bab iv data dan analisis 4.1 data budaya visual
TRANSCRIPT
74
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
4.1 Data Budaya Visual
Artefak media cetak berupa majalah dan poster film Indonesia yang terbit di
era 70-an dan 80-an, dijadikan sebagai sumber data primer untuk dianalisa budaya
visualnya. Proses menganalisis data dilakukan dengan membagi masing-masing era
menjadi tiga era bagian dimulai dari awal, tengah, hingga akhir dari era tersebut.
Budaya visual yang diolah terbagi menjadi dua kategori yaitu desain grafis dan
desain produk. Kategori desain grafis yang dibahas terdiri dari sampul majalah dan
poster film, sedangkan untuk desain produk, yang dibahas terdiri dari bidang
fashion, elektronik, otomotif, dan mebel. Keseluruhan budaya visual akan secara
satu persatu diolah menggunakan teori tinjauan desain.
4.1.1 Sampul Majalah
Sampul majalah akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal,
70-an tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir,
menggunakan teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif,
analisis formal, interpretasi, serta evaluasi.
1. Deskriptif
Tabel 4.1 Tahapan Deskriptif Sampul Majalah
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Sampul Majalah Deskriptif
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.1 Majalah Varia Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Majalah Varia
no 669 edisi 10 Pebruari tahun 1971
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk)
Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)
75
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.2 Majalah Femina Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Majalah Femina
no 88 edisi 20 Juli 1976
Elemen visual yang ada:
Foto
Elemen desain (warna, bentuk, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.3 Majalah Kartini Tahun 1977
(Dokumentasi Pribadi, 2021
Majalah Kartini no 59 edisi 7 Februari s/d 20 Februari
tahun 1977
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
4
Gambar 4.4 Majalah Gadis Tahun 1978
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Majalah remaja Gadis
no 29 edisi 2 November s/d 11
November tahun 1978
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk, garis)
Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)
Era 80-an awal (1980-1982)
5
Gambar 4.5 Majalah Femina Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Majalah Femina edisi nomor tahunan 1981
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)
76
Era 80-an tengah (1983-1986)
6
Gambar 4.6 Majalah Kartini Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Majalah Kartini no 275 edisi 3 Juni s/d 16 Juni 1985
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)
Era 80-an akhir (1987-1989)
7
Gambar 4.7 Majalah Femina Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Majalah Femina edisi 17/XV-30 April tahun 1987
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
2. Analisis Formal
Tabel 4.2 Tahapan Analisis Formal Sampul Majalah
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Sampul Majalah Analisis Formal
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.8 Majalah Varia Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan foto)
Bentuk (persegi)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas)
77
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.9 Majalah Femina Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan
foto)
Bentuk (persegi)
Garis (diagonal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (tengah dan
bawah)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.10 Majalah Kartini Tahun 1977
(Dokumentasi Pribadi, 2021
Foto : Berwarna
Tipografi : Sans Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan
foto)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
4
Gambar 4.11 Majalah Gadis Tahun 1978
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan
foto)
Bentuk (lingkaran)
Garis (zig-zag)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (tengah)
Era 80-an awal (1980-1982)
5
Gambar 4.12 Majalah Femina Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan
foto)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (tidak ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
78
Era 80-an tengah (1983-1986)
6
Gambar 4.13 Majalah Kartini Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Foto : Berwarna
Tipografi : Sans Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan
foto)
Garis (diagonal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (tidak ideal)
Komposisi tata letak (atas)
Era 80-an akhir (1987-1989)
7
Gambar 4.14 Majalah Femina Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, tipografi, dan
foto)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas)
3. Interpretasi
Tabel 4.3 Tahapan Interpretasi Sampul Majalah
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Sampul Majalah Interpretasi
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.15 Majalah Varia Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.16 Interpretasi Majalah Varia Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan
jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan
ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,
p. 56)
79
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
3. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
4. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,
kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,
2010, p. 48)
5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
6. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna harmoni analogous dengan kombinasi tiga warna yang saling
berdekatan yakni ungu, merah, dan jingga (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan adanya penggunaan
warna merah, jingga, serta krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian judul adalah raut bidang persegi dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online,
2012)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan
keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,
2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada di atas garis pertama sehingga fokus berada
di atas (Foto.co.id, n.d)
80
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.17 Majalah Femina Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.18 Interpretasi Majalah Femina Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan
jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan
ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,
p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah:
1. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
4. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
6. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna harmonis (analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling
berdekatan yakni kuning dan hijau pada background, serta adanya laras
warna kontras dua warna komplementer berupa hijau dan merah pada
tipografi (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
81
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna
merah, kuning, hijau, dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bingkai dari foto adalah raut bidang persegi
dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online,
2012)
Garis yang terlihat pada bagian bawah kanan sampul majalah adalah
raut garis diagonal melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan,
dan kekenesan (Sanyoto, 2010, p. 95)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan
keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran
karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,
2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada di bawah garis pertama dan bawah garis
kedua sehingga fokus berada di tengah dan bawah (Foto.co.id, n.d)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.19 Majalah Kartini Tahun 1977
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.20 Interpretasi Majalah Kartini Tahun 1977
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan
jenis huruf tidak berkait (sans serif), yang memiliki ciri bentuk yang
tajam ataupun tumpul sehingga bersifat kurang formal (Pujiriyanto,
2005, p. 56)
82
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,
kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,
2010, p. 48)
2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
4. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
6. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
7. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
8. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
9. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna kontras empat warna komplementer (tetrad komplementer)
berupa ungu, merah, hijau, dan jingga yang mendominasi sampul
majalah (Sanyoto, 2010, pp. 38-39)
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan adanya penggunaan
warna merah, hijau, kuning, jingga, dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-
32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran
karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,
2010, p. 256)
83
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada di atas garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
4
Gambar 4.21 Majalah Gadis Tahun 1978
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.22 Interpretasi Majalah Gadis Tahun 1978
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan
jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan
ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,
p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
4. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
5. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna harmonis (analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling
berdekatan yakni kuning dan hijau pada tipografi dan background
majalah (Sanyoto, 2010, p. 37)
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan adanya penggunaan
warna kuning, hijau, serta krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
84
Bentuk yang terlihat pada bagian kiri bawah adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan integritas dan kesempurnaan (Simple
Studio Online, 2012)
Garis yang terlihat mengelilingi raut bidang lingkaran adalah raut garis
zig-zag atau gabungan garis vertikal dan diagonal dengan makna
semangat dan kegairahan (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,
2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds
dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada di bawah garis pertama sehingga fokus berada
di tengah (Foto.co.id, n.d)
Era 80-an awal (1980-1982)
5
Gambar 4.23 Majalah Femina Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.24 Interpretasi Majalah Femina Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan
ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,
p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
85
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
3. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya
tone warna coklat dimana mengarah pada warna gelap atau hitam
(Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna coklat
dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan
keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah tidak ideal dengan ukuran karakter melebihi 75% dari ruang keseluruhan sampul sehingga terlalu
mendominasi dan menyebabkan rasa sesak (Sanyoto, 2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada tepat di garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
Era 80-an tengah (1983-1986)
6
Gambar 4.25 Majalah Kartini Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.26 Interpretasi Majalah Kartini Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan jenis huruf tidak berkait (sans serif), yang memiliki ciri bentuk yang
86
tajam ataupun tumpul sehingga bersifat kurang formal (Pujiriyanto,
2005, p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah : 1. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
4. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
5. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
6. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa
biru, merah, dan kuning yang mendominasi sampul majalah (Sanyoto,
2010, p. 38)
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna
merah, kuning, dan coklat (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang terlihat pada bagian bawah kanan sampul majalah adalah raut garis diagonal melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan,
dan kekenesan (Sanyoto, 2010, p. 95)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan
keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah tidak ideal dengan ukuran karakter melebihi 75% dari ruang keseluruhan sampul sehingga terlalu
mendominasi dan menyebabkan rasa sesak (Sanyoto, 2010, p. 256)
87
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada di atas garis pertama sehingga fokus berada
di atas (Foto.co.id, n.d)
Era 80-an akhir (1987-1989)
7
Gambar 4.27 Majalah Femina Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 4.28 Interpretasi Majalah Femina Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan
jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan
ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,
p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah : 1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
3. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
4. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
6. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
7. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras
warna harmonis (analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling
berdekatan yakni biru dan hijau pada tipografi yang dominan, serta
88
adanya laras warna kontras dua warna komplementer berupa hijau dan
merah pada background dan tipografi (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah
pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna
merah, coklat dan hijau (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi
kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran
karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,
2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds
dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah
dapat terlihat mata berada di atas garis pertama sehingga fokus berada
di atas (Foto.co.id, n.d)
4. Evaluasi
Tabel 4.4 Tahapan Evaluasi Sampul Majalah
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Sampul Majalah
Total 1 2 3 4 5 6 7
1
Tipografi
Serif v v - v v - v 5
Sans Serif - - v - - v - 2
2
Warna
Jingga v - v - - - - 2
Putih v - v v - v v 5
Merah v v v - - v v 5
Ungu v - v - - - - 2
Hitam v v v v v - v 6
89
Kuning - v v v - v - 4
Hijau - v v v - v v 5
Abu-abu - v - - - - v 2
Biru - - v - - v v 3
Coklat - - - - v v v 3
Krem v v v v v - - 5
3
Bentuk
Persegi v v - - - - - 2
Lingkaran - - - v - - - 1
4
Garis
Diagonal - v - - - v - 2
Zig-zag - - - v - - - 1
5
Keselarasan Warna
Analogous v v - v - - v 4
Monochromatic - - - - v - - 1
Kontras 2 warna
komplementer - v - - - - v 2
Kontras 3 warna
komplementer - - - - - v - 1
Kontras 4 warna
komplementer - - v - - - - 1
6 Jenis Warna
Panas v v v v v v v 7
7 Keseimbangan
Tersembunyi v v v v v v v 7
8
Proporsi
Ideal v v v v - - v 5
Tidak Ideal - - - - v v - 2
9
Komposisi Tata Letak
Atas v - v - v v v 5
Tengah - v v v v - - 4
Bawah - v - - - - - 1
90
4.1.2 Poster Film
Poster film akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an
tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan
teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,
interpretasi, serta evaluasi.
1. Deskriptif
Tabel 4.5 Tahapan Deskriptif Poster Film
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Poster Film Deskriptif
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.29 Poster Film Perawan Buta
(Film Indonesia, n.d)
Poster Film
Perawan Buta tahun 1971
Elemen visual yang ada:
Lukisan
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk)
Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.30 Poster Film Ambisi
(Film Indonesia, n.d)
Poster Film
Ambisi tahun 1973
Elemen visual yang ada:
Lukisan
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.31 Poster Film Mana Tahaaan…
(Warkop DKI, 2018)
Poster Film
Mana Tahaaan…tahun 1979
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
91
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.32 Poster Film Mana Tahaaan…
(Warkop DKI, 2018)
Poster film Setan Kredit tahun 1981
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.33 Poster Film Kesempatan
dalam Kesempitan (Warkop DKI, 2018)
Poster film Kesempatan dalam Kesempitan
tahun 1985
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.34 Poster Film Malu Malu Mau
(Warkop DKI, 2018)
Poster film Malu Malu Mau tahun 1988
Elemen visual yang ada:
Foto
Tipografi
Elemen desain (warna, bentuk, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, komposisi tata letak)
92
2. Analisis Formal
Tabel 4.6 Tahapan Analisis Formal Poster Film
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Poster Film Analisis Formal
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.35 Poster Film Perawan Buta
(Film Indonesia, n.d)
Lukisan : Berwarna dan realistis
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background dan tipografi)
Bentuk (persegi)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.36 Poster Film Ambisi
(Film Indonesia, n.d)
Lukisan : Berwarna dan realistis
Tipografi : Dekoratif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, elemen dan
tipografi)
Bentuk (lingkaran)
Garis (melengkung S)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (tengah)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.37 Poster Film Mana Tahaaan…
(Warkop DKI, 2018)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, elemen dan
tipografi)
Bentuk (lingkaran)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
93
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.38 Poster Film Mana Tahaaan…
(Warkop DKI, 2018)
Foto : Berwarna
Tipografi : Sans Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, elemen dan
tipografi)
Garis (zig-zag)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.39 Poster Film Kesempatan
dalam Kesempitan (Warkop DKI, 2018)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, elemen dan
tipografi)
Bentuk (lingkaran dan persegi)
Garis (horizontal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.40 Poster Film Malu Malu Mau
(Warkop DKI, 2018)
Foto : Berwarna
Tipografi : Serif
Elemen dan prinsip desain :
Warna (background, elemen dan
tipografi)
Bentuk (lingkaran)
Garis (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Komposisi tata letak (atas dan
tengah)
94
3. Interpretasi
Tabel 4.7 Tahapan Interpretasi Poster Film
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Poster Film Interpretasi
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.41 Poster Film Perawan Buta
(Film Indonesia, n.d)
Gambar 4.42 Interpretasi Poster Film Perawan Buta
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait
(serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan
bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah: 1. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,
kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)
2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
5. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
6. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
7. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
8. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras
warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa
95
violet, hijau, dan jingga yang mendominasi background poster
(Sanyoto, 2010, p. 38)
Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada
penggolongan warna yang dingin dengan penggunaan warna violet,
biru, dan hijau gelap (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bingkai dari karakter pemain film adalah raut bidang persegi dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas (Simple
Studio Online, 2012)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter
kurang lebih 75% menempati ruang keseluruhan poster dan memusat di
tengah poster (Sanyoto, 2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan
potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat
mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.43 Poster Film Ambisi
(Film Indonesia, n.d)
Gambar 4.44 Interpretasi Poster Film Ambisi
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf dekoratif,
yang memiliki ciri desain yang rumit dan unik (Pujiriyanto, 2005, p. 56)
96
Ikon
Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah: 1. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
2. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
3. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,
kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)
4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
6. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras
warna kontras dua warna komplementer berupa kuning dan violet pada
background poster serta adanya laras warna tunggal (monochromatic)
dengan warna yang digunakan hanya tone warna kuning dimana
mengarah pada warna gelap berupa jingga (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna jingga,
kuning, dan coklat (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi
karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan
integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)
Garis yang terlihat membelah poster adalah raut garis melengkung S dengan makna indah, dinamis, dan luwes (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter
kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah
poster (Sanyoto, 2010, p. 256)
97
Komposisi Tata Letak
Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan
potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat
mata karakter utama berada di bawah garis pertama sehingga fokus
berada di tengah (Foto.co.id, n.d)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.45 Poster Film Mana Tahaaan…
(Warkop DKI, 2018)
Gambar 4.46 Interpretasi Poster Film Mana Tahaaan…
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan
bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah: 1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
4. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
6. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras
warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa
biru, turunan merah yakni merah muda, dan kuning yang mendominasi
poster film (Sanyoto, 2010, p. 38)
98
Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah,
merah muda, kuning, dan coklat (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan
integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah
poster (Sanyoto, 2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan
potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat
mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.47 Poster Film Mana Tahaaan…
(Warkop DKI, 2018)
Gambar 4.48 Interpretasi Poster Film Mana Tahaaan…
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul poster film atau headline menggunakan jenis huruf tidak berkait (sans serif), yang memiliki ciri bentuk yang tajam ataupun
tumpul sehingga bersifat kurang formal (Pujiriyanto, 2005, p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah :
99
1. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
4. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
5. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras
warna tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya
tone warna jingga (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna jingga dan
krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang terlihat mendominasi sebelah kiri poster adalah raut garis zig-zag atau gabungan garis vertikal dan diagonal dengan makna
semangat dan kegairahan (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter
kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah
poster (Sanyoto, 2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan
potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat
mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
100
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.49 Poster Film Kesempatan dalam
Kesempitan (Warkop DKI, 2018)
Gambar 4.50 Interpretasi Poster Film Kesempatan
dalam Kesempitan
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Simbol
Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait
(serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan
bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
3. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
6. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,
kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)
7. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,
kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,
2010, p. 48)
8. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
9. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
10. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
101
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras
warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa
biru, merah, dan kuning pada elemen dan tipografi judul film (Sanyoto,
2010, p. 38)
Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah,
jingga, kuning, hijau dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi
karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan
integritas dan kesempurnaan. Selain itu, terdapat pula raut bidang
persegi yang menjadi elemen background dimana menunjukkan
kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)
Garis yang tersusun pada bagian tengah poster adalah raut garis horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan simetris dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan
kanan poster (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter
kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah
poster (Sanyoto, 2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan
potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat
mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.51 Poster Film Malu Malu Mau
(Warkop DKI, 2018)
Gambar 4.52 Interpretasi Poster Film Malu Malu Mau
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
102
Simbol
Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait
(serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan
bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)
Ikon
Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah:
1. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
2. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,
kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.
46)
4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
6. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
7. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik
(Kelas Desain, n.d)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras
warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa
biru, turunan merah yakni merah muda, dan kuning pada background,
elemen dan tipografi judul film (Sanyoto, 2010, p. 38)
Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah
muda, kuning dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi
karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan
integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)
Garis yang tersusun pada bagian tengah poster adalah raut garis horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
103
Proporsi
Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter
kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah
poster (Sanyoto, 2010, p. 256)
Komposisi Tata Letak
Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan
potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat
mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua
sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)
4. Evaluasi
Tabel 4.8 Tahapan Evaluasi Poster Film
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Poster Film
Total 1 2 3 4 5 6
1
Tipografi
Serif v - v - v v 4
Sans Serif - - - v - - 1
Dekoratif - v - - - - 1
2
Warna
Violet v v - - v v 4
Merah muda v - v - - v 3
Putih v - v v v v 5
Biru v v v - v v 5
Jingga v v - v v - 4
Hitam v v - v v v 5
Hijau v - - v v - 3
Kuning - v v - v v 4
Merah - - v - v - 2
Ungu - - - - v - 1
Krem v - - v v v 4
Coklat - v v - - - 2
3 Bentuk
Persegi v - - - v - 2
104
Lingkaran - v v - v v 4
4
Garis
Melengkung S - v - - - - 1
Zig-zag - - - v - - 1
Horizontal - - - - v v 2
5
Keselarasan Warna
Monochromatic - v - v - - 2
Kontras 2 warna
komplementer - v - - - - 1
Kontras 3 warna
komplementer v - v - v v 4
6
Jenis Warna
Panas - v v v v v 5
Dingin v - - - - - 1
7
Keseimbangan
Tersembunyi v v v v - v 5
Simetris - - - - v - 1
8 Proporsi
Ideal v v v v v v 6
9
Komposisi Tata Letak
Atas v - v v v v 5
Tengah v v v v v v 6
105
4.1.3 Fashion
Fashion akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an
tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan
teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,
interpretasi, serta evaluasi.
1. Deskriptif
Tabel 4.9 Tahapan Deskriptif Fashion
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Fashion Deskriptif
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.53 Fashion Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 10)
Fashion
Varia mode tahun 1971
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.54 Fashion Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 38)
Fashion
Mode musim kemarau tahun 1976
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan ,
proporsi, irama)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.55 Fashion Tahun 1977
(Majalah Kartini, 1977, pp. 40-57)
Fashion
Enny’s fashion tahun 1977
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, irama)
106
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.56 Fashion Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 23)
Fashion
F&G tahun 1981
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.57 Fashion Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, pp. 88-89)
Fashion
Koleksi Kartini tahun 1985
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, irama)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.58 Fashion Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 56)
Fashion
Praktis manis tahun 1987
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, irama)
107
2. Analisis Formal
Tabel 4.10 Tahapan Analisis Formal Fashion
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Fashion Analisis Formal
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.59 Fashion Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 10)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Garis (diagonal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.60 Fashion Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 38)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Garis (diagonal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Irama (pengulangan motif)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.61 Fashion Tahun 1977
(Majalah Kartini, 1977, pp. 40-57)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Garis (diagonal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Irama (pengulangan motif)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.62 Fashion Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 23)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (lingkaran)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
108
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.63 Fashion Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, pp. 88-89)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Garis (horizontal, vertikal,
diagonal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Irama (pengulangan garis)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.64 Fashion Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 56)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (lingkaran)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Irama (pengulangan bentuk)
3. Interpretasi
Tabel 4.11 Tahapan Interpretasi Fashion
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Fashion Interpretasi
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.65 Fashion Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 10)
Gambar 4.66 Interpretasi Fashion Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
109
Ikon
Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:
1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.
50)
3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan merah serta
dikombinasikan dengan warna hitam dan putih (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah pada
seluruh permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang terlihat pada dasi di depan gaun adalah raut garis diagonal
yang melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan, dan
kekenesan (Sanyoto, 2010, p. 95)
Keseimbangan
Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris
dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3
(Lamport, 2011)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.67 Fashion Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 38)
Gambar 4.68 Interpretasi Fashion Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
110
Ikon
Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:
1. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya warna
hijau dengan dikombinasikan warna putih (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada
penggolongan warna yang dingin dengan penggunaan warna hijau pada
seluruh permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang terlihat pada motif gaun adalah raut garis diagonal yang
melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan, dan kekenesan
(Sanyoto, 2010, p. 95)
Keseimbangan
Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris
dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun
menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3
(Lamport, 2011)
Irama
Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan motif bunga dan garis diagonal pada permukaan gaun secara acak namun tetap seimbang
(Irawan & Tamara, 2013, p. 38)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.69 Fashion Tahun 1977
(Majalah Kartini, 1977, pp. 40-57)
Gambar 4.70 Interpretasi Fashion Tahun 1977
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
111
Ikon
Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
3. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya warna
coklat dengan dikombinasikan warna hitam dan putih (Sanyoto, 2010,
p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna coklat pada
permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang terlihat pada motif gaun III adalah raut garis diagonal yang
melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan, dan kekenesan
(Sanyoto, 2010, p. 95)
Keseimbangan
Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris
dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun
menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3
(Lamport, 2011)
Irama
Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan motif bunga pada permukaan gaun I serta motif garis diagonal pada gaun III secara acak
namun tetap seimbang (Irawan & Tamara, 2013, p. 38)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.71 Fashion Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 23)
Gambar 4.72 Interpretasi Fashion Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
112
Ikon
Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
3. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada setiap
gaun hanya satu warna, yakni warna putih, coklat, ataupun hijau
(Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada
penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna hijau dan
coklat pada permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian tengah ke atas gaun yang berupa
kancing adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan integritas
dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)
Keseimbangan
Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris
dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun
menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3
(Lamport, 2011)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.73 Fashion Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, pp. 88-89)
Gambar 4.74 Interpretasi Fashion Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
113
Ikon
Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif,
diam, kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,
p. 46)
4. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
6. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
7. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada gaun III
dan IV berupa satu warna yakni biru dan merah muda dengan dipadukan
warna putih atau abu-abu. Selain itu, terdapat pula laras warna harmonis
(analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling berdekatan yakni
pada gaun I dan II dengan warna biru dan violet serta jingga dan kuning
yang juga dipadukan dengan warna putih (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna kuning, jingga,
dan merah muda pada permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat pada bagian tengah ke atas gaun yang berupa
kancing adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan integritas
dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)
Garis yang tersusun menjadi motif dari gaun adalah raut garis horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan kaku, raut
garis vertikal yang melambangkan kestabilan, kemegahan, dan
kekuatan, serta garis diagonal yang memiliki makna dinamis dan adanya
pergerakan (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris
dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun
(Sanyoto, 2010, p. 240)
114
Proporsi
Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun
menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3
(Lamport, 2011)
Irama
Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan garis pada setiap gaun dengan susunan yang berbeda baik secara horizontal, vertikal, maupun
diagonal (Irawan & Tamara, 2013, p. 38)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.75 Fashion Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 56)
Gambar 4.76 Interpretasi Fashion Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
3. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
4. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,
p. 46)
5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
115
6. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
7. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
8. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada setiap
gaun hanya satu warna, yakni warna hijau, merah muda, kuning, dan
biru pada gaun I, sedangkan pada gaun II, warna yang digunakan adalah
hitam dengan dipadukan ikat pinggang berwarna merah sebagai aksen
(Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna hijau, merah
muda, kuning, dan merah pada permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp.
31-32)
Bentuk yang dapat terlihat pada gaun II adalah raut bidang lingkaran
dimana menunjukkan integritas dan kesempurnaan (Simple Studio
Online, 2012)
Keseimbangan
Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris
dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun
menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3
(Lamport, 2011)
Irama
Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan bentuk lingkaran pada gaun II secara acak dan pada akhirnya membentuk motif polkadot
(Irawan & Tamara, 2013, p. 38)
116
4. Evaluasi
Tabel 4.12 Tahapan Evaluasi Fashion
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Gaun
Total 1 2 3 4 5 6
1
Warna
Merah v - - - - v 2
Hitam v - v - - v 3
Putih v v v v v v 6
Hijau - v - v - v 3
Coklat - - v v - - 2
Violet - - - - v - 1
Kuning - - - - v v 2
Jingga - - - - v - 1
Biru - - - - v v 2
Abu-abu - - - - v - 1
Merah muda - - - - v v 2
2 Bentuk
Lingkaran - - - v v v 3
3
Garis
Diagonal v v v - v - 4
Horizontal - - - - v - 1
Vertikal - - - - v - 1
4
Keselarasan Warna
Analogous - - - - v - 1
Monochromatic v v v v v v 6
5
Jenis Warna
Panas v - v v v v 5
Dingin - v - - - - 1
6 Keseimbangan
Simetris v v v v v v 6
7 Proporsi
117
Ideal v v v v v v 6
8
Irama (Pengulangan)
Motif bunga - v v - - - 2
Garis diagonal - v v - v - 3
Garis horizontal - - - - v - 1
Garis vertikal - - - - v - 1
Bentuk lingkaran - - - - - v 1
4.1.4 Otomotif
Otomotif akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an
tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan
teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,
interpretasi, serta evaluasi.
1. Deskriptif
Tabel 4.13 Tahapan Deskriptif Otomotif
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Otomotif Deskriptif
Era 70-an awal (1970-1972)
1 Gambar 4.77 Otomotif Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 38)
Gambar 4.78 Mercedes Benz S-Class Tahun 1971
(Classis Driver, 2019)
Otomotif
Mercedes Benz S-Class SE280
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
118
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.79 Otomotif Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 2)
Otomotif
Toyota Crown
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.80 Otomotif Tahun 1978
(Majalah Gadis, 1978, p. 59)
Gambar 4.81 Toyota Corolla Tahun 1978
(Adclassix.com, n.d)
Otomotif
Toyota Corolla
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
119
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.82 Otomotif Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 37)
Gambar 4.83 Mitsubishi Lancer Tahun 1981
(v408888, 2011)
Otomotif
Mitsubishi Lancer
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.84 Otomotif Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 46)
Otomotif
Opel Kadett
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
120
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.85 Otomotif Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 112)
Otomotif
Mitsubishi Colt
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
2. Analisis Formal
Tabel 4.14 Tahapan Analisis Formal Otomotif
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Otomotif Analisis Formal
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.86 Otomotif Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 38)
Gambar 4.87 Mercedes Benz S-Class Tahun 1971
(Classis Driver, 2019)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk lampu (oval)
Garis radiator (horizontal dan
vertikal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (tidak ideal)
121
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.88 Otomotif Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 2)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk lampu (persegi)
Garis radiator (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.89 Otomotif Tahun 1978
(Majalah Gadis, 1978, p. 59)
Gambar 4.90 Toyota Corolla Tahun 1978
(Adclassix.com, n.d)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk lampu (lingkaran)
Garis radiator (vertikal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
122
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.91 Otomotif Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 37)
Gambar 4.92 Mitsubishi Lancer Tahun 1981
(v408888, 2011)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk lampu (persegi)
Garis radiator (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.93 Otomotif Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 46)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk lampu (trapesium)
Garis radiator (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
123
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.94 Otomotif Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 112)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk lampu (persegi)
Garis radiator (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
3. Interpretasi
Tabel 4.15 Tahapan Interpretasi Otomotif
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Otomotif Interpretasi
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.95 Otomotif Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 38)
Gambar 4.96 Mercedes Benz S-Class Tahun 1971
(Classis Driver, 2019)
Gambar 4.97 Interpretasi Otomotif Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
124
Ikon
Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:
1. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
2. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada warna mobil adalah laras
warna kontras dua warna komplementer bias (split komplementer)
dengan warna yang digunakan adalah hijau dan jingga dengan
dipadukan warna abu-abu (Sanyoto, 2010, p. 38)
Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada
penggolongan warna dingin dengan penggunaan warna hijau gelap yang
mendekati warna biru (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang oval yang menyerupai lingkaran dimana memiliki makna integritas dan kesempurnaan (Simple
Studio Online, 2012)
Gambar 4.98 Lampu Otomotif Tahun 1971
(Classis Driver, 2019)
Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku, serta raut garis vertikal yang melambangkan kestabilan,
kemegahan, dan kekuatan (Sanyoto, 2010, p. 96)
Gambar 4.99 Radiator Otomotif Tahun 1971
(Classis Driver, 2019)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
125
Proporsi
Proporsi dari desain mobil tidak ideal dengan tidak memenuhi perbandingan ratio 1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan tidak pada
garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.100 Otomotif Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 2)
Gambar 4.101 Interpretasi Otomotif Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:
1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
2. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil
hanya warna merah yang dipadukan dengan abu-abu (Sanyoto, 2010, p.
36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
126
Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang persegi dimana
memiliki makna kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)
Gambar 4.102 Lampu Otomotif Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 2)
Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Gambar 4.103 Radiator Otomotif Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 2)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.104 Otomotif Tahun 1978
(Majalah Gadis, 1978, p. 59)
Gambar 4.105 Toyota Corolla Tahun 1978
(Adclassix.com, n.d)
Gambar 4.106 Interpretasi Otomotif Tahun 1978
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
127
Ikon
Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:
1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
2. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil
hanya warna abu-abu yang dipadukan dengan jingga (Sanyoto, 2010, p.
36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna jingga (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang lingkaran dimana
memiliki makna integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online,
2012)
Gambar 4.107 Lampu Otomotif Tahun 1978
(Adclassix.com, n.d)
Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis vertikal
yang melambangkan kestabilan, kemegahan, dan kekuatan (Sanyoto,
2010, p. 96)
Gambar 4.108 Radiator Otomotif Tahun 1978
(Adclassix.com, n.d)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
128
Era 80-an awal (1980-1982)
4 Gambar 4.109 Otomotif Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 37)
Gambar 4.110 Mitsubishi Lancer Tahun 1981
(v408888, 2011)
Gambar 4.111 Interpretasi Otomotif Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:
1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil
hanya warna merah yang dipadukan dengan hitam (Sanyoto, 2010, p.
36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang persegi dimana
memiliki makna kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)
Gambar 4.112 Lampu Otomotif Tahun 1981
(v408888, 2011)
129
Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Gambar 4.113 Radiator Otomotif Tahun 1981
(v408888, 2011)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.114 Otomotif Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 46)
Gambar 4.115 Interpretasi Otomotif Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
130
Ikon
Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:
1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil
hanya warna merah yang dipadukan dengan hitam (Sanyoto, 2010, p.
36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang trapesium yang
menyerupai persegi dimana memiliki makna kejujuran dan stabilitas
(Simple Studio Online, 2012)
Gambar 4.116 Lampu Otomotif Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 46)
Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Gambar 4.117 Radiator Otomotif Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 46)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
131
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.118 Otomotif Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 112)
Gambar 4.119 Interpretasi Otomotif Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:
1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil
hanya warna merah yang dipadukan dengan hitam (Sanyoto, 2010, p.
36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang persegi yang memiliki
makna kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)
Gambar 4.120 Lampu Otomotif Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 112)
132
Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Gambar 4.121 Radiator Otomotif Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 112)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
4. Evaluasi
Tabel 4.16 Tahapan Evaluasi Otomotif
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Mobil
Total 1 2 3 4 5 6
1
Warna
Hijau v - - - - - 1
Jingga v - v - - - 2
Abu-abu v v v - - - 3
Merah - v - v v v 4
Hitam - - - v v v 3
2
Keselarasan Warna
Monochromatic - v v v v v 5
Kontras 2 warna
komplementer bias v - - - - - 1
3
Jenis Warna
Panas - v v v v v 5
Dingin v - - - - - 1
133
3
Bentuk (Lampu Mobil)
Oval v - - - - - 1
Persegi - v - v - v 3
Lingkaran - - v - - - 1
Trapesium - - - - v - 1
4
Garis (Radiator Mobil)
Horizontal v v - v v v 5
Vertikal v - v - - - 2
5 Keseimbangan
Tersembunyi v v v v v v 6
6
Proporsi
Ideal - v v v v v 5
Tidak ideal v - - - - - 1
4.1.5 Elektronik
Elektronik akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an
tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan
teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,
interpretasi, serta evaluasi.
1. Deskriptif
Tabel 4.17 Tahapan Deskriptif Elektronik
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Elektronik Deskriptif
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.122 Televisi Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 50)
Elektronik
Televisi
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
134
Gambar 4.123 Contoh Televisi Tahun 1971
(Perjalanan Televisi, n.d)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.124 Radio Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 18)
Gambar 4.125 Contoh Radio Tahun 1976
(Aryanto, 2015)
Elektronik
Radio Philips Transistor 16AL217
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.126 Mesin Jahit Tahun 1978
(Majalah Gadis, 1978, p. 13)
Gambar 4.127 Contoh Mesin Jahit Tahun 1978
(Aleado Group, n.d.)
Elektronik
Mesin Jahit Singer 790
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan ,
proporsi)
135
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.128 Telepon Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 23)
Elektronik
Telepon
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.129 Televisi Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 108)
Elektronik
Televisi Warna 14”
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.130 Mixer Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 100)
Elektronik
Mixer Philips
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, bentuk,
garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
136
2. Analisis Formal
Tabel 4.18 Tahapan Analisis Formal Elektronik
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Elektronik Analisis Formal
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.131 Televisi Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 50)
Gambar 4.132 Contoh Televisi Tahun 1971
(Perjalanan Televisi, n.d)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (persegi dan lingkaran)
Garis (vertikal)
Keseimbangan (sederajat)
Proporsi (tidak ideal)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.133 Radio Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 18)
Gambar 4.134 Contoh Radio Tahun 1976
(Aryanto, 2015)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (persegi dan lingkaran)
Garis (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.135 Mesin Jahit Tahun 1978
(Majalah Gadis, 1978, p. 13)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
137
Gambar 4.136 Contoh Mesin Jahit Tahun 1978
(Aleado Group, n.d.)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.137 Telepon Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 23)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (persegi)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.138 Televisi Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 108)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (persegi)
Garis (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.139 Mixer Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 100)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Bentuk (persegi)
Garis (horizontal)
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
138
3. Interpretasi
Tabel 4.19 Tahapan Interpretasi Elektronik
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Elektronik Interpretasi
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.140 Televisi Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 50)
Gambar 4.141 Contoh Televisi Tahun 1971
(Perjalanan Televisi, n.d)
Gambar 4.142 Interpretasi Televisi Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada televisi beserta maknanya adalah:
1. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
Keselarasan warna yang ada pada televisi adalah laras warna harmonis
(analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling berdekatan yakni
warna coklat dan hijau dimana coklat adalah turunan dari kuning, serta
dipadukan dengan abu-abu (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
Kecenderungan penggunaan warna pada televisi mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat dan hijau
(Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
139
Bentuk yang terlihat dari desain televisi adalah raut bidang persegi sebagai bentuk dasarnya dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas.
Selain itu, terdapat pula bentuk raut bidang lingkaran yang menjadi
tombol televisi dimana memiliki makna integritas dan kesempurnaan
(Simple Studio Online, 2012)
Garis yang tampak pada speaker di sebelah kiri televisi adalah raut garis
vertikal yang melambangkan kestabilan, kemegahan, dan kekuatan
(Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain televisi menggunakan keseimbangan
sederajat dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
televisi yang berbeda namun memiliki besaran yang sama (Sanyoto,
2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain televisi tidak ideal karena tidak memenuhi
perbandingan ratio 1:1,618 dimana bagian kanan televisi tidak pada
garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.143 Radio Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 18)
Gambar 4.144 Contoh Radio Tahun 1976
(Aryanto, 2015)
Gambar 4.145 Interpretasi Radio Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada radio beserta maknanya adalah:
1. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
2. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
140
3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada radio adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio
hanya tone warna hitam (Sanyoto, 2010, p. 36)
Bentuk yang terlihat dari desain radio adalah raut bidang persegi sebagai
bentuk dasarnya dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas. Selain
itu, terdapat pula bentuk raut bidang lingkaran yang menjadi tombol
radio dimana memiliki makna integritas dan kesempurnaan (Simple
Studio Online, 2012)
Garis yang tampak pada speaker pada kiri radio adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain radio menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
radio yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain radio ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian kanan radio ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.146 Mesin Jahit Tahun 1978
(Majalah Gadis, 1978, p. 13)
Gambar 4.147 Contoh Mesin Jahit Tahun 1978
(Aleado Group, n.d.)
Gambar 4.148 Interpretasi Mesin Jahit Tahun 1978
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
141
Ikon
Warna yang ada pada mesin jahit beserta maknanya adalah:
1. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,
kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,
2010, p. 51)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
4. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mesin jahit adalah laras
warna tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada
radio adalah coklat yang dipadukan dengan hitam, putih, dan abu-abu
(Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mesin jahit mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mesin jahit menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mesin jahit yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mesin jahit ideal dengan memenuhi perbandingan
ratio 1:1,618 dimana bagian kanan mesin jahit ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.149 Telepon Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 23)
Gambar 4.150 Interpretasi Telepon Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
142
Ikon
Warna yang ada pada telepon beserta maknanya adalah:
1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada telepon adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio
hanya tone warna abu-abu (Sanyoto, 2010, p. 36)
Bentuk yang terlihat dari desain telepon adalah raut bidang persegi
sebagai bentuk dasar dan tombol dimana menunjukkan kejujuran dan
stabilitas (Simple Studio Online, 2012)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain telepon menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
telepon yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain telepon ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian atas pembatas tombol telepon ada pada garis
pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.151 Televisi Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 108)
Gambar 4.152 Interpretasi Televisi Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada televisi beserta maknanya adalah:
1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
143
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
3. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada televisi adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio
adalah tone hitam dan dipadukan sedikit warna merah pada tombol
(Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada televisi mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat dari desain televisi adalah raut bidang persegi
sebagai bentuk dasar dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas
(Simple Studio Online, 2012)
Garis yang tampak pada speaker pada kanan televisi adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain televisi menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
televisi yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain televisi ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian kanan televisi ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4.153 Mixer Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, p. 100)
Gambar 4.154 Interpretasi Mixer Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
144
Ikon
Warna yang ada pada mixer beserta maknanya adalah:
1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,
ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta
(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)
2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
3. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
4. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mixer adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio
adalah tone hitam dan dipadukan sedikit warna merah pada tombol
(Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mixer mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Bentuk yang terlihat dari desain mixer adalah raut bidang persegi
sebagai bentuk dasar dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas
(Simple Studio Online, 2012)
Garis yang tampak pada ujung kiri dan kanan mixer adalah raut garis
horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan
kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mixer menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan
mixer yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mixer ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian atas mixer ada pada garis pengukur proporsional
(Sanyoto, 2010, p. 253)
145
4. Evaluasi
Tabel 4.20 Tahapan Evaluasi Elektronik
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Elektronik
Total 1 2 3 4 5 6
1
Warna
Coklat v - v - - - 2
Hijau v - - - - - 1
Abu-abu v v v v v v 6
Hitam - v v - v v 4
Putih - v v v - v 4
Merah - - - - v v 2
2
Keselarasan Warna
Analogous v - - - - - 1
Monochromatic - v v v v v 5
3 Jenis Warna
Panas v - v - v v 4
4
Bentuk
Persegi v v - v v v 5
Lingkaran v v - - - - 2
5
Garis
Horizontal - v - - v v 3
Vertikal v - - - - - 1
6
Keseimbangan
Sederajat v - - - - - 1
Tersembunyi - v v v v v 5
7
Proporsi
Ideal - v v v v v 5
Tidak ideal v - - - - - 1
146
4.1.6 Mebel
Mebel akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an
tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan
teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,
interpretasi, serta evaluasi.
1. Deskriptif
Tabel 4.21 Tahapan Deskriptif Mebel
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Mebel Deskriptif
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.155 Kursi Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 34)
Gambar 4.156 Contoh Kursi Tahun 1971
(Furniture Decoration Ideas, n.d)
Mebel
Kursi Pentil
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.157 Sofa Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 30)
Mebel
Sofa Rotan
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna, garis)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
147
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Gambar 4.158 Mebel Tahun 1977
(Majalah Kartini, 1977, p. 13)
Mebel
Meja dan Kursi
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi, irama)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.159 Meja Belajar Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 3)
Mebel
Meja Belajar
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.160 Sofa Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 149)
Mebel
Sofa
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4. 161 Sofa Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, pp. 82-83)
Mebel
Sofa
Elemen visual yang ada:
Elemen desain (warna)
Prinsip desain (keseimbangan,
proporsi)
148
2. Analisis Formal
Tabel 4.22 Tahapan Analisis Formal Mebel
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Mebel Analisis Formal
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.162 Kursi Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 34)
Gambar 4.163 Contoh Kursi Tahun 1971
(Furniture Decoration Ideas, n.d)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Garis (horizontal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.164 Sofa Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 30)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Garis (diagonal dan vertikal)
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Irama (pengulangan motif)
149
Gambar 4.165 Mebel Tahun 1977
(Majalah Kartini, 1977, p. 13)
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.166 Meja Belajar Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 3)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Keseimbangan (tersembunyi)
Proporsi (ideal)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.167 Sofa Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 149)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (ideal)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4. 168 Sofa Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, pp. 82-83)
Elemen dan prinsip desain :
Warna
Keseimbangan (simetris)
Proporsi (tidak ideal)
150
3. Interpretasi
Tabel 4.23 Tahapan Interpretasi Mebel
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Mebel Interpretasi
Era 70-an awal (1970-1972)
1
Gambar 4.169 Kursi Tahun 1971
(Majalah Varia, 1971, p. 34)
Gambar 4.170 Contoh Kursi Tahun 1971
(Furniture Decoration Ideas, n.d)
Gambar 4.171 Interpretasi Kursi Tahun 1971
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada kursi beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,
bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,
pp. 47-48)
3. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
4. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,
semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,
2010, p. 47)
5. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,
pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.
49)
6. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
7. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif,
diam, kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)
151
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada kursi adalah laras warna
harmonis (analogous) dengan penggunaan warna yang saling
berdekatan yakni merah, merah muda, jingga, hijau, biru, dan violet
(Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
Kecenderungan penggunaan warna pada kursi mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah, merah
muda, jingga, dan hijau (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang tampak pada senderan kursi adalah raut garis horizontal yang
melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan kaku (Sanyoto,
2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain kursi menggunakan keseimbangan simetris
dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan kursi
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain kursi ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian dudukan kursi ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 70-an tengah (1973-1976)
2
Gambar 4.172 Sofa Tahun 1976
(Majalah Femina, 1976, p. 30)
Gambar 4.173 Interpretasi Sofa Tahun 1976
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada sofa beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
3. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,
kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,
2010, pp. 48-49)
152
4. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,
kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,
2010, p. 48)
5. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,
p. 46)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada bantal sofa adalah laras
warna harmonis (analogous) dengan penggunaan warna yang saling
berdekatan yakni ungu, biru, hijau,dan kuning. Selain itu, terdapat pula
laras warna tunggal (monochromatic) yakni pada sofa yang hanya
menggunakan warna merah muda yang dipadukan dengan putih
(Sanyoto, 2010, pp. 36-37)
Kecenderungan penggunaan warna pada sofa mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah muda,
kuning, dan hijau (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Garis yang tampak pada senderan sofa adalah raut garis vertikal yang
melambangkan kestabilan, kemegahan, dan kekuatan, serta garis
diagonal yang memiliki makna dinamis dan adanya pergerakan
(Sanyoto, 2010, p. 96)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sofa menggunakan keseimbangan simetris
dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan sofa
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sofa ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian dudukan serta lekukan pinggir sofa ada pada
garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 70-an akhir (1977-1979)
3
153
Gambar 4.174 Mebel Tahun 1977
(Majalah Kartini, 1977, p. 13)
Gambar 4.175 Interpretasi Mebel Tahun 1977
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada mebel beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,
misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,
p. 50)
3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,
ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,
p. 46)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada meja dan
kursi adalah kuning dengan sedikit perpaduan warna hitam dan putih
pada kursi (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada mebel mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna kuning
(Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain mebel menggunakan keseimbangan simetris
dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan mebel
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain mebel ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana bagian dudukan kursi serta kaki meja ada pada garis
pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Irama
Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan motif bunga pada permukaan dudukan kursi secara acak namun tetap seimbang
154
Era 80-an awal (1980-1982)
4
Gambar 4.176 Meja Belajar Tahun 1981
(Majalah Femina, 1981, p. 3)
Gambar 4.177 Interpretasi Meja Belajar Tahun 1981
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Ikon
Warna yang ada pada meja belajar adalah coklat yang memiliki makna
kearifan, natural, kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih
(Sanyoto, 2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada meja
belajar adalah tone warna coklat (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada meja belajar mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain meja belajar menggunakan keseimbangan
tersembunyi dengan dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan
kanan meja belajar yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010,
p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain meja belajar ideal dengan memenuhi perbandingan
ratio 1:1,618 dimana bagian permukaan meja ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 80-an tengah (1983-1986)
5
Gambar 4.178 Sofa Tahun 1985
(Majalah Kartini, 1985, p. 149)
Gambar 4.179 Interpretasi Sofa Tahun 1985
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
155
Ikon
Warna yang ada pada sofa adalah coklat yang memiliki makna kearifan,
natural, kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih
(Sanyoto, 2010, p. 51)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada sofa
adalah tone warna coklat (Sanyoto, 2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada sofa mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat (Sanyoto,
2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sofa menggunakan keseimbangan simetris
dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan sofa
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sofa ideal dengan memenuhi perbandingan ratio
1:1,618 dimana 1/3 bagian dari sofa tepat ada pada garis pengukur
proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
Era 80-an akhir (1987-1989)
6
Gambar 4. 180 Sofa Tahun 1987
(Majalah Femina, 1987, pp. 82-83)
Gambar 4.181 Interpretasi Sofa Tahun 1987
(Dokumentasi Pribadi, 2021) Ikon
Warna yang ada pada mebel beserta maknanya adalah:
1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,
kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)
2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,
kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)
Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna
tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada sofa
156
adalah warna merah muda yang dipadukan dengan putih (Sanyoto,
2010, p. 36)
Kecenderungan penggunaan warna pada sofa mengarah pada
penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah muda
(Sanyoto, 2010, pp. 31-32)
Keseimbangan
Keseimbangan dari desain sofa menggunakan keseimbangan simetris
dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan sofa
(Sanyoto, 2010, p. 240)
Proporsi
Proporsi dari desain sofa tidak ideal karena tidak memenuhi
perbandingan ratio 1:1,618 dimana tidak ditemukan bagian sofa yang
ada pada garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)
4. Evaluasi
Tabel 4.24 Tahapan Evaluasi Mebel
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Mebel
Total 1 2 3 4 5 6
1
Warna
Putih v v v - - v 4
Merah v - - - - - 1
Merah muda v v - - - v 3
Jingga v - - - - - 1
Hijau v - - - - - 1
Biru v v - - - - 2
Violet v - - - - - 1
Ungu - v - - - - 1
Kuning - v v - - - 2
Hitam - - v - - - 1
Coklat - - - v v - 2
157
2
Keselarasan Warna
Analogous v v - - - - 2
Monochromatic - v v v v v 5
3 Jenis Warna
Panas v v v v v v 6
3
Garis
Horizontal v - - - - - 1
Diagonal - v - - - - 1
Vertikal - v - - - - 1
4
Keseimbangan
Simetris v v v - v v 5
Tersembunyi - - - v - 1
5
Proporsi
Ideal v v v v v - 5
Tidak ideal - - - - - v 1
6 Irama (Pengulangan)
Motif bunga - - v - - - 1
4.1.7 Analisis Data Budaya Visual
Setelah melalui proses pengolahan data budaya visual menggunakan
tahapan tinjauan desain, selanjutnya adalah menyimpulkan hasil pengolahan
data dari artefak media cetak berupa majalah dan poster film.
1. Sampul majalah
Sampul majalah pada era 70-an dan 80-an sebagian besar menggunakan
dua orang sebagai background sampul dengan komposisi tata letak cenderung
ke atas dan tengah, tipografi jenis serif serta warna yang mendominasi adalah
warna hitam, putih, merah, krem, dan hijau. Selain itu, bentuk persegi dan
garis diagonal juga dapat terlihat pada visual sampul. Keselarasan warna yang
paling banyak digunakan adalah laras warna harmonis (analogous) dengan
jenis warna yang panas. serta keseimbangan yang tersembunyi namun tetap
memiliki proporsi yang ideal;
158
Gambar 4.182 Data dan Interpretasi Sampul Majalah
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
2. Poster film
Poster film pada era 70-an dan 80-an sebagian besar menggunakan
tipografi jenis serif dengan komposisi tata letak yang cenderung di tengah,
serta warna yang mendominasi adalah putih, biru, dan hitam. Selain itu,
bentuk lingkaran dan garis horizontal juga dapat terlihat pada visual poster
film. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan adalah laras kontras
tiga warna komplementer (triad complementary) dengan jenis wana yang
panas serta keseimbangan yang tersembunyi namun tetap memiliki proporsi
yang ideal;
Gambar 4.183 Data dan Interpretasi Poster Film
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
3. Fashion
Fashion pada era 70-an dan 80-an sebagian besar merupakan gaun yang
panjangnya melebihi lutut, berlengan panjang, menggunakan warna putih
serta ditemukan penekanan desain menggunakan aksesoris dan irama atau
pengulangan motif garis. Selain itu, bentuk lingkaran dan garis diagonal juga
dapat terlihat pada gaun. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan
159
adalah laras warna tunggal (monochromatic) dengan jenis warna yang panas
serta keseimbangan yang simetris namun tetap memiliki proporsi yang ideal;
Gambar 4.184 Data dan Interpretasi Fashion
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
4. Otomotif
Otomotif pada era 70-an dan 80-an sebagian besar berupa mobil sedan
dengan bentuk yang kaku pada lekukan mobil. Transformasi bentuk mobil
dapat terlihat siginifikan menjelang era 80-an akhir dengan munculnya mobil
jenis hatchback dan karoseri. Sebagian besar mobil menggunakan warna
merah, hitam, dan abu-abu serta ditemukan penekanan desain menggunakan
spion mobil tambahan dan bentuk badan mobil yang baru. Selain itu, bentuk
persegi dan garis horizontal juga dapat terlihat pada visual mobil. Keselarasan
warna yang paling banyak digunakan adalah laras warna tunggal
(monochromatic) dengan jenis warna yang panas serta keseimbangan yang
tersembunyi namun tetap memiliki proporsi yang ideal;
Gambar 4.185 Data dan Interpretasi Otomotif
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
5. Elektronik
Elektronik pada era 70-an dan 80-an sebagian besar memiliki bentuk yang
kaku pada sudutnya dengan penggunaan warna abu-abu yang mendominasi.
160
Selain itu, bentuk persegi dan garis horizontal juga dapat terlihat pada visual
elektronik. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan adalah laras
warna tunggal (monochromatic) dengan jenis warna yang panas serta
keseimbangan yang tersembunyi namun tetap memiliki proporsi yang ideal;
Gambar 4.186 Data dan Interpretasi Elektronik
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
6. Mebel
Mebel pada era 70-an dan 80-an sebagian besar memiliki bentuk yang
organik dengan banyaknya lekukan tidak tajam pada sudut mebel dengan
warna putih yang mendominasi serta adanya irama atau pengulangan motif
bunga. Selain itu, garis horizontal, diagonal, dan vertikal juga dapat terlihat
pada visual mebel. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan adalah
laras warna tunggal (monochromatic) dengan jenis warna yang panas serta
keseimbangan yang simetris namun tetap memiliki proporsi yang ideal.
Gambar 4.187 Data dan Interpretasi Mebel
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Berikut ini adalah tabel frekuensi kemunculan elemen budaya visual
yang disimpulkan berdasarkan tahapan evaluasi yang telah dilakukan pada
dua kategori desain yakni desain grafis berupa sampul majalah (1) dan poster
film (2), serta desain produk berupa fashion (3), otomotif (4), elektronik (5)
dan mebel (6).
161
Tabel 4.25 Frekuensi Kemunculan Elemen Budaya Visual
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Kategori
Total 1 2 3 4 5 6
1
Tipografi
Serif 5 4 - - - - 9
Sans Serif 2 1 - - - - 3
Dekoratif - 1 - - - - 1
2
Warna
Jingga 2 4 1 2 - 1 10
Putih 5 5 6 - 4 4 24
Merah 5 2 2 4 2 1 16
Ungu 2 1 - - - 1 4
Hitam 6 5 3 3 4 1 22
Kuning 4 4 2 - - 2 12
Hijau 5 3 3 1 1 1 14
Abu-abu 2 - 1 3 6 - 12
Biru 3 5 2 - - 2 12
Cokelat 3 2 2 - 2 2 11
Krem 5 4 - - - - 9
Violet - 4 1 - - 1 6
Merah muda - 3 2 - - 3 8
3
Bentuk
Persegi 2 2 - 3 5 - 12
Lingkaran 1 4 3 1 2 - 11
Trapesium - - - 1 - - 1
Oval - - - 1 - - 1
4
Garis
Diagonal 2 - 4 - - 1 7
Zig-zag 1 1 - - - - 2
Melengkung S - 1 - - - - 1
Horizontal - 2 1 5 3 1 12
162
Vertikal - - 1 2 1 1 5
5
Keselarasan Warna
Anologous 4 - 1 - 1 2 8
Monochromatic 1 2 6 5 5 5 24
Kontras 2 warna
komplementer 2 1 - - - - 3
Kontras 2 warna
komplementer bias - - - 1 - - 1
Kontras 3 warna
komplementer 1 4 - - - - 5
Kontras 4 warna
komplementer 1 - - - - - 1
6
Jenis Warna
Panas 7 5 5 5 4 6 32
Dingin - 1 1 1 - - 3
7
Keseimbangan
Tersembunyi 7 5 - 6 5 1 24
Simetris - 1 6 - - 5 12
Sederajat - - - - 1 - 1
8
Proporsi
Ideal 5 6 6 5 5 5 32
Tidak ideal 2 - - 1 1 1 5
9
Komposisi Tata Letak
Atas 5 5 - - - - 10
Tengah 4 6 - - - - 10
Bawah 1 - - - - - 1
10
Irama
Motif bunga - - 2 - - 1 3
Garis diagonal - - 3 - - - 3
Garis horizontal - - 1 - - - 1
Garis vertikal - - 1 - - - 1
Bentuk lingkaran - - 1 - - - 1
163
4.2 Data Tren Pasar
Pengumpulan data mengenai tren pasar dilakukan untuk mengetahui selera
pasar mengenai produk keramik peralatan saji yang ada saat ini serta untuk
dijadikan sebagai arahan dalam mendesain produk. Data tren pasar akan
dikumpulkan menggunakan dua teknik yaitu teknik observasi dan teknik survei
yang dilakukan secara daring.
4.2.1 Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati tren pasar produk keramik
khususnya peralatan saji yang ada pada saat ini. Observasi adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis mengenai fenomena
sosial dengan mengamati dan mencatat hal yang diperlukan untuk dapat
diolah (Wijaya B. , 2007, p. 100). Proses pengumpulan data menggunakan
teknik observasi dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan data
produk terlaris peralatan saji dari sejumlah brand keramik lokal secara daring
dengan meninjau marketplace dan website dari setiap brand. Observasi
dilakukan pada 10 brand lokal diantaranya adalah Kandura Studio, Kanna
Keramik, Tekuni Keramik, Arta Derau, Artisan Ceramic, Naruna, Damdam,
Jenggala, Kaloka Pottery, dan Kei Pottery. Berikut adalah hasil observasi
produk terlaris dari setiap brand keramik lokal:
1. Keunikan produk dari brand keramik
Pada tabel berikut, dapat terlihat bahwa keunikan brand keramik lokal ada
pada motif yang digunakan saat menghias produk keramik dimana 8 dari 10
brand mengandalkan desain pola untuk menunjukkan keunikan mereka.
Selain itu, teknik pewarnaan seperti teknik pengaplikasian glasir, media yang
digunakan untuk membentuk warna yang unik, pencampuran warna, dan
teknik lainnya juga menjadi salah satu cara mengekspresikan keunikan. Hal
lain seperti menciptakan bentuk yang unik dalam pendesainan produk
keramik yang akan dijual, memberikan jasa layanan custom sesuai keinginan
dari pembeli, serta penciptaan tekstur unik yang dapat dirasakan dari setiap
produk keramik juga menjadi salah satu upaya brand untuk menjadi berbeda
di masa saat ini;
164
Tabel 4.26 Keunikan Produk dan Brand Keramik Lokal
No Brand Keramik Keunikan Produk Terlaris
1 Kandura Studio
Bentuk
Teknik pewarnaan
Motif
Dapat disesuaikan
Gambar 4.188 Set Teko Kandura Studio
(Kandura Studio, 2021)
2 Kanna Keramik Teknik pewarnaan
Motif
Dapat disesuaikan
Gambar 4.189 Gelas Kanna Keramik
(Kanna Keramik, 2021)
3 Tekuni Keramik Motif
Dapat disesuaikan Gambar 4.190 Mangkok Tekuni Keramik
(Tekuni Keramik, 2021)
4 Arta Derau Bentuk
Motif
Tekstur
Gambar 4.191 Gelas Arta Derau
(Arta Derau, 2021)
5 Artisan Ceramic Teknik pewarnaan
Dapat disesuaikan
Tekstur
Gambar 4.192 Piring Artisan Ceramic
(Artisan Ceramic, 2021)
6 Naruna
Teknik pewarnaan
Motif
Dapat disesuaikan
Tekstur
Gambar 4.193 Gelas Naruna
(Naruna, 2021)
7 Damdam
Teknik pewarnaan
Bentuk
Motif
Dapat disesuaikan
Tekstur
Gambar 4.194 Kendi Damdam
(Damdam, 2021)
8 Jenggala
Bentuk
Motif
Dapat disesuaikan
Tekstur
Gambar 4.195 Piring Jenggala
(Jenggala, 2021)
165
9 Kaloka Pottery Teknik pewarnaan
Bentuk
Motif
Gambar 4.196 Gelas Kaloka Pottery
(Kaloka Pottery, 2021)
10 Kei Pottery
Teknik pewarnaan
Bentuk
Motif
Dapat disesuaikan
Tekstur
Gambar 4.197 Gelas Kei Pottery
(Kei Pottery, 2021)
2. Rata-rata harga
Pada tabel berikut, dapat terlihat bahwa rata-rata harga produk keramik
peralatan saji berkisar antara Rp.138.981 hingga Rp.547.500 dengan produk
termurah adalah gelas baik berupa mug ataupun cup. Untuk produk termahal,
disebabkan penjualannya secara set berisikan satu teko dan dua gelas. Untuk
produk lainnya seperti piring, mangkok, dan kendi, harga rata-rata masih di
bawah Rp.200.000;
Gambar 4.198 Hasil Observasi Tren Pasar Harga Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
3. Target pasar
Pada tabel berikut, dapat terlihat bahwa target penjualan dari produk
keramik peralatan saji rata-rata ditujukan untuk keperluan domestik yakni
rumah tangga dan hadiah. Selain itu, brand keramik lokal juga menyediakan
layanan untuk dapat menyesuaikan keinginan pembeli ataupun mengadakan
166
kerja sama berupa proyek, kolaborasi antar brand, serta keperluan restoran
dan kafe;
Gambar 4.199 Hasil Observasi Target Pasar Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
4. Bentuk peralatan saji
Tabel 4.27 Hasil Observasi Tren Pasar Bentuk Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gelas (Mug/Cup) Piring
(Plate)
Mangkok
(Bowl) Set Teko
(Teapot)
Kendi
(Pitcher/Jug) Gagang Non-Gagang
Round Mug
Bell Mug
Tapered Mug
Large Mug
Tea Bowl
Tapered Cup
Tea Cup
Round Plate
Triangle Plate
Concept Plate
Cedar Shape
Bowl
Circle Shape
Bowl
Flat Shape
Bowl
Grand Teapot
Kyusu Teapot
Handle Teapot
Milk Jug
Tall Pitcher
Jug with Lid
167
4.2.2 Survei
Survei dilakukan untuk mengetahui tren pasar produk keramik
khususnya peralatan saji yang ada pada saat ini. Proses pengumpulan data
dengan teknik survei dilakukan dengan menyebarkan angket yakni alat untuk
mengumpulkan data dengan menyebarkan formulir berisikan pertanyaan
yang ditujukan pada responden dengan tujuan mendapat tanggapan yang
dapat selanjutnya diolah (Wijaya B. , 2007, p. 95). Pada proses ini, penulis
mengumpulkan data dengan menyebarkan pertanyaan secara daring melalui
Google Forms. Responden yang didapat berjumlah 34 orang dengan disebar
ke seluruh kalangan usia. Pertanyaan yang diajukan diantara lain:
1. Demografi responden
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Profesi
d. Domisili
2. Produk keramik peralatan saji
a. Jenis produk keramik peralatan saji yang sering digunakan
b. Pertimbangan saat membeli produk keramik peralatan saji
c. Alasan membeli produk keramik peralatan saji
d. Alasan menggunakan produk keramik peraltan saji
e. Biaya yang dikeluarkan saat membeli produk keramik peralatan saji (1
buah ataupun 1 set)
f. Lokasi pilihan untuk membeli produk keramik peralatan saji
g. Bentuk peralatan saji yang disukai
3. Nostalgia dan retro
a. Pernah mengalami dan suka nostalgia
b. Frekuensi seringnya mengalami nostalgia
c. Emosi yang dirasakan saat mengalami nostalgia
d. Kaitan nostalgia dengan benda yang berasal dari zaman dahulu
e. Respon jika ada produk yang dapat membantu mengalami nostalgia
f. Ketertarikan terhadap produk retro
168
g. Budaya visual Indonesia yang paling sesuai dengan gaya retro era 70-
an dan 80-an
h. Respon jika diciptakan produk keramik peralatan saji yang bertemakan
retro
Hasil dari pengumpulan data tren pasar melalui teknik survei dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan dengan persentase
sebesar 58,8% dan 41,2% lainnya laki-laki;
Gambar 4.200 Data Jenis Kelamin Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
2. Umur responden didominasi oleh kalangan usia 21-30 tahun dengan
persentase sebanyak 47,1%, diikuti oleh responden yang kurang dari 21
tahun sebanyak 32,4% , kemudian kalangan usia 41-50 tahun sebanyak
14,7% dan persentase terkecil adalah responden di kalangan usia 31-40
tahun yakni sebanyak 5,9%;
Gambar 4.201 Data Range Usia Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
169
3. Profesi responden didominasi oleh pelajar atau mahasiswa dengan
persentase sebesar 61,8%, diikuti oleh responden yang berprofesi sebagai
pegawai swasta sebanyak 23,5%, kemudian responden yang berprofesi
sebagai pengajar sebanyak 11,7%, dan persentase terkecil adalah
responden yang berprofesi sebagai wiraswasta;
Gambar 4.202 Data Profesi Responden
(Dokumentasi Pribdai, 2021)
4. Domisili responden sebagian besar berada di wilayah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dengan persentase 91,2%
dengan diikuti responden yang berdomisili di luar Pulau Jawa sebanyak
5,9% dan persentase terkecil adalah responden yang berdomisili di Pulau
Jawa selain wilayah Jabodetabek yakni sebanyak 2,9%;
Gambar 4.203 Data Domisili Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
5. Jenis produk keramik peralatan saji yang sering digunakan responden
adalah piring dengan persentase 73,5%, mangkok sebanyak 67,6%, gelas
170
sebanyak 61,8%, teko sebanyak 20,6%, tempat bumbu sebanyak 8,8%, dan
yang paling jarang digunakan adalah kendi sebanyak 2,9%;
Gambar 4.204 Data Jenis Produk Keramik Peralatan Saji yang Sering Digunakan
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
6. Pertimbangan responden saat membeli produk keramik peralatan saji
adalah aspek estetika produk dengan persentase sebanyak 76,5%,
kemudian fungsi produk sebanyak 73,5%, harga produk sebanyak 58,8%,
dan yang paling tidak dipertimbangkan adalah brand produk, daya tahan
produk dan ergonomi yakni masing-masing sebanyak 2,9%;
Gambar 4.205 Data Pertimbangan Saat Membeli Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
7. Alasan responden membeli produk keramik peralatan saji sebagian besar
untuk keperluan domestik yakni rumah tangga dengan persentase
sebanyak 94,1%, diikuti dengan sebagai hadiah sebanyak 23,5%,
171
keperluan restoran dan kafe sebanyak 8,8%, dan alasan lainnya adalah
untuk koleksi dan kepuasan pribadi yang masing-masing sebanyak 2,9%;
Gambar 4.206 Data Alasan Membeli Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
8. Alasan responden menggunakan produk keramik peralatan saji sebagian
besar karena material keramik bersifat tahan lama dengan persentase
sebesar 70,6%, alasan lain adalah fungsi pakai sebanyak 61,8%, ramah
lingkungan sebanyak 58,8%, fungsi dekorasi sebanyak 44,1%, bentuk unik
dan nyaman digunakan sebanyak masing-masing 2,9%;
Gambar 4.207 Data Alasan Menggunakan Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
9. Biaya yang dikeluarkan responden saat membeli 1 buah produk keramik
peralatan saji sebagian besar di bawah Rp.100.000 dengan persentase
52,9%, lalu kisaran harga berikutnya adalah antara Rp.100.000 –
172
Rp.200.000 sebanyak 38,2%, kemudian Rp.200-000 – Rp.300.000
sebanyak 5,9% dan di atas Rp.400.000 sebanyak 2,9%;
Gambar 4.208 Data Biaya Pembelian Produk Keramik Peralatan Saji Satuan
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
10. Biaya yang dikeluarkan responden saat membeli 1 set produk keramik
peralatan saji sebagian besar di bawah Rp.400.000 dengan persentase
55,9%, lalu kisaran harga berikutnya adalah antara Rp.400-000 –
Rp.500.000 sebanyak 20,6%, kemudian Rp.500-000 – Rp.600-000
sebanyak 8,8%, Rp.600-000 – Rp.700.000 sebanyak 8,8%, dan di atas
Rp.700.000 sebanyak 5,9%;
Gambar 4.209 Data Biaya Pembelian Produk Keramik Peralatan Saji Set
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
11. Lokasi pilihan responden saat membeli produk keramik peralatan saji
adalah secara offline ke toko keramik, toko homeware, ataupun toko
interior dengan persentase sebanyak 73,5% dan sisanya sebanyak 26,5%
berbelanja secara online di marketplace, website, ataupun sosial media;
173
Gambar 4.210 Data Lokasi Pembelian Produk Keramik Peralatan Saji
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
12. Bentuk gelas yang disukai responden sebagian besar adalah bell mug
dengan persentase sebesar 35,3%, lalu diikuti tapered mug sebanyak
20,6%, round mug sebanyak 14,7%, tea bowl sebanyak 14,7%, large mug
sebanyak 8,8%, dan tapered cup sebanyak 5,9%;
Gambar 4.211 Data Bentuk Gelas Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
174
13. Bentuk piring yang disukai responden sebagian besar adalah round plate
dengan persentase sebesar 85,3%, lalu diikuti concept plate sebanyak
11,8%, dan triangle plate sebanyak 2,9%;
Gambar 4.212 Data Bentuk Piring Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
14. Bentuk mangkok yang disukai responden sebagian besar adalah cedar
shape bowl dengan persentase sebesar 55,9% dan sisanya sebanyak 44,1%
menyukai circle shape bowl;
Gambar 4.213 Data Bentuk Mangkok Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
175
15. Bentuk teko yang disukai responden sebagian besar adalah handle teapot
dengan persentase sebesar 47,1%, lalu diikuti oleh grand teapot sebanyak
35,3% dan kyusu teapot sebanyak 17,6%;
Gambar 4.214 Data Bentuk Teko Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
16. Bentuk kendi yang disukai responden sebagian besar adalah jug with lid
dengan persentase sebesar 58,8%, lalu diikuti oleh tall pitcher sebanyak
23,5% dan milk jug sebanyak 17,6%;
Gambar 4.215 Data Bentuk Kendi Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
176
17. Sebagian besar responden pernah atau suka mengalami nostalgia dengan
persentase sebesar 91,2%, dan sisanya sebanyak 8,8% menjawab tidak;
Gambar 4.216 Data Pengalaman Nostalgia Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
18. Frekuensi keseringan responden mengalami nostalgia sebagian besar
adalah sering dengan persentase sebesar 52,9%, yang diikuti oleh
persentase sangat sering sebesar 23,5%, jarang sebanyak 17,6%, dan
sangat jarang sebanyak 5,9%;
Gambar 4.217 Data Frekuensi Pengalaman Nostalgia Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
19. Emosi yang dirasakan oleh responden saat mengalami nostalgia sebagian
besar positif dengan persentase sebesar 85,3%, yang diikuti oleh emosi
negatif sebanyak 8,8%, klasik dan vintage sebanyak 2,9%, dan rindu
sebanyak 2,9%;
177
Gambar 4.218 Data Emosi Responden Saat Mengalami Nostalgia
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
20. Sebagian besar responden setuju jika benda yang berasal dari jaman dulu
memudahkan mereka untuk mengalami nostalgia dengan persentase
sebesar 85,3%, dan sisanya tidak setuju dengan persentase 14,7%;
Gambar 4.219 Data Persetujuan Jika Benda Jaman Dulu Memudahkan Nostalgia
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
21. Sebagian besar responden setuju jika adanya produk yang dapat membantu
mengalami nostalgia dengan persentase sebesar 58,8%, yang diikuti oleh
persentase sangat setuju sebesar 35,3%, dan sisanya sebanyak 5,9% tidak
setuju;
Gambar 4.220 Data Persetujuan Jika Adanya Produk Pembantu Nostalgia
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
178
22. Sebanyak 47,1% responden mengaku tertarik terhadap produk retro, yang
diikuti oleh persentase sangat tertarik sebesar 41,2%, dan sisanya sebanyak
11,8% tidak tertarik;
Gambar 4.221 Data Ketertarikan Terhadap Produk Retro
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
23. Tipografi yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya retro
era 70-an dan 80-an adalah tipografi 5 dengan persentase sebesar 47,1%,
yang diikuti oleh tipografi 4 sebanyak 38,2%, tipografi 2 sebanyak 8,8%,
dan tipografi 6 sebanyak 5,9%;
Gambar 4.222 Data Jenis Tipografi Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
24. Elemen yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya retro era
70-an dan 80-an adalah elemen garis lengkung dengan persentase sebesar
32,4%, elemen garis lurus sebanyak 32,4%, elemen perpaduan garis
179
sebanyak 17,6%, elemen garis zig-zag sebanyak 8,8%, elemen lingkaran
sebanyak 5,9%, dan elemen abstrak sebanyak 2,9%;
Gambar 4.223 Data Jenis Elemen Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
25. Motif yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya retro era
70-an dan 80-an adalah motif polkadot dengan persentase sebesar 38,2%,
motif bunga dengan persentase sebesar 20,6%, motif garis sebanyak
17,6%, motif kotak-kotak sebanyak 14,7%, motif geometris sebanyak
5,9%, dan tidak bermotif sebanyak 2,9%;
Gambar 4.224 Data Jenis Motif Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
180
26. Elemen otomotif yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya
retro era 70-an dan 80-an adalah pada otomotif 1 dengan persentase
sebesar 29,4%, yang diikuti oleh otomotif 3 sebanyak 26,5%, otomotif 4
sebanyak 20,6%, otomotif 5 sebanyak 11,8%, otomotif 6 sebanyak 5,9%
dan otomotif 2 sebanyak 5,9%;
Gambar 4.225 Data Jenis Motif Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
27. Elemen mebel yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya
retro era 70-an dan 80-an adalah pada mebel 1 dengan persentase sebesar
41,2%, mebel 5 sebanyak 23,5%, mebel 6 sebanyak 14,7%, mebel 3
sebanyak 8,8%, mebel 4 dan mebel 2 dengan persentase masing-masing
5,9%;
Gambar 4.226 Data Jenis Motif Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
181
28. Elemen elektronik yang menurut responden mampu merepresentasikan
gaya retro era 70-an dan 80-an adalah pada elektronik 1 dengan persentase
sebesar 35,3%, elektronik 5 sebanyak 26,5%, elektronik 6 sebanyak
17,6%, elektronik 4 sebanyak 8,8%, serta elektronik 2 dan 3 dengan
persentase masing-masing 5,9%;
Gambar 4.227 Data Jenis Elektronik Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
29. Sebanyak 58,5% dari responden sangat setuju dengan penciptaan produk
keramik peralatan saji bertemakan retro, dan selebihnya juga setuju
dengan persentase sebesar 41,2%.
Gambar 4.228 Data Persetujuan Terhadap Penciptaan Produk Keramik Peralatan
Saji Bertemakan Retro
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
182
4.2.3 Analisis Data Tren Pasar
Setelah mengumpulan data mengenai tren pasar produk keramik
menggunakan teknik observasi dan teknik survei secara daring, selanjutnya
adalah menyimpulkan data dari kedua teknik tersebut.
1. Teknik Observasi
Pada tahapan observasi secara daring, ditemukan bahwa 10 brand keramik
lokal mementingkan keunikan dari produk yang difokuskan pada motif,
teknik pewarnaan, bentuk, menyesuaikan keinginan konsumen, dan tekstur.
Untuk harga, rata-rata produk keramik berkisar di harga Rp.140.000 hingga
Rp.550.000 dengan harga per satuan masih di bawah Rp.200.000. Keperluan
produk keramik peralatan saji digunakan untuk domestik atau rumah tangga,
hadiah, restoran, kafe, atau proyek dan kolaborasi antar brand. Bentuk produk
keramik peralatan saji terlaris dari 10 brand tersebut diantaranya adalah gelas,
piring, mangkok, teko, dan kendi.
2. Teknik Survei
Pada tahapan survei secara daring, responden yang didapat berjumlah 34
orang dengan didominasi oleh perempuan berusia 21-30 tahun, berprofesi
sebagai pelajar atau mahasiswa dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Jenis
produk keramik peralatan saji yang paling banyak digunakan responden
adalah round plate, cedar shape bowl, dan bell mug. Pertimbangan responden
saat hendak membeli produk keramik peralatan saji adalah segi estetika yang
mencakup warna, bentuk, grafis dari produk, fungsinya yang digunakan untuk
keperluan domestik atau rumah tangga, serta harga yang terjangkau dengan
berkisar di bawah Rp.100.000 hingga Rp.400.000. Alasan responden
menggunakan produk peralatan saji bermaterial keramik adalah tahan lama
dan ramah lingkungan. Lokasi tempat responden membeli produk keramik
peralatan saji masih banyak secara offline yakni mengunjungi toko keramik,
toko homeware, atau toko interior.
Kemudian survei juga mengumpulkan data mengenai nostalgia dan retro
dengan data yang didapat bahwa 91,2% responden mengalami nostalgia
dengan frekuensi keseringan hingga 76,4% dan pada umumnya reaksi yang
muncul terhadap nostalgia mengarah pada emosi yang positif dengan
183
persentase sebanyak 85,3%. Sebanyak 85,3% responden juga mengaku
bahwa benda jaman dulu berhasil memudahkan mereka dalam bernostalgia
dan setuju jika adanya produk yang dapat memudahkan nostalgia mereka
dengan persentase sebanyak 94,1% dengan ketertarikan hingga 88,3%.
Penawaran penulis dengan menciptakan produk keramik peralatan saji
bertemakan retro juga menuai persetujuan responden hingga 100% dengan 20
responden sangat setuju dan 14 responden lainnya setuju.
Gambar 4.229 Analisis Data Tren Pasar Hasil Observasi dan Survei
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
184
Kesimpulan dari analisis data tren pasar, menemukan bahwa
konsumen membeli produk keramik peralatan saji untuk keperluan domestik
atau rumah tangga dengan mempertimbangkan segi estetika seperti motif,
teknik pewarnaan, dan bentuk serta dengan harga di bawah Rp.100.000
hingga Rp.400.000 dan bentuk produk yang digunakan terbanyak adalah bell
mug, round plate, dan cedar shape bowl.
4.3 Analisis
Berdasarkan data budaya visual dan data tren pasar yang telah diolah pada
subbab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Analisis Data Budaya Visual
Data budaya visual diperoleh dari artefak media cetak Indonesia berupa poster
film dan majalah dari era 70-an dan 80-an. Selain itu, data budaya visual yang
diolah juga dilakukan survei untuk memastikan arah keinginan pasar. Pertanyaan
survei diarahkan dengan meminta responden untuk memilih salah satu dari enam
pilihan yang memuat kategori yang dipertanyakan seperti tipografi, elemen garis,
motif, otomotif, mebel, dan elektronik.
Gambar 4.230 Perkembangan Budaya Visual Indonesia Era 70-an dan 80-an
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
185
Keseluruhan budaya visual yang diolah dari artefak media cetak disimpulkan
dengan cara menghitung frekuensi kemunculan elemen yang ada dimana terdiri atas
tipografi, elemen dan prinsip desain. Elemen desain yang ditemukan pada budaya
visual yang diolah adalah warna, keselarasan warna, jenis warna, bentuk, dan garis.
Prinsip desain yang ditemukan pada budaya visual yang diolah adalah
keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak, dan irama. Berikut ini adalah tabel
frekuensi kemunculan elemen budaya visual yang merupakan kesimpulan analisis
data artefak.
Tabel 4.28 Frekuensi Kemunculan Elemen Budaya Visual
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Keterangan Kategori
Total 1 2 3 4 5 6
1
Tipografi
Serif 5 4 - - - - 9
Sans Serif 2 1 - - - - 3
Dekoratif - 1 - - - - 1
2
Warna
Jingga 2 4 1 2 - 1 10
Putih 5 5 6 - 4 4 24
Merah 5 2 2 4 2 1 16
Ungu 2 1 - - - 1 4
Hitam 6 5 3 3 4 1 22
Kuning 4 4 2 - - 2 12
Hijau 5 3 3 1 1 1 14
Abu-abu 2 - 1 3 6 - 12
Biru 3 5 2 - - 2 12
Cokelat 3 2 2 - 2 2 11
Krem 5 4 - - - - 9
Violet - 4 1 - - 1 6
Merah muda - 3 2 - - 3 8
3 Bentuk
Persegi 2 2 - 3 5 - 12
186
Lingkaran 1 4 3 1 2 - 11
Trapesium - - - 1 - - 1
Oval - - - 1 - - 1
4
Garis
Diagonal 2 - 4 - - 1 7
Zig-zag 1 1 - - - - 2
Melengkung S - 1 - - - - 1
Horizontal - 2 1 5 3 1 12
Vertikal - - 1 2 1 1 5
5
Keselarasan Warna
Anologous 4 - 1 - 1 2 8
Monochromatic 1 2 6 5 5 5 24
Kontras 2 warna
komplementer 2 1 - - - - 3
Kontras 2 warna
komplementer bias - - - 1 - - 1
Kontras 3 warna
komplementer 1 4 - - - - 5
Kontras 4 warna
komplementer 1 - - - - - 1
6
Jenis Warna
Panas 7 5 5 5 4 6 32
Dingin - 1 1 1 - - 3
7
Keseimbangan
Tersembunyi 7 5 - 6 5 1 24
Simetris - 1 6 - - 5 12
Sederajat - - - - 1 - 1
8
Proporsi
Ideal 5 6 6 5 5 5 32
Tidak ideal 2 - - 1 1 1 5
9
Komposisi Tata Letak
Atas 5 5 - - - - 10
Tengah 4 6 - - - - 10
Bawah 1 - - - - - 1
187
10
Irama
Motif bunga - - 2 - - 1 3
Garis diagonal - - 3 - - - 3
Garis horizontal - - 1 - - - 1
Garis vertikal - - 1 - - - 1
Bentuk lingkaran - - 1 - - - 1
Data budaya visual yang juga dilakukan survei yakni berupa kategori tipografi,
garis, motif, otomotif, mebel, dan elektronik diambil dua pilihan responden
berdasarkan persentase terbanyak sebagaimana yang disimpulkan pada tabel
berikut.
Tabel 4.29 Data Persentase Terbanyak Budaya Visual Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Kategori Data Budaya Visual Persentase
1 Tipografi
85,3%
2 Garis
64,8%
3 Motif
58,8%
4 Otomotif
55,9%
5 Mebel
64,7%
6 Elektronik
61,8%
188
Selanjutnya adalah membandingkan frekuensi kemunculan terbanyak dari
elemen budaya visual yang merupakan hasil analisis data artefak dengan data
persentase terbanyak hasil survei.
Gambar 4.231 Analisis Data Budaya Visual Hasil Analisis Data Artefak dan Survei
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Pada gambar di atas dapat terlihat terdapat beberapa elemen yang ditemukan
pada kedua jenis data yaitu garis horizontal, garis diagonal, bentuk lingkaran, dan
motif bunga. Keempat elemen ini akan diprioritaskan dalam penentuan konsep
desain produk keramik peralatan saji. Selain itu, dapat ditemukan pula elemen lain
pada hasil analisis data artefak yaitu bentuk persegi dan garis melengkung S.
Tipografi serif dari artefak dan sans serif dari survei akan diterapkan cirinya dalam
desain. Kesimpulan analisis data budaya visual juga ditarik dari elemen dan prinsip
desain terbanyak yang ditemukan yaitu keselarasan warna monochromatic dan
analogous, komposisi tata letak yang fokus di atas dan tengah, proporsi yang ideal,
keseimbangan tersembunyi, serta jenis warna yang panas dimana terdapat warna
merah, hijau, kuning, cokelat, serta warna netral putih, abu-abu, dan hitam yang
terbanyak ditemukan pada data budaya visual.
189
2. Analisis Data Tren Pasar
Gambar 4.232 Analisis Data Tren Pasar Hasil Observasi dan Survei
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
Kesimpulan dari analisis data tren pasar melalui teknik observasi dan survei,
menemukan bahwa konsumen membeli produk keramik peralatan saji untuk
keperluan domestik atau rumah tangga dengan mempertimbangkan segi estetika
seperti motif, teknik pewarnaan, dan bentuk serta dengan harga di bawah
Rp.100.000 hingga Rp.400.000, dan juga bentuk produk yang digunakan terbanyak
adalah bell mug, round plate, dan cedar shape bowl.
Gambar 4.233 Bentuk Produk Pilihan Responden
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
190
3. Analisis Final
Analisis final dilakukan untuk mendapat kesimpulan secara menyeluruh
berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada budaya visual dan tren pasar. Pada
data tren pasar telah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Target pasar adalah perempuan usia 21-30 tahun;
b. Pertimbangan pembelian produk adalah dari segi estetika seperti motif, teknik
pewarnaan, dan bentuk produk keramik peralatan saji;
c. Bentuk produk keramik peralatan saji yang menjadi pilihan responden adalah
bell mug, round plate, dan cedar shape bowl;
d. Produk keramik peralatan saji digunakan untuk keperluan domestik atau
rumah tangga;
e. Harga produk keramik peralatan saji yang dibeli responden rata-rata di bawah
Rp.100.000 atau hingga Rp.400.000.
Kemudian pada data budaya visual juga telah disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Elemen visual yang ditemukan pada kedua jenis data artefak dan survei
adalah garis horizontal, garis diagonal, bentuk lingkaran, dan motif bunga;
b. Bentuk persegi termasuk elemen yang sering ditemukan pada data artefak;
c. Garis melengkung S menjadi pilihan responden sebagai elemen yang
berkaitan dengan retro;
d. Tipografi serif dari artefak dan sans serif dari survei akan diterapkan cirinya
dalam desain;
e. Keselarasan warna terbanyak adalah monochromatic dan analogous;
f. Komposisi tata letak yang banyak ditemukan adalah yang fokus pada bagian
atas dan tengah;
g. Proporsi terbanyak dari data budaya visual adalah yang ideal;
h. Keseimbangan terbanyak dari data budaya visual adalah yang tersembunyi;
i. Jenis warna yang banyak ditemukan adalah warna panas;
j. Warna yang banyak ditemukan dimana termasuk dalam kategori warna panas
adalah merah, hijau, kuning, cokelat, serta warna netral putih, abu-abu, dan
hitam.
191
Berdasarkan kedua kesimpulan analisis di atas, maka dapat diperoleh
kesimpulan final untuk dijadikan konsep dasar mendesain peralatan saji produk
keramik. Produk keramik peralatan saji akan didesain untuk perempuan dengan
mempertimbangkan segi estetika yang dalam proses desainnya mengambil data
kesimpulan elemen desain budaya visual seperti garis, bentuk, warna, keselarasan
warna, dan jenis warna, tipografi serta prinsip desain berupa komposisi tata letak,
proporsi, keseimbangan, dan irama. Kemudian untuk bentuk peralatan saji yang
didesain adalah berdasarkan hasil survei yakni bell mug, round plate, dan cedar
shape bowl. Selain itu, desain produk keramik peralatan saji juga difokuskan untuk
keperluan domestik atau rumah tangga dengan harga yang terjangkau di antara
Rp.100.000 hingga Rp.400.000.
4.4 Konsep Desain
Gambar 4.234 Moodboard (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Moodboard dibuat berdasarkan hasil analisis data sebelumnya. Tema dari
moodboard yand dibuat adalah Vivid Geometric dengan fokus mengarah pada
bentuk geometris serta penggunaan jenis warna yang panas. Bentuk geometris yang
termasuk dalam kriteria desain adalah garis horizontal, garis diagonal, garis
melengkung S, bentuk lingkaran, bentuk persegi, dan motif bunga. Jenis warna
panas yang termasuk dalam kriteria desain adalah merah, hijau, kuning, cokelat,
serta warna netral putih, abu-abu, dan hitam. Hasil desain juga nantinya akan
192
memenuhi kriteria prinsip desain berdasarkan analisis data sebelumnya berupa
keselarasan warna monochromatic atau analogous, komposisi tata letak atas dan
tengah, proporsi ideal, serta keseimbangan yang tersembunyi. Untuk kriteria desain
lain berupa tipografi jenis serif dan sans serif akan diambil sifat dari bentuk
tipografi untuk diterapkan dalam desain. Selain hasil analisis data dan moodboard
yang dijadikan sebagai studi grafis, juga akan dilakukan studi bentuk dengan
membuat moodboard yang mengambil inspirasi dari gaya desain populer pada era
70-an dan 80-an di Indonesia berupa gaya psychedelic art dan pop art.
Gambar 4.235 Moodboard Studi Bentuk
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
4.5 Sketsa Alternatif
Gambar 4.236 Sketsa Ide
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
193
Sketsa ide dilakukan dengan menyesuaikan moodboard studi grafis dan
bentuk yang telah dibuat. Sembilan sketsa ide kemudian ditinjau dan dipilih
beberapa yang dapat dikembangkan untuk dilanjutkan ke konsep desain final.
Sketsa ide yang terpilih kemudian dikembangkan konsep desainnya beserta jenis
peralatan saji secara lengkap dari piring, mangkok, dan gelas.
4.6 Desain Final
Tabel 4.30 Konsep Desain Final
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
No Desain Final Konsep Desain
A
Elemen bentuk persegi
Elemen garis horizontal
Elemen pop art
B
Motif bunga
Elemen garis melengkung S
Elemen lingkaran
C
Elemen garis horizontal
Elemen garis vertikal
Bentuk microphone jadul
Grip untuk fungsi ergonomi
Konsep desain A mengusung gaya desain yang lebih kaku dengan
menggunakan bentuk dasar persegi trapesium. Garis-garis horizontal juga terlihat
mengelilingi permukaan luar gelas dan mangkok serta bagian dalam dari piring.
Konsep desain B mengarah pada gaya desain yang lebih organik dengan
menggunakan motif bunga sebagai ide dasarnya. Motif bunga dibuat menggunakan
elemen lain yakni garis melengkung S dan lingkaran. Konsep desain yang terakhir
yakni C mengangkat microphone jadul sebagai inspirasi. Pada bentuk khususnya
194
gelas C dapat terlihat bentuk mic secara jelas dengan perpaduan garis lurus secara
vertikal dan horizontal.
4.7 Evaluasi Desain
Konsep desain yang telah dibuat kemudian dilakukan survei evaluasi untuk
memastikan kesesuaian desain secara daring melalui Google Forms. Responden
yang didapat berjumlah 38 orang dengan mengutamakan responden yang
berpartisipasi di survei sebelumnya. Pertanyaan survei evaluasi mengarah pada
seberapa mampu konsep desain yang dibuat merepresentasikan ciri desain dari era
70-an dan 80-an Indonesia dan bergaya retro. Hasil survei dari ketiga konsep desain
diantaranya sebagai berikut:
1. Konsep desain final A
Gambar 4.237 Evaluasi Konsep Desain Final A (Dokumentasi Pribadi, 2021)
2. Konsep desain final B
Gambar 4.238 Evaluasi Konsep Desain Final B
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
195
3. Konsep desain final C
Gambar 4.239 Evaluasi Konsep Desain Final C
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
4. Evaluasi desain berdasarkan elemen desain
Gambar 4.240 Evaluasi Desain Berdasarkan Elemen Desain (Dokumentasi Pribadi, 2021)
Hasil akhir survei evaluasi menunjukkan bahwa desain A dinilai paling
mendekati gaya retro berdasarkan elemen garis, bentuk, dan juga warna yang
terlihat mendominasi grafik serta ukuran kemampuan merepresentasikam ciri
desain dari era 70-an dan 80-an Indonesia terlihat mendominasi di angka 4 hingga
disetujui oleh 50% dari seluruh reponden.
4.8 Gambar Kerja
Konsep desain A yang telah dinilai paling mampu merepresentasikan ciri
desain dari era 70-an dan 80-an Indonesia kemudian dilanjutkan ke tahapan
pembuatan gambar kerja untuk memastikan ukuran dan bentuk sehingga
196
memudahkan proses pembuatan prototype. Gambar kerja yang dibuat diantaranya
sebagai berikut:
1. Gambar kerja gelas
Gambar 4.241 Gambar Kerja Gelas
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
2. Gambar kerja mangkok
Gambar 4.242 Gambar Kerja Mangkok
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
197
3. Gambar kerja piring
Gambar 4.243 Gambar Kerja Piring
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
4.9 Prototype
Proses pembuatan prototype dilakukan di sebuah galeri keramik yang ada di
Jakarta Selatan dengan menggunakan jenis tanah liat berwarna putih atau
stoneware. Adapun tahapan secara rincinya adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan
Proses pembentukan tanah liat jenis stoneware menggunakan teknik putar yang
dibantu dengan alat putar (wheel) untuk mendapatkan hasil produk yang rapi.
Jumlah tanah liat yang digunakan sebanyak 3 kg untuk membuat gelas, mangkok,
dan piring;
Gambar 4.244 Proses Pembentukan Tanah Liat
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
198
2. Pembubutan
Proses pembubutan tanah liat yang telah dibentuk pada tahapan sebelumnya
dilakukan beberapa hari setelahnya supaya tanah liat tidak terlalu lembek. Proses
ini masih menggunakan alat putar dengan bantuan kuas dan pisau bubut. Tahapan
ini dilakukan untuk merapikan bagian bawah produk serta menghaluskan dan
menipiskan bagian yang masih dianggap terlalu tebal;
Gambar 4.245 Proses Pembubutan Tanah Liat
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
3. Modifikasi
Proses modifikasi tanah liat dilakukan langsung setelah proses bubut dengan
meliputi proses pembuatan dan pemasangan gagang gelas serta pemodifikasian
bentuk produk secara manual sesuai keinginan. Alat bantu yang digunakan adalah
kertas, penggaris dan pisau;
Gambar 4.246 Proses Modifikasi Tanah Liat
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
199
4. Pembakaran Awal
Proses pembakaran awal dilakukan menggunakan tungku bakar berbahan gas
dengan suhu 900 derajat celcius dalam kurun waktu 8 jam. Setelah proses bakar
selesai, tungku bakar didiamkan selama 2 hari untuk menurunkan suhu panasnya;
Gambar 4.247 Proses Pembakaran Awal
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
5. Pewarnaan Glasir
Proses pewarnaan glasir diawali dengan mengamplas permukaan bisque yang
masih kasar. Kemudian untuk glasir yang digunakan adalah mineral warna hitam
dan transparan, serta pigmen oranye yang dicampur dengan glasir transparan. Alat
bantu yang digunakan adalah busa untuk merapikan glasir yang diaplikasikan;
Gambar 4.248 Proses Pewarnaan Glasir
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
200
6. Pembakaran Akhir
Proses pembakaran akhir dilakukan menggunakan tungku bakar berbahan gas
dengan suhu 1200 derajat celcius dalam kurun waktu 10 jam. Setelah proses bakar
selesai, tungku bakar didiamkan selama 2 hari untuk menurunkan suhu panasnya.
Tahapan terakhir ini telah membentuk keramik yang memiliki nilai fungsi.
Gambar 4.249 Proses Pembakaran Akhir dan Produk Final
(Dokumentasi Pribadi, 2021)
201
4.10 Evaluasi Penggunaan Prototype
Prototype yang telah dibuat kemudian dilakukan evaluasi dengan
dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Pada awalnya setiap prototype direndam
dengan air panas bersuhu 90 derajat celcius untuk mensterilkan sekaligus menguji
ketahanan prototype terhadap air panas. Proses ini dilakukan selama 5 menit dan
terbukti bahwa prototype aman untuk dipergunakan sebagai alat saji makanan
ataupun minuman yang panas.
Evaluasi berikutnya dilakukan tes penyajian makanan dan minuman secara
langsung. Mangkok diuji untuk menampung mi instan kuah yang baru dimasak,
gelas diuji untuk menampung susu panas, dan piring untuk menampung biskuit.
Hasil tes penyajian mendapatkan hasil bahwa mangkok dapat memuat satu bungkus
mi instan kuah dan sumpit dapat diletakkan dengan mudah di tengah mangkok,
kemudian gelas dapat memuat cairan sebanyak 300 ml, serta piring yang dapat
memuat makanan seperti pada umumnya. Berikut adalah beberapa foto evaluasi
penggunaan prototype yang telah dilakukan:
Gambar 4.250 Evaluasi Penggunaan Prototype
(Dokumentasi Pribadi, 2021)