buku cetak sawah

70

Upload: arif-pandi

Post on 25-Nov-2015

627 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Buku Cetak Sawah

TRANSCRIPT

  • Syukur Alhomdulillohirabbilolomin atas tersusunnya buku ini. Buku yang berjudul "Cetak SawahIndonesia" ini menyajikan berbagai hal tentang perkembangan kegiatan perluasan sawah di sejumlahdaerah dalam kurun waktu tertentu (hingga buku ini diterbitkan), seputar tahapan pelaksanaan kegiatancetak sawah, aspek sosial ekonomi rnasyarakat, serta berbagai hal penting lainnya dalam pengembanganke depan.

    Buku ini juga bisa menjadi referensi berbagai pihak yang diambil dari pengalaman di beberapa daerah.Semua tersaji secara lugas dan dilengkapi foto-foto agar kondisi lapangan terlihat jelas apa adanya.Sehingga dapat memberikan gambaran terkait kegiatan perluasan sawah yang telah dilakukan selama ini,dan memahami betapa pentingnya upaya pemerintah dalam menopang ketahanan pangan nasional.

    Seperti kita ketahui, dalam beberapa tahun terakhir kebutuhan pangan terus meningkat, sedangkan alihfungsi lahan sawah setiap tahun terjadi secara massif pada areal persawahan yang cukup luas. Oleh karenaitu, upaya penambahan baku lahan tanaman pangan melalui perluasan sawah menjadi sangat pentingdalam upaya mempercepat pencapaian surplus beras nasionallO juta ton tahun 2014.

    Kegiatan perluasan sawah secara teknis harus dilaksanakan secara berurutan, mulai dari identiflkasi danpenetapan lokasi, surveij investigasi, desain, konstruksi, sampai dengan pemanfaatan sawah baru.

    Mengingat perluasan sawah merupakan investasi publik, rnaka dalam pelaksanaannya diperlukankerjasama berbagai pihak baik tingkat pusat maupun daerah. Bahkan sejak beberapa waktu terakhir initentara pun dilibatkan, yakni melalui kegiatan 'Tentara Mendukung Ketahanan Pangan (TMKP)". Keterlibatanjajaran TNI diharapkan mampu memberikan akselerasi demi tercapainya target perluasan sawah dalamwaktu yang cepat, tepat dan berkualitas.

    Mengingat banyaknya pihak yang terlibat, rnaka diperlukan koordinasi yang intensif, informasi dankomunikasi yang baik antar berbagai komponen dalarn kegiatan cetak sawah. untuk itulah, salah-satunya,buku ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dalam kegiatan tersebut.

    Akhir kata, kepada berbagai pihak yang terlibat dalarn mendukung penerbitan ini kami ucapkan terimakasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, dan upaya perluasan sawah di negeri tercinta dapatterlaksana sesuai yang telah direncanakan, serta membawa berkah bagi peningkatan kesejahteraan petanidan kejayaan anak bangsa. Amin ...

    Jakarta, Desernber 2013

    Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

    Dr. Ir. H. Sumarjo Gatot Irianto, MS., DAA

    - --------- --~_--- I

  • Permasalahan

    DAFTAR ISI BAB 1

    1012

    Cetak Sawah BaruPerjuangan di Tengah Alih Fungsi lahan

    Kiprah Perluasan SawahPeriode Awal (2006-2010)Periode Kedua (201O-saat ini)

    6

    8

    Upaya Tindak lanjut

    EDITOR: Zerisky Elfianto

    TIM PENYUSUN :lr. Tunggullman Panudju, MSc,Ir. Ikhlas BaharNendi, S.PFadhli Yafas, S.HutHarni Rahmawati, S.PSri Rendasih. B, S.P, MMAsep Purnama Hidayat, S.PHapsoro Aditya Nugroho, S.P, MTIskak S.T, MMMuhammad Sulaiman

    DESAIN & LAYOUT: Tri Hartanto

    I

  • BAB 2

    19 Latar BelakangPentingnya cetak Sawah Baru

    22 Pelaksanaan Perluasan Sawah24 Pengendalian dan Pengawasan KegiatanPerluasan sawah26 Tahapan Surveil Investigasi27 Penetapan Calon Petani dan Calon

    Lokasi Perluasan Sawah

    27 Desain28 Vegetasi30 Konstruksi(Land Clearing, Land Levelling)32 Pemanfaatan Sawah Baru

    BAB 3

    3436

    Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

    Pengawasan & Penyerahan HasilPekerjaan

    BAB4

    37 Geliat Cetak Sawah BaruMembentang dari Aceh Hingga Papua

    Dari Hutan dan Semak Belukar MenjadiSawah Produktif

    38

    BAB5

    55 TestimoniGeliat Lahan Semangat Petani

    BAB 6

    62 SUCCES STORYCetak Sawah Dalam Bidikan Pers

    BAB 7

    ~I Peluang, Tantangan dan KendalaBAB 8

    72 PenutupKesimpulan dan Saran

  • 4 5

    Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dakam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang

    ekonomi, keamanan, politik dan sosial.Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program

    utama dalam pembangunan pertanian saat inidan masa mendatang.

    Pemerintah telah mencanangkan tema untuk Ketahanan Pangan periode 2009 2014 adalah Peningkatan Ketahanan Pangan untuk Mewujudkan Kemandirian Pangan, Peningkatan Daya

    Saing Produk Pertanian, Peningkatan Pendapatan Petani, serta Kelestarian Lingkungan dan Sumber Saya Alam Melalui Program

    Revitalisasi Pertanian.Kesepakatan yang dicapai dalam Musrenbangnas yang diselenggarakan BAPPENAS pada tanggal 4 Mei 2010

    menunjukkan bahwa perluasan lahan pertanian menempati posisi teratas dalam arah kebijakan untuk mendukung

    ketahanan pangan nasional.

    BAB 1

  • 4 5

    Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dakam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang

    ekonomi, keamanan, politik dan sosial.Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program

    utama dalam pembangunan pertanian saat inidan masa mendatang.

    Pemerintah telah mencanangkan tema untuk Ketahanan Pangan periode 2009 2014 adalah Peningkatan Ketahanan Pangan untuk Mewujudkan Kemandirian Pangan, Peningkatan Daya

    Saing Produk Pertanian, Peningkatan Pendapatan Petani, serta Kelestarian Lingkungan dan Sumber Saya Alam Melalui Program

    Revitalisasi Pertanian.Kesepakatan yang dicapai dalam Musrenbangnas yang diselenggarakan BAPPENAS pada tanggal 4 Mei 2010

    menunjukkan bahwa perluasan lahan pertanian menempati posisi teratas dalam arah kebijakan untuk mendukung

    ketahanan pangan nasional.

    BAB 1

  • 6 7

    Indonesia merupakan negara agraris dimana pem-bangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terha-dap pembangunan ketahanan pangan sebagai kom-ponen strategis dalam pembangunan nasional. UU No.7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama masyarakat. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah di sektor pertanian.

    Populasi penduduk yang kian meningkat tidak sebanding dengan luasnya lahan yang digunakan untuk pemukiman. Sedangkan kebutuhan akan pan-gan terus meningkat secara tajam. Akibatnya lahan-lahan produktif yang seharusnya dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang manghasilkan kini mulai berkurang. Alih fungsi lahan pertanian di tanah air ter-us berlangsung sejak lama. Konversi lahan (dari sawah menjadi lahan lain) tersebut diperkirakan mencapai 100.000 hektar per tahun.

    Tidak hanya itu, iklim yang berpancaroba serta berbagai permasalahan ekonomi, menghantarkan kita pada suatu kondisi yang menakutkan. Krisis pangan.

    Perubahan menuju ke arah itu begitu cepatnya. Pada pertengahan 2008 misalnya, Food and Agricul-ture Organization (FAO) memperkirakan jumlah pen-duduk yang kelaparan akibat kenaikan harga pangan

    Cetak Sawah Baru

    akan bertambah 50 juta orang dari angka tahun sebe-lumnya (2007).

    Cetak SawahEkstensifikasi pertanian perlu dilakukan untuk

    mencegah terjadinya penurunan produksi hasil perta-nian dan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Meski untuk mencetak sawah baru bukan hal yang mudah, namun berbagai upaya harus tetap ditempuh.

    Kementerian Pertanian Republik Indonesia, me-lalui Direktorat Perluasan dan Optimasi Lahan - Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), sudah ber-juang dalam membuka lahan-lahan pertanian, terma-suk cetak sawah baru di berbagai daerah. Terobosan ini tak lain adalah demi memperkuat ketahanan pan-gan nasional.

    Sejak beberapa tahun terakhir saja ratusan ribuan hektar sawah baru telah terbentang. Upaya yang di-lakukan Kementerian Pertanian ini bagaikan berpacu dengan aktifitas alih fungsi lahan pertanian yang telah berlangsung sejak lama.

    Bak membuka gulungan karpet, ribuan hektar sawah membentang di sejumlah wilayah. Hamparan hijau pucuk-pucuk serta bulir padi yang menguning, memberikan harapan penguatan ketahanan pangan.

    Namun tentu, proses itu tidaklah semudah mem-balik telapak tangan. Banyak proses dalam berbagai tahapan pun harus ditempuh.***

    Perjuangan di Tengah Alih Fungsi Lahan

  • 6 7

    Indonesia merupakan negara agraris dimana pem-bangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terha-dap pembangunan ketahanan pangan sebagai kom-ponen strategis dalam pembangunan nasional. UU No.7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama masyarakat. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah di sektor pertanian.

    Populasi penduduk yang kian meningkat tidak sebanding dengan luasnya lahan yang digunakan untuk pemukiman. Sedangkan kebutuhan akan pan-gan terus meningkat secara tajam. Akibatnya lahan-lahan produktif yang seharusnya dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang manghasilkan kini mulai berkurang. Alih fungsi lahan pertanian di tanah air ter-us berlangsung sejak lama. Konversi lahan (dari sawah menjadi lahan lain) tersebut diperkirakan mencapai 100.000 hektar per tahun.

    Tidak hanya itu, iklim yang berpancaroba serta berbagai permasalahan ekonomi, menghantarkan kita pada suatu kondisi yang menakutkan. Krisis pangan.

    Perubahan menuju ke arah itu begitu cepatnya. Pada pertengahan 2008 misalnya, Food and Agricul-ture Organization (FAO) memperkirakan jumlah pen-duduk yang kelaparan akibat kenaikan harga pangan

    Cetak Sawah Baru

    akan bertambah 50 juta orang dari angka tahun sebe-lumnya (2007).

    Cetak SawahEkstensifikasi pertanian perlu dilakukan untuk

    mencegah terjadinya penurunan produksi hasil perta-nian dan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Meski untuk mencetak sawah baru bukan hal yang mudah, namun berbagai upaya harus tetap ditempuh.

    Kementerian Pertanian Republik Indonesia, me-lalui Direktorat Perluasan dan Optimasi Lahan - Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), sudah ber-juang dalam membuka lahan-lahan pertanian, terma-suk cetak sawah baru di berbagai daerah. Terobosan ini tak lain adalah demi memperkuat ketahanan pan-gan nasional.

    Sejak beberapa tahun terakhir saja ratusan ribuan hektar sawah baru telah terbentang. Upaya yang di-lakukan Kementerian Pertanian ini bagaikan berpacu dengan aktifitas alih fungsi lahan pertanian yang telah berlangsung sejak lama.

    Bak membuka gulungan karpet, ribuan hektar sawah membentang di sejumlah wilayah. Hamparan hijau pucuk-pucuk serta bulir padi yang menguning, memberikan harapan penguatan ketahanan pangan.

    Namun tentu, proses itu tidaklah semudah mem-balik telapak tangan. Banyak proses dalam berbagai tahapan pun harus ditempuh.***

    Perjuangan di Tengah Alih Fungsi Lahan

  • 8 9

    Kiprah Perluasan Sawah

    Periode Awal (2006-2010)

    Dalam upaya ekstensifikasi lahan sawah, pemerintah melalui Perpres No. 10 tahun 2005 dan ditindaklan-juti dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005 telah membentuk sebuah insti-tusi yaitu Direktorat Jenderal Pengolahan Lahan dan Air (PLA) yang salah satu tugas dan fungsinya untuk mengelola perluasan areal tanam beberapa komoditi, termasuk padi. Dengan fokus kegiatan pada daerah di Luar Jawa, selama periode 2006-2010, Direktorat Jenderal PLA telah mencetak sawah seluas 69.102 Ha. Untuk jangka waktu 5 tahun, luasan tersebut memang kurang mengesankan. Keterbatasan alokasi anggaran merupakan pembatas utama dari program perluasan sawah ini.

    Periode awal dari kegiatan perluasan sawah meru-pakan periode pembelajaran dari pihak-pihak yang terkait dengan program ini, baik pusat maupun dae-rah. Mengingat barunya program ini, banyak pihak yang terkait belum familiar dengan pola pelaksanaan-nya. Banyak hal teknis dan administrasi yang belum dikuasai dan dipahami secara baik. Tidak jarang kon-disi ini kerap menimbulkan kegamangan dari pihak daerah selaku pelaksanaan kegiatan ini di lapangan.

    Periode Kedua (2010-saat ini)

    Pada fase ini kegiatan perluasan sawah ditangani oleh eselon satu baru yang bernama Direktorat Jen-deral Prasarana dan Sarana Pertanian. Pada periode ini Menteri Pertanian telah menandatangani kontrak kinerja dengan Presiden RI untuk membuka lahan baru seluas 2 juta hektar, baik sawah maupun lahan kering (pangan, hortikultura, perkebunan dan peter-nakan) dalam rangka swasembada dan swasembada berkelanjutan, sasaran tersebut sebagaimana telah dituangkan didalam Rancangan Rencana Strategis Ke-menterian Pertanian, Tahun 2010 - 2014.

    Pada perencanaan yang dilakukan tahun 2010, disediakan anggaran untuk mencetak sawah baru sel-uas 62.000 Ha untuk tahun 2011. Hingga akhir tahun 2011, dari anggaran tersebut terealisasi sawah baru seluas 62.100 Ha. Pada fase ini terlihat bahwa era per-luasan sawah baru mulai terjadi peningkatan volume kegiatan secara signifikan. Pada tahun-tahun berikut-nya rencana volume kegiatan perluasan sawah sema-kin meningkat. Untuk tahun 2012 telah dianggarkan untuk mencetak 100.000 ha sawah baru, dan untuk periode 2013-2014, direncanakan akan dianggarkan perluasan sawah seluas 100.000 ha tiap tahunnya.

    TAHUN KETERANGAN LUAS (HA)

    2006 - 2010 Perluasan sawah Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (PLA) 69.102

    2011 Perluasan sawah Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) 62.100

    2012 Perluasan sawah Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) 100.000

    2013 2014 Rencana perluasan sawah Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) 200.000

    Tabel perkembangan volume kegiatan perluasan sawah dari tahun 2006-2014

  • 8 9

    Kiprah Perluasan Sawah

    Periode Awal (2006-2010)

    Dalam upaya ekstensifikasi lahan sawah, pemerintah melalui Perpres No. 10 tahun 2005 dan ditindaklan-juti dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005 telah membentuk sebuah insti-tusi yaitu Direktorat Jenderal Pengolahan Lahan dan Air (PLA) yang salah satu tugas dan fungsinya untuk mengelola perluasan areal tanam beberapa komoditi, termasuk padi. Dengan fokus kegiatan pada daerah di Luar Jawa, selama periode 2006-2010, Direktorat Jenderal PLA telah mencetak sawah seluas 69.102 Ha. Untuk jangka waktu 5 tahun, luasan tersebut memang kurang mengesankan. Keterbatasan alokasi anggaran merupakan pembatas utama dari program perluasan sawah ini.

    Periode awal dari kegiatan perluasan sawah meru-pakan periode pembelajaran dari pihak-pihak yang terkait dengan program ini, baik pusat maupun dae-rah. Mengingat barunya program ini, banyak pihak yang terkait belum familiar dengan pola pelaksanaan-nya. Banyak hal teknis dan administrasi yang belum dikuasai dan dipahami secara baik. Tidak jarang kon-disi ini kerap menimbulkan kegamangan dari pihak daerah selaku pelaksanaan kegiatan ini di lapangan.

    Periode Kedua (2010-saat ini)

    Pada fase ini kegiatan perluasan sawah ditangani oleh eselon satu baru yang bernama Direktorat Jen-deral Prasarana dan Sarana Pertanian. Pada periode ini Menteri Pertanian telah menandatangani kontrak kinerja dengan Presiden RI untuk membuka lahan baru seluas 2 juta hektar, baik sawah maupun lahan kering (pangan, hortikultura, perkebunan dan peter-nakan) dalam rangka swasembada dan swasembada berkelanjutan, sasaran tersebut sebagaimana telah dituangkan didalam Rancangan Rencana Strategis Ke-menterian Pertanian, Tahun 2010 - 2014.

    Pada perencanaan yang dilakukan tahun 2010, disediakan anggaran untuk mencetak sawah baru sel-uas 62.000 Ha untuk tahun 2011. Hingga akhir tahun 2011, dari anggaran tersebut terealisasi sawah baru seluas 62.100 Ha. Pada fase ini terlihat bahwa era per-luasan sawah baru mulai terjadi peningkatan volume kegiatan secara signifikan. Pada tahun-tahun berikut-nya rencana volume kegiatan perluasan sawah sema-kin meningkat. Untuk tahun 2012 telah dianggarkan untuk mencetak 100.000 ha sawah baru, dan untuk periode 2013-2014, direncanakan akan dianggarkan perluasan sawah seluas 100.000 ha tiap tahunnya.

    TAHUN KETERANGAN LUAS (HA)

    2006 - 2010 Perluasan sawah Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (PLA) 69.102

    2011 Perluasan sawah Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) 62.100

    2012 Perluasan sawah Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) 100.000

    2013 2014 Rencana perluasan sawah Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian (PSP) 200.000

    Tabel perkembangan volume kegiatan perluasan sawah dari tahun 2006-2014

  • 10 11

    plus rendahnya harga jual gabah dan semakin menggi-urkannya harga jual tanaman non padi, membuat apa yang dilakukan petani tersebut menjadi masuk akal.

    Masalah lain yang muncul adalah minimnya in-formasi ketersediaan lahan yang dapat dikembang-kan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan. Walaupun sering disebutkan bahwa daerah-daerah diluar Pulau Jawa memiliki potensi lahan yang me-madai untuk pengembangan kawasan tanaman pan-gan, namun informasi yang dapat dijadikan rujukan untuk arahan perencanaan pengembangan kawasan tanaman pangan sangat tidak memadai. Jarang sekali pemerintah daerah yang menyusun informasi sum-berdaya lahan yang dilengkapi kajian kesesuaian dan arahan komoditas. Akibat minimnya informasi terse-but tidak jarang kegiatan perluasan sawah ditempat-

    kan pada kawasan-kawasan yang secara agroekologi kurang sesuai untuk tanaman padi, sehingga alih-alih memberikan kontribusi peningkatan produksi, sawah-sawah tersebut kembali menjadi lahan terlantar dan tidak digarap.

    Masalah ketersediaan jaringan pengairan, baik irigasi maupun drainase, merupakan masalah lain yang kerap menjadi penghalang optimumnya tingkat produksi di sawah-sawah baru. Air merupakan faktor utama dalam produksi padi sawah. Pada sawah-sawah baru seringkali belum terdapat infrastruktur pengai-ran yang memadai untuk mendukung pertanaman padi. Lemahnya perencanaan kegiatan serta tidak ter-jadinya integrasi program menyebabkan tidak segera tersedianya infrastruktur pengairan pada sawah-sawah baru tersebut.

    Permasalahan

    Masih cukup luasnya potensi lahan yang terdapat di luar Pulau Jawa, terutama pada Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua menyebabkan sangat prospektifnya kegiatan perluasan sawah. Namun bukan berarti pemilihan tempat-tempat tersebut untuk perluasan sawah tidak menyisakan masalah, terutama dalam konteks sosial.

    Kombinasi berbagai regulasi yang terlalu jawa sentris di zaman orde baru telah menimbulkan kes-enjangan kultur agraris. Berbagai induksi teknologi pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pertanian, intensitas penyuluhan yang tinggi dan pembinaan kelompok tani yang cukup intensif telah menjadikan rata-rata petani di Jawa memiliki kapasitas bertani yang lebih bervisi dibanding pet-ani di luar Jawa.

    Di banyak tempat di luar Pulau Jawa bertanam padi bagi petani bukanlah pilihan utama dalam kegia-tan pertanian mereka. Minimnya sarana dan prasa-rana serta keterbatasan pengetahuan menjadikan kegiatan bersawah adalah sampingan setelah kegia-tan lain. Seperti yang dapat kita temui di beberapa tempat di Pulau Sumatera dan Kalimantan, dimana rata-rata petani lebih suka mengusahakan tanaman perkebunan seperti sawit, kelapa, lada, karet dan seb-againya. Bahkan tidak jarang kemudian sawah-sawah yang mereka miliki ditanami dengan komoditas non padi seperti yang disebut diatas. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja, walaupun apa yang dilakukan tersebut berpotensi untuk membuat produksi beras nasional semakin menurun. Namun de-ngan semakin mahalnya biaya produksi tanaman padi

  • 10 11

    plus rendahnya harga jual gabah dan semakin menggi-urkannya harga jual tanaman non padi, membuat apa yang dilakukan petani tersebut menjadi masuk akal.

    Masalah lain yang muncul adalah minimnya in-formasi ketersediaan lahan yang dapat dikembang-kan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan. Walaupun sering disebutkan bahwa daerah-daerah diluar Pulau Jawa memiliki potensi lahan yang me-madai untuk pengembangan kawasan tanaman pan-gan, namun informasi yang dapat dijadikan rujukan untuk arahan perencanaan pengembangan kawasan tanaman pangan sangat tidak memadai. Jarang sekali pemerintah daerah yang menyusun informasi sum-berdaya lahan yang dilengkapi kajian kesesuaian dan arahan komoditas. Akibat minimnya informasi terse-but tidak jarang kegiatan perluasan sawah ditempat-

    kan pada kawasan-kawasan yang secara agroekologi kurang sesuai untuk tanaman padi, sehingga alih-alih memberikan kontribusi peningkatan produksi, sawah-sawah tersebut kembali menjadi lahan terlantar dan tidak digarap.

    Masalah ketersediaan jaringan pengairan, baik irigasi maupun drainase, merupakan masalah lain yang kerap menjadi penghalang optimumnya tingkat produksi di sawah-sawah baru. Air merupakan faktor utama dalam produksi padi sawah. Pada sawah-sawah baru seringkali belum terdapat infrastruktur pengai-ran yang memadai untuk mendukung pertanaman padi. Lemahnya perencanaan kegiatan serta tidak ter-jadinya integrasi program menyebabkan tidak segera tersedianya infrastruktur pengairan pada sawah-sawah baru tersebut.

    Permasalahan

    Masih cukup luasnya potensi lahan yang terdapat di luar Pulau Jawa, terutama pada Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua menyebabkan sangat prospektifnya kegiatan perluasan sawah. Namun bukan berarti pemilihan tempat-tempat tersebut untuk perluasan sawah tidak menyisakan masalah, terutama dalam konteks sosial.

    Kombinasi berbagai regulasi yang terlalu jawa sentris di zaman orde baru telah menimbulkan kes-enjangan kultur agraris. Berbagai induksi teknologi pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pertanian, intensitas penyuluhan yang tinggi dan pembinaan kelompok tani yang cukup intensif telah menjadikan rata-rata petani di Jawa memiliki kapasitas bertani yang lebih bervisi dibanding pet-ani di luar Jawa.

    Di banyak tempat di luar Pulau Jawa bertanam padi bagi petani bukanlah pilihan utama dalam kegia-tan pertanian mereka. Minimnya sarana dan prasa-rana serta keterbatasan pengetahuan menjadikan kegiatan bersawah adalah sampingan setelah kegia-tan lain. Seperti yang dapat kita temui di beberapa tempat di Pulau Sumatera dan Kalimantan, dimana rata-rata petani lebih suka mengusahakan tanaman perkebunan seperti sawit, kelapa, lada, karet dan seb-againya. Bahkan tidak jarang kemudian sawah-sawah yang mereka miliki ditanami dengan komoditas non padi seperti yang disebut diatas. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja, walaupun apa yang dilakukan tersebut berpotensi untuk membuat produksi beras nasional semakin menurun. Namun de-ngan semakin mahalnya biaya produksi tanaman padi

  • 12 13

    Upaya Tindak Lanjut

    Kesuksesan program perluasan sawah akan menjadi bagian penting dari upaya menjaga ketahanan pan-gan dan pencapaian swasembada pangan berkelan-jutan di negara ini. Untuk itu keterlibatan pihak-pihak terkait menjadi keniscayaan dalam program ini. Ego sektoral yang kerap dituding sebagai penghalang dalam keberhasilan berbagai program pemerintah harus dapat diminimalisir dalam program perluasan sawah, karena sangat mungkin program ini merupak-an bagian penting dari masa depan pangan di negara ini.

    Hal utama dari kegiatan perluasan sawah adalah informasi ketersediaan lahan. Kepastian lahan meru-pakan prasyarat kegiatan ini dapat berjalan baik. Lahan yang dapat dikembangkan untuk program per-luasan sawah, selain sesuai secara agroekologi, juga harus bebas dari masalah status dan sengketa kepe-milikan atau pengelolaan. Untuk itu peran Kementeri-an Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) menjadi penting disini. Kementerian Kehutanan dapat berperan dalam menyediakan informasi lahan-lahan yang telah dilepas dari kawasan hutan dan BPN dapat berperan dalam menyajikan data-data lahan yang bebas sengketa dan telah ditelantarkan saat ini.

    Terkait dengan pembangunan infrastruktur pada lokasi perluasan sawah baru, terutama infrastruktur pengairan serta jalan, maka perlu dilakukan sinergi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk meren-canakan pembangunan infrastruktur-infrastruktur tersebut pada lokasi sawah baru. Sedini mungkin koordinasi harus dilakukan, agar pada saat kegiatan perluasan sawah selesai dilaksanakan, berbagai infra-struktur tersebut dapat segera dimanfaatkan.

    Keberadaan petani pengolah sawah baru juga menjadi bagian penting dari keberhasilan pro-gram sawah baru. Kondisi yang dihadapi kegiatan perluasan sawah terkait dengan petani pengolah sawah baru dapat dipetakan pada dua kondisi.

    Pertama, pada lokasi sawah baru telah terdapat petani penerima manfaat, namun dominan dari mer-eka berasal dari petani perkebunan (sawit, karet dan sebagainya) yang kurang bisa konsisten dalam beru-saha tani sawah. Untuk mengatasi hal ini, maka sejak

    awal perencanaan dan penjaringan kebutuhan terha-dap program perluasan sawah, pihak Dinas Pertanian Kabupaten perlu melakukan seleksi terhadap petani pengusul atau petani pada lokasi yang direncanakan.

    Petani yang dicalonkan sebagai penerima manfaat ke-giatan ini haruslah masuk dalam kriteria : 1. Betul-betul membutuhkan sawah baru sebagai ke-

    giatan utama mereka; 2. Memiliki komitmen untuk mengerjakan sawah

    baru yang dicetak; 3. Berkomitmen untuk tidak mengkonversi lahan

    sawah yang dicetak menjadi penggunaan lain.

    Terhadap kondisi petani-petani yang telah me-menuhi kriteria tersebut diatas namun tidak men-guasai agrikultur padi, maka pihak dinas pertanian setempat harus mengupayakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mendampingi petani-petani terse-but dalam berusaha tani. Dinas Pertanian setempat dapat berkoordinasi dengan Bakorluh untuk keterse-diaan tenaga pedampingan petani-petani tersebut.

    Kedua, pada lokasi-lokasi dengan tingkat ke-sesuaian lahan yang baik untuk komoditas padi ti-dak terdapat cukup sumberdaya petani yang akan mengerjakan sawah baru yang akan dibuat, sehingga akan sangat mungkin sawah yang baru yang dicetak akan kembali menjadi lahan terlantar tidak tergarap. Maka untuk kondisi ini, sebelum lahan diajukan un-tuk program perluasan sawah, dinas pertanian dae-rah harus melakukan koordinasi dengan dinas na-kertrans setempat untuk menjajaki mendatangkan transmigran pada lokasi tersebut.

    Kebutuhan lain pada lokasi dan kawasan sawah baru seperti kebutuhan sarana produksi pertanian (saprotan) seperti pupuk dan pestisida dan alat dan mesin pertanian dapat didorong penyediaan secara terjangkau oleh petani dengan dukungan dari Kemen-terian BUMN. Terhadap BUMN yang memiliki bisnis inti pada barang-barang tersebut, diharapkan Kemen-terian BUMN mampu mendorong mereka untuk mem-permudah pengadaannya pada lokasi dan kawasan sawah baru tersebut.

  • 12 13

    Upaya Tindak Lanjut

    Kesuksesan program perluasan sawah akan menjadi bagian penting dari upaya menjaga ketahanan pan-gan dan pencapaian swasembada pangan berkelan-jutan di negara ini. Untuk itu keterlibatan pihak-pihak terkait menjadi keniscayaan dalam program ini. Ego sektoral yang kerap dituding sebagai penghalang dalam keberhasilan berbagai program pemerintah harus dapat diminimalisir dalam program perluasan sawah, karena sangat mungkin program ini merupak-an bagian penting dari masa depan pangan di negara ini.

    Hal utama dari kegiatan perluasan sawah adalah informasi ketersediaan lahan. Kepastian lahan meru-pakan prasyarat kegiatan ini dapat berjalan baik. Lahan yang dapat dikembangkan untuk program per-luasan sawah, selain sesuai secara agroekologi, juga harus bebas dari masalah status dan sengketa kepe-milikan atau pengelolaan. Untuk itu peran Kementeri-an Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) menjadi penting disini. Kementerian Kehutanan dapat berperan dalam menyediakan informasi lahan-lahan yang telah dilepas dari kawasan hutan dan BPN dapat berperan dalam menyajikan data-data lahan yang bebas sengketa dan telah ditelantarkan saat ini.

    Terkait dengan pembangunan infrastruktur pada lokasi perluasan sawah baru, terutama infrastruktur pengairan serta jalan, maka perlu dilakukan sinergi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk meren-canakan pembangunan infrastruktur-infrastruktur tersebut pada lokasi sawah baru. Sedini mungkin koordinasi harus dilakukan, agar pada saat kegiatan perluasan sawah selesai dilaksanakan, berbagai infra-struktur tersebut dapat segera dimanfaatkan.

    Keberadaan petani pengolah sawah baru juga menjadi bagian penting dari keberhasilan pro-gram sawah baru. Kondisi yang dihadapi kegiatan perluasan sawah terkait dengan petani pengolah sawah baru dapat dipetakan pada dua kondisi.

    Pertama, pada lokasi sawah baru telah terdapat petani penerima manfaat, namun dominan dari mer-eka berasal dari petani perkebunan (sawit, karet dan sebagainya) yang kurang bisa konsisten dalam beru-saha tani sawah. Untuk mengatasi hal ini, maka sejak

    awal perencanaan dan penjaringan kebutuhan terha-dap program perluasan sawah, pihak Dinas Pertanian Kabupaten perlu melakukan seleksi terhadap petani pengusul atau petani pada lokasi yang direncanakan.

    Petani yang dicalonkan sebagai penerima manfaat ke-giatan ini haruslah masuk dalam kriteria : 1. Betul-betul membutuhkan sawah baru sebagai ke-

    giatan utama mereka; 2. Memiliki komitmen untuk mengerjakan sawah

    baru yang dicetak; 3. Berkomitmen untuk tidak mengkonversi lahan

    sawah yang dicetak menjadi penggunaan lain.

    Terhadap kondisi petani-petani yang telah me-menuhi kriteria tersebut diatas namun tidak men-guasai agrikultur padi, maka pihak dinas pertanian setempat harus mengupayakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mendampingi petani-petani terse-but dalam berusaha tani. Dinas Pertanian setempat dapat berkoordinasi dengan Bakorluh untuk keterse-diaan tenaga pedampingan petani-petani tersebut.

    Kedua, pada lokasi-lokasi dengan tingkat ke-sesuaian lahan yang baik untuk komoditas padi ti-dak terdapat cukup sumberdaya petani yang akan mengerjakan sawah baru yang akan dibuat, sehingga akan sangat mungkin sawah yang baru yang dicetak akan kembali menjadi lahan terlantar tidak tergarap. Maka untuk kondisi ini, sebelum lahan diajukan un-tuk program perluasan sawah, dinas pertanian dae-rah harus melakukan koordinasi dengan dinas na-kertrans setempat untuk menjajaki mendatangkan transmigran pada lokasi tersebut.

    Kebutuhan lain pada lokasi dan kawasan sawah baru seperti kebutuhan sarana produksi pertanian (saprotan) seperti pupuk dan pestisida dan alat dan mesin pertanian dapat didorong penyediaan secara terjangkau oleh petani dengan dukungan dari Kemen-terian BUMN. Terhadap BUMN yang memiliki bisnis inti pada barang-barang tersebut, diharapkan Kemen-terian BUMN mampu mendorong mereka untuk mem-permudah pengadaannya pada lokasi dan kawasan sawah baru tersebut.

  • 15

    KOORDINASI HAMBATAN YANG DIATASI

    BPN dan Kehutanan ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk perluasan sawah

    Kemen PU Penyiapan infrastruktur dasar (Bendungan/waduk, saluran primer, saluran sekunder, kanal drainase dan jalan pemukiman)

    Bakorluh Pendampingan petani dalam mengolah sawah baru

    Kemenakertrans Penyiapan transmigran yang siap untuk mengelola lahan-lahan sawah baru

    Kemen BUMN Pensuplai benih, pupuk, alsin dan sarana pertanian lainnya.

    Tabel Matrik koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk keberhasilan kegiatan perluasan sawah

    Terlepas dari apakah ini target yang realistis atau tidak, potensi lahan yang dapat untuk dikem-bangkan menjadi sawah baru cukup besar. Dari ha-sil olahan data yang didapat dari Puslitbangtanak (2001) dan BPS (2000), setidaknya ada sekitar 13,25 juta hektar lahan non rawa (mineral) dan sekitar 3,5 juta hektar lahan rawa atau pasang surut yang dapat dijadikan sawah baru. Dari data ini mestinya upaya ekstensifikasi memiliki prospek yang jelas. Tinggal sekarang pertanyaannya adalah sejauh mana daya dukung dari pemerintah secara keseluruhan untuk mendukung upaya ekstensifikasi ini?

    Banyak hal yang mesti dipastikan oleh pemerin-tah untuk menunjukkan bahwa mereka betul-betul serius untuk melaksanakan upaya perluasan areal tanam ini. Apalagi terciptanya areal pertanian sawah ini juga merupakan bagian dari Revitalisasi Perta-nian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan pemerintah pada tanggal 11 Juni 2005 lalu. Meng-ingat pencetakan areal sawah baru membutuhkan

    dana yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan ad-anya komitmen dukungan dana dari APBN. Adalah sangat wajar rasanya pemerintah menggelontorkan dana untuk pencetakan sawah ini, karena nantinya akan berdampak pada banyak hal, seperti terserap-nya tenaga kerja, meningkatnya produksi beras dan dapat menekan volume impor beras.

    Selain itu, karena berada pada lokasi baru, areal sawah baru dapat diperkirakan minim sarana dan prasarana, terutama saluran irigasi, drainase dan akses jalan yang memadai. Agar usahatani di areal baru ini dapat berjalan optimal, maka pemerintah harus mengintegrasikan berbagai kegiatan pendu-kung yang terkait di lokasi areal baru tersebut, se-perti pembangunan irigasi dan drainase, pembuatan akses jalan, pengadaan alat dan mesin pertanian dan sebagainya. Banyak cerita gagal dari areal baruyang tentu tidak ingin kita ulangikarena ti-dak tersedianya sarana-sarana pendukung terse-but.***

    14

  • 15

    KOORDINASI HAMBATAN YANG DIATASI

    BPN dan Kehutanan ketersediaan lahan yang dapat digunakan untuk perluasan sawah

    Kemen PU Penyiapan infrastruktur dasar (Bendungan/waduk, saluran primer, saluran sekunder, kanal drainase dan jalan pemukiman)

    Bakorluh Pendampingan petani dalam mengolah sawah baru

    Kemenakertrans Penyiapan transmigran yang siap untuk mengelola lahan-lahan sawah baru

    Kemen BUMN Pensuplai benih, pupuk, alsin dan sarana pertanian lainnya.

    Tabel Matrik koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk keberhasilan kegiatan perluasan sawah

    Terlepas dari apakah ini target yang realistis atau tidak, potensi lahan yang dapat untuk dikem-bangkan menjadi sawah baru cukup besar. Dari ha-sil olahan data yang didapat dari Puslitbangtanak (2001) dan BPS (2000), setidaknya ada sekitar 13,25 juta hektar lahan non rawa (mineral) dan sekitar 3,5 juta hektar lahan rawa atau pasang surut yang dapat dijadikan sawah baru. Dari data ini mestinya upaya ekstensifikasi memiliki prospek yang jelas. Tinggal sekarang pertanyaannya adalah sejauh mana daya dukung dari pemerintah secara keseluruhan untuk mendukung upaya ekstensifikasi ini?

    Banyak hal yang mesti dipastikan oleh pemerin-tah untuk menunjukkan bahwa mereka betul-betul serius untuk melaksanakan upaya perluasan areal tanam ini. Apalagi terciptanya areal pertanian sawah ini juga merupakan bagian dari Revitalisasi Perta-nian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan pemerintah pada tanggal 11 Juni 2005 lalu. Meng-ingat pencetakan areal sawah baru membutuhkan

    dana yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan ad-anya komitmen dukungan dana dari APBN. Adalah sangat wajar rasanya pemerintah menggelontorkan dana untuk pencetakan sawah ini, karena nantinya akan berdampak pada banyak hal, seperti terserap-nya tenaga kerja, meningkatnya produksi beras dan dapat menekan volume impor beras.

    Selain itu, karena berada pada lokasi baru, areal sawah baru dapat diperkirakan minim sarana dan prasarana, terutama saluran irigasi, drainase dan akses jalan yang memadai. Agar usahatani di areal baru ini dapat berjalan optimal, maka pemerintah harus mengintegrasikan berbagai kegiatan pendu-kung yang terkait di lokasi areal baru tersebut, se-perti pembangunan irigasi dan drainase, pembuatan akses jalan, pengadaan alat dan mesin pertanian dan sebagainya. Banyak cerita gagal dari areal baruyang tentu tidak ingin kita ulangikarena ti-dak tersedianya sarana-sarana pendukung terse-but.***

    14

  • 16 17

  • 16 17

  • 18 19

    Kegiatan perluasan sawah secara teknis dimulai dari identifikasi calon petani dan calon lokasi, Survei/Investigasi dan Desain (SID), peneta-pan lokasi sampai dengan pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya.

    A. TujuanTujuan kegitan ini adalah menambah luas baku lahan tanaman pangan melalui kegitan peruasan sawah.

    B. SasaranSasaran areal perluasan swah tahun 2010-2014 sesuai dengan Ren-cana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar 374.125 Ha.Sedangkan sasaran perluasan sawah TA.2013 yang dibiayai dari APBN direncanakan sluas 65.000 Ha.***

    LATAR BELAKANG

    PentingnyaCetak Sawah Baru

    Untuk mencetak satu hektar sawah diperlukan biaya sekitar Rp 10 juta. Dana ini diberikan dalam bentuk bantuan sosial (bansos) kepada petani. Penyaluran dananya langsung ke masing-masing gabungan kelompok tani

    (gapoktan), dan bukan ke individu. Lalu dari gapoktan dibagi-bagi lagi untuk berbagai keperluan dalam membuka areal perluasan tanah.

    Prosedur perluasan areal sawah ini awalnya adalah melakukan Survei Investigasi Desain (SID). Dalam SID digambarkan tanah yang akan dicetak, lokasinya, dan sumber airnya. Kemudian dilihat Calon Petani Calon Lokasi

    (CPCL). Ini menunjukkan siapa yang berhak mendapatkan lahan itu. CPCL ini harus diketahui lurah, camat dan disahkan bupati setempat.

    BAB 2

  • 18 19

    Kegiatan perluasan sawah secara teknis dimulai dari identifikasi calon petani dan calon lokasi, Survei/Investigasi dan Desain (SID), peneta-pan lokasi sampai dengan pelaksanaan konstruksi perluasan sawah dan pemanfaatannya.

    A. TujuanTujuan kegitan ini adalah menambah luas baku lahan tanaman pangan melalui kegitan peruasan sawah.

    B. SasaranSasaran areal perluasan swah tahun 2010-2014 sesuai dengan Ren-cana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar 374.125 Ha.Sedangkan sasaran perluasan sawah TA.2013 yang dibiayai dari APBN direncanakan sluas 65.000 Ha.***

    LATAR BELAKANG

    PentingnyaCetak Sawah Baru

    Untuk mencetak satu hektar sawah diperlukan biaya sekitar Rp 10 juta. Dana ini diberikan dalam bentuk bantuan sosial (bansos) kepada petani. Penyaluran dananya langsung ke masing-masing gabungan kelompok tani

    (gapoktan), dan bukan ke individu. Lalu dari gapoktan dibagi-bagi lagi untuk berbagai keperluan dalam membuka areal perluasan tanah.

    Prosedur perluasan areal sawah ini awalnya adalah melakukan Survei Investigasi Desain (SID). Dalam SID digambarkan tanah yang akan dicetak, lokasinya, dan sumber airnya. Kemudian dilihat Calon Petani Calon Lokasi

    (CPCL). Ini menunjukkan siapa yang berhak mendapatkan lahan itu. CPCL ini harus diketahui lurah, camat dan disahkan bupati setempat.

    BAB 2

  • 20 21

    Mekanisme Kegiatan dan Pola Pembiayaan

    PERENCANAAN

    KABUPATEN

    PELAPORAN DAN EVALUASI

    PELAKSANAAN

    KABUPATEN

    KABUPATEN PROPINSI PUSAT

    Usulan Kelompok Tani

    Persiapan Petani

    Persiapan Administrasi

    Persiapan Lapangan

    Dinas Pertanian Dinas Pertanian Ditjen PSP / Dit. Peral & P. Lahan

    Land Clearing

    Land Levelling

    Pembuatan Prasarana dan Sarana Pendukung

    Pengolahan Lahan

    Pengadaan Saprodi

    Penanaman

    Perawatan

    Dinas Pertanian Ditjen PSP / Dit.Peral & P. Lahan

    Proposal / Kegiatan Indikatif

    Dinas Pertanian Seleksi dan KompilasiSeleksi dan Kompilasi

    Deptan

    Bappenas / Depkeu

    DPR

    Depkeu

    DIPA

    Seleksi dan Kompilasi

    Koordinasi dengan Instansi Terkait

    Koordinasi dengan Instansi Terkait

    Usulan/Proposal Kegiatan

    Survey Inventigasi

    Desain

    Penetapan Lokasi dan Petani oleh Bupati

    Dinas Pertanian Usulan/Proposal Kegiatan

    PROVINSI PUSAT

    Kegiatan perluasan sawah diarahkan pada lahan irigasi, lahan rawa dan lahan tadah hujan dengan mengikuti norma, standar teknis, prosedur dan kriteria sebagai berikut:

    1. NormaPerluasan sawah pada lahan beririgasi merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi desa yang sudah mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat tersier atau akan dibangun jaringan tersebut yang selesainya bersa-maan dengan selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan dalam satu hamparan sehingga dapat terairi selu-ruhnya. Lahan harus berada pada kawasan budidaya dan bu-kan berada pada kawasan hutan lindung.

    2. Standar TeknisStandar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :a. Berada pada satu hamparan dengan luas > 10 hektarb. Lebih diutamakan/diperioritaskan pada lahan dengan ke-

    miringan lahan < 5%c. Dekat dari pemukiman

    Untuk lahan rawa :1. Berada pada satu hamparan.2. Luas satu hamparan > 10 hektar.3. Lahan dengan kedalaman pirit minimal 60 cm.4. Dekat dengan pemukiman.

    3. ProsedurProsedur perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :a. Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL)b. Survei/lnvestigasic. Penetapan Lokasid. Desaine. Konstruksi (Land Clearing dan Land Levelling)f. Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru

    4. KriteriaKriteria perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :a. Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk

    satu kali musim tanam.b. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah berdasarkan ke-

    tentuan dan kriteria yang berlaku.c. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Apabila

    belum ada kelompok tani, para petani tersebut bersedia un-tuk membentuk kelompok tani kegiatan perluasan sawah.

    d. Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak sengketa/tumpang tindih dengan program/kegiatan lainnya.

    e. Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK.f. Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah ada.g. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.h. Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau sedang.

    Untuk lahan rawa :1. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah rawapasang su-

    rut dan atau lebak berdasarkan ketentuandan kriteria yang berlaku.

    2. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.3. Status petani jelas bisa pemilik penggarap atau penggarap.4. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum

    2 Ha/KK.5. Petugas lapangan sudah ada.6. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

    Untuk sawah pada lahan tadah hujan :1. Mempunyai bulan basah > 3 bulan terutama yang tersedia

    air untuk 1 kali tanam setahun.2. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah tadah hujan ber-

    dasarkan ketentuan dan kriteria yang berlaku.3. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.4. Status petani jelas bisa sebagai pemilik penggarap atau

    penggarap.5. Luas lahan pemilik dan penggarap maksimum 2 Ha/KK.6. Petugas lapangan sudah ada.7. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa (dapat dilalui

    oleh kendaraan roda 4).***

  • 20 21

    Mekanisme Kegiatan dan Pola Pembiayaan

    PERENCANAAN

    KABUPATEN

    PELAPORAN DAN EVALUASI

    PELAKSANAAN

    KABUPATEN

    KABUPATEN PROPINSI PUSAT

    Usulan Kelompok Tani

    Persiapan Petani

    Persiapan Administrasi

    Persiapan Lapangan

    Dinas Pertanian Dinas Pertanian Ditjen PSP / Dit. Peral & P. Lahan

    Land Clearing

    Land Levelling

    Pembuatan Prasarana dan Sarana Pendukung

    Pengolahan Lahan

    Pengadaan Saprodi

    Penanaman

    Perawatan

    Dinas Pertanian Ditjen PSP / Dit.Peral & P. Lahan

    Proposal / Kegiatan Indikatif

    Dinas Pertanian Seleksi dan KompilasiSeleksi dan Kompilasi

    Deptan

    Bappenas / Depkeu

    DPR

    Depkeu

    DIPA

    Seleksi dan Kompilasi

    Koordinasi dengan Instansi Terkait

    Koordinasi dengan Instansi Terkait

    Usulan/Proposal Kegiatan

    Survey Inventigasi

    Desain

    Penetapan Lokasi dan Petani oleh Bupati

    Dinas Pertanian Usulan/Proposal Kegiatan

    PROVINSI PUSAT

    Kegiatan perluasan sawah diarahkan pada lahan irigasi, lahan rawa dan lahan tadah hujan dengan mengikuti norma, standar teknis, prosedur dan kriteria sebagai berikut:

    1. NormaPerluasan sawah pada lahan beririgasi merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi desa yang sudah mempunyai jaringan irigasi sampai pada tingkat tersier atau akan dibangun jaringan tersebut yang selesainya bersa-maan dengan selesainya sawah dicetak. Pembukaan lahan baru ini dilakukan dalam satu hamparan sehingga dapat terairi selu-ruhnya. Lahan harus berada pada kawasan budidaya dan bu-kan berada pada kawasan hutan lindung.

    2. Standar TeknisStandar teknis lokasi perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :a. Berada pada satu hamparan dengan luas > 10 hektarb. Lebih diutamakan/diperioritaskan pada lahan dengan ke-

    miringan lahan < 5%c. Dekat dari pemukiman

    Untuk lahan rawa :1. Berada pada satu hamparan.2. Luas satu hamparan > 10 hektar.3. Lahan dengan kedalaman pirit minimal 60 cm.4. Dekat dengan pemukiman.

    3. ProsedurProsedur perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :a. Identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL)b. Survei/lnvestigasic. Penetapan Lokasid. Desaine. Konstruksi (Land Clearing dan Land Levelling)f. Bantuan saprotan untuk pemanfaatan lahan sawah baru

    4. KriteriaKriteria perluasan sawah pada lahan irigasi adalah :a. Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk

    satu kali musim tanam.b. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah berdasarkan ke-

    tentuan dan kriteria yang berlaku.c. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok. Apabila

    belum ada kelompok tani, para petani tersebut bersedia un-tuk membentuk kelompok tani kegiatan perluasan sawah.

    d. Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak sengketa/tumpang tindih dengan program/kegiatan lainnya.

    e. Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK.f. Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah ada.g. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.h. Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau sedang.

    Untuk lahan rawa :1. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah rawapasang su-

    rut dan atau lebak berdasarkan ketentuandan kriteria yang berlaku.

    2. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.3. Status petani jelas bisa pemilik penggarap atau penggarap.4. Luas lahan pemilik penggarap atau penggarap maksimum

    2 Ha/KK.5. Petugas lapangan sudah ada.6. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa.

    Untuk sawah pada lahan tadah hujan :1. Mempunyai bulan basah > 3 bulan terutama yang tersedia

    air untuk 1 kali tanam setahun.2. Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah tadah hujan ber-

    dasarkan ketentuan dan kriteria yang berlaku.3. Sudah ada petani dalam suatu wadah kelompok.4. Status petani jelas bisa sebagai pemilik penggarap atau

    penggarap.5. Luas lahan pemilik dan penggarap maksimum 2 Ha/KK.6. Petugas lapangan sudah ada.7. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa (dapat dilalui

    oleh kendaraan roda 4).***

  • 22 23

    Survei dan Investigasi

    Survei dan investigasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-l) untuk kegiatan perluasan sawah diterbitkan. Secara ideal untuk kegiatan perluasan sawah TA. 2013 laporan Survei dan Investigasi telah tersedia. Namun jika masih terdapat lokasi yang belum memiliki laporan Survei dan Investigasi untuk kegiatan TA. 2013, pelak-sanaan Survei dan Investigasi dapat dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan desain dan diharap-kan selesai pada bulan Juni 2013. Pembiayaan pelak-sanaan kegiatan Survei dan Investigasi diutamakan berasal dari APBD l/ll, namun apabila dana APBD l/ll tidak dapat mengalokasikan kebutuhan tersebut, agar diusulkan melalaui anggaran APBN dengan ketentuan bahwa calon petani dan calon lokasi yang akan diusul-kan sudah jelas.

    Survei/investigasi calon lokasi ialah kegiatan penelitian pada calon lokasi perluasan sawah baik pada Daerah Irigasi, lahan rawa maupun tadah hujan yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi yang layak untuk sawah.

    Calon lokasi yang dapat dinyatakan layak untuk per-luasan sawah ialah calon lokasi yang memenuhi 8 (delapan) syarat pokok yaitu :1. Jaringan irigasi/drainase sudah dibangun atau

    akan dibangun yang selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak kecuali sawah tadah hu-jan.

    2. Air tersedia cukup untuk menjamin pertumbuhan padi sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

    3. Kondisi tanah sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi.

    4. Status kepemilikan tanah jelas, misalnya : tanah milik atau tanah rakyat (marga) atau tanah negara yang diijinkan untuk di garap oleh petani.

    5. Batas pemilikan tanah jelas (tidak sengketa).6. Calon lokasi tidak tumpang tindih dengan pro-

    gram/ proyek lain dan atau program/proyek sejenis di tahun sebelumnya.

    7. Petani ada dan berdomisili di desa calon lokasi atau berdekatan dengan calon lokasi serta berke-inginan untuk bersawah.

    8. Prasarana penunjang dan kelengkapan lainnya tersedia.

    Identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)

    Identifikasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-l) untuk kegiatan perluasan sawah dikeluarkan. Se-hingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, proses identifikasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

    Calon lokasi yang akan di tetapkan sedapat mung-kin berasal dari usulan petani.

    Identifikasi dilakukan berdasarkan data, informasi dan pengamatan lapangan yang bertujuan untuk me-nentukan lokasi perluasan sawah yang secara umum peruntukannya sesuai dengan RTRW atau dokumen tata ruang yang berlaku, standar teknis dan kriteria yang telah ditetapkan. Pemilihan lokasi diutamakan pada lahan dengan tingkat kesulitan terkecil. Identi-fikasi di lakukan oleh petugas Dinas Pertanian Daerah (provinsi dan k,ibupaten/kota) dengan dibantu oleh masyarakat/aparat setempat.

    Identifikasi dilakukan juga terhadap calon petani. Petani penerima kegiatan perluasan sawah sedapat mungkin petani yang memang membutuhkan lahan sawah sebagai sumber pendapatan utama keluarga.

    Penetapan calon petani dilakukan oleh aparat se-tempat (Kipala Desa/Camat) bersama dengan petu-gas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berdasarkan hasil identifikasi calon lokasi perluasan sawah.

    PelaksanaanPerluasan Sawah

    Koordinasi dengan para petani CP/CL

  • 22 23

    Survei dan Investigasi

    Survei dan investigasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-l) untuk kegiatan perluasan sawah diterbitkan. Secara ideal untuk kegiatan perluasan sawah TA. 2013 laporan Survei dan Investigasi telah tersedia. Namun jika masih terdapat lokasi yang belum memiliki laporan Survei dan Investigasi untuk kegiatan TA. 2013, pelak-sanaan Survei dan Investigasi dapat dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan desain dan diharap-kan selesai pada bulan Juni 2013. Pembiayaan pelak-sanaan kegiatan Survei dan Investigasi diutamakan berasal dari APBD l/ll, namun apabila dana APBD l/ll tidak dapat mengalokasikan kebutuhan tersebut, agar diusulkan melalaui anggaran APBN dengan ketentuan bahwa calon petani dan calon lokasi yang akan diusul-kan sudah jelas.

    Survei/investigasi calon lokasi ialah kegiatan penelitian pada calon lokasi perluasan sawah baik pada Daerah Irigasi, lahan rawa maupun tadah hujan yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi yang layak untuk sawah.

    Calon lokasi yang dapat dinyatakan layak untuk per-luasan sawah ialah calon lokasi yang memenuhi 8 (delapan) syarat pokok yaitu :1. Jaringan irigasi/drainase sudah dibangun atau

    akan dibangun yang selesainya bersamaan dengan selesainya sawah dicetak kecuali sawah tadah hu-jan.

    2. Air tersedia cukup untuk menjamin pertumbuhan padi sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

    3. Kondisi tanah sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi.

    4. Status kepemilikan tanah jelas, misalnya : tanah milik atau tanah rakyat (marga) atau tanah negara yang diijinkan untuk di garap oleh petani.

    5. Batas pemilikan tanah jelas (tidak sengketa).6. Calon lokasi tidak tumpang tindih dengan pro-

    gram/ proyek lain dan atau program/proyek sejenis di tahun sebelumnya.

    7. Petani ada dan berdomisili di desa calon lokasi atau berdekatan dengan calon lokasi serta berke-inginan untuk bersawah.

    8. Prasarana penunjang dan kelengkapan lainnya tersedia.

    Identifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL)

    Identifikasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (T-l) untuk kegiatan perluasan sawah dikeluarkan. Se-hingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, proses identifikasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

    Calon lokasi yang akan di tetapkan sedapat mung-kin berasal dari usulan petani.

    Identifikasi dilakukan berdasarkan data, informasi dan pengamatan lapangan yang bertujuan untuk me-nentukan lokasi perluasan sawah yang secara umum peruntukannya sesuai dengan RTRW atau dokumen tata ruang yang berlaku, standar teknis dan kriteria yang telah ditetapkan. Pemilihan lokasi diutamakan pada lahan dengan tingkat kesulitan terkecil. Identi-fikasi di lakukan oleh petugas Dinas Pertanian Daerah (provinsi dan k,ibupaten/kota) dengan dibantu oleh masyarakat/aparat setempat.

    Identifikasi dilakukan juga terhadap calon petani. Petani penerima kegiatan perluasan sawah sedapat mungkin petani yang memang membutuhkan lahan sawah sebagai sumber pendapatan utama keluarga.

    Penetapan calon petani dilakukan oleh aparat se-tempat (Kipala Desa/Camat) bersama dengan petu-gas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berdasarkan hasil identifikasi calon lokasi perluasan sawah.

    PelaksanaanPerluasan Sawah

    Koordinasi dengan para petani CP/CL

  • 24 25

    Pengendalian Dan Pengawasan Kegiatan Perluasan Sawah

    Batasan TeknisSawahlahan usahatani yang secara fisik permukaan tanahn-ya rata, dibatasi oleh pematang/ galengan, sehingga dapat ditanami padi dengan sistem genangan dan pa-lawija / tanaman pangan lainnya.

    Perluasan Sawahsuatu usaha penambahan luasan/ baku lahan sawah pada berbagai tipologi lahan dengan kondisi yang belum dan atau lahan terlantar yang dapat di-usahakan untuk usahatani sawah.

    Pengendalian & PengawasanTahap Perencanaan Proposal cetak sawah dari Kabupaten berisi ten-

    tang Calon Petani dan Calon Lokasi yang sudah ditetapkan dan harus sesuai dengan kriteria dari Pedoman Teknis Cetak Sawah :

    Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk satu kali musim tanam.

    Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah ber-dasarkan ketentuan dan kriteria yang berlaku.

    Sudah ada petani dalam suatu wadah kelom-pok. Apabila belum ada kelompok tani, para petani tersebut bersedia untuk membentuk ke-lompok tani kegiatan perluasan sawah.

    Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak sengketa/tumpang tindih dengan program/ke-giatan lainnya.

    Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK. Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah

    ada. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa. Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau

    sedang.

    Kriteria tambahan terhadap Calon Lokasi Cetak Sawah : Calon lokasi sesuai dengan arahan RTRW Kabupat-

    en/Kota dan Dilengkapi surat tidak masuk kawasan hutan dari Dinas Kehutanan dan surat keterangan tidak terdapat sengketa lahan dari BPN

    Usulan lokasi harus diselaraskan dengan rencana pembangunan infrastruktur pengairan yang diang-garkan oleh Ditjen PSP Kementan, Ditjen SDA Ke-menPU atau DAK Irigasi

    Lokasi diusulkan melalui musrenbang

    Seluruh hasil CPCL harus dituangkan dalam bentuk hasil SID yang berisi ten-tang : Daftar nama petani beserta luasan lahannya Informasi pendukung lainnya sesuai dengan krite-

    ria yang diminta Hasil pengukuran dalam bentuk peta skala 1 : 1.000

    atau 5.000 yang terdiri dari : Peta Situassi Lokasi Peta Topografi Peta Vegetasi Peta Pemilikan Lahan Peta Rancangan Cetak Sawah

    Berdasarkan peta tsb dibuat RAB yang berisikan tentang biaya untuk kegiatan

    Land Clearing Land Levelling Galengan Olah Tanah Benih dan Saprodi Tanam TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Tahap Pelaksanaan PekerjaanPPK membentuk Tim Teknis dengan fungsi :

    mengawal dan melaksanakan sosialisasi kepada para petani dan membentuk kelompok menjadi kompak

    mengawasi serta mengarahkan poktan dalam pe-nyusunan Rencana Usaha kegiatan Kelompok (RUKK) dengan mengacu kepada RAB dan rencana waktu pelaksanaan

    Menggerakan kelompok agar sesegera mungkin laksanakan kegiatan sesuai dengan kesepakatan / musyawarah waktu pelaksanaan

    Menjembatani kelompok dengan pengusaha pe-milik alat berat bila diperlukan. Apabila digunakan alat berat, diminta seluruh petani mengawasi pe-kerjaan operator alat berat

    Membuat BA Realisasi Pelaksanaan kegiatan fisik dilapangan sebagai dasar pencairan anggaran dari

    Bank BA Realisasi Pelaksanaan fisik dilapangan men-dasarkan kepada hasil pengukuran ulang oleh Tim Teknis

    BA serah terima pekerjaan

    Tahap Pemanfaatan Sawah segera ditanam setelah konstruksi selesai Perawatan dan pemeliharaan tanaman Panen

    Pertanggung Jawaban Administrasi Berita acara penyelesaian pekerjaan dengan melampirkan hasil pengukuran ulang

    Dokumentasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan progres : 0 %; 50% dan 100 % serta pertanaman

    Kelengkapan dokumen/ bukti pembelanjaan Pembuatan pembukuan

    Sawah segera ditanam setelah konstruksi selesai. Pertanaman sawah baru 2013 di Bangka Selatan

  • 24 25

    Pengendalian Dan Pengawasan Kegiatan Perluasan Sawah

    Batasan TeknisSawahlahan usahatani yang secara fisik permukaan tanahn-ya rata, dibatasi oleh pematang/ galengan, sehingga dapat ditanami padi dengan sistem genangan dan pa-lawija / tanaman pangan lainnya.

    Perluasan Sawahsuatu usaha penambahan luasan/ baku lahan sawah pada berbagai tipologi lahan dengan kondisi yang belum dan atau lahan terlantar yang dapat di-usahakan untuk usahatani sawah.

    Pengendalian & PengawasanTahap Perencanaan Proposal cetak sawah dari Kabupaten berisi ten-

    tang Calon Petani dan Calon Lokasi yang sudah ditetapkan dan harus sesuai dengan kriteria dari Pedoman Teknis Cetak Sawah :

    Tersedia air irigasi dalam jumlah yang cukup minimal untuk satu kali musim tanam.

    Lahan sesuai untuk tanaman padi sawah ber-dasarkan ketentuan dan kriteria yang berlaku.

    Sudah ada petani dalam suatu wadah kelom-pok. Apabila belum ada kelompok tani, para petani tersebut bersedia untuk membentuk ke-lompok tani kegiatan perluasan sawah.

    Status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak sengketa/tumpang tindih dengan program/ke-giatan lainnya.

    Luas kepemilikan lahan maksimum 2 Ha/ KK. Petugas penyuluh pertanian lapangan sudah

    ada. Lokasi mudah diakses atau dekat jalan desa. Diutamakan pada lahan bervegetasi ringan atau

    sedang.

    Kriteria tambahan terhadap Calon Lokasi Cetak Sawah : Calon lokasi sesuai dengan arahan RTRW Kabupat-

    en/Kota dan Dilengkapi surat tidak masuk kawasan hutan dari Dinas Kehutanan dan surat keterangan tidak terdapat sengketa lahan dari BPN

    Usulan lokasi harus diselaraskan dengan rencana pembangunan infrastruktur pengairan yang diang-garkan oleh Ditjen PSP Kementan, Ditjen SDA Ke-menPU atau DAK Irigasi

    Lokasi diusulkan melalui musrenbang

    Seluruh hasil CPCL harus dituangkan dalam bentuk hasil SID yang berisi ten-tang : Daftar nama petani beserta luasan lahannya Informasi pendukung lainnya sesuai dengan krite-

    ria yang diminta Hasil pengukuran dalam bentuk peta skala 1 : 1.000

    atau 5.000 yang terdiri dari : Peta Situassi Lokasi Peta Topografi Peta Vegetasi Peta Pemilikan Lahan Peta Rancangan Cetak Sawah

    Berdasarkan peta tsb dibuat RAB yang berisikan tentang biaya untuk kegiatan

    Land Clearing Land Levelling Galengan Olah Tanah Benih dan Saprodi Tanam TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Tahap Pelaksanaan PekerjaanPPK membentuk Tim Teknis dengan fungsi :

    mengawal dan melaksanakan sosialisasi kepada para petani dan membentuk kelompok menjadi kompak

    mengawasi serta mengarahkan poktan dalam pe-nyusunan Rencana Usaha kegiatan Kelompok (RUKK) dengan mengacu kepada RAB dan rencana waktu pelaksanaan

    Menggerakan kelompok agar sesegera mungkin laksanakan kegiatan sesuai dengan kesepakatan / musyawarah waktu pelaksanaan

    Menjembatani kelompok dengan pengusaha pe-milik alat berat bila diperlukan. Apabila digunakan alat berat, diminta seluruh petani mengawasi pe-kerjaan operator alat berat

    Membuat BA Realisasi Pelaksanaan kegiatan fisik dilapangan sebagai dasar pencairan anggaran dari

    Bank BA Realisasi Pelaksanaan fisik dilapangan men-dasarkan kepada hasil pengukuran ulang oleh Tim Teknis

    BA serah terima pekerjaan

    Tahap Pemanfaatan Sawah segera ditanam setelah konstruksi selesai Perawatan dan pemeliharaan tanaman Panen

    Pertanggung Jawaban Administrasi Berita acara penyelesaian pekerjaan dengan melampirkan hasil pengukuran ulang

    Dokumentasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan progres : 0 %; 50% dan 100 % serta pertanaman

    Kelengkapan dokumen/ bukti pembelanjaan Pembuatan pembukuan

    Sawah segera ditanam setelah konstruksi selesai. Pertanaman sawah baru 2013 di Bangka Selatan

  • 26 27

    Penetapan calon lokasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (I I) sedangkan penetapan lokasi dilakukan pada tahun bersamaan, setelah DIPA untuk kegiatan perluasan sawah dlkeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, penetapan calon lokasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

    Penetapan calon lokasi perluasan sawah ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, sedangkan untuk Penetapan lokasi perluasan sawah ditandatangani oleh Bupati.

    Penetapan Calon Lokasi dan Lokasi Perluasan Sawah

    Peta desain dibuat satu tahun sebalum DIPA dikeluarkan (T-1). Jika peta desain belum tersedia atau masih dalam tahap pembuatan, maka proses cetak sawah tetap dapat dilakukan dengan catatan desain harus diselesaikan sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.

    Pelaksanaan kegiatan desain cetak sawah dapat dilakukan dengan pola kontraktual ataupun swakelola, disesuaikan dengan kemampuan anggaran dan kemampuan teknis sumberdaya manusia yang tersedia. Sedangkan metodologi pelaksanaan kegiatan desain dilakukan dengan metode pengukuran terestrial atau kombinasi dengan teknik penginderaan jarak jauh.

    Sebelum pembuatan desain terlebih dahulu dilakukan penyuluhan terhadap petani pemilik lahan. Tujuannya agar petani memahami kegunaan desain dan manfaatnya dalam pelaksanaan konstruksi.

    Desain

    a. Persiapan berupa penggandaan peta situasi, peta rancangan jaringan irigasi, irigasi rawa, bahan, peralatan, pembuatan daftar pertanyaan dan ta-bel-tabel untuk pelaksanaan maupun pengolahan data. Selain itu dipersiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dilapangan.

    b. Sosialisasi dan koordinasi dengan instansi ter-kait dan m.isyarakat terhadap rencana persiapan pelaksanaan kegiatan perluasan sawah pada calon lokasi yang akan dikembangkan. Koordinasi teru-tama dilakukan dengan Bappeda atau Dinas PU untuk kepastian RTRW, Dinas Kehutanan untuk kepastian kawasan, BPN untuk kejelasan status kepemilikan dan DinasPengairan untuk koordinasi sistem jaringan pengairan di lokasi yang diren-canakan.

    c. Pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa parameter dan karakteristik lahan yang akan digunakan sebagai acuan penentuan kriteria kesesuaian lahan, debit air, sifat fisik ta-nah, status kepemilikan lahan kedalaman gambut, nilai ekonomis vegetasi, kesediaan petani, daf-tar narria petani dan luas lahan, pengukuran dan

    pemetaan lokasi. Data sekunder berupa pola usa-hatani, analisis usahatani, penyediaan saprotan, pemasaran hasil, luasan lahan padi sawah di lokasi dan curah hujan baik harian atau bulanan selama satu tahun.

    d. Tabulasi dan pengolahan data hasil survei.Data hasil survei ditabulasi dan diolah untuk pem-buatan laporan hasil survei yang bertujuan untuk menentukan kelayakan calon lokasi dan pembua-tan desain.

    e. Pembuatan laporan kegiatan survei sebagai dasar penetapan lahan sawah yang akan dikonstruksi. Hasil survei calon lokasi perluasan sawah nanti-nya berupa buku laporan dan daftar lokasi yang dinyatakan layak untuk didesain yang selanjutnya dicetak menjadi sawah dan daftar lokasi yang ti-dak layak untuk didesain. Untuk setiap lokasi per-luasan sawah daerah irigasi (DI) dibuat satu buku laporan yang bertujuan untuk menyusun dan men-gumpulkan hasil kegiatan yang mudah dibaca dan diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tersebut.

    TahapanSurvei/lnvestigasi

  • 26 27

    Penetapan calon lokasi dilakukan satu tahun sebelum DIPA (I I) sedangkan penetapan lokasi dilakukan pada tahun bersamaan, setelah DIPA untuk kegiatan perluasan sawah dlkeluarkan. Sehingga untuk mendapatkan penganggaran perluasan sawah pada tahun berikutnya, penetapan calon lokasi telah dilakukan pada tahun sebelumnya.

    Penetapan calon lokasi perluasan sawah ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, sedangkan untuk Penetapan lokasi perluasan sawah ditandatangani oleh Bupati.

    Penetapan Calon Lokasi dan Lokasi Perluasan Sawah

    Peta desain dibuat satu tahun sebalum DIPA dikeluarkan (T-1). Jika peta desain belum tersedia atau masih dalam tahap pembuatan, maka proses cetak sawah tetap dapat dilakukan dengan catatan desain harus diselesaikan sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.

    Pelaksanaan kegiatan desain cetak sawah dapat dilakukan dengan pola kontraktual ataupun swakelola, disesuaikan dengan kemampuan anggaran dan kemampuan teknis sumberdaya manusia yang tersedia. Sedangkan metodologi pelaksanaan kegiatan desain dilakukan dengan metode pengukuran terestrial atau kombinasi dengan teknik penginderaan jarak jauh.

    Sebelum pembuatan desain terlebih dahulu dilakukan penyuluhan terhadap petani pemilik lahan. Tujuannya agar petani memahami kegunaan desain dan manfaatnya dalam pelaksanaan konstruksi.

    Desain

    a. Persiapan berupa penggandaan peta situasi, peta rancangan jaringan irigasi, irigasi rawa, bahan, peralatan, pembuatan daftar pertanyaan dan ta-bel-tabel untuk pelaksanaan maupun pengolahan data. Selain itu dipersiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dilapangan.

    b. Sosialisasi dan koordinasi dengan instansi ter-kait dan m.isyarakat terhadap rencana persiapan pelaksanaan kegiatan perluasan sawah pada calon lokasi yang akan dikembangkan. Koordinasi teru-tama dilakukan dengan Bappeda atau Dinas PU untuk kepastian RTRW, Dinas Kehutanan untuk kepastian kawasan, BPN untuk kejelasan status kepemilikan dan DinasPengairan untuk koordinasi sistem jaringan pengairan di lokasi yang diren-canakan.

    c. Pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer berupa parameter dan karakteristik lahan yang akan digunakan sebagai acuan penentuan kriteria kesesuaian lahan, debit air, sifat fisik ta-nah, status kepemilikan lahan kedalaman gambut, nilai ekonomis vegetasi, kesediaan petani, daf-tar narria petani dan luas lahan, pengukuran dan

    pemetaan lokasi. Data sekunder berupa pola usa-hatani, analisis usahatani, penyediaan saprotan, pemasaran hasil, luasan lahan padi sawah di lokasi dan curah hujan baik harian atau bulanan selama satu tahun.

    d. Tabulasi dan pengolahan data hasil survei.Data hasil survei ditabulasi dan diolah untuk pem-buatan laporan hasil survei yang bertujuan untuk menentukan kelayakan calon lokasi dan pembua-tan desain.

    e. Pembuatan laporan kegiatan survei sebagai dasar penetapan lahan sawah yang akan dikonstruksi. Hasil survei calon lokasi perluasan sawah nanti-nya berupa buku laporan dan daftar lokasi yang dinyatakan layak untuk didesain yang selanjutnya dicetak menjadi sawah dan daftar lokasi yang ti-dak layak untuk didesain. Untuk setiap lokasi per-luasan sawah daerah irigasi (DI) dibuat satu buku laporan yang bertujuan untuk menyusun dan men-gumpulkan hasil kegiatan yang mudah dibaca dan diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tersebut.

    TahapanSurvei/lnvestigasi

  • Vegetasi Ringan

    29

    Vegetasi

    Vegetasi Sedang

    28

    Vegetasi Berat

    Dalam membuka lahan untuk perluasan sawah ditemukan tiga kriteria berdasarkan vegetasi di lokasi cetak sawah baru. Kondisi lingkungan, termasuk vegetasinya, akan mempengaruhi tingkat beban kerja di setiap daerah. Ketiga kriteria tersebut ialah vegetasi ringan, sedang dan berat. Dalam hal pembiayaan, selama ini tidak ada perbedaan anggaran (unit cost) cetak sawah pada ketiga kriteria vegetasi terse-but, yakni sebesar Rp 10 juta per hektar. Namun untuk tahun anggaran (TA) 2014 pemerintah melakukan pembedaan unit cost sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing kriteria vegetasi tersebut. Untuk lahan dengan vegetasi ringan dise-diakan biaya Rp 8,9 juta/ hektar, sedang Rp 10,6 juta/hektar, dan vegetasi berat Rp 13,5 juta/ hektar.

  • Vegetasi Ringan

    29

    Vegetasi

    Vegetasi Sedang

    28

    Vegetasi Berat

    Dalam membuka lahan untuk perluasan sawah ditemukan tiga kriteria berdasarkan vegetasi di lokasi cetak sawah baru. Kondisi lingkungan, termasuk vegetasinya, akan mempengaruhi tingkat beban kerja di setiap daerah. Ketiga kriteria tersebut ialah vegetasi ringan, sedang dan berat. Dalam hal pembiayaan, selama ini tidak ada perbedaan anggaran (unit cost) cetak sawah pada ketiga kriteria vegetasi terse-but, yakni sebesar Rp 10 juta per hektar. Namun untuk tahun anggaran (TA) 2014 pemerintah melakukan pembedaan unit cost sesuai dengan tingkat kesulitan masing-masing kriteria vegetasi tersebut. Untuk lahan dengan vegetasi ringan dise-diakan biaya Rp 8,9 juta/ hektar, sedang Rp 10,6 juta/hektar, dan vegetasi berat Rp 13,5 juta/ hektar.

  • Pada kegiatan land clearing, khusus dalam hal pen-cabutan tunggul dan sisa akar tumbuhan, perlu diper-hatikan beberapa hal. Untuk tunggul pohon berdiameter > 30 cm dengan kedalaman akar lebih dari satu meter dapat dibiarkan membusuk di lapangan tanpa harus dicabut. Selain itu pencabutan akar juga tidak dapat dilakukan bila di sekitar zona perakaran diketahui terdapat senyawa pirit atau senyawa racun lainnya.

    Kegiatan land leveling terdiri dari :a. Penggalian dan penimbunan tanahb. Perataan tanahc. Pemadatan lereng talut terasd. Pembuatan jalan usahatani (JUT)e. Pembuatan jaringan irigasif. Pembuatan pematang batas pemilikan g. Penyiapan lahan siap tanam

    31

    Proses selanjutnya adalah kegiatan konstruksi cetak sawah baru (perluasan sawah). Kegiatan inipun me-miliki beberapa tahapan, mulai dari mempersiapkan petani (sosialisasi, pendaftaran ulang petani, surat pernyataan kesanggupan petani) persiapan adminis-trasi, hingga persiapan lapangan. Dalam kegian konstruksi perluasan sawah terdapat beberapa jenis kegiatan, yakni pembersihan lahan (land clearing) dan perataan lahan (land leveling), pembuatan pematang batas pemilikan, pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan drainase, pembuatan pintu-pintu bagi tersier, pintu klep, dan pembuatan jalan usahatani serta prasarana lain yang bersifat pelayanan umum.

    Kegiatan land clearing terdiri dari :a. Pembabatan/ penebasan semak belukarb. Penebangan/ penumbangan pohon-pohonan.c. Pemotongan/ perencekan dan pengumpulan

    batang, cabang dan ranting.d. Pembersihan lahan.

    Konstruksi(Land Clearing, Land Levelling)

    30

  • Pada kegiatan land clearing, khusus dalam hal pen-cabutan tunggul dan sisa akar tumbuhan, perlu diper-hatikan beberapa hal. Untuk tunggul pohon berdiameter > 30 cm dengan kedalaman akar lebih dari satu meter dapat dibiarkan membusuk di lapangan tanpa harus dicabut. Selain itu pencabutan akar juga tidak dapat dilakukan bila di sekitar zona perakaran diketahui terdapat senyawa pirit atau senyawa racun lainnya.

    Kegiatan land leveling terdiri dari :a. Penggalian dan penimbunan tanahb. Perataan tanahc. Pemadatan lereng talut terasd. Pembuatan jalan usahatani (JUT)e. Pembuatan jaringan irigasif. Pembuatan pematang batas pemilikan g. Penyiapan lahan siap tanam

    31

    Proses selanjutnya adalah kegiatan konstruksi cetak sawah baru (perluasan sawah). Kegiatan inipun me-miliki beberapa tahapan, mulai dari mempersiapkan petani (sosialisasi, pendaftaran ulang petani, surat pernyataan kesanggupan petani) persiapan adminis-trasi, hingga persiapan lapangan. Dalam kegian konstruksi perluasan sawah terdapat beberapa jenis kegiatan, yakni pembersihan lahan (land clearing) dan perataan lahan (land leveling), pembuatan pematang batas pemilikan, pembuatan jaringan irigasi tingkat usahatani, jaringan drainase, pembuatan pintu-pintu bagi tersier, pintu klep, dan pembuatan jalan usahatani serta prasarana lain yang bersifat pelayanan umum.

    Kegiatan land clearing terdiri dari :a. Pembabatan/ penebasan semak belukarb. Penebangan/ penumbangan pohon-pohonan.c. Pemotongan/ perencekan dan pengumpulan

    batang, cabang dan ranting.d. Pembersihan lahan.

    Konstruksi(Land Clearing, Land Levelling)

    30

  • 32 33

    Meski proses pencetakan sawah baru sudah selesai, namun tugas perluasan sawah belum usai sampai diistu saja. Lahan sawah baru yang telah selesai dicetak harus segera dimanfaatkan/ ditanami oleh petani dengan tanaman padi. Untuk menghatarkan petani agar bisa segera mengelola usahataninya perlu didukung dengan berbagai prasarana dan sarana budidaya padi sawah.Alokasi anggaran untuk kegiatan pemanfaatan sawah baru menjadi satu kesatuan dengan kegiatan konstruksi perluasan sawah. Dari anggaran saprotan yang tersedia diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengadaan alat mesin pertanian (Alsintan) seperti hand traktor, sedangkan untuk benih, pupuk, pestisida dan lain sebagainya diharapkan dari swadaya masyarakat atau sumber pembiayaan lainnya.

    Pemanfaatan Sawah Baru

  • 32 33

    Meski proses pencetakan sawah baru sudah selesai, namun tugas perluasan sawah belum usai sampai diistu saja. Lahan sawah baru yang telah selesai dicetak harus segera dimanfaatkan/ ditanami oleh petani dengan tanaman padi. Untuk menghatarkan petani agar bisa segera mengelola usahataninya perlu didukung dengan berbagai prasarana dan sarana budidaya padi sawah.Alokasi anggaran untuk kegiatan pemanfaatan sawah baru menjadi satu kesatuan dengan kegiatan konstruksi perluasan sawah. Dari anggaran saprotan yang tersedia diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengadaan alat mesin pertanian (Alsintan) seperti hand traktor, sedangkan untuk benih, pupuk, pestisida dan lain sebagainya diharapkan dari swadaya masyarakat atau sumber pembiayaan lainnya.

    Pemanfaatan Sawah Baru

  • 34 35

    BAB 3

    Monitor,Evaluasi dan

    Pelaporan

    Kegiatan perluasan atau cetak sawah baru di berbagai daerah tentu tidak terlepas dari pengawasan (monitor-ing) dan evaluasi dari waktu ke waktu. Hal ini demi suk-sesnya pelaksanaan kegiatan sesuai rencana.

    Dari setiap lokasi para Ketua Kelompok Tani secara berka-la (1 bulan sekali) menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran/ Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/ Kota. Mekanisme pelaporan SIMONEV, SAI dan FORM DA dari Diperta Kabupaten/Kota, Provinsi, bahkan sampai ke pusat harus mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan oleh Sekditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

    Laporan tersebut disampaikan ke Sekretariat Direktorat

    Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian, u.p Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sa-rana Pertanian, Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jln. Har-sono RM No.3 Gedung D Lantai VIII, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Laporan bulanan perkembangan pelaksanaan fisik kon-struksi perluasan sawah setiap bulan dari Diperta Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 disampaikan kepada Diperta Propinsi. Sedangkan dari Diperta Propinsi paling lambat tang-gal 10 setiap bulan. Laporan ini disampaikan ke Direktorat Per-luasan dan Pengelolaan Lahan, Jln. Taman Marga Satwa No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan blanko laporan seperti di bawah ini.

    1. 100 1. Persiapan

    a. CPCL b. SID c. RUKK d. SK-SK (CPCL, Tim Teknis, korlap, dll) e. Pembukaan Rekening

    2. Pelaksanaan

    a. Transfer Dana Rp. : 840.734.075,00 b. Konstruksi Land Clearing : 100,00 Ha

    Land Leveling : 100,00 Ha

    Pematang : - Ha

    Telah tanam : 60,00 HaSumber air utama (pilih salah satu) a. Bendungan/waduk

    b. Air pasang surut c. Embung, mata air, sungai

    d. Air hujan

    Ketersediaan infrastruktur pengairan a. Sudah ada dari PU(pilih salah satu) b. Sudah ada Jitut/jides

    c. Dalam proses konstruksi Th

    Alat berat (pilih salah satu) a. Tidak pakaib. Sudah masuk c. Belum masuk (bergiliran)

    d. Pemanfaatan sawah - Ha

    6. Perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan Bulan : FEBRUARI Tahun : 2014

    7. Koordinat Lokasi X= 348784 Y= 9953128

    Keterangan Lain

    :

    :

    :

    :

    :KEL. TANI

    DESA

    KEC

    KAB

    PROV

    PEMANTAUAN PERKEMBANGAN PEKERJAAN PERLUASAN SAWAHTAHUN ANGGARAN 2013

    NO.LUAS

    HAMPARAN(Ha)

    KEL. TANI/DESA/KEC/KAB/PROV

    KONDISI PEKERJAAN FOTO LOKASI

    SARI MULYA

    RADAK 2

    TERENTANG

    KUBU RAYA

    KALIMANTAN BARAT

    3.

    4.

    5.

    8.

  • 34 35

    BAB 3

    Monitor,Evaluasi dan

    Pelaporan

    Kegiatan perluasan atau cetak sawah baru di berbagai daerah tentu tidak terlepas dari pengawasan (monitor-ing) dan evaluasi dari waktu ke waktu. Hal ini demi suk-sesnya pelaksanaan kegiatan sesuai rencana.

    Dari setiap lokasi para Ketua Kelompok Tani secara berka-la (1 bulan sekali) menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran/ Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/ Kota. Mekanisme pelaporan SIMONEV, SAI dan FORM DA dari Diperta Kabupaten/Kota, Provinsi, bahkan sampai ke pusat harus mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan oleh Sekditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

    Laporan tersebut disampaikan ke Sekretariat Direktorat

    Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian, u.p Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sa-rana Pertanian, Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jln. Har-sono RM No.3 Gedung D Lantai VIII, Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Laporan bulanan perkembangan pelaksanaan fisik kon-struksi perluasan sawah setiap bulan dari Diperta Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 disampaikan kepada Diperta Propinsi. Sedangkan dari Diperta Propinsi paling lambat tang-gal 10 setiap bulan. Laporan ini disampaikan ke Direktorat Per-luasan dan Pengelolaan Lahan, Jln. Taman Marga Satwa No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dengan blanko laporan seperti di bawah ini.

    1. 100 1. Persiapan

    a. CPCL b. SID c. RUKK d. SK-SK (CPCL, Tim Teknis, korlap, dll) e. Pembukaan Rekening

    2. Pelaksanaan

    a. Transfer Dana Rp. : 840.734.075,00 b. Konstruksi Land Clearing : 100,00 Ha

    Land Leveling : 100,00 Ha

    Pematang : - Ha

    Telah tanam : 60,00 HaSumber air utama (pilih salah satu) a. Bendungan/waduk

    b. Air pasang surut c. Embung, mata air, sungai

    d. Air hujan

    Ketersediaan infrastruktur pengairan a. Sudah ada dari PU(pilih salah satu) b. Sudah ada Jitut/jides

    c. Dalam proses konstruksi Th

    Alat berat (pilih salah satu) a. Tidak pakaib. Sudah masuk c. Belum masuk (bergiliran)

    d. Pemanfaatan sawah - Ha

    6. Perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan Bulan : FEBRUARI Tahun : 2014

    7. Koordinat Lokasi X= 348784 Y= 9953128

    Keterangan Lain

    :

    :

    :

    :

    :KEL. TANI

    DESA

    KEC

    KAB

    PROV

    PEMANTAUAN PERKEMBANGAN PEKERJAAN PERLUASAN SAWAHTAHUN ANGGARAN 2013

    NO.LUAS

    HAMPARAN(Ha)

    KEL. TANI/DESA/KEC/KAB/PROV

    KONDISI PEKERJAAN FOTO LOKASI

    SARI MULYA

    RADAK 2

    TERENTANG

    KUBU RAYA

    KALIMANTAN BARAT

    3.

    4.

    5.

    8.

  • 36 37

    Pengawasan & PenyerahanHasil Pekerjaan

    1. Pengawasan/ Supervisi Pekerjaan Konstruksi Per-luasan Sawah

    Dilakukan oleh Tim Teknis/ Koordinator La-pangan yang telah ditetapkan oleh Kepala Di-nas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten

    Melakukan pengukuran luasan sawah yang ter-cetak dengan menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS).

    Ruang lingkup dan pelaksanaan pekerjaana. Memeriksa patokpatok batas areal yang

    akan dikonstruksi.b. Melakukan penyesuaian/ perbaikan desain

    pembukaan lahan.c. Memeriksa hasil pekerjaan Kelompok tani

    yang didasarkan atas (RUKK) dan perjanjian kerja sama pekerjaan konstruksi pembu-kaan lahan.

    d. Memberikan petunjuk dan arahan teknis kepada kelompok tani pelaksana konstruksi perluasan areal sawah.

    e. Membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan. Berita Acara ditanda tangani oleh Tim Tek-nis/ Koordinator Lapangan dan Ketua Ke-lompok tani serta diketahui oleh Kepala Di-nas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selaku KPA.

    2. Hasil Pekerjaan Tim Teknis/Koordinator Lapangan Hasil pengawasan pekerjaan dibuat dalam

    suatu Berita Acara sesuai dengan prestasi pe-kerjaan yang dicapai oleh kelompok tani

    3. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Tim Teknis/Koordina-tor Lapangan.

    Dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang ditetapkan oleh KPA selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.

    4. Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

    5. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

    Transfer uang ke rekening kelompok dapat di-lakukan setelah RUKK disetujui oleh KPA.

    Pencairan uang dari rekening kelompok untuk pembayaran hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai luasan sawah yang tercetak, yang dinyatakan dengan Berita Acara Hasil Pengukuran Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

    Tracking sawah di Kuburaya Kalbar

    BAB 4

    Geliat Cetak Sawah Baru Membentang dari Aceh

    Hingga Papua

  • 36 37

    Pengawasan & PenyerahanHasil Pekerjaan

    1. Pengawasan/ Supervisi Pekerjaan Konstruksi Per-luasan Sawah

    Dilakukan oleh Tim Teknis/ Koordinator La-pangan yang telah ditetapkan oleh Kepala Di-nas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten

    Melakukan pengukuran luasan sawah yang ter-cetak dengan menggunakan peralatan Global Positioning System (GPS).

    Ruang lingkup dan pelaksanaan pekerjaana. Memeriksa patokpatok batas areal yang

    akan dikonstruksi.b. Melakukan penyesuaian/ perbaikan desain

    pembukaan lahan.c. Memeriksa hasil pekerjaan Kelompok tani

    yang didasarkan atas (RUKK) dan perjanjian kerja sama pekerjaan konstruksi pembu-kaan lahan.

    d. Memberikan petunjuk dan arahan teknis kepada kelompok tani pelaksana konstruksi perluasan areal sawah.

    e. Membuat Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan. Berita Acara ditanda tangani oleh Tim Tek-nis/ Koordinator Lapangan dan Ketua Ke-lompok tani serta diketahui oleh Kepala Di-nas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Selaku KPA.

    2. Hasil Pekerjaan Tim Teknis/Koordinator Lapangan Hasil pengawasan pekerjaan dibuat dalam

    suatu Berita Acara sesuai dengan prestasi pe-kerjaan yang dicapai oleh kelompok tani

    3. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Tim Teknis/Koordina-tor Lapangan.

    Dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang ditetapkan oleh KPA selaku Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten.

    4. Penyerahan Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

    5. Pembayaran Hasil Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah

    Transfer uang ke rekening kelompok dapat di-lakukan setelah RUKK disetujui oleh KPA.

    Pencairan uang dari rekening kelompok untuk pembayaran hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap sesuai luasan sawah yang tercetak, yang dinyatakan dengan Berita Acara Hasil Pengukuran Pekerjaan Konstruksi Perluasan Sawah.

    Tracking sawah di Kuburaya Kalbar

    BAB 4

    Geliat Cetak Sawah Baru Membentang dari Aceh

    Hingga Papua

  • 38 39

    Kualitas tanah adalah kemampuan tanah untuk me-nampilkan fungsi-fungsinya untuk menopang produkti-vitas biologi, memperahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesehatan tanaman, binatang dan ma-nusia.

    Dalam perkembangannya, sebagian masyara-kat lebih suka menggunakan istilah kesehatan tanah dibandingkan kualitas tanah, karena kesehatan tanah lebih menggambarkan kehidupan dan dinamika kehidu-pan. Sedangkan kualitas tanah lebih menggambarkan sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah (Winarso, 2005).

    Tanah yang sehat atau berkualitas akan menunjuk-kan rendahnya atau bahkan tidak adanya polusi, tidak mengalami degradasi, tanaman tumbuh subur dan se-hat serta menghasilkan produk yang aman dikonsumsi baik oleh manusia maupun hewan, dan akan memberi-kan keuntungan pada petani secara berkelanjutan. Kualitas tanah dapat dipandang dengan dua cara yang berbeda, yaitu:

    1. Sebagai sifat/ atribut inherent tanah yang dapat digambarkan dari sifat-sifat tanah atau hasil ob-servasi tidak langsung (seperti kepekaan terhadap erosi atau pemadatan).

    2. Sebagai kemampuan tanah untuk menampakkan fungsi-fungsi produktivitas, lingkungan dan kes-ehatan (Rosmarkam dan Nasih, 2002).

    Parameter kesuburan tanah standar (pH tanah, kadar bahan organik, N, P, dan K tersedia) merupakan faktor yang sangat penting dalam hubungannya de-ngan pertumbuhan tanaman, produksi tanaman serta fungsi dan keragaman mikroorganisme tanah. Param-eter-parameter tanah tersebut umumnya sangat sen-sitif terhadap pengelolaan tanah. Untuk tanah-tanah terpolusi dan terdegradasi, indikator-indikator tersebut merupakan bagian dari set data minimum dan indikator kimia tanah (Winarso, 2005).

    AirSumber air harus memenuhi kualitas agar tidak

    berbahaya bagi tanaman yang akan diairi karena dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil atau produk pertanian. Kualitas air irigasi sangat tergantung dari kandungan sedimen atau lumpur dan kandungan unsur-unsur kimia dalam air tersebut.

    Sedimen atau lumpur dalam air pengairan berpen-

    garuh dalam tekstur tanah, terutama pada tanah yang bertekstur sedang sampai kasar akan memperlam-bat permeabilitas penampang tanah akibat pori-pori tanah terisi atau tersumbat sediment tersebut, dan menurunkan kesuburan tanah. Sedimen atau lumpur yang mengendap dalam saluran irigasi akan mengu-rangi kapasitas pengaliran air dan memerlukan biaya tinggi untuk membersihkannya.

    Keberadaan sumberdaya air yang disediakan me-lalui pembangunan sarana irigasi perlu ditingkatkan nilai fungsinya, sehingga dapat meningkatkan produk-tivitas dan daya saing. Konsentrasi kegiatan usahatani dengan jenis kegiatan yang sama dalam waktu yang bersamaan, seperti kegiatan pengolahan tanah dan panen raya yang selama ini terjadi dan kurang meng-untungkan dapat dihindari.

    Dari Hutan dan Semak BelukarMenjadi Sawah Produktif

    PROVINSI ACEH

    Aceh Barat

    Aceh Barat Daya

    Provinsi : AcehKabupaten/kota : Aceh BaratKecamatan : Pante CeureumenDesa : SeumantukKelompok Tani : Beuna HarapanLuas Alokasi Kegiatan : 50 Ha Titik Koordinat : LU : 423 21,038 BT : 9616 35,161

    Provinsi : AcehKabupaten/kota : Aceh Barat DayaKecamatan : BabahrotDesa : Cot SimantokKelompok Tani : Kayee UnoLuas Alokasi Kegiatan : 34 Ha Titik Koordinat : N : 35153,259 E : 964138,185 E

    50%

    0%

    100%

    100%

    Aceh JayaProvinsi : AcehKabupaten/kota : Aceh Jaya Kecamatan : Setia BaktiDesa : PadangKelompok Tani : Bahagia ILuas Alokasi Kegiatan : 40 Ha Titik Koordinat : N : 524656 LU E : 780930 BT

    50% 100%

    PidieProvinsi : AcehKabupaten/kota : PidieKecamatan : ManeDesa : ManeKelompok Tani : Ade MeurataLuas Alokasi Kegiatan : 48 Ha Titik Koordinat : N : 04 52 154 E : 096 05 151

    0% 100%

    Berikut ini perkembangan kegiatan cetah sawah di beberapa daerah yang dilakukan pada tahun 2012

  • 38 39

    Kualitas tanah adalah kemampuan tanah untuk me-nampilkan fungsi-fungsinya untuk menopang produkti-vitas biologi, memperahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesehatan tanaman, binatang dan ma-nusia.

    Dalam perkembangannya, sebagian masyara-kat lebih suka menggunakan istilah kesehatan tanah dibandingkan kualitas tanah, karena kesehatan tanah lebih menggambarkan kehidupan dan dinamika kehidu-pan. Sedangkan kualitas tanah lebih menggambarkan sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah (Winarso, 2005).

    Tanah yang sehat atau berkualitas akan menunjuk-kan rendahnya atau bahkan tidak adanya polusi, tidak mengalami degradasi, tanaman tumbuh subur dan se-hat serta menghasi