4 hasil dan pembahasan 4 .1 pembuatan flake · menurunkan daya kembang produk. perbandingan yang...
TRANSCRIPT
26
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
.1 Pembuatan Flake
flake bertujuan untuk mencari formula terbaik yang
meng
rmulasi flake dengan penambahan tepung ikan lele
ng ikan lele dan
telah dimasak dengan proses pemangganggan selanjutnya
Gambar 4 Nilai organoleptik flake dengan penambahan tepung ikan (Flake dengan penambahan konsentrasi : 0% ,
4
Pembuatan fish
hasilkan produk yang dapat diterima oleh panelis berdasarkan uji hedonik
dan dilanjutkan dengan analisis pengambilan keputusan menggunakan metode
Bayes.
4.1.1 Fo
Formulasi fish flake diawali dengan pembuatan tepu
dilanjutkan dengan penentuan formula yang menghasilkan fish flake terbaik
bedasarkan uji organoleptik dan uji Bayes.
4.1.2 Uji hedonik
Flake yang
dilakukan uji organoleptik. Dalam penelitian pendahuluan ada lima parameter
yang diukur yaitu penampakan, bau, rasa, warna dan tekstur. Hasil uji
organoleptik dari fish flake dengan penambahan tepung ikan lele dapat dilihat
pada Gambar 4
0123456789
penampakan warna aroma tekstur rasa
Nila
i uji
orga
nole
ptik
Parameter uji organoleptik
10%, 20%, 30%, 40%).
27
Gambar 4 menunjukkan rata-rata penerimaan panelis terhadap uji sensori
akan
konsumen terhadap suatu makanan diantaranya dipengaruhi
Gambar 5 Nilai uji penampakan pada fish flake.
Hasil uji Kruska ng ikan
membe
dengan skala hedonik 1 sampai 9. Nilai hedonik penampakan dan warna tertinggi
terdapat pada fish flake dengan perlakuan tepung ikan 30% dengan rata-rata nilai
6,77 dan 7,33. Nilai hedonik aroma dan rasa tertinggi pada fish flake dengan
perlakuan tepung ikan 10% dengan rata-rata nilai 5,90 dan 6,63. Sedangkan nilai
hedonik tekstur tertinggi pada flake perlakuan tepung ikan 40% dengan rata-rata
nilai 7,03.
(1) Penamp
Penerimaan
oleh status sosial dan mutu makanan menurut keyakinannya. Penampakan pangan
merupakan faktor terpenting yang berpengaruh, karena faktor inilah yang pertama
kali dilihat. Faktor-faktor selanjutnya adalah warna, kemudian aroma, rasa dan
tekstur makanan tersebut (Muchtadi 1898). Berdasarkan uji kesukaan yang
dilakukan oleh panelis, penampakan flakes dengan penambahan tepung ikan yang
diujikan mempunyai kisaran nilai 5,80 sampai 6,77 dengan skala hedonik 1-9.
Penampakan flakes yang paling disukai panelis yaitu dengan penambahan tepung
ikan 30% dengan nilai 6,77. Flake tersebut mempunyai penampakan yang
menarik dengan warna yang kuning cemerlang dan permukaan flake yang halus.
6.10abc 5.83ab 5.80a6.77c 6.63bc
123456789
0% 10% 20% 30% 40%
Nila
i org
anol
eptik
Konsentrasi tepung ikan
l-Wallis menunjukkan bahwa penggunaan tepu
rikan pengaruh yang nyata terhadap penampakan fish flake. Hal ini
diperkuat dengan uji lanjut yang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara fish
flake dengan penambahan 20% tepung ikan dibandingkan formula 30% tepung
28
a memegang peranan penting yang mempengaruhi penerimaan
ikan
membe
ikan. Flake dengan penambahan 20% tepung ikan paling tidak disukai oleh
panelis karena flake tersebut memiliki warna yang pucat dan pinggiran flake yang
kurang seragam. Flake dengan penambahan tepung ikan 30% paling disukai
panelis karena fish flake memiliki warna kuning yang tidak terlalu gelap. Selain
itu fish flake tersebut memiliki tekstur yang kompak dan padat dan tidak mudah
patah. Hal ini diduga karena rasio antara ikan dan tepung mempengaruhi daya
mengembang produk. Peningkatan kandungan protein ikan dalam adonan akan
menurunkan daya kembang produk. Perbandingan yang tepat dari bahan adonan
akan mempengaruhi penampakan produk. Pengaturan suhu dan lamanya proses
pengolahan juga dapat mempengaruhi penampakan dari flake (Lavlinesa 1995).
(2) Warna
Warn
konsumen karena merupakan kesan pertama yang akan dinilai konsumen.
Menurut Meilgaard (1999), warna merupakan salah satu atribut penampilan
produk yang sering menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk
secara keseluruhan. Warna fish flake dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan fish flakes. Berdasarkan uji kesukaan yang
dilakukan oleh panelis, fish flakes dengan penambahan tepung ikan yang diujikan
mempunyai kisaran nilai 5,63 sampai 7,33 dari skala hedonik 1-9. Berdasarkan uji
kesukaan, fish flake dengan penambahan tepung ikan 20% mempunyai nilai rata-
rata warna terendah sedangkan nilai tertinggi pada fish flake dengan penambahan
tepung ikan 30%. Flake dengan penambahan tepung ikan 20%, memiliki warna
coklat yang sedikit pucat, sedangkan fish flake dengan penambahan tepung ikan
30% memiliki warna coklat kekuningan yang cemerlang. Nilai hedonik warna fish
flake dengan berbagai konsentrasi tepung ikan dapat dilihat pada Gambar 6
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa penggunaan tepung
rikan pengaruh yang nyata terhadap warna fish flake. Hal ini diperkuat
dengan uji lanjut yang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara fish flake
dengan penambahan 20% tepung ikan dengan 30% tepung ikan. Warna fish flake
dipengaruhi oleh penambahan tepung ikan. Penambahan tepung ikan lele yang
semakin banyak dapat membuat produk menjadi semakin gelap. Hal ini diduga
karena adanya reaksi maillard pada proses pemanggangan. Reaksi maillard terjadi
29
Gambar 6 Nilai uji warna pada fish flake.
Reaksi maillard atau pe buatan fish flake
untuk
urut Winarno (2008) aroma atau bau yang menguap merupakan
yang dilakukan oleh panelis, fish flakes dengan
penamb
karena adanya reaksi gugus asam amino, peptida atau protein yang berasal dari
tepung ikan lele dengan gugus hidroksil glikosidik pada gula, kemudian diakhiri
dengan pembentukan polimer nitrogen berwarna cokelat atau melanoidin sehingga
fish flake berwarna cokelat (Mendoza et al. 2004).
6.10abc 5.83ab 5.80a6.77c 6.63bc
123456789
0% 10% 20% 30% 40%
Nila
i org
anol
eptik
Konsentrasi tepung ikan
ncoklatan dikehendaki pada pem
mendapatkan warna cokelat yang menarik. Pada formula penambahan
tepung ikan 30% kesukaan panelis meningkat karena fish flake tersebut
mempunyai warna cokelat yang sedang tidak terlalu gelap. Akan tetapi perubahan
warna yang semakin gelap tidak disukai. Hal ini terlihat pada fish flake
penambahan 40% tepung ikan yang menyebabkan warna menjadi semakin gelap
sehingga kesukaan panelis menurun.
(3) Aroma
Men
atribut suatu produk yang diterima oleh sel-sel olfaktori yang terdapat di dalam
hidung dan diteruskan ke otak dalam bentuk impuls listrik. Aroma juga ikut
menentukan penerimaan produk. Aroma yang enak akan menggugah selera,
sedangkan aroma yang tidak enak akan menurunkan selera konsumen untuk
mengkonsumsi produk tersebut.
Berdasarkan uji kesukaan
ahan tepung ikan mempunyai kisaran nilai aroma antara 5,43 sampai 5,90
dari skala hedonik 1-9. Berdasarkan uji kesukaan, fish flake dengan penambahan
30
Gambar 7 Nilai uji aroma pada fish flake.
Hasil uji Kr unaan tepung ikan
tepung ikan 40% mempunyai nilai rata-rata aroma terendah sedangkan nilai
tertinggi pada fish flake dengan penambahan tepung ikan 10%. Makin tinggi
konsentrasi tepung ikan yang ditambahkan maka aroma ikan pada fish flake
semakin nyata. Flake dengan penambahan tepung ikan 40% memiliki aroma ikan
yang lebih tajam jika dibandingkan fish flake dengan penambahan tepung ikan
10%. Gambar 7 menunjukkan bahwa panelis dapat menerima aroma dari fish flake
dengan penambahan tepung ikan, karena pada semua perlakuan yang diberikan
memiliki nilai di atas lima atau netral sampai suka. Parameter aroma pada fish
flake dengan penambahan tepung ikan dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan fish flake. Hasil uji hedonik pada parameter aroma
dapat dilihat pada Gambar 7.
6.10abc 5.83ab 5.80a6.77c 6.63bc
123456789
0% 10% 20% 30% 40%
Nila
i org
anol
eptik
Konsentrasi tepung ikan
uskal-Wallis menunjukkan bahwa pengg
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma fish flake. Hal ini karena
pada pembuatan tepung ikan dilakukan perendaman dengan jeruk nipis sehingga
bau amis dari ikan dapat dihilangkan. Ikan merupakan bahan makanan yang cepat
mengalami kemunduran mutu selama proses pengolahan. Faktor utama yang
berperan dalam kemunduran adalah proses degradasi protein yang membentuk
berbagai produk seperti hipoksantin, trimetilamin, terjadinya proses ketengikan
oksidatif dan pertumbuhan mikroorganisme (Junianto 2003). Trimetilamin
tersebut cukup berperan dalam pembentukan bau yang ditimbulkan oleh ikan.
Sarwono (1986) menyatakan bahwa jeruk nipis cukup efektif mengurangi bau
31
ur makanan dapat didefinisikan sebagai cara bagaimana berbagai
anelis, fish flakes dengan
penamb
Gambar 8 Nilai uji tekstur pada fish flake.
Flake denga kstur yang kurang
renyah
amis dari ikan karena jeruk nipis mengandung asam askorbat yang dapat bereaksi
dengan trimethylamine (TMA) dan membentuk trimethyl amonium. Perubahan
trimethylamine (TMA) menjadi trimethyl amonium inilah yang dapat mengurangi
bau amis dari ikan.
(4) Tekstur
Tekst
unsur komponen dan unsur struktur ditata dan digabung menjadi mikro dan
makrostruktur. Tekstur merupakan segi penting dari mutu makanan, terkadang
lebih penting daripada aroma dan warna (deMan 1997).
Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan oleh p
ahan tepung ikan yang diujikan mempunyai kisaran nilai 4,80 sampai 7,03
dengan skala hedonik 1-9. Berdasarkan uji kesukaan, fish flake dengan
penambahan tepung ikan 0% mempunyai nilai rata-rata tekstur terendah
sedangkan nilai tertinggi pada fish flake dengan penambahan tepung ikan 40%.
Semakin banyak tepung ikan yang ditambahkan kesukaan panelis semakin tinggi.
Hasil uji hedonik pada parameter tekstur dapat dilihat pada Gambar 8
6.10abc 5.83ab 5.80a
6.77c 6.63bc
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0% 10% 20% 30% 40%
Nila
i org
anol
eptik
Konsentrasi tepung ikan
n penambahan tepung ikan 0% memiliki te
dan sedikit basah, sedangkan fish flake dengan penambahan tepung ikan
40% memiliki tekstur yang lebih kompak dan lebih renyah. Penambahan tepung
ikan yang semakin tinggi menyebabkan fish flake menyerap air lebih sedikit. Hal
32
penggunaan tepung ikan
membe
sa makanan merupakan atribut penilaian makanan yang melibatkan
menunjukkan bahwa penggunaan tepung ikan
ini menyebabkan pada saat pemanggangan fish flake dengan penambahan tepung
ikan 40% lebih cepat kehilangan air jika dibandingkan dengan fish flake tanpa
penambahan tepung ikan. Kerenyahan juga erat kaitannya dengan perbedaan
komposisi dari bahan dasarnya terutama komponen amilosa dan amilopektinnya.
Kadar amilosa yang tinggi dalam bahan akan mampu meningkatkan kerenyahan
fish flake yang dihasilkan. Amilosa dalam bahan akan membentuk ikatan
hidrogen dengan air dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga pada saat
pemanggangan air akan menguap dan meningkatkan ruang kosong dalam bahan
sehingga fish flake menjadi renyah (Rahmanto 1994).
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa
rikan pengaruh yang nyata terhadap tekstur fish flake. Hal ini diperkuat
dengan uji lanjut yang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara fish flake
dengan penambahan tepung ikan 0% dengan fish flake dengan penambahan 30%
tepung ikan. Kadar protein dan lemak yang tinggi juga dapat menyebabkan
rendahnya absorpsi air, karena protein dan lemak akan menutupi partikel
pati/tepung sehingga penyerapan air dapat terhambat (Permatasari 2007). Hal ini
didukung pula dengan hasil uji fisik yaitu semakin banyak tepung ikan yang
ditambahkan maka penyerapan dan kelarutan air semakin kecil.
(5) Rasa
Ra
panca indra lidah. Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup cecap
yang terletak pada papila. Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan oleh panelis,
fish flakes dengan penambahan tepung ikan yang diujikan mempunyai kisaran
nilai 4,83 sampai 6,63 dari skala hedonik 1-9. Berdasarkan uji kesukaan, fish flake
dengan penambahan tepung ikan 30% mempunyai nilai rata-rata tekstur terendah
sedangkan nilai tertinggi pada fish flake dengan penambahan tepung ikan 10%.
Hal ini diduga karena fish flake dengan penambahan tepung ikan lele 30%
mempunyai rasa khas ikan yang lebih nyata. Hasil uji hedonik pada parameter
rasa dapat dilihat pada Gambar 9
Hasil uji Kruskal-Wallis
memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa fish flake. Hal ini diperkuat
dengan uji lanjut yang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara rasa fish flake
33
Gambar 9 Nilai uji rasa pada fish flake.
Reaksi mailla tukan rasa pada fish
ake. T
asarkan hasil uji
Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat dipergunakan
dengan penambahan 10% tepung ikan dengan 30% tepung ikan. Penambahan
konsentrasi ikan yang semakin tinggi mengakibatkan fish flake tersebut semakin
tidak disukai oleh para panelis. Hal ini diduga karena penambahan tepung ikan
akan menimbulkan rasa khas ikan pada fish flake, sehingga panelis tidak
menyukainya.
6.10abc 5.83ab 5.80a6.77c 6.63bc
1
23
45
67
8
9
0% 10% 20% 30% 40%
Nila
i org
anol
eptik
Konsentrasi tepung ikan
rd juga diduga berperan dalam pemben
fl epung ikan memiliki kandungan protein dan asam amino. Di dalam bahan
pangan reaksi maillard terjadi antara gula pereduksi dan asam amino terikat pada
peptida dan protein sehingga akan menyebabkan reaksi karena gugus ini sangat
reaktif. Reaksi maillard membentuk senyawa-senyawa yang bertanggung jawab
terhadap flavor dan warna bahan makanan (Borelli et al. 2003).
4.1.3 Penentuan formulasi menggunakan metode Bayes berdhedonik
Metode
untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah
alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Untuk
menghasilkan keputusan yang optimal perlu dipertimbangkan berbagai kriteria
(Marimin, 2006). Sebelum dilakukan analisis menggunakan metode Bayes,
dilakukan perangkingan terhadap beberapa parameter yang diamati berdasarkan
indeks kepentingan menurut pendapat ahli. Parameter dengan nilai tertinggi pada
34
metode Bayes mendapat skor lima sedangkan parameter dengan nilai terendah
mendapat skor satu.
Parameter yang dianggap paling penting dari produk fish flake dengan
penambahan tepung ikan secara berturut-turut yaitu penampakan, tekstur, rasa,
warna, dan aroma. Hasil analisis dengan menggunakan metode Bayes
menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan 30% menghasilkan fish flake
terbaik. Hasil uji hedonik maupun uji Bayes dari fish flake dengan penambahan
konsentrasi ikan 30% mempunyai korelasi yang positif. Hasil uji hedonik dari fish
flake dengan penambahan konsentrasi tepung ikan 30% mempunyai skor tertinggi
untuk parameter penampakan dan warna, sedangkan pada parameter tekstur
menempati urutan kedua (Tabel 8).
Tabel 8 Hasil analisis dengan metode Bayes
Parameter Perlakuan 0% 10% 20% 30% 40% nilai bobot
penampakan 3 2 1 5 4 0,24 tekstur 1 2 3 4 5 0,24 rasa 2 5 4 1 3 0,19 warna 3 2 1 5 4 0,19 aroma 4 5 2 3 1 0,14 total 2,47 3,00 2,19 3,71 3,61 4 3 5 1 2
4.2 Karakterisasi Produk
Karakterisasi produk bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
tepung ikan terhadap mutu fish flake berdasarkan parameter fisik (indeks
kelarutan air, indeks penyerapan air dan kelarutan) dan kimia (kadar air, protein,
abu, lemak dan karbohidrat).
4.2.1 Analisis proksimat produk
Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui sifat kimia dari tiga jenis
flake dengan penambahan tepung ikan dan sebagai pembanding yaitu flake
komersil. Analisis yang dilakukan meliputi kadar abu, protein, lemak, air dan
karbohidrat (by difference). Hasil uji proksimat fish flake dengan penambahan
tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 9.
35
Tabel 9 Komposisi gizi fish flake dengan penambahan tepung ikan (dalam %)
Flake komersial
Flake dengan penambahan tepung ikan
literatur
25% 30% 35% a b Kadar abu 3,87 2,91 3,60 3,51 1,48 1,90Kadar protein 5,59 20,55 22,32 24,81 4,33 6,25Kadar lemak 0,38 3,95 4,34 4,19 0,67 0,75Kadar air 1,72 5,39 4,71 5,48 4,27 3,53Kadar karbohidrat (by difference) 88,45 67,21 65,03 62 89,26 87,56 Sumber : a USDA (2010) b Padovani, et al. (2007)
(1) Kadar air
Kandungan air dalam bahan pangan ikut menentukan penerimaan,
kesegaran dan daya tahan pangan tersebut. Hal ini berkaitan dengan sifat air yang
dapat mempengaruhi sifat fisik, perubahan kimia, perubahan mikrobiologi dan
perubahan enzimatis. Perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi tekstur,
penampakan, aroma dan cita rasa makanan (Buckle et al.1987).
Hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa flake komersial
mempunyai kadar air terendah yaitu 1,72%, sedangkan kadar air tertinggi pada
fish flake dengan penambahan tepung ikan 35% dengan nilai 5,48%. Hasil uji
Duncan menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar air flake pada formula 25%, 30% dan 35%. Sedangkan kadar air
flake komersial berbeda nyata dengan formula 25%, 30%, dan 35%.
5.39b 5.25b 5.44b
1.72a
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
25% 30% 35% komersil
Kad
ar A
ir(%
)
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 10 Kadar air fish flake dengan penambahan tepung ikan.
36
Hasil analisis kadar air menunjukkan bahwa kadar air f fish lake dengan
penambahan tepung ikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan flake komersial.
Hal ini diduga karena perbedaan bahan yang digunakan dan perbedaan metode
produksi yang digunakan. Kandungan protein pada tepung ikan yang mempunyai
sifat fungsional mengikat air dan menahan air. Menurut Manullang (1995) makin
tinggi konsentrasi tepung yang ditambahkan maka kadar air semakin menurun.
Kadar air pada fish flake dengan penambahan tepung ikan lebih tinggi dari
flake komersial juga diduga karena kandungan pati yang lebih tinggi. Pati yang
terkandung dalam tepung bersifat mengikat air. Bagian yang paling berperan
dalam penyerapan air dari biomassa adalah kandungan amilosa dan amilopektin,
yang keduanya merupakan komponen pati. Selain itu kadar air juga dapat
dipengaruhi oleh proses pemasakan. Penetrasi panas ke dalam produk
menyebabkan protein terdenaturasi sehingga molekul-molekul air keluar akibat
kemampuan mengikat air berkurang (Nurhayati 1996).
(2) Kadar protein
Winarno (2008) menyatakan, protein merupakan suatu zat gizi yang amat
penting bagi tubuh, karena zat ini selain berfungsi sebagai penghasil energi dalam
tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Sifat protein sebagai
zat pengatur dimiliki oleh enzim. Sebagai zat pembangun, protein merupakan
bahan pembentuk jaringan baru dalam tubuh. Tetapi bila asupan energi tubuh
tidak dipenuhi oleh karbohidrat, maka protein akan berperan sebagai energi. Hal
ini menyebabkan perannya sebagai zat pengatur dan pembangun akan terganggu.
Selain itu bila terjadi kekurangan konsumsi protein pertumbuhan juga akan
terganggu, terutama pada anak yang sedang dalam masa pertumbuhan
Hasil pengukuran kadar protein menunjukkan bahwa flake komersial
mempunyai kadar protein terendah yaitu 5,67%, sedangkan kadar protein tertinggi
pada fish flake dengan penambahan tepung ikan 35% dengan nilai 24,8%. Hasil
uji Duncan menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar protein pada formula 30% dan 35%. Sedangkan kadar
protein flake komersial berbeda nyata dengan formula 25%, 30%, dan 35%.
Histogram pengujian kadar protein dapat dilihat pada Gambar 11.
37
20.6b23.6c 24.8c
5.6a
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
25% 30% 35% komersil
Kad
ar P
rote
in(%
)
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 11 Kadar protein fish flake dengan penambahan tepung ikan.
Hasil analisis kadar protein menunjukkan bahwa kadar protein fish flake
dengan penambahan tepung ikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar
protein flake komersial. Hal ini diduga karena adanya penambahan tepung ikan
dan penggunaan tepung kedelai dalam formulasi pembuatan fish flake.
Kadar protein pada fish flake meningkat seiring dengan penambahan
tepung ikan yang diberikan. Hal ini diduga karena kadar protein yang terkandung
dalam tepung ikan tinggi. Menurut Mervina (2009) kadar protein tepung badan
ikan cukup tinggi yaitu 63.83 %. Daging ikan sebagian besar tersusun atas protein
miofibrilar yang digunakan untuk pergerakan ikan. Menurut Mendez dan Albuin
(2006), protein miofibrilar menyusun 60-75% total protein dalam otot yang
merupakan kombinasi dari protein kontraktil (aktin dan myosin), protein pengatur
(troponin dan tropomiosin), serta beberapa protein dalam jumlah minor. Kadar
protein yang tinggi juga diduga karena adanya penggunaan tepung kedelai dalam
formulasi pembuatan fish flake. Matthews (1989) menyatakan bahwa kedelai
merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup potensial untuk
dikembangkan karena kandungan protein dan lemaknya tinggi, yaitu 49% dan
21%.
Berdasarkan perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) flake dengan
penambahan tepung ikan 25%, 30% dan 35% masing-masing dapat
menyumbangkan kalori protein sebesar 20,55%, 22,32% dan 24,81% dari
kebutuhan kalori protein sebesar 400 kkal. Berdasarkan data tersebut fish flake
dengan penambahan tepung ikan dapat disebut dengan flake berprotein tinggi. Hal
ini sesuai dengan peraturan FDA (U.S Food and Drug Administration) pada tahun
38
2008 yang menyatakan bahwa suatu produk atau makanan dapat mengklaim
”kaya akan,” ”tinggi akan,” ”merupakan sumber”, jika memilik kandungan
protein 20% atau lebih dari kebutuhan harian.
(3) Kadar lemak
Struktur kimia lemak dalam makanan pada umumnya
berbentuk trigliserida, yakni perpaduan antara satu molekul gliserol dengan tiga
molekul asam lemak. Perbedaan asam lemak inilah yang membedakan jenis dan
sifat lemak. Lemak makanan merupakan bagian terpenting dalam nutrisi yaitu
menambah kalori dan asam lemak penting, bertindak sebagai pembawa vitamin
dan meningkatkan flavor makanan.
Hasil pengukuran kadar lemak menunjukkan bahwa flake komersial
mempunyai kadar lemak terendah yaitu 0,38%, sedangkan kadar lemak tertinggi
pada fish flake dengan penambahan tepung ikan 30% dengan nilai 4,25%. Hasil
uji lanjut menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar lemak pada formula 30% dan 35%. Sedangkan kadar lemak flake
komersial berbeda nyata dengan formula 25%, 30%, dan 35%.
Hasil analisis kadar lemak menunjukkan bahwa kadar lemak fish flake
dengan penambahan tepung ikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar
lemak flake komersial maupun literatur yang diperoleh. Hal ini diduga karena
perbedaan bahan dasar yang digunakan dan penambahan tepung ikan lele pada
fish flake. Histogram pengujian kadar lemak dapat dilihat pada Gambar 12.
3.95b4.25c 4.21c
0.38a
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.50
25% 30% 35% komersil
Kad
ar L
emak
(%)
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 12 Kadar lemak fish flake dengan penambahan tepung ikan
39
Kadar lemak pada fish flake dengan penambahan tepung ikan memiliki
kecenderungan meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi tepung ikan
yang digunakan. Menurut Mervina (2009) kadar lemak pada tepung ikan termasuk
tinggi yaitu sebesar 10,83%. Tepung ikan yang terbuat dari badan ikan
mengandung lemak yang lebih tinggi dari pada tepung yang terbuat dari tulang
atau kepala ikan. Hal ini disebabkan badan ikan mengandung lebih banyak daging
dibanding bagian kepala ikan. Mendez dan Albuin (2006) menyatakan bahwa
kandungan asam lemak tak jenuh pada daging ikan cukup tinggi sehingga tepung
ikan yang dihasilkan dari daging ikan akan mempunyai kadar lemak yang lebih
tinggi dari tepung yang terbuat dari kepala ikan.
(4) Kadar abu
Abu merupakan unsur mineral atau zat anorganik yang terkandung dalam
bahan pangan. Abu juga merupakan zat dalam bahan pangan selain air dan bahan
organik. Bahan makanan sebagian besar yaitu 96% terdiri dari bahan organik dan
air, sisanya terdiri dari unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat
organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar
tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu (Winarno 2008).
Hasil pengukuran kadar abu menunjukkan bahwa fish flake dengan
penambahan tepung ikan 25% mempunyai kadar abu terendah yaitu 2,91%,
sedangkan kadar abu tertinggi pada flake komersial dengan nilai 3,87%. Hasil uji
lanjut menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh nyata
terhadap kadar abu pada formula 30% dan 35%. Sedangkan kadar abu flake
komersial berbeda nyata dengan formula 25%, 30%, dan 35%. Histogram
pengujian kadar abu dapat dilihat pada Gambar 13.
Hasil analisis kadar abu menunjukkan bahwa kadar abu fish flake dengan
penambahan tepung ikan lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar abu flake
komersial. Hal ini diduga karena perbedaan bahan dasar yang digunakan dan
penambahan tepung ikan lele pada flake.
Kadar abu pada fish flake memiliki kecenderungan meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi tepung ikan yang ditambahkan. Hal ini disebabkan
oleh adanya penambahan bahan penyusun adonan fish flake yaitu tepung ikan dan
40
tapioka yang akan meningkatkan jumlah kadar abu yang terkandung pada produk
akhir.
2.91a
3.46b 3.58b3.87c
1.001.502.002.503.003.504.004.505.00
25% 30% 35% komersil
Kad
ar A
bu
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 13 Kadar abu fish flake dengan penambahan tepung ikan
. Bahan baku ikan yang ditambahkan merupakan bahan pangan hewani yang
cukup tinggi kadar abunya. Makanan yang berasal dari sumber hewani tinggi kadar
abunya, hal ini disebabkan karena kandungan beberapa mineral yang terkandung
didalamnya seperti kalsium, besi dan phospat. Penurunan kadar air pada bahan
pangan akan menyebabkan peningkatan konsentrasi kadar abu (Winarno 2008).
(5) Kadar karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia. Menurut
Fennema (1996), 90% karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat
merupakan sumber energi yang sangat banyak ditemui, ketersediaannya amat luas
dan murah.
Hasil pengukuran kadar karbohidrat menunjukkan bahwa fish flake dengan
penambahan tepung ikan 30% mempunyai kadar karbohidrat terendah yaitu 62%,
sedangkan kadar karbohidrat tertinggi pada flake komersial dengan nilai 88,5%.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar abu pada formula 30% dan 35%. Sedangkan kadar abu flake
komersial berbeda nyata dengan fish flake pada formula 25%, 30%, dan 35%.
Kadar karbohidrat diperoleh berdasarkan perhitungan by difference. Histogram
pengujian kadar karbohidrat dapat dilihat pada Gambar 14.
41
67.2b 62.0a 63.5a
88.5c
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
25% 30% 35% komersil
Kad
ar K
aboh
idra
t
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 14 Kadar karbohidrat fish flake dengan penambahan tepung ikan
Kadar karbohidrat pada flake dengan penambahan tepung ikan memiliki
kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung ikan yang
digunakan. Persentasi nilai karbohidrat dengan persentasi kadar protein
berbanding terbalik. Semakin tinggi kadar proteinnya maka nilai karbohidratnya
semakin rendah.
4.2.2 Analisis fisik produk
Analisis fisik dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dari tiga jenis fish
flake dengan penambahan tepung ikan dan sebagai pembanding yaitu flake
komersil. Analisis yang dilakukan meliputi indeks penyerapan air, indeks
kelarutan air dan kekerasan. Hasil uji fisik fish flake dengan penambahan tepung
ikan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil analisi fisik pada fish flake
Flake komersial
Flake dengan penambahan tepung ikan
literatur
25% 30% 35% a b IPA (ml/g) 4,37 1,92 1,82 1,75 2,88 IKA (g/ml) 0,0253 0,0286 0,0280 0,0264 0,48 Kekerasan (gf) 178,12 253,34 264,88 325,60 119Sumber : a Carrasco-valencia et al.(2009) b Holguin-acuna et al. (2008)
(1) Indeks Penyerapan Air (IPA) dan Indeks Kelarutan Air (IKA)
Indeks Penyerapan Air (IPA) menunjukkan jumlah air maksimum yang
dapat diserap oleh suatu tepung. Fennema (1996) menyatakan bahwa daya serap
air adalah istilah untuk mendeskripsikan kemampuan dari molekul matriks untuk
42
secara fisik menjebak air dalam jumlah besar tetapi tidak sampai menetes. Hasil
pengukuran indeks penyerapan air dapat dilihat pada Gambar 15
1.92b 1.82a 1.75a
4.37c
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
25% 30% 35% komersialInde
ks P
enye
rapa
n A
ir(m
l/g)
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 15 Nilai indeks penyerapan air pada fish flake
Hasil uji indeks penyerapan air menunjukkan bahwa fish flake dengan
penambahan tepung ikan 35% mempunyai nilai IPA terendah yaitu 1,75ml/g,
sedangkan IPA tertinggi pada flake komersial dengan nilai 4,37ml/g. Hasil uji
lanjut menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai IPA pada formula 30% dan 35%. Sedangkan IPA flake komersial
berbeda nyata dengan formula 25%, 30%, dan 35%.
Hasil uji indeks penyerapan air menunjukkan bahwa nilai IPA fish flake
dengan penambahan tepung ikan lebih rendah jika dibandingkan dengan flake
komersial. Hal ini diduga karena perbedaan bahan dasar yang digunakan dan
penambahan tepung ikan lele pada fish flake.
Indeks penyerapan air pada fish flake dengan penambahan tepung ikan
memiliki kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung
ikan yang diberikan. Hal ini diduga karena adanya interaksi antara protein dan
bahan lainnya dalam formula pembuatan fish flake. Menurut Zayas (1997) daya
serap air didefinisikan sebagai kemampuan pangan untuk menahan air yang
ditambahkan dan yang ada dalam bahan pangan itu sendiri selama proses yang
dilakukan terhadap pangan tersebut. Zayas (1997) menambahkan protein
mempengaruhi daya serap air. Interaksi antara protein dan air terjadi pada gugus
asam amino polar seperti karbonil, hidroksil, amino, karboksil, dan sulfhidril.
43
Protein lemak yang tinggi juga dapat menyebabkan rendahnya absorpsi air, karena
protein dan lemak akan menutupi partikel pati/tepung sehingga penyerapan air
dapat terhambat (Permatasari 2007).
Indeks Kelarutan Air (IKA) menunjukkan seberapa banyak tepung yang
dapat terlarut di dalam air. Hasil pengukuran indeks kelarutan air dapat dilihat
pada Gambar 16
0.02860.0280
0.0264
0.0253
0.0230
0.0240
0.0250
0.0260
0.0270
0.0280
0.0290
25% 30% 35% komersial
Inde
ks K
elar
utan
Air
(g/m
l)
Konsentrai Tepung Ikan
Gambar 16 Nilai indeks kelarutan air pada fish flake
Hasil uji indeks kelarutan air menunjukkan bahwa flake komersial
mempunyai nilai IKA terendah yaitu 0,0253 g/ml, sedangkan IKA tertinggi pada
fish flake dengan penambahan tepung ikan 25% yaitu 0,0286. Hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai IKA pada formula 25%, 30%, 35% maupun flake komersial.
Hasil uji indeks kelarutan air menunjukkan bahwa nilai IKA fish flake
dengan penambahan tepung ikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan flake
komersial. Hal ini diduga karena perbedaan bahan dasar yang digunakan dan
penambahan tepung ikan lele pada fish flake.
Indeks kelarutan pada fish flake dengan penambahan tepung ikan memiliki
kecenderungan menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi tepung ikan yang
diberikan. Winarno (2008) menyatakan bahwa protein yang terdenaturasi
berkurang kelarutannya. Lapisan molekul protein bagian dalam berbalik keluar
sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat kedalam. Peristiwa inilah
44
yang menyebabkan penurunan kelarutan fish flake dalam air pada konsentrasi
tepung ikan yang semakin tinggi.
(2) Analisis kekerasan
Kekerasan merupakan ketahanan terhadap deformasi. Kekokohan pada
dasarnya sama dengan kekerasan tetapi kadang-kadang istilah ini dipakai untuk
menyatakan sifat bahan yang dapat bertahan melawan deformasi karena bobotnya
sendiri (deMan 1997).
Pengukuran kekerasan ditentukan secara objektif terhadap produk yang
berbentuk flakes dengan menggunakan Texture Analizer. Tingkat kekerasan
dinyatakan dengan gf, yang berarti besarnya gaya tekan untuk memecahkan fish
flakes. Prinsip pengukuran tekstur bahan pangan dengan teksturmeter adalah
dengan memberikan gaya pada bahan pangan dengan besaran tertentu sehingga
profil tekstur bahan pangan tersebut dapat diukur. Hasil pengukuran pada analisis
kekerasan dari flake dengan penambahan tepung ikan dan komersial dapat dilihat
pada Gambar 17
253.34b 264.88b
325.60c
178.12a
050
100150200250300350
25% 30% 35% komersial
Kek
eras
an (g
f)
Konsentrasi Tepung Ikan
Gambar 17 Nilai analisis kekerasan pada fish flake
Hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa fish flake dengan penambahan
tepung ikan 35% mempunyai nilai IKA tertinggi yaitu 325,60 gf, sedangkan nilai
kekerasan terendah pada flake komersial dengan nilai 178,12 gf. Hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa penambahan tepung ikan tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai IPA pada formula 25% dan 30%. Sedangkan nilai flake komersial berbeda
nyata dengan formula 25%, 30%, dan 35%.
45
Kekerasan pada fish flake dengan penambahan tepung ikan meningkat
seiring dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan. Hal ini terjadi karena
daya serap air yang menurun dengan peningkatan tepung ikan yang ditambahkan.
Daya mengikat air yang tinggi mengakibatkan sedikit saja air yang hilang selama
proses pemasakan, menyebabkan nilai kekerasan fish flake pada konsentrasi 25%
lebih rendah jika dibandingkan dengan penambahan tepung ikan 30% dan 35%. Daya
mengikat air disebabkan karena protein saling tolak menolak akibatnya ruang antar
miofilamen menjadi luas dan air dapat ditarik masuk ke dalam daging yang
menyebabkan kekerasan menjadi lebih kecil (Nurhayati 1996).
Proses pemanggangan juga mempengaruhi kekerasan fish flake. Ketika air
mencapai titik didihnya, air akan menguap meninggalkan permukaan fish flake,
penguapan air ini menyebabkan fish flake kering dan mengeras. Gelembung-
gelembung udara yang terbentuk pecah dan meninggalkan ruangan kosong (pori-
pori). Pori-pori ini mempunyai besar yang berbeda-beda tergantung adonan dan akan
memberikan pengaruh terhadap nilai kerenyahan (Whiteley 1971).
4.3 Nilai Gizi Produk Flake
Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi
diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi
menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti
kehamilan dan menyusui. Kekurangan asupan zat gizi akan menyebabkan
terjadinya efek samping (IOM 2002). Berikut ini merupakan tabel AKG flake
dengan penambahan tepung ikan lele.
Tabel 11 Angka kecukupan gizi pada fish flake
Takaran saji Jumlah persajian kemasan
30 gr
Energi total 75,32 kkal Lemak 2 % Karbohidrat 8 % Protein 7 %
Sarapan menyumbangkan 20-25% total kebutuhan karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral per hari. Sarapan minimal seperempat porsi makan sehari
yang diperlukan untuk kebutuhan tubuh selama 4-6 jam sebelum makan siang.
Menurut Ariati dan Puryana (2009) rataan kalori yang dikonsumsi pada pagi hari
yaitu 400 kkal. Flake dengan penambahan tepung ikan lele belum memenuhi
46
kebutuhan pada saat sarapan karena pada saat perhitungan belum dicampur
dengan susu. Oleh karena itu disarankan untuk mengkonsumsi fish flake bersama
dengan susu.