4. analisa data & pembahasan 4.1. data umum proyek · 4.3 proses mengevaluasi penjadwalan...
TRANSCRIPT
13
Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DATA & PEMBAHASAN
4.1. Data Umum Proyek
Nama Proyek : Tunjungan Plaza 6
Lokasi Proyek : Jalan Embong Malang, Surabaya
Jenis Bangunan : Podium, Condominium, dan Office
Jumlah Lantai : Podium (14 lantai), Condominium (52 lantai), Office
(42 lantai)
Tanggal Pelaksanaan : 14 Juli 2014
Waktu Penyelesaian : 35 Bulan
Tanggal Penyelesaian : Podium : 27 Desember 2016
Office : 20 Juni 2017
Condominium : 31 Mei 2017
4.1.1. Struktur Organisasi
Owner : PT. Pakuwon Jati
Operational Management : PT. Pakuwon Jati
Construction Management : CV. Manajemen Konstruksi Utama
Main Contractor : PT. Pembangunan Perumahan
Bore Pile Contractor : PT. Handal Subur Lautan
MEP Contractor : PT. Ikanindo
Demolition Contractor : CV. Citra Persada
14 Universitas Kristen Petra
4.1.2. Ruang Lingkup Proyek
Condominium
- Pekerjaan Persiapan yaitu pemasangan TC
- Pekerjaan Struktur mencakup pekerjaan galian tanah, pemotongan
Pile, substruktur, dan upper struktur dari lantai LG-52
Podium Tahap 1
- Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Struktur meliputi pekerjaan substruktur dan pekerjaan
upper struktur Shearwall, Plat Lantai Ramp, Kolom dan Plat
- Pekerjaan Saluran
Podium Tahap 2 Basement Area meliputi pekerjaan persiapan dan
pekerjaan struktur. Pekerjaan persiapan terdiri dari penghancuran
Ground Water Tank (GWT) lama, urugan tanah, dan pemancangan pile.
Office
- Pekerjaan Struktur Galian, Substruktur, Upper Struktur
Podium Tahap 2 Struktur Atas
- Pekerjaan Substruktur meliputi Pile Cap, Tie Beam, dan Plat
- Pekerjaan Struktur meliputi pekerjaan basement, lantai LG-UG,
Lantai 1-14
Connection Mall dan Sheraton
Podium Tahap 3
- Pekerjaan Substruktur: Pile cap, Tie beam, plat
- Pekerjaan Struktur: LG-UG, Lantai 1-8
Mechanical, Electrical, & Plumbing (MEP)
Arsitektur
15 Universitas Kristen Petra
4.2 Pengumpulan Data
Data diperoleh selama menjalani magang pada konsultan pengawas
proyek dimulai dari dari bulan Januari sampai dengan Maret 2015. Tidak semua
data bisa didapatkan dari konsultan pengawas, sehingga dibutuhkan data
tambahan dari kontraktor pelaksana melalui interview dan pengamatan langsung
di lapangan. Beberapa data yang berhasil dikumpulkan antara lain jadwal rencana
pelaksanaan proyek, spesifikasi TC, denah penempatan TC, report penggunaan
dan pemeliharaan TC, laporan harian penggunaan alat berat, material serta tenaga
kerja, denah struktur proyek lantai 2 dan 3, dan pembagian zona pengecoran yang
selanjutnya akan digunakan dalam mengevaluasi penjadwalan proyek serta
penempatan TC.
4.3 Proses Mengevaluasi Penjadwalan Proyek
Setelah selesai proses pengumpulan data, data-data tersebut mulai diolah.
Ada beberapa data yang sebenarnya dibutuhkan yaitu jadwal TC dan jadwal
actual pelaksanaan proyek, akan tetapi data-data tersebut tidak tersedia pada
proyek tempat dilakukan penelitian dikarenakan dari pihak kontraktor pelaksana
tidak membuat jadwal TC dan dari pihak konsultan belum membuatkan jadwal
actual pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, diusahakan mencari data secara tidak
langsung melalui data-data yang ada, antara lain:
- Jadwal rencana pelaksanaan
- Laporan harian penggunaan alat berat, material serta tenaga kerja
- Denah struktur lantai 2 dan 3
- Zona pengecoran
Data-data tersebut diolah sedemikian rupa untuk mengevaluasi penjadwalan pada
proyek tempat dilakukan penelitian. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah berikut:
1. Dari report “Checklist Operasi dan Pemeliharaan Harian TC” dilihat
penggunaan TC yang memiliki jam kerja terbanyak dan pada bulan tersebut
tidak terdapat kerusakan TC baik untuk TC 1 (Gambar 4.1), TC 2 (Gambar
4.2), dan TC 3 (Gambar 4.3). Dari report ini dapat dilihat jumlah jam
16 Universitas Kristen Petra
penggunaan TC. Untuk lebih jelas tentang laporan “Checklist Operasi dan
Pemeliharaan Harian TC” dapat dilihat pada lampiran 1.
Dari data report “Checklist Operasi dan Pemeliharaan Harian TC” pada
masing-masing TC dari bulan Januari 2015 sampai Maret 2015 kemudian
diurutkan dan direkapitulasi menjadi sebuah tabel. (Tabel 4.1)
Gambar 4.1. Report Penggunaan TC 1 Tanggal 15-21 Maret 2015
17 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2. Report Penggunaan TC 2 Tanggal 15-21 Maret 2015
Gambar 4.3. Report Penggunaan TC 3 Tanggal 15-21 Maret 2015
18 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1. Rekapitulasi Jam Operasional TC Bulan Januari, Februari, dan
Maret 2015
2. Setelah merekapitulasi jam operasional TC, langkah selanjutnya mengamati
laporan harian “Delivery Material” (Tabel 4.2) yang berisi informasi data
mengenai jumlah pekerja, jumlah alat berat, jumlah material yang digunakan,
dan juga zona pekerjaan yang dikerjakan (Tabel 4.3). Untuk laporan
“Delivery Material” secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Dari
laporan “Delivery Material” tersebut kemudian dicatat volume beton yang
digunakan pada hari tertentu. Beton yang digunakan pada hari tersebut selain
menunjukkan volumenya penggunaannya, ditunjukkan juga lokasi tempat
pengecorannya. Lokasi pengecoran ditunjukkan dalam bentuk as-as (lampiran
3) yang kemudian dari as-as tersebut akan diasumsikan sesuai dengan zona
proyek yang tersedia. (Gambar 4.4 & Gambar 4.5). Hal ini dilakukan karena
data penjadwalan proyek yang didapat pada program Microsoft Project sudah
dalam bentuk zona, sehingga semua yang masih berupa as-as harus dirubah
19 Universitas Kristen Petra
menjadi zona. Setelah mengetahui lokasi pengecorannya, maka selanjutnya
volume beton tersebut dicocokkan kembali besarnya dengan volume yang
digunakan pada hari itu apakah sudah sesuai.
Sebagai contoh, diambil pada hari Kamis, 19 Maret 2015. Alasan mengapa
mengambil hari tersebut untuk dijadikan contoh, dapat dilihat pada Tabel 4.1,
jam operasional yang digunakan oleh ketiga TC adalah 22 jam, artinya ketiga
TC tersebut bekerja dengan jam operasional yang paling banyak. Pada
tanggal tersebut, dicatat material beton yang digunakan yaitu Fc’ 25 sebesar
15 m3, Fc’ 45 sebesar 56 m3 dan Fc’ 50 sebesar 30 m3 (Tabel 4.2). Beton
tersebut digunakan untuk pengecoran tangga Condominium yang terdapat di
dalam Shearwall 8 & 9 untuk lantai UG-1 sebesar 15 m3, pengecoran
Shearwall 1 lantai 3-4 sebesar 30 m3, dan pengecoran Shearwall di area
Podium P54 lantai 3-4 sebesar 50 m3 dan pengecoran kolom As A27/6F-6G
lantai 3-4 sebesar 6 m3 (Tabel 4.3).
Tabel 4.2. Volume Beton yang Digunakan Didapat Dari Laporan Harian Delivery
Material
20 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3. Area Pengecoran
Didapat Dari Laporan Harian Delivery Material
Dari laporan harian “Delivery Material” diambil data-data yang diperlukan
seperti jam penggunaan TC, material beton yang digunakan, dan area yang
dicor pada hari tersebut, lalu semuanya dikumpulkan sesuai harinya dan
dibuat dalam bentuk tabel agar lebih mudah diamati (Tabel 4.4). Untuk
keterangan lebih lanjut mengenai Tabel 4.4 dapat dilihat pada lampiran 4.
Dari data area pengecoran dan volume pengecoran akan dibuat untuk
keperluan Mapping.
21 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Penggunaan TC, Material, dan Area Pengecoran
3. Langkah selanjutnya dari Tabel 4.4 yang dihasilkan dengan mengumpulkan
data-data penggunaan TC, volume beton, dan area pengecoran lalu kemudian
ditandai (mapping) pada denah struktur yang sedang dievaluasi. Denah
struktur yang didapatkan dari kontraktor pelaksana hanya sebatas denah lantai
2 dan 3 (Gambar 4.6), sehingga mapping hanya dilakukan untuk lantai 2 dan
3. Mapping yang dilakukan untuk lantai 2 dan 3 ini disesuaikan dengan
struktur bangunan yang telah dikerjakan (dicor) meliputi pengecoran slab,
kolom, dan shearwall. Pada saat penelitian berlangsung, bangunan yang
22 Universitas Kristen Petra
ditinjau sedang dalam tahap pekerjaan struktur yaitu Condominium dan
Podium. Sebagai contoh, diambil mapping pada Condominium (SW1 Barat)
dan Podium (SW P54 & Kolom As A27/6F-6G) untuk lantai 3 (Gambar 4.7).
Gambar 4.4. Pembagian Zona Condominium
Gambar 4.5. Pembagian Zona Podium
23 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.6. Denah Struktur Lantai 2 dan Lantai 3
Gambar 4.7 Mapping Pengecoran Area Condominium dan Podium Lantai 3
Tanggal 19 Maret 2015
AREA PENELITIAN
SW1 Barat
Kolom
SW P54
24 Universitas Kristen Petra
4. Setelah pekerjaan mapping pengecoran untuk slab, kolom, dan shearwall
untuk bangunan Condominium dan Podium selesai dilakukan, langkah
selanjutnya hasil mapping dimasukkan ke dalam jadwal rencana dengan
menggunakan program Microsoft Project (MSP). (Gambar 4.8) sesuai dengan
zona pengecorannya, sehingga didapatkan jadwal actual pelaksanaan. Untuk
pembuatan jadwal actual dibagi menjadi 2 yaitu jadwal actual pelaksanaan
untuk bangunan Condominium (Gambar 4.9) dan Podium (Gambar 4.10).
Pembuatan jadwal actual merupakan hal penting bagi proyek untuk dibuat.
Hal ini dilakukan agar jadwal rencana dapat di monitoring dengan actual
pelaksanaan apakah proyek berjalan sesuai dengan rencana. Bila actual
pelaksanaan sudah berjalan sesuai jadwal atau berjalan tepat waktu maka ini
berarti proyek berjalan dengan baik, akan tetapi bila actual pelaksanaan
proyek terlambat, maka proyek harus melakukan evaluasi dan meninjau
kembali penyebab keterlambatan serta berusaha mencari solusi yang terbaik
untuk mengejar keterlambatan proyek.
Gambar 4.8. Jadwal Rencana Pelaksanaan Proyek (MSP)
25 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.9. Jadwal Actual Pelaksanaan Area Condominium
Gambar 4.10. Jadwal Actual Pelaksanaan Area Podium
26 Universitas Kristen Petra
Setelah melakukan langkah-langkah diatas, maka monitoring penjadwalan
dapat dilakukan. Pada Gambar 4.9 dapat dilihat pekerjaan untuk bangunan
Condominium pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwal rencana. Sebagai
contoh untuk lantai 2 zona 5, pekerjaan pengecoran balok plat semula
direncanakan akan dikerjakan selama 2 hari pada tanggal 22-23 Januari 2015,
akan tetapi actual pelaksanaan pekerjaan pengecoran balok plat dikerjakan dalam
6 hari dan baru dimulai pada tanggal 12-17 Februari 2015. Total kemunduran
pekerjaan pengecoran balok plat lantai 2 zona 5 yaitu selama 26 hari. Begitu juga
pada Podium (Gambar 4.10) pelaksanaannya pun tidak sesuai dengan jadwal
rencana. Sebagai contoh lantai 2 zona 1 untuk pekerjaan pengecoran balok plat
yang semula direncanakan akan dikerjakan selama 2 hari pada tanggal 4-5
Februari 2015, akan tetapi actual pelaksanaan pekerjaan tersebut dikerjakan
selama 14 hari dan pengerjaannya baru mulai pada 21 Februari 2015 – 6 Maret
2015. Total kemunduran untuk pekerjaan pengecoran balok plat pada area podium
adalah 30 hari dengan durasi pengerjaan yang jauh lebih panjang.
Secara keseluruhan, pelaksanaan proyek mengalami kemunduran dan tidak
sesuai dengan jadwal yang seharusnya sudah direncanakan. Hasil dari monitoring
jadwal proyek dapat dilihat pada Tabel 4.5. Pada proyek tersebut, kontraktor
pelaksana telah melakukan rescheduling secara berkala. Master Schedule proyek
yang didapat selama magang dari bulan Januari hingga Maret 2015 telah
mengalami rescheduling sebanyak dua kali, yaitu dari revisi 8 hingga revisi 10.
Namun kontraktor pelaksana tidak mengunci jadwal rencana awal proyek,
sehingga data yang diupdate pada Microsoft Project untuk revisi 9 dan 10 seolah-
olah merupakan jadwal rencana awal. Pada penulisan ini, revisi 8 digunakan
sebagai jadwal rencana proyek.
Tabel 4.5. Hasil Monitoring Jadwal Proyek
Condominium Lantai
2 Total Kemunduran (Hari)
Lantai 3
Total Kemunduran (Hari)
Zona 5 17 Zona 5 52
Zona 6 25 Zona 6 35
Zona 7 17 Zona 7 26
27 Universitas Kristen Petra
Podium Lantai
2 Total Kemunduran (Hari)
Lantai 3
Total Kemunduran (Hari)
Zona 1 27 Zona 1 33
Setelah didapat hasil monitoring jadwal proyek, dapat ditunjukkan bahwa
proyek tersebut ternyata tidak berjalan sesuai dengan rencana. Masalah yang
sering kali terjadi pada proyek tersebut adalah kurangnya tenaga kerja. Selain itu,
mengingat proyek tersebut berjalan pada sekitar awal tahun, kendala hujan juga
menjadi penyebab proyek tersebut tidak berjalan sesuai dengan rencana.
4.4. Menentukan Posisi Optimal Group Tower Crane
Lokasi proyek terutama bangunan yang telah ada di sekitar proyek
merupakan hal yang akan menjadi pertimbangan kontraktor dalam meletakkan TC
dan fasilitas penunjang pelaksanaan proyek. Bila tidak direncanakan dengan baik,
maka akan menimbulkan hambatan ketika pelaksanaan konstruksi sedang
berlangsung. Fasilitas proyek harus diletakkan sedekat mungkin dengan bangunan
yang akan dibangun. TC harus direncanakan secara tepat sehingga dapat
menjangkau keseluruhan proyek, bila sebuah TC tidak dapat menjangkau
keseluruhan proyek, maka proyek tersebut harus menambah jumlah TC yang
digunakan. Bertambahnya jumlah TC yang digunakan maka akan meningkatkan
resiko terjadinya konflik antar TC dan akan menghambat pelaksanaan proyek,
sehingga perlu menentukan posisi dan jumlah TC yang digunakan untuk
membantu pelaksanaan agar dapat berjalan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Di sekitar lokasi proyek telah berdiri bangunan diantaranya Goskate,
Tunjungan Plaza 4, dan Hotel Sheraton. Tepat di sebelah kiri bangunan
Condominium dan Podium bila dilihat dari jalan Embong Malang terdapat lahan
parkir serta rumah warga. Bangunan-bangunan tersebut tidak boleh dilewati TC,
sehingga kontraktor harus benar-benar merencanakan penempatan TC dan
fasilitas penunjang proyek dengan baik. Di bawah ini (Gambar 4.11) merupakan
bangunan di sekitar proyek dan penempatan fasilitas pada proyek tempat
dilakukan penelitian.
28 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11. Bangunan di Sekitar Proyek dan Penempatan Fasilitas Proyek
Gambar 4.12 menunjukkan letak TC setelah digabungkan dengan fasilitas
yang ada di proyek. Ada 3 buah TC yang digunakan pada proyek ini, dimana TC
1 merupakan TC yang paling pertama dipasang pada proyek dan diletakkan pada
As A19-A20/6A-6B diluar dari Condominium. TC 2 juga berada pada sisi luar
bangunan yaitu pada As A28/6A-6B dimana TC 2 bertugas membantu
memindahkan material yang diperlukan selama pengerjaan Podium. TC 3
diletakan di dalam lubang lift pada bangunan Condominium As A15-A16/6E-6F.
Gambar 4.12. Letak TC dan Fasilitas Penunjang pada Proyek
CONDOMINIUM PODIUM
CONDOMINIUM PODIUM
29 Universitas Kristen Petra
Ketiga TC yang digunakan memiliki tipe yang sama dengan radius 60 m,
akan tetapi untuk TC 2 digunakan radius yang lebih kecil. Lokasi proyek tidak
memungkinkan menggunakan TC2 dengan radius 60 m karena akan berbenturan
dengan Hotel Sheraton sehingga radius diperkecil menjadi 50 m. Proyek
Condominium dan Podium menggunakan 3 buah Tower Crane POTAIN MC
205B dengan spesifikasi sebagai berikut (Gambar 4.13):
Gambar 4.13. Spesifikasi Tower Crane POTAIN MC205B
(Sumber: Brosur Tower Crane POTAIN MC205B)
Kapasitas angkat TC ditentukan dari besarnya radius TC yang digunakan,
semakin besar radius TC yang digunakan maka kapasitas angkat sebuah TC akan
semakin kecil begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini TC 1 & 3 menggunakan
Radius 60 m dengan kapasitas angkat sebesar 2,4 ton sedangkan untuk TC 2
menggunakan radius 50 m dengan kapasitas angkat sebesar 3,1 ton. Dapat dilihat
30 Universitas Kristen Petra
(Gambar 4.14) bahwa kecepatan vertikal (hoisting) untuk kapasitas angkut sebesar
2.4 ton berkisar antara 0-80 m/menit, untuk kecepatan horizontal (Trolleying)
antara 15-58 m/menit, dan kecepatan putar lengan kerja (slewing) 0-0,8 rpm.
Gambar 4.14. Mekanisme TC POTAIN MC205B
Berdasarkan penempatan TC di lapangan seperti pada lampiran 3, Gambar
4.15, Gambar 4.16, dan Gambar 4.17, maka dapat disimpulkan pembagian
pekerjaan penggunaan TC yang dibagi dalam bentuk zona proyek. Berikut
ringkasan pembagian penggunaan TC berdasarkan zonanya :
TC 1 mengerjakan pekerjaan zona 5 dan 6 Condominium
TC 2 mengerjakan pekerjaan seluruh area Podium
TC 3 mengerjakan pekerjaan zona 7 Condominium dan pekerjaan pengangkut
material-material yang datang dari area pintu masuk ke tempat penumpukan
material.
31 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.15. Penjadwalan Penggunaan TC 1 Berdasarkan Zona Pengecoran
Gambar 4.16. Penjadwalan Penggunaan TC 2 Berdasarkan Zona Pengecoran
32 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.17. Penjadwalan Penggunaan TC 3 Berdasarkan Zona Pengecoran
Untuk memperoleh titik optimal penempatan TC ada 3 skenario yang
dibuat dalam penelitian ini. Masing-masing skenario memiliki perbedaan sendiri-
sendiri seperti tercantum dibawah ini:
Skenario 1
Dalam skenario ini ingin mengetahui titik optimal penempatan TC sesuai
dengan kondisi asli di lapangan. TC yang digunakan sejumlah 3 buah dengan
radius 50 m dan 60 m. Titik Supply yang digunakan hanya yang berhubungan
dengan penulangan. Titik Demand diambil pada semua kolom untuk setiap
zona pengecoran pada Condominium dan Podium.
Skenario 2
Skenario 2 ingin mengetahui titik optimal penempatan TC jumlah dan letak
TC tetap. Titik Supply dan Demand tetap seperti pada skenario 1, hanya
pembagian kerja antara TC 1 dengan TC 3 yang mengalami perubahan.
Skenario 3
Skenario 3 ingin mengetahui titik optimal penempatan TC dengan titik Supply
dan Demand tetap sama seeperti pada skenario sebelumnya. Pada scenario 3
jumlah TC dikurangi yaitu dengan menghilangkan TC 1, sehingga pekerjaan
TC 1 pada skenario ini diambil alih oleh TC 3.
33 Universitas Kristen Petra
4.5. Skenario 1
Titik Supply sebagai titik penyedia material harus diletakkan pada tempat
yang strategis dan dapat dijangkau oleh TC, dimana nantinya TC akan
mengantarkan material ke titik Demand.
4.5.1. Menentukan Titik Supply dan Titik Demand
Titik Supply pada penelitian ini hanya diambil yang berhubungan dengan
pembesian, dimulai dari besi datang diantarkan ketempat penimbunan, kemudian
dari tempat perakitan besi dan diantarkan menuju titik Demand. Penentuan titik
Demand didapat dengan memilih semua titik kolom yang ada pada tiap zona
pengecoran baik untuk Condominium maupun Podium, khusus untuk Podium
hanya diambil pada zona 1A dan 1B. Dibawah ini merupakan daftar pekerjaan TC
dan jumlah frekuensi pengangkatannya (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Daftar Pekerjaan Titik Supply ke Titik Demand
task Supply Demand task Supply Demand
1 S1 D1 28 S3 D11
2 S1 D2 29 S3 D12
3 S2 D39 30 S3 D13
4 S2 D40 31 S3 D14
5 S2 D41 32 S3 D15
6 S2 D42 33 S3 D16
7 S2 D43 34 S3 D17
8 S2 D44 35 S3 D18
9 S2 D45 36 S3 D19
10 S2 D46 37 S3 D20
11 S2 D47 38 S3 D21
12 S2 D48 39 S3 D22
13 S2 D49 40 S3 D23
14 S2 D50 41 S3 D24
15 S2 D51 42 S3 D25
16 S2 D52 43 S3 D26
17 S2 D53 44 S3 D27
18 S2 D54 45 S3 D28
19 S2 D55 46 S3 D29
20 S3 D3 47 S3 D30
21 S3 D4 48 S3 D31
34 Universitas Kristen Petra
task Supply Demand task Supply Demand
22 S3 D5 49 S3 D32
23 S3 D6 50 S3 D33
24 S3 D7 51 S3 D34
25 S3 D8 52 S3 D35
26 S3 D9 53 S3 D36
27 S3 D10 54 S3 D37
55 S3 D38
Keterangan:
Task : Pekerjaan Pengangkutan S1 : Besi Datang
S : Titik Supply S2 : Perakitan Besi (dekat TC3)
D : Titik Demand S3 : Perakitan Besi (dekat TC1)
D1 : Penimbunan (dekat TC3)
D2 : Penimbunan (dekat TC1)
D3-D55 : Kolom
Dari tabel di atas dapat dilihat pada pengangkutan material dari titik S1
menuju D1 merupakan task atau pekerjaan 1. Sebagai contoh dapat dilihat pada
Gambar 4.18.
Gambar 4.18. Denah pendistribusian task 1
35 Universitas Kristen Petra
Dari Gambar 4.18 dapat dilihat terdapat 3 titik Supply yaitu titik Supply
ketika besi datang (S1), titik perakitan besi (S2 & S3). Material dari titik Supply 1
yaitu titik datangnya besi diantar menuju titik Demand 1 dalam hal ini titik
penimbunan besi (S1 ke D1) merupakan suatu task 1 atau pekerjaan 1.
Pendistribusian besi dilakukan melalui titik Supply besi (S2 dan S3) ke semua titik
Demand sesuai daftar pekerjaan (dapat dilihat pada Gambar 4.19).
Gambar 4.19. Pendistribusian Besi
Gambar 4.20. Lokasi Awal Penempatan TC
36 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.20 menunjukan letak awal TC pada proyek tempat dilakukan
penelitian. TC1 ditempatkan pada As A19-A20/6A-6B, TC2 ditempatkan pada As
A28-A29/6A-6B, dan TC3 diletakkan pada As A15-A16/6K-6L dengan radius
TC 1 dan TC sebesar 60 m sedangkan TC 2 dengan radius yang lebih kecil 50 m.
Titik acuan ini digunakan sebagai acuan awal penentuan kelompok pekerjaan.
4.5.2. Menentukan Kelompok Pekerjaan Tower Crane
Pada tahap ini diasumsikan TC berada pada lokasi awal yang telah
ditentukan sebelumnya, sehingga dapat diketahui tingkat aksesibilitas seperti pada
Lampiran 5. Dari gambar tersebut dapat diketahui tingkat aksesibilitas TC, radius
TC, yang mana dengan menggunakan ketiga TC, pendistribusian material dari
titik Supply menuju titik Demand mampu terpenuhi.
Pada setiap pekerjaan yang dapat diakses dengan menggunakan TC akan
diberi nilai 1 dan untuk pekerjaan yang tidak dapat diakses TC akan diberi nilai 0.
Apabila ada pekerjaan yang memiliki nilai 1 pada lebih dari 1 TC, maka pekerjaan
tersebut mengalami overlap. Dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Nilai Overlapping TC 1, TC 2, dan TC 3
Crane Task
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
TC 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
TC 2 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
TC 3 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
Crane Task
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
TC 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TC 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TC 3 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Crane Task
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
TC 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TC 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TC 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 Universitas Kristen Petra
Crane Task
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
TC 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TC 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
TC 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
Keterangan:
Task : Pekerjaan Pengangkutan
TC 1 : Tower Crane 1
TC 2 : Tower Crane 2
TC 3 : Tower Crane 3
Dari tabel di atas dapat diketahui pada Task 1 hanya TC3 yang diberi
nilai 1, ini berarti Task 1 hanya hanya dapat dilakukan oleh TC1. Pada Task 10
ada 2 TC yang diberi nilai 1 yaitu TC1 dan TC2, ini berarti pekerjaan tersebut bisa
dikerjakan oleh 2 TC yaitu TC1 dan TC2. Task 4 ketiga TC diberi nilai 1, yang
Task 4 dapat dikerjakan oleh ketiga TC baik TC1, TC2 maupun TC3. Ketika suatu
pekerjaan dapat dikerjakan oleh lebih dari satu TC, maka TC tersebut mengalami
overlap. Suatu pekerjaan mengalami overlap, maka akan ada kemungkinan TC
mengalami konflik, oleh karena itu perlu dicari jumlah konflik terkecil yang
mungkin terjadi. Bila konflik yang rendah menggambarkan kecilnya resiko
tabrakan yang akan dialami oleh TC selama dalam masa konstruksi.
Gambar 4.21. Perpotongan Task 2 (TC3) dengan Task 15 (TC1)
38 Universitas Kristen Petra
Dari gambar di atas jumlah perpotongan (n) yaitu 4 titik dapat dilihat
pada perpotongan yang telah dilingkari. Selanjutnya semua pasangan pekerjaan
dihitung titik konfliknya dengan cara yang sama kemudian dijumlahkan
semuanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 6. Jumlah konflik
atau perpotongan sebanyak 581 persilangan.
4.6. Skenario 2
Titik Supply dan titik Demand pada skenario tidak berubah , demikian pula
dengan letak TC, daftar pekerjaannya juga tidak berubah, Pada skenario ini
penentuan kelompok pekerjaan dibuat sedikit berbeda, dimana TC3 hanya
bertugas memindahkan material dari besi datang (S1) menuju titik penimbunan
besi (D1 dan D2). TC1 bertugas memindahkan material dari tempat perakitan besi
(S3) menuju titik Demand pada Condominium dan titik D41, D42, dan D43 pada
zona 1A area Podium yang tidak dapat dijangkau oleh TC2. TC2 bertugas
memindahkan material dari tempat perakitan besi (S2) menuju titik Demand pada
area podium zona 1A dan zona 1B, kemudian dihitung kembali jumlah konflik.
Alur pendistribusian besi dapat dilihat pada lampiran 5. Setelah melakukan
langkah-langkah seperti pada skenario 1, maka didapatkan titik konflik pada
skenario 2 sebanyak 286 persilangan.
4.7. Skenario 3
Pada Skenario 3, titik Supply dan titik Demand tidak berubah, demikian
pula dengan daftar pekerjaan. Pada skenario 3 jumlah TC yang digunakan
dikurangi dari 3 buah menjadi 2 buah TC, dimana pada skenario ini TC1 tidak
digunakan. TC1 tidak digunakan karena dianggap memiliki overlap yang cukup
besar, sehingga TC3 yang mengambil alih pekerjaan TC1. Tugas TC3 pada
skenario ini, yaitu mengangkut besi yang datang (S1), mengantarkan besi pada
tempat penimbunan besi (D1 dan D2), selain itu TC3 juga bertugas mengantarkan
besi yang telah dirakit menuju titik-titik Demand pada area Condominium kecuali
D35 karena tidak dapat dijangkau oleh TC3, namun TC3 juga membantu
pekerjaan TC2 yang tidak dapat dijangkau oleh TC2 yaitu untuk titik D41, D42,
dan D43. Untuk TC2 bertugas mengantarkan besi yang telah dirakit menuju titik-
39 Universitas Kristen Petra
titik Demand pada area Podium, untuk pekerjaan yang tidak dapat ditangani oleh
TC2, pengerjaannya dialihkan kepada TC3.
Setelah membuat alur pendistribusian besi yang dapat dilihat pada
lampiran 5, maka diamati titik-titik yang mengalami persilangan antar TC, yang
nantinya akan dihitung konflik indeksnya (NC). Setelah diamati didapati bahwa
pada skenario 3 banyak konflik yang terjadi adalah 99 persilangan. Hasil dari
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Skenario 1, 2, dan 3
Pemodelan Koordinat (As) Jumlah Konflik
Skenario 1 TC1 (A19-A20/ 6A-6B); TC2 (A28-A29/6A-6B); TC3 ( A15-A16/6K-6L)
581 persilangan (Sesuai dengan
kondisi dilapangan )
Skenario 2
TC1 (A19-A20/ 6A-6B); TC2 (A28-A29/6A-6B); TC3 ( A15-A16/6K-6L)
286 persilangan
(kondisi titik Supply dan Demand seperti skenario 1, hanya modifikasi pekerjaan TC1 dan TC3)
Skenario 3 TC2 (A28-A29/6A-6B); TC3 ( A15-A16/6K-6L)
99 persilangan
(TC1 tidak digunakan, Tugas TC1 dikerjakan oleh TC3)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skenario 3 yang paling optimal
apabila dibandingkan denga skenario 1 dan skenario 2, karena pada skenario 3
nilai konflik indeks adalah 99 persilangan dan nilai ini paling kecil bila
dibandingkan dengan skenario lainnya.