3.modul 02 - dinamika teknik otomotif
DESCRIPTION
otomotifTRANSCRIPT
-
MODUL 2 DASAR DINAMIKA TEKNIK KENDARAAN
2.1 Definisi VEKTOR
Secara sederhana vektor yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah :
Sebuah besaran yang mempunyai nilai (harga) dan arah.
Untuk mendapat gambaran tentang vector perhatikan contoh contoh berikut :
1. Pergeseran keadaan ke arah barat sejauh 200 meter
2. Berat benda 100 Newton dengan arah vertikal menuju pusat bumi.
3. Kecepatan orang berjalan 5 km / Jam ke arah selatan.
2.2 Penggambaran vector dan satuan vector Untuk menggambarkan sebuah besaran yang mempunyai nilai dan arah diwakili oleh
sebuah panah dengan aturan :
1. Panjang panah menunjukan skala harga
2. Arah panah menunjukan arah vektor
y
F
x
Gambar 2.1 Vektor
Dari gambar di atas dapat ditafsirkan bahwa vektor F mempunyai harga satuan dan arahnya
membentuk sudut dari sumber x.
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
y
x
z A
Gambar 2.2 Vektor Ruang
Vector a adalah vector pada ruang tiga dimensi dengan harga 4 satuan dan mempunyai arah
membentuk sudut dari sumbu z dan proyeksi A pada bidang x-y membuat sudut dari sumbu
x.
C
C D D
Gambar 2.3 Dua vector yang didak sama
Dari gambar terlihat vector C mempunyai harga lebih kecil Dari D dan keadaan kedua vector
mempunyai arah yang sama.
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
3. Dua vector dikatakan sama jika arah dan panjangnya sama seperti gambar di bawah ini
A = B
Karena panjang dan arahnya sama
Gambar 2.4 Dua vector dikatakan sama.
Dua vector yang harganya sama dan arahnya berbeda 180 ( saling berlawanan arah ) dinamakan
vector negative satu sama lain.
C = - D
atau
D = - C
A
B
C
D
Gambar 2.5 Dua vector negatif satu sama lain
Harga C sama dengan harga D dan arahnya berbeda 180.
Unit vector (vektor satuan) adalah sebuah vektor yang harganya satu satuan dan arahnya sama
dengan arah vektor itu sendiri, sering di tulis dengan:
aA = vector satuan
A
aA aA = AA__
2.3 Penjumlahan vektor Seperti diungkapkan di atas bahwa sebuah vektor mempunyai harga dan arah sehingga
dalam operasinya tidak seperti aljabar biasa.
Dapat dilihat ilustrasi bahwa ini
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
F1 = 10 N F2 = 10 N
licin
Gambar 2.6 (a)
F3 = 10 N
F4 = 10 N
Licin
Gambar 2.6 ( b )
Sebuah benda dipengarui oleh dua buah vector yang sama ( F1 = 10 N dan F2 = 10 N ) (
F3 = 10 N dan F4 = 10 N )
Jika kita cari resultannya penjumblahan
R1 = F1 + F2
R2 = F3 + F4Antara R1 dan R2 tentu akan sangat berbeda untuk itu metode penjumlahan vector, tidak
sama dengan penjumlahan bilangan biasa kecuali pada kasus kasus tertentu misalnya vector
sejajar dapat dijumlahkan secara aljabar.
R = F1 + F2
F1
F2
Gambar 2.7 a
R = F1 + (-F2)
F1
F2
Gambar 2.7 b
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Ada dua metoda penjumblahan vector secara gambar yakni :
a). Metoda segi tiga sbb :
Gambar 2.8.a
R = A + B secara segi tiga adalah sebagai berikut
Ganbar 2.8.b
b). Metoda jajar Genjang
Y B
R
A
A
B
R
B
A
Gambar 2.8.c
Sebuah vektor pada bidang (dua dimensi) atau pada ruang (tiga dimensi) adalah
merupakan gabungan dari vektorvektor komponennya atau dengan perkataan lain sebuah vektor
dapat diproyeksikan menjadi vector komponenya sebagai berikut :
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Y F2 Fy
Fx X Gambar 2.9
Analognya dengan metoda jajaran genjang bahwa :
F = Fx + FyDimana
Fx = cos
Fy = sin
Dengan menggunakan unit vektor (vektor satuan) untuk semua sumbu:
Ax = unit vector pada pada sb x
Ay = unit vector pada pada sb y
Az = unit vector pada pada sb z
F = Fx + Fy F = axFx + ay Fy
Untuk vector ruang proyeksi vector didapat sbb :
F
Z
R = A + B
Y
X
Gambar 2.10
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Fx = F sin cos
Fy = F sin sin
Fz = F cos
F = ax Fx + ay Fy + az FzDari penjelasan proyeksi vector dan pengertian penjumblahan vector sejajar dapat dengan
mudah menyelesaikan penjumblahan vector secara analisa.
Dari penyelesaian proyeksi vector dan pengertian penjumblahan vector sejajar dapat dengan
mudah menyelesaikan penjumblahan vector secara analisa.
R1 = F1 + F2R = ( ax F1 x + ay F1 y ) + ( ax F2 x + ay F2 y )
R = ax ( F1 x + F2 x ) + ay ( F1 y + F2 y )
R = axRx + ayRy
R
Ry
Rx
Gambar 2.11
R = 22 RyRx
= inv. tg RxRy
Dalam perancangan konstruksi mesin, dicakup subjek-subjek antara lain statika, kekuatan
bahan, kinematika dan dinamika. Tahapan awal dalam perancangan mesin dimaksudkan untuk
memenuhi aspek kekuatan dan kekakuan. Sebuah komponen mesin dirancang untuk tidak patah
dan tidak bengkok. Dalam mata kuliah statika struktur telah dipelajari gaya-gaya yang bekerja
pada komponen-komponen mesin. Gaya-gaya tersebut adalah gaya statik yang antara lain
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
disebabkan oleh berat komponen itu sendiri maupun gaya aksi dari komponen lain yang
tersambung dengan komponen yang bersangkutan. Gaya-gaya statik diperoleh ketika mesin
dalam keadaan diam.
Aspek lain yang mendapat perhatian lebih besar karena adanya pemakaian mesin-mesin
kecepatan tinggi adalah efek-efek dinamik yang diakibatkan oleh kecepatan tinggi. Dalam hal ini,
komponen mesin bukan hanya menerima gaya-gaya statik, tetapi juga gaya-gaya dinamik yang
diakibatkan oleh bergeraknya komponen yang bersangkutan. Untuk mesin-mesin kecepatan tinggi,
gaya dinamik yang ditimbulkan bahkan jauh lebih besar dari gaya-gaya statik.
Kinematika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda, yang meliputi penentuan kecepatan
dan percepatannya. Sedangkan Dinamika adalah ilmu yang menentukan gaya-gaya yang terjadi
akibat bergeraknya suatu benda.
KECEPATAN DAN PERCEPATAN LINEAR Kecepatan Kecepatan didefinisikan sebagai laju perubahan perpindahan. Jika sebuah kereta api berpindah 20
m setiap detik maka kecepatan kereta api disebut 20 m/dt.
1 2
40
20
80.000
?
Perp
inda
han,
s (m
)
Kecepatan, v (m/dt)
ds
dt
Waktu, t (dt)
Gambar 2.12 Hubungan antara perpindahan dan waktu (grafik kecepatan)
Dari gambar diatas kecepatan v dapat dinyatakan dengan ds/dt, yang juga adalah kemiringan
garis.
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Percepatan Bagaimana menghitung kecepatan jika kurvanya bukan berupa garis lurus?
Percepatan didefinisikan sebagai laju perubahan kecepatan, dinyatakan dengan
dtdva =
Hubungan kecepatan dengan percepatan adalah
2
2
dtsd
dtdtdsd
dtdva =
==
Perp
inda
han,
s (m
)
Kecepatan, v (m/dt)
ds
dt
Waktu, t (dt)
Gambar 2.13 Grafik Percepatan
Kecepatan dan Percepatan Sudut
Kecepatan sudut didefinisikan sebagai laju perubahan sudut, dinyatakan dengan dtd =
Percepatan sudut didefinisikan sebagai laju perubahan kecepatan sudut, dinyatakan dengan
dtd =
Hubungan kedcepatan sudut dengan percepatan sudut adalah
2
2
dtd
dtdtdd
dtd
=
==
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Garis acuan
A
B A
B
Kecepatan dan percepatan , baik linear maupun sudut adalah besaran-besaran vektor yang dapat
dioperasikan seperti vektor-vektor lainnya.
Contoh Soal
Sebuah rotor dengan radius R berputar dengan kecepatan sudut ( )dtrad . Tentukan kecepatan linear sebuah titik A (lihat gambar)
A R
v
Jawab:
Misalkan rotor berputar satu kali dalam satu detik. Dengan demikian kecepatan linear titik A adalah
jarak yang ditempuh (keliling lingkaran) dalam satu detik.
dtRV 2=
Sedangkan kecepatan sudut adalah besarnya sudut yang disapu dalam satu detik, yaitu
dt 2=
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Dengan mensubstitusikan persamaan kecepatan sudut ke persamaan kecepatan linear diperoleh
RV = dimana arah kecepatan linear selalu tegak lurus terhadap jari-jari lingkaran.
Kecepatan dan Percepatan Relatif Untuk dapat mendefinisikan kecepatan, kita perlu menyepakati suatu titik/benda acuan yang kita
anggap memiliki kecepatan nol. Kita bisa mengatakan kecepatan kereta api sebesar 20 m/dt
dengan menganggap kita sedang berdiri diatas tanah yang sedang diam (v=0 m/dt). Jika kita
sedang berada diatas mobil yang bergerak dengan v= 15 m/dt searah dengan kereta api, maka
kereta api hanya mempunyai kecepatan 5m/dt terhadap mobil; kita merasakan seolah-olah kereta
api bergerak meninggalkann mobil yang sedang diam.
VK=20 m/dt
VM=15 m/dt
Gambar 2.14 Kecepatan Relatif
Secara Vektor dapat dituliskan
KMMK VVV +=
Mekanisme Engkol Peluncur Mekanisme yang paling sederhana untuk dipelajari adalah mekanisme engkol peluncur
segaris seperti yang ditunjukkan gambar (2.15). Semua dimensi mekanisme dianggap sudah
diketahui dan batang-batang penghubung digambar sesuai dengan skalanya. Analisa didasarkan
pada posisi sesaat seperti digambarkan karena diagram vektor dibuat berdasarkan gambar.
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Gambar 2.15 Analisa Kecepatan pada Mekanisme Engkol
Misalkan diketahui kecepatan sudut penghubung 2 berputar searah jarum jam dengan
kecepatan sudut 2 , radian per detik. Kecepatan titik A berputar terhadap titik O2, dapat dihitung dengan
22 AOVA = Penghubung 2 dan penghubung 3 diperlihatkan terpisah dalam gambar 4-1b, dengan
kecepatan yang sudah diketahui. Kecepatan titik B dapat diketahui dari
BAAB VVV +=
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
-
Besaran-besaran yang diketahui adalah:
Besar VA ( 22 AOVA = ) Arah VA.(Tegak lurus terhadap batang 2) Arah VB (titik B bergerak dalam satu garis horizontal) B Arah VBA (tegak lurus ke garis antara B dan A)
Besaran-besaran yang belum diketahui adalah:
Harga VB B Harga VBA
Diagram vektor dimulai pada titik awal Ov, dalam gambar *** digambarkan posisinya dalam
satu skala. Persamaan vektor menyatakan bahwa sebuah vektor yang tegak lurus terhadap garis
antara B dan A ditambahkan ke VA, sama dengan resultante yang berupa sebuah vektor dalam
arah gerak titik B. Titik B dalam gambar 2.15c memenuhi interpretasi persamaan vektor.
Gambar 2.15c digambarkan kembali seperti ditunjukkan dalam gambar 2.15d untuk
memperlihatkan arah masing-masing vektor. Kecepatan masing-masing titik dinyatakan dengan
poligon kecepatan dengan menghilangkan kepala panah seperti gambar 2.15e. Kecepatan
masing-masing titik adalah garis yang menghubungkan titik O dengan huruf yang berkaitan,
misalnya a dan b.
Kecepatan sudut penghubung 3 dapat diperoleh berdasarkan gambar 2.15e. Penghubung 3
diisolasi (gambar 2.15f) dimana digunakan VBA kerena titik A dipandang diam. Penghubung 3
berutar melawan arah jarum jam dengan kecepatan sudut
BAVBA=3
Misalkan diingini mengetahui kecepatan titik C pada penghubung 3, kita dapat lagi menerapkan
persamaan kecepatan
CAAC VVV +=Besar dan arah VC tidak diketahui dan besar VCA juga tidak diketahui. Kita harus memperoleh
informasi tambahan untuk menghitung VC.
3BAVBA = 3CAVCA =
Dari kedua persamaan diatas diperoleh hubungan
BACA
BACA
VV
BA
CA ==3
3
Modul 2 Teknik Otomotif (Ir. Ruli Nutranta, M.Eng)
R Rx