bab iv data dan analisis 4.1 data budaya visual

128
74 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual Artefak media cetak berupa majalah dan poster film Indonesia yang terbit di era 70-an dan 80-an, dijadikan sebagai sumber data primer untuk dianalisa budaya visualnya. Proses menganalisis data dilakukan dengan membagi masing-masing era menjadi tiga era bagian dimulai dari awal, tengah, hingga akhir dari era tersebut. Budaya visual yang diolah terbagi menjadi dua kategori yaitu desain grafis dan desain produk. Kategori desain grafis yang dibahas terdiri dari sampul majalah dan poster film, sedangkan untuk desain produk, yang dibahas terdiri dari bidang fashion, elektronik, otomotif, dan mebel. Keseluruhan budaya visual akan secara satu persatu diolah menggunakan teori tinjauan desain. 4.1.1 Sampul Majalah Sampul majalah akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal, interpretasi, serta evaluasi. 1. Deskriptif Tabel 4.1 Tahapan Deskriptif Sampul Majalah (Dokumentasi Pribadi, 2021) No Sampul Majalah Deskriptif Era 70-an awal (1970-1972) 1 Gambar 4.1 Majalah Varia Tahun 1971 (Dokumentasi Pribadi, 2021) Majalah Varia no 669 edisi 10 Pebruari tahun 1971 Elemen visual yang ada: Foto Tipografi Elemen desain (warna, bentuk) Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

74

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1 Data Budaya Visual

Artefak media cetak berupa majalah dan poster film Indonesia yang terbit di

era 70-an dan 80-an, dijadikan sebagai sumber data primer untuk dianalisa budaya

visualnya. Proses menganalisis data dilakukan dengan membagi masing-masing era

menjadi tiga era bagian dimulai dari awal, tengah, hingga akhir dari era tersebut.

Budaya visual yang diolah terbagi menjadi dua kategori yaitu desain grafis dan

desain produk. Kategori desain grafis yang dibahas terdiri dari sampul majalah dan

poster film, sedangkan untuk desain produk, yang dibahas terdiri dari bidang

fashion, elektronik, otomotif, dan mebel. Keseluruhan budaya visual akan secara

satu persatu diolah menggunakan teori tinjauan desain.

4.1.1 Sampul Majalah

Sampul majalah akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal,

70-an tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir,

menggunakan teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif,

analisis formal, interpretasi, serta evaluasi.

1. Deskriptif

Tabel 4.1 Tahapan Deskriptif Sampul Majalah

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Sampul Majalah Deskriptif

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.1 Majalah Varia Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Majalah Varia

no 669 edisi 10 Pebruari tahun 1971

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk)

Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)

Page 2: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

75

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.2 Majalah Femina Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Majalah Femina

no 88 edisi 20 Juli 1976

Elemen visual yang ada:

Foto

Elemen desain (warna, bentuk, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.3 Majalah Kartini Tahun 1977

(Dokumentasi Pribadi, 2021

Majalah Kartini no 59 edisi 7 Februari s/d 20 Februari

tahun 1977

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

4

Gambar 4.4 Majalah Gadis Tahun 1978

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Majalah remaja Gadis

no 29 edisi 2 November s/d 11

November tahun 1978

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk, garis)

Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)

Era 80-an awal (1980-1982)

5

Gambar 4.5 Majalah Femina Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Majalah Femina edisi nomor tahunan 1981

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)

Page 3: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

76

Era 80-an tengah (1983-1986)

6

Gambar 4.6 Majalah Kartini Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Majalah Kartini no 275 edisi 3 Juni s/d 16 Juni 1985

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)

Era 80-an akhir (1987-1989)

7

Gambar 4.7 Majalah Femina Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Majalah Femina edisi 17/XV-30 April tahun 1987

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

2. Analisis Formal

Tabel 4.2 Tahapan Analisis Formal Sampul Majalah

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Sampul Majalah Analisis Formal

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.8 Majalah Varia Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan foto)

Bentuk (persegi)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas)

Page 4: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

77

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.9 Majalah Femina Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan

foto)

Bentuk (persegi)

Garis (diagonal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (tengah dan

bawah)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.10 Majalah Kartini Tahun 1977

(Dokumentasi Pribadi, 2021

Foto : Berwarna

Tipografi : Sans Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan

foto)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

4

Gambar 4.11 Majalah Gadis Tahun 1978

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan

foto)

Bentuk (lingkaran)

Garis (zig-zag)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (tengah)

Era 80-an awal (1980-1982)

5

Gambar 4.12 Majalah Femina Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan

foto)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (tidak ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

Page 5: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

78

Era 80-an tengah (1983-1986)

6

Gambar 4.13 Majalah Kartini Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Foto : Berwarna

Tipografi : Sans Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan

foto)

Garis (diagonal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (tidak ideal)

Komposisi tata letak (atas)

Era 80-an akhir (1987-1989)

7

Gambar 4.14 Majalah Femina Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, tipografi, dan

foto)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas)

3. Interpretasi

Tabel 4.3 Tahapan Interpretasi Sampul Majalah

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Sampul Majalah Interpretasi

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.15 Majalah Varia Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.16 Interpretasi Majalah Varia Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan

jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan

ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,

p. 56)

Page 6: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

79

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

3. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

4. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,

kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,

2010, p. 48)

5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

6. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna harmoni analogous dengan kombinasi tiga warna yang saling

berdekatan yakni ungu, merah, dan jingga (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan adanya penggunaan

warna merah, jingga, serta krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian judul adalah raut bidang persegi dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online,

2012)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan

keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,

2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada di atas garis pertama sehingga fokus berada

di atas (Foto.co.id, n.d)

Page 7: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

80

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.17 Majalah Femina Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.18 Interpretasi Majalah Femina Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan

jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan

ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,

p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah:

1. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

4. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

6. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna harmonis (analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling

berdekatan yakni kuning dan hijau pada background, serta adanya laras

warna kontras dua warna komplementer berupa hijau dan merah pada

tipografi (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Page 8: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

81

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna

merah, kuning, hijau, dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bingkai dari foto adalah raut bidang persegi

dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online,

2012)

Garis yang terlihat pada bagian bawah kanan sampul majalah adalah

raut garis diagonal melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan,

dan kekenesan (Sanyoto, 2010, p. 95)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan

keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran

karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,

2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada di bawah garis pertama dan bawah garis

kedua sehingga fokus berada di tengah dan bawah (Foto.co.id, n.d)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.19 Majalah Kartini Tahun 1977

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.20 Interpretasi Majalah Kartini Tahun 1977

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan

jenis huruf tidak berkait (sans serif), yang memiliki ciri bentuk yang

tajam ataupun tumpul sehingga bersifat kurang formal (Pujiriyanto,

2005, p. 56)

Page 9: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

82

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,

kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,

2010, p. 48)

2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

4. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

6. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

7. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

8. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

9. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna kontras empat warna komplementer (tetrad komplementer)

berupa ungu, merah, hijau, dan jingga yang mendominasi sampul

majalah (Sanyoto, 2010, pp. 38-39)

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan adanya penggunaan

warna merah, hijau, kuning, jingga, dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-

32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran

karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,

2010, p. 256)

Page 10: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

83

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada di atas garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

4

Gambar 4.21 Majalah Gadis Tahun 1978

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.22 Interpretasi Majalah Gadis Tahun 1978

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan

jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan

ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,

p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

4. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

5. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna harmonis (analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling

berdekatan yakni kuning dan hijau pada tipografi dan background

majalah (Sanyoto, 2010, p. 37)

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan adanya penggunaan

warna kuning, hijau, serta krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Page 11: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

84

Bentuk yang terlihat pada bagian kiri bawah adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan integritas dan kesempurnaan (Simple

Studio Online, 2012)

Garis yang terlihat mengelilingi raut bidang lingkaran adalah raut garis

zig-zag atau gabungan garis vertikal dan diagonal dengan makna

semangat dan kegairahan (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,

2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds

dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada di bawah garis pertama sehingga fokus berada

di tengah (Foto.co.id, n.d)

Era 80-an awal (1980-1982)

5

Gambar 4.23 Majalah Femina Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.24 Interpretasi Majalah Femina Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan

ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,

p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah: 1. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

Page 12: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

85

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

3. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya

tone warna coklat dimana mengarah pada warna gelap atau hitam

(Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna coklat

dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan

keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah tidak ideal dengan ukuran karakter melebihi 75% dari ruang keseluruhan sampul sehingga terlalu

mendominasi dan menyebabkan rasa sesak (Sanyoto, 2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada tepat di garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

Era 80-an tengah (1983-1986)

6

Gambar 4.25 Majalah Kartini Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.26 Interpretasi Majalah Kartini Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan jenis huruf tidak berkait (sans serif), yang memiliki ciri bentuk yang

Page 13: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

86

tajam ataupun tumpul sehingga bersifat kurang formal (Pujiriyanto,

2005, p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah : 1. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

4. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

5. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

6. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa

biru, merah, dan kuning yang mendominasi sampul majalah (Sanyoto,

2010, p. 38)

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna

merah, kuning, dan coklat (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang terlihat pada bagian bawah kanan sampul majalah adalah raut garis diagonal melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan,

dan kekenesan (Sanyoto, 2010, p. 95)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan

keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah tidak ideal dengan ukuran karakter melebihi 75% dari ruang keseluruhan sampul sehingga terlalu

mendominasi dan menyebabkan rasa sesak (Sanyoto, 2010, p. 256)

Page 14: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

87

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada di atas garis pertama sehingga fokus berada

di atas (Foto.co.id, n.d)

Era 80-an akhir (1987-1989)

7

Gambar 4.27 Majalah Femina Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gambar 4.28 Interpretasi Majalah Femina Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul majalah yang sekaligus merupakan logo menggunakan

jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan

ketebalan huruf dan bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005,

p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah : 1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

3. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

4. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

6. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

7. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada sampul majalah adalah laras

warna harmonis (analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling

berdekatan yakni biru dan hijau pada tipografi yang dominan, serta

Page 15: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

88

adanya laras warna kontras dua warna komplementer berupa hijau dan

merah pada background dan tipografi (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Kecenderungan penggunaan warna pada sampul majalah mengarah

pada penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna

merah, coklat dan hijau (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sampul majalah menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi

kiri dan kanan majalah yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sampul majalah cukup ideal dengan ukuran

karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan sampul (Sanyoto,

2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi sampul majalah dibaca menggunakan teori rule of thirds

dengan potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada sampul majalah

dapat terlihat mata berada di atas garis pertama sehingga fokus berada

di atas (Foto.co.id, n.d)

4. Evaluasi

Tabel 4.4 Tahapan Evaluasi Sampul Majalah

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Sampul Majalah

Total 1 2 3 4 5 6 7

1

Tipografi

Serif v v - v v - v 5

Sans Serif - - v - - v - 2

2

Warna

Jingga v - v - - - - 2

Putih v - v v - v v 5

Merah v v v - - v v 5

Ungu v - v - - - - 2

Hitam v v v v v - v 6

Page 16: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

89

Kuning - v v v - v - 4

Hijau - v v v - v v 5

Abu-abu - v - - - - v 2

Biru - - v - - v v 3

Coklat - - - - v v v 3

Krem v v v v v - - 5

3

Bentuk

Persegi v v - - - - - 2

Lingkaran - - - v - - - 1

4

Garis

Diagonal - v - - - v - 2

Zig-zag - - - v - - - 1

5

Keselarasan Warna

Analogous v v - v - - v 4

Monochromatic - - - - v - - 1

Kontras 2 warna

komplementer - v - - - - v 2

Kontras 3 warna

komplementer - - - - - v - 1

Kontras 4 warna

komplementer - - v - - - - 1

6 Jenis Warna

Panas v v v v v v v 7

7 Keseimbangan

Tersembunyi v v v v v v v 7

8

Proporsi

Ideal v v v v - - v 5

Tidak Ideal - - - - v v - 2

9

Komposisi Tata Letak

Atas v - v - v v v 5

Tengah - v v v v - - 4

Bawah - v - - - - - 1

Page 17: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

90

4.1.2 Poster Film

Poster film akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an

tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan

teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,

interpretasi, serta evaluasi.

1. Deskriptif

Tabel 4.5 Tahapan Deskriptif Poster Film

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Poster Film Deskriptif

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.29 Poster Film Perawan Buta

(Film Indonesia, n.d)

Poster Film

Perawan Buta tahun 1971

Elemen visual yang ada:

Lukisan

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk)

Prinsip desain (keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.30 Poster Film Ambisi

(Film Indonesia, n.d)

Poster Film

Ambisi tahun 1973

Elemen visual yang ada:

Lukisan

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.31 Poster Film Mana Tahaaan…

(Warkop DKI, 2018)

Poster Film

Mana Tahaaan…tahun 1979

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

Page 18: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

91

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.32 Poster Film Mana Tahaaan…

(Warkop DKI, 2018)

Poster film Setan Kredit tahun 1981

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.33 Poster Film Kesempatan

dalam Kesempitan (Warkop DKI, 2018)

Poster film Kesempatan dalam Kesempitan

tahun 1985

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.34 Poster Film Malu Malu Mau

(Warkop DKI, 2018)

Poster film Malu Malu Mau tahun 1988

Elemen visual yang ada:

Foto

Tipografi

Elemen desain (warna, bentuk, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, komposisi tata letak)

Page 19: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

92

2. Analisis Formal

Tabel 4.6 Tahapan Analisis Formal Poster Film

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Poster Film Analisis Formal

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.35 Poster Film Perawan Buta

(Film Indonesia, n.d)

Lukisan : Berwarna dan realistis

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background dan tipografi)

Bentuk (persegi)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.36 Poster Film Ambisi

(Film Indonesia, n.d)

Lukisan : Berwarna dan realistis

Tipografi : Dekoratif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, elemen dan

tipografi)

Bentuk (lingkaran)

Garis (melengkung S)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (tengah)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.37 Poster Film Mana Tahaaan…

(Warkop DKI, 2018)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, elemen dan

tipografi)

Bentuk (lingkaran)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

Page 20: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

93

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.38 Poster Film Mana Tahaaan…

(Warkop DKI, 2018)

Foto : Berwarna

Tipografi : Sans Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, elemen dan

tipografi)

Garis (zig-zag)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.39 Poster Film Kesempatan

dalam Kesempitan (Warkop DKI, 2018)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, elemen dan

tipografi)

Bentuk (lingkaran dan persegi)

Garis (horizontal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.40 Poster Film Malu Malu Mau

(Warkop DKI, 2018)

Foto : Berwarna

Tipografi : Serif

Elemen dan prinsip desain :

Warna (background, elemen dan

tipografi)

Bentuk (lingkaran)

Garis (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Komposisi tata letak (atas dan

tengah)

Page 21: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

94

3. Interpretasi

Tabel 4.7 Tahapan Interpretasi Poster Film

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Poster Film Interpretasi

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.41 Poster Film Perawan Buta

(Film Indonesia, n.d)

Gambar 4.42 Interpretasi Poster Film Perawan Buta

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait

(serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan

bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah: 1. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,

kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)

2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

5. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

6. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

7. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

8. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras

warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa

Page 22: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

95

violet, hijau, dan jingga yang mendominasi background poster

(Sanyoto, 2010, p. 38)

Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada

penggolongan warna yang dingin dengan penggunaan warna violet,

biru, dan hijau gelap (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bingkai dari karakter pemain film adalah raut bidang persegi dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas (Simple

Studio Online, 2012)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter

kurang lebih 75% menempati ruang keseluruhan poster dan memusat di

tengah poster (Sanyoto, 2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan

potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat

mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.43 Poster Film Ambisi

(Film Indonesia, n.d)

Gambar 4.44 Interpretasi Poster Film Ambisi

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf dekoratif,

yang memiliki ciri desain yang rumit dan unik (Pujiriyanto, 2005, p. 56)

Page 23: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

96

Ikon

Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah: 1. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

2. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

3. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,

kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)

4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

6. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras

warna kontras dua warna komplementer berupa kuning dan violet pada

background poster serta adanya laras warna tunggal (monochromatic)

dengan warna yang digunakan hanya tone warna kuning dimana

mengarah pada warna gelap berupa jingga (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna jingga,

kuning, dan coklat (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi

karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan

integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)

Garis yang terlihat membelah poster adalah raut garis melengkung S dengan makna indah, dinamis, dan luwes (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter

kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah

poster (Sanyoto, 2010, p. 256)

Page 24: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

97

Komposisi Tata Letak

Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan

potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat

mata karakter utama berada di bawah garis pertama sehingga fokus

berada di tengah (Foto.co.id, n.d)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.45 Poster Film Mana Tahaaan…

(Warkop DKI, 2018)

Gambar 4.46 Interpretasi Poster Film Mana Tahaaan…

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait (serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan

bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah: 1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

4. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

6. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras

warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa

biru, turunan merah yakni merah muda, dan kuning yang mendominasi

poster film (Sanyoto, 2010, p. 38)

Page 25: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

98

Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah,

merah muda, kuning, dan coklat (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan

integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah

poster (Sanyoto, 2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan

potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat

mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.47 Poster Film Mana Tahaaan…

(Warkop DKI, 2018)

Gambar 4.48 Interpretasi Poster Film Mana Tahaaan…

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul poster film atau headline menggunakan jenis huruf tidak berkait (sans serif), yang memiliki ciri bentuk yang tajam ataupun

tumpul sehingga bersifat kurang formal (Pujiriyanto, 2005, p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada sampul majalah beserta maknanya adalah :

Page 26: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

99

1. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

4. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

5. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras

warna tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya

tone warna jingga (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna jingga dan

krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang terlihat mendominasi sebelah kiri poster adalah raut garis zig-zag atau gabungan garis vertikal dan diagonal dengan makna

semangat dan kegairahan (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter

kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah

poster (Sanyoto, 2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan

potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat

mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

Page 27: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

100

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.49 Poster Film Kesempatan dalam

Kesempitan (Warkop DKI, 2018)

Gambar 4.50 Interpretasi Poster Film Kesempatan

dalam Kesempitan

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Simbol

Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait

(serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan

bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

3. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

6. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,

kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)

7. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,

kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,

2010, p. 48)

8. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

9. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

10. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Page 28: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

101

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras

warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa

biru, merah, dan kuning pada elemen dan tipografi judul film (Sanyoto,

2010, p. 38)

Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah,

jingga, kuning, hijau dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi

karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan

integritas dan kesempurnaan. Selain itu, terdapat pula raut bidang

persegi yang menjadi elemen background dimana menunjukkan

kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)

Garis yang tersusun pada bagian tengah poster adalah raut garis horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan simetris dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan

kanan poster (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter

kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah

poster (Sanyoto, 2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan

potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat

mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.51 Poster Film Malu Malu Mau

(Warkop DKI, 2018)

Gambar 4.52 Interpretasi Poster Film Malu Malu Mau

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 29: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

102

Simbol

Tipografi judul film atau headline menggunakan jenis huruf berkait

(serif), yang memiliki ciri tidak adanya perbedaan ketebalan huruf dan

bersifat formal serta profesional (Pujiriyanto, 2005, p. 56)

Ikon

Warna yang ada pada poster film beserta maknanya adalah:

1. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

2. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif, diam,

kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010, p.

46)

4. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

5. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

6. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

7. Krem merupakan warna yang melambangkan kelembutan dan klasik

(Kelas Desain, n.d)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada poster film adalah laras

warna kontras tiga warna komplementer (triad komplementer) berupa

biru, turunan merah yakni merah muda, dan kuning pada background,

elemen dan tipografi judul film (Sanyoto, 2010, p. 38)

Kecenderungan penggunaan warna pada poster film mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah

muda, kuning dan krem (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian tengah poster untuk membatasi

karakter pemain film adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan

integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)

Garis yang tersusun pada bagian tengah poster adalah raut garis horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain poster film menggunakan keseimbangan tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

poster yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Page 30: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

103

Proporsi

Proporsi dari desain poster film cukup ideal dengan ukuran karakter

kurang lebih 75% dari ruang keseluruhan poster dan memusat di tengah

poster (Sanyoto, 2010, p. 256)

Komposisi Tata Letak

Komposisi poster film dibaca menggunakan teori rule of thirds dengan

potret manusia dinilai dari posisi mata. Pada poster film dapat terlihat

mata karakter utama berada di atas garis pertama dan atas garis kedua

sehingga fokus berada di atas dan tengah (Foto.co.id, n.d)

4. Evaluasi

Tabel 4.8 Tahapan Evaluasi Poster Film

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Poster Film

Total 1 2 3 4 5 6

1

Tipografi

Serif v - v - v v 4

Sans Serif - - - v - - 1

Dekoratif - v - - - - 1

2

Warna

Violet v v - - v v 4

Merah muda v - v - - v 3

Putih v - v v v v 5

Biru v v v - v v 5

Jingga v v - v v - 4

Hitam v v - v v v 5

Hijau v - - v v - 3

Kuning - v v - v v 4

Merah - - v - v - 2

Ungu - - - - v - 1

Krem v - - v v v 4

Coklat - v v - - - 2

3 Bentuk

Persegi v - - - v - 2

Page 31: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

104

Lingkaran - v v - v v 4

4

Garis

Melengkung S - v - - - - 1

Zig-zag - - - v - - 1

Horizontal - - - - v v 2

5

Keselarasan Warna

Monochromatic - v - v - - 2

Kontras 2 warna

komplementer - v - - - - 1

Kontras 3 warna

komplementer v - v - v v 4

6

Jenis Warna

Panas - v v v v v 5

Dingin v - - - - - 1

7

Keseimbangan

Tersembunyi v v v v - v 5

Simetris - - - - v - 1

8 Proporsi

Ideal v v v v v v 6

9

Komposisi Tata Letak

Atas v - v v v v 5

Tengah v v v v v v 6

Page 32: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

105

4.1.3 Fashion

Fashion akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an

tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan

teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,

interpretasi, serta evaluasi.

1. Deskriptif

Tabel 4.9 Tahapan Deskriptif Fashion

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Fashion Deskriptif

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.53 Fashion Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 10)

Fashion

Varia mode tahun 1971

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.54 Fashion Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 38)

Fashion

Mode musim kemarau tahun 1976

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan ,

proporsi, irama)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.55 Fashion Tahun 1977

(Majalah Kartini, 1977, pp. 40-57)

Fashion

Enny’s fashion tahun 1977

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, irama)

Page 33: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

106

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.56 Fashion Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 23)

Fashion

F&G tahun 1981

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.57 Fashion Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, pp. 88-89)

Fashion

Koleksi Kartini tahun 1985

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, irama)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.58 Fashion Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 56)

Fashion

Praktis manis tahun 1987

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, irama)

Page 34: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

107

2. Analisis Formal

Tabel 4.10 Tahapan Analisis Formal Fashion

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Fashion Analisis Formal

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.59 Fashion Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 10)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Garis (diagonal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.60 Fashion Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 38)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Garis (diagonal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Irama (pengulangan motif)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.61 Fashion Tahun 1977

(Majalah Kartini, 1977, pp. 40-57)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Garis (diagonal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Irama (pengulangan motif)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.62 Fashion Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 23)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (lingkaran)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Page 35: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

108

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.63 Fashion Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, pp. 88-89)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Garis (horizontal, vertikal,

diagonal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Irama (pengulangan garis)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.64 Fashion Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 56)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (lingkaran)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Irama (pengulangan bentuk)

3. Interpretasi

Tabel 4.11 Tahapan Interpretasi Fashion

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Fashion Interpretasi

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.65 Fashion Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 10)

Gambar 4.66 Interpretasi Fashion Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 36: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

109

Ikon

Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:

1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010, p.

50)

3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan merah serta

dikombinasikan dengan warna hitam dan putih (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna merah pada

seluruh permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang terlihat pada dasi di depan gaun adalah raut garis diagonal

yang melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan, dan

kekenesan (Sanyoto, 2010, p. 95)

Keseimbangan

Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris

dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3

(Lamport, 2011)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.67 Fashion Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 38)

Gambar 4.68 Interpretasi Fashion Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 37: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

110

Ikon

Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:

1. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya warna

hijau dengan dikombinasikan warna putih (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada

penggolongan warna yang dingin dengan penggunaan warna hijau pada

seluruh permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang terlihat pada motif gaun adalah raut garis diagonal yang

melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan, dan kekenesan

(Sanyoto, 2010, p. 95)

Keseimbangan

Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris

dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun

menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3

(Lamport, 2011)

Irama

Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan motif bunga dan garis diagonal pada permukaan gaun secara acak namun tetap seimbang

(Irawan & Tamara, 2013, p. 38)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.69 Fashion Tahun 1977

(Majalah Kartini, 1977, pp. 40-57)

Gambar 4.70 Interpretasi Fashion Tahun 1977

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 38: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

111

Ikon

Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

3. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan hanya warna

coklat dengan dikombinasikan warna hitam dan putih (Sanyoto, 2010,

p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna coklat pada

permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang terlihat pada motif gaun III adalah raut garis diagonal yang

melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan, dan kekenesan

(Sanyoto, 2010, p. 95)

Keseimbangan

Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris

dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun

menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3

(Lamport, 2011)

Irama

Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan motif bunga pada permukaan gaun I serta motif garis diagonal pada gaun III secara acak

namun tetap seimbang (Irawan & Tamara, 2013, p. 38)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.71 Fashion Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 23)

Gambar 4.72 Interpretasi Fashion Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 39: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

112

Ikon

Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

3. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada setiap

gaun hanya satu warna, yakni warna putih, coklat, ataupun hijau

(Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada

penggolongan warna yang panas dengan penggunaan warna hijau dan

coklat pada permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian tengah ke atas gaun yang berupa

kancing adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan integritas

dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)

Keseimbangan

Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris

dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun

menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3

(Lamport, 2011)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.73 Fashion Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, pp. 88-89)

Gambar 4.74 Interpretasi Fashion Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 40: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

113

Ikon

Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif,

diam, kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,

p. 46)

4. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

6. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

7. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada gaun III

dan IV berupa satu warna yakni biru dan merah muda dengan dipadukan

warna putih atau abu-abu. Selain itu, terdapat pula laras warna harmonis

(analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling berdekatan yakni

pada gaun I dan II dengan warna biru dan violet serta jingga dan kuning

yang juga dipadukan dengan warna putih (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna kuning, jingga,

dan merah muda pada permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat pada bagian tengah ke atas gaun yang berupa

kancing adalah raut bidang lingkaran dimana menunjukkan integritas

dan kesempurnaan (Simple Studio Online, 2012)

Garis yang tersusun menjadi motif dari gaun adalah raut garis horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan kaku, raut

garis vertikal yang melambangkan kestabilan, kemegahan, dan

kekuatan, serta garis diagonal yang memiliki makna dinamis dan adanya

pergerakan (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris

dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Page 41: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

114

Proporsi

Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun

menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3

(Lamport, 2011)

Irama

Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan garis pada setiap gaun dengan susunan yang berbeda baik secara horizontal, vertikal, maupun

diagonal (Irawan & Tamara, 2013, p. 38)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.75 Fashion Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 56)

Gambar 4.76 Interpretasi Fashion Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada gaun beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

3. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

4. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,

p. 46)

5. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

Page 42: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

115

6. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

7. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

8. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada gaun adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada setiap

gaun hanya satu warna, yakni warna hijau, merah muda, kuning, dan

biru pada gaun I, sedangkan pada gaun II, warna yang digunakan adalah

hitam dengan dipadukan ikat pinggang berwarna merah sebagai aksen

(Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada gaun mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna hijau, merah

muda, kuning, dan merah pada permukaan gaun (Sanyoto, 2010, pp.

31-32)

Bentuk yang dapat terlihat pada gaun II adalah raut bidang lingkaran

dimana menunjukkan integritas dan kesempurnaan (Simple Studio

Online, 2012)

Keseimbangan

Keseimbangan dari bentuk gaun menggunakan keseimbangan simetris

dengan komponen yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan gaun

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain gaun ideal dengan pembacaan proporsi gaun

menggunakan teori rules of third dengan pembagian 1/3 dan 2/3

(Lamport, 2011)

Irama

Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan bentuk lingkaran pada gaun II secara acak dan pada akhirnya membentuk motif polkadot

(Irawan & Tamara, 2013, p. 38)

Page 43: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

116

4. Evaluasi

Tabel 4.12 Tahapan Evaluasi Fashion

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Gaun

Total 1 2 3 4 5 6

1

Warna

Merah v - - - - v 2

Hitam v - v - - v 3

Putih v v v v v v 6

Hijau - v - v - v 3

Coklat - - v v - - 2

Violet - - - - v - 1

Kuning - - - - v v 2

Jingga - - - - v - 1

Biru - - - - v v 2

Abu-abu - - - - v - 1

Merah muda - - - - v v 2

2 Bentuk

Lingkaran - - - v v v 3

3

Garis

Diagonal v v v - v - 4

Horizontal - - - - v - 1

Vertikal - - - - v - 1

4

Keselarasan Warna

Analogous - - - - v - 1

Monochromatic v v v v v v 6

5

Jenis Warna

Panas v - v v v v 5

Dingin - v - - - - 1

6 Keseimbangan

Simetris v v v v v v 6

7 Proporsi

Page 44: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

117

Ideal v v v v v v 6

8

Irama (Pengulangan)

Motif bunga - v v - - - 2

Garis diagonal - v v - v - 3

Garis horizontal - - - - v - 1

Garis vertikal - - - - v - 1

Bentuk lingkaran - - - - - v 1

4.1.4 Otomotif

Otomotif akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an

tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan

teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,

interpretasi, serta evaluasi.

1. Deskriptif

Tabel 4.13 Tahapan Deskriptif Otomotif

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Otomotif Deskriptif

Era 70-an awal (1970-1972)

1 Gambar 4.77 Otomotif Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 38)

Gambar 4.78 Mercedes Benz S-Class Tahun 1971

(Classis Driver, 2019)

Otomotif

Mercedes Benz S-Class SE280

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 45: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

118

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.79 Otomotif Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 2)

Otomotif

Toyota Crown

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.80 Otomotif Tahun 1978

(Majalah Gadis, 1978, p. 59)

Gambar 4.81 Toyota Corolla Tahun 1978

(Adclassix.com, n.d)

Otomotif

Toyota Corolla

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 46: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

119

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.82 Otomotif Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 37)

Gambar 4.83 Mitsubishi Lancer Tahun 1981

(v408888, 2011)

Otomotif

Mitsubishi Lancer

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.84 Otomotif Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 46)

Otomotif

Opel Kadett

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 47: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

120

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.85 Otomotif Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 112)

Otomotif

Mitsubishi Colt

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

2. Analisis Formal

Tabel 4.14 Tahapan Analisis Formal Otomotif

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Otomotif Analisis Formal

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.86 Otomotif Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 38)

Gambar 4.87 Mercedes Benz S-Class Tahun 1971

(Classis Driver, 2019)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk lampu (oval)

Garis radiator (horizontal dan

vertikal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (tidak ideal)

Page 48: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

121

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.88 Otomotif Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 2)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk lampu (persegi)

Garis radiator (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.89 Otomotif Tahun 1978

(Majalah Gadis, 1978, p. 59)

Gambar 4.90 Toyota Corolla Tahun 1978

(Adclassix.com, n.d)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk lampu (lingkaran)

Garis radiator (vertikal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Page 49: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

122

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.91 Otomotif Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 37)

Gambar 4.92 Mitsubishi Lancer Tahun 1981

(v408888, 2011)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk lampu (persegi)

Garis radiator (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.93 Otomotif Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 46)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk lampu (trapesium)

Garis radiator (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Page 50: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

123

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.94 Otomotif Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 112)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk lampu (persegi)

Garis radiator (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

3. Interpretasi

Tabel 4.15 Tahapan Interpretasi Otomotif

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Otomotif Interpretasi

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.95 Otomotif Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 38)

Gambar 4.96 Mercedes Benz S-Class Tahun 1971

(Classis Driver, 2019)

Gambar 4.97 Interpretasi Otomotif Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 51: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

124

Ikon

Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:

1. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

2. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada warna mobil adalah laras

warna kontras dua warna komplementer bias (split komplementer)

dengan warna yang digunakan adalah hijau dan jingga dengan

dipadukan warna abu-abu (Sanyoto, 2010, p. 38)

Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada

penggolongan warna dingin dengan penggunaan warna hijau gelap yang

mendekati warna biru (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang oval yang menyerupai lingkaran dimana memiliki makna integritas dan kesempurnaan (Simple

Studio Online, 2012)

Gambar 4.98 Lampu Otomotif Tahun 1971

(Classis Driver, 2019)

Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku, serta raut garis vertikal yang melambangkan kestabilan,

kemegahan, dan kekuatan (Sanyoto, 2010, p. 96)

Gambar 4.99 Radiator Otomotif Tahun 1971

(Classis Driver, 2019)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Page 52: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

125

Proporsi

Proporsi dari desain mobil tidak ideal dengan tidak memenuhi perbandingan ratio 1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan tidak pada

garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.100 Otomotif Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 2)

Gambar 4.101 Interpretasi Otomotif Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:

1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

2. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil

hanya warna merah yang dipadukan dengan abu-abu (Sanyoto, 2010, p.

36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Page 53: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

126

Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang persegi dimana

memiliki makna kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)

Gambar 4.102 Lampu Otomotif Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 2)

Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Gambar 4.103 Radiator Otomotif Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 2)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.104 Otomotif Tahun 1978

(Majalah Gadis, 1978, p. 59)

Gambar 4.105 Toyota Corolla Tahun 1978

(Adclassix.com, n.d)

Gambar 4.106 Interpretasi Otomotif Tahun 1978

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 54: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

127

Ikon

Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:

1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

2. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil

hanya warna abu-abu yang dipadukan dengan jingga (Sanyoto, 2010, p.

36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna jingga (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang lingkaran dimana

memiliki makna integritas dan kesempurnaan (Simple Studio Online,

2012)

Gambar 4.107 Lampu Otomotif Tahun 1978

(Adclassix.com, n.d)

Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis vertikal

yang melambangkan kestabilan, kemegahan, dan kekuatan (Sanyoto,

2010, p. 96)

Gambar 4.108 Radiator Otomotif Tahun 1978

(Adclassix.com, n.d)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Page 55: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

128

Era 80-an awal (1980-1982)

4 Gambar 4.109 Otomotif Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 37)

Gambar 4.110 Mitsubishi Lancer Tahun 1981

(v408888, 2011)

Gambar 4.111 Interpretasi Otomotif Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:

1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil

hanya warna merah yang dipadukan dengan hitam (Sanyoto, 2010, p.

36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang persegi dimana

memiliki makna kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)

Gambar 4.112 Lampu Otomotif Tahun 1981

(v408888, 2011)

Page 56: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

129

Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Gambar 4.113 Radiator Otomotif Tahun 1981

(v408888, 2011)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.114 Otomotif Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 46)

Gambar 4.115 Interpretasi Otomotif Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 57: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

130

Ikon

Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:

1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil

hanya warna merah yang dipadukan dengan hitam (Sanyoto, 2010, p.

36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang trapesium yang

menyerupai persegi dimana memiliki makna kejujuran dan stabilitas

(Simple Studio Online, 2012)

Gambar 4.116 Lampu Otomotif Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 46)

Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Gambar 4.117 Radiator Otomotif Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 46)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Page 58: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

131

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.118 Otomotif Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 112)

Gambar 4.119 Interpretasi Otomotif Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada mobil beserta maknanya adalah:

1. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mobil adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada mobil

hanya warna merah yang dipadukan dengan hitam (Sanyoto, 2010, p.

36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mobil mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Bentuk lampu mobil menggunakan raut bidang persegi yang memiliki

makna kejujuran dan stabilitas (Simple Studio Online, 2012)

Gambar 4.120 Lampu Otomotif Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 112)

Page 59: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

132

Garis yang tampak pada radiator depan mobil adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Gambar 4.121 Radiator Otomotif Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 112)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mobil menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mobil yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mobil ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana pintu mobil bagian depan ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

4. Evaluasi

Tabel 4.16 Tahapan Evaluasi Otomotif

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Mobil

Total 1 2 3 4 5 6

1

Warna

Hijau v - - - - - 1

Jingga v - v - - - 2

Abu-abu v v v - - - 3

Merah - v - v v v 4

Hitam - - - v v v 3

2

Keselarasan Warna

Monochromatic - v v v v v 5

Kontras 2 warna

komplementer bias v - - - - - 1

3

Jenis Warna

Panas - v v v v v 5

Dingin v - - - - - 1

Page 60: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

133

3

Bentuk (Lampu Mobil)

Oval v - - - - - 1

Persegi - v - v - v 3

Lingkaran - - v - - - 1

Trapesium - - - - v - 1

4

Garis (Radiator Mobil)

Horizontal v v - v v v 5

Vertikal v - v - - - 2

5 Keseimbangan

Tersembunyi v v v v v v 6

6

Proporsi

Ideal - v v v v v 5

Tidak ideal v - - - - - 1

4.1.5 Elektronik

Elektronik akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an

tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan

teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,

interpretasi, serta evaluasi.

1. Deskriptif

Tabel 4.17 Tahapan Deskriptif Elektronik

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Elektronik Deskriptif

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.122 Televisi Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 50)

Elektronik

Televisi

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 61: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

134

Gambar 4.123 Contoh Televisi Tahun 1971

(Perjalanan Televisi, n.d)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.124 Radio Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 18)

Gambar 4.125 Contoh Radio Tahun 1976

(Aryanto, 2015)

Elektronik

Radio Philips Transistor 16AL217

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.126 Mesin Jahit Tahun 1978

(Majalah Gadis, 1978, p. 13)

Gambar 4.127 Contoh Mesin Jahit Tahun 1978

(Aleado Group, n.d.)

Elektronik

Mesin Jahit Singer 790

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan ,

proporsi)

Page 62: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

135

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.128 Telepon Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 23)

Elektronik

Telepon

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.129 Televisi Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 108)

Elektronik

Televisi Warna 14”

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.130 Mixer Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 100)

Elektronik

Mixer Philips

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, bentuk,

garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 63: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

136

2. Analisis Formal

Tabel 4.18 Tahapan Analisis Formal Elektronik

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Elektronik Analisis Formal

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.131 Televisi Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 50)

Gambar 4.132 Contoh Televisi Tahun 1971

(Perjalanan Televisi, n.d)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (persegi dan lingkaran)

Garis (vertikal)

Keseimbangan (sederajat)

Proporsi (tidak ideal)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.133 Radio Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 18)

Gambar 4.134 Contoh Radio Tahun 1976

(Aryanto, 2015)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (persegi dan lingkaran)

Garis (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.135 Mesin Jahit Tahun 1978

(Majalah Gadis, 1978, p. 13)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Page 64: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

137

Gambar 4.136 Contoh Mesin Jahit Tahun 1978

(Aleado Group, n.d.)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.137 Telepon Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 23)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (persegi)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.138 Televisi Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 108)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (persegi)

Garis (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.139 Mixer Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 100)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Bentuk (persegi)

Garis (horizontal)

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Page 65: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

138

3. Interpretasi

Tabel 4.19 Tahapan Interpretasi Elektronik

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Elektronik Interpretasi

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.140 Televisi Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 50)

Gambar 4.141 Contoh Televisi Tahun 1971

(Perjalanan Televisi, n.d)

Gambar 4.142 Interpretasi Televisi Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada televisi beserta maknanya adalah:

1. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

2. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

Keselarasan warna yang ada pada televisi adalah laras warna harmonis

(analogous) dengan kombinasi dua warna yang saling berdekatan yakni

warna coklat dan hijau dimana coklat adalah turunan dari kuning, serta

dipadukan dengan abu-abu (Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Kecenderungan penggunaan warna pada televisi mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat dan hijau

(Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Page 66: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

139

Bentuk yang terlihat dari desain televisi adalah raut bidang persegi sebagai bentuk dasarnya dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas.

Selain itu, terdapat pula bentuk raut bidang lingkaran yang menjadi

tombol televisi dimana memiliki makna integritas dan kesempurnaan

(Simple Studio Online, 2012)

Garis yang tampak pada speaker di sebelah kiri televisi adalah raut garis

vertikal yang melambangkan kestabilan, kemegahan, dan kekuatan

(Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain televisi menggunakan keseimbangan

sederajat dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

televisi yang berbeda namun memiliki besaran yang sama (Sanyoto,

2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain televisi tidak ideal karena tidak memenuhi

perbandingan ratio 1:1,618 dimana bagian kanan televisi tidak pada

garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.143 Radio Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 18)

Gambar 4.144 Contoh Radio Tahun 1976

(Aryanto, 2015)

Gambar 4.145 Interpretasi Radio Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada radio beserta maknanya adalah:

1. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

2. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

Page 67: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

140

3. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada radio adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio

hanya tone warna hitam (Sanyoto, 2010, p. 36)

Bentuk yang terlihat dari desain radio adalah raut bidang persegi sebagai

bentuk dasarnya dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas. Selain

itu, terdapat pula bentuk raut bidang lingkaran yang menjadi tombol

radio dimana memiliki makna integritas dan kesempurnaan (Simple

Studio Online, 2012)

Garis yang tampak pada speaker pada kiri radio adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain radio menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

radio yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain radio ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian kanan radio ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.146 Mesin Jahit Tahun 1978

(Majalah Gadis, 1978, p. 13)

Gambar 4.147 Contoh Mesin Jahit Tahun 1978

(Aleado Group, n.d.)

Gambar 4.148 Interpretasi Mesin Jahit Tahun 1978

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 68: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

141

Ikon

Warna yang ada pada mesin jahit beserta maknanya adalah:

1. Coklat merupakan warna yang melambangkan kearifan, natural,

kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih (Sanyoto,

2010, p. 51)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

3. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

4. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mesin jahit adalah laras

warna tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada

radio adalah coklat yang dipadukan dengan hitam, putih, dan abu-abu

(Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mesin jahit mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mesin jahit menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mesin jahit yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mesin jahit ideal dengan memenuhi perbandingan

ratio 1:1,618 dimana bagian kanan mesin jahit ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.149 Telepon Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 23)

Gambar 4.150 Interpretasi Telepon Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 69: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

142

Ikon

Warna yang ada pada telepon beserta maknanya adalah:

1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada telepon adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio

hanya tone warna abu-abu (Sanyoto, 2010, p. 36)

Bentuk yang terlihat dari desain telepon adalah raut bidang persegi

sebagai bentuk dasar dan tombol dimana menunjukkan kejujuran dan

stabilitas (Simple Studio Online, 2012)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain telepon menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

telepon yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain telepon ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian atas pembatas tombol telepon ada pada garis

pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.151 Televisi Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 108)

Gambar 4.152 Interpretasi Televisi Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada televisi beserta maknanya adalah:

1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

Page 70: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

143

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

3. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada televisi adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio

adalah tone hitam dan dipadukan sedikit warna merah pada tombol

(Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada televisi mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat dari desain televisi adalah raut bidang persegi

sebagai bentuk dasar dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas

(Simple Studio Online, 2012)

Garis yang tampak pada speaker pada kanan televisi adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain televisi menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

televisi yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain televisi ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian kanan televisi ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4.153 Mixer Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, p. 100)

Gambar 4.154 Interpretasi Mixer Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 71: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

144

Ikon

Warna yang ada pada mixer beserta maknanya adalah:

1. Abu-abu merupakan warna yang melambangkan mendung,

ketenangan, kebijaksanaan, kelabu, keragu-raguan, turun tahta

(Sanyoto, 2010, pp. 50-51)

2. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

3. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

4. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mixer adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada radio

adalah tone hitam dan dipadukan sedikit warna merah pada tombol

(Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mixer mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Bentuk yang terlihat dari desain mixer adalah raut bidang persegi

sebagai bentuk dasar dimana menunjukkan kejujuran dan stabilitas

(Simple Studio Online, 2012)

Garis yang tampak pada ujung kiri dan kanan mixer adalah raut garis

horizontal yang melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan

kaku (Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mixer menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan kanan

mixer yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mixer ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian atas mixer ada pada garis pengukur proporsional

(Sanyoto, 2010, p. 253)

Page 72: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

145

4. Evaluasi

Tabel 4.20 Tahapan Evaluasi Elektronik

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Elektronik

Total 1 2 3 4 5 6

1

Warna

Coklat v - v - - - 2

Hijau v - - - - - 1

Abu-abu v v v v v v 6

Hitam - v v - v v 4

Putih - v v v - v 4

Merah - - - - v v 2

2

Keselarasan Warna

Analogous v - - - - - 1

Monochromatic - v v v v v 5

3 Jenis Warna

Panas v - v - v v 4

4

Bentuk

Persegi v v - v v v 5

Lingkaran v v - - - - 2

5

Garis

Horizontal - v - - v v 3

Vertikal v - - - - - 1

6

Keseimbangan

Sederajat v - - - - - 1

Tersembunyi - v v v v v 5

7

Proporsi

Ideal - v v v v v 5

Tidak ideal v - - - - - 1

Page 73: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

146

4.1.6 Mebel

Mebel akan diolah berdasarkan era yakni era 70-an awal, 70-an

tengah, 70-an akhir, 80-an awal, 80-an tengah, dan 80-an akhir, menggunakan

teori tinjauan desain yang diawali dari tahapan deskriptif, analisis formal,

interpretasi, serta evaluasi.

1. Deskriptif

Tabel 4.21 Tahapan Deskriptif Mebel

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Mebel Deskriptif

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.155 Kursi Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 34)

Gambar 4.156 Contoh Kursi Tahun 1971

(Furniture Decoration Ideas, n.d)

Mebel

Kursi Pentil

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.157 Sofa Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 30)

Mebel

Sofa Rotan

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna, garis)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 74: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

147

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Gambar 4.158 Mebel Tahun 1977

(Majalah Kartini, 1977, p. 13)

Mebel

Meja dan Kursi

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi, irama)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.159 Meja Belajar Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 3)

Mebel

Meja Belajar

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.160 Sofa Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 149)

Mebel

Sofa

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4. 161 Sofa Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, pp. 82-83)

Mebel

Sofa

Elemen visual yang ada:

Elemen desain (warna)

Prinsip desain (keseimbangan,

proporsi)

Page 75: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

148

2. Analisis Formal

Tabel 4.22 Tahapan Analisis Formal Mebel

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Mebel Analisis Formal

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.162 Kursi Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 34)

Gambar 4.163 Contoh Kursi Tahun 1971

(Furniture Decoration Ideas, n.d)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Garis (horizontal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.164 Sofa Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 30)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Garis (diagonal dan vertikal)

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Irama (pengulangan motif)

Page 76: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

149

Gambar 4.165 Mebel Tahun 1977

(Majalah Kartini, 1977, p. 13)

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.166 Meja Belajar Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 3)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Keseimbangan (tersembunyi)

Proporsi (ideal)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.167 Sofa Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 149)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (ideal)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4. 168 Sofa Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, pp. 82-83)

Elemen dan prinsip desain :

Warna

Keseimbangan (simetris)

Proporsi (tidak ideal)

Page 77: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

150

3. Interpretasi

Tabel 4.23 Tahapan Interpretasi Mebel

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Mebel Interpretasi

Era 70-an awal (1970-1972)

1

Gambar 4.169 Kursi Tahun 1971

(Majalah Varia, 1971, p. 34)

Gambar 4.170 Contoh Kursi Tahun 1971

(Furniture Decoration Ideas, n.d)

Gambar 4.171 Interpretasi Kursi Tahun 1971

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada kursi beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Merah merupakan warna yang melambangkan kuat, marah, berani,

bahaya, panas, cepat, agresif, kesehatan, kesadisan (Sanyoto, 2010,

pp. 47-48)

3. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

4. Jingga merupakan warna yang melambangkan kehangatan,

semangat, kemerdekaan, bahaya, manis, harga murah (Sanyoto,

2010, p. 47)

5. Hijau merupakan warna yang melambangkan segar, muda, hidup,

pengharapan, lingkungan, kemudaan, kesuburan (Sanyoto, 2010, p.

49)

6. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

7. Violet merupakan warna yang melambangkan dingin, negatif,

diam, kesedihan, kesusahan, bencana (Sanyoto, 2010, p. 48)

Page 78: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

151

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada kursi adalah laras warna

harmonis (analogous) dengan penggunaan warna yang saling

berdekatan yakni merah, merah muda, jingga, hijau, biru, dan violet

(Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Kecenderungan penggunaan warna pada kursi mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah, merah

muda, jingga, dan hijau (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang tampak pada senderan kursi adalah raut garis horizontal yang

melambangkan ketenangan, kedamaian, stabil, dan kaku (Sanyoto,

2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain kursi menggunakan keseimbangan simetris

dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan kursi

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain kursi ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian dudukan kursi ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 70-an tengah (1973-1976)

2

Gambar 4.172 Sofa Tahun 1976

(Majalah Femina, 1976, p. 30)

Gambar 4.173 Interpretasi Sofa Tahun 1976

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada sofa beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

3. Biru merupakan warna yang melambangkan tenang, dingin,

kesetiaan, kebenaran, kecerdasan, kesatuan, keamanan (Sanyoto,

2010, pp. 48-49)

Page 79: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

152

4. Ungu merupakan warna yang melambangkan keangkuhan,

kekayaan, kebangsawanan, kebijaksanaan, keeksotisan (Sanyoto,

2010, p. 48)

5. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,

p. 46)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada bantal sofa adalah laras

warna harmonis (analogous) dengan penggunaan warna yang saling

berdekatan yakni ungu, biru, hijau,dan kuning. Selain itu, terdapat pula

laras warna tunggal (monochromatic) yakni pada sofa yang hanya

menggunakan warna merah muda yang dipadukan dengan putih

(Sanyoto, 2010, pp. 36-37)

Kecenderungan penggunaan warna pada sofa mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah muda,

kuning, dan hijau (Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Garis yang tampak pada senderan sofa adalah raut garis vertikal yang

melambangkan kestabilan, kemegahan, dan kekuatan, serta garis

diagonal yang memiliki makna dinamis dan adanya pergerakan

(Sanyoto, 2010, p. 96)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sofa menggunakan keseimbangan simetris

dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan sofa

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sofa ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian dudukan serta lekukan pinggir sofa ada pada

garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 70-an akhir (1977-1979)

3

Page 80: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

153

Gambar 4.174 Mebel Tahun 1977

(Majalah Kartini, 1977, p. 13)

Gambar 4.175 Interpretasi Mebel Tahun 1977

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada mebel beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Hitam merupakan warna yang melambangkan tegas, ketiadaan,

misteri, kegelapan, rahasia, duka cita, kuat, tajam (Sanyoto, 2010,

p. 50)

3. Kuning merupakan warna yang melambangkan terang, gembira,

ramah, humor, optimis, ceria, semangat, kejayaan (Sanyoto, 2010,

p. 46)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada meja dan

kursi adalah kuning dengan sedikit perpaduan warna hitam dan putih

pada kursi (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada mebel mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna kuning

(Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain mebel menggunakan keseimbangan simetris

dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan mebel

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain mebel ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana bagian dudukan kursi serta kaki meja ada pada garis

pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Irama

Irama dapat terlihat dari adanya pengulangan motif bunga pada permukaan dudukan kursi secara acak namun tetap seimbang

Page 81: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

154

Era 80-an awal (1980-1982)

4

Gambar 4.176 Meja Belajar Tahun 1981

(Majalah Femina, 1981, p. 3)

Gambar 4.177 Interpretasi Meja Belajar Tahun 1981

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Ikon

Warna yang ada pada meja belajar adalah coklat yang memiliki makna

kearifan, natural, kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih

(Sanyoto, 2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada meja

belajar adalah tone warna coklat (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada meja belajar mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain meja belajar menggunakan keseimbangan

tersembunyi dengan dengan komponen yang mengisi ruang sisi kiri dan

kanan meja belajar yang berbeda namun tetap seimbang (Sanyoto, 2010,

p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain meja belajar ideal dengan memenuhi perbandingan

ratio 1:1,618 dimana bagian permukaan meja ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 80-an tengah (1983-1986)

5

Gambar 4.178 Sofa Tahun 1985

(Majalah Kartini, 1985, p. 149)

Gambar 4.179 Interpretasi Sofa Tahun 1985

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 82: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

155

Ikon

Warna yang ada pada sofa adalah coklat yang memiliki makna kearifan,

natural, kesopanan, kehormatan, tidak cemerlang, tidak bersih

(Sanyoto, 2010, p. 51)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada sofa

adalah tone warna coklat (Sanyoto, 2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada sofa mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna coklat (Sanyoto,

2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sofa menggunakan keseimbangan simetris

dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan sofa

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sofa ideal dengan memenuhi perbandingan ratio

1:1,618 dimana 1/3 bagian dari sofa tepat ada pada garis pengukur

proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

Era 80-an akhir (1987-1989)

6

Gambar 4. 180 Sofa Tahun 1987

(Majalah Femina, 1987, pp. 82-83)

Gambar 4.181 Interpretasi Sofa Tahun 1987

(Dokumentasi Pribadi, 2021) Ikon

Warna yang ada pada mebel beserta maknanya adalah:

1. Putih merupakan warna yang melambangkan kesucian, ketulusan,

kejujuran, kebersihan, kehalusan, menyerah (Sanyoto, 2010, p. 49)

2. Merah muda merupakan warna yang melambangkan kesehatan,

kebugaran, dan keharuman (Sanyoto, 2010, p. 48)

Keselarasan warna yang dapat terlihat pada mebel adalah laras warna

tunggal (monochromatic) dengan warna yang digunakan pada sofa

Page 83: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

156

adalah warna merah muda yang dipadukan dengan putih (Sanyoto,

2010, p. 36)

Kecenderungan penggunaan warna pada sofa mengarah pada

penggolongan warna panas dengan penggunaan warna merah muda

(Sanyoto, 2010, pp. 31-32)

Keseimbangan

Keseimbangan dari desain sofa menggunakan keseimbangan simetris

dengan bentuk yang sama dan seimbang pada kiri dan kanan sofa

(Sanyoto, 2010, p. 240)

Proporsi

Proporsi dari desain sofa tidak ideal karena tidak memenuhi

perbandingan ratio 1:1,618 dimana tidak ditemukan bagian sofa yang

ada pada garis pengukur proporsional (Sanyoto, 2010, p. 253)

4. Evaluasi

Tabel 4.24 Tahapan Evaluasi Mebel

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Mebel

Total 1 2 3 4 5 6

1

Warna

Putih v v v - - v 4

Merah v - - - - - 1

Merah muda v v - - - v 3

Jingga v - - - - - 1

Hijau v - - - - - 1

Biru v v - - - - 2

Violet v - - - - - 1

Ungu - v - - - - 1

Kuning - v v - - - 2

Hitam - - v - - - 1

Coklat - - - v v - 2

Page 84: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

157

2

Keselarasan Warna

Analogous v v - - - - 2

Monochromatic - v v v v v 5

3 Jenis Warna

Panas v v v v v v 6

3

Garis

Horizontal v - - - - - 1

Diagonal - v - - - - 1

Vertikal - v - - - - 1

4

Keseimbangan

Simetris v v v - v v 5

Tersembunyi - - - v - 1

5

Proporsi

Ideal v v v v v - 5

Tidak ideal - - - - - v 1

6 Irama (Pengulangan)

Motif bunga - - v - - - 1

4.1.7 Analisis Data Budaya Visual

Setelah melalui proses pengolahan data budaya visual menggunakan

tahapan tinjauan desain, selanjutnya adalah menyimpulkan hasil pengolahan

data dari artefak media cetak berupa majalah dan poster film.

1. Sampul majalah

Sampul majalah pada era 70-an dan 80-an sebagian besar menggunakan

dua orang sebagai background sampul dengan komposisi tata letak cenderung

ke atas dan tengah, tipografi jenis serif serta warna yang mendominasi adalah

warna hitam, putih, merah, krem, dan hijau. Selain itu, bentuk persegi dan

garis diagonal juga dapat terlihat pada visual sampul. Keselarasan warna yang

paling banyak digunakan adalah laras warna harmonis (analogous) dengan

jenis warna yang panas. serta keseimbangan yang tersembunyi namun tetap

memiliki proporsi yang ideal;

Page 85: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

158

Gambar 4.182 Data dan Interpretasi Sampul Majalah

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

2. Poster film

Poster film pada era 70-an dan 80-an sebagian besar menggunakan

tipografi jenis serif dengan komposisi tata letak yang cenderung di tengah,

serta warna yang mendominasi adalah putih, biru, dan hitam. Selain itu,

bentuk lingkaran dan garis horizontal juga dapat terlihat pada visual poster

film. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan adalah laras kontras

tiga warna komplementer (triad complementary) dengan jenis wana yang

panas serta keseimbangan yang tersembunyi namun tetap memiliki proporsi

yang ideal;

Gambar 4.183 Data dan Interpretasi Poster Film

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

3. Fashion

Fashion pada era 70-an dan 80-an sebagian besar merupakan gaun yang

panjangnya melebihi lutut, berlengan panjang, menggunakan warna putih

serta ditemukan penekanan desain menggunakan aksesoris dan irama atau

pengulangan motif garis. Selain itu, bentuk lingkaran dan garis diagonal juga

dapat terlihat pada gaun. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan

Page 86: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

159

adalah laras warna tunggal (monochromatic) dengan jenis warna yang panas

serta keseimbangan yang simetris namun tetap memiliki proporsi yang ideal;

Gambar 4.184 Data dan Interpretasi Fashion

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

4. Otomotif

Otomotif pada era 70-an dan 80-an sebagian besar berupa mobil sedan

dengan bentuk yang kaku pada lekukan mobil. Transformasi bentuk mobil

dapat terlihat siginifikan menjelang era 80-an akhir dengan munculnya mobil

jenis hatchback dan karoseri. Sebagian besar mobil menggunakan warna

merah, hitam, dan abu-abu serta ditemukan penekanan desain menggunakan

spion mobil tambahan dan bentuk badan mobil yang baru. Selain itu, bentuk

persegi dan garis horizontal juga dapat terlihat pada visual mobil. Keselarasan

warna yang paling banyak digunakan adalah laras warna tunggal

(monochromatic) dengan jenis warna yang panas serta keseimbangan yang

tersembunyi namun tetap memiliki proporsi yang ideal;

Gambar 4.185 Data dan Interpretasi Otomotif

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

5. Elektronik

Elektronik pada era 70-an dan 80-an sebagian besar memiliki bentuk yang

kaku pada sudutnya dengan penggunaan warna abu-abu yang mendominasi.

Page 87: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

160

Selain itu, bentuk persegi dan garis horizontal juga dapat terlihat pada visual

elektronik. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan adalah laras

warna tunggal (monochromatic) dengan jenis warna yang panas serta

keseimbangan yang tersembunyi namun tetap memiliki proporsi yang ideal;

Gambar 4.186 Data dan Interpretasi Elektronik

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

6. Mebel

Mebel pada era 70-an dan 80-an sebagian besar memiliki bentuk yang

organik dengan banyaknya lekukan tidak tajam pada sudut mebel dengan

warna putih yang mendominasi serta adanya irama atau pengulangan motif

bunga. Selain itu, garis horizontal, diagonal, dan vertikal juga dapat terlihat

pada visual mebel. Keselarasan warna yang paling banyak digunakan adalah

laras warna tunggal (monochromatic) dengan jenis warna yang panas serta

keseimbangan yang simetris namun tetap memiliki proporsi yang ideal.

Gambar 4.187 Data dan Interpretasi Mebel

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Berikut ini adalah tabel frekuensi kemunculan elemen budaya visual

yang disimpulkan berdasarkan tahapan evaluasi yang telah dilakukan pada

dua kategori desain yakni desain grafis berupa sampul majalah (1) dan poster

film (2), serta desain produk berupa fashion (3), otomotif (4), elektronik (5)

dan mebel (6).

Page 88: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

161

Tabel 4.25 Frekuensi Kemunculan Elemen Budaya Visual

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Kategori

Total 1 2 3 4 5 6

1

Tipografi

Serif 5 4 - - - - 9

Sans Serif 2 1 - - - - 3

Dekoratif - 1 - - - - 1

2

Warna

Jingga 2 4 1 2 - 1 10

Putih 5 5 6 - 4 4 24

Merah 5 2 2 4 2 1 16

Ungu 2 1 - - - 1 4

Hitam 6 5 3 3 4 1 22

Kuning 4 4 2 - - 2 12

Hijau 5 3 3 1 1 1 14

Abu-abu 2 - 1 3 6 - 12

Biru 3 5 2 - - 2 12

Cokelat 3 2 2 - 2 2 11

Krem 5 4 - - - - 9

Violet - 4 1 - - 1 6

Merah muda - 3 2 - - 3 8

3

Bentuk

Persegi 2 2 - 3 5 - 12

Lingkaran 1 4 3 1 2 - 11

Trapesium - - - 1 - - 1

Oval - - - 1 - - 1

4

Garis

Diagonal 2 - 4 - - 1 7

Zig-zag 1 1 - - - - 2

Melengkung S - 1 - - - - 1

Horizontal - 2 1 5 3 1 12

Page 89: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

162

Vertikal - - 1 2 1 1 5

5

Keselarasan Warna

Anologous 4 - 1 - 1 2 8

Monochromatic 1 2 6 5 5 5 24

Kontras 2 warna

komplementer 2 1 - - - - 3

Kontras 2 warna

komplementer bias - - - 1 - - 1

Kontras 3 warna

komplementer 1 4 - - - - 5

Kontras 4 warna

komplementer 1 - - - - - 1

6

Jenis Warna

Panas 7 5 5 5 4 6 32

Dingin - 1 1 1 - - 3

7

Keseimbangan

Tersembunyi 7 5 - 6 5 1 24

Simetris - 1 6 - - 5 12

Sederajat - - - - 1 - 1

8

Proporsi

Ideal 5 6 6 5 5 5 32

Tidak ideal 2 - - 1 1 1 5

9

Komposisi Tata Letak

Atas 5 5 - - - - 10

Tengah 4 6 - - - - 10

Bawah 1 - - - - - 1

10

Irama

Motif bunga - - 2 - - 1 3

Garis diagonal - - 3 - - - 3

Garis horizontal - - 1 - - - 1

Garis vertikal - - 1 - - - 1

Bentuk lingkaran - - 1 - - - 1

Page 90: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

163

4.2 Data Tren Pasar

Pengumpulan data mengenai tren pasar dilakukan untuk mengetahui selera

pasar mengenai produk keramik peralatan saji yang ada saat ini serta untuk

dijadikan sebagai arahan dalam mendesain produk. Data tren pasar akan

dikumpulkan menggunakan dua teknik yaitu teknik observasi dan teknik survei

yang dilakukan secara daring.

4.2.1 Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati tren pasar produk keramik

khususnya peralatan saji yang ada pada saat ini. Observasi adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis mengenai fenomena

sosial dengan mengamati dan mencatat hal yang diperlukan untuk dapat

diolah (Wijaya B. , 2007, p. 100). Proses pengumpulan data menggunakan

teknik observasi dilakukan dengan mengamati dan mengumpulkan data

produk terlaris peralatan saji dari sejumlah brand keramik lokal secara daring

dengan meninjau marketplace dan website dari setiap brand. Observasi

dilakukan pada 10 brand lokal diantaranya adalah Kandura Studio, Kanna

Keramik, Tekuni Keramik, Arta Derau, Artisan Ceramic, Naruna, Damdam,

Jenggala, Kaloka Pottery, dan Kei Pottery. Berikut adalah hasil observasi

produk terlaris dari setiap brand keramik lokal:

1. Keunikan produk dari brand keramik

Pada tabel berikut, dapat terlihat bahwa keunikan brand keramik lokal ada

pada motif yang digunakan saat menghias produk keramik dimana 8 dari 10

brand mengandalkan desain pola untuk menunjukkan keunikan mereka.

Selain itu, teknik pewarnaan seperti teknik pengaplikasian glasir, media yang

digunakan untuk membentuk warna yang unik, pencampuran warna, dan

teknik lainnya juga menjadi salah satu cara mengekspresikan keunikan. Hal

lain seperti menciptakan bentuk yang unik dalam pendesainan produk

keramik yang akan dijual, memberikan jasa layanan custom sesuai keinginan

dari pembeli, serta penciptaan tekstur unik yang dapat dirasakan dari setiap

produk keramik juga menjadi salah satu upaya brand untuk menjadi berbeda

di masa saat ini;

Page 91: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

164

Tabel 4.26 Keunikan Produk dan Brand Keramik Lokal

No Brand Keramik Keunikan Produk Terlaris

1 Kandura Studio

Bentuk

Teknik pewarnaan

Motif

Dapat disesuaikan

Gambar 4.188 Set Teko Kandura Studio

(Kandura Studio, 2021)

2 Kanna Keramik Teknik pewarnaan

Motif

Dapat disesuaikan

Gambar 4.189 Gelas Kanna Keramik

(Kanna Keramik, 2021)

3 Tekuni Keramik Motif

Dapat disesuaikan Gambar 4.190 Mangkok Tekuni Keramik

(Tekuni Keramik, 2021)

4 Arta Derau Bentuk

Motif

Tekstur

Gambar 4.191 Gelas Arta Derau

(Arta Derau, 2021)

5 Artisan Ceramic Teknik pewarnaan

Dapat disesuaikan

Tekstur

Gambar 4.192 Piring Artisan Ceramic

(Artisan Ceramic, 2021)

6 Naruna

Teknik pewarnaan

Motif

Dapat disesuaikan

Tekstur

Gambar 4.193 Gelas Naruna

(Naruna, 2021)

7 Damdam

Teknik pewarnaan

Bentuk

Motif

Dapat disesuaikan

Tekstur

Gambar 4.194 Kendi Damdam

(Damdam, 2021)

8 Jenggala

Bentuk

Motif

Dapat disesuaikan

Tekstur

Gambar 4.195 Piring Jenggala

(Jenggala, 2021)

Page 92: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

165

9 Kaloka Pottery Teknik pewarnaan

Bentuk

Motif

Gambar 4.196 Gelas Kaloka Pottery

(Kaloka Pottery, 2021)

10 Kei Pottery

Teknik pewarnaan

Bentuk

Motif

Dapat disesuaikan

Tekstur

Gambar 4.197 Gelas Kei Pottery

(Kei Pottery, 2021)

2. Rata-rata harga

Pada tabel berikut, dapat terlihat bahwa rata-rata harga produk keramik

peralatan saji berkisar antara Rp.138.981 hingga Rp.547.500 dengan produk

termurah adalah gelas baik berupa mug ataupun cup. Untuk produk termahal,

disebabkan penjualannya secara set berisikan satu teko dan dua gelas. Untuk

produk lainnya seperti piring, mangkok, dan kendi, harga rata-rata masih di

bawah Rp.200.000;

Gambar 4.198 Hasil Observasi Tren Pasar Harga Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

3. Target pasar

Pada tabel berikut, dapat terlihat bahwa target penjualan dari produk

keramik peralatan saji rata-rata ditujukan untuk keperluan domestik yakni

rumah tangga dan hadiah. Selain itu, brand keramik lokal juga menyediakan

layanan untuk dapat menyesuaikan keinginan pembeli ataupun mengadakan

Page 93: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

166

kerja sama berupa proyek, kolaborasi antar brand, serta keperluan restoran

dan kafe;

Gambar 4.199 Hasil Observasi Target Pasar Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

4. Bentuk peralatan saji

Tabel 4.27 Hasil Observasi Tren Pasar Bentuk Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gelas (Mug/Cup) Piring

(Plate)

Mangkok

(Bowl) Set Teko

(Teapot)

Kendi

(Pitcher/Jug) Gagang Non-Gagang

Round Mug

Bell Mug

Tapered Mug

Large Mug

Tea Bowl

Tapered Cup

Tea Cup

Round Plate

Triangle Plate

Concept Plate

Cedar Shape

Bowl

Circle Shape

Bowl

Flat Shape

Bowl

Grand Teapot

Kyusu Teapot

Handle Teapot

Milk Jug

Tall Pitcher

Jug with Lid

Page 94: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

167

4.2.2 Survei

Survei dilakukan untuk mengetahui tren pasar produk keramik

khususnya peralatan saji yang ada pada saat ini. Proses pengumpulan data

dengan teknik survei dilakukan dengan menyebarkan angket yakni alat untuk

mengumpulkan data dengan menyebarkan formulir berisikan pertanyaan

yang ditujukan pada responden dengan tujuan mendapat tanggapan yang

dapat selanjutnya diolah (Wijaya B. , 2007, p. 95). Pada proses ini, penulis

mengumpulkan data dengan menyebarkan pertanyaan secara daring melalui

Google Forms. Responden yang didapat berjumlah 34 orang dengan disebar

ke seluruh kalangan usia. Pertanyaan yang diajukan diantara lain:

1. Demografi responden

a. Jenis kelamin

b. Usia

c. Profesi

d. Domisili

2. Produk keramik peralatan saji

a. Jenis produk keramik peralatan saji yang sering digunakan

b. Pertimbangan saat membeli produk keramik peralatan saji

c. Alasan membeli produk keramik peralatan saji

d. Alasan menggunakan produk keramik peraltan saji

e. Biaya yang dikeluarkan saat membeli produk keramik peralatan saji (1

buah ataupun 1 set)

f. Lokasi pilihan untuk membeli produk keramik peralatan saji

g. Bentuk peralatan saji yang disukai

3. Nostalgia dan retro

a. Pernah mengalami dan suka nostalgia

b. Frekuensi seringnya mengalami nostalgia

c. Emosi yang dirasakan saat mengalami nostalgia

d. Kaitan nostalgia dengan benda yang berasal dari zaman dahulu

e. Respon jika ada produk yang dapat membantu mengalami nostalgia

f. Ketertarikan terhadap produk retro

Page 95: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

168

g. Budaya visual Indonesia yang paling sesuai dengan gaya retro era 70-

an dan 80-an

h. Respon jika diciptakan produk keramik peralatan saji yang bertemakan

retro

Hasil dari pengumpulan data tren pasar melalui teknik survei dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan dengan persentase

sebesar 58,8% dan 41,2% lainnya laki-laki;

Gambar 4.200 Data Jenis Kelamin Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

2. Umur responden didominasi oleh kalangan usia 21-30 tahun dengan

persentase sebanyak 47,1%, diikuti oleh responden yang kurang dari 21

tahun sebanyak 32,4% , kemudian kalangan usia 41-50 tahun sebanyak

14,7% dan persentase terkecil adalah responden di kalangan usia 31-40

tahun yakni sebanyak 5,9%;

Gambar 4.201 Data Range Usia Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 96: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

169

3. Profesi responden didominasi oleh pelajar atau mahasiswa dengan

persentase sebesar 61,8%, diikuti oleh responden yang berprofesi sebagai

pegawai swasta sebanyak 23,5%, kemudian responden yang berprofesi

sebagai pengajar sebanyak 11,7%, dan persentase terkecil adalah

responden yang berprofesi sebagai wiraswasta;

Gambar 4.202 Data Profesi Responden

(Dokumentasi Pribdai, 2021)

4. Domisili responden sebagian besar berada di wilayah Jabodetabek

(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dengan persentase 91,2%

dengan diikuti responden yang berdomisili di luar Pulau Jawa sebanyak

5,9% dan persentase terkecil adalah responden yang berdomisili di Pulau

Jawa selain wilayah Jabodetabek yakni sebanyak 2,9%;

Gambar 4.203 Data Domisili Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

5. Jenis produk keramik peralatan saji yang sering digunakan responden

adalah piring dengan persentase 73,5%, mangkok sebanyak 67,6%, gelas

Page 97: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

170

sebanyak 61,8%, teko sebanyak 20,6%, tempat bumbu sebanyak 8,8%, dan

yang paling jarang digunakan adalah kendi sebanyak 2,9%;

Gambar 4.204 Data Jenis Produk Keramik Peralatan Saji yang Sering Digunakan

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

6. Pertimbangan responden saat membeli produk keramik peralatan saji

adalah aspek estetika produk dengan persentase sebanyak 76,5%,

kemudian fungsi produk sebanyak 73,5%, harga produk sebanyak 58,8%,

dan yang paling tidak dipertimbangkan adalah brand produk, daya tahan

produk dan ergonomi yakni masing-masing sebanyak 2,9%;

Gambar 4.205 Data Pertimbangan Saat Membeli Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

7. Alasan responden membeli produk keramik peralatan saji sebagian besar

untuk keperluan domestik yakni rumah tangga dengan persentase

sebanyak 94,1%, diikuti dengan sebagai hadiah sebanyak 23,5%,

Page 98: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

171

keperluan restoran dan kafe sebanyak 8,8%, dan alasan lainnya adalah

untuk koleksi dan kepuasan pribadi yang masing-masing sebanyak 2,9%;

Gambar 4.206 Data Alasan Membeli Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

8. Alasan responden menggunakan produk keramik peralatan saji sebagian

besar karena material keramik bersifat tahan lama dengan persentase

sebesar 70,6%, alasan lain adalah fungsi pakai sebanyak 61,8%, ramah

lingkungan sebanyak 58,8%, fungsi dekorasi sebanyak 44,1%, bentuk unik

dan nyaman digunakan sebanyak masing-masing 2,9%;

Gambar 4.207 Data Alasan Menggunakan Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

9. Biaya yang dikeluarkan responden saat membeli 1 buah produk keramik

peralatan saji sebagian besar di bawah Rp.100.000 dengan persentase

52,9%, lalu kisaran harga berikutnya adalah antara Rp.100.000 –

Page 99: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

172

Rp.200.000 sebanyak 38,2%, kemudian Rp.200-000 – Rp.300.000

sebanyak 5,9% dan di atas Rp.400.000 sebanyak 2,9%;

Gambar 4.208 Data Biaya Pembelian Produk Keramik Peralatan Saji Satuan

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

10. Biaya yang dikeluarkan responden saat membeli 1 set produk keramik

peralatan saji sebagian besar di bawah Rp.400.000 dengan persentase

55,9%, lalu kisaran harga berikutnya adalah antara Rp.400-000 –

Rp.500.000 sebanyak 20,6%, kemudian Rp.500-000 – Rp.600-000

sebanyak 8,8%, Rp.600-000 – Rp.700.000 sebanyak 8,8%, dan di atas

Rp.700.000 sebanyak 5,9%;

Gambar 4.209 Data Biaya Pembelian Produk Keramik Peralatan Saji Set

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

11. Lokasi pilihan responden saat membeli produk keramik peralatan saji

adalah secara offline ke toko keramik, toko homeware, ataupun toko

interior dengan persentase sebanyak 73,5% dan sisanya sebanyak 26,5%

berbelanja secara online di marketplace, website, ataupun sosial media;

Page 100: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

173

Gambar 4.210 Data Lokasi Pembelian Produk Keramik Peralatan Saji

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

12. Bentuk gelas yang disukai responden sebagian besar adalah bell mug

dengan persentase sebesar 35,3%, lalu diikuti tapered mug sebanyak

20,6%, round mug sebanyak 14,7%, tea bowl sebanyak 14,7%, large mug

sebanyak 8,8%, dan tapered cup sebanyak 5,9%;

Gambar 4.211 Data Bentuk Gelas Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 101: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

174

13. Bentuk piring yang disukai responden sebagian besar adalah round plate

dengan persentase sebesar 85,3%, lalu diikuti concept plate sebanyak

11,8%, dan triangle plate sebanyak 2,9%;

Gambar 4.212 Data Bentuk Piring Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

14. Bentuk mangkok yang disukai responden sebagian besar adalah cedar

shape bowl dengan persentase sebesar 55,9% dan sisanya sebanyak 44,1%

menyukai circle shape bowl;

Gambar 4.213 Data Bentuk Mangkok Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 102: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

175

15. Bentuk teko yang disukai responden sebagian besar adalah handle teapot

dengan persentase sebesar 47,1%, lalu diikuti oleh grand teapot sebanyak

35,3% dan kyusu teapot sebanyak 17,6%;

Gambar 4.214 Data Bentuk Teko Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

16. Bentuk kendi yang disukai responden sebagian besar adalah jug with lid

dengan persentase sebesar 58,8%, lalu diikuti oleh tall pitcher sebanyak

23,5% dan milk jug sebanyak 17,6%;

Gambar 4.215 Data Bentuk Kendi Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 103: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

176

17. Sebagian besar responden pernah atau suka mengalami nostalgia dengan

persentase sebesar 91,2%, dan sisanya sebanyak 8,8% menjawab tidak;

Gambar 4.216 Data Pengalaman Nostalgia Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

18. Frekuensi keseringan responden mengalami nostalgia sebagian besar

adalah sering dengan persentase sebesar 52,9%, yang diikuti oleh

persentase sangat sering sebesar 23,5%, jarang sebanyak 17,6%, dan

sangat jarang sebanyak 5,9%;

Gambar 4.217 Data Frekuensi Pengalaman Nostalgia Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

19. Emosi yang dirasakan oleh responden saat mengalami nostalgia sebagian

besar positif dengan persentase sebesar 85,3%, yang diikuti oleh emosi

negatif sebanyak 8,8%, klasik dan vintage sebanyak 2,9%, dan rindu

sebanyak 2,9%;

Page 104: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

177

Gambar 4.218 Data Emosi Responden Saat Mengalami Nostalgia

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

20. Sebagian besar responden setuju jika benda yang berasal dari jaman dulu

memudahkan mereka untuk mengalami nostalgia dengan persentase

sebesar 85,3%, dan sisanya tidak setuju dengan persentase 14,7%;

Gambar 4.219 Data Persetujuan Jika Benda Jaman Dulu Memudahkan Nostalgia

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

21. Sebagian besar responden setuju jika adanya produk yang dapat membantu

mengalami nostalgia dengan persentase sebesar 58,8%, yang diikuti oleh

persentase sangat setuju sebesar 35,3%, dan sisanya sebanyak 5,9% tidak

setuju;

Gambar 4.220 Data Persetujuan Jika Adanya Produk Pembantu Nostalgia

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 105: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

178

22. Sebanyak 47,1% responden mengaku tertarik terhadap produk retro, yang

diikuti oleh persentase sangat tertarik sebesar 41,2%, dan sisanya sebanyak

11,8% tidak tertarik;

Gambar 4.221 Data Ketertarikan Terhadap Produk Retro

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

23. Tipografi yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya retro

era 70-an dan 80-an adalah tipografi 5 dengan persentase sebesar 47,1%,

yang diikuti oleh tipografi 4 sebanyak 38,2%, tipografi 2 sebanyak 8,8%,

dan tipografi 6 sebanyak 5,9%;

Gambar 4.222 Data Jenis Tipografi Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

24. Elemen yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya retro era

70-an dan 80-an adalah elemen garis lengkung dengan persentase sebesar

32,4%, elemen garis lurus sebanyak 32,4%, elemen perpaduan garis

Page 106: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

179

sebanyak 17,6%, elemen garis zig-zag sebanyak 8,8%, elemen lingkaran

sebanyak 5,9%, dan elemen abstrak sebanyak 2,9%;

Gambar 4.223 Data Jenis Elemen Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

25. Motif yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya retro era

70-an dan 80-an adalah motif polkadot dengan persentase sebesar 38,2%,

motif bunga dengan persentase sebesar 20,6%, motif garis sebanyak

17,6%, motif kotak-kotak sebanyak 14,7%, motif geometris sebanyak

5,9%, dan tidak bermotif sebanyak 2,9%;

Gambar 4.224 Data Jenis Motif Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 107: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

180

26. Elemen otomotif yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya

retro era 70-an dan 80-an adalah pada otomotif 1 dengan persentase

sebesar 29,4%, yang diikuti oleh otomotif 3 sebanyak 26,5%, otomotif 4

sebanyak 20,6%, otomotif 5 sebanyak 11,8%, otomotif 6 sebanyak 5,9%

dan otomotif 2 sebanyak 5,9%;

Gambar 4.225 Data Jenis Motif Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

27. Elemen mebel yang menurut responden mampu merepresentasikan gaya

retro era 70-an dan 80-an adalah pada mebel 1 dengan persentase sebesar

41,2%, mebel 5 sebanyak 23,5%, mebel 6 sebanyak 14,7%, mebel 3

sebanyak 8,8%, mebel 4 dan mebel 2 dengan persentase masing-masing

5,9%;

Gambar 4.226 Data Jenis Motif Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 108: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

181

28. Elemen elektronik yang menurut responden mampu merepresentasikan

gaya retro era 70-an dan 80-an adalah pada elektronik 1 dengan persentase

sebesar 35,3%, elektronik 5 sebanyak 26,5%, elektronik 6 sebanyak

17,6%, elektronik 4 sebanyak 8,8%, serta elektronik 2 dan 3 dengan

persentase masing-masing 5,9%;

Gambar 4.227 Data Jenis Elektronik Representasi Gaya Retro Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

29. Sebanyak 58,5% dari responden sangat setuju dengan penciptaan produk

keramik peralatan saji bertemakan retro, dan selebihnya juga setuju

dengan persentase sebesar 41,2%.

Gambar 4.228 Data Persetujuan Terhadap Penciptaan Produk Keramik Peralatan

Saji Bertemakan Retro

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 109: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

182

4.2.3 Analisis Data Tren Pasar

Setelah mengumpulan data mengenai tren pasar produk keramik

menggunakan teknik observasi dan teknik survei secara daring, selanjutnya

adalah menyimpulkan data dari kedua teknik tersebut.

1. Teknik Observasi

Pada tahapan observasi secara daring, ditemukan bahwa 10 brand keramik

lokal mementingkan keunikan dari produk yang difokuskan pada motif,

teknik pewarnaan, bentuk, menyesuaikan keinginan konsumen, dan tekstur.

Untuk harga, rata-rata produk keramik berkisar di harga Rp.140.000 hingga

Rp.550.000 dengan harga per satuan masih di bawah Rp.200.000. Keperluan

produk keramik peralatan saji digunakan untuk domestik atau rumah tangga,

hadiah, restoran, kafe, atau proyek dan kolaborasi antar brand. Bentuk produk

keramik peralatan saji terlaris dari 10 brand tersebut diantaranya adalah gelas,

piring, mangkok, teko, dan kendi.

2. Teknik Survei

Pada tahapan survei secara daring, responden yang didapat berjumlah 34

orang dengan didominasi oleh perempuan berusia 21-30 tahun, berprofesi

sebagai pelajar atau mahasiswa dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Jenis

produk keramik peralatan saji yang paling banyak digunakan responden

adalah round plate, cedar shape bowl, dan bell mug. Pertimbangan responden

saat hendak membeli produk keramik peralatan saji adalah segi estetika yang

mencakup warna, bentuk, grafis dari produk, fungsinya yang digunakan untuk

keperluan domestik atau rumah tangga, serta harga yang terjangkau dengan

berkisar di bawah Rp.100.000 hingga Rp.400.000. Alasan responden

menggunakan produk peralatan saji bermaterial keramik adalah tahan lama

dan ramah lingkungan. Lokasi tempat responden membeli produk keramik

peralatan saji masih banyak secara offline yakni mengunjungi toko keramik,

toko homeware, atau toko interior.

Kemudian survei juga mengumpulkan data mengenai nostalgia dan retro

dengan data yang didapat bahwa 91,2% responden mengalami nostalgia

dengan frekuensi keseringan hingga 76,4% dan pada umumnya reaksi yang

muncul terhadap nostalgia mengarah pada emosi yang positif dengan

Page 110: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

183

persentase sebanyak 85,3%. Sebanyak 85,3% responden juga mengaku

bahwa benda jaman dulu berhasil memudahkan mereka dalam bernostalgia

dan setuju jika adanya produk yang dapat memudahkan nostalgia mereka

dengan persentase sebanyak 94,1% dengan ketertarikan hingga 88,3%.

Penawaran penulis dengan menciptakan produk keramik peralatan saji

bertemakan retro juga menuai persetujuan responden hingga 100% dengan 20

responden sangat setuju dan 14 responden lainnya setuju.

Gambar 4.229 Analisis Data Tren Pasar Hasil Observasi dan Survei

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 111: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

184

Kesimpulan dari analisis data tren pasar, menemukan bahwa

konsumen membeli produk keramik peralatan saji untuk keperluan domestik

atau rumah tangga dengan mempertimbangkan segi estetika seperti motif,

teknik pewarnaan, dan bentuk serta dengan harga di bawah Rp.100.000

hingga Rp.400.000 dan bentuk produk yang digunakan terbanyak adalah bell

mug, round plate, dan cedar shape bowl.

4.3 Analisis

Berdasarkan data budaya visual dan data tren pasar yang telah diolah pada

subbab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Analisis Data Budaya Visual

Data budaya visual diperoleh dari artefak media cetak Indonesia berupa poster

film dan majalah dari era 70-an dan 80-an. Selain itu, data budaya visual yang

diolah juga dilakukan survei untuk memastikan arah keinginan pasar. Pertanyaan

survei diarahkan dengan meminta responden untuk memilih salah satu dari enam

pilihan yang memuat kategori yang dipertanyakan seperti tipografi, elemen garis,

motif, otomotif, mebel, dan elektronik.

Gambar 4.230 Perkembangan Budaya Visual Indonesia Era 70-an dan 80-an

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 112: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

185

Keseluruhan budaya visual yang diolah dari artefak media cetak disimpulkan

dengan cara menghitung frekuensi kemunculan elemen yang ada dimana terdiri atas

tipografi, elemen dan prinsip desain. Elemen desain yang ditemukan pada budaya

visual yang diolah adalah warna, keselarasan warna, jenis warna, bentuk, dan garis.

Prinsip desain yang ditemukan pada budaya visual yang diolah adalah

keseimbangan, proporsi, komposisi tata letak, dan irama. Berikut ini adalah tabel

frekuensi kemunculan elemen budaya visual yang merupakan kesimpulan analisis

data artefak.

Tabel 4.28 Frekuensi Kemunculan Elemen Budaya Visual

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Keterangan Kategori

Total 1 2 3 4 5 6

1

Tipografi

Serif 5 4 - - - - 9

Sans Serif 2 1 - - - - 3

Dekoratif - 1 - - - - 1

2

Warna

Jingga 2 4 1 2 - 1 10

Putih 5 5 6 - 4 4 24

Merah 5 2 2 4 2 1 16

Ungu 2 1 - - - 1 4

Hitam 6 5 3 3 4 1 22

Kuning 4 4 2 - - 2 12

Hijau 5 3 3 1 1 1 14

Abu-abu 2 - 1 3 6 - 12

Biru 3 5 2 - - 2 12

Cokelat 3 2 2 - 2 2 11

Krem 5 4 - - - - 9

Violet - 4 1 - - 1 6

Merah muda - 3 2 - - 3 8

3 Bentuk

Persegi 2 2 - 3 5 - 12

Page 113: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

186

Lingkaran 1 4 3 1 2 - 11

Trapesium - - - 1 - - 1

Oval - - - 1 - - 1

4

Garis

Diagonal 2 - 4 - - 1 7

Zig-zag 1 1 - - - - 2

Melengkung S - 1 - - - - 1

Horizontal - 2 1 5 3 1 12

Vertikal - - 1 2 1 1 5

5

Keselarasan Warna

Anologous 4 - 1 - 1 2 8

Monochromatic 1 2 6 5 5 5 24

Kontras 2 warna

komplementer 2 1 - - - - 3

Kontras 2 warna

komplementer bias - - - 1 - - 1

Kontras 3 warna

komplementer 1 4 - - - - 5

Kontras 4 warna

komplementer 1 - - - - - 1

6

Jenis Warna

Panas 7 5 5 5 4 6 32

Dingin - 1 1 1 - - 3

7

Keseimbangan

Tersembunyi 7 5 - 6 5 1 24

Simetris - 1 6 - - 5 12

Sederajat - - - - 1 - 1

8

Proporsi

Ideal 5 6 6 5 5 5 32

Tidak ideal 2 - - 1 1 1 5

9

Komposisi Tata Letak

Atas 5 5 - - - - 10

Tengah 4 6 - - - - 10

Bawah 1 - - - - - 1

Page 114: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

187

10

Irama

Motif bunga - - 2 - - 1 3

Garis diagonal - - 3 - - - 3

Garis horizontal - - 1 - - - 1

Garis vertikal - - 1 - - - 1

Bentuk lingkaran - - 1 - - - 1

Data budaya visual yang juga dilakukan survei yakni berupa kategori tipografi,

garis, motif, otomotif, mebel, dan elektronik diambil dua pilihan responden

berdasarkan persentase terbanyak sebagaimana yang disimpulkan pada tabel

berikut.

Tabel 4.29 Data Persentase Terbanyak Budaya Visual Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Kategori Data Budaya Visual Persentase

1 Tipografi

85,3%

2 Garis

64,8%

3 Motif

58,8%

4 Otomotif

55,9%

5 Mebel

64,7%

6 Elektronik

61,8%

Page 115: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

188

Selanjutnya adalah membandingkan frekuensi kemunculan terbanyak dari

elemen budaya visual yang merupakan hasil analisis data artefak dengan data

persentase terbanyak hasil survei.

Gambar 4.231 Analisis Data Budaya Visual Hasil Analisis Data Artefak dan Survei

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Pada gambar di atas dapat terlihat terdapat beberapa elemen yang ditemukan

pada kedua jenis data yaitu garis horizontal, garis diagonal, bentuk lingkaran, dan

motif bunga. Keempat elemen ini akan diprioritaskan dalam penentuan konsep

desain produk keramik peralatan saji. Selain itu, dapat ditemukan pula elemen lain

pada hasil analisis data artefak yaitu bentuk persegi dan garis melengkung S.

Tipografi serif dari artefak dan sans serif dari survei akan diterapkan cirinya dalam

desain. Kesimpulan analisis data budaya visual juga ditarik dari elemen dan prinsip

desain terbanyak yang ditemukan yaitu keselarasan warna monochromatic dan

analogous, komposisi tata letak yang fokus di atas dan tengah, proporsi yang ideal,

keseimbangan tersembunyi, serta jenis warna yang panas dimana terdapat warna

merah, hijau, kuning, cokelat, serta warna netral putih, abu-abu, dan hitam yang

terbanyak ditemukan pada data budaya visual.

Page 116: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

189

2. Analisis Data Tren Pasar

Gambar 4.232 Analisis Data Tren Pasar Hasil Observasi dan Survei

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Kesimpulan dari analisis data tren pasar melalui teknik observasi dan survei,

menemukan bahwa konsumen membeli produk keramik peralatan saji untuk

keperluan domestik atau rumah tangga dengan mempertimbangkan segi estetika

seperti motif, teknik pewarnaan, dan bentuk serta dengan harga di bawah

Rp.100.000 hingga Rp.400.000, dan juga bentuk produk yang digunakan terbanyak

adalah bell mug, round plate, dan cedar shape bowl.

Gambar 4.233 Bentuk Produk Pilihan Responden

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 117: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

190

3. Analisis Final

Analisis final dilakukan untuk mendapat kesimpulan secara menyeluruh

berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada budaya visual dan tren pasar. Pada

data tren pasar telah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Target pasar adalah perempuan usia 21-30 tahun;

b. Pertimbangan pembelian produk adalah dari segi estetika seperti motif, teknik

pewarnaan, dan bentuk produk keramik peralatan saji;

c. Bentuk produk keramik peralatan saji yang menjadi pilihan responden adalah

bell mug, round plate, dan cedar shape bowl;

d. Produk keramik peralatan saji digunakan untuk keperluan domestik atau

rumah tangga;

e. Harga produk keramik peralatan saji yang dibeli responden rata-rata di bawah

Rp.100.000 atau hingga Rp.400.000.

Kemudian pada data budaya visual juga telah disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

a. Elemen visual yang ditemukan pada kedua jenis data artefak dan survei

adalah garis horizontal, garis diagonal, bentuk lingkaran, dan motif bunga;

b. Bentuk persegi termasuk elemen yang sering ditemukan pada data artefak;

c. Garis melengkung S menjadi pilihan responden sebagai elemen yang

berkaitan dengan retro;

d. Tipografi serif dari artefak dan sans serif dari survei akan diterapkan cirinya

dalam desain;

e. Keselarasan warna terbanyak adalah monochromatic dan analogous;

f. Komposisi tata letak yang banyak ditemukan adalah yang fokus pada bagian

atas dan tengah;

g. Proporsi terbanyak dari data budaya visual adalah yang ideal;

h. Keseimbangan terbanyak dari data budaya visual adalah yang tersembunyi;

i. Jenis warna yang banyak ditemukan adalah warna panas;

j. Warna yang banyak ditemukan dimana termasuk dalam kategori warna panas

adalah merah, hijau, kuning, cokelat, serta warna netral putih, abu-abu, dan

hitam.

Page 118: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

191

Berdasarkan kedua kesimpulan analisis di atas, maka dapat diperoleh

kesimpulan final untuk dijadikan konsep dasar mendesain peralatan saji produk

keramik. Produk keramik peralatan saji akan didesain untuk perempuan dengan

mempertimbangkan segi estetika yang dalam proses desainnya mengambil data

kesimpulan elemen desain budaya visual seperti garis, bentuk, warna, keselarasan

warna, dan jenis warna, tipografi serta prinsip desain berupa komposisi tata letak,

proporsi, keseimbangan, dan irama. Kemudian untuk bentuk peralatan saji yang

didesain adalah berdasarkan hasil survei yakni bell mug, round plate, dan cedar

shape bowl. Selain itu, desain produk keramik peralatan saji juga difokuskan untuk

keperluan domestik atau rumah tangga dengan harga yang terjangkau di antara

Rp.100.000 hingga Rp.400.000.

4.4 Konsep Desain

Gambar 4.234 Moodboard (Dokumentasi Pribadi, 2021)

Moodboard dibuat berdasarkan hasil analisis data sebelumnya. Tema dari

moodboard yand dibuat adalah Vivid Geometric dengan fokus mengarah pada

bentuk geometris serta penggunaan jenis warna yang panas. Bentuk geometris yang

termasuk dalam kriteria desain adalah garis horizontal, garis diagonal, garis

melengkung S, bentuk lingkaran, bentuk persegi, dan motif bunga. Jenis warna

panas yang termasuk dalam kriteria desain adalah merah, hijau, kuning, cokelat,

serta warna netral putih, abu-abu, dan hitam. Hasil desain juga nantinya akan

Page 119: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

192

memenuhi kriteria prinsip desain berdasarkan analisis data sebelumnya berupa

keselarasan warna monochromatic atau analogous, komposisi tata letak atas dan

tengah, proporsi ideal, serta keseimbangan yang tersembunyi. Untuk kriteria desain

lain berupa tipografi jenis serif dan sans serif akan diambil sifat dari bentuk

tipografi untuk diterapkan dalam desain. Selain hasil analisis data dan moodboard

yang dijadikan sebagai studi grafis, juga akan dilakukan studi bentuk dengan

membuat moodboard yang mengambil inspirasi dari gaya desain populer pada era

70-an dan 80-an di Indonesia berupa gaya psychedelic art dan pop art.

Gambar 4.235 Moodboard Studi Bentuk

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.5 Sketsa Alternatif

Gambar 4.236 Sketsa Ide

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 120: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

193

Sketsa ide dilakukan dengan menyesuaikan moodboard studi grafis dan

bentuk yang telah dibuat. Sembilan sketsa ide kemudian ditinjau dan dipilih

beberapa yang dapat dikembangkan untuk dilanjutkan ke konsep desain final.

Sketsa ide yang terpilih kemudian dikembangkan konsep desainnya beserta jenis

peralatan saji secara lengkap dari piring, mangkok, dan gelas.

4.6 Desain Final

Tabel 4.30 Konsep Desain Final

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

No Desain Final Konsep Desain

A

Elemen bentuk persegi

Elemen garis horizontal

Elemen pop art

B

Motif bunga

Elemen garis melengkung S

Elemen lingkaran

C

Elemen garis horizontal

Elemen garis vertikal

Bentuk microphone jadul

Grip untuk fungsi ergonomi

Konsep desain A mengusung gaya desain yang lebih kaku dengan

menggunakan bentuk dasar persegi trapesium. Garis-garis horizontal juga terlihat

mengelilingi permukaan luar gelas dan mangkok serta bagian dalam dari piring.

Konsep desain B mengarah pada gaya desain yang lebih organik dengan

menggunakan motif bunga sebagai ide dasarnya. Motif bunga dibuat menggunakan

elemen lain yakni garis melengkung S dan lingkaran. Konsep desain yang terakhir

yakni C mengangkat microphone jadul sebagai inspirasi. Pada bentuk khususnya

Page 121: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

194

gelas C dapat terlihat bentuk mic secara jelas dengan perpaduan garis lurus secara

vertikal dan horizontal.

4.7 Evaluasi Desain

Konsep desain yang telah dibuat kemudian dilakukan survei evaluasi untuk

memastikan kesesuaian desain secara daring melalui Google Forms. Responden

yang didapat berjumlah 38 orang dengan mengutamakan responden yang

berpartisipasi di survei sebelumnya. Pertanyaan survei evaluasi mengarah pada

seberapa mampu konsep desain yang dibuat merepresentasikan ciri desain dari era

70-an dan 80-an Indonesia dan bergaya retro. Hasil survei dari ketiga konsep desain

diantaranya sebagai berikut:

1. Konsep desain final A

Gambar 4.237 Evaluasi Konsep Desain Final A (Dokumentasi Pribadi, 2021)

2. Konsep desain final B

Gambar 4.238 Evaluasi Konsep Desain Final B

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 122: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

195

3. Konsep desain final C

Gambar 4.239 Evaluasi Konsep Desain Final C

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

4. Evaluasi desain berdasarkan elemen desain

Gambar 4.240 Evaluasi Desain Berdasarkan Elemen Desain (Dokumentasi Pribadi, 2021)

Hasil akhir survei evaluasi menunjukkan bahwa desain A dinilai paling

mendekati gaya retro berdasarkan elemen garis, bentuk, dan juga warna yang

terlihat mendominasi grafik serta ukuran kemampuan merepresentasikam ciri

desain dari era 70-an dan 80-an Indonesia terlihat mendominasi di angka 4 hingga

disetujui oleh 50% dari seluruh reponden.

4.8 Gambar Kerja

Konsep desain A yang telah dinilai paling mampu merepresentasikan ciri

desain dari era 70-an dan 80-an Indonesia kemudian dilanjutkan ke tahapan

pembuatan gambar kerja untuk memastikan ukuran dan bentuk sehingga

Page 123: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

196

memudahkan proses pembuatan prototype. Gambar kerja yang dibuat diantaranya

sebagai berikut:

1. Gambar kerja gelas

Gambar 4.241 Gambar Kerja Gelas

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

2. Gambar kerja mangkok

Gambar 4.242 Gambar Kerja Mangkok

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 124: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

197

3. Gambar kerja piring

Gambar 4.243 Gambar Kerja Piring

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

4.9 Prototype

Proses pembuatan prototype dilakukan di sebuah galeri keramik yang ada di

Jakarta Selatan dengan menggunakan jenis tanah liat berwarna putih atau

stoneware. Adapun tahapan secara rincinya adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan

Proses pembentukan tanah liat jenis stoneware menggunakan teknik putar yang

dibantu dengan alat putar (wheel) untuk mendapatkan hasil produk yang rapi.

Jumlah tanah liat yang digunakan sebanyak 3 kg untuk membuat gelas, mangkok,

dan piring;

Gambar 4.244 Proses Pembentukan Tanah Liat

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 125: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

198

2. Pembubutan

Proses pembubutan tanah liat yang telah dibentuk pada tahapan sebelumnya

dilakukan beberapa hari setelahnya supaya tanah liat tidak terlalu lembek. Proses

ini masih menggunakan alat putar dengan bantuan kuas dan pisau bubut. Tahapan

ini dilakukan untuk merapikan bagian bawah produk serta menghaluskan dan

menipiskan bagian yang masih dianggap terlalu tebal;

Gambar 4.245 Proses Pembubutan Tanah Liat

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

3. Modifikasi

Proses modifikasi tanah liat dilakukan langsung setelah proses bubut dengan

meliputi proses pembuatan dan pemasangan gagang gelas serta pemodifikasian

bentuk produk secara manual sesuai keinginan. Alat bantu yang digunakan adalah

kertas, penggaris dan pisau;

Gambar 4.246 Proses Modifikasi Tanah Liat

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 126: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

199

4. Pembakaran Awal

Proses pembakaran awal dilakukan menggunakan tungku bakar berbahan gas

dengan suhu 900 derajat celcius dalam kurun waktu 8 jam. Setelah proses bakar

selesai, tungku bakar didiamkan selama 2 hari untuk menurunkan suhu panasnya;

Gambar 4.247 Proses Pembakaran Awal

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

5. Pewarnaan Glasir

Proses pewarnaan glasir diawali dengan mengamplas permukaan bisque yang

masih kasar. Kemudian untuk glasir yang digunakan adalah mineral warna hitam

dan transparan, serta pigmen oranye yang dicampur dengan glasir transparan. Alat

bantu yang digunakan adalah busa untuk merapikan glasir yang diaplikasikan;

Gambar 4.248 Proses Pewarnaan Glasir

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 127: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

200

6. Pembakaran Akhir

Proses pembakaran akhir dilakukan menggunakan tungku bakar berbahan gas

dengan suhu 1200 derajat celcius dalam kurun waktu 10 jam. Setelah proses bakar

selesai, tungku bakar didiamkan selama 2 hari untuk menurunkan suhu panasnya.

Tahapan terakhir ini telah membentuk keramik yang memiliki nilai fungsi.

Gambar 4.249 Proses Pembakaran Akhir dan Produk Final

(Dokumentasi Pribadi, 2021)

Page 128: BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Budaya Visual

201

4.10 Evaluasi Penggunaan Prototype

Prototype yang telah dibuat kemudian dilakukan evaluasi dengan

dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Pada awalnya setiap prototype direndam

dengan air panas bersuhu 90 derajat celcius untuk mensterilkan sekaligus menguji

ketahanan prototype terhadap air panas. Proses ini dilakukan selama 5 menit dan

terbukti bahwa prototype aman untuk dipergunakan sebagai alat saji makanan

ataupun minuman yang panas.

Evaluasi berikutnya dilakukan tes penyajian makanan dan minuman secara

langsung. Mangkok diuji untuk menampung mi instan kuah yang baru dimasak,

gelas diuji untuk menampung susu panas, dan piring untuk menampung biskuit.

Hasil tes penyajian mendapatkan hasil bahwa mangkok dapat memuat satu bungkus

mi instan kuah dan sumpit dapat diletakkan dengan mudah di tengah mangkok,

kemudian gelas dapat memuat cairan sebanyak 300 ml, serta piring yang dapat

memuat makanan seperti pada umumnya. Berikut adalah beberapa foto evaluasi

penggunaan prototype yang telah dilakukan:

Gambar 4.250 Evaluasi Penggunaan Prototype

(Dokumentasi Pribadi, 2021)