4. analisa data 4.1. gambaran umum proyek 4.1.1. data ... · 4. analisa data 4.1. gambaran umum...
TRANSCRIPT
26 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DATA
4.1. Gambaran Umum Proyek
Gedung yang saat ini telah selesai dibangun bukan merupakan hasil kerja
beberapa orang tetapi merupakan hasil kerja sama dari banyak pihak. Berikut ini
adalah sedikit mengenai data-data yang ada dalam pembangunan apartemen yang
saat ini menjadi Apartemen Puncak Permai.
4.1.1. Data Utama Proyek
Nama Proyek : Apartemen Puncak Permai
Alamat Proyek : Jl. Darmo Permai 3 No.62, Surabaya
Pemilik Proyek : PT. Surya Bumimegah Sejahtera
Manajemen Konstruksi : CV. Manajemen Konstruksi Utama
Arsitek : PT. Megatika International
Konsultan Struktur : PT. Wijaya Karya Gedung
Kontraktor Pancang : PT. Tenno Tract Indonesia
Kontraktor Pelaksana : PT. Wijaya Karya Gedung
Project Manager MK : Ir. Atria Meyko Lakhsono
Jumlah Lantai (untuk satu Tower): 21 lantai (19 tingkat) + 1 lantai atap
Luas Tanah : ± 3.9 ha
Jenis Struktur : Portal Beton Bertulang + shearwall
Jenis Pondasi : Tiang pancang (40x40cm) & (35x35cm)
Jenis Atap : Pelat dak beton
4.1.2. Pihak-pihak Yang Terlibat
Sub Con Plumbing : PT. Wijaya Karya Gedung
Sub Con Electrical : PT. Wijaya Karya Gedung
Supplier Besi beton : PT. Ispat Indo
Supplier Tiang Pancang : PT. Beton Prima Indoneisa
Supplier Readymix : PT. Beton Indotama Surya
PT. Holcim
27 Universitas Kristen Petra
4.2. Proses Change Order
Pada Gambar 4.1 tampak proses suatu perubahan sampai menghasilkan
Site Instruction, dimana pada Gambar 4.1 garis biasa menandakan suatu proses
dari setiap tahap, garis putus-putus menandakan pihak yang berwenang
mengeluarkan tiap dokumen tersebut.
Proses terjadinya site instruction pada proyek konstruksi apartemen
dimulai dengan adanya suatu pekerjaan yang perlu dirubah atau ditambah atau
dikurang dari gambar rencana yang dikeluarkan oleh kontraktor. Perubahan
tersebut diinstruksikan melalui memo lapangan yang dikeluarkan oleh pengawas
lapangan, kemudian berdasarkan memo lapangan tersebut kontraktor
melaksanakan perubahan sesuai yang diinstruksikan. Atas dasar memo lapangan
yang sudah dikeluarkan oleh pengawas lapangan maka site instruction dapat
dikeluarkan oleh Manajer Proyek untuk dasar dari penagihan. Sebelum proses
pembayaran dari pekerjaan perubahan tersebut, diadakan perhitungan atas
pekerjaan tambah/kurang melalui variation order, dimana proses perhitungan
tersebut dibuat oleh pihak kontraktor. Setelah itu, kontraktor melakukan verifikasi
dengan mengajukan variation order, gambar, dan detail volume untuk diajukan ke
owner. Lalu dilanjutkan dengan proses klarifikasi dimana berkas-berkas yang
berasal dari verifikasi diperiksa apakah sudah lengkap atau belum. Jika berkas-
berkasnya dirasa tidak lengkap, maka akan dikembalikan kembali ke pihak
kontraktor. Di samping itu, proses klarifikasi juga dapat berupa persetujuan atau
tidak mengenai pengajuan variation order, yang dihadiri oleh pihak MK dan
owner. Jika variation order yang diajukan disetujui, maka dilakukan proses
perhitungan bersama antara MK dan owner. Setelah dirasa sudah sesuai dan
memenuhi, maka pembayaran atas perubahan pekerjaan tersebut dapat dilakukan.
Proses dari change order pada proyek apartemen ini terdapat perbedaan
dengan proses change order yang terdapat pada literature (Gambar 2.2).
Perbedaan yang paling tampak adalah pengerjaan sesuatu perubahan, pada
literatur pengerjaan suatu perubahan dilakukan setelah dokumen change order
keluar yang ditandatangani oleh semua pihak dan perhitungan cost yang
ditimbulkan adanya perubahannya pun sudah pasti, sedangkan pada proses change
order pada proyek apartemen ini, pengerjaan suatu perubahan dilaksanakan
28 Universitas Kristen Petra
berdasarkan memo lapangan saja, sedangkan site instruction hanya dipakai
sebagai dasar dari penagihan pekerjaan tambah/kurang melalui variation order
yang telah terlebih dahulu dihitung oleh bagian kontraktor. Proses dari change
order pada proyek apartemen ini memiliki resiko dan juga memiliki keunggulan.
Gambar 4.1. Proses dari Change Order.
Risiko paling ekstrim yang dapat ditimbulkan pada proses ini adalah jika
suatu pekerjaan yang telah dikerjakan oleh kontraktor dianggap bukan pekerjaan
Gambar For
Construction
Perubahan Memo
Lapangan
Site Instruction Owner
Payment
Approval
Verifikasi /
Klasifikasi
Variation order
Pengawas
Lapangan
Kontraktor
Project
Manager
Owner
Kontraktor
Konsultan
29 Universitas Kristen Petra
yang membutuhkan tambahan cost sedangkan menurut kontraktor pekerjaan
tersebut membutuhkan cost tambahan maka dapat menimbulkan dispute antara
beberapa pihak, sedangkan keunggulan yang didapat dengan cara ini adalah jika
terjadi suatu perubahan maka perubahan tersebut akan dapat dikerjakan dengan
cepat sehingga efek keterlambatan yang ditimbulkan akibat perubahan tersebut
dapat diminimalkan.
4.3. Analisa Data Change Order
Analisa data change order secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian
utama yaitu: frekuensi change order yang terjadi dari tiga jenis pekerjaan
(struktur, finishing, dan MEP), dan faktor-faktor penyebab change order. Pada
setiap bagian akan dilakukan analisa dengan bantuan program Microsoft Excel
yaitu frekuensi dan persentase.
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa ada beberapa dokumen change order
yang tidak disetujui atau dibatalkan oleh owner. Hal ini karena ada beberapa
perubahan yang dianggap oleh owner tidak termasuk change order karena
merupakan tanggung jawab pihak kontraktor sebagai pihak perencana dan
pembangun karena kontrak proyek antara owner dengan kontraktor adalah Design
And Build. Terdapat beberapa perubahan yang tetap dikerjakan tetapi tidak
dimasukan ke dalam change order karena pihak owner sendiri yang mengerjakan
pekerjaan tersebut seperti pada pekerjaan tambah variation order nomer 13
tentang “Pekerjaan Pintu Cerobong Sampah”.
4.3.1. Pengolahan Data
Sebanyak 20 dokumen variation order yang telah disetujui oleh owner,
penelitian dilanjutkan dengan mengolah data item pekerjaan yang terdapat dalam
dokumen variation order. Item pekerjaan dikelompokkan dalam 3 kategori yakni
pekerjaan struktur, pekerjaan finishing, dan pekerjaan mechanical, electrical
plumbing atau MEP.
30 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1. Dokumen-dokumen Variation Order
NO Tanggal KETERANGAN
1 VO 01 Pekerjaan Perubahan 20 Unit 05-Oct-09 disetujui
2 VO 02 Perubahan Pintu P7 05-Oct-09 disetujui
3 VO 05 Pekerjaan Rise Floor 25-Mar-10tidak disetujui
(bukan VO)
4 VO 06 Pekerjaan Perubahan Kolam Renang 25-Mar-10 disetujui
5 VO 02a Pekerjaan Kurang 20 Unit 19-Apr-10 disetujui
6 VO 08 Pekerjaan Kurang Closet SBO 19-Apr-10 disetujui
7 VO 08a Pekerjaan Kurang Pintu Kebakaran 19-Apr-10
by owner,
dibatalkan, tetap
dikerjakan
8 VO 07 Pekerjaan Pintu Dan Jendela 25-Apr-10 disetujui
9 VO 09 Pekerjaan Cerobong Sampah 25-Apr-10 disetujui
10 VO 10 Pekerjaan Perubahan Kolam Renang Anak 17-Jun-10 disetujui
11 VO 11 Pekerjaan Perubahan Kolam Renang Keramik 13-Jul-10tidak disetujui
(bukan VO)
12 VO 12 Pekerjaan Perubahan Warna Cat Luar 22-Jun-10 disetujui
13 VO 13 Pekerjaan Pintu Cerobong Sampah 24-Jun-10dibatalkan,
dikerjaan owner
14 VO 14 Pekerjaan Perubahan 20 Unit 30-Jun-10 disetujui
15 11-Aug-10 disetujui
16 VO 015 Pekerjaan Tambah Pagar Kolam Renang 19-Aug-10tidak disetujui
(bukan VO)
17 27-Dec-10 disetujui
18 27-Dec-10 disetujui
19 27-Dec-10 disetujui
20 27-Dec-10tidak disetujui
(bukan VO)
21 27-Dec-10tidak disetujui
(bukan VO)
22 27-Dec-10tidak disetujui
(bukan VO)
23 27-Dec-10 disetujui
24 29-Dec-10 disetujui
25 07-Feb-11 disetujui
26 01-Oct-11 disetujui
27 10-Oct-11 disetujui
28 10-Oct-11 disetujui
URAIAN
Pekerjaan Tambah Kurang VO Nomor Hunian
Pekerjaan Prov Sum Pagar Halaman
Pekerjaan Tambah Precast Pengganti GRC Atap
Pekerjaan Tambah Dinding Jamblift
Prov Sum Boesam Dan Saluran Eksternal
Pekerjaan Cubical Toilet Lantai Dasar
Pekerjaan Tambah Kantor BM
Pekerjaan Urinal Toilet lt. dasar
Pekerjaan Plafond Gyptile lt.2
Pekerjaan Plafond Balkon hunian
Pekerjaan Pintu Besi
Pekerjaan Pintu Floor Hinges PJ 1 Lantai Dasar
Pekerjaan R. Bilas Kolam Renang
31 Universitas Kristen Petra
4.3.1.1. Pengolahan Data Pekerjaan Struktural
Di dalam dokumen variation order terdapat perubahan pekerjaan
struktural akibat adanya change order, sebagai contoh adalah pekerjaan kurang
variation order nomor 02a. Di dalam dokumen tersebut disebutkan adanya
perubahan 9 unit ruko menjadi 20 unit hunian pada lantai 2 oleh permintaan
owner, hal ini karena owner menghendaki lantai 2 yang semula didesain sebagai
tempat untuk pertokoan dirubah menjadi unit hunian untuk dijual kepada calon
penghuni apartemen. Berikut ini adalah rincian pekerjaan struktural dalam
variation order nomor 02a.
Gambar 4.2. Pekerjaan Struktur dari Variation Order nomor 02a.
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat 4 kelompok pekerjaan
struktur yaitu Pekerjaan Struktur Tie Beam, Pekerjaan Struktur Tangga lantai
Dasar, Pekerjaan Struktur Balok lantai 2, dan Pekerjaan Struktur Plat lantai 2,
masing-masing memiliki 3 sub-pekerjaan yaitu beton, bekisting dan besi.
Setiap detail pekerjaan di dalam kolom “Lama” menunjukkan volume
awal sebelum adanya perubahan sedangkan kolom “Baru” menunjukkan volume
pekerjaan yang telah dirubah. Misalnya pada pekerjaan beton tie beam terlihat
bahwa volume beton berubah dari 0.61m3 menjadi tidak ada, karena itu perubahan
tersebut termasuk pekerjaan kurang dan dihitung menjadi 1 change order.
32 Universitas Kristen Petra
Sehingga dari Gambar 4.2 dapat dihitung bahwa terjadi 12 change order dalam
bidang struktur. Dengan cara pengolahan data seperti yang telah dijelaskan di
atas, ternyata terjadi 94 change order pekerjaan struktur dari seluruh dokumen
variation order.
Sebanyak 43 change order pekerjaan struktur terjadi pada dokumen
variation order tanggal 10 oktober 2011 tentang Pekerjaan Prov Sum Pagar
Halaman. Hal ini terjadi karena pada saat awal kontrak, owner belum memberikan
desain pagar halaman ke kontraktor. Kemudian owner menghimbau kepada
kontraktor untuk menganggarkan dana terlebih dahulu sambil menunggu desain
dari owner selesai. Sehingga seluruh pekerjaan pagar halaman mulai pondasi
sampai dinding kolom dimasukan ke dalam pekerjaan prov sum.
Gambar 4.3. Detail Pagar Halaman Sebelah Utara.
33 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4. Detail Pagar Halaman Sebelah Barat.
Gambar 4.5. Detail Pagar Halaman Sebelah Timur.
34 Universitas Kristen Petra
Setelah gambar detail pagar halaman telah selesai didesain (Gambar 4.3,
4.4, dan 4.5), owner memberikan gambar detail tersebut untuk dikerjakan oleh
kontraktor. Pihak kontraktor kemudian mengklaim pekerjaan tersebut sebagai
pekerjaan tambah, karena dana yang telah dianggarkan belum tentu mencukupi
atau mungkin terlalu berlebih. Karena itu change order pekerjaan struktur pada
dokumen variation order ini sangat banyak.
4.3.1.2. Pengolahan Data Pekerjaan Finishing
Berikutnya penelitian dilanjutkan dengan menganalisis dokumen-
dokumen change order yang termasuk pekerjaan finishing atau pekerjaan
arsitektur. Setiap perubahan yang berkaitan dengan penampakan ruangan/gedung
atau komponen yang tidak berfungsi sebagai penahan gedung tetapi ditujukan
untuk estetika dan keindahan misalnya partisi dinding, cat, keramik, dst, termasuk
pekerjaan finishing.
Sebagai contoh adalah variation order nomor 02, variation order ini
berisi tentang detail perubahan finishing atau arsitektur dari 9 unit ruko menjadi
20 unit hunian pada lantai 2. Detail dari pekerjaan finishing di dalam dokumen
variation order nomor 02 dapat dilihat pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 menunjukkan rincian dari adanya pekerjaan
finishing akibat change order yakni pekerjaan pasangan dinding, pekerjaan
pelapis dinding, pekerjaan plafon, pekerjaan pelapis lantai, dan pekerjaan pintu
dan jendela, berikut dengan sub-pekerjaannya. Sedangkan pekerjaan sanitair
(Gambar 4.4) dan pekerjaan facade tidak termasuk ke dalam pekerjaan finishing
sehingga di dalam variation order nomor 02 terdapat 39 change order pekerjaan
finishing.
Change order pekerjaan finishing paling banyak terjadi pada Pekerjaan
Prov Sum Pagar Halaman (Gambar 4.3) dengan jumlah 124 change order. Seperti
pada change order pekerjaan struktur (4.3.1.1), banyaknya change order
pekerjaan finishing pada pekerjaan ini disebabkan oleh tidak adanya desain pagar
halaman di awal kontrak. Hal ini mengakibatkan semua pekerjaan finishing
termasuk dalam pekerjaan tambah. Total change order pekerjaan finishing adalah
286 change order.
35 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6. Pekerjaan Finishing dari Variation Order nomor 02 hal 1.
Gambar 4.7. Pekerjaan Finishing dari Variation Order nomor 02 hal 2.
36 Universitas Kristen Petra
4.3.1.3. Pengolahan Data Pekerjaan Mechanical, Electrical, Plumbing (MEP)
Pekerjaan sanitair seperti pada Gambar 4.7 termasuk dalam change order
pekerjaan MEP, karena dalam satu variation order mungkin saja terdapat
perubahan dalam pekerjaan struktur, finishing, dan MEP. Karena itu peneliti juga
mengolah perubahan yang berkaitan dalam bidang kelistrikan, keairan, dan
mekanika.
Di dalam dokumen variation order nomor 14 terdapat perubahan yang
mencakup bidang mechanical, electrical, plumbing. Adapun detail perubahan
pekerjaan MEP dalam variation order nomor 14 adalah sebagai berikut.
Di dalam dokumen variation order nomor 14 terdapat 3 kelompok
pekerjaan pokok yakni Electrical, Electronic, dan Plumbing beserta dengan sub-
pekerjaannya. Sehingga dari dokumen variation order nomer 14 ini terdapat 65
change order pekerjaan MEP.
Change order dari pekerjaan ini adalah change order pekerjaan MEP
yang paling banyak dari total 123 change order pekerjaan MEP di seluruh proyek.
Gambar 4.8. Pekerjaan MEP dari Variation Order nomor 14 hal 1.
37 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.9. Pekerjaan MEP dari Variation Order nomor 14 hal 2.
4.3.2. Rekapitulasi Data
Dari semua dokumen variation order yang telah didapatkan (Tabel 4.1),
dilakukan pengolahan data yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Setiap
dokumen variation order dihitung berdasarkan frekuensi change order yang
terjadi pada ketiga jenis pekerjaan.
Peneliti berhasil mendapatkan 503 data jumlah change order pada
pembangunan salah satu apartemen di Surabaya yang terdiri dari 94 data yang
berhubungan dengan struktur bangunan, 285 data yang berhubungan dengan
finishing bangunan, dan 123 data yang berhubungan dengan MEP (Mechanical,
Electrical, Plumbing) (Tabel 4.2).
Jumlah perubahan pekerjaan pada bagian finishing mendominasi separuh
lebih dari total keseluruhan data, jika dibandingkan dengan jumlah pada bagian
struktur dan jumlah bagian MEP (Gambar 4.10). Hal ini terjadi dikarenakan
hampir semua change order yang diajukan, terdapat detail pekerjaan finishing
yang juga harus dikerjakan. Selain itu juga sebagian besar perubahan diajukan
sendiri oleh owner sehingga pekerjaan di bagian finishing lebih kompleks jika
38 Universitas Kristen Petra
dibandingkan dengan bagian struktur. Setiap item pada finishing harus dijelaskan
secara terperinci sampai pada hal-hal yang terkecil sekalipun. Selain itu bagian
finishing adalah bagian yang tampak oleh mata dan lebih dekat dengan pengguna
bangunan sehingga apa saja yang menjadi perlengkapan di dalamnya disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna bangunan tersebut. Sedangkan untuk jenis pekerjaan
MEP menduduki peringkat kedua dengan persentase 24,45%. Dan untuk
peringkat ketiga diduduki oleh jenis pekerjaan struktur dengan persentase 18,69%.
Tabel 4.2. Jumlah Change Order Menurut Jenis Pekerjaannya.
Jenis Pekerjaan Jumlah Change Order Persentase Change Order
Struktur 94 18,69%
Finishing 286 56,86%
MEP 123 24,45%
TOTAL 503 100%
Gambar 4.10. Persentase Perbandingan Jumlah Change Order Antara Bagian
Struktur, Finishing, dan MEP.
18.69
56.86
24.45
Struktur
Finishing
MEP
39 Universitas Kristen Petra
4.3.3. Item-Item Sub-Pekerjaan Akibat Change Order
4.3.3.1. Item-Item Sub-Pekerjaan Struktur Akibat Change Order
Selain change order, peneliti juga mendapatkan rincian item pekerjaan
yang mengalami perubahan dari dokumen variation order. Berikut ini adalah
rincian item-item sub-pekerjaan struktur dari semua change order yang terjadi.
Gambar 4.11. Persentase Perbandingan Jumlah Sub-Pekerjaan Struktur Akibat
Change Order.
Dari Gambar 4.11. dapat dilihat bahwa sub-pekerjaan pondasi terjadi
paling banyak akibat adanya change order. Yang dimaksud dengan sub-pekerjaan
pondasi adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi pondasi,
misalnya pekerjaan galian tanah, bekisting pondasi, cor balok sloof dan
sebagainya. Banyaknya sub-pekerjaan pondasi ini mungkin terjadi karena pada
dokumen variation order tanggal 10 Oktober 2011 tentang Pekerjaan Prov Sum
Pagar Halaman, terdapat banyak pekerjaan tambah untuk pondasi pagar halaman
tersebut.
4.3.3.2. Item-Item Sub-Pekerjaan Finishing Akibat Change Order
Change order pekerjaan finishing terjadi paling banyak (56,86%) dari
jenis pekerjaan struktur ataupun finishing. Berikut ini adalah rincian dari sub-
pekerjaan finishing yang terjadi akibat change order.
40 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.12. Persentase Perbandingan Jumlah Sub-Pekerjaan Finishing Akibat
Change Order.
Sebesar 40% dari total 286 item change order pekerjaan finishing terjadi
pada pekerjaan dinding. Hal ini disebabkan karena banyaknya permintaan owner
untuk mengubah partisi dinding atau untuk menghilangkan dinding antara 2 unit
untuk dijadikan satu. Selain itu, akibat adanya perubahan dari 9 unit ruko menjadi
20 unit hunian (VO tanggal 5 Oktober 2009), juga mengakibatkan banyaknya
pekerjaan dinding yang terjadi pada proyek ini.
Pekerjaan pintu jendela, pekerjaan cat, dan pekerjaan plesteran dan acian
terjadi dalam jumlah yang relatif sama yaitu sebesar 14%, 14%, dan 13%. Hal ini
disebabkan karena ketiga pekerjaan tersebut muncul akibat adanya pekerjaan
dinding dan hampir pada waktu yang sama. Misalnya terdapat pekerjaan tambah
dinding partisi, pada dinding partisi ini dapat muncul pekerjaan pintu jendela
karena didesain pintu atau jendela. Kemudian dinding tersebut biasanya
memerlukan adanya acian atau plesteran agar hasilnya bagus, lalu untuk
menunjang estetika keindahan, dilakukan pengecatan agar dinding tersebut
memiliki warna yang indah.
Namun karena tidak semua pekerjaan dinding adalah pekerjaan tambah
maka ketiga pekerjaan ini tidak sebanyak persentase pekerjaan dinding.
41 Universitas Kristen Petra
4.3.3.3. Item-Item Sub-Pekerjaan MEP Akibat Change Order
Change order juga banyak terjadi pada pekerjaan MEP, karena itu
peneliti juga mempelajari sub-pekerjaan MEP yang terjadi akibat adanya change
order. Ditemukan sebanyak 71% terjadi pada pekerjaan plumbing. Pekerjaan
plumbing meliputi semua pekerjaan yang berhubungan dengan aliran air, misalnya
instalasi pipa, pekerjaan sanitair, instalasi saluran pemadam kebakaran dan
saluran air. karena itu sub-pekerjaan plumbing terjadi paling banyak daripada
pekerjaan elektrikal ataupun mekanikal. Berikut ini adalah pie chart perbandingan
jumlah sub pekerjaan MEP akibat terjadinya change order.
Gambar 4.13. Persentase Perbandingan Jumlah Sub-Pekerjaan MEP Akibat
Change Order.
4.4. Analisa Mengenai Penyebab Change Order
Analisa data mengenai penyebab change order dibagi menjadi empat
yaitu :
4.4.1. Penyebab Change Order Pada Ketiga Jenis Pekerjaan.
4.4.2. Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Struktur.
4.4.3. Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Finishing.
42 Universitas Kristen Petra
4.4.4. Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan MEP(Mechanical,Electrical,
Plumbing).
Untuk dapat meminimalkan adanya change order pada proyek konstruksi
maka perlu untuk mengetahui penyebab-penyebab apa saja yang paling sering
memunculkan change order. Jika penyebab-penyebab utama tersebut sudah
diketahui, maka pada proyek konstruksi selanjutnya akan menjadi lebih mudah
mencari solusi untuk mengatasi penyebab-penyebab utama tersebut sehingga
change order pada proyek konstruksi dapat lebih diminimalkan. Berikut adalah
hasil rekapitulasi dari penyebab-penyebab change order seperti yang terlihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Penyebab Change Order
No
Penyebab-Penyebab Change
Order Struktur MEP Finishing TOTAL
1 Perubahan desain 10 30 68 108
2 Penambahan scope pekerjaan 64 107 221 392
3 Pengurangan scope pekerjaan 12 23 21 56
4 Kesalahan desain 9 - 3 12
TOTAL 95 160 313 568
4.4.1. Penyebab Change Order Pada Ketiga Jenis Pekerjaan
Tampak pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.14 adalah penggabungan dari
ketiga jenis pekerjaan yang terjadi pada proyek konstruksi apartemen, dimana
pada setiap faktor penyebab merupakan hasil penjumlahan dari jenis pekerjaan
struktur, finishing dan MEP agar didapat nilai tengah dari ketiga jenis pekerjaan
ini.
Tabel 4.4. Penyebab Change Order Pada Ketiga Jenis Pekerjaan.
No Penyebab-Penyebab Change Order Jumlah Persentase
1 Perubahan desain 108 19,01
2 Penambahan scope pekerjaan 392 69,01
3 Pengurangan scope pekerjaan 56 9,86
4 Kesalahan desain 12 2,12
TOTAL 568 100
Hasil yang terdapat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.14 menunjukkan
bahwa kemunculan change order pada semua jenis pekerjaan yang terjadi pada
43 Universitas Kristen Petra
proyek konstruksi apartemen paling dipengaruhi oleh adanya “Penambahan scope
pekerjaan” dengan persentase sebesar 69,01%, kemudian disusul dengan adanya
“Perubahan desain” sebesar 19,01%.
Gambar 4.14. Grafik Penyebab Change Order Pada Ketiga Jenis Pekerjaan.
Menurut interview yang dilakukan peneliti terhadap salah satu pihak
yang terlibat di dalam pembangunan proyek apartemen ini, bahwa dari
keseluruhan proyek, penyebab umum dari munculnya change order adalah
permintaan dari pihak owner sendiri. Hal ini mungkin dikarenakan owner
berperan sendiri dalam desain awal berupa gambar layout dan gambar tampak,
yang selanjutnya diserahkan pada pihak kontraktor untuk mengembangkan
perencanaannya. Jadi dalam proyek ini tidak ada pihak konsultan. Sehingga
apapun yang berhubungan dengan desain dan pelaksanaan proyek, semua
dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak kontraktor. Dan ini yang mungkin
menyebabkan banyak sekali permintaan owner untuk menambahkan, mengurangi
pekerjaan, dan juga perubahan desain baik dari segi material maupun dari segi
bentuk. Selain itu juga dapat dipengaruhi kesalahan desain perencanaan yang
tidak sesuai dengan desain awal.
19.01
69.01
9.86
2.12
Perubahan desain
Penambahan scope
pekerjaan
Pengurangan scope
pekerjaan
Kesalahan desain
44 Universitas Kristen Petra
4.4.2. Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Struktur
Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.15 terlihat bahwa penyebab change order
yang paling menonjol adalah pada “penambahan scope pekerjaan” dengan
persentase sebesar 67,37% lalu pada urutan kedua terdapat “Pengurangan scope
pekerjaan” dengan persentase sebesar 12,63% dari total penyebab pada jenis
pekerjaan struktur.
Tabel 4.5. Jumlah Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Struktur
No Penyebab-Penyebab Change Order Jumlah Persentase
1 Perubahan desain 10 10,53
2 Penambahan scope pekerjaan 64 67,37
3 Pengurangan scope pekerjaan 12 12,63
4 Kesalahan desain 9 9,47
TOTAL 95 100
Setelah dilakukan interview, peneliti mendapatkan informasi bahwa
change order pada jenis pekerjaan struktur proyek konstruksi apartemen ini
banyak disebabkan oleh penambahan scope pekerjaan.
Adapun contoh penambahan scope pekerjaan yang cukup jelas adalah
penambahan pekerjaan pagar halaman dan pintu pagar. Hal ini terjadi karena pada
saat awal kontrak, owner belum memberikan desain pagar halaman ke kontraktor
(Gambar 4.16). Kemudian owner menghimbau kepada kontraktor untuk
menganggarkan dana terlebih dahulu sambil menunggu desain dari owner selesai.
Sehingga seluruh pekerjaan pagar halaman mulai pondasi sampai dinding kolom
dimasukan ke dalam pekerjaan prov sum. Setelah gambar detail pagar halaman
telah selesai didesain (Gambar 4.17), owner memberikan gambar detail tersebut
untuk dikerjakan oleh kontraktor. Pihak kontraktor kemudian mengklaim
pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan tambah, karena dana yang telah dianggarkan
belum tentu mencukupi atau mungkin terlalu berlebih. Adapun detail pekerjaan
tambah pembuatan pagar halaman dan pintu pagar sangat banyak, seperti
penggalian tanah, pengurugan, pembuatan pondasi pagar, dan sebagainya yang
dapat dikategorikan sebagai detail pekerjaan struktur.
45 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.15. Grafik Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Struktur.
Gambar 4.16. Sebelum Ada Pagar.
10.53
67.37
12.63
9.47
Perubahan desain
Penambahan scope
pekerjaan
Pengurangan scope
pekerjaan
Kesalahan desain
46 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.17. Sesudah Ada Pagar.
4.4.3. Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Finishing
Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.18 di bawah ini terlihat bahwa penyebab
change order pada jenis pekerjaan finishing, sangat dipengaruhi oleh faktor
“penambahan scope pekerjaan” yang mendominasi dengan persentase sebesar
70,61%. Melebihi dari separuh jumlah penyebab yang muncul pada jenis
pekerjaan finishing. Lalu pada urutan kedua terdapat “perubahan desain” dengan
persentase sebesar 21,72% dari total penyebab pada jenis pekerjaan finishing.
Tabel 4.6. Jumlah Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Finishing.
No Penyebab-Penyebab Change Order Jumlah Persentase
1 Perubahan desain 68 21,72
2 Penambahan scope pekerjaan 221 70,61
3 Pengurangan scope pekerjaan 21 6,71
4 Kesalahan desain 3 0,96
TOTAL 313 100
Menurut informasi yang peneliti dapat dari pihak yang bersangkutan
dalam pembangunan proyek ini, perubahan yang terjadi pada jenis pekerjaan
47 Universitas Kristen Petra
finishing sebagian besar dikarenakan penambahan scope pekerjaan, hal ini juga
terlihat pada Gambar 4.18. Hal ini dikarenakan terdapat banyak perubahan desain
yang diinginkan oleh owner, sehingga mengakibatkan banyak detail pekerjaan
tambah yang harus dilakukan.
Salah satu contoh yang sangat berpengaruh adalah pada pekerjaan
tambah pagar halaman dan pintu pagar. Detail pekerjaan yang harus dilakukan
sangat beragam seperti pekerjaan dinding pagar yang berupa pasangan batu bata,
plesteran, acian, cat, dan sebagainya. Selain itu ada juga pekerjaan balok praktis
dan kolom praktis pada pagar, yang juga dikategorikan sebagai pekerjaan
finishing.
Gambar 4.18. Grafik Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan Finishing.
Selain faktor ”penambahan scope pekerjaan”, hal lain yang menimbulkan
change order adalah adanya perubahan pekerjaan dari 9 unit kios menjadi 20 unit
hunian, dimana pada awal perencanaan didesain untuk kios, tetapi owner
mengubah untuk dijadikan hunian. Hal ini otomatis berpengaruh sekali pada
semua jenis pekerjaan, terutama pada pekerjaan finishing. Dapat dilihat pada
Gambar 4.19 dimana terdapat denah organisasi sebelum dilakukan perubahan,
yaitu berupa unit kios. Sedangkan pada Gambar 4.20 terdapat denah organisasi
21.72
70.61
6.71
0.96
Perubahan desain
Penambahan scope
pekerjaan
Pengurangan scope
pekerjaan
Kesalahan desain
48 Universitas Kristen Petra
setelah dilakukan perubahan, berupa unit hunian. Dari gambar tersebut, dapat
dilihat bahwa pada kios, hanya terdapat sedikit detail pekerjaan, sedangkan jika
diubah ke dalam unit hunian, maka harus ditambahkan banyak detail pekerjaan
tambahan seperti penambahan dinding, penambahan pekerjaan sekat antar
ruangan, kamar mandi, instalasi listrik, dan sebagainya. Sehingga membuat
pekerjaan finishing menjadi bertambah.
Gambar 4.19. Denah Kios.
Gambar 4.20. Denah 20 Unit Hunian.
Dalam satu change order tidak selalu diakibatkan oleh satu penyebab
saja, tetapi bisa lebih dari itu. Dapat diambil contoh pada pekerjaan perubahan 9
unit kios menjadi 20 unit hunian. Peneliti mengelompokkan penyebab change
ordernya ke dalam 2 penyebab, yaitu perubahan desain dan penambahan scope
49 Universitas Kristen Petra
pekerjaan. Hal ini dikarenakan banyak sekali pekerjaan tambah yang harus
dikerjakan akibat perubahan tersebut. Di lain pihak, perubahan pekerjaan tersebut
juga merupakan perubahan desain, karena desain awal direncanakan untuk kios,
lalu dilakukan change order, dengan diubah menjadi unit hunian.
4.4.4. Penyebab Change Order pada jenis pekerjaan MEP (Mechanical,
Electrical, Plumbing)
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.21 di bawah ini terlihat bahwa penyebab
change order pada jenis pekerjaan MEP, sangat dipengaruhi oleh faktor
“Penambahan scope pekerjaan” yang mendominasi dengan persentase sebesar
66,87%. Mendominasi lebih dari separuh jumlah penyebab yang muncul pada
jenis pekerjaan MEP. Lalu pada urutan kedua terdapat “Perubahan desain” dengan
persentase sebesar 14,75% dan dilanjutkan pada urutan ketiga berupa
“pengurangan scope pekerjaan” yang mencapai 14,38% dari total penyebab pada
jenis pekerjaan MEP.
Tabel 4.7. Jumlah Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan MEP.
No Penyebab-Penyebab Change Order Jumlah Persentase
1 Perubahan desain 30 18,75
2 Penambahan scope pekerjaan 107 66,87
3 Pengurangan scope pekerjaan 23 14,38
4 Kesalahan desain - -
TOTAL 160 100
Tetapi pada jenis pekerjaan MEP, faktor “penambahan scope pekerjaan”
tidak dipengaruhi oleh detail yang tidak jelas tetapi banyak hal yang benar-benar
merupakan penambahan baru, contohnya adalah pada change order pekerjaan
tambah kurang dari 9 unit kios menjadi 20 unit hunian. Karena desain untuk MEP
dibuat setelah perubahan desain struktur dan finishing-nya selesai, sehingga
pekerjaan MEP termasuk ke dalam pekerjaan tambah.
50 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.21. Grafik Penyebab Change Order Pada Jenis Pekerjaan MEP.
18.75
66.87
14.38
0
Perubahan desain
Penambahan scope
pekerjaan
Pengurangan scope
pekerjaan
Kesalahan desain