319-732-1-sm

6
Pendahuluan Kelainan kelenjar prostate merupakan penyakit yang sering ditemukan khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kelainan kelenjar prostate dikenal Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat (Rahardjo, 1999). Di Indonesia, BPH merupakan urutan kedua setelah batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata- PENURUNAN KELUHAN DRIBBLING PASIEN PASCA TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE MELALUI KEGEL’S EXCERCISE Abdul Madjid 1,2* , Dewi Irawaty 3 , Tuti Nuraini 3 1. PSIK FK Universitas Hasanudin, Makassar 90245, Indonesia 2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh Kegel’s exercise terhadap keluhan dribbling pasien pasca transurethral resection of the prostate (TURP). Sampel penelitian adalah responden yang dirawat di RS X dan RS Y yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel pada kelompok intervensi sejumlah 10 responden, sedangkan kelompok kontrol 10 responden. Hasil penelitian menunjukan keluhan dribbling pada kelompok intervensi berhenti mulai hari ke-13, sedangkan pada kelompok kontrol berhenti mulai hari ke-24, sehingga membuktikan ada perbedaan yang signifikan rata-rata lama keluhan dribbling antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,007; α= 0,05). Penurunan lama keluhan dribbling pada responden yang patuh melakukan Kegel’s exercise berhenti mulai hari ke-13, sedangkan pada responden yang tidak patuh berhenti mulai hari ke-20, sehingga membuktikan ada perbedaan yang bermakna rerata lama keluhan dribbling responden yang patuh melakukan Kegel’s exercise dengan responden yang tidak patuh (p= 0,004; α= 0,05). Simpulan dari penelitian ini adalah Kegel’s exercise terbukti dapat menurunkan keluhan dribbling pasien pasca TURP. Disarankan agar tiap rumah sakit dapat menerapkan Kegel’s excercise terhadap pasien dengan keluhan dribbling pasca-TURP. Kata Kunci: Kegel’s exercise, keluhan dribbling, pasca transuretral resection of the prostate (TURP), patuh Kegel’s exercise Abstract This study aims to see the effect of Kegel’s exercise on Dribbling Complaint of Post Transurethral Resection of the Prostate (TURP) patient. The sample was the patients who are hospitalized in X hospital and Y hospital fulfill the inclusion criteria. There were 10 responden each for intervention and control groups. The study results show that dribbling complaint of patient in intervention group stop at day 13, while in control group stop at day 24. Thus, there is a significant difference of the average of dribbling complaint duration between intervention and control groups (p= 0.007; α= 0.05). In addition, for the respondents in intervention group who did the exercise regularly, the dribbling complaint stop at day 13 and those who did not do exercise regularly the complaint stop at day 20. This is shown again that there is a significant difference of the average of dribbling complaint duration between those who do the exercise regularly and who do not do it regularly (p= 0.004; α= 0.05). In conclusion, the Kegel’s’s exercise is proven can reduce the dribbling complaint of post TURP patient. It is recommended that each hospital can apply Kegel’s excercise for patients with symptoms of post-TURP dribbling. Key words: Kegel’s’s exercise, dribbling complaint, post transuretral resection of the prostate (TURP), do Kegel’s exercise regularly rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun (Furqan, 2003). Sjamsuhidajat dan Jong (2005) menjelaskan BPH merupakan hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer. Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika sehingga menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan intravesikal ke seluruh bagian kandung kemih sampai pada kedua muara ureter, sehingga akibat

Upload: shandie-yudhatama

Post on 08-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

terserah

TRANSCRIPT

Page 1: 319-732-1-SM

Pendahuluan

Kelainan kelenjar prostate merupakan penyakityang sering ditemukan khususnya di negara-negaraberkembang seperti Indonesia. Kelainan kelenjarprostate dikenal Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasiaprostat (Rahardjo, 1999). Di Indonesia, BPHmerupakan urutan kedua setelah batu saluran kemihdan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusiadiatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-

PENURUNAN KELUHAN DRIBBLINGPASIEN PASCA TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE

MELALUI KEGEL’S EXCERCISE

Abdul Madjid1,2*, Dewi Irawaty3, Tuti Nuraini3

1. PSIK FK Universitas Hasanudin, Makassar 90245, Indonesia2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh Kegel’s exercise terhadap keluhan dribbling pasien pascatransurethral resection of the prostate (TURP). Sampel penelitian adalah responden yang dirawat di RS X dan RS Y yangmemenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel pada kelompok intervensi sejumlah 10 responden, sedangkan kelompok kontrol 10responden. Hasil penelitian menunjukan keluhan dribbling pada kelompok intervensi berhenti mulai hari ke-13, sedangkanpada kelompok kontrol berhenti mulai hari ke-24, sehingga membuktikan ada perbedaan yang signifikan rata-rata lama keluhandribbling antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,007; α= 0,05). Penurunan lama keluhan dribbling padaresponden yang patuh melakukan Kegel’s exercise berhenti mulai hari ke-13, sedangkan pada responden yang tidak patuhberhenti mulai hari ke-20, sehingga membuktikan ada perbedaan yang bermakna rerata lama keluhan dribbling responden yangpatuh melakukan Kegel’s exercise dengan responden yang tidak patuh (p= 0,004; α= 0,05). Simpulan dari penelitian ini adalahKegel’s exercise terbukti dapat menurunkan keluhan dribbling pasien pasca TURP. Disarankan agar tiap rumah sakit dapatmenerapkan Kegel’s excercise terhadap pasien dengan keluhan dribbling pasca-TURP.

Kata Kunci: Kegel’s exercise, keluhan dribbling, pasca transuretral resection of the prostate (TURP), patuh Kegel’s exercise

Abstract

This study aims to see the effect of Kegel’s exercise on Dribbling Complaint of Post Transurethral Resection of the Prostate(TURP) patient. The sample was the patients who are hospitalized in X hospital and Y hospital fulfill the inclusion criteria.There were 10 responden each for intervention and control groups. The study results show that dribbling complaint of patientin intervention group stop at day 13, while in control group stop at day 24. Thus, there is a significant difference of the averageof dribbling complaint duration between intervention and control groups (p= 0.007; α= 0.05). In addition, for the respondentsin intervention group who did the exercise regularly, the dribbling complaint stop at day 13 and those who did not do exerciseregularly the complaint stop at day 20. This is shown again that there is a significant difference of the average of dribblingcomplaint duration between those who do the exercise regularly and who do not do it regularly (p= 0.004; α= 0.05). Inconclusion, the Kegel’s’s exercise is proven can reduce the dribbling complaint of post TURP patient. It is recommended thateach hospital can apply Kegel’s excercise for patients with symptoms of post-TURP dribbling.

Key words: Kegel’s’s exercise, dribbling complaint, post transuretral resection of the prostate (TURP), do Kegel’s exercise regularly

rata di Indonesia yang sudah mencapai 65 tahun(Furqan, 2003).

Sjamsuhidajat dan Jong (2005) menjelaskan BPHmerupakan hiperplasia kelenjar periuretral yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer.Pembesaran prostat menyebabkan penyempitanlumen uretra prostatika sehingga menghambataliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatanintravesikal ke seluruh bagian kandung kemihsampai pada kedua muara ureter, sehingga akibat

Page 2: 319-732-1-SM

tekanan tinggi menimbulkan aliran balik urin darikandung kemih ke ureter dan menimbulkan reflukvesiko–ureter. Refluks vesiko ureter menyebabkanhidroureter, hidronefrosis dan pada akhirnya akanmenyebabkan gagal ginjal (Purnomo, 2005).

Transuretral Resection of The Prostate (TURP)merupakan salah satu tindakan pembedahan untukmengatasi obstruksi pada saluran kemih. TURPmerupakan tindakan pembedahan via endoscopytransuretral tanpa melakukan pembedahan/insisiterbuka. Angka mortalitas pasien TURP sebesar 1– 2%, sedangkan angka keberhasilan TURP dalammengatasi gejala klinik akibat BPH sebesar 88%(Leslie, 2006).

RS X dan RS Y menjadi salah satu alternatifpelayanan pasien BPH dengan operasi TURP dikawasan Indonesia timur, khususnya Makassar.Usia pasien BPH yang dirawat di RS X 85 %berusia > 50 tahun. Sedangkan usia pasien yangdirawat di RS Y 95 % berusia > 50 tahun. Laberge(2009) memaparkan salah satu komplikasi pascaTURP adalah inkontinen urin. Ketidakmampuanseseorang dalam mengontrol urin setelah menjalanipasca TURP, ditandai dengan urin yang menetessetelah buang air kecil yang disebut dribbling. Jikahal ini tidak segera di tanggulangi, 2 – 4% daribeberapa pasien dapat menderita inkontinen total.

Dribbling yang terjadi karena pembesaran kelenjarprostat/BPH menyebabkan obstruksi pada urethrasehingga urin akan tertahan di sekitar uretra akibatinstabilitas relaksasi sfingter uretra oleh karenapembesaran lumen di sekitar prostat, leher buli-buli hingga ke urethra ekternal maupun internal.Hal ini di tandai oleh divertikuli membran sekitar.Dribbling akibat pasca TURP disebabkan olehlumen sekitar leher buli-buli lesi sehingga impulssaraf yang diteruskan menuju urethra terganggu.Hal ini mengakibatkan fase pengosongan urinterganggu akibat maksimalisasi relaksasi sfingterurethra kurang. Kelemahan otot dasar pelvis akibatBPH ataupun pasca operasi prostat dapat menjadipenyebab timbulnya dribbling (Sjamsuhidajat &Jong, 2005).

Paterson, Pinnock, dan Marshall (1997), yangmenjelaskan keluhan dribbling setelah berkemihmerupakan hal yang sangat memalukan padasebagian pria, khususnya pada pasien yang telahmenjalani operasi TURP. Kegel’s exercise/latihanotot dasar pelvis pasca TURP dapat memperbaikikeluhan tersebut. Paterson, Pinnock, dan Marshall(1997) dan Chang, et al. (1998) menerangkanbahwa pemberian latihan otot dasar pelvis dapatmemperbaiki urodinamik pada kasus inkontinenurin khususnya dalam mengatasi keluhan dribbling.Latihan otot dasar pelvis atau Kegel’s exercise dapatmeningkatkan resistensi uretra, disertai denganpenggunan otot dasar pelvis secara sadar olehpasien sehingga dapat mencegah keluhan dribblingpasca TURP. Fungsi penyokong dari otot dasarpelvis dapat membantu menyokong organ sekitarpelvis sehingga peran dari sfingter uretra dalamurodinamik pasca TURP menjadi meningkatseiring perbaikan sensitifitas sfingter uretra fasepengosongan kandung kemih.

Porru, et al. (2001) menjelaskan dampak latihandini kegel’s exercise setelah pasien menjalanioperasi TURP menunjukkan hasil perbaikankemampuan berkemih. Kemampuan ini ditandaidengan penurunan keluhan dribbling setelahberkemih dan penurunan episode inkontinen urinpasca TURP. Tibaek, et al. (2007) mengevaluasiefek pengaruh latihan otot dasar pelvis sebelumpasien menjalani TURP. Pre operative latihan ototdasar pelvis menunjukkan peningkatan yangsignifikat terhadap daya tahan otot dasar pelvispasca TURP, meskipun secara klinik keterkaitanpeningkatan status urodinamik pasca TURP tidakada perbedaan.

Fenomena dan gambaran tersebut menjelaskanbahwa dalam memberikan asuhan keperawatanmerupakan hal yang penting bagi perawat untukmerencanakan intervensi yang tepat pre dan pascaoperasi khususnya pemberian latihan kegel’sexercise dalam mengatasi dribbling pasien pascaTURP. Pemberian latihan tersebut tidak hanyabermanfaat memperbaiki urodinamik, namun dapatmengurangi resiko retensi urine pasien pasca TURP

122 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 121-126

Page 3: 319-732-1-SM

serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.Sehingga dapat menunjukan pula bentuk tindakanmandiri perawat sebagai perawat medikal bedah.Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitimerasa perlu untuk mengetahui dan mempelajaripengaruh kegel’s exercise terhadap keluhandribbling pasien pasca TURP.

Metode

Penelitian menggunakan metode penelitian quasieksperimental dengan pre-test and pasca-test withcontrol group. Populasi adalah seluruh pasienpasca TURP dengan keluhan dribbling yang beradadi RS X dan RS Y. Penentuan jumlah sampel(sampling) dalam penelitian menggunakan metoderestriksi yaitu penerapan kriteria pembatasan dalammemilih subjek penelitian. Adapun kriteria sampelantara lain; (1) kriteria inklusi; tidak mengalamigangguan kognitif, tidak mengalami gangguanpersarafan spinal cord injury, tidak mengalamistriktur uretra, sudah menjalani operasi TURP, tidakmengalami gangguan fungsi ginjal, level PSAmenunjukkan >10 ng/ml, mengalami keluhandribbling pasca TURP, mampu melakukan kegel’sexercise, tidak mendapatkan obat-obatan yangmembuat dialatasi otot, disetujui oleh dokter untukdilakukan kegel exercise, dan bersedia menjadiresponden. Sedang (2) kriteria eksklusi; mengalamipenyakit terminal, mengalami pelvic floor prolapsstadium IV, mengalami gejala infeksi pada salurankemih, konstipasi, dan mengalami konstipasi, batukkronik atau bronkhitis kronik serta asma.

Pengambilan sampel menggunakan probabiliysampling dengan simple random sampling.Penelitian ini dilaksanakan di RS X dan RS Y padaMei – Juni 2009. Total jumlah responden dalampenelitian ini 10 responden kelompok intervensidan 10 responden kelompok kontrol. Pengumpulandata dilakukan dengan menggunakan lembarkuesioner dan lembar observasi. Lembar kuesionerterkait karakteristik responden, keluhan dribblingdan kepatuhan melakukaan kegel’s exercise.Lembar observasi terkait informasi keluhan dankepatuhan responden melakukan kegel’s exercise

selama empat minggu/ 28 hari. Pengisian lembarkuesioner dilakukan oleh responden berdasarkaninformasi keluhan dribbling dan intensitas kegel’sexercise selama 4 minggu. Peneliti melakukankunjungan atau pertemuan di setiap minggunya.Kuesioner yang digunakan, menurut Burns danGrove (2001), bahwa validitas konstruk mengujikesesuaian antara definisi konseptual dan definisioperasional.

Hasil uji realibilitas terhadap modifikasi kuesionerkeluhan dribbling dan tingkat kepatuhan pada nilair tabel (0,423) menunjukkan nilai r alpha (0,488),artinya realibilitas kuesioner keluhan dribblingdan tingkat kepatuhan dinyatakan reliabel. Hasilcorrected item-total uji validitas diperoleh r= 0,469dimana r yang diperoleh lebih besar dari r tabelsehingga disimpulkan pertanyaan valid. Lembarvoiding dairy dalam penyesuaian tidak dilakukansuatu uji. Asumsi peneliti didasarkan pengunaanvoiding dairy sejenis digunakan berdasarkan tujuandan fungsi pengamatan yang akan diobservasi.

Hasil

Hasil penelitian didasarkan pada analisa univariat,bivariat dan multivariat. Analisis hasil penelitianunivariat, yaitu: data demografi; umur responden,pre-test dan pasca-test keluhan dribbling, lamakeluhan dribbling berlangsung serta tingkatkepatuhan responden dalam melakukan kegel’sexercise baik kelompok intervensi maupun kontrol.Hasil analisis data numerik disajikan dalam bentukmean, median, modus, standart deviasi, dan95% CI serta pada data kategorik disajikan dalambentuk distribusi frekuensi.

Analisis bivariat untuk membuktikan hipotesispenelitian terhadap perubahan keluhan dribblingpre-test dan pasca-test kegel’s exercise padakelompok intervensi dengan kelompok kontrolterkait ada atau tidak ada perbedaan rerata umurresponden dan lama keluhan dribbling antarakelompok intervensi dan kelompok kontrol, sertamemperlihatkan pula ada atau tidak ada perbedaanlama keluhan dribbling antara tingkat kepatuhan

Penurunan keluhan dribbling pasien pasca TRUP melalui Kegel’s exercise (Abdul Madjid, Dewi Irawaty, Tuti Nuraini) 123

Page 4: 319-732-1-SM

kelompok intervensi. Analisis ini menggunakanuji statistik independent t-test dengan tingkatkepercayaan 95%.

Hasil analisis menurut tingkat kepatuhan, padakelompok intervensi ada 4 orang (40%) respondenpatuh melakukan kegel’s exercise dan ada 6 orang(60%) responden tidak patuh melakukan kegel’sexercise. Sedangkan pada kelompok kontrol ada10 orang (100%) responden yang tidak melakukan.Hasil penelitian menjelaskan 40% responden yangpatuh melakukan latihan menunjukkan perubahankeluhan dribbling pada minggu ke-2 dan mingguke-3, bahkan 1 responden diantaranya dalam 13hari sudah tidak menunjukkan keluhan dribbling.

Hasil uji analisis rerata lama keluhan dribblingresponden yang patuh melakukan kegel’s exerciseadalah 17,25 hari (SD= 2,986 hari), sedangkanuntuk rerata lama keluhan dribbling respondentidak patuh melakukan kegel’s exercise adalah24.17 hari (SD= 2,483 hari). Terlihat perbedaannilai mean antara responden yang patuh melakukankegel’s exercise dan responden yang tidak patuhmelakukan yaitu 6,92 hari (SD= 0,503 hari). Adaperbedaan yang bermakna antara lama keluhandribbling responden yang patuh melakukan kegel’sexercise dan responden yang tidak patuh melakukankegel’s exercise (p= 0,004; α=0,05).

Pembahasan

Usia termuda 54 tahun dan usia tua 75 tahun denganrata-rata usia responden 64,50 tahun diperoleh padakelompok intervensi. Sedangkan pada kelompokkontrol diperoleh usia termuda 48 tahun dan usiatua 79 tahun dengan rata-rata usia responden 65,00tahun. Keterangan tersebut menjelaskan bahwah100% usia pada kelompok intervensi > 50 tahun,sedangkan pada kelompok kontrol 20% < 50 tahun,yaitu 1 responden (10%) yang berusia 48 tahun dan1 responden (10%) berusia 50 tahun.

Purnomo (2005) menjelaskan bahwa hiperplasiaprostat muncul pada lebih dari 50% laki-lakiberusia 50 tahun keatas. Pasien yang berusia 50

tahun, diantaranya 30% pria berusia 70 – 80 tahundan 75% pada usia lanjut berusia lebih dari 80tahun. Sedangkan, Rahardjo (1999) menjelaskanpula beberapa pria usia lanjut dapat mengalamipembesaran prostat. Keadaan ini dialami 50% laki-laki berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% laki-laki berusia 80 tahun.

Literatur menjelaskan hiperplasia prostat/BPHialah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosamajemuk dalam prostat akibat dari perubahankeseimbangan testosterone-esterogen. Darmojo(2009) menyatakan usia 25 – 30 tahun timbul nodulmikroskopik kelenjar prostat sudah dapat terlihat.

Sjamsuhidajat dan Jong (2005) menjelaskan pulaberdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopikprostat sudah dapat ditemukan pada usia 30 – 40tahun sehingga seiring bertambah usia, perubahanmikroskopik prostat akan berkembang kearahpatologik. Sehingga hasil penelitian yang dilakukanpeneliti menemukan sebesar 10% dari total jumlahresponden pada kelompok kontrol memiliki usia<50 tahun yaitu 48 tahun. Berdasar studi literaturtersebut menjelaskan responden pada usia 48 tahunmemungkinkan dapat menunjukkan perubahanmakroskopik prostat yang berkembang kearahpatologik sehingga responden tersebut menjalanireseksi prostat/TURP.

Pada kelompok intervensi ada seorang responden(10%) tidak mengalami keluhan dribbling padaminggu ke-2 dan empat responden (40%) tidakmengalami keluhan dribbling di minggu ke-3.Sedangkan, kelompok kontrol tidak ada respondenyang tidak mengalami keluhan dribbling di mingguke-2 dan 7 responden (70%) tidak mengalamikeluhan dribbling di minggu ke-3. Darmojo (2009)menjelaskan bahwa dribbling merupakan obstruktiurethra akibat pembesaran prostat, striktur urethra,dan kanker prostat yang dapat menyebabkaninkontinensia pada pria lanjut usia. Hal ini ditandaidengan adanya urin yang menetes setelah berkemih.

Dribbling yang terjadi karena pembesaran kelenjarprostat/BPH menyebabkan obstruksi pada urethra

124 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 121-126

Page 5: 319-732-1-SM

sehingga urin akan tertahan di sekitar urethra akibatinstabilitas relaksasi sfingter urethra oleh karenapembesaran lumen di sekitar prostat, leher buli-buli hingga ke urethra ekternal maupun internal,ditandai ada divertikuli membran sekitar. Dribblingakibat pasca TURP disebabkan lumen sekitar leherbuli-buli lesi sehingga impuls saraf yang akanditeruskan menuju urethra terganggu. Hal inimengakibatkan fase pengosongan urin tergangguakibat relaksasi sfingter urethra kurang maksimal.Kelemahan otot dasar pelvis akibat BPH ataupunpasca operasi prostat dapat menjadi salah satupenyebab timbulnya dribbling (Sjamsuhidajat &Jong, 2005).

Latihan otot dasar pelvis atau Kegel’s exercise yangdilakukan dengan benar dapat menguatkan ototdengan meningkatkan resistensi uretra melaluipenyokongan pada otot dasar pelvis yang dilakukansecara berulang-ulang. Penggunaan otot secarasadar oleh pasien untuk mencegah dribbling pascaTURP dapat membantu terbentuk reseptor sarafpasca reseksi prostat sehingga sensitifitas urethraterhadap sensorik somatik kembali peka. Selainitu, sifat sel saraf yang reversibel dapat membantupemulihan urodinamik pasca TURP, khususnyaterhadap keluhan dribbling. Hal ini dibuktikandengan perkembangan penurunan keluhan setiapminggu (Baum, 2003).

Paterson, Pinnock, dan Marshall (1997); Chang,et al. (1998) menambahkan pemberian latihan ototdasar pelvis dapat memperbaiki urodinamik padakasus inkontinen urin khususnya dalam mengatasidribbling. Selain itu, Porru, et al. (2001) terhadappenelitian di Italia mengenai dampak latihan dinikegel’s exercise setelah pasien menjalani operasiTURP. Hasil yang diperoleh penurunan keluhandribbling setelah menjalani kegel’s exercise padaminggu pertama menunjukkan penurunan keluhandribbling. Berdasarkan hal tersebut bahwa dampaklatihan otot dasar pelvis/ kegel’s exercise dapatmemperbaiki fungsi urodinamik pasca TURPkhususnya pada keluhan dribbling.

Analisis sebelumnya menjelaskan menurut tingkatkepatuhan, pada kelompok intervensi ada empat

responden (40%) patuh melakukan latihan kegel’sexercise dan 6 responden (60%) yang tidak patuhmelakukan latihan kegel’s exercise. Sedangkanpada kelompok kontrol 10 responden (100%) tidakmelakukan kegel’s exercise dan tidak ada respondenyang patuh melakukan kegel’s exercise. Riwayatpenelitinan menjelaskan bahwa 40% respondenpatuh melakukan latihan menunjukkan perubahankeluhan dribbling pada minggu ke-2 dan mingguke-3. Satu responden diantaranya dalam 13 harisudah tidak menunjukkan keluhan dribbling.Berdasarkan hasil dapat disimpulkan tingkatkepatuhan melakukan kegel’s exercise dapatmembantu menurunkan keluhan dribbling lebihcepat. Lama keluhan dribbling pada kelompokkontrol satu responden (10%) dalam 24 hari sudahtidak menunjukkan keluhan dribbling.

Baum (2003) menjelaskan bahwa latihan otot dasarpelvis atau Kegel’s exercise yang dilakukan denganbenar dapat menguatkan otot dengan meningkatkanresistensi uretra melalui penyokongan otot dasarpelvis yang dilakukan berulang-ulang. Penggunanotot secara sadar oleh pasien untuk mencegahdribbling pasca TURP dapat membantu terbentukreseptor saraf pasca reseksi prostat sehinggasensitifitas urethra terhadap sensorik somatikkembali peka.

KesimpulanKeluhan dribbling pada kelompok intervensiberhenti mulai hari ke-13, sedang pada kelompokkontrol berhenti mulai hari ke-24 (p= 0,007; α=0,05). Penurunan lama keluhan dribbling padaresponden yang patuh melakukan kegel’s exerciseberhenti mulai hari ke-13, sedang pada respondentidak patuh melakukan latihan kegel’s exerciseberhenti mulai hari ke-20 (p= 0,004; α= 0,05). Hasilanalisa lebih lanjut menjelaskan ada perbedaanyang bermakna pada rerata lama keluhan dribblingresponden diantara tingkat kepatuhan melakukankegel’s exercise pada kelompok intervensi dankelompok kontrol (p= 0,0005; α= 0,05).

Penentu kebijakan di rumah sakit maupun layanankesehatan di masyarakat hendaknya agar dapat

Penurunan keluhan dribbling pasien pasca TRUP melalui Kegel’s exercise (Abdul Madjid, Dewi Irawaty, Tuti Nuraini) 125

Page 6: 319-732-1-SM

mengembangkan protap intervensi keperawatandalam pelaksanaan manajemen konservatif pasiendengan keluhan dribbling khususnya pasien pascaoperasi prostat. Perawat dalam merawat pasiendengan keluhan dribbling dapat mengutamakanpemilihan kegel’s exercise sebagai bentuk dariintervensi keperawatan yang berkaitan denganlatihan fisik, sehingga dapat memberi efek positifbagi pasien dengan keluhan dribbling khususnyapada manajemen pasien pasca operasi prostat.Kegel’s exercise pada pasien dengan keluhandribbling dalam penelitian ini menunjukkan adapenurunan keluhan dribbling. Hal ini dapatdijadikan untuk dibuatkan suatu program ataustandar operasional prosedur terhadap pasiendengan keluhan dribbling pasca TURP sehinggadapat dijadikan tindakan antisipatif bagi pasiensebelum menjalani operasi TURP.

Perlu dilakukan penelitian lebih jauh terhadappasien pasca operasi prostat lain dengan keluhansejenis melalui latihan dini sebelum dan sesudahmenjalani operasi prostat sesuai indikasi, sertapenelusuran variabel lain yang sempat tidak ditelitipeneliti seperti fungsi urodinamik, adanya riwayatinfeksi dan jenis reseksi dapat menjadi acuanpeneliti berikutnya terhadap efektivitas pemberianlatihan kegel’s exercise dini sebelum dan sesudahoperasi prostat (TG, ENT, TN).

ReferensiBaum, N. (2003). Pelvic floor exercise for men.

Diperoleh dari http://www.neilbaum.com/articles/ui_pelvic_exercises.shtml.

Burns, N., & Grove, S.K. (2001). The practice ofnursing research: Conduct, critique, & utilization(4th Ed.). Philadelphia: W.B. Sauders Company.

Chang, L.P., Tsai, H.L., Huang, T.S., Wang, M.T.,Hsieh, L.M., & Tsui, H.K. (1998). The early effectof pelvic floor muscle exercise after transurethralprostatectomy. J Urology, 160 (2), 402–405.

Darmojo, B. (2009). Buku ajar Boedhi – Darmojo“Geriatri, ilmu kesehatan usia lanjut”. Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia. (Hal 226–242; 495–505).

Furqan. (2003). Evaluasi biakan urin pada penderitaBPH setelah pemasangan kateter menetap:Pertama kali dan berulang. Medan: Bagian IlmuBedah Fakultas Kedokteran Universitas SumateraUtara. Diperoleh dari http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-furqan.pdf.

Laberge, M. (2009). Transurethral resection of theprostate. Diperoleh dari http://www.answers.com/topic/transurethral-resection-of-the-prostate.

Leslie, W.S. (2006). Transurethral resection of theprostate. Diperoleh dari http://emedicine.medscape.com/article/449781-overview.

Murti, B. (1997). Prinsip dan metode riset epidemologi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Paterson, J., Pinnock, C.B., & Marshall., V.R. (1997).Pelvic floor exercises as a treatment for post-micturition dribble. Br J Urol., 79 (6), 892–897(ISSN: 0007-1331).

Porru, D., Campus, G., Caria, A., Madeddu, G., Cucchi,A., Rovereto, B., Scarpa, M.R., Pili, P., & Usai, E.(2001). Impact of early pelvic floor rehabilitationafter transurethral resection of the prostate.Neurology and urodinamics, 20 (1), 53–59.

Purnomo, B.B. (2005). Dasar-dasar urologi (Edisike-2). Jakarta: Penerbit Sagung Seto. (Hal 79–81).

Rahardjo, D. (1999). Prostat “Kelainan – kelainanjinak, diagnosa dan penanganan”. Jakarta: Sub-bagian Urologi Bagian Bedah Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Asian Medical.

Sjamsuhidajat, R., & Jong, de.W. (2005). Buku ajarilmu bedah (Edisi 2). Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC. (Hal 782–786).

Srigondo, B. (1981). Jumlah ulangan dalampercobaan, dalam rancangan percobaan .Semarang: Universitas Diponegoro Press. (Hal101–106).

Tibaek, S., Klarskov, P., Lund, H.B., Thomsen,H., Andresen, H., Schmidt, J.C., & Niemann,O.M. (2007). Pelvic floor muscle trainingbefore transurethral resection of the prostate:A randomized, controlled, blinded study.Scandinavia Journal of Urology and Nephrology,41 (4), 329–334.

126 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 2, Juli 2011; hal 121-126