unud-319-1283978446-tesis dewi revisi 28 september 2011
TRANSCRIPT
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan peserta
didik. Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan dan menyediakan
berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa untuk belajar dan memperoleh
pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran
ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian.
Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang
perlu dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang lebih
baik. Pendekatan belajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi kegiatan dan
perolehan hasil belajar peserta didik. Seiring dengan berjalannya kemajuan dalam
bidang pendidikan, proses pembelajaran juga ikut berubah dari pembelajaran
tradisional yang berupa penyampaian materi satu arah dari guru ke peserta didik
menjadi proses pembelajaran masa kini yang menekankan peserta didik untuk
aktif mengembangkan pengetahuan dan terlibat dalam mengelola pengetahuan.
Kondisi pembelajaran tradisional, disadari atau tidak menyebabkan peserta didik
dalam kondisi harus menerima dan menghafal apa saja yang telah disampaikan
oleh guru (Rahayu, 2010).
Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, Abraham Maslow menyusun
hierarki kebutuhan yaitu need hierarchy theory of motivation yang
mengelompokkan kebutuhan dasar manusia dalam lima tingkat yang disusun
secara berjenjang, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
2
terlindung, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan rasa
dihargai serta kebutuhan aktualisasi diri (Rahayu, 2010). Berdasarkan konsep
tersebut maka suasana belajar hendaknya dibangun dalam kondisi yang
menyenangkan dan terbuka, dimana peserta didik diliputi perasaan bebas untuk
mengeksplorasi kemampuannya sehingga diharapkan daya intuitif dan imajinatif
dari peserta didik akan terangsang untuk bekerja.
Sering dilupakan bahwa peserta didik sebagai salah satu makhluk sosial
memiliki keterbatasan, kemampuan, dan kebolehan yang mempengaruhi proses
dan hasil belajarnya. Kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan tersebut
seharusnya digunakan sebagai parameter fisiologis terkait dengan kemampuan
kardiovaskular, kemampuan otot, kebutuhan energi (nutrisi) dan faktor psikologis
lainnya seperti bosan, malas, emosi, sulit berkonsentrasi, dan lain-lain (Sutajaya,
2006).
Pada proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik dan mental dapat
menimbulkan kelelahan umum dan keluhan otot. Hal ini dapat disebabkan oleh
waktu yang digunakan pengajar dalam proses pembelajaran melebihi jadwal
pelajaran yang telah ditetapkan, metode pembelajaran yang bersifat monoton,
sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan
antropometri peserta didik serta tidak adanya istirahat berupa istirahat aktif yang
dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Dilihat dari luaran
proses pembelajaran ternyata dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi
ketelitian kecepatan dan konstansi kerja peserta didik yang pada akhirnya kualitas
proses pembelajaran bisa terganggu (Sutajaya, 2006).
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
3
Kelelahan yang biasanya dialami peserta didik dapat berupa adanya
perasaan sakit, berat pada bola mata (mengantuk) pusing, jantung berdebar dan
malas beraktivitas (Kroemer dan Grandjean, 2000; Sedarmayanti 1996).
Kelelahan yang dialami peserta didik ditandai dengan beberapa aktivitas, seperti
(1) menoleh ke kiri dan ke kanan; (2) menggeser-geser pantat; (3) menguap; (4)
mengobrol dengan teman; (5) terkejut saat ditanya dan (6) waktu pembelajaran
dirasakan sangat lambat (Sutajaya, 2006).
Menyimak pendapat tersebut berarti pada proses belajar harus diupayakan
agar tidak berada dalam suasana yang melelahkan. Ini berarti dalam proses
pembelajaran diupayakan agar siswa terbebas dari rasa lelah sehingga informasi
atau materi yang ingin disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik, efektif
dan efisien oleh peserta didik.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata Triatma Jaya merupakan
sekolah menengah yang mendidik siswa untuk dapat menjadi tenaga pelaksana di
industri pariwisata. Program keahlian yang diajarkan adalah akomodasi
perhotelan, restauran, teknologi informasi dan komunikasi serta tata kecantikan
kulit. Proses pembelajaran berlangsung mulai dari hari Senin sampai hari Sabtu.
Untuk kelas pagi, peserta didik mulai belajar pada pukul 07.30 – 13.10 Wita.
Sedangkan kelas siang dimulai pada pukul 13.15 – 18.55 Wita. Istirahat
dilaksanakan satu kali dengan tenggang waktu cukup lama yaitu 25 menit
berkenaan dengan sarana kantin yang terbatas membuat peserta didik butuh waktu
lebih lama untuk mendapatkan pelayanan.
Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Pariwisata Triatma
Jaya Badung ditemukan bahwa peserta didik mengalami kelelahan dan keluhan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
4
muskuloskeletal beberapa bagian ototnya. Keluhan muskuloskeletal yang dialami
peserta didik bervariasi misalnya mengalami keluhan sakit di bagian bahu,
punggung, pinggang dan bokong. Hal ini terjadi karena selama proses belajar
berlangsung, peserta didik harus duduk statis mendengarkan dan mengamati guru
yang mengajar.
Studi pendahuluan mengenai kelelahan dan keluhan muskuloskeletal
terhadap peserta didik di kelas X jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung, didapatkan bahwa peserta didik
mengalami kelelahan sebanyak 44,5% dan keluhan muskuloskeletal di bagian
bahu sebanyak 40,5%, bagian punggung sebanyak 45%, bagian pinggang
sebanyak 62,7% serta bagian bokong sebanyak 47,3%.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebosanan,
kelelahan, keluhan muskeloskeletal adalah dengan melakukan peregangan,
mengatur waktu istirahat serta mengubah hari efektif pembelajaran dari enam hari
menjadi lima hari. Upaya yang paling mungkin dilakukan untuk mengurangi
kebosanan, kelelahan, keluhan muskuloskeletal adalah dengan melakukan
peregangan otot selama kegiatan pembelajaran. Pengaturan jam istirahat dinilai
tidak mungkin berkenaan dengan lokasi gedung serta sarana kantin, demikian pula
dengan pengurangan hari efektif dari enam hari menjadi lima hari dinilai tidak
memungkinkan karena akan mengakibatkan penambahan waktu belajar setiap hari
dan akan berdampak pulang lebih malam bagi siswa kelas sore.
Peregangan merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot istirahat
(relaksasi) sehingga tidak menjadi tegang. Adanya peregangan ini kelenturan
(fleksibilitas) otot menjadi meningkat, sehingga gerakan tubuh menjadi lebih
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
5
lentur. Fleksibilitas atau kelenturan, yaitu kemampuan sendi untuk bergerak dalam
jangkauan penuh. Orang yang aktif membutuhkan peregangan untuk melepaskan
diri dari tekanan otot yang kaku. Jika dilakukan dengan benar dan lentur,
peregangan akan terasa sangat menyenangkan (Alter, 2003).
Kurangnya fleksibilitas dapat menyebabkan postur tubuh menjadi kurang
baik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan mekanis pada
pinggul, leher, bahu, dan punggung. Ketidakseimbangan ini menarik bagian tubuh
dari garis lurus, yang menyebabkan tekanan, ketegangan dan yang lebih parah lagi
perubahan tubuh yang kronis. Tekanan pada otot dapat meninbulkan ketegangan
pada ligamen (sendi tulang) dan tendon (urat daging). Afleksibilitas otot melalui
peregangan dapat membantu seseorang terhindar dari tekanan dan otot yang kaku,
mencegah cedera otot, dan juga penting untuk postur tubuh yang sempurna. Selain
mempengaruhi tubuh, peregangan juga mempengaruhi pikiran. Jika dilakukan
dengan perlahan dan fokus, peregangan dapat menjadi alat penghilang stres
(Alter, 2003).
Berdasarkan uraian tersebut berarti respon fisiologis khususnya yang
berkaitan dengan kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal dari peserta
didik yang mempengaruhi proses pembelajaran perlu diatasi agar dicapai hasil
belajar yang maksimal dan energi yang dikeluarkan betul-betul hanya untuk
belajar bukan untuk mengatasi kondisi belajar yang melelahkan. Pemberian
peregangan otot di sela-sela proses pembelajaran akan mampu mengembalikan
kesegaran kondisi siswa, sehingga menciptakan suasana kelas yang kembali
rileks, tidak membosankan serta mampu merangsang kreativitas dan kemampuan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
6
berpikir. Proses belajar yang tidak melelahkan ini akan diperoleh hasil belajar
yang maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan
kebosanan pada peserta didik?
2. Apakah peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan
kelelahan pada peserta didik?
3. Apakah peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan
keluhan muskuloskeletal pada peserta didik?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji secara lebih terukur pengaruh
peregangan otot di sela pembelajaran terhadap penurunan kebosanan,
kelelahan, keluhan muskuloskeletal pada peserta didik kelas X Program
Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi SMK Pariwisata Triatma
Jaya Badung.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui penurunan kebosanan di sela pembelajaran pada peserta didik
setelah dilakukan peregangan otot.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
7
2. Mengetahui penurunan kelelahan di sela pembelajaran pada peserta didik
setelah dilakukan peregangan otot.
3. Mengetahui penurunan keluhan musculoskeletal di sela pembelajaran pada
peserta didik setelah dilakukan peregangan otot.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya dalam bidang ergonomi-fisiologi kerja
2. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru
serta sumbangan pemikiran dalam perbaikan proses pembelajaran
untuk mengurangi kebosanan, kelelahan dan keluhan
muskuloskeletal.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan dapat diterapkan pada semua sekolah agar menerapkan
kaidah-kaidah ergonomi pada proses pembelajaran.
2. Dimanfaatkan sebagai dasar untuk menyampaikan saran kepada
guru dan pihak sekolah agar mencermati proses pembelajaran di
dalam kelas ditinjau dari kebosanan, kelelahan dan keluhan
muskuloskeletal peserta didik
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 8/
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang
merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sedangkan pelaksanaan
proses belajar mengajar dapat dilakukan sebagai interaksi antara pengajaran
dengan pelajaran dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Rahayu, 2010). Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 serta Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Pusat Data dan
Informasi Pendidikan, 2006). Proses pembelajaran yang dilakukan dalam ruang
kelas, SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung dapat terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Suasana Ruang Kelas Saat Proses Pembelajaran Berlangsung
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
9
2.2 Peregangan
2.2.1 Pengertian peregangan
Peregangan otot merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot
istirahat (relaksasi). Sehingga dengan adanya peregangan ini kelenturan
(fleksibilitas) menjadi meningkat. Kelenturan (fleksibilitas) adalah kemampuan
untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan.
Kurangnya kelenturan pada tubuh dapat menyebabkan ketidakseimbangan
mekanis pada tubuh. Ketidakfleksibelan pada bahu dan punggung atas dapat
menyebabkan tulang punggung melengkung keluar atau membungkuk dan dapat
mengurangi kapasitas pernapasan. Otot yang rapat pada pinggul, bagian belakang
kaki, dan punggung bawah dapat memutar pinggul ke depan menimbulkan rasa
sakit yang kuat pada punggung bawah, bokong dan tungkai atas. Berdasarkan
uraian tersebut dapat diketahui pentingnya peregangan dalam kegiatan sehari-hari,
terlebih lagi untuk otot-otot yang bekerja statis, seperti pembelajaran yang hanya
duduk sepanjang hari mengikuti belajar mengajar (Alter, 2003).
Manfaat melakukan peregangan sebagai berikut.
a. Peregangan dapat meningkatkan kebugaran fisik seseorang.
b. Peregangan dapat meningkatkan mental dan relaksasi fisik.
c. Peregangan dapat mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot
(kram).
d. Peregangan dapat mengurangi risiko cedera punggung.
e. Peregangan dapat mengurangi rasa nyeri otot.
f. Peregangan dapat mengurangi rasa sakit yang menyiksa pada saat
menstruasi.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
10
g. Peregangan dapat mengurangi ketegangan otot.
2.2.2 Beberapa metode peregangan
Peregangan berhubungan dengan proses pemanjangan otot (elongation).
Latihan-latihan peregangan dapat dilakukan dalam beberapa cara tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai, kemampuan kita, dan keadaan atau kondisi kita.
Menurut Alter (2003) terdapat lima teknik peregangan dasar sebagai berikut.
1. Teknik peregangan statis
Peregangan statis meliputi teknik peregangan dengan posisi tubuh
bertahan (artinya, melakukan peregangan dengan tubuh tetap pada posisi
semula tanpa berpindah tempat). Dalam teknik tersebut otot diregangkan
pada titik yang paling jauh kemudian bertahan pada posisi meregang.
Manfaat yang paling penting dalam teknik statis adalah bahwa teknik
tersebut adalah cara yang paling aman dalam melakukan peregangan.
Manfaat lain dari teknik peregangan ini sebagai berikut.
a. Memerlukan energi yang lebih sedikit.
b. Memberikan waktu yang cukup untuk mengulang kembali kepekaan
(sensitivity) pada otot.
c. Dapat menyebabkan relaksasi pada otot.
2. Teknik peregangan balistik
Peregangan balistik adalah gerakan-gerakan yang berbentuk ritmis. Teknik
ini merupakan teknik peregangan yang paling kontroversial, sebab teknik
ini sering kali menyebabkan rasa sakit dan cedera pada otot.
Kekurangan-kekurangan lain dalam penggunaan teknik ini sebagai berikut.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
11
a. Teknik ini tidak memberikan cukup waktu bagi jaringan-jaringan otot
untuk menyesuaikan diri pada peregangan yang sedang dilakukan.
b. Diawali dengan meningkatkan tegangan pada otot, hal ini membuat kita
lebih sukar untuk meregangkan jaringan-jaringan penghubung pada
otot.
3. Teknik peregangan pasif
Teknik peregangan pasif merupakan suatu teknik peregangan dimana
seseorang dalam keadaan rileks dan tanpa mengadakan kontribusi pada
daerah gerakan. Manfaat yang dapat diperoleh dari peregangan pasif
tersebut sebagai berikut.
a. Teknik ini efektif apabila otot antagonis ( yaitu otot yang berperan
dalam gerakan yang terjadi) dalam kondisi yang terlalu lemah untuk
menerima respon gerakan.
b. Arah, lamanya waktu melakukan peregangan, dan intensitasnya dapat
diukur.
c. Dapat memajukan kekompakan tim bila mana peregangan tersebut
dilakukan bersama-sama dengan atlet-atlet lainnya.
Kelemahan utama dari peregangan pasif adalah resiko adanya rasa sakit
ataupun mengalami luka (cedera) yang lebih besar, apabila rekan kita
mempergunakan tenaga eksternal secara tidak tepat.
4. Teknik peregangan aktif
Peregangan aktif dilakukan dengan menggunakan otot-otot tanpa
mendapat bantuan dari kekuatan eksternal. Kelemahan-kelemahan utama
dari peregangan aktif ini adalah, bahwa peregangan ini menjadi tidak
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
12
efektif dikarenakan adanya gangguan-gangguan tertentu pada tubuh dan
juga adanya cedera seperti terkilir yang kuat, peradangan atau patah
tulang.
5. Teknik proprioseptif
Teknik ini merupakan peregangan yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki jangkauan gerakan anda. Teknik ini juga berhubungan
dengan teknik yang dikembangkan sebagai model terapi fisik pada
rehabilitasi pasien.
2.2.3 Penggunaan peregangan dalam pembelajaran
Penggunaan peregangan dalam pembelajaran dapat membantu peserta
didik mengurangi ketegangan pada otot-ototnya. Dimana ketegangan otot-otot
tersebut tentunya akan mengakibatkan kelelahan pada peserta didik itu sendiri.
Beberapa bentuk adaptasi dapat diperolah dari aktivitas peregangan yang
dilakukan dan tentunya peregangan tersebut di lakukan dengan teknik yang benar.
Adapun teknik yang digunakan untuk menyelingi proses pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh peserta didik adalah teknik peregangan statik.
Beberapa bentuk adaptasi dapat diperoleh dari aktivitas peregangan yang
telah dilakukan. Ketika otot tiba-tiba diregangkan maka pertama-tama akan timbul
stretch reflex (refleks meregang), selanjutnya otot yang kita regangkan akan
berkontraksi. Strech reflex adalah suatu operasi dasar dari sistem saraf yang
membantu menjaga kesehatan otot yang sedang meregang. Otot yang sedang
meregang akan memanjang (menjadi lebih panjang) pada serat – serat otot dan
muscle spindles-nya.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
13
Selama kurun waktu bertambahnya tingkat peregangan, sarung-sarung
(lapisan) facial yang menyelubungi otot-otot akan menyebabkan perubahan
panjang menjadi semipermiabel. Sarung-sarung ini meliputi epymisium,
endomysium, dan perimysium. Pada akhirnya peregangan yang dalam hal ini
dipergunakan peregangan statik dapat menstimulasi produksi dan penyimpanan
glycoaminoglycans (GAGs). GAGs tersebut bersama-sama dengan air dan asam
hyaluron, melumasi dan menjaga jarak kritis antara serat-serat jaringan
penghubung dalam tubuh (Alter, 2003).
Peregangan dapat diberikan pada saat setelah dua jam pelajaran, selama 5
menit. Karena diperkirakan pada saat itu peserta didik berada pada puncak
kelelahan dan ketegangan otot akibat dari sikap statis.
2.3 Kebosanan
2.3.1 Pengertian kebosanan
Menurut Anoraga (1998) kebosanan adalah ungkapan tidak enak dari
perasaan tidak menyenangkan, perasaan lelah yang menguras seluruh minat dan
tenaga. Biasanya kebosanan juga diartikan dengan kondisi kekurangan sesuatu
seperti kedamaian, kepuasan dan perasaan ingin lari dari sesuatu, meskipun
perasaan ini bukan saja disebabkan semata-mata oleh kebosanan. Singkatnya,
kebosanan adalah bentuk lain dari perasaan tersiksa. Kebosanan adalah suatu
pengingat akan adanya keterbatasan dan dapat terjadi pada segala hal. Kebosanan
dapat timbul karena kurangnya perubahan pada sesuatu yang menjadi perhatian
seseoran dan dapat menjadi suatu alat atau barometer dari kondisi seseorang.
Kebosanan dapat juga dimanifestasikan dengan ketidakmampuan untuk duduk
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
14
berlama-lama, keinginan untuk segera pergi ke suatu tempat atau ingin menjadi
seseorang yang lain.
2.3.2 Fisiologi kebosanan
Secara fisiologis Kroemer dan Grandjean (2000) menjelaskan secara
singkat bahwa situasi dengan stimulus yang rendah, berulang-ulang atau dengan
tuntutan fisik dan mental yang rendah akan menimbulkan stimulus yang kecil pula
pada daerah kesadaran di otak manusia. Konsekuensinya, sistem limbik akan
terpengaruh dan reaksi dari organisme secara keseluruhan akan menurun. Dengan
kata lain, daya tahan seseorang untuk memberikan perhatian pada suatu stimulus
yang monoton lama kelamaan akan berkurang, sehingga dibutuhkan kehadiran
stimulus lain untuk meningkatkan kesiagaan.
2.3.3 Faktor-faktor penyebab kebosanan
Para ahli menyebutkan secara luas faktor-faktor penyebab kebosanan
sebagai berikut (Pulat,1992; Kroemer dan Grandjean ,2000).
1. Pekerjaan kurang menarik.
2. Kurangnya motivasi terhadap pekerjaan.
3. Pekerjaan tidak membutuhkan ketrampilan yang tinggi.
4. Kecepatan kerja terlalu lambat.
5. Lingkungan tidak menarik atau suram.
6. Kurangnya kesempatan bagi tubuh untuk bergerak
7. Kondisi panas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sesuai dengan pendapat Anastasi
(1989), bahwa sumber kebosanan sebagai berikut.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
15
1. Individu.
Karakteristik orang berbeda-beda sehingga setiap orang memiliki
kerentanan yang berbeda-beda pula terhadap kebosanan sekalipun
melakukan kegiatan yang sama
2. Lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sifatnya mengganggu pemusatan perhatian
dapat meningkatkan kebosanan, demikian pula yang menimbulkan
konflik antara keinginan untuk berpaling ke aktivitas lain yang lebih
menarik
3. Jenis kegiatan
Kegiatan yang membutuhkan sedikit perhatian, pekerjaan yang semi
otomatis, pekerjaan monoton dan pekerjaan yang menimbulkan minat
intrinsik kecil adalah jenis-jenis kegiatan yang berakibat
membosankan.
2.3.4 Akibat kebosanan
Efek dari tugas-tugas monoton yang membosankan antara lain adalah
timbulnya rasa kesal, lemas, lelah dan berkurangnya kewaspadaan (Kroemer dan
Grandjean, 2000; Pulat, 1992; Kroemer dkk., 1994).
2.4 Kelelahan
2.4.1 Pengertian kelelahan
Kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yang dipengaruhi
oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem
penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terhadap thalamus yang mampu
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
16
nenurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan
untuk tidur, sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis
yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif tubuh untuk bekerja. Bila sistem
penghambat lebih kuat, seseorang berada dalam kelelahan dan sebaliknya bila
sistem aktivasi yang lebih kuat berarti seseorang dalam keadaan segar untuk
bekerja (Suma’mur, 2009 ; Kroemer dan Grandjean, 2000).
Kelelahan timbul disebabkan oleh 2 hal sebagai berikut.
1. Akibat faktor fisiologis.
Kelelahan timbul karena adanya perubahan fisik dalam tubuh
2. Akibat faktor psikologis
Kelelahan yang timbul dalam perasaan dan terlihat dalam tingkah lakunya.
Kelelahan ada 2 jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum dengan
karakteristik sebagai berikut.
a. Kelelahan otot.
Kelelahan otot adalah suatu keadaan dimana otot mengalami kelelahan akibat
tegangan yang berlebihan (tremor otot) yang ditandai dengan menurunnya
tenaga maupun semakin lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan
gerakan atau otot mengalami perpanjangan waktu reaksi (Kroemer dan
Grandjean, 2000). Kelelahan otot terjadi karena adanya sikap kerja statis.
Konstraksi otot statis dalam waktu lama akan menyebabkan otot kekurangan
aliran darah, yang berakibat pada berkurangnya pertukaran energi dan
tertumpuknya sisa metabolisme pada otot yang aktif, sehingga menyebabkan
rasa lelah dan nyeri (Pheasant, 1991; Guyton&Hall, 2000).
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
17
b. Kelelahan umum
Kelelahan umum adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kelambanan
atau berkurangnya kemauan untuk bekerja atau beraktivitas. Penyebab
kelelahan umum termasuk faktor psikis, monotomi, intensitas lamanya kerja
mental dan fisik, lingkungan, konflik dan lain sebagainya (Kroemer dan
Grandjean, 2000)
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan
Kelelahan dapat ditandai dengan dengan kondisi yang cenderung untuk
mengantuk. Kelelahan terjadi karena beberapa penyebab antara lain karena
melakukan aktivitas monoton, beban dan waktu kerja yang berlebihan, keadaan
lingkungan, keadaan kejiwaan dan keadaan gizi (Suma’mur, 2009). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa beban kerja fisik yang ringan dan suasana monoton di
lingkungan kerja mempercepat timbulnya kelelahan yang dipicu oleh kebosanan.
Ketika tuntutan fisik dan mental rendah, minat peserta didik berkurang, aktivitas
otak menurun dan menyebabkan kurangnya perhatian, resiko kesalahan meningkat
dan timbul perasaan frustrasi.
2.4.3 Pengukuran kelelahan
Kroemer dan Grandjean (2000) menyebutkan beberapa gejala umum
kelelahan yang menjadi dasar penggunaan metode pengukuran yaitu: (1)
penurunan perhatian; (2) persepsi yang terganggu dan lambat; (3) gangguan
berpikir; (4) penurunan motivasi; (5) penurunan kecepatan kerja; (6) penurunan
ketelitian;dan (7) penurunan kemampuan untuk beraktivitas secara fisik dan
mental
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
18
2.4.5 Kelelahan dalam pembelajaran
Kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari
gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi,
adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, aktivitas, dan
fisik lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental (Kroemer
dan Grandjaen, 2000). Kelelahan juga dapat dikatakan sebagai isyarat, bahwa
energi tubuh kita menjadi sangat berkurang akibat pemakaiannya untuk
menyelesaikan bermacam tugas pekerjaan. Menurut Kartono, (1999) terdapat dua
teori kelelahan sebagai berikut.
1. Teori intoksikasi (peracunan)
Ketika seseorang bekerja, terjadilah penambahan pertukaran zat dalam
tubuh. Munculah kemudian produk pembakaran, yang diserap oleh darah
dan kemudian di angkut ke susunan saraf pusat, sehingga mengakibatkan
semacam proses peracunan di sana. Kemudian timbulah gejala kelelahan,
yang sifatnya bisa lokal, misalnya pada lengan, bahu, kaki, dan bisa juga
terasa di seluruh tubuh.
2. Teori biologis
Psikolog Amerika Thorndike menyatakan, akibat kerja yang
berkepanjangan akan mucul dua gejala sebagai berikut.
a. Substraksi atau berkurangnya energi, sehingga timbul gejala kelelahan.
b. Munculnya ketegangan yang makin tinggi untuk melanjutkan
pekerjaan.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1
19
Teori ini menyatakan bahwa, karena pekerjaan yang berkelanjutan,
semakin banyak timbul reaksi-reaksi yang menghambat kelancaran
pekerjaan, misalkan kaki dan tangan terasa kaku dan harus direntangkan,
perhatian berkurang, sehingga seseorang perlu istirahat untuk memperoleh
energi baru.
Kelelahan juga dapat terjadi karena melakukan aktivitas yang monoton,
beban, dan waktu kerja yang berlebihan serta keadaan lingkungan yang tidak
mendukung. Sebagian kelelahan merupakan akibat dari ketidakmampuan proses
kontraksi dan metabolik serat-serat otot untuk terus memberi hasil kerja yang
sama. Bila suatu otot berkontraksi timbul suatu kerja yang memerlukan energi
yang disediakan oleh Adenosin Tri Phosphat (ATP). Dimana energi tersebut
dipergunakan untuk : (1) memompa kalsium dari sarkoplasma ke dalam retikulum
sarkoplasmik setelah kontraksi berakhir dan (2) memompa ion-ion natrium dan
kalium melalui membran serat otot untuk mempertahankan lingkungan ionik yang
cocok untuk pembentukan potensial aksi. Dalam penggunaan energi dalam
kontraksi otot, ATP dipecah menjadi Adenosin Di Phosphat (ADP), ADP
mengalami refosforilasi untuk membentuk ATP baru. Sumber energi untuk proses
refosforilasi adalah substansi kretin fosfat, glikogen, dan metabolisme oksidatif
(Guyton & Hall, 1996).
Proses pembelajaran memerlukan aktivitas fisik dan mental yang secara
terpadu dapat diekpresikan melalui kelelahan yang ditandai dengan adanya
perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi, adanya
perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi dan aktivitas fisik
lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental (Sedarmayanti,
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
20
1996). Munculnya kelelahan dini sebagai ekpresi beban pelajar menunjukkan
bahwa pada proses pembelajaran memerlukan energi yang relatif banyak apalagi
kalau disertai dengan kondisi lingkungan yang tidak memadai yang membuat
energi terkuras untuk mengatasinya. Timbulnya kelelahan dapat menyebabkan
sakit kepala, mengantuk, berat pada bola mata, serta melemahnya motivasi.
Kondisi ini akan semakin parah jika dalam proses pembelajaran diserta dengan
kondisi lingkungan yang tidak sehat, cara pembelajaran yang membosankan, dan
sarana pembelajaran yang tidak mendukung.
Alternatif cara untuk mengurangi kelelahan adalah melakukan peregangan
otot setelah beraktivitas. Dengan pemberian peregangan selama 5-10 menit maka
akan dapat mengurangi kelelahan (Connely, 2008).
Melihat keadaan tersebut di kelas para pendidik dapat melakukan tindakan
dengan memberikan istirahat aktif kepada pelajar sekitar 5-10 menit sehingga
mampu mengurangi kelelahan yang menyebabkan rasa kantuk.
2.5 Keluhan Muskuloskeletal
2.5.1 Pengertian keluhan muskuloskeletal
Menurut Kroemer dan Grandjean (2000), keluhan otot adalah rasa tidak nyaman
sampai nyeri pada otot yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis dan keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pemberian beban dihentikan.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
21
b. Keluhan menetap ( persistent ), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap,
walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada
otot masih berlanjut
2.5.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya keluhan muskuloskeletal
Karlson & Johansson (1998) menyatakan bahwa penyebab gangguan
muskeloskeletal sebagai berikut.
1. Jenis pekerjaan monoton dan berulang-ulang.
2. Terkena paparan stress lingkungan fisik yang cukup lama.
3. Kerja dalam posisi duduk yang lama.
Faktor yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada aktivitas belajar
adalah sikap duduk yang lama. Menurut Hart (1998) definisi duduk adalah
menopang seluruh batang tubuh manusia pada pantat dan paha. Secara garis besar
tipe-tipe duduk sebagai berikut.
1. Duduk di lantai: menempatkan pantat dan kaki pada ketinggian yang sama.
Lutut dapat diselonjorkan atau ditekuk ke arah dada, ataupun disilang
(bersila).
2. Duduk di kursi: menempatkan pantat dan paha di atas ketinggian lantai
dengan ditopang kursi.
2.5.3 Keluhan muskuloskeletal dalam pembelajaran
Ganong (2001) menyatakan sistem muskuloskeletal adalah sistem otot
rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot striata (serat
lintang) yang sifat gerakannya dapat diatur (volunter). Sistem muskuloskeletal
menyusun komponen primer aktivitas otot. Komponen tersebut terdiri dari otot-
otot, tulang-tulang, dan jaringan penghubung serta metabolisme diperlukan untuk
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
22
menyediakan kebutuhan energi. Otot-otot merupakan salah satu pemegang peran
utama dalam aktivitas manusia. Otot-otot skeletal (voluntary) tersusun dari
gumpalan serat otot, semakin besar gumpalan serat otot semakin besar pula
tekanan yang bisa dilakukan oleh otot tersebut.
Otot terbentuk atas fiber yang berukuran panjang antara 10 sampai dengan
400 mm dan berdiameter 0,01 sampai dengan 0,1 mm. Pengujian mikroskopis
menunjukkan bahwa fiber terdiri dari myofibril yang tersususn atas sel-sel filamen
dari molekul myosin yang saling overlap (tumpang tindih) dengan filamen dari
molekul aktin. Serabut otot bervariasi antara otot satu dengan otot yang lainnya.
Beberapa diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat dari pada yang
lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang digunakan untuk mempertahankan posisi
badan misalnya otot pembentuk postur tubuh.
Otot yang pucat adalah menandakan kontraksi otot yang cepat.
Perbandingan otot merah dan putih merupakan indikasi untuk menunjukkan daya
potensial bagi para olah ragawan. Seperti misalnya proporsi yang besar pada
serabut otot merah yang terdapat pada otot kaki menandakan indikasi pelari
sprinter, sedangkan serabut otot putih adalah untuk pelari jarak jauh. Kemampuan
tersembunyi dapat diturunkan secara genetika, yaitu dengan pelatihan yang rutin
dan kontinyu akan dapat membentuk serabut otot yang dapat menghasilkan
kekuatan otot yang prima.
2.5.4 Jenis-jenis kerja otot
Berdasarkan kajian ergonomi, otot dibedakan menjadi dua tipe kerja,
dengan tujuan untuk mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh yang
sesungguhnya. Tipe kerja otot tersebut adalah sebagai berikut.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
23
1. Kerja otot dinamis, tipe ini mempunyai ciri melibatkan kontraksi dan
relaksasi ritmik dari otot, contohnya adalah memutar sebuah handwheel
untuk membuka katup. Tekanan alternatif dan relaksasi memungkinkan
banyak darah disalurkan melalui otot daripada ketika sedang istirahat
sehingga baik oksigen yang diperlukan maupun sisa metabolisme yang
dibuang menjadi efektif.
2. Kerja statis, bercirikan suatu kondisi kontraksi yang lama, yang membatasi
darah mengalir ke jaringan otot. Baik oksigen yang dibutuhkan maupun
sisa metabolisme yang dibuang tidak menjadi efektif. Sebagai ilustrasi
adalah memegang sebuah kotak dengan postur statis dan menekan pada
bagian tertentu untuk menjaga posisi. Besarnya otot yang mengalami
muatan statis akan cepat menghabiskan cadangan ATP, sehingga jenis
aktivitas ini tidak akan berlangsung lama. Otot yang mengalami sakit akan
menimbun sisa pembakaran termasuk asam laktat, yang berakumulasi pada
jaringan otot. Dibandingkan dengan kerja dinamis, kerja statis akan
memerlukan waktu istirahat yang lebih lama (Kroemer dan Grandjean,
2000).
Gerakan tubuh diatur sedemikian rupa sehingga mengambil keuntungan
maksimum dari prinsip-prinsip fisiologi. Pada otot yang menggerakkan lebih dari
satu persendian, menyebabkan gerakan pada satu sendi dapat mengkompensasi
gerakan lainnya sedemikian rupa sehingga terjadi relatif sedikit pemendekan otot
kontraksi. Contohnya pada waktu perjalanan tiap-tiap anggota badan melintas
secara berirama, di mana saat berdiri kaki berada pada tanah sebagai penopang
dan saat mengayun atau beranjak dari tanah menyebabkan aktivitas otot-otot
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
24
fleksor tungkai yang singkat pada permulaan setiap langkah, dan kemudian
berayun ke depan disertai aktivitas kontraksi otot yang lebih sedikit. Itu berarti
hanya sebagian kecil otot-otot yang aktif dalam setiap langkah saat berjalan dalam
waktu yang lama dan konsekuensinya energi yang dikeluarkan relatif kecil
sehingga kelelahan otot tidak cepat muncul atau keluhan otot dapat dihindari
(Ganong, 2001).
Berikut dijelaskan fungsi otot secara umum (Tjandra, 1988).
1. Menyelenggarakan pergerakan yang meliputi menggerakan bagian-bagian
tubuh atau berjalan (movement ).
2. Mempertahankan sikap tertentu, karena adanya kontraksi otot secara lokal
yang memungkinkan dilakukan sikap berdiri, duduk, jongkok, dan sikap-
sikap lainnya.
3. Menghasilkan panas, karena adanya proses-proses kimia dalam otot yang
dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh.
2.5.5 Kelompok muskuloskeletal
Kelompok muskuloskeletal, berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut
(Tjandra, 1988).
1. Leher terdiri atas kelompok kelompok otot sternocleidomastoideus .
2. Punggung terdiri atas kelompok otot trapezius dan latissimus dorsi.
3. Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus anterior .
4. Bahu terdiri atas kelompok otot deltoideus.
5. Lengan atas terdiri atas kelompok otot biceps brachii, triceps brachii, dan
brachialis.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
25
6. Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis, dan pronator
teres.
7. Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius, dan
tensor faciae latae.
8. Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, biceps
femoris, semitendinosus dan semimembranosus.
9. Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior, gastrocnemius,
soleus dan peroneus longus .
10. Dasar panggul terdiri atas levator ani dan coccygeus.
2.5.6 Gangguan sistem muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal tersusun dari jaringan yang lembut dan tulang di
dalam tubuh. Cohen dkk. (1997) dalam Sutajaya (2006) menyatakan bahwa
keluhan muskuloskletal sebagai berikut.
1. Tulang-tulang yang merupakan struktur penyangga tubuh.
2. Jaringan otot yang dapat berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan.
3. Tendon yang merupakan jaringan penghubung otot dengan tulang.
4. Ligamen yang merupakan jaringan penghubung tulang dengan tulang.
5. Kartilago (tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan sendi.
6. Saraf yang merupakan sistem komunikasi antara otot, tendon, dan jaringan
lainnya dengan otak.
7. Pembuluh darah yang berfungsi sebagai organ transportasi nutrisi ke
seluruh jaringan tubuh melalui darah dan ogan pembuangan.
8. Terjadi peningkatan gula darah dengan meningkatkan pelepasannya dari
hati.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
26
9. Terjadi peningkatan temperatur tubuh dan meningkatkan metabolisme.
Peningkatan temperatur ini memicu kecepatan reaksi kimia metabolisme
dan menjamin transportasi energi kimia menjadi energi mekanik.
Apabila pekerjaan fisik berlanjut maka akan muncul efek sekunder. Yang
terpenting adalah perubahan komposisi kimia cairan tubuh. Terjadi peningkatan
jumlah produk akhir metabolisme misalnya, asam laktat dan ginjal yang harus
membuang lebih banyak produk sisa. Dengan aktivitas muskular, terjadi
peningkatan temperatur internal tubuh dan pemanasan yang berlebih dapat
dihindari dengan meningkatkan laju pelepasan panas yaitu dengan meningkatkan
aliran darah ke kulit dan dengan berkeringat.
Perubahan respirasi, denyut nadi, dan temperatur tubuh dalam rentangan
tertentu menunjukan hubungan linear dengan besarnya konsumsi energi atau besar
kerja yang dilakukan. Sehingga saat perubahan ini terjadi dan dapat diukur, maka
dapat digunakan untuk memperkirakan beratnya kerja fisik yang dilakukan.
Sikap duduk yang terus menerus dalam waktu yang lama dapat di
golongkan sebagai sikap kerja statis (Wulanyani, 2004). Pada proses pembelajaran
yang dilakukan di ruang kelas, umumnya didominasi oleh kontraksi otot statis
karena pelajar saat mendengarkan, mencatat, dan melihat informasi di papan tulis,
dan mengemukakan pendapatnya selalu barada di tempat duduk. Kondisi seperti
ini menyertai pelajar minimal dua jam dalam mengikuti pembelajaran sehingga
dapat menimbulkan keluhan muskuloskletal. Keluhan muskuloskletal dapat
menimbulkan: (1) sakit pinggang dan punggung; (2) gangguan neuromuskular; (3)
arthritis; (4) kelelahan otot secara kronis (Sutajaya, 2006). Keadaan seperti ini
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
27
salah satunya dapat di pulihkan dengan melakukan istirahat pendek dan istirahat
aktif dengan jalan pindah tempat duduk setelah satu jam pelajaran.
Selama proses pembelajaran dengan sikap belajar yang statis ini otot-otot
cenderung menegang dan salah satu cara untuk menguranginya adalah dengan
memberikan istirahat aktif yang berupa peregangan otot di sela-sela proses
pembelajaran sehingga otot menjadi rileks.
2.6 Energi untuk Kerja
Energi yang digunakan untuk bekerja berasal dari pemecahan ATP yaitu
dengan memecah salah satu dari ikatan pospat. Sehingga ATP dikonversi menjadi
ADP dan menghasilkan energi. Agar sel tetap bekerja, ADP harus dikonversi
kembali menjadi ATP sehingga energi tetap dapat dihasilkan bila diperlukan.
ATP ADP + fosfat + energi
Simpanan ATP sangat terbatas dan dapat berkurang dalam hitungan detik
atau menit, sehingga harus dibentuk dari energi yang didapat dari oksidasi
karbohidrat dan asam lemak (didapat dari lemak). Karbohidrat dan lemak
terutama dipecah melalui serangkaian proses kimia dan kemudian menghasilkan
karbohidrat, air dan energi yang kemudian digunakan untuk membentuk ATP.
Metabolismenya dapat berlangsung secara aerob maupun secara anaerob.
Pada jalur aerob, gula darah yang berasal dari makanan masuk ke dalam sel dan
mengalami degradasi melalui serangkaian reaksi kimia menjadi piruvat. Sumber
piruvat lainnya juga berasal dari glikogen yang banyak disimpan di dalam hati dan
otot rangka. Dengan oksigen yang cukup banyak, yang didapat dari ventilasi paru
dan diedarkan melalui sistem sirkulasi, piruvat memasuki siklus Krebs yang
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
28
selanjutnya menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang cukup besar untuk
membentuk ATP dari ADP.
Apabila kapasitas kerja meningkat dan pasokan oksigen tidak mencukupi
maka terjadilah metabolisme anaerob, yang akan menghasilkan melalui proses
aerob, dan produk sisa yang bersifat sangat asam, yaitu asam laktat. Produk sisa
ini harus dibuang dengan bantuan oksigen. Apabila tidak tersedia oksigen selama
seseorang bekerja, asam laktat tersebut akan menumpuk. Dikatakan bahwa orang
tersebut memiliki oxygen debt yang harus dibayar dengan beristirahat (Citrawathi
dkk., 2001).
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2
29
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Tahap awal pembelajaran adalah pendidik mampu menyiapkan suasana
yang kondusif. Terdapat dua faktor yang menentukan suasana yang mendukung
proses pembelajaran yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Untuk menghindari
terjadinya kesenjangan pada kedua faktor ini diusahakan variasi dalam mengajar
sehingga proses pembelajaran tidak monoton atau dapat menimbulkan kondisi
yang tidak nyaman pada peserta didik. Adapun faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta
didik adalah: (1) peserta didik duduk pasif dalam mengikuti pembelajaran di
kelas; (2) waktu berlangsungnya proses pembelajaran melebihi jadwal yang telah
ditentukan, (3) metode pembelajaran dari pengajar yang bersifat monotone dan;
(4) sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran yang tidak sesuai
dengan antropometri peserta didik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan istirahat aktif berupa peregangan otot dalam pembelajaran. Sehingga
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal yang dialami peserta dapat diperingan.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
30
3.2 Konsep Penelitian
Keterangan :
: dikontrol
: intervensi
==== : pengaruh intervensi
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep
Kondisi belajar 1. Peserta didik duduk pasif
2. Waktu pembelajaran melebihi
jadwal
3. Metode pembelajaran monoton
4. Sarana & prasarana tidak sesuai
dengan antropometri
Perlakuan
- Tanpa peregangan
otot
- Peregangan otot di
sela pembelajaran
Luaran
Kebosanan
Kelelahan
Keluhanmuskuloskeletal
Kondisi lingkungan
1. Suhu kering
2. Suhu basah
3. Kelembaban udara
4. Kebisingan
5. Intensitas cahaya
Organisasi
1. Materi pelajaran 2. Waktu istirahat
Subjek
Peserta didik
dengan
karakteristik:
1. Umur
2. Jenis
kelamin
3. Berat badan
4. Tinggi badan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
31
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat diuraikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Peregangan otot di sela pembelajaran menurunkan kebosanan pada
peserta didik.
2. Peregangan otot di sela pembelajaran menurunkan kelelahan pada
peserta didik
3. Peregangan otot di sela pembelajaran menurunkan keluhan
muskuloskeletal pada peserta didik.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan sama subjek atau
treatment by subjek design (Bakta, 1997). Secara sederhana dapat diilustrasikan
seperti Gambar 4.1
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Sama Subjek
Keterangan :
P : populasi (Semua peserta didik kelas X SMK Pariwisata
Triatma Jaya Badung yang memenuhi kriteria inklusi).
S : sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
O1 : pendataan sebelum pembelajaran (tanpa perlakuan).
(P0) : tahap 1, sebelum perlakuan (pembelajaran tanpa peregangan
otot).
O2 : pendataan setelah pembelajaran (tanpa perlakuan).
O3 : pendataan sebelum pembelajaran (dengan perlakuan).
O4 : pendataan setelah pembelajaran (dengan perlakuan).
(P1) : tahap 2, sesudah perlakuan (pembelajaran dengan
peregangan)
(P0) (P1)P S O1 O2 | WOP| O3 O4
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
33
WOP : washing out period selama 4 hari untuk meminimalkan
washing efek seperti; (1) akivitas siswa dibatasi, (2)
istirahat secara teratur.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata
Triatma Jaya Badung, dilaksanakan pada periode bulan Mei s.d Juni 2011.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup penelitian dalam bidang
ergonomi fisiologi kerja yang diterapkan pada siswa Sekolah Menengah
Kejuruan Pariwisata Triatma Jaya Badung.
4.4 Penentuan Sumber Data
4.4.1 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi target penelitian ini adalah semua peserta didik kelas X SMK
Pariwisata Triatma Jaya Badung dan populasi terjangkau adalah
peserta didik kelas X TIK2 jurusan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
2. Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah 40 peserta didik.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
34
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling karena semua
peserta didik kelas X TIK2 Jurusan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dipergunakan sebagai sampel yaitu berjumlah 40
orang peserta didik.
4.4.2 Kriteria Eligibilitas
Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut.
1. Kriteria inklusi
Sampel dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas X TIK2
Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi SMK Pariwisata Triatma Jaya
Badung yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut.
a. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
b. Bersedia terlibat sebagai sampel dalam penelitian ini yang dibuktikan
dengan pengisian informed consent .
c. Berat badan ideal s.d. normal yang dihitung dari tinggi badan dan berat
badan sampel.
2. Kriteria drop out
Kriteria drop out (dikeluarkan sebagai sampel) yang dipertimbangkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Tidak dapat mengikuti penelitian secara penuh
b. Sakit atau kecelakaan saat penelitian berlangsung
c. Karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
35
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Identifikasi dan klasifikasi variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dan
diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Variabel bebas; peregangan otot di sela pembelajaran
2. Variabel terikat; kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal.
3. Variabel kontrol, yaitu (a) faktor internal peserta didik (umur, jenis
kelamin, berat badan, dan tinggi badan) dan (b) faktor eksternal
(mikroklimat ruang kelas dan faktor sosial budaya).
4.5.2 Definisi operasional variabel
Menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data, maka
berdasarkan identifikasi dan klasifikasi variabel di atas, dibuat definisi operasional
variabel sebagai berikut.
1. Peregangan otot merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot
istirahat (relaksasi). Sehingga dengan adanya peregangan ini kelenturan
(fleksibilitas) menjadi meningkat. Peregangan otot dilakukan sebanyak 2
kali selama proses pembelajaran yang berlangsung dari pukul 07.30 –
13.10 Wita dengan pembagian sebagai berikut.
07.30 – 08.15 Wita, jam pelajaran I
08.15 – 09.00 Wita, jam pelajaran II
09.00 – 09.45 Wita, jam pelajaran III (5 menit sebelum berakhir dilakukan
peregangan)
09.45 – 10.30 Wita, jam pelajaran IV
10.30 – 10.55 Wita, istirahat selama 25 menit
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
36
10.55 – 11.40 Wita, jam pelajaran V
11.40 – 12.25 Wita, jam pelajaran VI (5 menit sebelum berakhir dilakukan
peregangan)
12.25 – 13.10 Wita, jam pelajaran VII
Jadi peregangan otot dilakukan sebanyak 6 kali selama 3 hari yaitu pada
hari Senin, Selasa dan Rabu.
2. Peregangan dalam pembelajaran adalah latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan fleksibilitas otot peserta didik selama proses pembelajaran.
Beberapa gerakan yang dilakukan untuk dapat menurunkan kebosanan,
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta didik, sebagai berikut.
a. Peregangan otot leher: berfungsi untuk meregangkan otot
sternocleidomastoideus dan otot trapezius.
Gerakan peregangan itu sendiri terdiri atas gerakan sebagai berikut.
1. Menundukkan kepala ke bawah dan meregangkan kepala ke atas
dengan hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali.
2. Menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8 – 10
detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada Gambar
16.3).
3. Mematahkan kepala ke kanan dan ke kiri dilakukan dengan
hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat
pada Gambar 16.4).
b. Peregangan otot tangan dan lengan: bertujuan untuk meregangkan otot
triceps brachii, deltoideus, biceps brachii, fleksor antebrachii, dan
ekstensor antebrachii.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
37
Gerakan peregangannya sebagai berikut.
1. Menekuk tangan kanan menyamping ke kiri dengan ditahan
menggunakan tangan kanan dan kemudian sebaliknya dengan
dengan hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti
terdapat pada Gambar 16.5)
2. Tangan kanan ditekuk di belakang kepala kemudian ditekan
menggunakan tangan kiri dan kemudian sebaliknya dengan dengan
hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat
pada Gambar 16.6)
3. Meregangkan atau menarik kedua tangan ke atas dengan hitungan
8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada
Gambar 16.7)
4. Menekuk telapak tangan kanan ke atas dan ke bawah dengan
dengan hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali serta
demikian jugan dengan tangan kiri. (Seperti terdapat pada Gambar
16.8)
c. Peregangan otot pinggang dan perut: ditujukan untuk meregangkan
otot serratus anterior, rectus abdominis, latissimus dorsi, obliquus
abdominis eksternus, dan inscriptiones tendineii.
Gerakan peregangannya sebagai berikut.
1. Mencondongkan badan ke samping kanan dan ke samping kiri
dengan hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti
terdapat pada Gambar 16.9)
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
38
2. Memutar badan ke kanan dan kiri dengan hitungan 8 – 10 detik
diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada Gambar 16.10).
d. Peregangan otot punggung, bertujuan untuk meregangkan otot
trapezius dan latissimus dorsi.
Gerakan peregangannya sebagai berikut.
1. Posisi berdiri, meletakkan telapak tangan pada punggung bagian
bawah (tepat di bagian ginjal) dengan jari-jari tangan menunjuk ke
bawah dan ibu jari menunjuk keluar dengan hitungan 8 – 10 detik
diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada Gambar 16.11 dan
16.12).
e. Peregangan bahu, bertujuan untuk meregangkan otot deltoideus
Gerakan peregangannya sebagai berikut.
1. Tarik bahu ke atas, kearah telinga. Ulangi dengan hitungan 3 – 4
detik diulangi 5 sampai 6 kali.
(Anonim, 2011).
3. Kebosanan adalah tingkat ungkapan perasaan yang tidak menyenangkan,
perasaan lelah yang menguras seluruh minat dan tenaga. Di data dengan
menggunakan kuesioner kebosanan. Pendataan tingkat kebosanan
dilakukan pada pukul 07.00 – 07.30 Wita (sesaat sebelum subjek
mengikuti pembelajaran) dan pada pukul 13.10 Wita. Jadi pendataan
tingkat kebosanan dilakukan sebanyak 12 kali yakni setiap hari dilakukan
pendataan sebanyak 2 kali (sebelum dan sesudah pembelajaran) sebanyak
6 hari yaitu 3 kali sebelum perlakuan dan 3 kali setelah perlakuan.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3
39
4. Kelelahan adalah tingkat reaksi fungsional dari pusat kesadaran yang
dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat
(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Di data dengan menggunakan
30 item of rating scale yang dikeluarkan oleh Japan Association of
Industrial and Health. Kuesioner ini terdiri atas tiga kategori yaitu:
pelemahan aktivitas (item 1 – 10), pelemahan motivasi ( Item 11 – 20) dan
kelelahan fisik (item 21 – 30). Pendataan tingkat kelelahan dilakukan pada
pukul 07.00 – 07.30 Wita (sesaat sebelum subjek mengikuti pembelajaran)
dan pada pukul 13.10 Wita. Jadi pendataan tingkat kelelahan dilakukan
sebanyak 12 kali yakni setiap hari dilakukan pendataan sebanyak 2 kali
(sebelum dan sesudah pembelajaran) sebanyak 6 hari yaitu 3 kali sebelum
perlakuan dan 3 kali setelah perlakuan.
5. Keluhan muskuloskeletal adalah tingkat rasa tidak nyaman sampai nyeri
pada otot. Keluhan muskuloskeletal didata dengan menggunakan
kuesioner keluhan muskuloskeletal yang dimodifikasi dengan 4 skala
Likert. Pendataan tingkat keluhan muskuloskeletal dilakukan pada pukul
07.00 – 07.30 Wita (sesaat sebelum subjek mengikuti pembelajaran) dan
pada pukul 13.10 Wita Jadi pendataan tingkat keluhan muskuloskeletal
dilakukan sebanyak 12 kali yakni setiap hari dilakukan pendataan
sebanyak 2 kali (sebelum dan sesudah pembelajaran) selama 6 hari yaitu 3
kali sebelum perlakuan dan 3 kali setelah perlakuan.
6. Umur adalah jarak antara waktu lahir sampai pada saat pendataan.
7. Jenis kelamin adalah ciri fenotif subjek yang ditunjukkan oleh ciri-ciri
kelamin sekunder.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
40
8. Kesehatan adalah status sehat subjek yang ditinjau berdasarkan kondisi
fisiologisnya dan dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokter.
9. Berat badan adalah bobot tubuh subjek yang diukur dengan timbangan
badan Camry kapasitas 130 kg, dengan ketelitian 0,1 kg.
10. Tinggi badan adalah ukuran dan proporsi tubuh subjek dalam posisi berdiri
yang diukur dari vertex sampai ke telapak kaki di lantai dengan
antropometer merek Super buatan Jepang.
11. Pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas
yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.
12. Guru adalah pengajar yang memberikan pengajaran dalam satu bidang
ilmu yang dikuasai dan akan disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik guru diasumsikan tidak
berpengaruh terhadap hasil penelitian karena dilakukan oleh guru yang
sama antara sebelum dan sesudah perlakuan.
13. Materi pelajaran adalah materi yang diberikan sesuai dengan kurikulum
pendidikan untuk siswa SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung. Dengan
materi pelajaran sebagai berikut.
Senin:
07.30 – 08.15 Wita : Kimia
08.15 – 09.00 Wita : Kimia
09.00 – 09.45 Wita : Bahasa Indonesia
09.45 – 10.30 Wita : Bahasa Indonesia
10.30 – 10.55 Wita : Istirahat
10.55 – 11.40 Wita : Bahasa Inggris
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
41
11.40 – 12.25 Wita : Bahasa Inggris
12.25 – 13.10 Wita : Budi Pekerti
Selasa:
07.30 – 08.15 Wita : Ilmu Pengetahuan Alam
08.15 – 09.00 Wita : Ilmu Pengetahuan Alam
09.00 – 09.45 Wita : Matematika
09.45 – 10.30 Wita : Matematika
10.30 – 10.55 Wita : Istirahat
10.55 – 11.40 Wita : Pemrograman Dasar
11.40 – 12.25 Wita : Pemrograman Dasar
12.25 – 13.10 Wita : Pemrograman Dasar
Rabu:
07.30 – 08.15 Wita : Pemrograman Web Dasar
08.15 – 09.00 Wita : Pemrograman Web Dasar
09.00 – 09.45 Wita : Pemrograman Web Dasar
09.45 – 10.30 Wita : Istirahat
10.30 – 10.55 Wita : Agama Hindu
10.55 – 11.40 Wita : Agama Hindu
11.40 – 12.25 Wita : Pendidikan Kewarganegaraan
12.25 – 13.10 Wita : Pendidikan Kewarganegaraan
14. Jam pelajaran adalah istilah yang digunakan untuk membatasi waktu
selama proses pembelajaran berlangsung. Satu jam pelajaran dihitung 45
menit.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
42
15. Waktu istirahat adalah waktu yang digunakan siswa untuk istirahat setelah
mengikuti proses pembelajaran. Waktu istirahat yang diberikan adalah 45
menit.
16. Kondisi lingkungan yaitu kondisi alam yang menyertai subjek dalam
proses pembelajaran dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki seperti
suhu udara dan kelembaban relatif. Pengaruhnya akan dikendalikan
dengan jalan melakukan penelitian di satu tempat dan perubahan antara
sebelum dan sesudah perlakuan akan dianalisis secara statistic (control by
analisis)
17. Suhu udara adalah suhu lingkungan dalam derajat celcius yang diukur
dengan thermometer ruangan merk Luxtron LM 800. Pengukuran
dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, tengah dan
bagian belakang kanan dan kiri) dalam ruang kelas siswa. Pengukuran
dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan dalam sehari.
18. Kelembaban relatif adalah kelembaban yang ditentukan berdasarkan nilai
suhu basah dan suhu kering dalam satuan derajat celcius yang dikonversi
ke satuan derajat Fahrenheit dan dipetakan ke dalam Psychrometric Chart .
Pengukuran ini dilakukan hanya pada satu titik saja yaitu pada titik sentral
dari ruang kelas siswa. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali
pengulangan dalam sehari.
19. Intensitas kebisingan diukur dengan menggunakan Sound Level Meter
merk Rion dengan satuan decibel A (dB. A).
20. Penerangan adalah intensitas penerangan alami atau buatan dalam satuan
lux yang diukur dengan Luxmeter model DM-28 buatan Jepang. Intensitas
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
43
penerangan ini diukur dengan pada lima titik (di bagian depan kanan dan
kiri, tengah dan bagian belakang kanan dan kiri) dalam ruang kelas siswa.
Setiap pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan.
4.6 Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Luxmeter merek Yu Fong buatan Taiwan untuk mengukur tingkat
intensitas cahaya.
2. Hygrometer merek TFA buatan U.S.A untuk mengukur suhu dan
kelembaban ruangan.
3. Digital camera Fine POx A510 merek Fujifilm untuk dokumentasi.
4. Kuesioner kebosanan yang sudah valid untuk mendata kebosanan peserta
didik.
5. Kuesioner 30 item of rating scale dengan skala Likert yang sudah valid
dan reliabel untuk mendata kelelahan.
6. Kuesioner Nordic Body Map yang dimodifikasi dengan empat skala Likert
yang sudah valid dan reliabel serta sudah digunakan secara internasional
untuk mendata keluhan muskuloskeletal.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
44
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum proses penelitian berlangsung sebagai
berikut.
1. Mengurus kelengkapan administrasi dan perijinan yang diperlukan untuk
mendukung jalannya penelitian. Dalam hal surat ijin diajukan kepada
Kepala SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung.
2. Melakukan komunikasi lebih jauh dengan guru yang peserta didiknya
dijadikan sampel penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian berjalan
lebih kondusif dan dipahami oleh semua pihak. Misalnya dalam
berjalannya penelitian tidak satupun peserta didik yang melakukan
istirahat aktif diluar dari pemberian peregangan otot oleh peneliti.
3. Mempersiapkan semua keperluan alat/instrumen pengumpul data.
4. Menyiapkan dan memberi latihan kepada petugas pengumpul data (rekan-
rekan peneliti) dan peserta didik yang dipergunakan sebagai sampel
tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses penelitian, dimulai dari
sebelum perlakuan sampai diberikannya peregangan. Petugas pengumpul
data ada sebanyak 4 orang.
Persiapan guru bersama peneliti sebagai berikut.
1. Dalam proses pembelajaran yang sebelumnya sudah didiskusikan antara
peneliti dengan guru terkait, yaitu mengkondisikan peserta didik tidak
melakukan aktivitas yang dapat digolongkan sebagai istirahat aktif diluar
dari pemberian gerakan-gerakan peregangan otot oleh peneliti.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
45
2. Metode yang dipergunakan untuk mendukung keadaan di atas adalah
metode ceramah, dimana hanya guru yang aktif memberikan pembelajaran
sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan memberikan tanggapan
dari tempat duduk.
Persiapan peserta didik sebagai berikut.
1. Peserta didik diharapkan sudah mengetahui jadwal pelajaran sehingga
tidak ada peserta didik yang terlambat memasuki kelas.
2. Peserta didik diharapkan mengikuti pelajaran sesuai dengan model
pembelajaran yang telah dirancang, dan selebihnya mengikuti instruksi
dari guru terkait dan instruksi dari peneliti.
3. Peserta didik yang dijadikan sampel penelitian diharapkan tidak
melakukan aktivitas berlebihan selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Peserta didik yang dijadikan subyek penelitian, baik dalam kelompok
kontrol maupun dalam kelompok eksperimen selama penelitian ini
berlangsung diminta untuk mengisi: (a) kuesioner kebosanan; (b)
kuesioner 30 items of rating scale, (c) kuesioner Nordic Body Map.
4.7.2 Tahap pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian
sebagai berikut.
1. Tahap pelaksanaan ini diawali dengan memberikan pengarahan kepada
seluruh subjek penelitian mengenai prosedur dan langkah yang harus
mereka persiapkan dan mereka lakukan selama proses penelitian dan
pengambilan data berlangsung.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
46
2. Melakukan pendataan terhadap kondisi peserta didik jika ada yang kurang
sehat, dan memastikan peserta didik sudah sarapan sebelum mengikuti
pembelajaraan.
a. Sebelum pembelajaran dimulai
1. Peneliti bersama tenaga pengambil data melakukan pengukuran
terhadap kondisi lingkungan seperti (a) suhu dan kelembaban yang
diukur di satu titik yaitu dibagian sentral dan (b) intensitas cahaya
diukur pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, bagian
tengah, bagian belakang kanan, dan kiri ruang kuliah).
2. Pendataan terhadap kebosanan. Cara pengisiannya adalah dengan
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang telah disiapkan, sesuai
dengan kondisi subjek yang dirasakan pada saat itu.
3. Pendataan terhadap kelelahan dengan 30 item of rating scale. Cara
pengisiannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada
jawaban yang telah disiapkan, sesuai dengan kondisi subjek yang
dirasakan pada saat itu.
4. Pendataan keluhan muskuloskletal dengan kuesioner Nordic Body
Map. Cara menjawab atau mengisi kuesioner ini adalah dengan
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia, sesuai
dengan rasa sakit atau kaku yang mereka rasakan.
b. Saat pembelajaran berlangsung
Pembelajaran dengan menggunakan istirahat aktif berupa peregangan
otot, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Guru membuka pelajaran.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
47
2. Melakukan kegiatan inti, peserta didik duduk di tempat masing-
masing dengan jarak duduk yang telah diatur dan mendengarkan
penjelasan yang diberikan guru serta tidak melakukan aktivitas di
luar ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
3. Setelah 3 jam pelajaran (3 x @45 menit) peserta didik diberikan
peregangan otot oleh instruktur (peneliti) selama 5 menit. Peserta
didik diharapkan mengikuti gerakan-gerakan peregangan dengan
bersungguh-sungguh.
4. Setelah melakukan peregangan otot, peserta didik melanjutkan
kembali pembelajaran yang tadi tertunda.
5. Peregangan otot kembali diberikan setelah 3 jam pelajaran (3 x @45
menit) berlangsung. Peregangan diberikan selama 5 menit oleh
instruktur.
c. Setelah pembelajaran berakhir
1. Menjelang pembelajaran berakhir, kembali dilakukan pengukuran
terhadap kondisi lingkungan seperti (a) suhu dan kelembaban yang
diukur hanya di satu titik; (b) intensitas cahaya diukur di lima titik.
2. Pendataan terhadap kebosanan dengan kuesioner kebosanan.
3. Pendataan terhadap kelelahan dengan 30 item of rating scale. Cara
pengisisannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada
jawaban yang telah disiapkan, sesuai dengan kondisi subjek yang
dirasakan pada saat itu.
4. Pendataan keluhan muskuloskeletal dengan kuesioner Nordic Body
Map. Cara menjawab atau mengisis kuesioner ini adalah dengan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
48
memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia, sesuai
dengan rasa sakit atau kaku yang mereka rasakan.
4.7.3 Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan adalah dari tanggal 23 – 25 Mei 2011 dan 30 Mei – 1
Juni 2011 dengan rincian sebagai berikut.
1. Pengambilan data I dilakukan selama 3 hari dari tanggal 23 – 25 Mei 2011
dengan 6 kali pengambilan data (3 kali pertemuan) tanpa pemberian
peregangan otot.
2. Setelah pengambilan data I diberikan WOP (Washing Out Period) untuk
meminimalkan washing efect selama 4 hari.
Pengambilan data II dilakukan selama 3 hari dari tanggal 30 Mei – 1 Juni
2011 dengan 6 kali pengambilan data dan pemberian peregangan otot
seperti yang telah dijelaskan di atas.
4.8 Protokol Penelitian
4.8.1 Protokol untuk subjek
a. Pada setiap awal hari subjek harus sudah tiba pada tempat penelitian
setengah jam sebelum jadwal kegiatan belajar dimulai atau pada pukul
07.00 Wita.
b. Subjek mendapatkan penjelasan tentang tata cara pengisian kuesioner.
c. Hari pertama (Senin) pukul 07.00 Wita, subjek melakukan pengisian
dan pengukuran data umum.
d. Hari kedua dan ketiga (Senin – Rabu) pukul 07.00 Wita, subjek
melakukan pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4
49
muskuloskeletal sebelum memulai kegiatan pembelajaran tanpa disertai
peregangan otot. Di akhir kegiatan pembelajaran, subjek kembali
melakukan pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan
muskuloskeletal.
e. Hari ketiga sampai dengan ketujuh (Kamis – Minggu), subjek diberi
washing out selama 4 hari dan selama wahing out , proses pembelajaran
ditiadakan atau siswa diliburkan.
f. Hari kedelapan sampai dengan kesepuluh (Senin – Rabu), jam 07.00
Wita subjek melakukan pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan
keluhan muskuloskeletal sebelum memulai kegiatan belajar dengan
dipandu oleh surveyor. Subjek lalu melakukan kegiatan belajar. Setelah
3 jam pelajaran (3 x @45 menit) subjek diberikan peregangan otot oleh
instruktur (peneliti) selama 5 menit. Setelah melakukan peregangan,
peserta didik kembali melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar
diselingi peregangan otot selama 5 menit dilakukan dengan
pengulangan sebanyak 2 kali. Setiap hari selama 3 hari berturut-turut
dilakukan kegiatan peregangan sebanyak 2 kali selama 5 menit. Di
akhir kegiatan pembelajaran, subjek kembali melakukan pengisian
kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal.
4.8.2 Protokol untuk surveyor
a. Sebelum mulai melakukan penelitian, peneilti memberikan penjelasan
kepada subjek penelitian tentang tata cara penelitian.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
50
b. Saat penelitian, setiap pagi pada jam 07.00 Wita dan jam 13.10 Wita,
peneliti memberikan penjelasan dan memandu subjek mengenai cara
pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal.
c. Melakukan pengukuran terhadap mikroklimat di tempat penelitian
setiap sebelum dan sesudah pembelajaran meliputi parameter suhu
basah, suhu kering, kelembaban relatif, intensitas penerangan dan
tingkat kebisingan.
d. Melakukan observasi awal terhadap kebosanan, kelelahan dan keluhan
muskuloskeletal.
e. Melakukan intervensi sesuai rancangan yang telah ditetapkan.
f. Melakukan observasi akhir terhadap kebosanan, kelelahan dan keluhan
muskuloskeletal.
4.8.3 Prosedur Pengukuran
1. Penilaian kebosanan
a. Sebelum memulai kegiatan belajar pada pagi hari (pukul 07.00
Wita) subjek diminta untuk mengisi kuesioner kebosanan.
b. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar (pukul 13.10 Wita)
subjek diminta kembali untu mengisi kuesioner kebosanan.
c. Nilai atau skor kebosanan dihitung berdasarkan selisih
kebosanan sesudah kegiatan belajar dan sebelum kegiatan
belajar. Karena ada tiga hari pendataan dalam satu periode maka
skor kebosanan untuk tiap perlakuan diperoleh rata-rata enam
nilai tersebut.
2. Penilaian kelelahan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
51
a. Sebelum memulai kegiatan belajar pada pagi hari (pukul 07.00
Wita) subjek diminta untuk mengisi kuesioner kelelahan.
b. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar (pukul 13.10 Wita)
subjek diminta kembali untu mengisi kuesioner kelelahan.
c. Nilai atau skor kelelahan dihitung berdasarkan selisih kelelahan
sesudah kegiatan belajar dan sebelum kegiatan belajar. Karena
ada tiga hari pendataan dalam satu periode maka skor kelelahan
untuk tiap perlakuan diperoleh rata-rata enam nilai tersebut.
3. Penilaian keluhan muskuloskeletal
a. Sebelum memulai kegiatan belajar pada pagi hari (pukul 07.00
Wita) subjek diminta untuk mengisi kuesioner keluhan
muskuloskeletal.
b. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar (pukul 13.10 Wita)
subjek diminta kembali untu mengisi kuesioner keluhan
muskuloskeletal.
c. Nilai atau skor keluhan muskuloskeletal dihitung berdasarkan
selisih keluhan muskuloskeletal sesudah kegiatan belajar dan
sebelum kegiatan belajar. Karena ada tiga hari pendataan dalam
satu periode maka skor keluhan muskuloskeletal untuk tiap
perlakuan diperoleh rata-rata enam nilai tersebut.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
52
4.8.4 Alur Penelitian
Tahap II
Tahap I
Gambar 4.8.1 Alur Penelitian
P1
(peregangan otot di sela
pembelajaran)
Washing Out (4 hari)
Data setelah
pembelajaran :
- Mikroklimat
- Kebosanan
- Kelelahan
- Keluhan Muskuloskelatal
P0
(pembelajaran tanpa
peregangan otot)
Data Sebelum
pembelajaran:
- Mikroklimat
- Kebosanan
- Kelelahan- Keluhan Muskuloskeletal
Sampel
40 peserta didik
Total
Sampling
Kriteria
Inklusi
Populasi Terjangkau
peserta didik kelas X
TIK2 Jurusan TIK
Populasi Target
Peserta didik kelas X
Data Sebelum
pembelajaran:
- Mikrolimat
- Kebosanan
- Kelelahan- Keluhan Muskuloskeletal
Data setelah
pembelajaran:
- Mikroklimat
- Kebosanan
- Kelelahan
- Keluhan Muskuloskeletal
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
53
4.9 Analisis Data
Pengolahan data dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut.
1) Uji normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data
terhadap kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal menggunakan
statistik Kolmogorow-Smirnov (K-S) dengan menggunakan program SPSS
16 for Windows. Kriteria pengujian data menggunakan taraf signifikansi
5% (α = 0,05).
2) Uji t sampel berpasangan
(a) Data kondisi lingkungan dianalisis dengan uji paired-sample t test
pada taraf signifikansi 5%.
(b) Data kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal dianalisis
dengan uji paired-sample t test karena datanya berdistribusi normal
pada taraf signifikansi 5%.
Uji t sampel berpasangan ( paired-sample t test ) merupakan pengujian yang
dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan
dapat diartikan sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua
treatment atau perlakuan berbeda.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Fisik Subjek
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 23 – 25 Mei 2011 dan 30 Mei –
1 Juni 2011 di SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung. Jumlah dalam sampel ini
sebanyak 40 siswa, 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Masing-masing
siswa sedang duduk di kelas X, tahun pelajaran 2010/2011. Dari 40 sampel
tersebut diberikan dua kali perlakuan yaitu perlakuan pada tahap 1 (pembelajaran
tanpa peregangan) dan perlakuan pada tahap 2 (peregangan di sela pembelajaran).
Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi variabel
umur, berat badan dan tinggi badan disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Data Karakteristik Subjek Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya
Badung
No Variabel Rentangan Rerata Simpang Baku
1 Umur (tahun) 15 – 17 15,60 0,68
2 Berat Badan (kg) 40 – 83 52,95 10,58
3 Tinggi Badan (cm) 146 – 182 162,40 9,71
Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa rerata umur peserta didik adalah 15,60 ± 0,68
tahun dengan rentangan 15 – 17 tahun. Rerata berat badan peserta didik adalah
52,95 ± 10,58 kg dengan rentangan 40 – 83 kg. Rerata tinggi badan peserta didik
adalah 162,40 ± 9,71 cm.
Dilihat rerata berat badan dan tinggi badan peserta didik termasuk dalam
rentangan berat badan ideal.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
55
5.2 Kondisi Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja yang diindikasikan dari suhu basah, suhu kering,
kelembaban relatif, intensitas penerangan, intensitas kebisingan dan kecepatan
angin dapat berpengaruh terhadap kondisi kerja. Hasil uji normalitas terhadap data
kondisi lingkungan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan
demikian dilanjutkan dengan analisis parametric dengan menggunakan uji paired-
sample t test . Hasil analisis data kondisi lingkungan di ruang kelas SMK
Pariwisata Triatma Jaya Badung dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Data Kondisi Lingkungan Ruang Kelas SMK Pariwisata Triatma Jaya,
Badung
No Variabel Tahap 1
Rerata SB
Tahap 2
Rerata SB
Nilai
F
Nilai
P
1. Suhu Basah (°C) 25,50 0,50 26,50 0,61 0,000 0,220
2. Suhu Kering (°C) 28 0,50 29 0,17 10,286 0,117
3.
Kelembaban Relatif
(%) 81,6 6,15 80,80 5,45 0,389 0,833
4Intensitas Penerangan
(Lux)620,2 243,71 629,2 145,63 5,741 0,310
5Intensitas Kebisingan
(dB)73,10 2,24 76,26 1,09 2,544 0,944
6.Kecepatan Angin
(m/dt)0,14 0,11 0,26 0,09 0,264 0,101
Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dilihat dari
suhu basah, suhu kering, kelembaban relatif, intensitas penerangan, intensitas
kebisingan dan kecepatan angin di ruang kelas saat perlakuan pada tahap 1
(pembelajaran tanpa peregangan) dan tahap 2 (peregangan di sela pembelajaran)
adalah tidak berbeda bermakna (p>0,05). Ini berarti data kondisi lingkungan antar
kedua perlakuan adalah sama.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
56
5.3 Kebosanan dalam Proses Pembelajaran
5.3.1 Analisis efek sisa terhadap kebosanan dalam proses pembelajaran
Efek sisa terjadi apabila washing out period tidak cukup sehingga efek
perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) masih ada pada waktu diberikan
perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan). Efek sisa ini dicari dengan
membandingkan rerata nilai kebosanan pada penelitian tahap 1 dan tahap 2 antar
subjek penelitian, ditampilkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Efek Sisa Nilai Rerata Kebosanan antar Perlakuanpada Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya Badung
Kelompok Rerata Simpang Baku Nilai t Nilai p
Tahap 1 38,000 6,0890,128 0,898
Tahap 2 38,175 6,118
Jumlah nilai kebosanan pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2
diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), didapat data
berdistribusi normal, dimana (p>0,05). Dari hasil uji independent samples test
diketahui perbedaan jumlah nilai kebosanan pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan
pada tahap 2 dari subjek penelitian tidak berbeda, di mana t= 0,128 dengan
p=0,898. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat efek sisa dari perlakuan pada tahap 1
terhadap perlakuan pada tahap 2.
5.3.2 Analisis efek perlakuan terhadap kebosanan dalam proses
pembelajaran
Kebosanan diukur dengan menggunakan kuesioner kebosanan
menggunakan skala empat Likert dan diperoleh skor kebosanan sebelum dan
sesudah perlakuan, sebagaimana terlihat pada Tabel 5.4
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
57
Tabel 5.4
Nilai Rerata Kebosanan antar Perlakuan
pada Peserta Didik kelas X SMK Triatma Jaya Badung
Tahap 1
Rerata SB
Tahap 2
Rerata SB
Nilai t Nilai p
Sebelum
pembelajaran
38,000 6,089 38,175 6,118 2,014 0,051
Sesudah
pembelajaran
72,950 10,127 66,650 8,739 3,160 0,003
Beda 34,950 12,172 28,475 10,233 3,231 0,003
Sebelum dilakukan uji paired-sample t test data kebosanan dalam proses
pembelajaran, diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada tingkat
kepercayaan (α=0,05). Data tersebut pada masing-masing tahap adalah
berdistribusi normal (p>0,05), sehingga dilanjutkan dengan menggunakan uji
paired-sample t test .
Hasil uji paired-sample t test terhadap kebosanan sebelum pembelajaran
tidak berbeda bermakna (p>0,05), ini berarti kebosanan sebelum pembelajaran
untuk masing-masing tahap adalah sama. Sedangkan kebosanan sesudah
pembelajaran berbeda bermakna (p<0,05), ini berarti skor kebosanan sesudah
pembelajaran untuk kedua perlakuan adalah berbeda.
5.4 Kelelahan dalam Proses Pembelajaran
5.4.1 Analisis efek sisa terhadap kelelahan dalam proses pembelajaran
Efek sisa terjadi apabila washing out period tidak cukup sehingga efek
perlakuan tahap 1 masih ada pada waktu diberikan perlakuan pada tahap 2. Efek
sisa ini dicari dengan membandingkan rerata nilai kelelahan pada penelitian
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
58
perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2 antar subjek penelitian, ditampilkan
pada Tabel 5.5
Tabel 5.5Efek Sisa Nilai Rerata Kelelahan antar Perlakuan
pada Peserta Didik kelas X SMK Triatma Jaya Badung
Kelompok Rerata Simpang Baku Nilai t Nilai p
Tahap 1 32,225 1,8180,000 1,000
Tahap 2 32,225 1,846
Jumlah nilai kelelahan pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2
dari masing-masing kelompok perlakuan diuji normalitasnya dengan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S), didapat data berdistribusi normal, dimana (p> 0,05).
Dari hasil uji independent samples test diketahui perbedaan jumlah nilai kelelahan
pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2 dari masing-masing kelompok
perlakuan subjek penelitian tidak berbeda, di mana t= 0,000 dengan p=1,000. Hal
ini berarti bahwa tidak terdapat efek sisa dari perlakuan tahap 1 terhadap
perlakuan pada tahap 2.
5.4.2 Analisis efek perlakuan terhadap kelelahan dalam proses pembelajaran
Kelelahan subjektif adalah rerata skor pengisian kuesioner 30 item yang
terpilih menjadi tiga bagian, 1 – 10 adalah pelemahan aktivias, 11 – 20 adalah
pelemahan motivasi dan 21 – 30 adalah kelelahan fisik akibat keadaan umum.
Hasil analisis kelelahan dalam proses pembelajaran antara perlakuan tahap1 dan
perlakuan tahap 2 disajikan pada Tabel 5.6.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5
59
Tabel 5.6
Nilai Rerata Kelelahan antar Perlakuan
pada Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya Badung
Tahap 1
Rerata SB
Tahap 2
Rerata SB
Nilai t Nilai p
Sebelum
pembelajaran
32,225 1,819 32,225 1,847 0,001 1,000
Sesudah
pembelajaran
73,725 3,823 51,700 4,292 28,665 0,001
Beda 41,500 3,843 19,475 4,635 28,696 0,001
Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) diperoleh bahwa
skor kelelahan berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji paired-
sample t test. Hasil uji t-paired skor kelelahan sebelum perlakuan tidak berbeda
bermakna (p>0,05), ini berarti skor kelelahan sebelum perlakuan untuk kedua
perlakuan adalah sama. Sedangkan skor kelelahan sesudah perlakuan berbeda
bermakna (p<0,05), ini berarti skor kelelahan sesudah pembelajaran antara
perlakuan tahap 1 (tanpa peregangan) dengan perlakuan tahap 2 (dengan
peregangan) adalah berbeda.
5.5 Keluhan Muskuloskeletal dalam Proses Pembelajaran
5.5.1 Analisis efek sisa keluhan muskuloskeletal
Efek sisa terjadi apabila washing out period tidak cukup sehingga efek
perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) masih ada pada waktu diberikan pada
tahap 2 (dengan peregangan). Efek sisa ini dicari dengan membandingkan rerata
nilai keluhan muskuloskeletal pada penelitian perlakuan pada tahap 1 dan 2 antar
subjek penelitian, ditampilkan pada Tabel 5.7.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
60
Tabel 5.7
Efek Sisa Nilai Rerata Keluhan Muskuloskeletal antar Perlakuan
pada Peserta Didik kelas X SMK Triatma Jaya Badung
Kelompok Rerata Simpang Baku Nilai t Nilai p
Perlakuan tahap 1 31,225 2,5471,147 0,255
Perlakuan tahap 2 31,875 2,524
5.5.2 Analisis efek perlakuan terhadap keluhan muskuloskeletal dalam
proses pembelajaran
Keluhan muskuloskeletal diukur menggunakan Nordic Body Map dengan
penilaian empat skala Likert. Analisis data mengenai keluhuan muskuloskeletal
terlihat pada Tabel 5.8
Tabel 5.8
Nilai rerata Keluhan Muskuloskeletal antar Perlakuan
pada Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya Badung
Tahap 1Rerata SB
Tahap 2Rerata SB
Nilai t Nilai p
Sebelum
pembelajaran
31,225 2,547 31,875 2,524 1,433 0,160
Sesudah
pembelajaran
70,475 4,674 45,900 5,213 36,382 0,001
Beda 39,250 5,633 14,025 4,999 29,291 0,001
Dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorv-Smirnov diperoleh bahwa
keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah pembelajaran berdistribusi normal,
sehingga dilanjutkan dengan uji paired-sample t test. Hasil uji paired-sample t
test skor keluhan muskuloskeletal sebelum pembelajaran tidak berbeda bermakna
(p>0,05), ini berarti skor keluhan muskuloskeletal sesudah pembelajaran antara
perlakuan tahap 1 (tanpa peregangan) dengan tahap 2 (dengan peregangan)
adalah berbeda.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
61
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Subjek
Subjek pada penelitian ini terdiri dari 40 siswa, 23 siswa laki-laki, 17
perempuan dengan karakteristik yang akan dibahas adalah umur, tinggi badan dan
berat badan.
Umur subjek yang terlibat dalam penelitian ini antara 15 – 17 tahun
dengan rerata 15,60 ± 0,68 tahun. Rentangan umur ini merupakan rentangan umur
yang sesuai untuk peserta didik yang dibuktikan dengan kartu pelajar yang mereka
miliki di sekolah sehingga pengaruhnya terhadap pekerjaan dapat diabaikan.
Kondisi umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot
seseorang (Kroemer dan Grandjean, 2000). Kapasitas fisik seseorang berbanding
lurus dengan umur sampai batas-batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia
25 tahun (Manuaba, 1998). Rentangan umur subjek masih berada dalam keadaan
fisik yang optimal untuk melakukan pekerjaan karena belum mencapai usia
puncak produktif.
Berat badan dalam subjek penelitian berada dalam rentangan 40 – 83 kg
dengan rerata 52,95 ± 10,58 kg dan tinggi badan berada dalam rentangan 146 –
182 cm dengan rerata 162,4 ± 9,71 cm. Dilihat dari rerata berat badan dan rerata
tinggi badan peserta didik tergolong dalam kategori ideal sehingga pengaruhnya
terhadap penelitian dapat diabaikan.
61
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
62
6.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang didata dalam penelitian ini adalah suhu basah,
suhu kering, kelembaban relatif, pencahayaan, kebisingan dan kecepatan angin
sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.
Temuan pada penelitian ini adalah rerata suhu basah pada perlakuan pada
tahap1 adalah 25,50°C dan perlakuan 2 adalah 26,50°C. Sedangkan rerata suhu
kering yang didapatkan di dalam ruang kelas pada tahap 1 adalah 28°C dan tahap
2 adalah 29°C, serta kelembaban relatif pada tahap 1 adalah 81,6% dan pada tahap
2 80,8%. Manuaba (1998a) menyatakan bahwa orang Indonesia yang berada di
daerah tropis teraklimatisasi atau merasa nyaman dengan suhu kering antara 26-
28°C dan kelembaban relatifnya 70-80%. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa suhu kering, suhu basah dan kelembaban relatif pada kedua perlakuan
berada di atas kategori nyaman. Hasil uji paired-sample t test membuktikan
bahwa suhu kering, suhu basah dan kelembaban relatif untuk kedua tahap adalah
tidak berbeda bermakna (p>0,05), ini berarti subjek penelitian terpapar oleh suhu
kering, suhu basah dan kelembaban relatif yang sama antara kedua tahap, serta
tidak bertindak sebagai variabel pengganggu karena pengaruhnya dapat dikontrol.
Pencahayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam proses
pembelajaran. Pencahayaan yang baik memberikan situasi yang nyaman dalam
melihat objek dengan jelas sehingga otot-otot mata tidak mengalami kelelahan.
Rerata intensitas cahaya pada tahap 1 adalah 620,2 lux dan tahap 2 adalah 629,2
lux. Untuk kegiatan belajar (membaca dan menulis) diperlukan intensitas
pencahayaan sebesar 350-700 lux (Kroemer dan Grandjean, 2000). Jadi intensitas
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
63
cahaya di dalam kelas, masih berada dalam batas kenyamanan. Berdasarkan uji
paired-sample t test terlihat bahwa intensitas cahaya kedua perlakuan adalah tidak
berbeda bermakna dengan p>0,05. Manuaba (1998) menyatakan apabila
penerangan tidak memadai akan dapat menimbulkan 2 macam kelelahan, baik
penglihatan maupun saraf. Bila kondisi ini berlangsung kronis, maka akan
ditandai dengan tanda-tanda pusing dan vertigo, sulit tidur, dan hilang nafsu
makan serta malas dan lamban dalam bertindak.
Gerakan udara pada suatu ruangan memberi pengaruh kepada suhu yang
dirasakan seseorang. Agar gerakan udara tersebut tidak menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan, dianjurkan agar gerakan udara di dalam ruangan tidak lebih
dari 0,2m/detik (Manuaba, 1998). Apabila gerakan udara kurang dari 0,2m/detik
maka sirkulasi udara dalam ruangan akan terganggu dan mengakibatkan
pertukaran oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga ruangan menjadi
panas. Sebaliknya jika gerakan udara melebihi 0,2m/dtk mengakibatkan orang
yang berada di ruangan tersebut tidak menyadari kehilangan panas tubuhnya dan
mengalami dehidrasi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa gerakan udara dalam
ruangan pada tahap 1 adalah 0,14m/dtk dan tahap 2 adalah 0,26m/dtk. Gerakan
udara tersebut tidak dalam kategori yang nyaman. Hasil uji paired-sample t test
membuktikan bahwa gerakan udara pada tahap 1 dan tahap 2 adalah tidak berbeda
bermakna (p>0,05).
6.2 Kebosanan Peserta Didik
Kebosanan dalam proses pembelajaran ditandai dengan berkurangnya
perhatian peserta didik terhadap materi yang sedang dibahas atau peserta didik
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
64
mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya pada tugas yang
sedang dilaksanakan. Kondisi seperti ini sering menyertai peserta didik pada
proses pembelajaran jikalau jam belajar dialokasikan pada siang hari dan terlebih
lagi guru pengajar kurang mampu mengelola kelas dengan baik. Jika kondisi yang
membosankan tersebut berkepanjangan, akan muncul perasaan gelisah, ingin
menghindar dari aktivitas tersebut dan menurunnya motivasi untuk belajar. Dalam
hal ini Kroemer dan Grandjean (2000) menjelaskan bahwa kebosanan bisa terjadi
disebabkan oleh stimulasi yang rendah, tuntutan fisik dan mental yang rendah
yang mengakibatkan stimulasi yang kecil pada daerah kesadaran di otak.
Konsekuensinya sistem limbik akan terpengaruh dan reaksi dari organisme secara
keseluruhan akan menurun.
Hasil uji paired-sample t test sebelum pembelajaran antara perlakuan pada
tahap 1(tanpa peregangan) dan perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan)
membuktikan bahwa kedua tahap tersebut tidak berbeda bermakna dengan nilai
p>0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik dilihat dari faktor
kebosanan sebelum proses pembelajaran adalah sama.
Proses pembelajaran yang berkepanjangan sering memunculkan rasa bosan
yang ditandai dengan rasa kesal, lelah, lemas, dan menurunnya konsentrasi serta
ingin beralih dari aktivitas tersebut. Hasil uji beda terhadap rerata skor kebosanan
setelah proses pembelajaran membuktikan bahwa kedua tahap tersebut berbeda
bermakna dengan nilai p < 0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik
dilihat dari faktor kebosanan setelah proses pembelajaran adalah berbeda. Hal ini
terlihat dari perbedaan rerata skor kebosanan pada perlakuan pada tahap 1 (tanpa
peregangan) yaitu 34,95 dan pada perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan)
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
65
yaitu 28,47. Hasil analisis ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menyisipkan peregangan mengurangi rerata kebosanan sebesar 18,54% secara
signifikan (p<0,05) seperti terlihat pada Tabel 5.4. Temuan ini didukung oleh
Wulanyani (2004) yang melaporkan bahwa pengaturan istirahat mampu
mengurangi kebosanan secara signifikan (p<0,05) pada pelinting kertas rokok di
CV ”X” Denpasar.
6.3 Kelelahan Peserta Didik
Proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari beban belajar karena dalam
proses pembelajaran diperlukan aktivitas fisik dan mental yang secara terpadu
dapat diekspresikan melalui kelelahan yang ditandai dengan perubahan denyut
nadi. Kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari
gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi,
adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, aktivitas, dan
fisik lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental
(Sedarmayanti, 1996). Kelelahan yang berlanjut dapat menyebabkan kelelahan
kronis dengan gejala-gejalanya adalah: (1) terjadinya penurunan kestabilan fisik,
(2) kebugaran berkurang, (3) gerakan lamban, (4) malas bekerja, dan (5) adanya
rasa sakit yang semakin meningkat. Disamping itu kelelahan juga menyebabkan
gangguan psikosomatik yaitu: (1) sakit kepala, (2) pusing, (3) mengantuk, (4)
jantung berdebar, (5) keluarnya keringat dingin, (6) nafsu makan berkurang atau
hilang, dan (7) adanya gangguan pencernaan (Kroemer dan Grandjean, 2000 dan
Pheasant, 1991). Terkait dengan fakta tersebut tampaknya dalam proses
pembelajaran, berisiko memunculkan kelelahan secara dini. Kondisi tersebut akan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
66
semakin parah jika pada aktivitas pembelajaran disertai dengan kondisi
lingkungan yang tidak sehat, tidak aman dan tidak nyaman. Konsekuensinya
kelelahan akan lebih cepat muncul.
Hasil uji paired-sample t test kelelahan sebelum pembelajaran antara
perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) dan perlakuan pada tahap 2 (dengan
peregangan) menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut tidak berbeda
bermakna dengan nilai p>0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik
dilihat dari faktor kelelahan sebelum proses pembelajaran adalah sama.
Hasil uji beda terhadap rerata skor kelelahan setelah proses pembelajaran
menunjukkan bahwa kedua perlakuan pada tahap 1 dan tahap 2 tersebut berbeda
bermakna dengan nilai p<0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik
dilihat dari faktor kelelahan setelah proses pembelajaran adalah berbeda. Hal ini
terlihat dari perbedaan rerata skor kelelahan pada perlakuan pada tahap1 (tanpa
peregangan) yaitu 41,50 dan perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan) yaitu
19,47. Terjadi penurunan kelelahan pada perlakuan 2 sebesar 80,94%.
Terjadinya peningkatan kelelahan dalam pembelajaran ini karena tubuh
peserta didik melakukan posisi statis terus menerus. Dengan kondisi tersebut,
maka tubuh akan mengeluarkan energi yang lebih banyak karena harus
mempertahankan posisi tersebut selama proses pembelajaran. Sedangkan pada
proses pembelajaran yang menyisipkan peregangan otot (perlakuan pada tahap 2),
peserta didik lebih merasa nyaman dan menjadi lebih rileks karena kondisi tubuh
tidak lagi melakukan posisi statis secara terus menerus, sehingga energi yang
dikeluarkan menjadi lebih sedikit. Ini berarti pembelajaran dengan menyisipkan
peregangan mampu mengurangi kelelahan peserta didik secara bermakna (p<0,05)
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
67
dan konsekuensinya terjadi peningkatan ketelitian, kecepatan, dan kekonstanan
peserta didik.
Temuan ini juga didukung oleh Sutajaya (2006) yang menyatakan bahwa
pembelajaran sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipatori (SHIP) yang
menerapkan prinsip ergonomi menurunkan kelelahan mahasiswa dalam proses
perkuliahan. Dengan adanya peregangan di sela pembelajaran maka tingkat
kelelahan dalam pembelajaran dapat diturunkan.
6.4 Keluhan Muskuloskeletal Peserta Didik
Proses pembelajaran yang dilakukan di ruangan kelas, umumnya
didominasi oleh otot statis karena siswa saat mendengar, mencatat, melihat
informasi di papan tulis, dan mengemukakan pendapat tetap berada di tempat
duduknya. Keadaan seperti ini menyertai pebelajar selama 2 jam pelajaran, yang
dapat mengakibatkan kekuatan otot berkurang, bertambah panjangnya waktu laten
kontraksi dan waktu melemas, kurangnya koordinasi serta otot menjadi bergetar
sehingga timbul keluhan dan kelelahan (Suma’mur, 2009).
Keluhan muskuloskeletal dihitung berdasarkan selisih skor keluhan dari
pengisian kuesioner Nordic Body Map sebelum dan sesudah perlakuan
berdasarkan empat skala likert. Pada penelitian ini pembelajaran pada perlakuan
tahap 1 didominasi oleh aktivitas dengan sikap kerja yang tidak alamiah dan statis.
Melalui pembelajaran yang diselingi dengan peregangan berhasil diatasi sikap
kerja yang tidak alamiah menjadi alamiah karena pembelajaran tersebut
didomonasi oleh aktivitas yang dinamis serta peregangan otot yang dilakukan
bertujuan untuk mengurangi munculnya keluhan muskuloskeletal. Hasil uji
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
68
paired-sample t test sebelum perlakuan antara perlakuan pada tahap 1 dan
perlakuan pada tahap 2 menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut tidak
berbeda bermakna dengan nilai p>0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta
didik dilihat dari faktor keluhan muskuloskeletal sebelum proses pembelajaran
adalah sama. Hasil uji beda terhadap rerata skor keluhan muskuloskeletal setelah
proses pembelajaran menunjukkan bahwa kedua perlakuan pada tahap 1 dan tahap
2 tersebut berbeda bermakna dengan nilai p<0,05. Ini membuktikan bahwa
kondisi peserta didik dilihat dari faktor keluhan muskuloskeletal setelah proses
pembelajaran adalah berbeda. Hal ini terlihat dari rerata peningkatan skor keluhan
muskuloskeletal perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) yaitu 39,25 dan pada
perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan) yaitu 14,02. Tingginya keluhan
muskuloskeletal pada perlakuan 1 disebabkan karena tidak adanya kesempatan
bagi otot untuk beristirahat yang cukup sehingga otot terus mengalami kontraksi
yang menyebabkan daya dan kekuatan kontraksinya melemah, serta terjadi
penumpukan sisa-sisa metabolisme seperti asam laktat. Hal ini mengakibatkan
darah di antara serat-serat otot atau di luat pembuluh-pembuluh ototnya terjepit,
sehingga peredaran darah juga pembentukan energi terganggu (Suma’mur, 2009).
Kadar asam laktat yang tinggi juga menggambarkan ketidakmampuan sistem
energi aerobik, sehingga suplai energi bergeser ke sistem anaerobik. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan produksi asam laktat dalam jaringan dan menurunkan
asam laktat dalam hati karena terhambatnya glikolisis (Citrawathi.dkk, 2001).
Keluhan muskuloskeletal masih merupakan masalah utama dari penyakit
akibat kerja (Bao, 2000 dan Hales dkk., 1996). Masalah tersebut menimbulkan
angka ketidakhadiran kerja tertinggi dan sebagai penyebab turunnya produktivitas
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6
69
karena mengganggu kesehatan tenaga kerja dan menimbulkan dampak negatif
dalam bidang sosio ekonomi (Vanwonterghem, 1996 dan Evelyn, 1996)
Dengan adanya peregangan menyebabkan keluhan muskuloskeletal
menurun yaitu 64,28%. Penurunan ini disebabkan karena pada saat diberikan
peregangan, otot dapat pulih kembali dan dapat membangun zat-zat yang
diperlukan bagi otot, dalam hal ini adalah pendaur-ulangan asam laktat sisa
metabolisme otot untuk diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air, dan glikogen
serta protein yang akan dimanfaatkan kembali. Nala (1998) menyatakan bahwa
proses pemulihan berusaha untuk mngembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula.
Disini diupayakan agar darah yang terkumpul di otot skeletal secepatnya bisa
ditarik ke peredaran sentral. Selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah
dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam
otot dan darah. Asam laktat ini merupakan limbah hasil metabolisme sel otot
sebagian besar (65%) akan didaur ulang dengan cara oksidasi (sistem aerobik)
menjadi karbondioksida dan air. Sisanya diubah menjadi glikogen hati dan darah
(20%) serta protein (15%) dimanfaatkan kembali untuk menjadi energi. Itu bisa
terjadi melalui proses pemulihan, yang salah satunya adalah dengan cara
melakukan berbagai gerakan aktif yang ringan seperti jalan atau menggerak-
gerakkan tubuh serta anggota tubuh atas dan bawah (lengan dan tungkai) secara
ringan setelah melakukan aktivitas fisik. Pada peregangan di sela pembelajaran
akan memberikankan peluang kepada peserta didik untuk melakukan aktif dan
diharapkan dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal.
Temuan ini juga didukung oleh Sutajaya (2006) yang menyatakan bahwa
pembelajaran sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipatori (SHIP) yang
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
70
menerapkan prinsip ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa
dalam proses perkuliahan. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian secara serius
terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kondisi pembelajaran yang tidak
ergonomik dilihat dari keluhan muskuloskeletal yang ditimbulkan.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
71
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
1.1 Simpulan
Bertolak dari pembahasan di atas yang dikaji berdasarkan literatur yang
mendukung dan temuan di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan kebosanan secara
bermakna pada peserta didik kelas X SMK Pariwisata Triatma Jaya
sebesar 18,54%.
2. Peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan kelelahan secara
bermakna pada peserta didik kelas X SMK Pariwisata Triatma Jaya
sebesar 80,94%
3. Peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan keluhan
muskuloskeletal secara bermakna pada peserta didik kelas X SMK
Pariwisata Triatma Jaya sebesar 64,28%.
1.2 Saran
Berdasarkan temuan pada penelitian inidapat disarankan sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan menyisipkan peregangan otot sebaiknya mulai
diterapkan karena sudah terbukti mampu menurunkan kebosanan,
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal peserta didik.
2. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan pemahaman sosialisasi dan
latihan peregangan otot kepada seluruh pengajar, sehingga setiap pengajar
diharapkan memberikan kegiatan peregangan otot di sela pembelajaran.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
72
DAFTAR PUSTAKA
Allers V. 1989. ”Workplace Preventive Program Cut Cost of Illness and Injuries” Journal Occupational Health and Safety. Oktober.
Amstrong, R. 1992. Lighting at Work. Occupational Health & Safety Authority.
Melbourne, Australia:.
Anastasi, A. 1989. Field of Applied Psychology (terjemahan). Jakarta: CV.
Rajawali.
Anonim, 1991. Informasi Tes. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Anonim, 1995. Survey Kelainan Gizi di Daerah Tingkat II. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi Masyarakat Depkes RI.
Anonim, 2011. Gerakan Peregangan (Strecthing). Tersedia di
http://vharsa.wordpress.com/2010/01/.../gerakan-peregangan-stretchin...-
tembolok. [access tanggal 20 Juli 2011]
Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:
Rineka Cipta
Bakta I.M. 1997. Rancangan Penelitian. Denpasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Bao, S., Winkel, J., Shahnavaz, H. 2000. Prevalence of Musculoskeletal Disorder
at Work Places in the People’s Republic of China. Int. J. Occup. Saf. Ergon.;
6(4): 557-574.
Bernard, T.E. 1996. Occupational Heat Stress. Edited by Bhatacharya, A &
MCGlothlin, J.D. Occupational Ergonomics Theory and Applications. NewYork: Marcel Dekker Inc.
Berry, L.M. 1998. Psychology at Work . 2nd ed. Boston: McGraw-Hill.
Boucsein, W. 2003. Ergonomics and The Workplace. Proc, National Acad. Sci
USA.
Brennan F.B & Chanetski C.J. 2000. Stress and Immune System Function in A
Newspaper’s newsroom. Psychological Reports. 218-222.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
73
Bullock, M. 1991. Ergonomics: The Physiotherapist in The Workplace, Churchill
Livingstone. www. Smartcarept.com/abstracts.html. [Access: 20 April 2003].
Connely, D.M. (2008). Functional Approach Research. In Taylor, A.W &
Johnson, M.J (eds). Physiology of Exercise and Healthy Aging, USA: HumanKinetic. P.122
Carrasco, C. 1996. ”Reduction of Back load and Strain in the Workplace”. Dalam
Research Report 1994-1995. Australian Goverment Publishing Service,
Canberra, Australia, 18-20.
Chavalitsakulchai, P & Shahnavaz, H. 1993.”Ergonomics Method for Prevention
of The Musculuskeletal Discomfort Among Female Industrial Workers:
Physical Characteristics and Work Factors”. Journal of Human Ergology 22 ;
95-113.
Chew, D.C.E. 1991. Productivity, Safety and Health. ILO, Geneva,p:1796.
Citrawati, Desak Made., Sutajaya, IM., dan Maharta, IK, 2001. Anatomi dan
Fisiologi Manusia. Jakarta: Bhatara Niaga Media.
Corwin, E.J. 2001. Handbook of Pathophysiology (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Cox, T & Griffiths, A. 1996. Assesment of Psychosocial Hazard at Work. In
Schabracq, M.J:Winnubst, J.A.M: Cooper, A.L. Chichester(eds). Handbook
of Work and Health Psychology. John Wiley & Sons.
Dekker, K. 1996. The Human Aspect of Shift Work. In Bharattacharya, A &
McGlothlin, J.D. Occupational Ergonomics Theory and Applications. New
York: Marcel Dekker Inc.
Dul, J & Weerdmeester, B.A. 1993. Ergonomics for Beginners; A Quick
Reference Guide. London; Taylor and Francis; 9-12
Evelyn, G.L.T. 1996. Ergonomic Task Analysis in Electronics Industries: Some
Case Studies. J. Human Ergol., 25 (1,6): 49-62.
Ganong, W.F. 2001. Review of Physiology. 20th Edition. New York: Lange
Medical Books/Mc Graw-Hill Medical ublishing Division.
Guyton, A.C and Hall, J.E. 2000. Fisiologi Kedokteran. Pennsylvania:W.B.
Saunders Company.
Green, N. 2002. Work Related Musculoskeletal Disorder and Breaks. Journal of
Industrial Medicine vol 29 Agustus 2002: 679-688
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
74
Hales, T.R., Bernard, B.P. 1996. Epidemiology of Work-Related Musculoskeletal
Disorder. Orthop. Clin. North Am., Oct. 1996; 27(4): 679-709.
Handsford, P.1988. Blood Flow Changes at The Wrist in Manual Workers After
Preventive Intervention. Journal Hand Surgery. 503-508 www.Smartcarept.com/abstracts, html.
Hart, G. 1998. Stand on Sitting: What Science has to Say About Seating Options.
In Scott, P.A dan Bridger, R.S. Global Ergonomics. Amsterdam: Elsevier:362
Hodges, D.S. 1999.”Neuromusical Research: A Review of The Literature”. Dalam
Hodges D.A. Handbook of Music Psychology. 2nd ed. San Antonio: IMR
Press
Karlsson, S & Johansson, B.O. 1998. Reorganization of Assembly Work
Increased Productivity and Reduce Workload. In Scott, P.A; Bridger,R.S.;Chartevis,J. Global Ergonomics. Amsterdam:Elsevier, 491
Kartono, M. 1998. Disfungsi Erketile, Sebuah Pendekatan Baru. Majalah Medika
No. 11, tahun 24, November.
Kroemer K.H.E; Kroemer,H.B; Kroemer, K.E. 1994. Ergonomics How to Design
for Ease & Efficiency. New Jersey: Prentice Hall International, Inc, 121-649
Kroemer, K.H.E & Grandjean, E. 2000. Fittiing the task to the Human. A
Textbook of Occupational Ergonomics. Fifth edition. Taylor and Francis.
Manuaba, A & Vanwonterghem, K. 1996. Improvement of Quality of Life
Determination of Exposure Limits for Physical Strenous Task Under Tropical
Conditions. Final Report: Joint Research Project Indonesia-Belgian
Denpasar: Departement of physiology. Udayana University
Manuaba , A. 1998a. Pengaturan suhu tubuh dan ”Water Intake”. Bunga Rampai
Vol. II . Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas
Udayana.
Munandar, A.S. 1988. Psikologi Industri. Materi Pokok Universitas Terbuka.Jakarta: Penerbit Karunika
Nagourney, E. Nytimes.com..2001. Prevention: Benefits of Being Ergonomically.
www.heartspace.org/writing/essays/2001/boredom.html. [Access: 12 Maret
2002].
Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program
Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
75
National Institute Occupational Health and Safety (NIOSH). 2002.
Musculoskeletal Disorder and Workplace Factors.
http://www.cdc.gov/NIOSH/homepage.html. [Access:21 Juli 2003]
Nurmianto, E. 1998. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: GunaWidya, 69,264
Olszewski, J. 1998. Ergonomics for Work System Creating. In Scott, P.A;
Bridger, R.S.; Chartevis, J. Global Ergonomics. Amsterdam: Elsevier, 451.
Osipow, A.H & Spokane, A.R. 1987. Occupational Stress Inventory. Florida:
Psycological Assessment Resources, Inc.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics Work and Health. London: MacMillan Press.
Porter, D.B & Hernacki, M. 1992. An Quantum Learning Leasing the Genius inYou. New York: Dell Publishing.
Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice
Hall, Englewood Cliffs, 95-218.
Rahayu, E.S & Nuryata, I.M. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita.
Sanders, M.S & McCormick. 1987. Human Factor in Engineering and Design.
New York: McGraw-Hill Book Company.
Schabracq, M.J & Winnubst, J.A.M 1998.Mid-Career Problems. In Schabracq,
M.J; Winnubst, J.A.M; Cooper, C.L. Handbook of Work and Health
Psychology. Chichester: John Willey & Sons.
Sedarmayanti, 1996. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan Aspek
Ergonomi atau Kaitan antara Manusia dengan Lingkungan Kerja, Bandung:
CV. Mandar Maju.
Serigig, I.N. 2001.”Peningkatan Waktu Istirahat Pendek Setiap Setengah Jam
Kerja Mengurangi Keluhan Pada Sistem Muskeloskeletal, Nadi Kerja serta
Meningkatkan Produktivitas Pemasang Ubin” (Tesis). Denpasar. UniversitasUdayana
Sugiyono & Wibowo, E. 2001. Statitiska Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suma’mur, P.K. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Sagung Seto.
Sutajaya, IM. 2006. Pembelajaran Melalui Pendekatan Sistemik Holistik
Interdisipliner dan Partisipatori (SHIP) Mengurangi Kelelahan Keluhan
Muskuloskeletal dan Kebosanan serta Meningkatkan Luaran Proses Belajar
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
76
Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja. ( Disertasi). Denpasar: Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Tjandra, I.A.M. 1988. Dasar-dasar Osteologi dan Miologi. Materi Kuliah pada
Fakultas Biologi IKIP Singaraja.
Veitch, R & Arkelin, D. 1995. Enviromental Psychology: An Interdiciplinary
Perspective. New Jersey: Prentice Hall-Inc.
Vonwonterghem, K.1996. Work Related Muskuluskeletal Problems: Some
Ergonomics Considerations. J.Human Ergol .,25 91,6): 5-13.
Wilson, J.R & Corlett, E.N. 1992. Evaluation of Human Work . London: Taylor &
Francis.
Wirawan, S. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Grasindo
Wulanyani. N.M.S; Widjasena, B; Wijaya, R. 2003. Effect of Music on Testing
Performance. Proceeding of the 7th Southeast Asian ergonomics Society and
4th Malaysian Ergonomics Conference, Kuching, Sarawak, Malaysia: May
19-22, 2003
Woodson. W.e. 1986. Human Factors Design Handbook . USA: McGraw-Hill
Book Company.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
77
Lampiran 1. Kuesioner Kebosanan
KUESIONER KEBOSANAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan kondisi
saudara saat ini.STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
SS : Sangat Setuju SS : Sangat Setuju
AS : Agak Setuju
NO PERTANYAAN JAWABAN
STS TS AS S SS
1 Saya menyukai materi yang sedang dibahas
2 Saya menyukai cara penyampaian materi
3 Saya menyukai penampilan pengajar
4 Saya selalu penuh semangat saat belajar
5 Saya merasa ketinggalan informasi jika tidak hadir
6 Pada saat belajar belajar saya merasa ingin cepat-cepat
keluar dari ruang kelas
7 Proses pembelajaran saya rasakan sangat lamban
8 Saya merasa waktu berlalu dengan cepat saat belajar
9 Saya merasa kurang termotivasi untuk mengikuti
pelajaran
10 Saya merasa kesulitan menerima pelajaran
11 Saya merasa malas mencatat materi pelajaran
12 Saya merasa malas mendengarkan pelajaran
13 Saya merasa enggan untuk bertanya14 Saya merasa enggan untuk menjawab
15 Saya selalu merasa gelisah
16 Saya sering menguap
17 Saya sering menggeser-geser pantat
18 Saya sering menoleh ke kiri dan ke kanan
19 Saya merasa kurang konsentrasi
20 Saya sulit menahan rasa kantuk
21 Saya sering melamun
22 Saya sering terkejut jika ditanya
23 Saya lebih suka ngobrol daripada belajar24 Saya merasa materi yang disampaikan bias diserap
dengan baik
25 Saya merasa metode pembelajaran bersifat monoton
26 Saya mengalami kesulitan saat ingin mencatat materi
yang disampaikan
(Sumber: Anoraga, 1998 (modifikasi))
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
78
Lampiran 2.KUESIONER KELELAHAN SECARA UMUM DENGAN 30 ITEM
PERNYATAAN
N a m a : ________________________________
Sampaikan perasaan saudara terhadap pertanyaan di bawah ini, dengan mengisi kolom di
sebelah kanannya. Pilihlah :
A : tidak sama sekali C : ya merasa
B : agak merasa D : sangat merasa
No PERTANYAAN A B C D
1 Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ?
2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan ?
3 Apakah kaki saudara terasa berat ?
4 Apakah saudara menguap ?
5 Apakah pikiran saudara terasa kacau ?
6 Apakah saudara merasa mengantuk ?
7 Apakah saudara merasakan ada beban di mata ?
8 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam bergerak ?
9 Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri ?
10 Apakah ada perasaan ingin berbaring ?
11 Apakah saudara merasa susah berpikir ?
12 Apakah saudara merasa lelah untuk bicara ?
13 Apakah perasaan saudara menjadi gugup ?
14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi ?
15 Apakah saudara tidak dpt memusatkan perhatian thd sesuatu ?
16 Apakah saudara punya kecendrungan untuk lupa ?
17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri ?
18 Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu ?
19 Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap ?
20 Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan ?
21 Apakah saudara merasa sakit kepala ?
22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu ?
23 Apakah saudara merasakan nyeri di punggung ?
24 Apakah nafas saudara terasa tertekan ?
25 Apakah saudara merasa haus ?
26 Apakah suara saudara terasa serak ?
27 Apakah saudara merasa pening ?
28 Apakah kelopak mata saudara terasa kejang ?
29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor) ?
30 Apakah saudara merasa kurang sehat ?
(Sumber: Sutjana, 2000)
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7
79
Lampiran 3. Kuesioner Keluhan Muskuloskeletal
KUESIONER NORDIC BODY MAP
PETUNJUK : berilah tanda silang ( X ) pada kolom yang tersedia SESUAIDENGAN keluhan sakit / kaku pada otot yang Saudara rasakan.
N a m a :
Hari / Tanggal :
(Sumber, Sutjana, 2000)
KETERANGAN :
A : Tidak sakit (dapat melaksanakan pekerjaan tanpa keluhan)
B : Agak sakit (dapat bekerja meskipun kadang-kadang merasa sakit)
C : Sakit (tetap dapat bekerja meskipun tidak sepenuhnya)
D : Sangat sakit (merasa sakit dan tidak dapat melaksanakan pekerjaan)
NO JENIS KELUHAN
TINGKAT
KELUHAN
A B C D
0 Sakit/kaku pada leher bagian atas
1 Sakit/kaku pada leher bagian bawah
2 Sakit pada bahu kiri
3 Sakit pada bahu kanan4 Sakit pada lengan atas kiri
5 Sakit pada punggung
6 Sakit pada lengan atas kanan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada bokong
9 Sakit pada pantat
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 80
80
Lampiran 4. Surat Persetujuan
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
1. Nama : .....................................................................
2. Umur/Tanggal Lahir : .....................................................................
3. Jenis kelamin : Pria/Wanita
4. Kelas : .....................................................................
Dengan ini menyatakan sepenuhnya menyadari manfaat dan resiko penelitian
yang berjudul ” Peregangan otot di sela pembelajaran mengurangi kebosanan,
kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta didik kelas X SMK
Pariwisata Triatma Jaya Badung ” oleh karena itu dengan sukarela saya
menyetujui untuk diikutsertakan sebagai subjek penelitian dengan catatan apabila
suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari
persetujuan ini.
Mengetahui Denpasar, ...............................
Peneliti, Hormat saya,
Ni Ketut Dewi Irwanti ...............................................
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 81
81
Lampiran 5
Uji Normalitas Data Lingkungan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
suhu basah perlakuan1 .241 5 .200*
.821 5 .119
suhu basah perlakuan2 .300 5 .161 .833 5 .146
suhu kering perlakuan1 .241 5 .200*
.821 5 .119
suhu kering perlakuan2 .265 5 .200*
.836 5 .154
kelembaban relatif
perlakuan1
.310 5 .131 .808 5 .094
kelembaban relatif
perlakuan2.296 5 .174 .898 5 .400
intensitas kebisingan
perlakuan1.288 5 .200
*.896 5 .390
intensitas kebisingan
perlakuan 2.213 5 .200
*.919 5 .520
intensitas penerangan
perlakuan 1.200 5 .200
*.934 5 .622
intensitas penerangan
perlakuan 2.218 5 .200
*.969 5 .872
kecepatan angin perlakuan 1 .237 5 .200*
.961 5 .814
kecepatan angin perlakuan 2 .349 5 .056 .771 5 .046
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 82
82
Lampiran 6
Uji Beda terhadap Kondisi Lingkungan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 suhu basah perlakuan1 25.5000 5 .50000 .22361
suhu basah perlakuan2 26.5000 5 .61237 .27386
Pair 2 suhu kering perlakuan1 28.0000 5 .50000 .22361
suhu kering perlakuan2 29.0000 5 1.17260 .52440
Pair 3 kelembaban relatif
perlakuan181.6000 5 6.14817 2.74955
kelembaban relatif
perlakuan280.8000 5 5.44977 2.43721
Pair 4 intensitas kebisingan
perlakuan173.1000 5 2.24277 1.00300
intensitas kebisingan
perlakuan 276.2600 5 1.09681 .49051
Pair 5 intensitas penerangan
perlakuan 16.2000E2 5 243.71807 108.99404
intensitas peneranganperlakuan 2
6.2920E2 5 145.63207 65.12864
Pair 6 kecepatan angin perlakuan 1 .1400 5 .11402 .05099
kecepatan angin perlakuan 2 .2600 5 .08944 .04000
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 83
83
N Correlation Sig.
Pair 1 suhu basah perlakuan1 &
suhu basah perlakuan25 .408 .495
Pair 2 suhu kering perlakuan1 &
suhu kering perlakuan25 .000 1.000
Pair 3 kelembaban relatif
perlakuan1 & kelembaban
relatif perlakuan2
5 .057 .928
Pair 4 intensitas kebisingan
perlakuan1 & intensitas
kebisingan perlakuan 2
5 -.618 .267
Pair 5 intensitas peneranganperlakuan 1 & intensitas
penerangan perlakuan 2
5 .550 .337
Pair 6 kecepatan angin perlakuan 1
& kecepatan angin perlakuan
2
5 -.539 .348
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 84
84
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
suhu basah
perlakuan1 -
suhu basah
perlakuan2
-
1.00000.61237 .27386 -1.76036 -.23964
-
3.6514 .220
Pair
2
suhu kering
perlakuan1 -
suhu kering
perlakuan2
-
1.000001.27475 .57009 -2.58282 .58282
-
1.7544 .154
Pair
3
kelembaban
relatif
perlakuan1 -
kelembaban
relatif
perlakuan2
.80000 7.98123 3.56931 -9.11000 10.71000 .224 4 .834
Pair
4
intensitas
kebisingan
perlakuan1 -
intensitas
kebisingan
perlakuan 2
-
3.160003.04516 1.36184 -6.94107 .62107
-
2.3204 .081
Pair
5
intensitas
penerangan
perlakuan 1 -
intensitas
penerangan
perlakuan 2
-
9.20000203.84234 91.16107
-
262.30370243.90370 -.101 4 .924
Pair
6
kecepatan angin
perlakuan 1 -
kecepatan angin
perlakuan 2
-.12000 .17889 .08000 -.34212 .10212-
1.5004 .208
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 85
85
Lampiran 7
Uji Normalitas Data Kebosanan
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kebosananpre tanpa perlakuan .094 40 .200*
.956 40 .124
dengan perlakuan .109 40 .200*
.951 40 .082
kebosananpost tanpa perlakuan .088 40 .200*
.977 40 .586
dengan perlakuan .076 40 .200*
.978 40 .631
bedakebosanan tanpa perlakuan .127 40 .106 .971 40 .397
dengan perlakuan .065 40 .200* .988 40 .942
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 8
Uji Independent Samples Test untuk efek sisa kebosanan
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kebosananpre Equal
variances
assumed
.001 .971-
.12878 .898 -.17500 1.36480
-
2.892112.54211
Equal
variances
not
assumed
-
.12877.998 .898 -.17500 1.36480
-
2.892112.54211
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 86
86
Lampiran 9
Uji Beda terhadap Kebosanan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Kebosanan sebelum
perlakuan38.0000 40 6.08908 .96277
Kebosanan sebelum
perlakuan 238.1750 40 6.11802 .96734
Pair 2 Kebosanan setelah
perlakuan 172.9500 40 10.12727 1.60126
Kebosanan setelah
perlakuan 266.6500 40 8.73998 1.38191
Pair 3 Beda kebosanan perlakuan
134.9500 40 12.17174 1.92452
Beda kebosanan perlakuan
228.4750 40 10.23315 1.61800
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Kebosanan sebelum
perlakuan & Kebosanan
sebelum perlakuan 2
40 .996 .000
Pair 2 Kebosanan setelah
perlakuan 1 & Kebosanan
setelah perlakuan 2
40 .112 .490
Pair 3 Beda kebosanan perlakuan
1 & Beda kebosanan
perlakuan 2
40 .370 .019
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 87
87
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Kebosanan
sebelum
perlakuan -
Kebosanan
sebelum
perlakuan 2
-.17500 .54948 .08688 -.35073 .00073 -2.014 39 .051
Pair
2
Kebosanan
setelah
perlakuan 1 -
Kebosanan
setelah
perlakuan 2
6.30000 12.61094 1.99397 2.26682 10.33318 3.160 39 .003
Pair
3
Beda kebosanan
perlakuan 1 -
Beda kebosanan
perlakuan 2
6.47500 12.67339 2.00384 2.42185 10.52815 3.231 39 .003
Lampiran 10.
Uji Normalitas Data Kelelahan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelelahanpreseb1 .175 40 .200 .883 40 .001
Kelelahanpreseb2 .182 40 .200 .870 40 .000
Kelelahansed1 .124 40 .123 .972 40 .425
kelelahansed2 .122 40 .136 .953 40 .095
Bedaperlakuan1 .127 40 .104 .962 40 .201
Bedaperlakuan2 .125 40 .115 .962 40 .196
a. Lilliefors Significance Correction
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 88
88
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelelahanpreseb1 40 30.00 35.00 32.2250 1.81853
Kelelahanpreseb2 40 30.00 35.00 32.2250 1.84651
Kelelahansed1 40 64.00 81.00 73.7250 3.82292
kelelahansed2 40 45.00 64.00 51.7000 4.29191
Bedaperlakuan1 40 33.00 48.00 41.5000 3.84308
Bedaperlakuan2 40 11.00 31.00 19.4750 4.63536
Valid N (listwise) 40
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Kelelahan sebelum
perlakuan 132.2250 40 1.81853 .28753
Kelelahan sebelum
perlakuan 232.2250 40 1.84651 .29196
Pair 2 Kelelahan sesudah
perlakuan 173.7250 40 3.82292 .60446
Kelelahan sesudah
perlakuan 251.7000 40 4.29191 .67861
Pair 3 Beda kelelahan perlakuan 1 41.5000 40 3.84308 .60764
Beda kelelahan perlakuan 2 19.4750 40 4.63536 .73291
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 89
89
Lampiran 11
Uji Independent Samples Test untuk efek sisa kelelahan
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
kelelahanpre Equal
variances
assumed
.014 .905 .000 78 1.000 .00000 .40978-
.81580.81580
Equal
variances
not assumed
.000 77.982 1.000 .00000 .40978-
.81581.81581
Lampiran 12
Uji Beda terhadap Kelelahan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Kelelahan sebelum perlakuan 1 &
Kelelahan sebelum perlakuan 240 .664 .000
Pair 2 Kelelahan sesudah perlakuan 1 &
Kelelahan sesudah perlakuan 2
40 .287 .027
Pair 3 Beda kelelahan perlakuan 1 & Beda
kelelahan perlakuan 240 .356 .024
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
90
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.Error
Mean
95% Confidence
Interval of theDifference
Lower Upper
Pair
1
Kelelahan sebelum
perlakuan 1 -
Kelelahan sebelum
perlakuan 2
.00000 1.50214 .23751 -.48041 .48041 .000 39 1.000
Pair
2
Kelelahan sesudah
perlakuan 1 -
Kelelahan sesudah
perlakuan 2
2.20250E1 4.85950 .76835 20.47086 23.57914 28.665 39 .000
Pair
3
Beda kelelahan
perlakuan 1 - Beda
kelelahan
perlakuan 2
2.20250E1 4.85422 .76752 20.47254 23.57746 28.696 39 .000
Lampiran 13
Uji Normalitas Data Keluhan Muskuloskeletal
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Keluhan sebelum
perlakuan 1.185 40 .200* .909 40 .004
Keluhan sebelum
perlakuan 2.146 40 .200* .950 40 .074
Keluhan sesudah
perlakuan 1 .180 40 .200* .911 40 .004
Keluhan sesudah
perlakuan 2.192 40 .200* .874 40 .000
Perbedaan keluhan
perlakuan 1.113 40 .200* .952 40 .086
bedakeluhan2 .102 40 .200* .965 40 .241
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
91
Lampiran 14
Uji Independent Samples Test untuk efek sisa keluhan muskuloskeletal
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
keluhanpre Equal
variances
assumed
.011 .916-
1.14778 .255 -.65000 .56690
-
1.77862.47862
Equal
variances
not assumed
-
1.14777.993 .255 -.65000 .56690
-
1.77862.47862
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
92
Lampiran 15
Uji Beda terhadap Keluhan Muskuloskeletal
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Keluhan sebelum
perlakuan 131.2250 40 2.54687 .40270
Keluhan sebelum
perlakuan 231.8750 40 2.52361 .39902
Pair 2 Keluhan sesudah
perlakuan 170.4750 40 4.67392 .73901
Keluhan sesudah
perlakuan 2 45.9000 40 5.21241 .82415
Pair 3 Perbedaan
keluhan
perlakuan 1
39.2500 40 5.63301 .89066
bedakeluhan2 14.0250 40 4.99994 .79056
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Keluhan sebelum perlakuan
1 & Keluhan sebelum
perlakuan 2
40 .360 .023
Pair 2 Keluhan sesudah perlakuan
1 & Keluhan sesudah
perlakuan 2
40 .631 .000
Pair 3 Perbedaan keluhan
perlakuan 1 & bedakeluhan240 .480 .002
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
93
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Keluhan sebelum
perlakuan 1 -
Keluhan sebelum
perlakuan 2
-.65000 2.86938 .45369 -1.56767 .26767 -1.433 39 .160
Pair
2
Keluhan sesudah
perlakuan 1 -
Keluhan sesudah
perlakuan 2
2.45750E1 4.27208 .67547 23.20872 25.94128 36.382 39 .000
Pair
3
Perbedaan
keluhan perlakuan
1 - bedakeluhan2
2.52250E1 5.44665 .86119 23.48308 26.96692 29.291 39 .000
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
94
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
Gambar 16.1 Gambar 16.2
Pengukuran data subjek Pengukuran mikroklimat
(Pengukuran TB)
Gambar 16.3 Gambar 16.4
Peregangan otot leher pada Peregangan otot leher pada
posisi menoleh ke kanan posisi tangan menarik kepalake arah bahu
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
95
Gambar 16.5 Gambar 16.6
Peregangan otot tangan Peregangan otot tangan
dan lengan dengan posisi dan lengan pada posisi
menekuk tangan kiri tangan kiri di tekuk di belakang
menyamping ke kanan kepala menggunakan tangan kanan
Gambar 16.7 Gambar 16.8
Peregangan otot tangan dan lengan Peregangan tangan dan lengan
dengan menarik kedua dengan menekuk telapak
tangan ke atas tangan ke atas dan ke bawah
5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9
96
Gambar 16.9 Peregangan otot pinggang Gambar 16.10 Peregangan otot
dan perut dengan mencondongkan pinggang dan perut dengan
badan ke samping memutar badan
Gambar 16.11 Gambar 16.12
Peregangan punggung Peregangan punggung
(tampak depan) (tampak belakang)
dengan meletakkan telapak tangan dengan meletakkan telapak tangan
pada punggung bagian bawah pada punggung bagian bawah