document3

16
Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat ditemukan antara lain : 4 1. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung, menjauhi bidang oklusal. 2. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi rtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama. 3. Periodontitis jaringan pendukung 4. Konektor patah. 5. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa. 6. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan

Upload: hayyu-safira

Post on 08-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

3

TRANSCRIPT

Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan

Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan

Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat ditemukan antara lain :41. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung, menjauhi bidang oklusal.

2. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi rtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama.

3. Periodontitis jaringan pendukung

4. Konektor patah.

5. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.

6. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan

7. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.

8. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.

9. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.

10. Kehilangan lapisan estetik

11. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai kegagalan tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungazn gigi dan implan. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.

Keretakan sebuah gigi tiruan biasanya terjadi akibat dari kelebihan ( fatique failure) dan kerusakan karena beban berat( impact failure).fatique failure; kelebihan berat ini mengikuti beban yang mempusat ke sebuah titik di bawah tegangan kerusakan. Hal yang sering timbul diantaranya:

1. Bentuk desain gigi tiruan yang menyebabkan konsentrasi tekanan. Dalam hai ini termasuk lekukan lekukan dan garis garis pada permukaan dalam atau polished gigi tiruan yang melalui frenulum pada rahang atas didaerah midline. Bentuk frenulum labialis yang terlalu tinggi biasanya harus dibuatkan lekukan yang dalam pada basis gigi tiruan dan lekukan ini yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Resorpsi alveolar pada kasus gigi tiruan rahang atas dapat menyebabkan gigi tiruan goyang disekitar midline karena resorbsinyang terjadi lebih sedikit.

3. Perpindahan gigi tiruan terhadap daerah dukungan jaringan ( denture-bearing tissue). Bila gigi tiruan tidak mendapat dukungan mucosa yang cukup maka dapat menyebabkan gigitiruan goyang(tip) dan melentur

4. Pemakaian permukaan oklusal. Jika permukaan oklusal gigi rahang atas digunakan sedemikian sehingga permukaan oklusal menghadap ke medially, maka setiap kali pasien beroklusi, maka gigi tiruan akan cenderung lentur disekitar midline.

5. Tekanan / beban oklusal yang berat. Dapat terjadi bila gigi tiruan beroklusi dengan gigi atau pasien yang cenderung memiliki beban kunyah berat.Impact Failure; pada gigitiruan biasanya terjadi bila dijatuhkan oleh pasien saat membersihkan gigitiruan atau tekanannya berlebihan saat pembersihan gigitiruan sehingga dapat menyebabkan fraktur

Hal ini dapat dicegah jika pasien diminta membersihkan gigitiruannya diatas panci dengan cara direndam dalam air saat dilepas. Selain itu dapat juga terjadi patahnya lengan cengkeram, karena bagian ini sering disesuaikan sendiri oleh pasien, bila cengkeram menjadi longgar, disamping itu lengan cengkeram sering digunakan sebagai pegangan pada saat memasukkan dan mengeluarkan gigitiruan dalam mulut. Maka sebaiknya gigitiruan ini dipasang dan dilepas dengan jalan memegang salah satu bagian kerangkanya, atau lengan cengkeramnya atau bisa juga pada bagian sayapnya.Sumber:http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dentistry-oral-medicine/2271070-penyebab-gigi-tiruan-patah/#ixzz1s77t5qHYGigitiruan jembatan dinilai cocok dan tidak akan menyulitkan bagi pemiliknya serta mampu mengambalikan bentuk dan fungsi gigi yang hilang. Gigitiruan jembatan nyaman digunakan serta dapat dengan mudah diadaptasi dalam mulut karena mengembalikan fungsi dan bentuk gigi asli persis atau hampir sama dengan aslinya, namun karena alat ini fixed atau tetap dalam mulut tidak dapat dilepas oleh si pemakai sehingga dapat membatasi proses pembersihan dan dapat menyebabkan akumulasi plak. Terdapatnya akumulasi plak akhirnya berpotensi meningkatkan karies.4,5

Karies gigi dan penyakit periodontal dikenal sebagai komplikasi biologis pada gigitiruan cekat. Karies merupakan penyebab kegagalan yang paling sering pada gigitiruan. Beberapa penelitian secara cross-sectional dan longitudinal menunjukan bahwa pasien dengan gigi penyangga merupakan yang paling beresiko terkena karies dan penyakit periodontal.5,6

Pada tahun 1972, Hicklin dkk yang dikutip oleh Battistuzzi menunjukan bahwa gigi penyangga menghadapi resiko yang lebih besar dibanding gigi yang lainnya. Ternyata 60% gigi penyangga mengalami karies sedangkan gigi yang tidak berkontak dengan gigitiruan sebagian hanya 24% yang mengalami karies. Pada pengguna gigitiruan yang terkena karies, biasa merasakan sakit pada gigi penyangganya atau sensitif terhadap makanan atau minuman yang panas, dingin atau manis, perasaan tidak enak, bau mulut, lepasnya restorasi gigi tiruan jembatannya serta terjadi perubahan warna pada penyangga gigitiruannnya.6,7,50

2.5 Kegagalan

Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat ditemukan antara lain :

12. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung, menjauhi bidang oklusal.

13. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi rtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusak atau ,mendorong gingival terlalu lama.

14. Periodontitis jaringan pendukung

15. Konektor patah.

16. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.

17. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan

18. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.

19. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.

20. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.

21. Kehilangan lapisan estetik

22. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat

1. Biologikal

a. Rasa tidak nyaman

b. Karies

c. Perforasi pulpa

d. Kerusakan periodontal

e. Masalah oklusal

f. Fraktur gigi penyangga

2. Mekanikal

a. Fraktur gigi tiruan

b. Keausan oklusal gigi tiruan

3. Estetik

a. Perubahan warna gigi tiruan

b. Kontur yang tidak sesuai

3.2 Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

a. Pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka.

b. Terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama.

c. Inadekuat gigi abutment

d. OH buruk

e. Bidang oklusi yang terlalu luas dan atau

f. penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.

g. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan

h. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.

i. Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.

j. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.

k. Kehilangan lapisan estetik

l. Trauma oklusal

m. Beban kunyak yang berlebihan

n. Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak

3.3 Perawatan Pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat

Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Keberhasilan atau gagalnya gigitiruan sebagian lepasan tergantung pada beberapa faktor diantarnya meliputi:

1. Kondisi mulut pasien

2. Keadaan periodontal gigi yang dipilih

3. Prognosa gigi tersebut.

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya.

Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.

2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.

Perawatan pendahuluan meliputi:

1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah

Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang memerlukan waktu penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan. Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin sempurna penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil.

a. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi diperiksa apakah cukup penting dan masih dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut.

b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut dan kronis.

c. Kista dan tumor odontogenik

Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita harus diyakinkan tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir patologis.

d. Penonjolan tulang

Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus disingkirkan. Misalnya torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror palatal seal, torus palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan akan menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang menyebabkan penumpukan debris.

e. Bedah periodontal

Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan yang sehat sebagai pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical. Misalnya gingivectomy, reposisi flap.

2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung.

Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan, antara lain:

a. Menghilangkan kalkulus

b. Menghilangkan pocket periodontal

c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

e. Menghilangkan gangguan oklusal

f. Tindakan Konservasi

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada, antara lain :

a. Penambalan

b. Pembuatan inlay, dsb

c. Kedudukan rest

3. Tindakan-tindakan ortodonti

Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.

3.4 Penatalaksanaan Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

Kasus pada skenario disebutkan bahwa, berdasarkan pemeriksaan klinis diketahui gigi 35 dan 37 menggunakan retainer dengtan desain extracoronal retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 36 dengan tipe ridge lap pontic. Pada retainer gigi 37 menunjukkan lapisan porcelain bagian oklusalnya telah hilang. Pada gigi penyangga 35 terdapat fraktur gigi tiruan dan adanya karies pada bagian servical gigi tersebut. Pada gigi tersebut diindikasikan tidak dapat dilakukan perawatan restorasi.

Penatalaksanaan pada gigi 35:

1. Menghilangkan karies

2. Perawatan saluran akar

3. Pembuatan dowel retainer

Dowel retainer adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri.

Indikasi:

a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

b. Gigi tiruan pendek

c. Tekanan kunyah ringan

d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan:

a. Estetis baik

b. Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:

Sering terjadi fraktur akar

Penatalaksanaan Pada gigi 37:

Perawatan prostetik dengan pembuatan retainer yang baru

3.5 Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai kegagalan tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid.. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan cekat yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.

BAB 4. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat yaitu:

a. Biological : karies, perawatan endodontik, perawatan ulang endodontik, periodontal, oklusi, alergi logam

b. Mekanik : kegagalan penyemenan, kebocoran tepi, kegagalan inti dan pengisian crown, patahnya perlekatan (konektor), fraktur facing porselen

c. Estetik : warna, kontur

2. Beberapa penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat adalah pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka.Terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama, Inadekuat gigi abutment, OH buruk, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa, kesalahan cara preparasi, trauma oklusal

3. Perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat meliputi: tidakan bedah, perawatan jaringan pendukung, perawatan konservatif dan perawatan prthodontic

4. Penatalaksanaan pada gigi penyangga yang terkena karies adalah

a. Menghilangkan karies

b. Perawatan saluran akar

c. Pembuatan dowel retainer

Sedangkan perawatan untuk lapisan facing yang hilang pada retainer adalah membuatkan retainer yang baru

5. Upaya pencegahan kegagalan Gigi Tiruan Cekat meliputi pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid, mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan cekat