4.) hal 28-38 (hasil penelitian) lucia lefrandt
TRANSCRIPT
Jurnal Sabua Vol.4, No.2: 28-38, Agustus 2012 ISSN 2085-7020
HASIL PENELITIAN
@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado
Agustus 2012
PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP VOLUME, KECEPATAN DAN
KEPADATAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN YOS SUDARSO MANADO
Lucia I.R. Lefrandt
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado
Abstrak. Penyempitan merupakan suatu bagian jalan dengan kapasitas arus lalu
lintas sesudahnya lebih kecil daripada kondisi bagian jalan sebelumnya. Kondisi
jalan seperti ini dapat terjadi misalnya pada saat memasuki jembatan, pada saat
terjadi perbaikan jalan, akibat memasuki daerah dengan hambatan samping akibat
tata guna lahan (fungsi lahan) atau kondisi lainnya, yang menyebabkan terjadinya
perubahan perjalanan kendaraan dari arus bebas menjadi terganggu sehingga terjadi
penurunan kecepatan, dan bertambahnya kerapatan antar kendaraan. Dalam
menganalisis hubungan karakteristik lalu lintas digunakan tiga model yaitu model
linear Greenshields, logaritmik Greenberg, dan Eksponensial Underwood. Hasil
analisa dan perhitungan memberikan nilai Volume Maksimum (VM) dan Kerapatan
Maksimum (DM). Untuk kondisi jalan normal: VM = 1252,8478 smp/jam; DM =
63,1049 smp/km, dan untuk kondisi jalan menyempit: VM = 1208,7490 smp/jam;
DM = 90,4870 smp/km. Analisis gelombang kejut menggunakan persamaan
hubungan (V-D) Nilai gelombang kejut yang didapat yaitu: AB = -0,8195 km/jam;
CB = -7,7664 km/jam dan AC = 7,2256 km/jam. Panjang antrian sebagai akibat
dari penyempitan jalan sangat ditentukan oleh nilai gelombang kejut dan durasi
efektif terjadinya hambatan (r). Jika arus lalu lintas yang datang lebih besar dari
kapasitas jalan menyempit selama: 15 menit maka panjang antrian yang terbentuk
akan mencapai 229,0372 meter dengan waktu pernormalan (T) 3,6713 menit; 60
menit maka panjang antrian yang terbentuk akan mencapai 916,1489 meter dengan
waktu penormlanan (T) 14,6853 menit.
Kata Kunci: Penyempitan Jalan, Volume, Kecepatan,Kerapatan, Gelombang Kejut
PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP VOLUME ………………
29
PENDAHULUAN
Permasalahan transportasi merupakan
masalah yang selalu dihadapi oleh negara-
negara yang maju dan juga oleh negara yang
sedang berkembang seperti Indonesia.
Terciptanya suatu sistem transportasi yang
menjamin pergerakan manusia, kendaraan
dan atau barang secara lancar, aman, cepat,
murah, dan nyaman merupakan tujuan
pembangunan dalam sektor transportasi.
Pembangunan dalam sektor ini tentunya
didukung oleh sarana dan prasarana
transportasi yang baik.
Manado adalah ibukota propinsi
Sulawesi Utara yang merupakan pusat
kegiatan baik perekonomian, pendidikan,
bahkan kegiatan lainnya. Pengembangan
kota yang terus-menerus menyebabkan
meningkatnya arus masuk kendaraan,
barang, bahkan orang. Hal tersebut
mengakibatkan meningkatnya volume lalu
lintas yang ada.
Suatu peningkatan volume lalu lintas
akan menyebabkan berubahnya perilaku lalu
lintas. Secara teoritis (Tamin 2008) terdapat
hubungan yang mendasar antara volume
(flow), kecepatan (speed) dan kerapatan
(density). Hubungan antara kecepatan dan
volume ini dipakai sebagai pedoman untuk
menentukan nilai matematis dari kapasitas
jalan untuk kondisi ideal. Salah satu
permasalahan yang dapat mempengaruhi
kondisi lalu lintas yakni penyempitan jalan
pada ruas jalan yang padat arus lalu
lintasnya. Kondisi jalan seperti ini dapat
terjadi misalnya pada saat memasuki
jembatan, terjadinya suatu kecelakaan yang
menyebabkan sebagian lebar jalan ditutup,
pada saat terjadi perbaikan jalan atau kondisi
lainnya, yang menyebabkan terjadinya
perubahan perjalanan kendaraan dari arus
bebas (Uninterrupted Flow) menjadi
terganggu (Interrupted Flow) sehingga
terjadi penurunan kecepatan dan
bertambahnya kerapatan antar kendaraan.
Hal ini tentunya menyebabkan antrian
kendaraan yang berpengaruh pada pengguna
jalan.
Sebagai contoh kasus pada ruas jalan
Yos Sudarso, di mana pada ruas jalan ini
terdapat jalan menyempit saat memasuki
jembatan Kairagi. Pada lokasi ini terjadi
pengurangan jumlah lajur, yakni dari dua
lajur menyempit menjadi satu lajur. Kondisi
ini sering mengakibatkan antrian kendaraan.
STUDI PUSTAKA
A. Karakteristik arus lalu lintas
Karakteristik utama arus lalu lintas
(Tamin, 2008) yang digunakan sebagai dasar
penelitian ini adalah volume, kecepatan dan
kerapatan.
a. Volume lalu lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah
kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
dalam suatu ruas jalan tertentu dalam satu
satuan waktu tertentu.
Rumus umum:
(1)
dengan:
V = Volume lalu lintas (kend/jam,
smp/jam)
n = Jumlah kendaraan (kend, smp)
T = Interval waktu pengamatan (jam)
L.I.R. LEFRANDT
30
b. Kecepatan (speed)
Kecepatan adalah jarak yang ditempuh
dalam satuan waktu, atau nilai perubahan
jarak terhadap waktu, yang secara matematis
dapat ditulis sebagai d(d)/d(t). Kecepatan
dari suatu kendaraan dipengaruhi oleh
faktor-faktor manusia, kendaraan dan
prasarana, senta dipengaruhi pula oleh arus
lalu lintas, kondisi cuaca dan lingkungan
alam sekitarnya.
Umumnya kecepatan dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1) Kecepatan setempat (spot speed)
Kecepatan setempat adalah
kecepatan kendaraan pada suatu
saat diukur dari suatu tempat yang
ditentukan.
2) Kecepatan bergerak (running
speed)
Kecepatan bergerak adalah
kecepatan kendaraan rata-rata
pada suatu jalur pada saat
kendaraan bergerak dan didapat
dengan membagi panjang jalur
dengan lama waktu kendaraan
bergerak menempuh jalur
tersebut.
3) Kecepatan perjalanan (journey
speed)
Kecepatan Perjalanan adalah
kecepatan efektif kendaraan yang
sedang dalam perjalanan antara
dua tempat, dan merupakan jarak
antara dua tempat dibagi dengan
lama waktu bagi kendaraan untuk
menyelesaikan perjalanan antara
dua tempat tersebut, dengan lama
waktu ini mencakup setiap waktu
berhenti yang ditimbulkan oleh
hambatan (tundaan) lalu lintas.
c. Kerapatan (density)
Kerapatan merupakan jumlah
kendaraan yang menempati suatu panjang
jalan atau lajur, secara umum dinyatakan
dalam kendaraan per kilometer (kend/km)
atau kendaraan per kilometer per lajur
(kend/km/lj). Kerapatan sulit diukur secara
langsung di lapangan, melainkan dihitung
dari nilai kecepatan dan volume sebagai
bagian dari hubungan ketiga variabel:
(2)
Dimana:
D = Kerapatan (kend/km/lj)
V = Volume lalu lintas (kend/jam/lj)
S = Kecepatan (km/jam)
B. Model hubungan karakteristik arus
lalu lintas
Dirumuskan secara umum hubungan
antara kecepatan, arus, dan kerapatan:
V = D . S (3)
Hubungan matematis antara arus,
kecepatan dan kerapatan dapat juga
dijelaskan dengan menggunakan gambar 1
yang memperlihatkan bentuk umum
hubungan matematis antara Kecepatan–
Kerapatan (S-D), Volume–Kerapatan (V-D),
dan Volume–Kecepatan (V-S).
Beberapa parameter penting arus lalu
lintas lainnya yang dapat didefinisikan
sebagai berikut (Tamin, 2000):
VM = kapasitas atau arus/volume
maksimum (kend/jam)
SM = kecepatan pada kondisi arus
lalu lintas maksimum (km/jam)
PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP VOLUME ………………
31
DM = kerapatan pada kondisi arus
lalu lintas maksimum
(kend/km)
Sff = kecepatan pada kondisi arus
lalu lintas sangat rendah atau
pada kondisi kerapatan
mendekati 0 (nol) atau
kecepatan arus bebas (km/jam)
Ada 3 (tiga) jenis model yang dapat
digunakan untuk mempresentasikan
hubungan matematis antara ketiga parameter
tersebut, yaitu:
a. Model Greenshields
b. Model Greenberg
c. Model Underwood
Gambar 1. Hubungan matematis antara arus/volume, kecepatan dan kerapatan
Sumber : Tamin, 2000
C. Penyempitan jalan
Penyempitan jalan (Indrajaya, 2002)
adalah suatu bagian jalan dengan kapasitas
arus lalu lintas sesudahnya (downstream)
yang lebih kecil daripada kondisi bagian
jalan sebelumnya (upstream). Kondisi jalan
seperti ini dapat terjadi misalnya pada saat
memasuki jembatan, terjadinya suatu
kecelakaan yang menyebabkan sebagian
lebar jalan ditutup, pada saat terjadi
perbaikan jalan atau kondisi lainnya, yang
menyebabkan terjadinya perubahan
Kerapatan
L.I.R. LEFRANDT
32
perjalanan kendaraan dari arus bebas
(uninterrupted flow) menjadi terganggu
(interrupted flow) sehingga terjadi
penurunan kecepatan, dan bertambahnya
kerapatan antar kendaraan.
Sebagai ilustrasi kondisi ini terjadi
pada suatu ruas jalan dengan lebar dua lajur
yang dilewati kendaraan pada kondisi
kapasitas ideal kemudian secara tiba-tiba
terjadi penyimpangan menjadi satu lajur,
maka pada saat memasuki lajur yang
menyempit ini arus lalu lintas mengalami
penambahan kerapatan akibat daya tampung
jalan berkurang. Akibatnya arus lalu lintas
tadi akan melebihi kapasitas jalan yang
berakibat terjadinya penurunan terhadap
kecepatan, bertambahnya kerapatan,
penurunan arus lalu lintas, serta terjadi
antrian.
Sementara sebaliknya pada kondisi
pelebaran jalan akan terjadi kapasitas arus
lalu lintas yang lebih besar daripada kondisi
bagian jalan sebelumnya (upstream). Pada
kondisi pelebaran jalan ini akan mengalami
pengurangan kerapatan akibat daya tampung
jalan bertambah. Sehingga dengan demikian
arus lalu lintas akan lebih kecil dari pada
kapasitas jalan yang berakibat terjadinya
kenaikan terhadap kecepatan, berkurangnya
kerapatan dan penambahan arus lalu lintas.
Kendaraan yang memasuki daerah
penyempitan jalan dipaksa untuk
mengurangi kecepatan dan karena daya
tampung jalan pada daerah penyempitan ini
lebih kecil daripada daerah sebelumnya
maka kendaraan akan membelok daerah
penyempitan itu sampai panjang tertentu ke
arah datangnya kendaraan sehingga akan
menimbulkan gelombang kejut. Pengaruh
penyempitan jalan tidak berarti sama sekali
apabila arus lalu lintas (demand) lebih kecil
daripada daya tampung atau kapasitas jalan
(supply) pada daerah penyempitan sehingga
arus lalu lintas bisa terlewatkan dengan
mudah tanpa hambatan yang berarti.
D. Gelombang kejut (shock wave)
Dari arti harafiahnya, kalimat
tersebut terdiri kata shock dan wave yang
artinya Kejut dan Gelombang. Dalam
aliran lalu lintas di jalan, bila suatu arus
lalu lintas bergerak teratur tiba-tiba di
depan jalannya mengalami penyempitan
atau bahkan ditutup sama sekali, maka
pada potongan ruas jalan tersebut
kerapatannya akan membesar.
Gelombang kejut terjadi sebagai
akibat terjadinya perubahan kerapatan lalu
lintas sebagai akibat terjadinya halangan
pada arus lalu lintas bebas. Kondisi ini bisa
terjadi pada ruas jalan karena suatu halangan
tertentu seperti misalnya terjadi suatu
kecelakaan, perbaikan badan jalan dan
lainnya yang bersifat insidental ataupun
sebagai akibat terjadinya penyempitan lajur
jalan yang bersifat permanen. Di samping
itu dapat pula terjadi pada suatu simpang,
baik yang bersinyal atau tidak, pada simpang
bersinyal gelombang kejut disebabkan oleh
nyala lampu merah dan lampu hijau yang
terjadi secara periodik. (Indrajaya, 2002)
METODE PENELITIAN
Secara keseluruhan kegiatan penelitian
ini dapat digambarkan ke dalam bagan alir
yang ditunjukkan pada gambar 2 sebagai
berikut:
PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP VOLUME ………………
33
Gambar 3. Diagram alir penelitian
PENYAJIAN DATA
A. Survey Volume Lalu Lintas dan
Kecepatan
1. Volume Lalu Lintas
Dari hasil survey baik pada penggal
jalan normal maupun pada penggal jalan
menyempit, dapat dilihat bahwa variasi arus
kendaraan berat maupun sepeda motor tidak
terlalu menunjukkan perubahan volume
yang menonjol, sedangkan volume yang
terjadi pada kendaraan ringan sangat
menonjol dan tidak jauh berbeda dengan
volume total yang ada. Hasil survey
MULAI
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Survei Lapangan
– Volume lalu lintas
– Kecepatan lalu lintas
– Geometrik jalan
Analisa Data dan Pembahasan
Hubungan Matematis Volume, Kecepatan dan Kerapatan Lalu Lintas - Model Greenshields - Model Greenberg - Model Underwood
Nilai Gelombang Kejut (Shock wave)
Kesimpulan
MULAI
L.I.R. LEFRANDT
34
menunjukkan bahwa volume maksimum
(pada jam puncaknya) pun bervariasi pada
setiap harinya.
Dari hasil survey dan pengolahan data
didapatkan pada jalan normal bahwa dari
pukul 06.00-06.15 (volume terendah sebesar
487,8 smp/jam) volume lalu lintas menaik
sampai 1126,2 smp/jam pada pukul 07.15-
07.30. Volume tertinggi terjadi pada pukul
14.15-14.30 yakni 1139.6 smp/jam. Variasi
volume lalu lintas dapat terlihat pada
fluktuasi kurva grafik tersebut.
Begitu pula pada jalan menyempit
variasi volume lalu lintas ditunjukkan pada
fluktuasi kurva grafik tersebut. Volume
terendah terjadi pada pukul 06.00-06.15 pagi
yaitu sebesar 433,8 smp/jam dan volume
tertinggi terjadi pada pukul 10.45-11.00
yaitu sebesar 1089,8 smp/jam.
2. Kecepatan Kendaraan
Dengan didapatnya jarak tempuh dan
waktu tempuh kendaraan maka kecepatan
rata-rata dapat dicari dengan menggunakan
rumus:
t
dS (4)
Dimana : S = Kecepatan (Km/jam)
d = Jarak Tempuh (m)
t = Waktu tempuh (det)
Dalam perhitungan ini penulis
menggunakan kecepatan rata-rata dan
sejumlah sampel yang sudah diambil
kemudian didapat kecepatan kendaraan
dalam meter/det dan kemudian dikonversi
dalam km/jam.
Dari hasil survey dan analisa data
menunjukkan variasi kecepatan kendaraan
baik pada jalan normal dan jalan
menyempit. Pada jalan normal, kecepatan
tertinggi kendaraan sebesar 57,398 km/jam
terjadi di pagi hari (pukul 06.00-06.15); dan
kecepatan terendah terjadi pada pukul 17.30-
17.45 yaitu sebesar 17,501 km/jam. Pada
jalan menyempit, kecepatan tertinggi juga
terjadi di pagi hari (pukul 06.00-06.15)
sebesar 35,475 km/jam; dan kecepatan
terendah terjadi pada pukul 17.00-17.15
sebesar 10,87 km/jam.
B. Volume, Kecepatan dan Kepadatan
Maksimum Lalu Lintas
Dari hasil analisa didapatkan nilai
Volume Maksimum/Kapasitas (VM),
Kecepatan Maksimum (SM) dan Kepadatan
Maksimum (DM) untuk masing-masing
model hubungan Greenshields, Greenberg
dan Underwood seperti pada tabel berikut.
Tabel. 1 Rekapitulasi nilai VM, DM dan
SM dari hasil perhitungan
hubungan matematis antara
kecepatan–kerapatan, volume–
kerapatan, volume–kecepatan
untuk model Greenshields
Hari Penggal
Jalan
Model Greenshields
VM
(smp/jam)
DM
(smp/km)
SM
(km/jam)
Senin
Normal 1013,817
38,806
26,1247
Menyempit 1000,235
56,122
17,8224
Selasa Normal 1372,376
60,001
22,873
Menyempit 1329,699
77,603
17,135
Rabu, Normal 1237,755
53,735
23,034
Menyempit 1085,384
58,123
18,674
Kamis Normal 1151,206
48,114
23,926
Menyempit 1111,121
59,118
18,795
Jumat Normal 1467,426
64,941
22,596
Menyempit 1289,640
72,882
17,695
Sabtu
Normal 981,519
34,998
28,044
Menyempit 946,426
40,728
23,238
Minggu Normal 1161,158
44,585
26,044
Menyempit 952,457
44,582
21,364
PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP VOLUME ………………
35
Tabel. 2 Rekapitulasi nilai VM, SM dan
DM yang didapat dari hasil
perhitungan hubungan
matematis antara kecepatan–
kerapatan, volume–kerapatan,
volume–kecepatan untuk model
Greenberg.
Hari Penggal
Jalan
Model Greenberg
VM
(smp/jam)
DM
(smp/km)
SM
(km/jam)
Senin Normal 1211,399
70,945 17,0752
Menyempit 1197,399
105,391 11,3615
Selasa Normal 1493,192
98,636 15,1387
Menyempit 1334,749
110,123 12,1327
Rabu Normal 2141,855
183,881 11,6481
Menyempit 1113,670
81,657 13,6383
Kamis Normal 1252,991
75,042 16,6972
Menyempit 1175,587
87,117 13,4944
Jumat Normal 1493,584
98,993 15,0877
Menyempit 1208,7490
90,487 13,4870
Sabtu Normal 1230,606
70,021 17,5749
Menyempit 1045,307
63,895 16,3598
Minggu Normal 8027,858
971,327 8,2648
Menyempit 1151,082
89,648 12,8401
Sumber: Hasil Olahan Data
.
Tabel. 3 Rekapitulasi nilai VM, SM dan
DM yang didapat dari hasil
perhitungan hubungan
matematis antara kecepatan–
kerapatan, volume–kerapatan,
volume–kecepatan untuk model
Underwood
Hari Penggal
Jalan
Model Underwood
VM
(smp/jam)
DM
(smp/km)
SM
(km/jam)
Senin Normal 1047,380
4634,48 21,6118
Menyempit 1006,597
5137,67 14,9095
Selasa Normal 1300,339
6097,67 19,2330
Menyempit 1247,034
0952,86 14,4844
Rabu
Normal 1390,562
3684,78 17,7439
Menyempit 1086,195
5098,70 15,4049
Kamis
Normal 1183,931
5910,60 19,5397
Menyempit 1133,969
7562,73 15,3746
Jumat
Normal 1252,847
1049,63 19,8534
Menyempit 1222,856
6500,82 14,7956
Sabtu
Normal 1079,416
3984,49 21,8512
Menyempit 979,07
1494,51 19,1414
Minggu
Normal 1438,589
1575,74 19,3991
Menyempit 925,434
4987,52 17,6278
Sumber : Hasil Olahan Data
C. Penentuan model terpilih untuk
nilai volume maksimum (kapasitas)
Model terpilih ditentukan melalui uji
statistik berdasarkan nilai R2 tertinggi (yang
mendekati 1). Koefisien Determinasi (R2) ini
dihitung dengan dua cara yaitu secara
manual dan dihitung dengan menggunakan
program software SPSS Statistics 17.0
sebagai perbandingan untuk menentukan
model terbalik yang dapat mewakili kondisi
arus lalu lintas di lapangan. Nilai koefisien
determinasi untuk semua model baik pada
jalan normal maupun pada jalan menyempit
dapat dilihat pada tabel 4.
Dari hasil perhitungan koefisien
determinasi tersebut, dapat diketahui model
terbaik yang sesuai serta mewakili hubungan
antara karakteristik lalu lintas yang terjadi
pada ruas jalan yang ditinjau baik pada jalan
normal maupun jalan menyempit.
L.I.R. LEFRANDT
36
Tabel 4. Rekapitulasi nilai koefisien determinasi (R2) dari masing-masing model
Waktu Jalan Normal Jalan Menyempit
Survey Greenshields Greenberg Underwood Greenshields Greenberg Underwood
Senin, 25 - 10 - 2010 0.6095 0.6438 0.6131 0.6928 0.6711 0.7030
Selasa, 26 - 10 - 2010 0.7324 0.7534 0.8276 0.7150 0.8143 0.8582
Rabu, 27 - 10 - 2010 0.5030 0.5276 0.5358 0.7542 0.8298 0.8452
Kamis, 28 - 10 - 2010 0.7233 0.8428 0.8317 0.7310 0.8237 0.7957
Jumat, 29 - 10 - 2010 0.7462 0.8076 0.9085 0.6979 0.9057 0.8852
Sabtu, 30 - 10 - 2010 0.6426 0.7250 0.6367 0.8302 0.8634 0.8350
Minggu, - 10 - 2010 0.4420 0.4371 0.4550 0.7349 0.8190 0.8510
Sumber : Hasil Olahan Data
Untuk jalan normal model Underwood
pada hari Jumat menjadi model terbaik
dengan nilai R2 sebesar 0,9085, sedangkan
untuk jalan menyempit model Greenberg
pada hari Jumat menjadi model terbaik
dengan nilai R2 sebesar 0,9057. Berdasarkan
model terpilih ini, maka dapat ditentukan
nilai volume maksimum (kapasitas jalan)
pada kedua kondisi jalan tersebut.
D. Gelombang Kejut Akibat Jalan
Menyempit (Jembatan Kairagi, dari
Arah Pusat Kota ke Kecamatan
Mapanget)
1. Penentuan model terpilih untuk
analisis gelombang kejut
Kriteria penentuan model terpilih yang
digunakan untuk perhitungan gelombang
kejut didasarkan pada nilai koefisien
determinasi (R2) yang terbesar (mendekati
nilai 1). Selain pertimbangan tersebut perlu
juga dikaji beberapa kondisi khusus yang
dimiliki oleh masing-masing model, yaitu:
- Nilai kecepatan arus-bebas, hanya dapat
dihitung melalui metode Greenshields
dan Underwood, sedangkan metode
Greenberg tidak memberikan nilai yang
jelas karena grafik memotong sumbu
kecepatan pada nilai tak terhingga.
- Nilai kerapatan pada kondisi macet
total, hanya dapat dicari dengan
menggunakan metode Greenshields dan
Greenberg, sedangkan metode
Underwood akan memberikan nilai
pada kondisi macet total pada nilai
kepadatan tak terhingga.
Dengan dua pertimbangan di atas
maka model terpilih yang digunakan untuk
mencari hubungan matematis antara volume,
kecepatan dan kerapatan pada kasus ini
adalah model Greenshields dengan nilai R2
= 0,7462.
2. Nilai gelombang kejut akibat jalan
menyempit (jembatan kairagi, dari
arah pusat kota ke kecamatan
mapanget)
PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP VOLUME ………………
37
Gambar 4. Grafik kurva volume-kerapatan persamaan matematis terpilh untuk analisis
gelombang kejut
Garis kurva Greenshields V = 45,1928.D – 0,3480.D2
Sumber : Hasil Olahan Data
Pada suatu ruas jalan dapat terjadi
gangguan atau yang mengakibatkan
tertutupnya sebagian atau seluruh lajur jalan.
Gelombang kejut pada ruas jalan dengan
penyempitan jalur akibat keberadaan
jembatan dengan meninjau arus lalu lintas
yang lewat dalam kondisi konstan dan
hubungan matematis antara arus-kerapatan
telah ditetapkan. Pada ruas jalan ditinjau
arus lalu lintas yang lewat sebesar 500
smp/jam dan selanjutnya meningkat setiap
500 smp/jam sampai dengan mencapai
kapasistas maksimum ruas jalan.
Perhitungan gelombang kejut pada
ruas jalan yang mengalami penyempitan dari
2 (dua) lajur menjadi 1 (satu) lajur akibat
keberadaan jembatan.
VA = 1325 smp/jam, DA = 45,15 smp/km
VB = 1290 smp/jam, DB = 87,86 smp/km
Nilai negatif menunjukkan gerakan mundur
ke belakang (kecepatan antrian). Pada saat
tidak terjadi hambatan, maka arus berubah
menjadi kondisi C.
VC = 1468 smp/jam, DC = 64,9407 smp/km
Tanda negatif juga menunjukkan gerakan
mundur, sedangkan tanda positif berarti
gerakan maju. Dengan r = 1 menit, maka:
(t4 – t2) = T disebut dengan waktu
penormalan, yaitu total waktu sejak
L.I.R. LEFRANDT
38
dilakukan penormalan lajur hingga antrian
berakhir.
Berdasarkan perhitungan di atas
didapatkan nilai gelombang kejut AB = -
0,8195 km/jam; CB = -7,7664 km/jam dan
AC = 7,2256 km/jam. Jika arus lalu lintas
yang datang (pada jalan normal) lebih besar
dari kapasitas jalan menyempit selama:
- 15 menit maka panjang antrian yang
terbentuk akan mencapai 229,0372
meter dan dibutuhkan 3,6713 menit
untuk menormalkannya kembali.
- 60 menit maka panjang antrian yang
terbentuk akan mencapai 916,1489
meter dan dibutuhkan waktu 14,6853
menit untuk menormalkannya kembali.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik dari hasil penelitian di ruas jalan Yos
Sudarso (memasuki jembatan Kairagi dan
pada jembatan Kairagi) pada jalur arah ke
Mapanget selama (7) tujuh hari sejak hari
Senin, 25 Oktober 2010 sampai dengan
Minggu, 31 Oktober 2010 adalah:
1. Nilai Volume Maksimum (VM) dan
Kerapatan Maksimum (DM)
- Untuk kondisi jalan normal: VM =
1252,8478 smp/jam; DM = 63,1049
smp/km.
- Untuk kondisi jalan menyempit: VM
= 1208,7490 smp/jam; DM = 90,4870
smp/km.
2. Berdasarkan perhitungan di atas
didapatkan nilai gelombang kejut AB =
-0,8195 km/jam; CB = -7,7664 km/jam
dan AC = 7,2256 km/jam. Jika arus lalu
lintas yang datang (pada jalan normal)
lebih besar dari kapasitas jalan
menyempit selama:
- 15 menit maka panjang antrian yang
terbentuk akan mencapai 229,0372
meter dan dibutuhkan 3,6713 menit
untuk menormalkannya kembali.
- 60 menit maka panjang antrian yang
terbentuk akan mencapai 916,1489
meter dan dibutuhkan waktu
14,6853 menit untuk
menormalkannya kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. Diktat kuliah rekayasa lalu
lintas TS. Universitas Widyagama
Malang.
http://www.docstoc.com/docs/366544
54/BAB-4-STUDI-LALU-LINTAS,3
Maret 2011).
Indrajaya, Y. 2002. Pengaruh Penyempitan
Jalan Terhadap Karakteristik Lalu
Lintas (Studi Kasus Pada Ruas Jalan
Kota Demak – Kudus, km.5). Tesis
Magister Teknik Sipil. Program
PascaSarjana Univesitas Diponegoro.
Semarang.
MKJI. 1997. Manual Kapasitas Jalan
Indonesia, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departemen Pekerjaan Umum
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Penerbit
Tarsito. Bandung.
Tamin, O. Z. 2000. Perencanaan dan
Permodelan Transportasi, Edisi kedua.
Jurusan Teknik Sipil. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
ISSN 2085-7020