pada proses pembuatan Surat Jalan. Pembuatan Surat Jalan di

East Manufacturing ada yang menggunakan Surat Jalan manual, karena lokasi

antara TWS dengan kantor Disposal yang jauh sehingga tidak memungkinkan

untuk membuat Surat Jalan melalui sistem. Surat Jalan yang dibuat secara manual

tersebut nantinya akan diinputkan kembali ke dalam sistem.

4.1.3. Current State Disposal West Manufacturing

Disposal West Manufacturing berdasarkan letaknya dibagi menjadi dua,

yaitu di Plant Karawang dan Plant Bekasi. Disposal West Manufacturing

menangani Disposal di kedua Plant tersebut, baik dari produksi maupun dari

Page 7: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

20 Universitas Kristen Petra 

 

departemen lain di dalam Plant. Ada tiga macam alur proses Disposal di West

Manufacturing karena penanganan di setiap Plant berbeda dan juga tergantung

dari jenis barang yang dieksekusi. Secara umum alur proses di Plant Bekasi sama

dengan alur proses MSDHO, sedangkan untuk Plant Karawang dibagi menjadi

dua. Secara umum alur proses yang pertama sama dengan East Manufacturing,

sedangkan alur proses yang kedua dapat dilihat di Gambar 4.3.

Alur proses Disposal di Karawang yang kedua dimulai dari Waste

Producer menghasilkan/mengeluarkan Waste/Sampah. Apabila barang tersebut

merupakan Fix Asset dan Inventory maka Waste Producer/User melakukan

konfirmasi dahulu ke tim Operation Finance dan Accounting untuk mendapatkan

data mengenai barang tersebut. Sedangkan untuk barang Non Inventory dapat

langsung lanjut ke proses berikutnya.

Gambar 4.3. Alur Proses Disposal West Manufacturing Saat Ini

Proses berikutnya adalah pemindahan barang ke TWS melalui proses

serah terima antara User dan pemilik TWS. Lalu tim Disposal akan melakukan

proses persiapan eksekusi dan melakukan eksekusi. Barang yang telah dieksekusi

tersebut nantinya akan dibuatkan EDPS oleh User. EDPS yang telah dibuat akan

Page 8: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

21 Universitas Kristen Petra 

 

memasuki proses approval, setelah itu tim Disposal akan melakukan proses

Completion dan verifikasi dokumen serta memberikan dokumen pendukung ke

Accounting ketika EDPS sudah R2E.

Penggunaaan Surat Jalan manual juga digunakan di Plant Karawang

karena lokasi antara kantor dengan TWS yang sangat jauh, sehingga Surat Jalan

manual harus digunakan. Surat jalan manual tersebut nantinya juga akan

diinputkan ke dalam sistem. TWS yang berada di West Manufacturing berjumlah

sembilan.

4.2. Reverse Logistic Perusahaan Saat Ini

Departemen RL adalah departemen yang bertanggung jawab untuk

menangani Product Return (PR). Product return merupakan pengembalian

produk yang disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti adanya instruksi untuk

penarikan, produk melewati masa berlaku, kerusakan selama pengiriman atau

penyimpanan, dan juga kejadian khusus seperti kebakaran. Product return

berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi lima macam, yaitu :

1. Product Return Pasar

PR Pasar adalah pengembalian produk dari pasar/konsumen karena beberapa

hal yaitu, pergantian pita cukai, kemasan yang tidak layak jual, atau muncul

produk baru. Produk tersebut diambil oleh sales dan dibawa ke Area

Warehouse. Produk return yang berada di Area Warehouse akan

dikelompokkan antara produk counterfeit dan non counterfeit. Produk

counterfeit akan diuji dengan menggunakan alat khusus. Apabila terbukti ada

yang palsu maka akan diberi tanda, akan tetapi baik yang tidak lolos maupun

yang lolos uji countefeit akan tetap dikirimkan ke gudang RL karena Area

Warehouse hanya memiliki wewenang untuk menduga produk palsu. Produk

yang Non Counterfeit akan dikelompokkan berdasarkan cukai dan jenis

produknya lalu dikirimkan ke gudang RL. Produk return counterfeit yang

sudah sampai di gudang RL akan diuji ulang oleh tim RL dengan alat yang

lebih canggih. Pemeriksaan dilakukan ke produk yang sebelumnya sudah

diberi tanda sebagai produk counterfeit serta produk yang sebelumnya lolos

uji countefeit. Produk yang terdeteksi sebagai produk palsu akan diberi tanda.

Page 9: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

22 Universitas Kristen Petra 

 

Seusai proses pemeriksaan, Tim gudang RL akan menghubungi tim QA

(Quality Assurance) agar tim QA mengambil produk tersebut sehingga dapat

dilakukan investigasi lebih lanjut terhadap produk tersebut.

2. Produk komplain

Produk komplain adalah produk yang dikembalikan karena ada komplain dari

konsumen. Salah satu contoh dari komplain konsumen adalah produk yang

tertukar atau produknya kurang, sehingga harus diganti dengan yang baru.

3. Product Return Warehouse (Misshandling dan Recall)

PR Warehouse adalah produk yang dikembalikan karena ada kesalahan dari

gudang barang jadi. PR Warehouse dibagi menjadi dua, yaitu PR

Mishandling dan PR Recall. PR Mishandling adalah produk yang rusak

karena terjadi kesalahan penanganan di dalam gudang. Biasanya PR

Mishandling ditemukan ketika produk sudah berada di gudang distribusi.

Sedangkan PR Recall adalah produk yang dikembalikan karena adanya

kesalahan produksi. Produk yang berada di gudang distribusi maupun yang

sudah tersebar di pasar ditarik kembali dan dibawa ke gudang RL untuk

diperiksa oleh tim Quality agar dapat diinvestigasi.

4. Product Return Other

PR Other adalah produk yang dikembalikan karena terjadi kejadian-kejadian

khusus yang tidak diinginkan. Contohnya, terjadi bencana alam, kebakaran

dan produk sudah expired tetapi tidak dapat dilacak. Produk-produk tersebut

tetap dikirimkan ke gudang RL walaupun bentuknya sudah tidak utuh lagi.

5. Product Return Transport atau Product Return Damage and Loss.

Product Return yang terakhir adalah PR Transport. PR Transport terjadi

karena adanya kesalahan penanganan ketika barang sedang dalam proses

transportasi. Akibatnya produk yang dikirimkan menjadi rusak atau mungkin

hilang. Salah satu penyebab yang mungkin terjadi adalah cara menyetir yang

tidak baik sehingga barang yang dibawa menjadi rusak atau mungkin hilang

karena produk diambil oleh pihak tertentu. Penjelasan detail mengenai

prosedur PR Transport akan dijelaskan di Sub Bab 4.2.1.

Ada dua macam prosedur yang dilakukan pada product return non

counterfeit yang sudah sampai di gudang RL, yaitu Claim dan Unclaim. Prosedur

Page 10: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

23 Universitas Kristen Petra 

 

Claim adalah prosedur dimana cukai dari produk yang tahunnya masih berlaku

diklaimkan ke pemerintah. Barang yang masuk ke gudang RL akan dipilah-pilah

berdasarkan cukainya lalu dikategorikan dalam produk claim dan unclaim. Produk

yang dapat diklaimkan hanya produk yang cukainya masih melekat di produk,

tidak rusak (masih utuh), dan merupakan tahun cukai yang sedang beredar.

Pemerintah hanya akan mengganti sebesar nilai cukainya saja (Restitusi Cukai)

dan ada batasan jumlah klaim yang diperbolehkan.

Prosedur unclaim adalah prosedur untuk produk yang tidak dapat

diklaimkan. Produk yang tidak dapat diklaimkan akan dihitung jumlah

kerugiannya. Kerugian yang diterima oleh perusahaan dikurangkan dengan

pendapatan dari perusahaan. Hasil dari pengurangan tersebut akan dijadikan

sebagai acuan oleh perusahaan untuk membayar pajak. Jadi pajak yang

dibayarkan oleh perusahaan ke pemerintah akan berkurang karena adanya produk

yang di unclaim. Biasanya prosedur ini disebut sebagai Restitusi Pajak.

Restitusi hanya akan diterima oleh pemerintah apabila produk return

yang ingin direstitusi telah dimusnahkan. Pemusnahannya juga harus melalui

EDPS. Khusus untuk produk yang diklaimkan harus disaksikan oleh pihak bea

cukai pada saat pemusnahan.

4.2.1. Current State Product Return Transport

Product Return Transport merupakan salah satu jenis dari produk return

yang ditangani oleh Departemen RL. Berbeda dengan PR lainnya, seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya bahwa penanganan akhirnya untuk claim (Restitusi

Cukai) atau unclaim (Restitusi Pajak). Proses akhir dari PR Transport adalah

melakukan klaim ke pihak transporter terhadap barang yang rusak atau hilang

akibat tranportasi. Besaran nilai yang dapat diklaimkan ke pihak tranporter

dibatasi sejumlah kontrak yang telah dibuat. Apabila nilainya sudah terlalu besar

maka klaim akan dilakukan ke pihak asuransi. Alur proses PR Transport dapat

dilihat di Gambar 4.4.

Page 11: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

24 Universitas Kristen Petra 

 

Gambar 4.4. Alur Proses Product Return Transport Saat Ini

Alur prosesnya dimulai dari barang yang tiba di Area Warehouse. Tim

Area Warehouse akan melakukan proses pemeriksaan terhadap barang tersebut.

Apabila ada barangnya rusak atau hilang maka pihak warehouse akan melakukan

dokumentasi foto dan membuat Berita Acara (BA) yang berisi jumlah barang

yang rusak atau hilang. Berita acara harus ditandatangani oleh pihak Area

Warehouse dan pihak Transporter. Berita acara tersebut lalu dikopi dan diberikan

ke pihak transporter dan RL sebagai dasar informasi bagi mereka.

Barang yang rusak dapat langsung dikirimkan ke gudang RL. Tim

gudang RL akan menerima barang tersebut dan melakukan pemeriksaan terlebih

dahulu untuk memastikan bahwa jumlah yang dikirimkan sudah tepat. Sesudah

melakukan pemeriksaan, tim RL menghubungi tim QA (Quality Assurance) agar

datang untuk melakukan verifikasi terhadap PR Transport. Pemeriksaan pertama

dengan memisahkan antara produk perusahaan dengan produk yang bukan milik

perusahaan. Pengemeriksaan kedua adalah memerksa produk dari perusahaan

Page 12: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

25 Universitas Kristen Petra 

 

untuk menentukan kelayakan jual dari produk tersebut. Apabila masih layak jual,

maka produk tersebut di-packing ulang dan dipindahkan ke FG Warehouse.

Produk yang bukan milik perusahaan dan produk yang tidak layak jual

akan diklaimkan ke pihak transporter bersamaan dengan produk yang hilang. Tim

QA akan membuat Memo berdasarkan total kerugian yang diterima untuk

nantinya dijadikan sebagai acuan untuk melakukan claim ke pihak transporter.

Apabila pihak transporter sudah melunasi kewajibannya maka produk-produk

tersebut akan dimusnahkan. Proses pemusnahannya menggunakan alur proses di

Disposal. Proses pemusnahan untuk PR transport harus disaksikan oleh pihak

transporter.

4.3 Analisa Critical Process

Hasil pemetaan alur proses Disposal dan PR Transport dianalisa untuk

dicari critical prosesnya. Critical proses merupakan proses yang memberikan

pengaruh paling besar terhadap suatu alur proses dan diperlukan pengendalian

terhadapnya.

4.3.1. Critical Process Disposal

Hasil pemetaan alur proses Disposal di tiap wilayah disposal

digabungkan lalu dianalisa, sehingga didapatkan empat macam critical proses,

antara lain :

1. Proses pembuatan EDPS

Pembuatan EDPS harus dibuat dengan benar karena EDPS yang salah akan

dikembalikan ke User untuk direvisi. EDPS yang sudah direvisi akan kembali

memasuki proses approval, sehingga proses seperti kembali dari awal.

Apabila hal ini terus terjadi maka barang yang ingin di-dispose tidak akan

dapat di-dispose karena prosesnya selalu berulang dari awal. Jadi User harus

berhati-hati dalam mengisi EDPS.

2. Proses Approval hingga EDPS menjadi R2E

Proses Approval yang lama terjadi di East Manufacturing. Proses approval

yang lama menyebabkan barang tidak dapat dieksekusi. Akibatnya TWS di

East Manufacturing akan terus menerima/menumpuk barang dan yang paling

Page 13: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

26 Universitas Kristen Petra 

 

parah TWS akan menjadi penuh. Apabila tidak segera dieksekusi maka TWS

tidak akan bisa menerima barang lagi.

3. Proses persiapan eksekusi

Proses persiapan eksekusi yang dimaksud adalah proses pencarian Buyer dan

pembuatan surat jalan. Selama ini proses pencarian Buyer cenderung sangat

lama sehingga proses eksekusi tidak dapat dilakukan. Hal ini akan berdampak

pada service level dari departemen Disposal karena service level dari

Disposal ditentukan dari EDPS yang R2E sampai menjadi complete.

Sedangkan untuk pembuatan surat jalan manual hanya akan menambah

pekerjaan dari Disposal. Hasil dari surat jalan manual tersebut nantinya

diinputkan kembali ke dalam SJ sistem. Jadi ini seperti melakukan hal yang

sama sebanyak dua kali dan tentunya akan menghabiskan waktu.

4. Proses eksekusi

Proses eksekusi juga menjadi salah satu critical proses di Disposal. Proses

eksekusi harus disaksikan oleh beberapa pihak yang terkait, yaitu perwakilan

disposal, pemilik barang, security dan vendor/buyer (apabila ada). Hal ini

dapat dijadikan sebagai dasar bahwa proses eksekusi telah dilakukan dan

disaksikan serta disetujui oleh pihak-pihak terkait tersebut. Apabila tidak ada

salah satu pihak terkait yang menyaksikan eksekusi tersebut maka dapat

dikatakan bahwa eksekusi belum dilakukan.

4.3.2. Critical Process Product Return Transport

Hasil dari pemetaan alur proses PR transport dianalisa agar didapatkan

critical prosesenya. Critical proses untuk PR Transport dibagi menjadi dua

macam, antara lain :

1. Proses pemeriksaan barang di Area Warehouse hingga pembuatan BA.

Proses pemeriksaan di Area Warehouse perlu dilakukan dengan sangat teliti

karena ini berhubungan pembuatan Berita Acara yang nantinya dijadikan

salah satu dasar untuk melakukan claim ke pihak transporter. Berita Acara

yang dibuat akan dikirimkan ke pihak gudang RL dan digunakan sebagai

dasar bagi gudang RL untuk menerima barang yang rusak dari Area

Warehouse. Apabila isi dari Berita Acara tidak sesuai dengan barang yang

Page 14: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

27 Universitas Kristen Petra 

 

dikirimkan, maka barang tersebut akan ditolak oleh gudang RL. Jadi karena

beberapa hal tersebut, proses pemeriksaan dan pembuatan Berita Acara di

Area Warehouse sangatlah penting.

2. Proses verifikasi barang di gudang RL oleh tim QA.

Proses Verifikasi di gudang RL oleh tim QA menjadi salah satu critical

proses di PR Transport. Tim QA disini melakukan verifikasi terhadap barang-

barang rusak yang dikirimkan dari Area Warehouse. Verifikasi tersebut

menentukan barang yang masih layak jual dan tidak layak jual. Apabila ada

kesalahan dalam verifikasi terhadap produk yang layak jual maka dampaknya

akan sampai ke konsumen, sedangkan untuk yang tidak layak jual akan

menentukan jumlah nilai yang harus diganti oleh transporter.

4.4. Future State Disposal dan Product Return Transport

Salah satu tujuan dari projek ini adalah menyatukan dan menstandarkan

semua proses disposal yang berbeda. Perlu adanya analisa perbandingan diantara

ketiga proses disposal ini agar bisa didapatkan proses yang paling tepat.

Perbandingan ketiga proses Disposal yang telah disederhanakan dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Perbedaan Alur Proses Disposal

MSDHO East Manufacturing West Manufacturing

Step 1 Create EDPS Create EDPS Eksekusi

Step 2 EDPS R2E Eksekusi Create EDPS

Step 3 Eksekusi EDPS R2E EDPS R2E

Step 4 Completion Completion Completion

Bila dilihat dari step pertama, MSDHO dan East Manufacturing

membuat EDPS terlebih dahulu, sedangkan West Manufacturing melakukan

eksekusi terlebih dahulu. Step pertama dari West Manufacturing sudah salah atau

kurang tepat karena seharusnya EDPS yang merupakan dasar untuk men-dispose

barang harus dibuat terlebih dahulu. Step selanjutnya dari West Manufacturing

tidak akan dibandingkan karena awalnya sudah salah.

Page 15: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

28 Universitas Kristen Petra 

 

Step kedua dari MSDHO adalah menunggu hingga EDPS R2E sedangkan

East Manufacturing adalah melakukan eksekusi. Step kedua dari East

Manufacturing kurang tepat karena seharusnya untuk melakukan eksekusi harus

menunggu hingga EDPS R2E. Kalau EDPS belum R2E berarti proses approval

belum selesai, sehingga dapat dikatakan bahwa EDPS tersebut belum disetujui

untuk dieksekusi. Step kedua dari MSDHO sudah tepat karena menunggu EDPS

hingga R2E.

Step ketiga dari MSDHO adalah melakukan eksekusi dan selanjutnya

proses completion. Apabila dibandingkan dengan kedua proses disposal lainnya,

proses disposal MSDHO merupakan alur proses yang paling tepat karena disana

EDPS dibuat terlebih dulu yang berarti sudah ada dasar untuk melakukan dispose.

Lalu yang kedua karena proses eksekusi dilakukan setelah EDPS Ready To

Execute yang berarti eksekusi dilakukan setelah proses approval selesai atau

dengan kata lain sudah disetujui oleh semua pihak terkait.

Pembakuan proses disposal akan menggunakan alur proses MSDHO. Jadi

future state dari Disposal adalah alur proses MSDHO. Pembakuan dan

penyeragaman proses Disposal tidak luput dari masalah atau kontra yang akan

timbul di beberapa wilayah disposal. Masalah-masalah yang timbul antara lain :

• Proses approval yang lama di East Manufacturing sehingga tidak

memungkinkan untuk melakukan eksekusi setelah EDPS Ready To Execute.

• Penggunaan Surat Jalan sistem di East Manufacturing dan West

Manufacturing yang tidak memungkinkan karena lokasi antara TWS dengan

kantor Disposal yang sangat jauh.

• Ada salah satu departemen di Plant Karawang yang tidak bersedia untuk

menjalankan alur proses tersebut karena mereka ingin menggunakan EDPS

sebagai alat untuk mengontrol pergerakan waste mereka.

Solusi yang diberikan untuk masalah-masalah yang timbul pada saat

penyeragaman proses Disposal dapat dilihat di Sub bab 4.5.1.

Alur proses untuk PR Transport selama ini tidak ada masalah dan sudah

benar. Jadi future state untuk PR Claim Transport akan tetap sama dengan

Current State (Gambar 4.4).

Page 16: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

29 Universitas Kristen Petra 

 

4.5. Perbaikan Proses Disposal dan Reverse Logistic

Usulan perbaikan bertujuan untuk membantu mengatasi masalah-masalah

yang ada serta membantu peningkatan proses di Disposal dan Reverse Logistic.

Perbaikan yang diberikan sudah disetujui oleh pihak manajemen Disposal dan

RL.

4.5.1. Perbaikan di Disposal

Ada dua macam perbaikan yang akan diberikan pada departemen

Disposal. Perbaikan yang pertama untuk membantu mengatasi masalah

penyeragaman proses di Disposal. Perbaikan yang kedua adalah penambahan

suatu alat yang akan membantu departemen Disposal. Usulan perbaikan yang

diberikan untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2. Usulan Perbaikan di Disposal

Masalah Improvement

1 Proses Approval yang lama Sosialisasi ke semua waste producer untuk menggunakan EDPS Blanket

2 Penggunaan SJ Manual • East Mnf : Menambah Printer di

Temporary Waste Storage • West Mnf : Pemetaan PC Pool

3 EDPS sebagai alat untuk mengontrol waste

Menambah fitur report viewer pada aplikasi EDPS

Usulan perbaikan yang diberikan untuk proses approval adalah dengan

memberikan sosialisasi ke semua Waste Producer mengenai kegunaan dari EDPS

Blanket. Beberapa Waste Producer/User masih belum paham mengenai

penggunaan dari EDPS Blanket. EDPS Blanket dapat digunakan untuk

mengeksekusi lebih dari satu kali tergantung dari periode blanket-nya dan proses

approvalnya juga cukup sekali sehingga EDPS ini dapat dipakai untuk

mengeksekusi berkali-kali. Periode blanket yang dianjurkan minimal selama 3

bulan. User disarankan untuk membuat EDPS Blanket baru sebelum periode

blanketnya selesai atau barang yang tertera di EDPS tinggal sedikit sehingga ada

jeda waktu untuk proses approval.

Usulan perbaikan untuk penggunaan SJ Manual pada East

Manufacturing adalah menambah Printer di setiap TWS. TWS di East

Page 17: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

30 Universitas Kristen Petra 

 

Manufacturing sudah dilengkapi oleh komputer akan tetapi tidak ada printernya.

Jadi cukup dengan menambah printer maka akan mengatasi masalah penggunaan

SJ manual.

Usulan perbaikan untuk penggunaan SJ Manual pada West

Manufacturing adalah dengan melakukan pemetaan terhadap PC Pool di Plant

Karawang. PC Pool adalah komputer yang dapat dipakai oleh semua orang yang

tujuannya untuk memfasilitasi orang-orang yang tidak memiliki fasilitas komputer

agar dapat mengakses intranet perusahaan. Biasanya PC Pool dipakai oleh para

satpam, driver, dan lain-lain. PC Pool tersebar dibeberapa titik di Plant

Karawang. Pemetaan PC Pool ini tujuannya agar dapat mengetahui letak dari PC

Pool yang tersebar di Plant Karawang sehingga tim Disposal yang melakukan

eksekusi dapat membuat SJ Sistem di PC Pool yang terdekat dengan TWS yang

akan dieksekusi. Peta PC Pool dapat dilihat di Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Peta PC Pool

Page 18: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

31 Universitas Kristen Petra 

 

Peta PC Pool tersebut berisi titik letak PC Pool dan TWS. Titik yang

berbentuk kotak berarti TWS, sedangkan yang berbentuk bulat adalah PC Poolnya.

Tim Disposal Karawang kedepannya dapat menggunakan peta ini sebagai

pegangan untuk mengetahui letak PC Pool dan membuat SJ Sistem disana.

Usulan perbaikan untuk masalah yang terakhir mengenai penggunaan

EDPS sebagai alat untuk mengontrol waste adalah dengan menambah fitur report

viewer di EDPS. Sebenarnya masalah ini sudah diluar tanggung jawab Disposal

karena EDPS tujuannya memang bukan untuk mengontrol waste, tetapi sebagai

dasar untuk melakukan disposal. Departemen Disposal yang merasa bahwa User

membutuhkan hal tersebut akhirnya memutuskan untuk menambah fitur tersebut.

Kedepannya User dapat melihat langsung di EDPS untuk mengetahui kapan

barangnya telah dieksekusi.

4.5.2. Enhance Waste Catalogue

Perbaikan kedua yang diberikan untuk departemen Disposal adalah

Waste Catalogue. Waste catalogue adalah salah satu tool yang digunakan oleh

Disposal untuk mencatat setiap waste/barang yang telah mereka eksekusi. Setiap

wilayah Disposal memiliki waste catalouge sendiri. Format pembuatannya juga

berbeda-beda antar bagian Disposal. Waste catalogue yang berbeda-beda ditiap

bagian Disposal tersebut akan distandarkan dan disempurnakan. Tujuan lain dari

waste catalogue adalah untuk mengedukasi User mengenai waste yang selama ini

mereka keluarkan. Berikut ini adalah keterangan field dari waste catalogue yang

telah dibuat.

Tabel 4.3. Field Waste Catalogue

No. Sebelum Sesudah Keterangan

1 No. No. Nomor Waste di waste catalogue.

2 - Item Code Item Code dari Waste tersebut. 3 Waste Description Waste Description Penjelasan dari Waste.

4 Waste Producer Waste Producer Departemen yang menghasilkan waste.

5 - Location Lokasi wilayah disposal dimana waste dihasilkan.

Page 19: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

32 Universitas Kristen Petra 

 

Tabel 4.3. Field Waste Catalogue (Sambungan)

No. Sebelum Sesudah Keterangan

6 - Waste Category Kategori dari Waste (Hanya untuk Administrator).

7 Material Material Detail material dari waste. 8 Foto Foto Foto Waste.

9 Treatment Treatment Treatment yang dilakukan oleh Vendor.

10 Vendor Vendor Vendor yang melakukan eksekusi.

11 - Remark Keterangan tambahan mengenai Waste

12 - Packaging Packaging yang digunakan. 13 - Symbol Simbol dari Waste

14 - Waste Profile Keterangan mengenai Density, Water Content dan Heat Value (Hanya untuk Administrator)

Item Code digunakan untuk pengkodean pada waste. Selama ini Item

Code belum diterapkan di departemen Disposal sehingga mereka kesusahan

ketika membuat report mengenai jumlah waste yang sudah dieksekusi. Data acuan

yang mereka gunakan untuk menarik report adalah dengan Waste Description,

sedangkan Waste Description yang diisikan ke EDPS oleh user berbeda-beda.

Misalnya barangnya sama, tetapi mereka mengisi dengan nama yang berbeda.

Apabila Item Code ini diterapkan maka tim Disposal dapat menarik report dari

item code ini dan hasilnya akan jauh lebih akurat. Waste Description juga

dibakukan atau distandarkan karena ada penamaan waste untuk barang yang sama

di tiap bagian Disposal tetapi dinamakan berbeda-beda.

Waste catalogue yang disatukan perlu ditambahkan lokasi karena ada

waste-waste khusus yang hanya ada di salah satu bagian wilayah Disposal.

Remark merupakan keterangan tambahan untuk waste-waste tertentu, sedangkan

Waste Profile adalah keterangan khusus untuk limbah B3.

Packaging merupakan kemasan standar untuk waste yang akan

dikirimkan ke TWS. Waste yang sudah dikemas harus diberi simbol dan label.

Simbol yang digunakan adalah simbol berupa peringatan atau informasi terhadap

limbah B3 dan hanya khusus untuk limbah B3. Misalnya, mudah terbakar dan

beracun. Label yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu label B3 dan label non

Page 20: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

33 Universitas Kristen Petra 

 

B3 (contoh label dapat dilihat di Lampiran 10 dan 11). Waste yang tidak dikemas

sesuai standar atau tidak diberi simbol/label maka waste tersebut tidak boleh

dimasukkan ke dalam TWS. Jadi pemilik TWS berhak untuk menolak waste

tersebut. Manfaat diterapkannya packaging standar dan penempelan label/simbol,

antara lain:

• Memudahkan untuk pengaturan barang di TWS karena selama ini penanganan

di dalam TWS kurang baik atau diletakkan begitu saja asal ada tempat kosong.

Jadi dengan adanya ini diharapkan pengaturannya menjadi lebih baik dan

pengalokasian space dalam TWS dapat dimaksimalkan.

• Memudahkan penelusuran/pencarian Waste. Jadi lebih mudah untuk mencari

waste-waste yang akan dieksekusi karena sudah ada keterangan dilabelnya.

Kategori dari Waste catalogue dibagi menjadi dua, yaitu Hazardous

Waste dan Non Hazardous Waste. Hazardous Waste dibagi lagi menjadi dua yaitu

Hazard Material dan Contaminated Packaging. Hazard Material adalah material

berbahaya yang mengandung B3, sedangkan contaminated packaging adalah

wadah-wadah yang terkontaminasi B3. Non Hazardous Waste dibagi menjadi

tiga, yaitu Integrity Waste, Routine Waste dan Non Routine Waste. Integrity Waste

adalah waste yang berhubungan dengan integrity perusahaan. Routine Waste

adalah waste rutin yang dihasilkan oleh bagian produksi, sedangkan Non Routine

Waste adalah waste non rutin yang dihasilkan dari berbagai macam departemen,

biasanya selain produksi. Tampilan dari Waste Catalogue dapat dilihat di

Lampiran 12.

4.5.3. Perbaikan di Reverse Logistic

Improvement yang diberikan pada departemen Reverse Logistik lebih

cenderung ke bagian PR Pasar. Gambaran alur proses PR Pasar dapat dilihat pada

Gambar 4.6.

Secara umum penjelasan mengenai alur proses PR Pasar sudah dijelaskan

di sub bab 4.1.2. Dimulai dari Sales membawa PR dari Pasar dan dibawa ke Area

Warehouse. Area Warehouse melakukan pengujian untuk produk palsu dan

memberi tanda pada produk yang diduga sebagai produk palsu. Semua produk

tersebut lalu di-packing dan dikirimkan ke gudang RL. Gudang RL melakukan

Page 21: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

34 Universitas Kristen Petra 

 

verifikasi terhadap barang diterima dari Area Warehouse. Proses verifikasi yang

dilakukan adalah memastikan kesesuaian jumlah produk yang diterima dengan

surat jalan. Proses ini membutuhkan waktu yang lama karena gudang RL akan

mengeluarkan produk yang ada didalam packaging dan menghitungnya satu

persatu. Apabila sudah sesuai maka gudang RL akan menerima pengiriman

tersebut, apabila tidak maka gudang RL akan meminta konfirmasi dari Area

Warehouse.

Gambar 4.6. Alur Proses Pengembalian Produk dari Pasar

Barang counterfeit akan diuji ulang di gudang RL dan prosesnya hampir

mirip dengan yang di Area Warehouse hanya menduga saja apabila ditemukan

produk palsu. Barang non counterfeit akan dipilah kemudian dipackaging

berdasarkan claim dan unclaim. Produk yang unclaim dapat langsung

dimusnahkan dengan membuat EDPS terlebih dahulu dan selanjutnya memasuki

alur proses Disposal. Produk klaim selanjutnya masuk ke alur proses Excise untuk

restitusi pajak.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, aktivitas di gudang RL

sangat banyak. Mulai dari pengujian produk counterfeit hingga pemilahan produk

ke claim dan unclaim. Cakupan dari gudang RL adalah seluruh Area Warehouse

Page 22: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

35 Universitas Kristen Petra 

 

di Indonesia atau sekitar 63 Area Warehouse. Pengiriman yang masuk ke gudang

RL selalu ada setiap hari sehingga memungkinkan untuk terjadi penumpukan

barang yang belum diverifikasi.

Perbaikan yang dilakukan agar dapat mengurangi aktivitas atau beban

kerja di gudang RL, antara lain :

• Menghilangkan proses pemeriksaan/pengujian counterfeit di gudang RL.

• Pengelompokan produk yang brand dan cukainya sama tiap 10 biji lalu

dikaret pada saat di Area Warehouse sebelum di-packing.

• Packaging yang dikirimkan dari Area Warehouse langsung dipisahkan antara

yang cukainya masih beredar dan yang sudah kadaluarsa.

Perbaikan yang pertama adalah menghilangkan proses/pengujian

counterfeit di gudang RL. Proses pengujian di gudang RL sama dengan yang di

Area Warehouse dan keduanya hanya menduga saja apabila ada produk palsu.

Produk yang lolos uji dengan yang tidak lolos uji semuanya akan diberikan ke tim

QA. Tim QA yang memiliki wewenang untuk menentukan barang tersebut palsu

atau tidak dengan menggunakan pengujian tersendiri yang mereka lakukan

terhadap semua produk tersebut. Jadi pengujian counterfeit yang dilakukan di

gudang RL dapat dikatakan sebagai pengulangan proses yang sebelumnya telah

dilakukan di Area Warehouse dan seharusnya tidak perlu dilakukan lagi di gudang

RL.

Perbaikan yang kedua adalah pengelompokan produk tiap 10 biji

berdasarkan brand dan cukai yang sama lalu dikaret. Tujuannya adalah agar pada

saat proses penghitungan dan pemeriksaan, baik di gudang RL maupun di Area

Warehouse dapat menjadi lebih mudah. Apabila tidak berjumlah kelipatan 10

maka sisa yang belum 10 tersebut tidak dikirimkan dan menunggu hingga sampai

berjumlah 10. Perbaikan ini dapat mempercepat proses pemeriksaan/

penghitungan jumlah produk yang masuk di gudang RL.

Perbaikan yang ketiga adalah pemisahan produk antara yang cukainya

masih beredar dengan yang sudah kadaluarsa. Tujuannya adalah agar proses

pemilahan antara yang cukainya masih beredar (claim) dengan yang sudah

kadaluarsa (unclaim) dapat diminimalkan. Semua usulan perbaikan ini diharapkan

dapat mengefisienkan proses yang dilakukan di gudang RL.

Page 23: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

36 Universitas Kristen Petra 

 

4.6. Perancangan Standard Operating Procudere (SOP)

Hasil dari pemetaan alur proses yang telah diperbaiki kemudian dibuat

dalam bentuk SOP. SOP yang sudah jadi dimintakan persetujuan ke Supervisor

dan Manager Disposal dan RL. Supervisor beserta Manager sudah menyetujui

SOP ini dan SOP juga telah disahkan.

4.6.1. SOP Disposal

SOP Disposal dibuat dengan mengacu pada future state yang telah

diperbaiki. SOP untuk Disposal dinamakan sebagai Waste Management Guidance

yang dibagi menjad 8 macam alur proses dalam bentuk flowchart. Secara garis

besar, yaitu :

1. Proses pembuatan EDPS hingga EDPS Ready to Execute

Alur proses ini menjelaskan proses dari User membuat EDPS hingga EDPS

menjadi Ready to Execute. Alur proses ini dapat dilihat di Lampiran 1.

Pada bagian proses dibagi menjadi 3 kotak. Kotak yang pertama berarti yang

bertanggung jawab untuk melakukan proses, kotak yang kedua adalah proses

yang dilakukan, dan kotak yang ketiga adalah dokumen atau sistem yang

digunakan. Contoh penjelasan alur proses SOP dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Contoh Penjelasan SOP

No Process Responsible

by Description

1 Melakukan Konfirmasi Barang yang akan di-dispose ke Tim Capex & Operation Finance

User User melakukan konfirmasi terlebih dahulu mengenai barang yang akan mereka dispose ke Tim Capex dan Operation Finance melalui email.

2 Fix Asset atau Inventory Sparepart? (Jika ya, ke langkah 5. Jika tidak, ke langkah 3)

Tim Capex Tim Capex akan menentukan apakah barang yang di-dispose termasuk dalam Fix asset atau Inventory Sparepart.

Page 24: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

37 Universitas Kristen Petra 

 

Tabel 4.4. Contoh Penjelasan SOP (Sambungan)

No Process Responsible

by Description

3 Inventory Non Sparepart? (Jika ya, ke langkah 6. Jika tidak, ke langkah 4.)

Operation Finance

Operation Finance akan menentukan apakah barang yang di-dispose termasuk dalam Inventory Non Sparepart atau tidak.

4 Non Inventory? (Jika ya, ke langkah 7. Jika tidak, menjadi Sampah Domestic.)

User User menentukan apakah barang yang ingin mereka dispose termasuk dalam barang Non Inventory atau Sampah Domestic.

5 Mendapatkan data Fix Asset atau Inventory Sparepart dari Tim Capex

User User akan menerima data seperti Item Code, Cost, Accumulated Depretiation, dan NBV mengenai Fix Asset dan Inventory Sparepart yang akan di-dispose. Tata cara pemberian data dari Tim Capex mengacu pada SOP Accounting.

6 Mendapatkan Data Inventory Non Sparepart dari Operation Finance

User User akan mendapatkan data seperti Item Code, Cost, Accumulated Depretiation, dan NBV mengenai Inventory Non Sparepart yang akan di-dispose. User dapat konfirmasi langsung ke tim Operation Finance atau melihat ke sistem.

7 Membuat eDPS User User membuat eDPS berdasarkan eDPS Guidline.

8 Memindahkan Barang ke Waste Terminal

Waste Producer

(User)

Waste Producer (User) akan memindahkan barang atau waste ke waste collection dengan melampirkan copy eDPS dan Surat Jalan apabila waste collection bukan milik waste producer.

 

 

Page 25: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

38 Universitas Kristen Petra 

 

Tabel 4.4. Contoh Penjelasan SOP (Sambungan)

No Process Responsible

by Description

9 Proses Pemeriksaan dan Approval

Approver Approver akan melakukan pemeriksaan terhadap eDPS dan melakukan proses approval.

10 Approve? (Jika ya, ke langkah 13. Jika tidak, ke langkah 11.)

Approver Approver menentukan apakah eDPS tersebut layak untuk di-approve atau tidak.

11 Revise? (Jika ya, ke langkah 7. Jika tidak, ke langkah 12.)

User eDPS yang ditolak oleh Approver akan kembali ke User. User akan menentukan apakah mau merevisi eDPSnya atau tidak.

12 Cancel eDPS User User yang memutuskan untuk tidak merivisi eDPSnya harus melakukan pembatalan terhadap permintaan tersebut.

13 Menerima eDPS Disposal Disposal akan menerima eDPS yang sudah di-approve oleh Approver dengan status Ready to Execute (R2E) dan siap untuk melakukan proses eksekusi.

2. Eksekusi Donasi

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk donasi

hingga barang dieksekusi dan proses completion EDPS. Alur proses ini dapat

dilihat di Lampiran 2.

3. Eksekusi Asset Clearance

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk Asset

Clearance hingga barang dieksekusi dan proses completion EDPS. Alur

proses ini dapat dilihat di Lampiran 3.

4. Eksekusi Destroy By Area

Page 26: 4. PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Disposal Perusahaan Saat Ini

39 Universitas Kristen Petra 

 

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk Destroy By

Area hingga barang dieksekusi dan proses completion EDPS. Alur proses ini

dapat dilihat di Lampiran 4.

5. Eksekusi Destroy By Vendor

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk Destroy By

Vendor hingga barang dieksekusi dan proses completion EDPS. Alur proses

ini dapat dilihat di Lampiran 5.

6. Eksekusi for Sell Non Contract and Sell Without Deposit

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk Sell Non

Contract dan Sell Without Deposit hingga barang dieksekusi dan proses

completion EDPS. Alur proses ini dapat dilihat di Lampiran 6.

7. Eksekusi Lelang.

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk Auction

hingga barang dieksekusi dan proses completion EDPS. Alur proses ini dapat

dilihat di Lampiran 7

8. Eksekusi Sell for Contract with Deposit

Alur proses ini menjelaskan proses dari persiapan eksekusi untuk Contract

With Deposit hingga barang dieksekusi dan proses completion EDPS. Alur

proses ini dapat dilihat di Lampiran 8.

Proses selanjutnya setelah pengesahan SOP adalah melakukan sosialisasi

ke user mengenai SOP Disposal ini. Diharapkan SOP Disposal ini dapat

memberikan kemajuan yang positif bagi Departemen Disposal dan user yang

terkait didalamnya.

4.6.2. SOP RL Claim Transport

SOP Claim Transport dibuat berdasarkan pemetaan kondisi awal. SOP

ini disebut sebagai Claim Transport (Damage and Loss). Alur proses Claim

Transport dapat dilihat di Lampiran 9.

Pada alur proses Claim Transport tidak ada perubahan pada tim RL

karena yang lebih banyak berperan adalah tim Area Warehouse dan Tim QA. Tim

RL hanya seperti penghubung antara Area Warehouse, Tim QA dan Pihak

Transporter. Jadi SOP dibuat sama seperti current state.