4. hasil penelitian 4.1 keadaan umum wilayah ... -...

21
35 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Kecamatan Penelitian Secara administratif, Kecamatan Sambirejo berada di wilayah Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Terdiri dari sembilan desa, yaitu Desa Musuk, Desa Jetis, Desa Sukorejo, Desa Jambeyan, Desa Sambi, Desa Dawung, Desa Blimbing, Desa Kadipiro, dan Desa Sambirejo yang juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Dari Sembilan desa tersebut, Desa Jetis, Desa Blimbing dan Desa Sukorejo mengusahakan pertanian Padi organik. Desa Sukorejo sudah mengusahakan pertanian Padi organik dari tahun 2000 sampai sekarang. Pemilihan Desa Sukorejo sebagai lokasi penelitian karena sebagian besar lahan sudah mendapat sertifikat organik dari INOFICE. Pertanian organik di Desa Sukorejo dirintis sejak tahun 2000. Pada awalnya terjadi penurunan hasil produksi hingga 20%. Kerugian tersebut teratasi dengan penjualan hasil produksi yang dibebankan pada PNS (Pegawai Negri Sipil) oleh pemerintah daerah. Pada saat itu harga jual ditentukan oleh pemerintah. Beberapa tahun kemudian pemasaran hasil produksi beralih ke PADI MULYA, dimana ada kesepakatan berbentuk MOU (Memorandum Of Understanding). Dahulu petani masih menjadi price taker, namun di tahun 2009 sampai sekarang petani sudah menjadi price maker. Sebagai contoh, harga jual Gabah Kering Panen (GKP) varietas Menthik Wangi dihargai Rp 4.400,00/kg. Berdasarkan jarak tempuh, pusat pemerintahan kecamatan dengan Ibu Kota Kabupaten Sragen berjarak 12 km. Kecamatan Sambirejo berketinggian 191 m dpl, curah hujan 4.156 mm dengan hari hujan 94 hari/tahun. Ini sesuai dengan syarat tumbuh Padi, sebab Padi akan tumbuh baik di ketingginan 1-1500 m dpl dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. Batas wilayah Kecamatan Sambirejo bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Gondang, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar,

Upload: lynhan

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

35

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Kecamatan Penelitian

Secara administratif, Kecamatan Sambirejo berada di wilayah Kabupaten

Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Terdiri dari sembilan desa, yaitu Desa Musuk,

Desa Jetis, Desa Sukorejo, Desa Jambeyan, Desa Sambi, Desa Dawung,

Desa Blimbing, Desa Kadipiro, dan Desa Sambirejo yang juga berfungsi sebagai

pusat pemerintahan. Dari Sembilan desa tersebut, Desa Jetis, Desa Blimbing dan

Desa Sukorejo mengusahakan pertanian Padi organik. Desa Sukorejo sudah

mengusahakan pertanian Padi organik dari tahun 2000 sampai sekarang.

Pemilihan Desa Sukorejo sebagai lokasi penelitian karena sebagian besar lahan

sudah mendapat sertifikat organik dari INOFICE.

Pertanian organik di Desa Sukorejo dirintis sejak tahun 2000. Pada awalnya

terjadi penurunan hasil produksi hingga 20%. Kerugian tersebut teratasi dengan

penjualan hasil produksi yang dibebankan pada PNS (Pegawai Negri Sipil)

oleh pemerintah daerah. Pada saat itu harga jual ditentukan oleh pemerintah.

Beberapa tahun kemudian pemasaran hasil produksi beralih ke PADI MULYA,

dimana ada kesepakatan berbentuk MOU (Memorandum Of Understanding).

Dahulu petani masih menjadi price taker, namun di tahun 2009 sampai sekarang

petani sudah menjadi price maker. Sebagai contoh, harga jual Gabah Kering

Panen (GKP) varietas Menthik Wangi dihargai Rp 4.400,00/kg.

Berdasarkan jarak tempuh, pusat pemerintahan kecamatan dengan Ibu Kota

Kabupaten Sragen berjarak 12 km. Kecamatan Sambirejo berketinggian 191 m dpl,

curah hujan 4.156 mm dengan hari hujan 94 hari/tahun. Ini sesuai dengan syarat

tumbuh Padi, sebab Padi akan tumbuh baik di ketingginan 1-1500 m dpl dengan

curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun. Batas wilayah Kecamatan Sambirejo bagian

utara berbatasan dengan Kecamatan Gondang, bagian timur berbatasan dengan

Provinsi Jawa Timur, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar,

Page 2: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

36

dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kedawung (Kecamatan Sambirejo

Dalam Angka 2010).

4.1.2 Luas Lahan Dan Tataguna Lahan Kecamatan Penelitian

Terdapat empat jenis lahan sawah yaitu sawah irigasi teknis (598,8 ha), sawah

irigasi setengah teknis (501,5 ha), sawah irigasi sederhana (349,6 ha) dan sawah

tadah hujan (39,62 ha). Dengan banyaknya lahan sawah beririgasi, menjadi potensi

untuk pengembangan pertanian Padi organik di Kecamatan Sambirejo.

Di Desa Musuk ada dua jenis lahan sawah, yaitu sawah irigasi teknis

(37,70 ha) dan sawah irigasi sederhana (42,11 ha). Di Desa Sukorejo terdapat tiga

jenis lahan sawah yaitu sawah irigasi setengah teknis (2,40 ha), sawah irigasi

sederhana (125,34 ha), dan sawah tadah hujan (2,50 ha). Berikut Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Diagram Penggunaan Tanah Di Kecamatan Sambirejo Tahun 2010

Sumber : Kecamatan Sambirejo Dalam Angka Tahun 2010

Sawah Irigasi Teknis

598,8 ha (12,36%)

Sawah Irigasi Setegah Teknis

501,5 ha (10,36)%

Sawah Irigasi Sederhana

349,6 ha (7,22)%

Sawah Tadah Hujan

39,62 ha (0,82%)

Pekarangan/ Bangunan1.431 ha (29,54%)

Tegalan/ Kebun922,5 ha (19,05)%

Padang/ Gembala

1,5 ha (0,03)%

Tambak/ Kolam2,5 ha

(0,05%)

Rawa-rawa0 ha (0,00%)

Sementara Tak Diusahakan0 ha (0,00%)

Hutan Negara155 ha (3,20%)

Perkebunan Negara/ Swasta370 ha (7,64%)

Lain-lain470 ha (9,72%)

Page 3: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

37

4.1.3 Pertanian Kecamatan Penelitian

Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah, Jagung, Ubi Kayu,

Kacang-kacangan (Kacang Tanah dan Kacang Panjang), Bayam, dan buah-buahan

(Mangga, Jambu Air, Sawo, Belimbing, Pepaya, dan Pisang). Musim tanam Padi

dikenal tiga sebutan, yaitu MT I (Rendheng: November-Februari)), MT II

(Gadhon: Maret-Juni) dan MT III (Mogolan: Juli-Oktober). Luas panen Padi di

Kabupaten Sragen tahun 2009 seluas 89.463 ha, pada tahun 2010 mengalami

perluasan 6.413 ha sehingga tahun 2010 luas panen Padi Kabupaten Sragen 95.876

ha. Luas panen Padi organik maupun semi organik di Kabupaten Sragen tahun

2009 seluas 7.143 ha dan tahun 2010 menjadi 9.055 ha. Dari luasan tersebut, 185

ha sudah tersertifikat organik.

Produksi Padi Kabupaten Sragen tahun 2010 sebanyak 543.381 ton,

produktivitasnya 56,68 kw/ha. Produksi Padi organik dan semi organik Kabupaten

Sragen tahun 2010 sebanyak 59.323,28 ton, produktivitasnya 65,51 kw/ha.

Desa Musuk menyumbangkan 9.100 kw Padi anorganik, dan Desa Sukorejo

menyumbangkan 22.100 kw Padi organik. Berikut Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Produksi Padi Di Desa Musuk Dan Sukorejo,

Kecamatan Sambirejo Tahun 2009

Padi Sawah Desa Musuk Desa Sukorejo Jumlah

Total % Total % Total %

Luas Panen (ha) 168 29,89 394 70,11 562 100,00

Produksi (ku) 9.1 29,17 22.1 70,83 31.2 100,00

Rata-rata (ku/ha) 54 49,09 56 50,91 110 100,00

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010

Dalam berusahatani, petani tidak hanya mengusahakan lahannya saja

melainkan juga mengusahakan beberapa ternak. Biasanya ternak yang diusahakan

meliputi Sapi, Kambing, Domba, Ayam, Itik, Angsa, dan Merpati. Fungsi ternak

yang diusahakan selain dapat diambil telur dan limbah kandangnya, juga sebagai

investasi. Ini dikarenakan ternak tersebut dapat dijual sewaktu-waktu, terutama bila

petani sedang membutuhkan uang yang cukup banyak. Berikut Tabel 4.2.

Page 4: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

38

Tabel 4.2. Jumlah Ternak Besar, Kecil, Dan Unggas Di Desa Musuk Dan

Sukorejo, Kecamatan Sambirejo Tahun 2009

Jenis Ternak Desa Musuk Desa Sukorejo Jumlah

Ekor % Ekor % Ekor %

Sapi 372 60,69 241 39,31 613 100,00

Kambing 389 45,18 472 54,82 861 100,00

Domba 304 45,24 368 54,76 672 100,00

Ayam Kampung 1.216 29,72 2.876 70,28 4.092 100,00

Ayam Ras 4.5 64,28 2.501 35,72 7.001 100,00

Itik 415 37,90 680 62,10 1.095 100,00

Itik Manila 80 100,00 - 0,00 80 100,00

Angsa 30 100,00 - 0,00 30 100,00

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010

Sebagai pupuk kandang, limbah ternak mengandung beberapa unsur hara,

namun beberapa unsur yang banyak disorot adalah kandungan N, P, dan K.

Berikut Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Kandungan Pupuk Kandang Dari Unsur N, P, Dan K

Berdasarkan Jenis Ternak

Jenis Ternak Kelembaban (%) N (%) P2O5 (%) K2O (%)

Sapi, Lembu 80 1,67 1,11 0,56

Kuda 75 2,29 1,25 1,38

Domba, Kambing 68 3,75 1,87 1,25

Babi 82 3,75 3,13 2,50

Ayam 56 6,27 5,92 3,27

Merpati 52 5,68 5,74 3,23

Sumber: Anonim, 2011c

4.2 Keadaan Umum Sampel Penelitian

4.2.1 Kelompok Umur Sampel

Sebagian besar sampel pertanian anorganik berusia 50 tahun ke atas, sebab

banyak usia muda yang bekerja di luar bidang pertanian. Sebagian besar sampel

pertanian organik berusia 40 tahun ke atas sebab ada komitmen untuk melestarikan

lahan usaha yang dimiliki dan didukung dengan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi dari sampel pertanian anorganik. Berikut Tabel 4.4.

Page 5: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

39

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Penelitian Menurut Kelompok Umur

Usia (Tahun) Pertanian Anorganik Pertanian Organik Jumlah

Orang % Orang % Orang %

35 - 39 1 1,67 1 1,67 2 3,33

40 - 44 - 0,00 4 6,67 4 6,67

45 - 49 3 5,00 11 18,33 14 23,33

50 - 54 2 3,33 3 5,00 5 8,33

55 - 59 12 20,00 3 5,00 15 25,00

60 - 64 7 11,67 3 5,00 10 16,67

> 65 5 8,33 5 8,33 10 16,67

Jumlah 30 50,00 30 50,00 60 100,00

Sumber: Data Primer 2011

4.2.2 Jumlah Anggota Keluarga Sampel

Sebagian besar jumlah anggota keluarga sampel pertanian anorganik 1-2 orang,

sedangkan di pertanian organik 3-4 orang. Dari jumlah anggota keluarga ini,

dimungkinkan terjadinya efisiensi tenaga kerja yang berasal dari dalam, sehingga

biaya tenaga kerja untuk tenaga luar dapat ditekan. Jumlah anggota keluarga

memberikan informasi tentang seorang petani untuk mencukupi kubutuhan

anggota keluarganya. Sehingga petani tersebut terdorong untuk memaksimalkan

hasil produksi dan pendapatan bersihnya. Berikut Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer 2011

Page 6: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

40

4.2.3 Pendidikan Terakhir Sampel

Pendidikan berkaitan dengan kemampuan p etani mencari informasi, menyerap

informasi dari penyuluh dan mengatur sumberdaya yang dimiliki. Dari sebagian

besar sampel petani anorganik maupun orga nik, memiliki pendidikan Sekolah

Dasar. Berikut Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Grafik Pendidikan Terakhir Sampel Penelitian

Sumber: Data Primer 2011

4.2.4 Pekerjaan Utama Dan Sampingan

Sebagian besar pekerjaan utama sampel penelitian adalah petani.

Meskipun demikian ada beberapa sampel yang pekerjaan utamanya sebagai

pegawai desa maupun aparat pemerintah, namun pekerjaan ini bersifat sementara

sehingga apabila sudah tidak menjabat, mereka tetap bekerja sebagai petani Padi.

Berikut Tabel 4.5.

Page 7: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

41

Tabel 4.5. Distribusi Sampel Penelitian Menurut Mata Pencaharian Utama

Mata Pencaharian Pertanian Anorganik Pertanian Organik Jumlah

Orang % Orang % Orang %

Petani 30 50,00 26 43,33 56 93,33

PNS - 0,00 2 3,33 2 3,33

Pegawai Desa - 0,00 2 3,33 2 3,33

Jumlah 30 50,00 30 50,00 60 100,00

Sumber : Data Primer 2011

Kadang dalam berusahatani pendapatan usahatani belum mampu memenuhi

kebutuhan sehingga seorang petani mengambil keputusan untuk bekerja

sampingan, semisal menjadi tukang ojek setelah mengolah lahan atau merawat

tanaman budidayanya atau menjadi tukang batu maupun tukang kayu.

Berikut Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Sampel Penelitian Menurut Mata Pencaharian Sampingan

Mata Pencaharian Pertanian Anorganik Pertanian Organik Jumlah

Orang % Orang % Orang %

Petani - 0,00 4 6,67 4 6,67

Peternak - 0,00 1 1,67 1 1,67

Wira Usaha - 0,00 4 6,67 4 6,67

Ojek 1 1,67 - 0,00 1 1,67

Sewa Traktor 1 1,67 - 0,00 1 1,67

Tukang 7 11,67 1 1,67 8 13,33

Tidak Ada Sampingan 21 35,00 20 33,33 41 68,33

Jumlah 30 50,00 30 50,00 60 100,00

Sumber : Data Primer 2011

Modal yang digunakan sebagian besar sampel berasal dari modal sendiri.

Rata-rata modal lancar pertanian organik Rp 1.407.115,00 sedangkan pertanian

anorganik Rp 1.157.380,00. Jaringan pemasaran seorang petani biasanya terbatas

di penebas, pengepul maupun ke pengijon. Jaringan pemasaran yang lebih luas

sangat diperlukan petani untuk memasarkan hasil usahataninya dan menentukan

harga, sehingga petani tidak menjadi price taker melainkan sebagai price maker.

Page 8: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

42

4.2.5 Sumber Modal Usahatani dan Jaringan Pemasaran

Modal yang digunakan sebagian besar sampel berasal dari modal sendiri.

Rata-rata modal lancar pertanian organik Rp 1.407.115,00 sedangkan pertanian

anorganik Rp 1.157.380,00. Jaringan pemasaran seorang petani biasanya terbatas

di penebas, pengepul maupun ke pengijon. Jaringan pemasaran yang lebih luas

sangat diperlukan petani untuk memasarkan hasil usahataninya dan menentukan

harga, sehingga petani tidak menjadi price taker melainkan sebagai price maker.

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar petani organik dan anorganik

memiliki jaringan pemasaran yang sama, yaitu menjual hasil produksi Padi ke

pengepul.

4.2.6 Sumber Informasi Budidaya

Dahulu petani belajar berusahatani dari orang tuanya. Seiring perkembangan

jaman, peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya untuk berusahatani

tergeser oleh penyuluh pertanian. Dari penyuluh, terjadi aliran informasi pertanian

yang diteruskan kepada para petani. Beberapa informasi yang sering diberikan

seperti dosis penggunaan pupuk, varietas benih unggulan terbaru, teknik bercocok

tanam dan lain sebagainya.

Antara sumber informasi budidaya dengan lama usahatani ada hubungan

dengan penyerapan informasi budidaya. Dahulu, petani menyerap informasi masih

terbatas dari orang tua ataupun keluarganya. Saat ini petani dapat menyerap

informasi dari penyuluh pertanian dan berbagai sumber informasi lainnya.

Dengan kemajuan zaman, informasi budidaya tidak hanya berasal dari penyuluh

maupun sumber informasi lainnya, tetapi juga dari orang tua sebab prinsip

pertanian organik mirip dengan pertanian tradisional namun memanfaatkan

teknologi tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan. Berikut Tabel 4.7

Page 9: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

43

Tabel 4.7. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Sumber Informasi Budidaya

Sumber Informasi Budidaya Pertanian Anorganik Pertanian Organik Jumlah

Orang % Orang % Orang %

Orang Tua 19 31,67 3 5,00 22 36,67

Penyuluh 1 1,67 7 11,67 8 13,33

Orang Tua dan Penyuluh 10 16,67 20 33,33 30 50,00

Jumlah 30 50,00 30 50,00 60 100,00

Sumber : Data Primer 2011

4.2.7 Status Kepemilikan Dan Luas Lahan

Dari hasil penelitian, didapati sebagian besar lahan sawah yang dimiliki petani

termasuk lahan sawah irigasi. Jenis sawah irigasi sederhana yang terdapat di Desa

Musuk berpotensi untuk diarahkan ke pertanian organik, terutama untuk lahan-

lahan yang letaknya lebih tinggi dan memiliki pengairan dari mata air.

Lahan irigasi teknis sulit untuk diarahkan ke pertanian organik, sebab sistem

pengairannya saling berhubungan.

Luas lahan sampel penelitian beragam, lahan tersempit dari kedua populasi

1.500 m2 dan yang terluas 22.500 m

2. Kepemilikan lahan mulai dari milik sendiri,

milik keluarga, lahan sewa bahkan ada yang berstatus lahan bengkok. Lahan yang

berstatus milik keluarga ditemukan populasi di pertanian organik. Hal ini terjadi

karena lahan pertanian organik memerlukan komitmen agar lahan tidak tercemar

bahan kimia, sehingga hanya diusahakan oleh keluarga yang ingin bertani Padi

organic dan hanya dilakukan di daerah tersebut. Lahan berstatus sewa ditemukan

di populasi pertanian anorganik, sedangkan lahan berstatus Bengkok ditemukan di

populasi pertanian organik. Petani yang menyewa lahan cenderung

memaksimalkan hasil produksi melalui input yang maksimal seperti penggunaan

pupuk dengan jumlah cukup banyak. Luas penguasaan lahan berpengaruh di besar

dan kecilnya biaya saprodi benih, pupuk pestisida, dan hasil produksi. Berikut

Tabel 4.8.

Page 10: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

44

Tabel 4.8. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Kepemilikan Luas Lahan

Luas Lahan (m2)

Pertanian Anorganik Pertanian Organik Jumlah

Orang % Orang % Orang %

< 4200 18 30,00 7 11,67 25 41,67

4200 - 8400 11 18,33 14 23,33 25 41,67

8400 - 12600 1 1,67 6 10,00 7 11,67

12600 - 16800 - 0,00 - 0,00 - 0,00

16800 - 21000 - 0,00 2 3,33 2 3,33

> 21000 - 0,00 1 1,67 1 1,67

Jumlah 30 50,00 30 50,00 60 100,00

Sumber : Data Primer 2011

4.2.8 Varietas Benih

Diketahui enam varietas Padi yang diusahakan oleh sampel penelitian yaitu

IR-64, C-4 Raja, Ciherang, Menthik Wangi, Merah Thailand dan Beras Hitam.

Dari keenam varietas, Menthik Wangi paling banyak dibudidayakan. Jumlah lahan

pertanian anorganik yang ditanami varietas Menthik Wangi sebanyak 13 lahan

(20,00%), sedangkan lahan pertanian organik banyak ditanami varietas Merah

Thailand, yaitu 13 lahan (20,00%).

Varietas yang ditanam oleh sampel pertanian anorganik berdasarkan

keputusan petani itu sendiri, sehingga di populasi pertanian anorganik hanya

didapati varietas IR-64, Ciherang dan Menthik Wangi. Di populasi pertanian

anorganik, varietas yang paling banyak dibudidayakan adalah Menthik Wangi.

Varietas yang ditanam petani organik didasarkan pada kesepakatan pengusaha

dengan petani dengan pertimbangan harga jual dan hasil produksinya, sebagai

contoh ada seorang petani yang pada saat penelitian sedang menanam Padi Hitam.

Dilihat dari umur panen, Padi Hitam panen pada umur 5 bulanan. Petani tersebut

mau menanamnya karena ada permintaan pengusaha dan didukung dengan harga

jual GKP yang cukup tinggi, yaitu Rp 17.000,00/kg. Berikut Tabel 4.9.

Page 11: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

45

Tabel 4.9. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan

Varietas Benih Yang Digunakan

Varietas Pertanian Anorganik Pertanian Organik Jumlah

Lahan % Lahan % Lahan %

IR 64 11 16,92 6 9,23 17 26,15

C 4 Raja - 0,00 4 6,15 4 6,15

Ciherang 6 9,23 0 0,00 6 9,23

Menthik Wangi 13 20,00 11 16,92 24 36,92

Merah Thailand - 0,00 13 20,00 13 20,00

Beras Hitam - 0,00 1 1,54 1 1,54

Jumlah 30 46,15 35 53,85 65 100,00

Sumber : Data Primer 2011

4.2.9 Lama Usahatani

Lama usahatani setiap petani sampel beragam, dari beberapa tahun sampai

puluhan tahun. Dari lamanya berusahatani, diketahui bagaimana penyerapan

informasi budidaya yang diperoleh dan bagaimana seorang petani mampu

memahami hingga mengaplikasikan informasi tersebut dalam usahataninya.

Semakin lama seorang petani berusahatani, ia akan semakin memahami usahanya

namun semakin sulit untuk menerima sebuah perubahan. Sebagai contoh seorang

petani terdahulu yang mendapatkan informasi budidaya penuh input bahan kimia

sulit berubah ke pertanian organik yang mengandalkan bahan-bahan alami.

Dari sampel pertanian organik, petani yang dahulu berusahatani Padi

anorganik paling banyak berada di rentang waktu 6-10 tahun sehingga masih

dimungkinkan untuk berubah dari anorganik ke organik. Hal ini mungkin

dilatarbelakangi oleh usia petani yang masih muda dan pendidikan yang lebih

tinggi. Berbeda dengan pengalaman usahatani anorganik, para petaninya rata-rata

sudah cukup lama berusahatani Padi, sebagian besar sudah mengusahakan lebih

dari 30 tahun.

Lamanya usahatani juga berhubungan dengan awal mula usahatani organik,

dimana pertanian organik yang dilakukan sampel penelitian sudah 11 tahun.

Awalnya para petani organik ini adalah petani anorganik namun karena mendapat

bimbingan teknis dan dukungan dari pemerintah daerah mereka berani melangkah

ke pertanian organik. Sebagian dari sampel pertanian organik adalah anak dari para

Page 12: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

46

pelopor pertanian organik di Desa Sukorejo. Alasan mereka berusahatani adalah

ingin melanjutkan usaha yang sudah dirintis orang tuanya beberapa tahun yang

lalu. Berikut Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Lama Usahatani Padi

Lama Usahatani (Tahun) Desa Musuk (PA)

Desa Sukorejo (PO)

PA PO

Orang % Orang % Orang %

1-5 - 0,00 1 3,33 3 10,00

6-10 1 3,33 6 20,00 1 3,33

11-15 - 0,00 5 16,67 26 86,67

16 - 20 3 10,00 5 16,67 - 0,00

21 - 25 2 6,67 3 10,00 - 0,00

26 - 30 3 10,00 4 13,33 - 0,00

31 - 35 6 20,00 - 0,00 - 0,00

36 - 40 5 16,67 1 3,33 - 0,00

41 - 45 6 20,00 1 3,33 - 0,00

45 - 50 4 13,33 - 0,00 - 0,00

Tidak tahu - 0,00 4 13,33 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00 30 100,00

Sumber : Data Primer 2011

4.3 Keadaan Umum Variabel Penelitian

4.3.1 Produksi

Sumber unsur hara pertanian organik berasal dari bahan alami, contohnya

pupuk kandang. Varietas yang dipilih dan digunakan oleh petani organik

merupakan varietas Padi unggul dan introduksi. Dengan penggunaan pupuk

kandang dan didukung dengan varietas unggulan, maka hasil produksinya cukup

tinggi. Di pertanian anorganik, varietas yang digunakan hampir sama dengan

varietas yang digunakan di pertanian organik. Namun, ada perbedaan dalam

penggunaan pupuk, dimana pupuk yang digunakan adalah pupuk kimiawi.

Produksi padi terendah di pertanian organik 6.667 kg atau 6,7 ton/ha,

sedangkan produksi Padi terendah di pertanian anorganik 5.556 kg atau 5,6 ton/ha.

Berikut adalah Tabel 4.11.

Page 13: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

47

Tabel 4.11. Hasil Produksi Sampel Penelitian

Hasil Produksi (ton) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

< 5 - 0,00 1 3,33

6-May - 0,00 6 20,00

6 - 6,5 - 0,00 6 20,00

6,5 - 7 9 30,00 14 46,67

7 - 7,5 13 43,33 1 3,33

7,5 - 8 6 20,00 2 6,67

> 8 2 6,67 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer 2011

4.3.2 Modal Lancar

Barang habis pakai dalam usahatani Padi seperti pupuk, benih, pestisida, dan

lain-lain. Besarnya modal lancar tergantung luas lahan yang diusahakan.

Rata-rata modal lancar sampel pertanian organik sebesar Rp 6.444.367,00

sedangkan modal lancar sampel pertanian anorganik sebesar Rp 2.145.033,00.

Berikut Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Modal Lancar Sampel Penelitian

Modal Lancar (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

< 500.000 6 20,00 1 3,33

500.000 - 1.000.000 9 30,00 12 40,00

1.000.000 - 1.500.000 7 23,33 12 40,00

1.500.000 - 2.500.000 4 13,33 4 13,33

2.500.000 - 3.500.000 2 6,67 1 3,33

3.500.000 - 4.500.000 1 3,33 - 0,00

> 4.500.000 1 3,33 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber: Analisis Data Primer 2011

Page 14: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

48

4.3.3 Pendapatan

4.3.3.1 Pendapatan Kotor

Tabel 4.13. Pendapatan Kotor Sampel Penelitian

Pendapatan Kotor (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

< 10.000.000 - 0,00 1 3,33

10.000.000 - 15.000.000 - 0,00 - 0,00

15.000.000 - 20.000.000 - 0,00 13 43,33

20.000.000 - 30.000.000 14 46,67 16 53,33

30.000.000 - 40.000.000 1 3,33 - 0,00

40.000.000 - 50.000.000 - 0,00 - 0,00

50.000.000 - 60.000.000 9 30,00 - 0,00

> 60.000.000 6 20,00 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer 2011

Pendapatan kotor merupakan pendapatan seorang petani yang diperoleh dari

pengkalian antara hasil produksi dengan harga jual. Sebagai informasi, harga jual

GKP organik varietas Menthik Wangi Rp 3.500,00/kg, sedangkan varietas IR-64

Rp 3.800,00/kg, varietas Merah Thailand Rp 8.500,00/kg, varietas C-4 Raja

Rp 7.000,00/kg, dan varietas Hitam Rp 17.000,00/kg. Harga jual GKP anorganik

varietas IR-64 Rp 3.000,00/kg, varietas Menthik Wangi Rp 3.200,00/kg, dan

varietas Ciherang Rp 2.700,00/kg.

4.3.3.2 Pendapatan Bersih

Pendapatan bersih merupakan keuntungan dari seorang petani yang diperoleh

dari pengurangan pendapatan kotor dengan hasil penjumlahan biaya-biaya.

Pendapatan bersih antara sampel pertanian organik dengan anorganik dapat dilihat

dengan memasukkan biaya tenaga kerja yang dihitung dengan upah nominal dan

dengan memasukkan biaya tenaga kerja yang sudah dihitung dengan upah Bawon.

Pendapatan bersih petani organik sebagian besar berada di rentang

Rp 20.000.000,00-Rp 30.000.000,00 diakibatkan oleh dua hal, yaitu tingginya

harga jual padi organik yang ditawarkan oleh pengusaha dan rendahnya biaya yang

Page 15: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

49

dikeluarkan oleh seorang petani Padi organik. Pendapatan bersih yang diterima

petani anorganik akibat tingginya biaya saprodi ditambah biaya sewa lahan. Untuk

lebih jelasnya, berikut Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Pendapatan Bersih Sampel Penelitian

Pendapatan Kotor (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

< 10.000.000 - 0,00 2 6,67

10.000.000 - 15.000.000 - 0,00 13 43,33

15.000.000 - 20.000.000 - 0,00 15 50,00

20.000.000 - 30.000.000 14 46,67 - 0,00

30.000.000 - 40.000.000 1 3,33 - 0,00

40.000.000 - 50.000.000 4 13,33 - 0,00

50.000.000 - 60.000.000 9 30,00 - 0,00

> 60.000.000 2 6,67 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer 2011

4.3.4 Pembiayaan

4.3.4.1 Benih

Benih yang digunakan di pertanian organik biasanya berasal dari satu kawasan

pertanian yang dikelola secara organik. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kontaminasi lahan dengan varietas lain yang mungkin membawa bahan kimia

ataupun jenis hama baru bagi lingkungan tersebut. Dengan menanam varietas

tertentu dalam suatu area, mampu membentuk ketahanan spesifik terhadap hama

dan penyakit. Dengan demikian, benih Padi pertanian organik diperoleh dari hasil

panen sendiri atau hasil panen petani lain yang ada di kawasan tersebut. Jika benih

berasal dari lahan sendiri, maka biaya tersebut tergolong sebagai biaya

pengorbanan. Berbeda dengan benih yang digunakan oleh petani anorganik.

Benih yang ditanam diperoleh dari membeli di toko pertanian maupun dari

koperasi. Benih yang ditanam petani organik, bila digunakan sebagai benih untuk

musim selanjutnya mengalami penurunan hasil. Selain itu, biasanya benih yang

diperoleh dari produsen benih sudah dicampur dengan insektisida agar tidak

terserang hama. Berikut Tabel 4.15.

Page 16: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

50

Tabel 4.15. Biaya Benih Sampel Penelitian

Biaya Saprodi Benih (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

< 50.000 - 0,00 1 3,33

50.000 - 100.000 - 0,00 21 70,00

100.000 - 150.000 6 20,00 7 23,33

150.000 - 200.000 8 26,67 - 0,00

200.000 - 250.000 4 13,33 - 0,00

250.000 - 300.000 6 20,00 1 3,33

300.000 - 350.000 4 13,33 - 0,00

> 350.000,00 2 6,67 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer 2011

Dari hasil pengambilan data, ditemukan beberapa sampel petani organik yang

memiliki beberapa lahan dengan varietas berbeda. Untuk mendapatkan biaya

saprodi benih dari sampel tersebut, dilakukan perhitungan biaya dari tiap varietas

benih yang ditanam, kemudian dijumlahkan. Perhitungan untuk mendapatkan

biaya saprodi benih pertanian anorganik adalah dengan mengkalikan kebutuhan

benih dengan harga benih. Berikut merupakan Tabel 4.15.1.

Tabel 4.15.1 Harga Benih Padi Berdasarkan Varietas

No Varietas Harga Benih (per kilogram)

Pertanian Organik Pertanian Anorganik

1 IR 64 Rp 3.000,00 Rp 2.400,00

2 C 4 Raja Rp 4.000,00 -

3 Ciherang - Rp 1.700,00

4 Menthik Wangi Rp 4.400,00 Rp 2.000,00

5 Merah Thailand Rp 7.000,00 -

6 Beras Hitam Rp 15.000,00 -

Sumber: Data Primer 2011

4.3.4.2 Pupuk

Berdasar perolehan data, harga pupuk kandang perkilogramnya

Rp 100,00– Rp 500,00/kg, UREA Rp 1.700,00/kg, TSP Rp 2.500,00/kg, PONSKA

Rp 2.400,00/kg, dan SP-36 Rp 1.300,00/kg. Pupuk kandang yang dahulu dianggap

limbah kandang saat ini dihargai cukup tinggi. Harga tersebut merupakan

penghargaan untuk merawat ternak dan mencari rumput untuk makanan ternak.

Page 17: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

51

Harga pupuk kadang yang mencapai Rp 500,00/kg berasal dari luar daerah

sehingga diperlukan biaya angkut. Alasan didatangkannya pupuk kandang dari luar

daerah karena jumlah pupuk kandang yang dimiliki kurang mencukupi.

Sebagai informasi, beberapa sampel petani organik memerlukan > 2 ton/ha pupuk

kandang atau rata-ratanya 4,3 ton/ha.

Beberapa sampel petani organik tidak membeli pupuk kandang dalam

usahataninya, sehingga biaya untuk saprodi pupuknya lebih rendah dari petani

lainnya. Biaya ini merupakan bentuk penghargaan seorang petani pada saat

mencari rumput dan memelihara ternaknya. Biaya terendah saprodi pupuk di

pertanian organik sebesar Rp 80.000,00/ha. Berbeda dengan petani yang kebutuhan

pupuknya dipenuhi dengan cara membeli. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh

seorang petani untuk saprodi pupuk sebesar Rp 1.198.270,00/ha, sedangkan biaya

tertingginya mencapai Rp 6.000.000,00/ha. Berikut Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Biaya Pupuk Sampel Penelitian

Biaya Saprodi Pupuk (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

< 100.000 1 3,33 - 0,00

100.000 - 200.000 1 3,33 - 0,00

200.000 - 800.000 12 40,00 10 33,33

800.000 - 1.400.000 11 36,67 18 60,00

1.400.000 - 2.000.000 1 3,33 1 3,33

2.000.000 - 4.000.000 3 10,00 1 3,33

> 4.000.000 1 3,33 - 0,00

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer 2011

4.3.4.3 Pestisida

Pada saat penelitian dilaksanakan sebagian sampel tidak menggunakan

pestisida. Penyebabnya hama yang menyerang tanaman budidaya masih dapat

ditanggulangi secara mekanis. Namun, pada lahan beberapa sampel penelitian ada

yang terserang, sehingga diperlukan aplikasi pestisida untuk menanggulanginya.

Terdapat perbedaan antara pertanian organik dengan anorganik, yaitu dalam

mengatasi serangan hama. Di pertanian organik, sampel biasa menggunakan

Page 18: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

52

bahan-bahan alami dan bersifat mengendalikan. Biasanya bahan-bahan tersebut

akan diperam dalam ember. Beberapa ramuan bahan yang biasa digunakan adalah

sebagai berikut: Racun Tikus (umbi Gadung di campur dengan tepung Kanji,

kemudian dijemur), Pengusir Wereng (Daun Tembakau yang direndam selama

beberapa hari), Pengusir Penggerek Batang dari bahan Empon-empon (Temuireng,

Temulawak, Kunir, Kunyit, dan Jahe), Pengusir Penggerek Batang dari bahan

Daun-daunan (Mindi, Brotowali, Mahoni, dan Mimba), Sungkro atau Tungro

(urine Sapi), Buah Maja, dan Akar Bambu. Berikut merupakan Gambar 6. yang

menunjukkan tempat penyimpanan pestisida organik.

Gambar 4.4. Pestisida Organik Buatan Petani.

Sumber: Data Primer 2011

Petani anorganik menggunakan bahan kimia seperti Prevaton, Fastak, Virtaco

dan temik (racun tikus) untuk mengatasi serangan hama. Dilihat dari hal ini, petani

anorganik lebih bersifat memberantas hama yang terdapat di lahan usahataninya.

Pengendali hama di pertanian organik terbuat dari bahan-bahan nabati yang

mudah diperoleh, sehingga biaya saprodi pestisida pertanian organik relatif lebih

murah. Sejumlah uang yang dikeluarkan digunakan untuk menghargai tenaga saat

mencarinya di lingkungan sekitar. Terkadang seorang petani organik terpaksa

membeli di pasar, namun biayanya tidak lebih dari Rp 5.000,00/kg. Ini sangat

bertolak belakang dengan biaya pestisida yang harus dikeluarkan petani anorganik,

Page 19: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

53

dimana sebotol pestisida ukuran botol kecil dari puluhan ribu sampai ratusan ribu.

Berikut Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Biaya Pestisida Sampel Penelitian

Biaya Saprodi Pestisida (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

Tidak ada 23 76.67 14 46.67

< 15.000 4 13.33 1 3.33

15.000 - 30.000 2 6.67 - 0

30.000 - 100.000 1 3.33 2 6.67

100.000 - 250.000 - 0 4 13.33

250.000 - 500.000 - 0 7 23.33

500.000 - 1.000.000 - 0 1 3.33

> 1.000.000 - 0 1 3.33

Jumlah 30 100 30 100

Sumber : Analisis Data Primer 2011

4.3.4.4 Tenaga Kerja

Pembayaran tenaga kerja di lokasi penelitian ada dua jenis, yaitu Bawon dan

nominal. Dalam hal ini, tenaga kerja sendiri juga diperhitungkan. Upah tenaga

kerja di pertanian organik merupakan gabungan dari upah nominal dengan Bawon,

dimana upah Bawon khusus untuk membayar kegiatan tanam dan panen, setiap

tenaga kerja mendapat 10 kg GKP. Dengan demikian, tiap sampel penelitian

memiliki biaya tenaga kerja yang berbeda. Di pertanian anorganik, upah tenaga

kerja tidak menggunakan campuran Bawon dengan nominal, tetapi menggunakan

hitungan nominal. Setiap pekerja pria dihargai Rp 30.000,00/HKO dan pekerja

wanita sebesar Rp 25.000,00/HKO. Berikut Tabel 4.18.

Page 20: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

54

Tabel 4.18. Biaya Tenaga Kerja Sampel Penelitian

Pendapatan Kotor (Rp) Pertanian Organik Pertanian Anorganik

Orang % Orang %

1.000.000 - 1.500.000 4 13,33 1 3,33

1.500.000 - 2.000.000 10 33,33 - 0,00

2.000.000 - 2.500.000 2 6,67 11 36,67

2.500.000 - 3.000.000 6 20,00 8 26,67

3.000.000 - 3.500.000 5 16,67 5 16,67

3.500.000 - 4.000.000 1 3,33 4 13,33

4.000.000 - 4.500.000 - 0,00 - 0,00

4.500.000 - 5.000.000 2 6,67 1 3,33

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber : Analisis Data Primer 2011

4.4 Hasil Analisis Uji t Sampel Independen

Variabel-variabel yang diuji adalah produksi, modal lancar, pendapatan yang

meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih, serta biaya yang meliputi biaya

saprodi benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Dari hasil pengujian dengan uji t

sampel independen, didapati beberapa variabel yang hasilnya tidak sesuai dengan

hipotesis sebelumnya. Beberapa variabel tersebut antara lain Berikut merupakan

Tabel 4.19 tentang rekapitulasi hasil pengujian.

Tabel 4.19. Rekapitulasi Hasil Pengujian Variabel Penelitian

No Uraian Mean (Group Statistics)

Hipotesis Hasil uji PO PA

1 Hasil produksi PO – PA 7367,43 6472,77 PO < PA PO > PA

2 Modal lancar PO – PA 1407115,20 1157379,50 PO < PA PO > PA

3 Pendapatan kotor PO- PA 42924170,87 19844439,17 PO > PA PO > PA

4 Pendapatan bersih PO – PA 38467762,23 14591680,23 PO > PA PO > PA

5 Biaya benih PO - PA 231852,23 96144,93 PO < PA PO > PA

6 Biaya pupuk PO - PA 1198269,83 961649,77 PO < PA PO > PA

7 Biaya pestisida PO - PA 3970,93 152040,03 PO < PA PO < PA

8 Biaya tenaga kerja PO – PA 2446760,07 2822666,33 PO < PA PO < PA

Sumber: Analisis Data Primer 2011

Page 21: 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah ... - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/494/6/T1_522007009_BAB IV.pdf · Komoditas pertanian yang diusahakan seperti Padi sawah,

55

Dari hasil pengujian diketahui tiga variabel yang tidak signifikan, yaitu modal

lancar, biaya pupuk, dan biaya tenaga kerja. Dalam Tabel 4.20 disertakan kolom

Levene’s Test for Equality of Variances, sebab kolom tersebut berperan

memberikan petunjuk penggunaan data pada baris Equal variances assumed atau

pada baris Equal variances not assumed. Untuk lebih jelasnya, berikut Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hasil Uji t Sampel Independen Variabel Penelitian

No Uraian Levene's Test t-test

F Sig t-tab t-hit df

1 Hasil produksi PO – PA 0,813 0,371 2,024 4,044 58

2 Modal lancar PO – PA 5,376 0,024 2,024 1,018 58

3 Pendapatan kotor PO- PA 275,938 0,000 2,024 7,306 58

4 Pendapatan bersih PO – PA 211,251 0,000 2,024 8,081 58

5 Biaya benih PO – PA 14,451 0,000 2,024 7,395 58

6 Biaya pupuk PO – PA 6,821 0,011 2,024 1,018 58

7 Biaya pestisida PO - PA 28,581 0,000 2,024 -3,496 58

8 Biaya tenaga kerja PO – PA 3,709 0,059 2,024 -1,686 58

Sumber: Analisis Data Primer 2011