unud-319-1283978446-tesis dewi revisi 28 september 2011

97
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan dan menyediakan  berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa untuk belajar dan memperoleh  pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya t ujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian. Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang  perlu dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang lebih  baik. Pendekatan belajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi kegiatan dan  perolehan hasil belajar peserta didik. Seiring dengan berjalannya kemajua n dalam  bidang pendidikan, proses pembelajaran juga ikut berubah dari pembelajaran tradisional yang berupa penyampaian materi satu arah dari guru ke peserta didik menjadi proses pembelajaran masa kini yang menekankan peserta didik untuk aktif mengembangkan pengetahuan dan terlibat dalam mengelola pengetahuan. Kondisi pembelajaran tradisional, disadari atau tidak menyebabkan peserta didik dalam kondisi harus menerima dan menghafal apa saja yang telah disampaikan oleh guru (Rahayu, 2010). Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, Abraham Maslow menyusun hierarki kebutuhan yaitu need hierarchy theory of motivation yang mengelompokkan kebutuhan dasar manusia dalam lima tingkat yang disusun secara berjenjang, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan

Upload: wisnu-yudho-h

Post on 16-Jul-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan peserta

didik. Dalam proses pembelajaran, guru memberikan bimbingan dan menyediakan

berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa untuk belajar dan memperoleh

pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran

ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian.

Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang

perlu dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh hasil belajar yang lebih

baik. Pendekatan belajar yang digunakan oleh guru mempengaruhi kegiatan dan

perolehan hasil belajar peserta didik. Seiring dengan berjalannya kemajuan dalam

bidang pendidikan, proses pembelajaran juga ikut berubah dari pembelajaran

tradisional yang berupa penyampaian materi satu arah dari guru ke peserta didik 

menjadi proses pembelajaran masa kini yang menekankan peserta didik untuk 

aktif mengembangkan pengetahuan dan terlibat dalam mengelola pengetahuan.

Kondisi pembelajaran tradisional, disadari atau tidak menyebabkan peserta didik 

dalam kondisi harus menerima dan menghafal apa saja yang telah disampaikan

oleh guru (Rahayu, 2010).

Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa, Abraham Maslow menyusun

hierarki kebutuhan yaitu need hierarchy theory of motivation yang

mengelompokkan kebutuhan dasar manusia dalam lima tingkat yang disusun

secara berjenjang, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

2

terlindung, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan rasa

dihargai serta kebutuhan aktualisasi diri (Rahayu, 2010). Berdasarkan konsep

tersebut maka suasana belajar hendaknya dibangun dalam kondisi yang

menyenangkan dan terbuka, dimana peserta didik diliputi perasaan bebas untuk 

mengeksplorasi kemampuannya sehingga diharapkan daya intuitif dan imajinatif 

dari peserta didik akan terangsang untuk bekerja.

Sering dilupakan bahwa peserta didik sebagai salah satu makhluk sosial

memiliki keterbatasan, kemampuan, dan kebolehan yang mempengaruhi proses

dan hasil belajarnya. Kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan tersebut

seharusnya digunakan sebagai parameter fisiologis terkait dengan kemampuan

kardiovaskular, kemampuan otot, kebutuhan energi (nutrisi) dan faktor psikologis

lainnya seperti bosan, malas, emosi, sulit berkonsentrasi, dan lain-lain (Sutajaya,

2006).

Pada proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik dan mental dapat

menimbulkan kelelahan umum dan keluhan otot. Hal ini dapat disebabkan oleh

waktu yang digunakan pengajar dalam proses pembelajaran melebihi jadwal

pelajaran yang telah ditetapkan, metode pembelajaran yang bersifat monoton,

sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan

antropometri peserta didik serta tidak adanya istirahat berupa istirahat aktif yang

dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Dilihat dari luaran

proses pembelajaran ternyata dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi

ketelitian kecepatan dan konstansi kerja peserta didik yang pada akhirnya kualitas

proses pembelajaran bisa terganggu (Sutajaya, 2006).

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

3

Kelelahan yang biasanya dialami peserta didik dapat berupa adanya

perasaan sakit, berat pada bola mata (mengantuk) pusing, jantung berdebar dan

malas beraktivitas (Kroemer dan Grandjean, 2000; Sedarmayanti 1996).

Kelelahan yang dialami peserta didik ditandai dengan beberapa aktivitas, seperti

(1) menoleh ke kiri dan ke kanan; (2) menggeser-geser pantat; (3) menguap; (4)

mengobrol dengan teman; (5) terkejut saat ditanya dan (6) waktu pembelajaran

dirasakan sangat lambat (Sutajaya, 2006).

Menyimak pendapat tersebut berarti pada proses belajar harus diupayakan

agar tidak berada dalam suasana yang melelahkan. Ini berarti dalam proses

pembelajaran diupayakan agar siswa terbebas dari rasa lelah sehingga informasi

atau materi yang ingin disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik, efektif 

dan efisien oleh peserta didik.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata Triatma Jaya merupakan

sekolah menengah yang mendidik siswa untuk dapat menjadi tenaga pelaksana di

industri pariwisata. Program keahlian yang diajarkan adalah akomodasi

perhotelan, restauran, teknologi informasi dan komunikasi serta tata kecantikan

kulit. Proses pembelajaran berlangsung mulai dari hari Senin sampai hari Sabtu.

Untuk kelas pagi, peserta didik mulai belajar pada pukul 07.30  –  13.10 Wita.

Sedangkan kelas siang dimulai pada pukul 13.15  –  18.55 Wita. Istirahat

dilaksanakan satu kali dengan tenggang waktu cukup lama yaitu 25 menit

berkenaan dengan sarana kantin yang terbatas membuat peserta didik butuh waktu

lebih lama untuk mendapatkan pelayanan.

Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Pariwisata Triatma

Jaya Badung ditemukan bahwa peserta didik mengalami kelelahan dan keluhan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

4

muskuloskeletal beberapa bagian ototnya. Keluhan muskuloskeletal yang dialami

peserta didik bervariasi misalnya mengalami keluhan sakit di bagian bahu,

punggung, pinggang dan bokong. Hal ini terjadi karena selama proses belajar

berlangsung, peserta didik harus duduk statis mendengarkan dan mengamati guru

yang mengajar.

Studi pendahuluan mengenai kelelahan dan keluhan muskuloskeletal

terhadap peserta didik di kelas X jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK), SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung, didapatkan bahwa peserta didik 

mengalami kelelahan sebanyak 44,5% dan keluhan muskuloskeletal di bagian

bahu sebanyak 40,5%, bagian punggung sebanyak 45%, bagian pinggang

sebanyak 62,7% serta bagian bokong sebanyak 47,3%.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebosanan,

kelelahan, keluhan muskeloskeletal adalah dengan melakukan peregangan,

mengatur waktu istirahat serta mengubah hari efektif pembelajaran dari enam hari

menjadi lima hari. Upaya yang paling mungkin dilakukan untuk mengurangi

kebosanan, kelelahan, keluhan muskuloskeletal adalah dengan melakukan

peregangan otot selama kegiatan pembelajaran. Pengaturan jam istirahat dinilai

tidak mungkin berkenaan dengan lokasi gedung serta sarana kantin, demikian pula

dengan pengurangan hari efektif dari enam hari menjadi lima hari dinilai tidak 

memungkinkan karena akan mengakibatkan penambahan waktu belajar setiap hari

dan akan berdampak pulang lebih malam bagi siswa kelas sore.

Peregangan merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot istirahat

(relaksasi) sehingga tidak menjadi tegang. Adanya peregangan ini kelenturan

(fleksibilitas) otot menjadi meningkat, sehingga gerakan tubuh menjadi lebih

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

5

lentur. Fleksibilitas atau kelenturan, yaitu kemampuan sendi untuk bergerak dalam

 jangkauan penuh. Orang yang aktif membutuhkan peregangan untuk melepaskan

diri dari tekanan otot yang kaku. Jika dilakukan dengan benar dan lentur,

peregangan akan terasa sangat menyenangkan (Alter, 2003).

Kurangnya fleksibilitas dapat menyebabkan postur tubuh menjadi kurang

baik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan mekanis pada

pinggul, leher, bahu, dan punggung. Ketidakseimbangan ini menarik bagian tubuh

dari garis lurus, yang menyebabkan tekanan, ketegangan dan yang lebih parah lagi

perubahan tubuh yang kronis. Tekanan pada otot dapat meninbulkan ketegangan

pada ligamen (sendi tulang) dan tendon (urat daging). Afleksibilitas otot melalui

peregangan dapat membantu seseorang terhindar dari tekanan dan otot yang kaku,

mencegah cedera otot, dan juga penting untuk postur tubuh yang sempurna. Selain

mempengaruhi tubuh, peregangan juga mempengaruhi pikiran. Jika dilakukan

dengan perlahan dan fokus, peregangan dapat menjadi alat penghilang stres

(Alter, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut berarti respon fisiologis khususnya yang

berkaitan dengan kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal dari peserta

didik yang mempengaruhi proses pembelajaran perlu diatasi agar dicapai hasil

belajar yang maksimal dan energi yang dikeluarkan betul-betul hanya untuk 

belajar bukan untuk mengatasi kondisi belajar yang melelahkan. Pemberian

peregangan otot di sela-sela proses pembelajaran akan mampu mengembalikan

kesegaran kondisi siswa, sehingga menciptakan suasana kelas yang kembali

rileks, tidak membosankan serta mampu merangsang kreativitas dan kemampuan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

6

berpikir. Proses belajar yang tidak melelahkan ini akan diperoleh hasil belajar

yang maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

1.2.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat

diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut.

1.  Apakah peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan

kebosanan pada peserta didik?

2.  Apakah peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan

kelelahan pada peserta didik?

3.  Apakah peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan

keluhan muskuloskeletal pada peserta didik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1  Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji secara lebih terukur pengaruh

peregangan otot di sela pembelajaran terhadap penurunan kebosanan,

kelelahan, keluhan muskuloskeletal pada peserta didik kelas X Program

Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi SMK Pariwisata Triatma

Jaya Badung.

1.3.2  Tujuan Khusus

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.  Mengetahui penurunan kebosanan di sela pembelajaran pada peserta didik 

setelah dilakukan peregangan otot.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

7

2.  Mengetahui penurunan kelelahan di sela pembelajaran pada peserta didik 

setelah dilakukan peregangan otot.

3.  Mengetahui penurunan keluhan musculoskeletal di sela pembelajaran pada

peserta didik setelah dilakukan peregangan otot.

1.4  Manfaat Penelitian

1.4.1  Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.  Dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi khususnya dalam bidang ergonomi-fisiologi kerja

2.  Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru

serta sumbangan pemikiran dalam perbaikan proses pembelajaran

untuk mengurangi kebosanan, kelelahan dan keluhan

muskuloskeletal.

1.4.2  Manfaat Praktis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.  Diharapkan dapat diterapkan pada semua sekolah agar menerapkan

kaidah-kaidah ergonomi pada proses pembelajaran.

2.  Dimanfaatkan sebagai dasar untuk menyampaikan saran kepada

guru dan pihak sekolah agar mencermati proses pembelajaran di

dalam kelas ditinjau dari kebosanan, kelelahan dan keluhan

muskuloskeletal peserta didik 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 8/

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang

merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sedangkan pelaksanaan

proses belajar mengajar dapat dilakukan sebagai interaksi antara pengajaran

dengan pelajaran dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk 

mencapai tujuan pembelajaran (Rahayu, 2010). Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 serta Peraturan Pemerintah Republik 

Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN)

menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Pusat Data dan

Informasi Pendidikan, 2006). Proses pembelajaran yang dilakukan dalam ruang

kelas, SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung dapat terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Suasana Ruang Kelas Saat Proses Pembelajaran Berlangsung

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

9

2.2 Peregangan

2.2.1  Pengertian peregangan

Peregangan otot  merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot

istirahat (relaksasi). Sehingga dengan adanya peregangan ini kelenturan

(fleksibilitas) menjadi meningkat. Kelenturan (fleksibilitas) adalah kemampuan

untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan.

Kurangnya kelenturan pada tubuh dapat menyebabkan ketidakseimbangan

mekanis pada tubuh. Ketidakfleksibelan pada bahu dan punggung atas dapat

menyebabkan tulang punggung melengkung keluar atau membungkuk dan dapat

mengurangi kapasitas pernapasan. Otot yang rapat pada pinggul, bagian belakang

kaki, dan punggung bawah dapat memutar pinggul ke depan menimbulkan rasa

sakit yang kuat pada punggung bawah, bokong dan tungkai atas. Berdasarkan

uraian tersebut dapat diketahui pentingnya peregangan dalam kegiatan sehari-hari,

terlebih lagi untuk otot-otot yang bekerja statis, seperti pembelajaran yang hanya

duduk sepanjang hari mengikuti belajar mengajar (Alter, 2003).

Manfaat melakukan peregangan sebagai berikut.

a.  Peregangan dapat meningkatkan kebugaran fisik seseorang.

b.  Peregangan dapat meningkatkan mental dan relaksasi fisik.

c.  Peregangan dapat mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot

(kram).

d.  Peregangan dapat mengurangi risiko cedera punggung.

e.  Peregangan dapat mengurangi rasa nyeri otot.

f.  Peregangan dapat mengurangi rasa sakit yang menyiksa pada saat

menstruasi.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

10

g.  Peregangan dapat mengurangi ketegangan otot.

2.2.2  Beberapa metode peregangan

Peregangan berhubungan dengan proses pemanjangan otot (elongation).

Latihan-latihan peregangan dapat dilakukan dalam beberapa cara tergantung pada

tujuan yang ingin dicapai, kemampuan kita, dan keadaan atau kondisi kita.

Menurut Alter (2003) terdapat lima teknik peregangan dasar sebagai berikut.

1.  Teknik peregangan statis

Peregangan statis meliputi teknik peregangan dengan posisi tubuh

bertahan (artinya, melakukan peregangan dengan tubuh tetap pada posisi

semula tanpa berpindah tempat). Dalam teknik tersebut otot diregangkan

pada titik yang paling jauh kemudian bertahan pada posisi meregang.

Manfaat yang paling penting dalam teknik statis adalah bahwa teknik 

tersebut adalah cara yang paling aman dalam melakukan peregangan.

Manfaat lain dari teknik peregangan ini sebagai berikut.

a.  Memerlukan energi yang lebih sedikit.

b.  Memberikan waktu yang cukup untuk mengulang kembali kepekaan

(sensitivity) pada otot.

c.  Dapat menyebabkan relaksasi pada otot.

2.  Teknik peregangan balistik 

Peregangan balistik adalah gerakan-gerakan yang berbentuk ritmis. Teknik 

ini merupakan teknik peregangan yang paling kontroversial, sebab teknik 

ini sering kali menyebabkan rasa sakit dan cedera pada otot.

Kekurangan-kekurangan lain dalam penggunaan teknik ini sebagai berikut.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

11

a.  Teknik ini tidak memberikan cukup waktu bagi jaringan-jaringan otot

untuk menyesuaikan diri pada peregangan yang sedang dilakukan.

b. Diawali dengan meningkatkan tegangan pada otot, hal ini membuat kita

lebih sukar untuk meregangkan jaringan-jaringan penghubung pada

otot.

3.  Teknik peregangan pasif 

Teknik peregangan pasif merupakan suatu teknik peregangan dimana

seseorang dalam keadaan rileks dan tanpa mengadakan kontribusi pada

daerah gerakan. Manfaat yang dapat diperoleh dari peregangan pasif 

tersebut sebagai berikut.

a.  Teknik ini efektif apabila otot antagonis ( yaitu otot yang berperan

dalam gerakan yang terjadi) dalam kondisi yang terlalu lemah untuk 

menerima respon gerakan.

b. Arah, lamanya waktu melakukan peregangan, dan intensitasnya dapat

diukur.

c.  Dapat memajukan kekompakan tim bila mana peregangan tersebut

dilakukan bersama-sama dengan atlet-atlet lainnya.

Kelemahan utama dari peregangan pasif adalah resiko adanya rasa sakit

ataupun mengalami luka (cedera) yang lebih besar, apabila rekan kita

mempergunakan tenaga eksternal secara tidak tepat.

4.  Teknik peregangan aktif 

Peregangan aktif dilakukan dengan menggunakan otot-otot tanpa

mendapat bantuan dari kekuatan eksternal. Kelemahan-kelemahan utama

dari peregangan aktif ini adalah, bahwa peregangan ini menjadi tidak 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

12

efektif dikarenakan adanya gangguan-gangguan tertentu pada tubuh dan

  juga adanya cedera seperti terkilir yang kuat, peradangan atau patah

tulang.

5.  Teknik proprioseptif 

Teknik ini merupakan peregangan yang dapat dipergunakan untuk 

memperbaiki jangkauan gerakan anda. Teknik ini juga berhubungan

dengan teknik yang dikembangkan sebagai model terapi fisik pada

rehabilitasi pasien.

2.2.3  Penggunaan peregangan dalam pembelajaran

Penggunaan peregangan dalam pembelajaran dapat membantu peserta

didik mengurangi ketegangan pada otot-ototnya. Dimana ketegangan otot-otot

tersebut tentunya akan mengakibatkan kelelahan pada peserta didik itu sendiri.

Beberapa bentuk adaptasi dapat diperolah dari aktivitas peregangan yang

dilakukan dan tentunya peregangan tersebut di lakukan dengan teknik yang benar.

Adapun teknik yang digunakan untuk menyelingi proses pembelajaran yang dapat

dilakukan oleh peserta didik adalah teknik peregangan statik.

Beberapa bentuk adaptasi dapat diperoleh dari aktivitas peregangan yang

telah dilakukan. Ketika otot tiba-tiba diregangkan maka pertama-tama akan timbul

stretch reflex (refleks meregang), selanjutnya otot yang kita regangkan akan

berkontraksi. Strech reflex adalah suatu operasi dasar dari sistem saraf yang

membantu menjaga kesehatan otot yang sedang meregang. Otot yang sedang

meregang akan memanjang (menjadi lebih panjang) pada serat – serat otot dan

muscle spindles-nya.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

13

Selama kurun waktu bertambahnya tingkat peregangan, sarung-sarung

(lapisan) facial yang menyelubungi otot-otot akan menyebabkan perubahan

panjang menjadi semipermiabel. Sarung-sarung ini meliputi epymisium,

endomysium, dan  perimysium. Pada akhirnya peregangan yang dalam hal ini

dipergunakan peregangan statik dapat menstimulasi produksi dan penyimpanan

glycoaminoglycans (GAGs). GAGs tersebut bersama-sama dengan air dan asam

hyaluron, melumasi dan menjaga jarak kritis antara serat-serat jaringan

penghubung dalam tubuh (Alter, 2003).

Peregangan dapat diberikan pada saat setelah dua jam pelajaran, selama 5

menit. Karena diperkirakan pada saat itu peserta didik berada pada puncak 

kelelahan dan ketegangan otot akibat dari sikap statis.

2.3 Kebosanan

2.3.1 Pengertian kebosanan

Menurut Anoraga (1998)  kebosanan adalah ungkapan tidak enak dari

perasaan tidak menyenangkan, perasaan lelah yang menguras seluruh minat dan

tenaga. Biasanya kebosanan juga diartikan dengan kondisi kekurangan sesuatu

seperti kedamaian, kepuasan dan perasaan ingin lari dari sesuatu, meskipun

perasaan ini bukan saja disebabkan semata-mata oleh kebosanan. Singkatnya,

kebosanan adalah bentuk lain dari perasaan tersiksa. Kebosanan adalah suatu

pengingat akan adanya keterbatasan dan dapat terjadi pada segala hal. Kebosanan

dapat timbul karena kurangnya perubahan pada sesuatu yang menjadi perhatian

seseoran dan dapat menjadi suatu alat atau barometer dari kondisi seseorang.

Kebosanan dapat juga dimanifestasikan dengan ketidakmampuan untuk duduk 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

14

berlama-lama, keinginan untuk segera pergi ke suatu tempat atau ingin menjadi

seseorang yang lain.

2.3.2 Fisiologi kebosanan

Secara fisiologis Kroemer dan Grandjean (2000) menjelaskan secara

singkat bahwa situasi dengan stimulus yang rendah, berulang-ulang atau dengan

tuntutan fisik dan mental yang rendah akan menimbulkan stimulus yang kecil pula

pada daerah kesadaran di otak manusia. Konsekuensinya, sistem limbik akan

terpengaruh dan reaksi dari organisme secara keseluruhan akan menurun. Dengan

kata lain, daya tahan seseorang untuk memberikan perhatian pada suatu stimulus

yang monoton lama kelamaan akan berkurang, sehingga dibutuhkan kehadiran

stimulus lain untuk meningkatkan kesiagaan.

2.3.3 Faktor-faktor penyebab kebosanan

Para ahli menyebutkan secara luas faktor-faktor penyebab kebosanan

sebagai berikut (Pulat,1992; Kroemer dan Grandjean ,2000).

1.  Pekerjaan kurang menarik.

2.  Kurangnya motivasi terhadap pekerjaan.

3.  Pekerjaan tidak membutuhkan ketrampilan yang tinggi.

4.  Kecepatan kerja terlalu lambat.

5.  Lingkungan tidak menarik atau suram.

6.  Kurangnya kesempatan bagi tubuh untuk bergerak 

7.  Kondisi panas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sesuai dengan pendapat Anastasi

(1989), bahwa sumber kebosanan sebagai berikut.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

15

1.  Individu.

Karakteristik orang berbeda-beda sehingga setiap orang memiliki

kerentanan yang berbeda-beda pula terhadap kebosanan sekalipun

melakukan kegiatan yang sama

2.  Lingkungan.

Kondisi lingkungan yang sifatnya mengganggu pemusatan perhatian

dapat meningkatkan kebosanan, demikian pula yang menimbulkan

konflik antara keinginan untuk berpaling ke aktivitas lain yang lebih

menarik 

3.  Jenis kegiatan

Kegiatan yang membutuhkan sedikit perhatian, pekerjaan yang semi

otomatis, pekerjaan monoton dan pekerjaan yang menimbulkan minat

intrinsik kecil adalah jenis-jenis kegiatan yang berakibat

membosankan.

2.3.4 Akibat kebosanan

Efek dari tugas-tugas monoton yang membosankan antara lain adalah

timbulnya rasa kesal, lemas, lelah dan berkurangnya kewaspadaan (Kroemer dan

Grandjean, 2000; Pulat, 1992; Kroemer dkk., 1994).

2.4 Kelelahan

2.4.1 Pengertian kelelahan

Kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yang dipengaruhi

oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem

penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terhadap thalamus yang mampu

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

16

nenurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan

untuk tidur, sedangkan sistem penggerak terdapat dalam   formation retikularis 

yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif tubuh untuk bekerja. Bila sistem

penghambat lebih kuat, seseorang berada dalam kelelahan dan sebaliknya bila

sistem aktivasi yang lebih kuat berarti seseorang dalam keadaan segar untuk 

 bekerja (Suma’mur, 2009 ; Kroemer dan Grandjean, 2000).

Kelelahan timbul disebabkan oleh 2 hal sebagai berikut.

1.  Akibat faktor fisiologis.

Kelelahan timbul karena adanya perubahan fisik dalam tubuh

2.  Akibat faktor psikologis

Kelelahan yang timbul dalam perasaan dan terlihat dalam tingkah lakunya.

Kelelahan ada 2 jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum dengan

karakteristik sebagai berikut.

a.  Kelelahan otot.

Kelelahan otot adalah suatu keadaan dimana otot mengalami kelelahan akibat

tegangan yang berlebihan (tremor otot) yang ditandai dengan menurunnya

tenaga maupun semakin lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan

gerakan atau otot mengalami perpanjangan waktu reaksi (Kroemer dan

Grandjean, 2000). Kelelahan otot terjadi karena adanya sikap kerja statis.

Konstraksi otot statis dalam waktu lama akan menyebabkan otot kekurangan

aliran darah, yang berakibat pada berkurangnya pertukaran energi dan

tertumpuknya sisa metabolisme pada otot yang aktif, sehingga menyebabkan

rasa lelah dan nyeri (Pheasant, 1991; Guyton&Hall, 2000).

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

17

b.  Kelelahan umum

Kelelahan umum adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kelambanan

atau berkurangnya kemauan untuk bekerja atau beraktivitas. Penyebab

kelelahan umum termasuk faktor psikis, monotomi, intensitas lamanya kerja

mental dan fisik, lingkungan, konflik dan lain sebagainya (Kroemer dan

Grandjean, 2000)

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan

Kelelahan dapat ditandai dengan dengan kondisi yang cenderung untuk 

mengantuk. Kelelahan terjadi karena beberapa penyebab antara lain karena

melakukan aktivitas monoton, beban dan waktu kerja yang berlebihan, keadaan

lingkungan, keadaan kejiwaan dan keadaan gizi (Suma’mur, 2009). Lebih lanjut

dijelaskan bahwa beban kerja fisik yang ringan dan suasana monoton di

lingkungan kerja mempercepat timbulnya kelelahan yang dipicu oleh kebosanan.

Ketika tuntutan fisik dan mental rendah, minat peserta didik berkurang, aktivitas

otak menurun dan menyebabkan kurangnya perhatian, resiko kesalahan meningkat

dan timbul perasaan frustrasi.

2.4.3 Pengukuran kelelahan

Kroemer dan Grandjean (2000) menyebutkan beberapa gejala umum

kelelahan yang menjadi dasar penggunaan metode pengukuran yaitu: (1)

penurunan perhatian; (2) persepsi yang terganggu dan lambat; (3) gangguan

berpikir; (4) penurunan motivasi; (5) penurunan kecepatan kerja; (6) penurunan

ketelitian;dan (7) penurunan kemampuan untuk beraktivitas secara fisik dan

mental

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

18

2.4.5  Kelelahan dalam pembelajaran

Kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari

gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi,

adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, aktivitas, dan

fisik lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental (Kroemer

dan Grandjaen, 2000). Kelelahan juga dapat dikatakan sebagai isyarat, bahwa

energi tubuh kita menjadi sangat berkurang akibat pemakaiannya untuk 

menyelesaikan bermacam tugas pekerjaan. Menurut Kartono, (1999) terdapat dua

teori kelelahan sebagai berikut.

1.  Teori intoksikasi (peracunan)

Ketika seseorang bekerja, terjadilah penambahan pertukaran zat dalam

tubuh. Munculah kemudian produk pembakaran, yang diserap oleh darah

dan kemudian di angkut ke susunan saraf pusat, sehingga mengakibatkan

semacam proses peracunan di sana. Kemudian timbulah gejala kelelahan,

yang sifatnya bisa lokal, misalnya pada lengan, bahu, kaki, dan bisa juga

terasa di seluruh tubuh.

2.  Teori biologis

Psikolog Amerika Thorndike menyatakan, akibat kerja yang

berkepanjangan akan mucul dua gejala sebagai berikut.

a.  Substraksi atau berkurangnya energi, sehingga timbul gejala kelelahan.

b.  Munculnya ketegangan yang makin tinggi untuk melanjutkan

pekerjaan.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 1

19

Teori ini menyatakan bahwa, karena pekerjaan yang berkelanjutan,

semakin banyak timbul reaksi-reaksi yang menghambat kelancaran

pekerjaan, misalkan kaki dan tangan terasa kaku dan harus direntangkan,

perhatian berkurang, sehingga seseorang perlu istirahat untuk memperoleh

energi baru.

Kelelahan juga dapat terjadi karena melakukan aktivitas yang monoton,

beban, dan waktu kerja yang berlebihan serta keadaan lingkungan yang tidak 

mendukung. Sebagian kelelahan merupakan akibat dari ketidakmampuan proses

kontraksi dan metabolik serat-serat otot untuk terus memberi hasil kerja yang

sama. Bila suatu otot berkontraksi timbul suatu kerja yang memerlukan energi

yang disediakan oleh   Adenosin Tri Phosphat (ATP). Dimana energi tersebut

dipergunakan untuk : (1) memompa kalsium dari sarkoplasma ke dalam retikulum

sarkoplasmik setelah kontraksi berakhir dan (2) memompa ion-ion natrium dan

kalium melalui membran serat otot untuk mempertahankan lingkungan ionik yang

cocok untuk pembentukan potensial aksi. Dalam penggunaan energi dalam

kontraksi otot, ATP dipecah menjadi   Adenosin Di Phosphat (ADP), ADP

mengalami refosforilasi untuk membentuk ATP baru. Sumber energi untuk proses

refosforilasi adalah substansi kretin fosfat, glikogen, dan metabolisme oksidatif 

(Guyton & Hall, 1996).

Proses pembelajaran memerlukan aktivitas fisik dan mental yang secara

terpadu dapat diekpresikan melalui kelelahan yang ditandai dengan adanya

perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi, adanya

perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi dan aktivitas fisik 

lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental (Sedarmayanti,

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

20

1996). Munculnya kelelahan dini sebagai ekpresi beban pelajar menunjukkan

bahwa pada proses pembelajaran memerlukan energi yang relatif banyak apalagi

kalau disertai dengan kondisi lingkungan yang tidak memadai yang membuat

energi terkuras untuk mengatasinya. Timbulnya kelelahan dapat menyebabkan

sakit kepala, mengantuk, berat pada bola mata, serta melemahnya motivasi.

Kondisi ini akan semakin parah jika dalam proses pembelajaran diserta dengan

kondisi lingkungan yang tidak sehat, cara pembelajaran yang membosankan, dan

sarana pembelajaran yang tidak mendukung.

Alternatif cara untuk mengurangi kelelahan adalah melakukan peregangan

otot setelah beraktivitas. Dengan pemberian peregangan selama 5-10 menit maka

akan dapat mengurangi kelelahan (Connely, 2008).

Melihat keadaan tersebut di kelas para pendidik dapat melakukan tindakan

dengan memberikan istirahat aktif kepada pelajar sekitar 5-10 menit sehingga

mampu mengurangi kelelahan yang menyebabkan rasa kantuk.

2.5  Keluhan Muskuloskeletal

2.5.1 Pengertian keluhan muskuloskeletal

Menurut Kroemer dan Grandjean (2000), keluhan otot adalah rasa tidak nyaman

sampai nyeri pada otot yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a.  Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

otot menerima beban statis dan keluhan tersebut akan segera hilang

apabila pemberian beban dihentikan.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

21

b.  Keluhan menetap ( persistent ), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap,

walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada

otot masih berlanjut

2.5.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya keluhan muskuloskeletal

Karlson & Johansson (1998) menyatakan bahwa penyebab gangguan

muskeloskeletal sebagai berikut.

1.  Jenis pekerjaan monoton dan berulang-ulang.

2.  Terkena paparan stress lingkungan fisik yang cukup lama.

3.  Kerja dalam posisi duduk yang lama.

Faktor yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada aktivitas belajar

adalah sikap duduk yang lama. Menurut Hart (1998) definisi duduk adalah

menopang seluruh batang tubuh manusia pada pantat dan paha. Secara garis besar

tipe-tipe duduk sebagai berikut.

1.  Duduk di lantai: menempatkan pantat dan kaki pada ketinggian yang sama.

Lutut dapat diselonjorkan atau ditekuk ke arah dada, ataupun disilang

(bersila).

2.  Duduk di kursi: menempatkan pantat dan paha di atas ketinggian lantai

dengan ditopang kursi.

2.5.3  Keluhan muskuloskeletal dalam pembelajaran

Ganong (2001) menyatakan sistem muskuloskeletal adalah sistem otot

rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot striata (serat

lintang) yang sifat gerakannya dapat diatur (volunter). Sistem muskuloskeletal

menyusun komponen primer aktivitas otot. Komponen tersebut terdiri dari otot-

otot, tulang-tulang, dan jaringan penghubung serta metabolisme diperlukan untuk 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

22

menyediakan kebutuhan energi. Otot-otot merupakan salah satu pemegang peran

utama dalam aktivitas manusia. Otot-otot skeletal (voluntary) tersusun dari

gumpalan serat otot, semakin besar gumpalan serat otot semakin besar pula

tekanan yang bisa dilakukan oleh otot tersebut.

Otot terbentuk atas fiber yang berukuran panjang antara 10 sampai dengan

400 mm dan berdiameter 0,01 sampai dengan 0,1 mm. Pengujian mikroskopis

menunjukkan bahwa fiber terdiri dari myofibril yang tersususn atas sel-sel filamen

dari molekul myosin yang saling overlap (tumpang tindih) dengan filamen dari

molekul aktin. Serabut otot bervariasi antara otot satu dengan otot yang lainnya.

Beberapa diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat dari pada yang

lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang digunakan untuk mempertahankan posisi

badan misalnya otot pembentuk postur tubuh.

Otot yang pucat adalah menandakan kontraksi otot yang cepat.

Perbandingan otot merah dan putih merupakan indikasi untuk menunjukkan daya

potensial bagi para olah ragawan. Seperti misalnya proporsi yang besar pada

serabut otot merah yang terdapat pada otot kaki menandakan indikasi pelari

sprinter, sedangkan serabut otot putih adalah untuk pelari jarak jauh. Kemampuan

tersembunyi dapat diturunkan secara genetika, yaitu dengan pelatihan yang rutin

dan kontinyu akan dapat membentuk serabut otot yang dapat menghasilkan

kekuatan otot yang prima.

2.5.4 Jenis-jenis kerja otot

Berdasarkan kajian ergonomi, otot dibedakan menjadi dua tipe kerja,

dengan tujuan untuk mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh yang

sesungguhnya. Tipe kerja otot tersebut adalah sebagai berikut.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

23

1.  Kerja otot dinamis, tipe ini mempunyai ciri melibatkan kontraksi dan

relaksasi ritmik dari otot, contohnya adalah memutar sebuah handwheel

untuk membuka katup. Tekanan alternatif dan relaksasi memungkinkan

banyak darah disalurkan melalui otot daripada ketika sedang istirahat

sehingga baik oksigen yang diperlukan maupun sisa metabolisme yang

dibuang menjadi efektif.

2.  Kerja statis, bercirikan suatu kondisi kontraksi yang lama, yang membatasi

darah mengalir ke jaringan otot. Baik oksigen yang dibutuhkan maupun

sisa metabolisme yang dibuang tidak menjadi efektif. Sebagai ilustrasi

adalah memegang sebuah kotak dengan postur statis dan menekan pada

bagian tertentu untuk menjaga posisi. Besarnya otot yang mengalami

muatan statis akan cepat menghabiskan cadangan ATP, sehingga jenis

aktivitas ini tidak akan berlangsung lama. Otot yang mengalami sakit akan

menimbun sisa pembakaran termasuk asam laktat, yang berakumulasi pada

  jaringan otot. Dibandingkan dengan kerja dinamis, kerja statis akan

memerlukan waktu istirahat yang lebih lama (Kroemer dan Grandjean,

2000).

Gerakan tubuh diatur sedemikian rupa sehingga mengambil keuntungan

maksimum dari prinsip-prinsip fisiologi. Pada otot yang menggerakkan lebih dari

satu persendian, menyebabkan gerakan pada satu sendi dapat mengkompensasi

gerakan lainnya sedemikian rupa sehingga terjadi relatif sedikit pemendekan otot

kontraksi. Contohnya pada waktu perjalanan tiap-tiap anggota badan melintas

secara berirama, di mana saat berdiri kaki berada pada tanah sebagai penopang

dan saat mengayun atau beranjak dari tanah menyebabkan aktivitas otot-otot

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

24

fleksor tungkai yang singkat pada permulaan setiap langkah, dan kemudian

berayun ke depan disertai aktivitas kontraksi otot yang lebih sedikit. Itu berarti

hanya sebagian kecil otot-otot yang aktif dalam setiap langkah saat berjalan dalam

waktu yang lama dan konsekuensinya energi yang dikeluarkan relatif kecil

sehingga kelelahan otot tidak cepat muncul atau keluhan otot dapat dihindari

(Ganong, 2001).

Berikut dijelaskan fungsi otot secara umum (Tjandra, 1988).

1.  Menyelenggarakan pergerakan yang meliputi menggerakan bagian-bagian

tubuh atau berjalan (movement ).

2.  Mempertahankan sikap tertentu, karena adanya kontraksi otot secara lokal

yang memungkinkan dilakukan sikap berdiri, duduk, jongkok, dan sikap-

sikap lainnya.

3.  Menghasilkan panas, karena adanya proses-proses kimia dalam otot yang

dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh.

2.5.5 Kelompok muskuloskeletal

Kelompok muskuloskeletal, berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut

(Tjandra, 1988).

1.  Leher terdiri atas kelompok kelompok otot sternocleidomastoideus .

2.  Punggung terdiri atas kelompok otot trapezius dan latissimus dorsi.

3.  Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus anterior .

4.  Bahu terdiri atas kelompok otot deltoideus. 

5.  Lengan atas terdiri atas kelompok otot biceps brachii, triceps brachii, dan

brachialis.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

25

6.  Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis, dan  pronator 

teres.

7.  Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius, dan

tensor faciae latae.

8.  Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, biceps

  femoris, semitendinosus dan semimembranosus. 

9.  Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior, gastrocnemius,

soleus dan peroneus longus . 

10. Dasar panggul terdiri atas levator ani dan coccygeus.

2.5.6 Gangguan sistem muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal tersusun dari jaringan yang lembut dan tulang di

dalam tubuh. Cohen dkk. (1997) dalam Sutajaya (2006) menyatakan bahwa

keluhan muskuloskletal sebagai berikut.

1.  Tulang-tulang yang merupakan struktur penyangga tubuh.

2.  Jaringan otot yang dapat berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan.

3.  Tendon yang merupakan jaringan penghubung otot dengan tulang.

4.  Ligamen yang merupakan jaringan penghubung tulang dengan tulang.

5.  Kartilago (tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan sendi.

6.  Saraf yang merupakan sistem komunikasi antara otot, tendon, dan jaringan

lainnya dengan otak.

7.  Pembuluh darah yang berfungsi sebagai organ transportasi nutrisi ke

seluruh jaringan tubuh melalui darah dan ogan pembuangan.

8.  Terjadi peningkatan gula darah dengan meningkatkan pelepasannya dari

hati.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

26

9.  Terjadi peningkatan temperatur tubuh dan meningkatkan metabolisme.

Peningkatan temperatur ini memicu kecepatan reaksi kimia metabolisme

dan menjamin transportasi energi kimia menjadi energi mekanik.

Apabila pekerjaan fisik berlanjut maka akan muncul efek sekunder. Yang

terpenting adalah perubahan komposisi kimia cairan tubuh. Terjadi peningkatan

  jumlah produk akhir metabolisme misalnya, asam laktat dan ginjal yang harus

membuang lebih banyak produk sisa. Dengan aktivitas muskular, terjadi

peningkatan temperatur internal tubuh dan pemanasan yang berlebih dapat

dihindari dengan meningkatkan laju pelepasan panas yaitu dengan meningkatkan

aliran darah ke kulit dan dengan berkeringat.

Perubahan respirasi, denyut nadi, dan temperatur tubuh dalam rentangan

tertentu menunjukan hubungan linear dengan besarnya konsumsi energi atau besar

kerja yang dilakukan. Sehingga saat perubahan ini terjadi dan dapat diukur, maka

dapat digunakan untuk memperkirakan beratnya kerja fisik yang dilakukan.

Sikap duduk yang terus menerus dalam waktu yang lama dapat di

golongkan sebagai sikap kerja statis (Wulanyani, 2004). Pada proses pembelajaran

yang dilakukan di ruang kelas, umumnya didominasi oleh kontraksi otot statis

karena pelajar saat mendengarkan, mencatat, dan melihat informasi di papan tulis,

dan mengemukakan pendapatnya selalu barada di tempat duduk. Kondisi seperti

ini menyertai pelajar minimal dua jam dalam mengikuti pembelajaran sehingga

dapat menimbulkan keluhan muskuloskletal. Keluhan muskuloskletal dapat

menimbulkan: (1) sakit pinggang dan punggung; (2) gangguan neuromuskular; (3)

arthritis; (4) kelelahan otot secara kronis (Sutajaya, 2006). Keadaan seperti ini

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

27

salah satunya dapat di pulihkan dengan melakukan istirahat pendek dan istirahat

aktif dengan jalan pindah tempat duduk setelah satu jam pelajaran.

Selama proses pembelajaran dengan sikap belajar yang statis ini otot-otot

cenderung menegang dan salah satu cara untuk menguranginya adalah dengan

memberikan istirahat aktif yang berupa peregangan otot di sela-sela proses

pembelajaran sehingga otot menjadi rileks.

2.6  Energi untuk Kerja

Energi yang digunakan untuk bekerja berasal dari pemecahan ATP yaitu

dengan memecah salah satu dari ikatan pospat. Sehingga ATP dikonversi menjadi

ADP dan menghasilkan energi. Agar sel tetap bekerja, ADP harus dikonversi

kembali menjadi ATP sehingga energi tetap dapat dihasilkan bila diperlukan.

ATP ADP + fosfat + energi

Simpanan ATP sangat terbatas dan dapat berkurang dalam hitungan detik 

atau menit, sehingga harus dibentuk dari energi yang didapat dari oksidasi

karbohidrat dan asam lemak (didapat dari lemak). Karbohidrat dan lemak 

terutama dipecah melalui serangkaian proses kimia dan kemudian menghasilkan

karbohidrat, air dan energi yang kemudian digunakan untuk membentuk ATP.

Metabolismenya dapat berlangsung secara aerob maupun secara anaerob.

Pada jalur aerob, gula darah yang berasal dari makanan masuk ke dalam sel dan

mengalami degradasi melalui serangkaian reaksi kimia menjadi piruvat. Sumber

piruvat lainnya juga berasal dari glikogen yang banyak disimpan di dalam hati dan

otot rangka. Dengan oksigen yang cukup banyak, yang didapat dari ventilasi paru

dan diedarkan melalui sistem sirkulasi, piruvat memasuki siklus Krebs yang

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

28

selanjutnya menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang cukup besar untuk 

membentuk ATP dari ADP.

Apabila kapasitas kerja meningkat dan pasokan oksigen tidak mencukupi

maka terjadilah metabolisme anaerob, yang akan menghasilkan melalui proses

aerob, dan produk sisa yang bersifat sangat asam, yaitu asam laktat. Produk sisa

ini harus dibuang dengan bantuan oksigen. Apabila tidak tersedia oksigen selama

seseorang bekerja, asam laktat tersebut akan menumpuk. Dikatakan bahwa orang

tersebut memiliki oxygen debt yang harus dibayar dengan beristirahat (Citrawathi

dkk., 2001).

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 2

29

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1  Kerangka Berpikir

Tahap awal pembelajaran adalah pendidik mampu menyiapkan suasana

yang kondusif. Terdapat dua faktor yang menentukan suasana yang mendukung

proses pembelajaran yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Untuk menghindari

terjadinya kesenjangan pada kedua faktor ini diusahakan variasi dalam mengajar

sehingga proses pembelajaran tidak monoton atau dapat menimbulkan kondisi

yang tidak nyaman pada peserta didik. Adapun faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta

didik adalah: (1) peserta didik duduk pasif dalam mengikuti pembelajaran di

kelas; (2) waktu berlangsungnya proses pembelajaran melebihi jadwal yang telah

ditentukan, (3) metode pembelajaran dari pengajar yang bersifat monotone dan;

(4) sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran yang tidak sesuai

dengan antropometri peserta didik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan istirahat aktif berupa peregangan otot dalam pembelajaran. Sehingga

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal yang dialami peserta dapat diperingan.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

30

3.2 Konsep Penelitian

Keterangan :

: dikontrol

: intervensi

==== : pengaruh intervensi

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

Kondisi belajar 1.  Peserta didik duduk pasif 

2.  Waktu pembelajaran melebihi

 jadwal

3.  Metode pembelajaran monoton

4.  Sarana & prasarana tidak sesuai

dengan antropometri

Perlakuan

-  Tanpa peregangan

otot

-  Peregangan otot di

sela pembelajaran

Luaran

Kebosanan

Kelelahan

Keluhanmuskuloskeletal

Kondisi lingkungan

1. Suhu kering

2. Suhu basah

3. Kelembaban udara

4. Kebisingan

5. Intensitas cahaya

Organisasi

1. Materi pelajaran 2. Waktu istirahat 

Subjek

Peserta didik 

dengan

karakteristik:

1.  Umur

2.  Jenis

kelamin

3.  Berat badan

4.  Tinggi badan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

31

3.3  Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat diuraikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.  Peregangan otot di sela pembelajaran menurunkan kebosanan pada

peserta didik.

2.  Peregangan otot di sela pembelajaran menurunkan kelelahan pada

peserta didik 

3.  Peregangan otot di sela pembelajaran menurunkan keluhan

muskuloskeletal pada peserta didik.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian eksperimental ini menggunakan rancangan sama subjek atau

treatment by subjek design (Bakta, 1997). Secara sederhana dapat diilustrasikan

seperti Gambar 4.1

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Sama Subjek 

Keterangan :

P : populasi (Semua peserta didik kelas X SMK Pariwisata

Triatma Jaya Badung yang memenuhi kriteria inklusi).

S : sampel yang memenuhi kriteria inklusi.

O1 : pendataan sebelum pembelajaran (tanpa perlakuan).

(P0) : tahap 1, sebelum perlakuan (pembelajaran tanpa peregangan

otot).

O2 : pendataan setelah pembelajaran (tanpa perlakuan).

O3 : pendataan sebelum pembelajaran (dengan perlakuan).

O4 : pendataan setelah pembelajaran (dengan perlakuan).

(P1) : tahap 2, sesudah perlakuan (pembelajaran dengan

peregangan)

(P0) (P1)P S O1 O2 | WOP| O3 O4

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

33

WOP : washing out period  selama 4 hari untuk meminimalkan

washing efek  seperti; (1) akivitas siswa dibatasi, (2)

istirahat secara teratur.

4.2  Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata

Triatma Jaya Badung, dilaksanakan pada periode bulan Mei s.d Juni 2011.

4.3  Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup penelitian dalam bidang

ergonomi fisiologi kerja yang diterapkan pada siswa Sekolah Menengah

Kejuruan Pariwisata Triatma Jaya Badung.

4.4  Penentuan Sumber Data

4.4.1  Populasi dan Sampel Penelitian

1.  Populasi penelitian

Populasi target penelitian ini adalah semua peserta didik kelas X SMK

Pariwisata Triatma Jaya Badung dan populasi terjangkau adalah

peserta didik kelas X TIK2 jurusan Teknologi Informasi dan

Komunikasi

2.  Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah 40 peserta didik.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

34

3.  Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampelnya adalah total sampling karena semua

peserta didik kelas X TIK2 Jurusan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) dipergunakan sebagai sampel yaitu berjumlah 40

orang peserta didik.

4.4.2  Kriteria Eligibilitas

Adapun kriteria yang digunakan sebagai berikut.

1.  Kriteria inklusi

Sampel dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas X TIK2

Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi SMK Pariwisata Triatma Jaya

Badung yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut.

a.  Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

b.  Bersedia terlibat sebagai sampel dalam penelitian ini yang dibuktikan

dengan pengisian informed consent .

c.  Berat badan ideal s.d. normal yang dihitung dari tinggi badan dan berat

badan sampel.

2.  Kriteria drop out  

Kriteria drop out  (dikeluarkan sebagai sampel) yang dipertimbangkan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a.  Tidak dapat mengikuti penelitian secara penuh

b.  Sakit atau kecelakaan saat penelitian berlangsung

c.  Karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

35

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi dan klasifikasi variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini dapat diidentifikasi dan

diklasifikasikan sebagai berikut.

1.  Variabel bebas; peregangan otot di sela pembelajaran

2.  Variabel terikat; kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal.

3.  Variabel kontrol, yaitu (a) faktor internal peserta didik (umur, jenis

kelamin, berat badan, dan tinggi badan) dan (b) faktor eksternal

(mikroklimat ruang kelas dan faktor sosial budaya).

4.5.2 Definisi operasional variabel

Menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data, maka

berdasarkan identifikasi dan klasifikasi variabel di atas, dibuat definisi operasional

variabel sebagai berikut.

1.  Peregangan otot  merupakan suatu usaha untuk memperpanjang otot

istirahat (relaksasi). Sehingga dengan adanya peregangan ini kelenturan

(fleksibilitas) menjadi meningkat. Peregangan otot dilakukan sebanyak 2

kali selama proses pembelajaran yang berlangsung dari pukul 07.30  –  

13.10 Wita dengan pembagian sebagai berikut.

07.30  –  08.15 Wita, jam pelajaran I

08.15 –  09.00 Wita, jam pelajaran II

09.00 – 09.45 Wita, jam pelajaran III (5 menit sebelum berakhir dilakukan

peregangan)

09.45 – 10.30 Wita, jam pelajaran IV

10.30 – 10.55 Wita, istirahat selama 25 menit

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

36

10.55 – 11.40 Wita, jam pelajaran V

11.40 – 12.25 Wita, jam pelajaran VI (5 menit sebelum berakhir dilakukan

peregangan)

12.25 – 13.10 Wita, jam pelajaran VII

Jadi peregangan otot dilakukan sebanyak 6 kali selama 3 hari yaitu pada

hari Senin, Selasa dan Rabu.

2.  Peregangan dalam pembelajaran adalah latihan yang bertujuan untuk 

meningkatkan fleksibilitas otot peserta didik selama proses pembelajaran.

Beberapa gerakan yang dilakukan untuk dapat menurunkan kebosanan,

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta didik, sebagai berikut.

a.  Peregangan otot leher: berfungsi untuk meregangkan otot

sternocleidomastoideus dan otot trapezius.

Gerakan peregangan itu sendiri terdiri atas gerakan sebagai berikut.

1.  Menundukkan kepala ke bawah dan meregangkan kepala ke atas

dengan hitungan 8 – 10 detik diulangi 2 sampai 3 kali.

2.  Menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri dengan hitungan 8  – 10

detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada Gambar

16.3).

3.  Mematahkan kepala ke kanan dan ke kiri dilakukan dengan

hitungan 8  –  10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat

pada Gambar 16.4).

b.  Peregangan otot tangan dan lengan: bertujuan untuk meregangkan otot

triceps brachii, deltoideus, biceps brachii, fleksor antebrachii, dan 

ekstensor antebrachii. 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

37

Gerakan peregangannya sebagai berikut.

1.  Menekuk tangan kanan menyamping ke kiri dengan ditahan

menggunakan tangan kanan dan kemudian sebaliknya dengan

dengan hitungan 8  –  10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti

terdapat pada Gambar 16.5)

2.  Tangan kanan ditekuk di belakang kepala kemudian ditekan

menggunakan tangan kiri dan kemudian sebaliknya dengan dengan

hitungan 8  –  10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat

pada Gambar 16.6)

3.  Meregangkan atau menarik kedua tangan ke atas dengan hitungan

8  –  10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada

Gambar 16.7)

4.  Menekuk telapak tangan kanan ke atas dan ke bawah dengan

dengan hitungan 8  –  10 detik diulangi 2 sampai 3 kali serta

demikian jugan dengan tangan kiri. (Seperti terdapat pada Gambar

16.8)

c.  Peregangan otot pinggang dan perut: ditujukan untuk meregangkan

otot serratus anterior, rectus abdominis, latissimus dorsi, obliquus

abdominis eksternus, dan inscriptiones tendineii. 

Gerakan peregangannya sebagai berikut.

1.  Mencondongkan badan ke samping kanan dan ke samping kiri

dengan hitungan 8  –  10 detik diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti

terdapat pada Gambar 16.9)

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

38

2.  Memutar badan ke kanan dan kiri dengan hitungan 8  –  10 detik 

diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada Gambar 16.10).

d.  Peregangan otot punggung, bertujuan untuk meregangkan otot

trapezius dan latissimus dorsi.

Gerakan peregangannya sebagai berikut.

1.  Posisi berdiri, meletakkan telapak tangan pada punggung bagian

bawah (tepat di bagian ginjal) dengan jari-jari tangan menunjuk ke

bawah dan ibu jari menunjuk keluar dengan hitungan 8  – 10 detik 

diulangi 2 sampai 3 kali. (Seperti terdapat pada Gambar 16.11 dan

16.12).

e.  Peregangan bahu, bertujuan untuk meregangkan otot deltoideus 

Gerakan peregangannya sebagai berikut.

1.  Tarik bahu ke atas, kearah telinga. Ulangi dengan hitungan 3  – 4

detik diulangi 5 sampai 6 kali.

(Anonim, 2011).

3.  Kebosanan adalah tingkat ungkapan perasaan yang tidak menyenangkan,

perasaan lelah yang menguras seluruh minat dan tenaga. Di data dengan

menggunakan kuesioner kebosanan. Pendataan tingkat kebosanan

dilakukan pada pukul 07.00  –  07.30 Wita (sesaat sebelum subjek 

mengikuti pembelajaran) dan pada pukul 13.10 Wita. Jadi pendataan

tingkat kebosanan dilakukan sebanyak 12 kali yakni setiap hari dilakukan

pendataan sebanyak 2 kali (sebelum dan sesudah pembelajaran) sebanyak 

6 hari yaitu 3 kali sebelum perlakuan dan 3 kali setelah perlakuan.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 3

39

4.  Kelelahan adalah tingkat reaksi fungsional dari pusat kesadaran yang

dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat

(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Di data dengan menggunakan

30 item of rating scale yang dikeluarkan oleh   Japan Association of 

  Industrial and Health. Kuesioner ini terdiri atas tiga kategori yaitu:

pelemahan aktivitas (item 1 – 10), pelemahan motivasi ( Item 11 – 20) dan

kelelahan fisik (item 21 – 30). Pendataan tingkat kelelahan dilakukan pada

pukul 07.00 – 07.30 Wita (sesaat sebelum subjek mengikuti pembelajaran)

dan pada pukul 13.10 Wita. Jadi pendataan tingkat kelelahan dilakukan

sebanyak 12 kali yakni setiap hari dilakukan pendataan sebanyak 2 kali

(sebelum dan sesudah pembelajaran) sebanyak 6 hari yaitu 3 kali sebelum

perlakuan dan 3 kali setelah perlakuan.

5.  Keluhan muskuloskeletal adalah tingkat rasa tidak nyaman sampai nyeri

pada otot. Keluhan muskuloskeletal didata dengan menggunakan

kuesioner keluhan muskuloskeletal yang dimodifikasi dengan 4 skala

Likert. Pendataan tingkat keluhan muskuloskeletal dilakukan pada pukul

07.00  – 07.30 Wita (sesaat sebelum subjek mengikuti pembelajaran) dan

pada pukul 13.10 Wita Jadi pendataan tingkat keluhan muskuloskeletal

dilakukan sebanyak 12 kali yakni setiap hari dilakukan pendataan

sebanyak 2 kali (sebelum dan sesudah pembelajaran) selama 6 hari yaitu 3

kali sebelum perlakuan dan 3 kali setelah perlakuan. 

6.  Umur adalah jarak antara waktu lahir sampai pada saat pendataan.

7.  Jenis kelamin adalah ciri fenotif subjek yang ditunjukkan oleh ciri-ciri

kelamin sekunder. 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

40

8.  Kesehatan adalah status sehat subjek yang ditinjau berdasarkan kondisi

fisiologisnya dan dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokter. 

9.  Berat badan adalah bobot tubuh subjek yang diukur dengan timbangan

badan Camry kapasitas 130 kg, dengan ketelitian 0,1 kg. 

10.  Tinggi badan adalah ukuran dan proporsi tubuh subjek dalam posisi berdiri

yang diukur dari vertex sampai ke telapak kaki di lantai dengan

antropometer merek Super buatan Jepang. 

11.  Pembelajaran adalah proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas

yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. 

12.  Guru adalah pengajar yang memberikan pengajaran dalam satu bidang

ilmu yang dikuasai dan akan disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Karakteristik guru diasumsikan tidak 

berpengaruh terhadap hasil penelitian karena dilakukan oleh guru yang

sama antara sebelum dan sesudah perlakuan. 

13.  Materi pelajaran adalah materi yang diberikan sesuai dengan kurikulum

pendidikan untuk siswa SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung. Dengan

materi pelajaran sebagai berikut. 

Senin:

07.30 – 08.15 Wita : Kimia

08.15 – 09.00 Wita : Kimia

09.00 – 09.45 Wita : Bahasa Indonesia

09.45 – 10.30 Wita : Bahasa Indonesia

10.30 – 10.55 Wita : Istirahat

10.55 – 11.40 Wita : Bahasa Inggris

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

41

11.40 – 12.25 Wita : Bahasa Inggris

12.25 – 13.10 Wita : Budi Pekerti

Selasa:

07.30 – 08.15 Wita : Ilmu Pengetahuan Alam

08.15 – 09.00 Wita : Ilmu Pengetahuan Alam

09.00 – 09.45 Wita : Matematika

09.45 – 10.30 Wita : Matematika

10.30 – 10.55 Wita : Istirahat

10.55 – 11.40 Wita : Pemrograman Dasar

11.40 – 12.25 Wita : Pemrograman Dasar

12.25 – 13.10 Wita : Pemrograman Dasar

Rabu:

07.30 – 08.15 Wita : Pemrograman Web Dasar

08.15 – 09.00 Wita : Pemrograman Web Dasar

09.00 – 09.45 Wita : Pemrograman Web Dasar

09.45 – 10.30 Wita : Istirahat

10.30 – 10.55 Wita : Agama Hindu

10.55 – 11.40 Wita : Agama Hindu

11.40 – 12.25 Wita : Pendidikan Kewarganegaraan

12.25 – 13.10 Wita : Pendidikan Kewarganegaraan

14.  Jam pelajaran adalah istilah yang digunakan untuk membatasi waktu

selama proses pembelajaran berlangsung. Satu jam pelajaran dihitung 45

menit. 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

42

15.  Waktu istirahat adalah waktu yang digunakan siswa untuk istirahat setelah

mengikuti proses pembelajaran. Waktu istirahat yang diberikan adalah 45

menit. 

16.  Kondisi lingkungan yaitu kondisi alam yang menyertai subjek dalam

proses pembelajaran dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki seperti

suhu udara dan kelembaban relatif. Pengaruhnya akan dikendalikan

dengan jalan melakukan penelitian di satu tempat dan perubahan antara

sebelum dan sesudah perlakuan akan dianalisis secara statistic (control by

analisis) 

17.  Suhu udara adalah suhu lingkungan dalam derajat celcius yang diukur

dengan thermometer ruangan merk Luxtron LM 800. Pengukuran

dilakukan pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, tengah dan

bagian belakang kanan dan kiri) dalam ruang kelas siswa. Pengukuran

dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan dalam sehari. 

18.  Kelembaban relatif adalah kelembaban yang ditentukan berdasarkan nilai

suhu basah dan suhu kering dalam satuan derajat celcius yang dikonversi

ke satuan derajat Fahrenheit dan dipetakan ke dalam Psychrometric Chart .

Pengukuran ini dilakukan hanya pada satu titik saja yaitu pada titik sentral

dari ruang kelas siswa. Pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali

pengulangan dalam sehari. 

19.  Intensitas kebisingan diukur dengan menggunakan Sound Level Meter  

merk Rion dengan satuan decibel A (dB. A). 

20.  Penerangan adalah intensitas penerangan alami atau buatan dalam satuan

lux yang diukur dengan Luxmeter model DM-28 buatan Jepang. Intensitas

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

43

penerangan ini diukur dengan pada lima titik (di bagian depan kanan dan

kiri, tengah dan bagian belakang kanan dan kiri) dalam ruang kelas siswa.

Setiap pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan. 

4.6 Instrumen pengumpulan data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.  Luxmeter merek Yu Fong buatan Taiwan untuk mengukur tingkat

intensitas cahaya.

2.   Hygrometer  merek TFA buatan U.S.A untuk mengukur suhu dan

kelembaban ruangan.

3.  Digital camera Fine POx A510 merek Fujifilm untuk dokumentasi.

4.  Kuesioner kebosanan yang sudah valid untuk mendata kebosanan peserta

didik.

5.  Kuesioner 30 item of rating scale dengan skala Likert yang sudah valid

dan reliabel untuk mendata kelelahan.

6.  Kuesioner Nordic Body Map yang dimodifikasi dengan empat skala Likert

yang sudah valid dan reliabel serta sudah digunakan secara internasional

untuk mendata keluhan muskuloskeletal.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

44

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Tahap persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum proses penelitian berlangsung sebagai

berikut.

1.  Mengurus kelengkapan administrasi dan perijinan yang diperlukan untuk 

mendukung jalannya penelitian. Dalam hal surat ijin diajukan kepada

Kepala SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung.

2.  Melakukan komunikasi lebih jauh dengan guru yang peserta didiknya

dijadikan sampel penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian berjalan

lebih kondusif dan dipahami oleh semua pihak. Misalnya dalam

berjalannya penelitian tidak satupun peserta didik yang melakukan

istirahat aktif diluar dari pemberian peregangan otot oleh peneliti.

3.  Mempersiapkan semua keperluan alat/instrumen pengumpul data.

4.  Menyiapkan dan memberi latihan kepada petugas pengumpul data (rekan-

rekan peneliti) dan peserta didik yang dipergunakan sebagai sampel

tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses penelitian, dimulai dari

sebelum perlakuan sampai diberikannya peregangan. Petugas pengumpul

data ada sebanyak 4 orang.

Persiapan guru bersama peneliti sebagai berikut.

1.  Dalam proses pembelajaran yang sebelumnya sudah didiskusikan antara

peneliti dengan guru terkait, yaitu mengkondisikan peserta didik tidak 

melakukan aktivitas yang dapat digolongkan sebagai istirahat aktif diluar

dari pemberian gerakan-gerakan peregangan otot oleh peneliti.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

45

2.  Metode yang dipergunakan untuk mendukung keadaan di atas adalah

metode ceramah, dimana hanya guru yang aktif memberikan pembelajaran

sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan memberikan tanggapan

dari tempat duduk.

Persiapan peserta didik sebagai berikut.

1.  Peserta didik diharapkan sudah mengetahui jadwal pelajaran sehingga

tidak ada peserta didik yang terlambat memasuki kelas.

2.  Peserta didik diharapkan mengikuti pelajaran sesuai dengan model

pembelajaran yang telah dirancang, dan selebihnya mengikuti instruksi

dari guru terkait dan instruksi dari peneliti. 

3.  Peserta didik yang dijadikan sampel penelitian diharapkan tidak 

melakukan aktivitas berlebihan selama proses pembelajaran berlangsung.

4.  Peserta didik yang dijadikan subyek penelitian, baik dalam kelompok 

kontrol maupun dalam kelompok eksperimen selama penelitian ini

berlangsung diminta untuk mengisi: (a) kuesioner kebosanan; (b) 

kuesioner 30 items of rating scale, (c) kuesioner Nordic Body Map. 

4.7.2  Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian

sebagai berikut.

1.  Tahap pelaksanaan ini diawali dengan memberikan pengarahan kepada

seluruh subjek penelitian mengenai prosedur dan langkah yang harus

mereka persiapkan dan mereka lakukan selama proses penelitian dan

pengambilan data berlangsung.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

46

2.  Melakukan pendataan terhadap kondisi peserta didik jika ada yang kurang

sehat, dan memastikan peserta didik sudah sarapan sebelum mengikuti

pembelajaraan.

a. Sebelum pembelajaran dimulai

1.  Peneliti bersama tenaga pengambil data melakukan pengukuran

terhadap kondisi lingkungan seperti (a) suhu dan kelembaban yang

diukur di satu titik yaitu dibagian sentral dan (b) intensitas cahaya

diukur pada lima titik (di bagian depan kanan dan kiri, bagian

tengah, bagian belakang kanan, dan kiri ruang kuliah).

2.  Pendataan terhadap kebosanan. Cara pengisiannya adalah dengan

memberi tanda silang (X) pada jawaban yang telah disiapkan, sesuai

dengan kondisi subjek yang dirasakan pada saat itu.

3.  Pendataan terhadap kelelahan dengan 30 item of rating scale. Cara

pengisiannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada

  jawaban yang telah disiapkan, sesuai dengan kondisi subjek yang

dirasakan pada saat itu.

4.  Pendataan keluhan muskuloskletal dengan kuesioner  Nordic Body

 Map. Cara menjawab atau mengisi kuesioner ini adalah dengan

memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia, sesuai

dengan rasa sakit atau kaku yang mereka rasakan.

b. Saat pembelajaran berlangsung

Pembelajaran dengan menggunakan istirahat aktif berupa peregangan

otot, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.

1.  Guru membuka pelajaran.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

47

2.  Melakukan kegiatan inti, peserta didik duduk di tempat masing-

masing dengan jarak duduk yang telah diatur dan mendengarkan

penjelasan yang diberikan guru serta tidak melakukan aktivitas di

luar ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

3.  Setelah 3 jam pelajaran (3 x @45 menit) peserta didik diberikan

peregangan otot oleh instruktur (peneliti) selama 5 menit. Peserta

didik diharapkan mengikuti gerakan-gerakan peregangan dengan

bersungguh-sungguh.

4.  Setelah melakukan peregangan otot, peserta didik melanjutkan

kembali pembelajaran yang tadi tertunda.

5.  Peregangan otot kembali diberikan setelah 3 jam pelajaran (3 x @45

menit) berlangsung. Peregangan diberikan selama 5 menit oleh

instruktur.

c.  Setelah pembelajaran berakhir

1.  Menjelang pembelajaran berakhir, kembali dilakukan pengukuran

terhadap kondisi lingkungan seperti (a) suhu dan kelembaban yang

diukur hanya di satu titik; (b) intensitas cahaya diukur di lima titik.

2. Pendataan terhadap kebosanan dengan kuesioner kebosanan.

3. Pendataan terhadap kelelahan dengan 30 item of rating scale. Cara

pengisisannya adalah dengan memberi tanda silang (X) pada

  jawaban yang telah disiapkan, sesuai dengan kondisi subjek yang

dirasakan pada saat itu.

4.  Pendataan keluhan muskuloskeletal dengan kuesioner  Nordic Body

 Map. Cara menjawab atau mengisis kuesioner ini adalah dengan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

48

memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia, sesuai

dengan rasa sakit atau kaku yang mereka rasakan.

4.7.3  Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan adalah dari tanggal 23  – 25 Mei 2011 dan 30 Mei  – 1

Juni 2011 dengan rincian sebagai berikut.

1.  Pengambilan data I dilakukan selama 3 hari dari tanggal 23 – 25 Mei 2011

dengan 6 kali pengambilan data (3 kali pertemuan) tanpa pemberian

peregangan otot.

2.  Setelah pengambilan data I diberikan WOP (Washing Out Period) untuk 

meminimalkan washing efect selama 4 hari.

Pengambilan data II dilakukan selama 3 hari dari tanggal 30 Mei – 1 Juni

2011 dengan 6 kali pengambilan data dan pemberian peregangan otot

seperti yang telah dijelaskan di atas.

4.8 Protokol Penelitian

4.8.1  Protokol untuk subjek

a.  Pada setiap awal hari subjek harus sudah tiba pada tempat penelitian

setengah jam sebelum jadwal kegiatan belajar dimulai atau pada pukul

07.00 Wita.

b. Subjek mendapatkan penjelasan tentang tata cara pengisian kuesioner.

c.  Hari pertama (Senin) pukul 07.00 Wita, subjek melakukan pengisian

dan pengukuran data umum.

d. Hari kedua dan ketiga (Senin  –  Rabu) pukul 07.00 Wita, subjek 

melakukan pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 4

49

muskuloskeletal sebelum memulai kegiatan pembelajaran tanpa disertai

peregangan otot. Di akhir kegiatan pembelajaran, subjek kembali

melakukan pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan

muskuloskeletal.

e.  Hari ketiga sampai dengan ketujuh (Kamis  –  Minggu), subjek diberi

washing out selama 4 hari dan selama wahing out , proses pembelajaran

ditiadakan atau siswa diliburkan.

f.  Hari kedelapan sampai dengan kesepuluh (Senin  –  Rabu), jam 07.00

Wita subjek melakukan pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan

keluhan muskuloskeletal sebelum memulai kegiatan belajar dengan

dipandu oleh surveyor. Subjek lalu melakukan kegiatan belajar. Setelah

3 jam pelajaran (3 x @45 menit) subjek diberikan peregangan otot oleh

instruktur (peneliti) selama 5 menit. Setelah melakukan peregangan,

peserta didik kembali melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar

diselingi peregangan otot selama 5 menit dilakukan dengan

pengulangan sebanyak 2 kali. Setiap hari selama 3 hari berturut-turut

dilakukan kegiatan peregangan sebanyak 2 kali selama 5 menit. Di

akhir kegiatan pembelajaran, subjek kembali melakukan pengisian

kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal.

4.8.2  Protokol untuk surveyor

a.  Sebelum mulai melakukan penelitian, peneilti memberikan penjelasan

kepada subjek penelitian tentang tata cara penelitian.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

50

b. Saat penelitian, setiap pagi pada jam 07.00 Wita dan jam 13.10 Wita,

peneliti memberikan penjelasan dan memandu subjek mengenai cara

pengisian kuesioner kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal.

c.  Melakukan pengukuran terhadap mikroklimat di tempat penelitian

setiap sebelum dan sesudah pembelajaran meliputi parameter suhu

basah, suhu kering, kelembaban relatif, intensitas penerangan dan

tingkat kebisingan.

d. Melakukan observasi awal terhadap kebosanan, kelelahan dan keluhan

muskuloskeletal.

e.  Melakukan intervensi sesuai rancangan yang telah ditetapkan.

f.  Melakukan observasi akhir terhadap kebosanan, kelelahan dan keluhan

muskuloskeletal.

4.8.3 Prosedur Pengukuran

1. Penilaian kebosanan

a.  Sebelum memulai kegiatan belajar pada pagi hari (pukul 07.00

Wita) subjek diminta untuk mengisi kuesioner kebosanan.

b.  Setelah menyelesaikan kegiatan belajar (pukul 13.10 Wita)

subjek diminta kembali untu mengisi kuesioner kebosanan.

c.  Nilai atau skor kebosanan dihitung berdasarkan selisih

kebosanan sesudah kegiatan belajar dan sebelum kegiatan

belajar. Karena ada tiga hari pendataan dalam satu periode maka

skor kebosanan untuk tiap perlakuan diperoleh rata-rata enam

nilai tersebut.

2.  Penilaian kelelahan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

51

a.  Sebelum memulai kegiatan belajar pada pagi hari (pukul 07.00

Wita) subjek diminta untuk mengisi kuesioner kelelahan.

b. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar (pukul 13.10 Wita)

subjek diminta kembali untu mengisi kuesioner kelelahan.

c.  Nilai atau skor kelelahan dihitung berdasarkan selisih kelelahan

sesudah kegiatan belajar dan sebelum kegiatan belajar. Karena

ada tiga hari pendataan dalam satu periode maka skor kelelahan

untuk tiap perlakuan diperoleh rata-rata enam nilai tersebut.

3.  Penilaian keluhan muskuloskeletal

a.  Sebelum memulai kegiatan belajar pada pagi hari (pukul 07.00

Wita) subjek diminta untuk mengisi kuesioner keluhan

muskuloskeletal.

b. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar (pukul 13.10 Wita)

subjek diminta kembali untu mengisi kuesioner keluhan

muskuloskeletal.

c.  Nilai atau skor keluhan muskuloskeletal dihitung berdasarkan

selisih keluhan muskuloskeletal sesudah kegiatan belajar dan

sebelum kegiatan belajar. Karena ada tiga hari pendataan dalam

satu periode maka skor keluhan muskuloskeletal untuk tiap

perlakuan diperoleh rata-rata enam nilai tersebut.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

52

4.8.4  Alur Penelitian 

Tahap II

Tahap I

Gambar 4.8.1 Alur Penelitian

P1

(peregangan otot di sela

pembelajaran)

Washing Out (4 hari)

Data setelah

pembelajaran :

- Mikroklimat

-  Kebosanan

-  Kelelahan

-  Keluhan Muskuloskelatal

P0

(pembelajaran tanpa

peregangan otot)

Data Sebelum

pembelajaran:

-  Mikroklimat

-  Kebosanan

-  Kelelahan-  Keluhan Muskuloskeletal

Sampel

40 peserta didik 

Total

Sampling

Kriteria

Inklusi

Populasi Terjangkau

peserta didik kelas X

TIK2 Jurusan TIK

Populasi Target

Peserta didik kelas X

Data Sebelum

pembelajaran:

- Mikrolimat 

-  Kebosanan

-  Kelelahan-  Keluhan Muskuloskeletal

Data setelah

pembelajaran:

- Mikroklimat

-  Kebosanan

-  Kelelahan

-  Keluhan Muskuloskeletal 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

53

4.9  Analisis Data

Pengolahan data dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut.

1)  Uji normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel benar-benar

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data

terhadap kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal menggunakan

statistik Kolmogorow-Smirnov (K-S) dengan menggunakan program SPSS

16   for Windows. Kriteria pengujian data menggunakan taraf signifikansi

5% (α = 0,05). 

2)  Uji t sampel berpasangan

(a)  Data kondisi lingkungan dianalisis dengan uji   paired-sample t test  

pada taraf signifikansi 5%.

(b)  Data kebosanan, kelelahan dan keluhan muskuloskeletal dianalisis

dengan uji   paired-sample t test karena datanya berdistribusi normal

pada taraf signifikansi 5%.

Uji t sampel berpasangan ( paired-sample t test ) merupakan pengujian yang

dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan

dapat diartikan sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua

treatment atau perlakuan berbeda.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

54

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Fisik Subjek

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 23 – 25 Mei 2011 dan 30 Mei –  

1 Juni 2011 di SMK Pariwisata Triatma Jaya Badung. Jumlah dalam sampel ini

sebanyak 40 siswa, 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Masing-masing

siswa sedang duduk di kelas X, tahun pelajaran 2010/2011. Dari 40 sampel

tersebut diberikan dua kali perlakuan yaitu perlakuan pada tahap 1 (pembelajaran

tanpa peregangan) dan perlakuan pada tahap 2 (peregangan di sela pembelajaran).

Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi variabel

umur, berat badan dan tinggi badan disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Data Karakteristik Subjek Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya

Badung

No Variabel Rentangan Rerata Simpang Baku

1 Umur (tahun) 15 – 17 15,60 0,68

2 Berat Badan (kg) 40 – 83 52,95 10,58

3 Tinggi Badan (cm) 146 – 182 162,40 9,71

Dari Tabel 5.1 diketahui bahwa rerata umur peserta didik adalah 15,60 ± 0,68

tahun dengan rentangan 15  –  17 tahun. Rerata berat badan peserta didik adalah

52,95 ± 10,58 kg dengan rentangan 40  – 83 kg. Rerata tinggi badan peserta didik 

adalah 162,40 ± 9,71 cm.

Dilihat rerata berat badan dan tinggi badan peserta didik termasuk dalam

rentangan berat badan ideal.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

55

5.2 Kondisi Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan kerja yang diindikasikan dari suhu basah, suhu kering,

kelembaban relatif, intensitas penerangan, intensitas kebisingan dan kecepatan

angin dapat berpengaruh terhadap kondisi kerja. Hasil uji normalitas terhadap data

kondisi lingkungan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan

demikian dilanjutkan dengan analisis parametric dengan menggunakan uji paired-

sample t test . Hasil analisis data kondisi lingkungan di ruang kelas SMK

Pariwisata Triatma Jaya Badung dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Data Kondisi Lingkungan Ruang Kelas SMK Pariwisata Triatma Jaya,

Badung

No Variabel Tahap 1

Rerata SB

Tahap 2

Rerata SB

Nilai

F

Nilai

P

1. Suhu Basah (°C) 25,50 0,50 26,50 0,61 0,000 0,220

2. Suhu Kering (°C) 28 0,50 29 0,17 10,286 0,117

3.

Kelembaban Relatif 

(%) 81,6 6,15 80,80 5,45 0,389 0,833

4Intensitas Penerangan

(Lux)620,2 243,71 629,2 145,63 5,741 0,310

5Intensitas Kebisingan

(dB)73,10 2,24 76,26 1,09 2,544 0,944

6.Kecepatan Angin

(m/dt)0,14 0,11 0,26 0,09 0,264 0,101

Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dilihat dari

suhu basah, suhu kering, kelembaban relatif, intensitas penerangan, intensitas

kebisingan dan kecepatan angin di ruang kelas saat perlakuan pada tahap 1

(pembelajaran tanpa peregangan) dan tahap 2 (peregangan di sela pembelajaran)

adalah tidak berbeda bermakna (p>0,05). Ini berarti data kondisi lingkungan antar

kedua perlakuan adalah sama.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

56

5.3 Kebosanan dalam Proses Pembelajaran

5.3.1 Analisis efek sisa terhadap kebosanan dalam proses pembelajaran

Efek sisa terjadi apabila washing out period  tidak cukup sehingga efek 

perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) masih ada pada waktu diberikan

perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan). Efek sisa ini dicari dengan

membandingkan rerata nilai kebosanan pada penelitian tahap 1 dan tahap 2 antar

subjek penelitian, ditampilkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Efek Sisa Nilai Rerata Kebosanan antar Perlakuanpada Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya Badung

Kelompok Rerata Simpang Baku Nilai t Nilai p

Tahap 1 38,000 6,0890,128 0,898

Tahap 2 38,175 6,118

Jumlah nilai kebosanan pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2

diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S), didapat data

berdistribusi normal, dimana (p>0,05). Dari hasil uji independent samples test  

diketahui perbedaan jumlah nilai kebosanan pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan

pada tahap 2 dari subjek penelitian tidak berbeda, di mana t= 0,128 dengan

p=0,898. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat efek sisa dari perlakuan pada tahap 1

terhadap perlakuan pada tahap 2.

5.3.2 Analisis efek perlakuan terhadap kebosanan dalam proses

pembelajaran

Kebosanan diukur dengan menggunakan kuesioner kebosanan

menggunakan skala empat Likert dan diperoleh skor kebosanan sebelum dan

sesudah perlakuan, sebagaimana terlihat pada Tabel 5.4

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

57

Tabel 5.4

Nilai Rerata Kebosanan antar Perlakuan

pada Peserta Didik kelas X SMK Triatma Jaya Badung

Tahap 1

Rerata SB

Tahap 2

Rerata SB

Nilai t Nilai p

Sebelum

pembelajaran

38,000 6,089 38,175 6,118 2,014 0,051

Sesudah

pembelajaran

72,950 10,127 66,650 8,739 3,160 0,003

Beda 34,950 12,172 28,475 10,233 3,231 0,003

Sebelum dilakukan uji   paired-sample t test data kebosanan dalam proses

pembelajaran, diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada tingkat

kepercayaan (α=0,05). Data tersebut pada masing-masing tahap adalah

berdistribusi normal (p>0,05), sehingga dilanjutkan dengan menggunakan uji

 paired-sample t test . 

Hasil uji   paired-sample t test terhadap kebosanan sebelum pembelajaran

tidak berbeda bermakna (p>0,05), ini berarti kebosanan sebelum pembelajaran

untuk masing-masing tahap adalah sama. Sedangkan kebosanan sesudah

pembelajaran berbeda bermakna (p<0,05), ini berarti skor kebosanan sesudah

pembelajaran untuk kedua perlakuan adalah berbeda. 

5.4 Kelelahan dalam Proses Pembelajaran

5.4.1 Analisis efek sisa terhadap kelelahan dalam proses pembelajaran

Efek sisa terjadi apabila washing out period  tidak cukup sehingga efek 

perlakuan tahap 1 masih ada pada waktu diberikan perlakuan pada tahap 2. Efek 

sisa ini dicari dengan membandingkan rerata nilai kelelahan pada penelitian

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

58

perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2 antar subjek penelitian, ditampilkan

pada Tabel 5.5

Tabel 5.5Efek Sisa Nilai Rerata Kelelahan antar Perlakuan

pada Peserta Didik kelas X SMK Triatma Jaya Badung

Kelompok Rerata Simpang Baku Nilai t Nilai p

Tahap 1 32,225 1,8180,000 1,000

Tahap 2 32,225 1,846

Jumlah nilai kelelahan pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2

dari masing-masing kelompok perlakuan diuji normalitasnya dengan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S), didapat data berdistribusi normal, dimana (p> 0,05).

Dari hasil uji independent samples test diketahui perbedaan jumlah nilai kelelahan

pada perlakuan tahap 1 dan perlakuan pada tahap 2 dari masing-masing kelompok 

perlakuan subjek penelitian tidak berbeda, di mana t= 0,000 dengan p=1,000. Hal

ini berarti bahwa tidak terdapat efek sisa dari perlakuan tahap 1 terhadap

perlakuan pada tahap 2.

5.4.2 Analisis efek perlakuan terhadap kelelahan dalam proses pembelajaran

Kelelahan subjektif adalah rerata skor pengisian kuesioner 30 item yang

terpilih menjadi tiga bagian, 1  –  10 adalah pelemahan aktivias, 11  –  20 adalah

pelemahan motivasi dan 21  –  30 adalah kelelahan fisik akibat keadaan umum.

Hasil analisis kelelahan dalam proses pembelajaran antara perlakuan tahap1 dan

perlakuan tahap 2 disajikan pada Tabel 5.6.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 5

59

Tabel 5.6

Nilai Rerata Kelelahan antar Perlakuan

pada Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya Badung

Tahap 1

Rerata SB

Tahap 2

Rerata SB

Nilai t Nilai p

Sebelum

pembelajaran

32,225 1,819 32,225 1,847 0,001 1,000

Sesudah

pembelajaran

73,725 3,823 51,700 4,292 28,665 0,001

Beda 41,500 3,843 19,475 4,635 28,696 0,001

Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov  (K-S) diperoleh bahwa

skor kelelahan berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji  paired-

sample t test. Hasil uji t-paired  skor kelelahan sebelum perlakuan tidak berbeda

bermakna (p>0,05), ini berarti skor kelelahan sebelum perlakuan untuk kedua

perlakuan adalah sama. Sedangkan skor kelelahan sesudah perlakuan berbeda

bermakna (p<0,05), ini berarti skor kelelahan sesudah pembelajaran antara

perlakuan tahap 1 (tanpa peregangan) dengan perlakuan tahap 2 (dengan

peregangan) adalah berbeda. 

5.5 Keluhan Muskuloskeletal dalam Proses Pembelajaran

5.5.1 Analisis efek sisa keluhan muskuloskeletal

Efek sisa terjadi apabila washing out period  tidak cukup sehingga efek 

perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) masih ada pada waktu diberikan pada

tahap 2 (dengan peregangan). Efek sisa ini dicari dengan membandingkan rerata

nilai keluhan muskuloskeletal pada penelitian perlakuan pada tahap 1 dan 2 antar

subjek penelitian, ditampilkan pada Tabel 5.7.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

60

Tabel 5.7

Efek Sisa Nilai Rerata Keluhan Muskuloskeletal antar Perlakuan

pada Peserta Didik kelas X SMK Triatma Jaya Badung

Kelompok Rerata Simpang Baku Nilai t Nilai p

Perlakuan tahap 1 31,225 2,5471,147 0,255

Perlakuan tahap 2 31,875 2,524

5.5.2 Analisis efek perlakuan terhadap keluhan muskuloskeletal dalam

proses pembelajaran

Keluhan muskuloskeletal diukur menggunakan  Nordic Body Map dengan

penilaian empat skala Likert. Analisis data mengenai keluhuan muskuloskeletal

terlihat pada Tabel 5.8

Tabel 5.8

Nilai rerata Keluhan Muskuloskeletal antar Perlakuan

pada Peserta Didik Kelas X SMK Triatma Jaya Badung

Tahap 1Rerata SB

Tahap 2Rerata SB

Nilai t Nilai p

Sebelum

pembelajaran

31,225 2,547 31,875 2,524 1,433 0,160

Sesudah

pembelajaran

70,475 4,674 45,900 5,213 36,382 0,001

Beda 39,250 5,633 14,025 4,999 29,291 0,001

Dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorv-Smirnov diperoleh bahwa

keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah pembelajaran berdistribusi normal,

sehingga dilanjutkan dengan uji  paired-sample t test. Hasil uji   paired-sample t 

test skor keluhan muskuloskeletal sebelum pembelajaran tidak berbeda bermakna

(p>0,05), ini berarti skor keluhan muskuloskeletal sesudah pembelajaran antara

perlakuan tahap 1 (tanpa peregangan) dengan tahap 2 (dengan peregangan)

adalah berbeda. 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

61

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1.  Karakteristik Subjek

Subjek pada penelitian ini terdiri dari 40 siswa, 23 siswa laki-laki, 17

perempuan dengan karakteristik yang akan dibahas adalah umur, tinggi badan dan

berat badan.

Umur subjek yang terlibat dalam penelitian ini antara 15  –  17 tahun

dengan rerata 15,60 ± 0,68 tahun. Rentangan umur ini merupakan rentangan umur

yang sesuai untuk peserta didik yang dibuktikan dengan kartu pelajar yang mereka

miliki di sekolah sehingga pengaruhnya terhadap pekerjaan dapat diabaikan.

Kondisi umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot

seseorang (Kroemer dan Grandjean, 2000). Kapasitas fisik seseorang berbanding

lurus dengan umur sampai batas-batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia

25 tahun (Manuaba, 1998). Rentangan umur subjek masih berada dalam keadaan

fisik yang optimal untuk melakukan pekerjaan karena belum mencapai usia

puncak produktif.

Berat badan dalam subjek penelitian berada dalam rentangan 40  – 83 kg

dengan rerata 52,95 ± 10,58 kg dan tinggi badan berada dalam rentangan 146  –  

182 cm dengan rerata 162,4 ± 9,71 cm. Dilihat dari rerata berat badan dan rerata

tinggi badan peserta didik tergolong dalam kategori ideal sehingga pengaruhnya

terhadap penelitian dapat diabaikan.

61

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

62

6.2 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang didata dalam penelitian ini adalah suhu basah,

suhu kering, kelembaban relatif, pencahayaan, kebisingan dan kecepatan angin

sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.

Temuan pada penelitian ini adalah rerata suhu basah pada perlakuan pada

tahap1 adalah 25,50°C dan perlakuan 2 adalah 26,50°C. Sedangkan rerata suhu

kering yang didapatkan di dalam ruang kelas pada tahap 1 adalah 28°C dan tahap

2 adalah 29°C, serta kelembaban relatif pada tahap 1 adalah 81,6% dan pada tahap

2 80,8%. Manuaba (1998a) menyatakan bahwa orang Indonesia yang berada di

daerah tropis teraklimatisasi atau merasa nyaman dengan suhu kering antara 26-

28°C dan kelembaban relatifnya 70-80%. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa suhu kering, suhu basah dan kelembaban relatif pada kedua perlakuan

berada di atas kategori nyaman. Hasil uji   paired-sample t test membuktikan

bahwa suhu kering, suhu basah dan kelembaban relatif untuk kedua tahap adalah

tidak berbeda bermakna (p>0,05), ini berarti subjek penelitian terpapar oleh suhu

kering, suhu basah dan kelembaban relatif yang sama antara kedua tahap, serta

tidak bertindak sebagai variabel pengganggu karena pengaruhnya dapat dikontrol.

Pencahayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam proses

pembelajaran. Pencahayaan yang baik memberikan situasi yang nyaman dalam

melihat objek dengan jelas sehingga otot-otot mata tidak mengalami kelelahan.

Rerata intensitas cahaya pada tahap 1 adalah 620,2 lux dan tahap 2 adalah 629,2

lux. Untuk kegiatan belajar (membaca dan menulis) diperlukan intensitas

pencahayaan sebesar 350-700 lux (Kroemer dan Grandjean, 2000). Jadi intensitas

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

63

cahaya di dalam kelas, masih berada dalam batas kenyamanan. Berdasarkan uji

 paired-sample t test terlihat bahwa intensitas cahaya kedua perlakuan adalah tidak 

berbeda bermakna dengan p>0,05. Manuaba (1998) menyatakan apabila

penerangan tidak memadai akan dapat menimbulkan 2 macam kelelahan, baik 

penglihatan maupun saraf. Bila kondisi ini berlangsung kronis, maka akan

ditandai dengan tanda-tanda pusing dan vertigo, sulit tidur, dan hilang nafsu

makan serta malas dan lamban dalam bertindak.

Gerakan udara pada suatu ruangan memberi pengaruh kepada suhu yang

dirasakan seseorang. Agar gerakan udara tersebut tidak menimbulkan dampak 

yang tidak diinginkan, dianjurkan agar gerakan udara di dalam ruangan tidak lebih

dari 0,2m/detik (Manuaba, 1998). Apabila gerakan udara kurang dari 0,2m/detik 

maka sirkulasi udara dalam ruangan akan terganggu dan mengakibatkan

pertukaran oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga ruangan menjadi

panas. Sebaliknya jika gerakan udara melebihi 0,2m/dtk mengakibatkan orang

yang berada di ruangan tersebut tidak menyadari kehilangan panas tubuhnya dan

mengalami dehidrasi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa gerakan udara dalam

ruangan pada tahap 1 adalah 0,14m/dtk dan tahap 2 adalah 0,26m/dtk. Gerakan

udara tersebut tidak dalam kategori yang nyaman. Hasil uji   paired-sample t test 

membuktikan bahwa gerakan udara pada tahap 1 dan tahap 2 adalah tidak berbeda

bermakna (p>0,05).

6.2 Kebosanan Peserta Didik

Kebosanan dalam proses pembelajaran ditandai dengan berkurangnya

perhatian peserta didik terhadap materi yang sedang dibahas atau peserta didik 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

64

mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya pada tugas yang

sedang dilaksanakan. Kondisi seperti ini sering menyertai peserta didik pada

proses pembelajaran jikalau jam belajar dialokasikan pada siang hari dan terlebih

lagi guru pengajar kurang mampu mengelola kelas dengan baik. Jika kondisi yang

membosankan tersebut berkepanjangan, akan muncul perasaan gelisah, ingin

menghindar dari aktivitas tersebut dan menurunnya motivasi untuk belajar. Dalam

hal ini Kroemer dan Grandjean (2000) menjelaskan bahwa kebosanan bisa terjadi

disebabkan oleh stimulasi yang rendah, tuntutan fisik dan mental yang rendah

yang mengakibatkan stimulasi yang kecil pada daerah kesadaran di otak.

Konsekuensinya sistem limbik akan terpengaruh dan reaksi dari organisme secara

keseluruhan akan menurun.

Hasil uji paired-sample t test sebelum pembelajaran antara perlakuan pada

tahap 1(tanpa peregangan) dan perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan)

membuktikan bahwa kedua tahap tersebut tidak berbeda bermakna dengan nilai

p>0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik dilihat dari faktor

kebosanan sebelum proses pembelajaran adalah sama.

Proses pembelajaran yang berkepanjangan sering memunculkan rasa bosan

yang ditandai dengan rasa kesal, lelah, lemas, dan menurunnya konsentrasi serta

ingin beralih dari aktivitas tersebut. Hasil uji beda terhadap rerata skor kebosanan

setelah proses pembelajaran membuktikan bahwa kedua tahap tersebut berbeda

bermakna dengan nilai p < 0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik 

dilihat dari faktor kebosanan setelah proses pembelajaran adalah berbeda. Hal ini

terlihat dari perbedaan rerata skor kebosanan pada perlakuan pada tahap 1 (tanpa

peregangan) yaitu 34,95 dan pada perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan)

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

65

yaitu 28,47. Hasil analisis ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan

menyisipkan peregangan mengurangi rerata kebosanan sebesar 18,54% secara

signifikan (p<0,05) seperti terlihat pada Tabel 5.4. Temuan ini didukung oleh

Wulanyani (2004) yang melaporkan bahwa pengaturan istirahat mampu

mengurangi kebosanan secara signifikan (p<0,05) pada pelinting kertas rokok di

CV ”X” Denpasar.

6.3 Kelelahan Peserta Didik

Proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari beban belajar karena dalam

proses pembelajaran diperlukan aktivitas fisik dan mental yang secara terpadu

dapat diekspresikan melalui kelelahan yang ditandai dengan perubahan denyut

nadi. Kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari

gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi,

adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, aktivitas, dan

fisik lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental

(Sedarmayanti, 1996). Kelelahan yang berlanjut dapat menyebabkan kelelahan

kronis dengan gejala-gejalanya adalah: (1) terjadinya penurunan kestabilan fisik,

(2) kebugaran berkurang, (3) gerakan lamban, (4) malas bekerja, dan (5) adanya

rasa sakit yang semakin meningkat. Disamping itu kelelahan juga menyebabkan

gangguan psikosomatik yaitu: (1) sakit kepala, (2) pusing, (3) mengantuk, (4)

 jantung berdebar, (5) keluarnya keringat dingin, (6) nafsu makan berkurang atau

hilang, dan (7) adanya gangguan pencernaan (Kroemer dan Grandjean, 2000 dan

Pheasant, 1991). Terkait dengan fakta tersebut tampaknya dalam proses

pembelajaran, berisiko memunculkan kelelahan secara dini. Kondisi tersebut akan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

66

semakin parah jika pada aktivitas pembelajaran disertai dengan kondisi

lingkungan yang tidak sehat, tidak aman dan tidak nyaman. Konsekuensinya

kelelahan akan lebih cepat muncul.

Hasil uji   paired-sample t test kelelahan sebelum pembelajaran antara

perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) dan perlakuan pada tahap 2 (dengan

peregangan) menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut tidak berbeda

bermakna dengan nilai p>0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik 

dilihat dari faktor kelelahan sebelum proses pembelajaran adalah sama.

Hasil uji beda terhadap rerata skor kelelahan setelah proses pembelajaran

menunjukkan bahwa kedua perlakuan pada tahap 1 dan tahap 2 tersebut berbeda

bermakna dengan nilai p<0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta didik 

dilihat dari faktor kelelahan setelah proses pembelajaran adalah berbeda. Hal ini

terlihat dari perbedaan rerata skor kelelahan pada perlakuan pada tahap1 (tanpa

peregangan) yaitu 41,50 dan perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan) yaitu

19,47. Terjadi penurunan kelelahan pada perlakuan 2 sebesar 80,94%.

Terjadinya peningkatan kelelahan dalam pembelajaran ini karena tubuh

peserta didik melakukan posisi statis terus menerus. Dengan kondisi tersebut,

maka tubuh akan mengeluarkan energi yang lebih banyak karena harus

mempertahankan posisi tersebut selama proses pembelajaran. Sedangkan pada

proses pembelajaran yang menyisipkan peregangan otot (perlakuan pada tahap 2),

peserta didik lebih merasa nyaman dan menjadi lebih rileks karena kondisi tubuh

tidak lagi melakukan posisi statis secara terus menerus, sehingga energi yang

dikeluarkan menjadi lebih sedikit. Ini berarti pembelajaran dengan menyisipkan

peregangan mampu mengurangi kelelahan peserta didik secara bermakna (p<0,05)

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

67

dan konsekuensinya terjadi peningkatan ketelitian, kecepatan, dan kekonstanan

peserta didik.

Temuan ini juga didukung oleh Sutajaya (2006) yang menyatakan bahwa

pembelajaran sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipatori (SHIP) yang

menerapkan prinsip ergonomi menurunkan kelelahan mahasiswa dalam proses

perkuliahan. Dengan adanya peregangan di sela pembelajaran maka tingkat

kelelahan dalam pembelajaran dapat diturunkan.

6.4 Keluhan Muskuloskeletal Peserta Didik

Proses pembelajaran yang dilakukan di ruangan kelas, umumnya

didominasi oleh otot statis karena siswa saat mendengar, mencatat, melihat

informasi di papan tulis, dan mengemukakan pendapat tetap berada di tempat

duduknya. Keadaan seperti ini menyertai pebelajar selama 2 jam pelajaran, yang

dapat mengakibatkan kekuatan otot berkurang, bertambah panjangnya waktu laten

kontraksi dan waktu melemas, kurangnya koordinasi serta otot menjadi bergetar

sehingga timbul keluhan dan kelelahan (Suma’mur, 2009).

Keluhan muskuloskeletal dihitung berdasarkan selisih skor keluhan dari

pengisian kuesioner   Nordic Body Map sebelum dan sesudah perlakuan

berdasarkan empat skala likert. Pada penelitian ini pembelajaran pada perlakuan

tahap 1 didominasi oleh aktivitas dengan sikap kerja yang tidak alamiah dan statis.

Melalui pembelajaran yang diselingi dengan peregangan berhasil diatasi sikap

kerja yang tidak alamiah menjadi alamiah karena pembelajaran tersebut

didomonasi oleh aktivitas yang dinamis serta peregangan otot yang dilakukan

bertujuan untuk mengurangi munculnya keluhan muskuloskeletal. Hasil uji 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

68

  paired-sample t test sebelum perlakuan antara perlakuan pada tahap 1 dan

perlakuan pada tahap 2 menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut tidak 

berbeda bermakna dengan nilai p>0,05. Ini membuktikan bahwa kondisi peserta

didik dilihat dari faktor keluhan muskuloskeletal sebelum proses pembelajaran

adalah sama. Hasil uji beda terhadap rerata skor keluhan muskuloskeletal setelah

proses pembelajaran menunjukkan bahwa kedua perlakuan pada tahap 1 dan tahap

2 tersebut berbeda bermakna dengan nilai p<0,05. Ini membuktikan bahwa

kondisi peserta didik dilihat dari faktor keluhan muskuloskeletal setelah proses

pembelajaran adalah berbeda. Hal ini terlihat dari rerata peningkatan skor keluhan

muskuloskeletal perlakuan pada tahap 1 (tanpa peregangan) yaitu 39,25 dan pada

perlakuan pada tahap 2 (dengan peregangan) yaitu 14,02. Tingginya keluhan

muskuloskeletal pada perlakuan 1 disebabkan karena tidak adanya kesempatan

bagi otot untuk beristirahat yang cukup sehingga otot terus mengalami kontraksi

yang menyebabkan daya dan kekuatan kontraksinya melemah, serta terjadi

penumpukan sisa-sisa metabolisme seperti asam laktat. Hal ini mengakibatkan

darah di antara serat-serat otot atau di luat pembuluh-pembuluh ototnya terjepit,

sehingga peredaran darah juga pembentukan energi terganggu (Suma’mur, 2009).

Kadar asam laktat yang tinggi juga menggambarkan ketidakmampuan sistem

energi aerobik, sehingga suplai energi bergeser ke sistem anaerobik. Keadaan ini

menyebabkan peningkatan produksi asam laktat dalam jaringan dan menurunkan

asam laktat dalam hati karena terhambatnya glikolisis (Citrawathi.dkk, 2001).

Keluhan muskuloskeletal masih merupakan masalah utama dari penyakit

akibat kerja (Bao, 2000 dan Hales dkk., 1996). Masalah tersebut menimbulkan

angka ketidakhadiran kerja tertinggi dan sebagai penyebab turunnya produktivitas

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 6

69

karena mengganggu kesehatan tenaga kerja dan menimbulkan dampak negatif 

dalam bidang sosio ekonomi (Vanwonterghem, 1996 dan Evelyn, 1996)

Dengan adanya peregangan menyebabkan keluhan muskuloskeletal

menurun yaitu 64,28%. Penurunan ini disebabkan karena pada saat diberikan

peregangan, otot dapat pulih kembali dan dapat membangun zat-zat yang

diperlukan bagi otot, dalam hal ini adalah pendaur-ulangan asam laktat sisa

metabolisme otot untuk diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air, dan glikogen

serta protein yang akan dimanfaatkan kembali. Nala (1998) menyatakan bahwa

proses pemulihan berusaha untuk mngembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula.

Disini diupayakan agar darah yang terkumpul di otot skeletal secepatnya bisa

ditarik ke peredaran sentral. Selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah

dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam

otot dan darah. Asam laktat ini merupakan limbah hasil metabolisme sel otot

sebagian besar (65%) akan didaur ulang dengan cara oksidasi (sistem aerobik)

menjadi karbondioksida dan air. Sisanya diubah menjadi glikogen hati dan darah

(20%) serta protein (15%) dimanfaatkan kembali untuk menjadi energi. Itu bisa

terjadi melalui proses pemulihan, yang salah satunya adalah dengan cara

melakukan berbagai gerakan aktif yang ringan seperti jalan atau menggerak-

gerakkan tubuh serta anggota tubuh atas dan bawah (lengan dan tungkai) secara

ringan setelah melakukan aktivitas fisik. Pada peregangan di sela pembelajaran

akan memberikankan peluang kepada peserta didik untuk melakukan aktif dan

diharapkan dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal.

Temuan ini juga didukung oleh Sutajaya (2006) yang menyatakan bahwa

pembelajaran sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipatori (SHIP) yang

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

70

menerapkan prinsip ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa

dalam proses perkuliahan. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian secara serius

terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kondisi pembelajaran yang tidak 

ergonomik dilihat dari keluhan muskuloskeletal yang ditimbulkan.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

71

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Bertolak dari pembahasan di atas yang dikaji berdasarkan literatur yang

mendukung dan temuan di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1.  Peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan kebosanan secara

bermakna pada peserta didik kelas X SMK Pariwisata Triatma Jaya

sebesar 18,54%.

2.  Peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan kelelahan secara

bermakna pada peserta didik kelas X SMK Pariwisata Triatma Jaya

sebesar 80,94%

3.  Peregangan otot di sela pembelajaran dapat menurunkan keluhan

muskuloskeletal secara bermakna pada peserta didik kelas X SMK

Pariwisata Triatma Jaya sebesar 64,28%.

1.2 Saran

Berdasarkan temuan pada penelitian inidapat disarankan sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan menyisipkan peregangan otot sebaiknya mulai

diterapkan karena sudah terbukti mampu menurunkan kebosanan,

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal peserta didik.

2. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan pemahaman sosialisasi dan

latihan peregangan otot kepada seluruh pengajar, sehingga setiap pengajar

diharapkan memberikan kegiatan peregangan otot di sela pembelajaran.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

72

DAFTAR PUSTAKA

Allers V. 1989. ”Workplace Preventive Program Cut Cost of Illness and Injuries” Journal Occupational Health and Safety. Oktober.

Amstrong, R. 1992. Lighting at Work. Occupational Health & Safety Authority.

Melbourne, Australia:.

Anastasi, A. 1989. Field of Applied Psychology (terjemahan). Jakarta: CV.

Rajawali.

Anonim, 1991. Informasi Tes. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah

Mada.

Anonim, 1995. Survey Kelainan Gizi di Daerah Tingkat II. Jakarta: Direktorat

Bina Gizi Masyarakat Depkes RI.

Anonim, 2011. Gerakan Peregangan (Strecthing). Tersedia di

http://vharsa.wordpress.com/2010/01/.../gerakan-peregangan-stretchin...-

tembolok. [access tanggal 20 Juli 2011]

Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:

Rineka Cipta

Bakta I.M. 1997.   Rancangan Penelitian. Denpasar: Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

Bao, S., Winkel, J., Shahnavaz, H. 2000. Prevalence of Musculoskeletal Disorder

at Work Places in the People’s Republic of China. Int. J. Occup. Saf. Ergon.;

6(4): 557-574.

Bernard, T.E. 1996. Occupational Heat Stress. Edited by Bhatacharya, A &

MCGlothlin, J.D. Occupational Ergonomics Theory and Applications. NewYork: Marcel Dekker Inc.

Berry, L.M. 1998. Psychology at Work . 2nd ed. Boston: McGraw-Hill.

Boucsein, W. 2003.   Ergonomics and The Workplace. Proc, National Acad. Sci

USA.

Brennan F.B & Chanetski C.J. 2000. Stress and Immune System Function in A

 Newspaper’s newsroom. Psychological Reports. 218-222.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

73

Bullock, M. 1991. Ergonomics: The Physiotherapist in The Workplace, Churchill

Livingstone. www. Smartcarept.com/abstracts.html. [Access: 20 April 2003].

Connely, D.M. (2008). Functional Approach Research. In Taylor, A.W &

Johnson, M.J (eds). Physiology of Exercise and Healthy Aging, USA: HumanKinetic. P.122

Carrasco, C. 1996. ”Reduction of Back load and Strain in the Workplace”. Dalam

Research Report 1994-1995. Australian Goverment Publishing Service,

Canberra, Australia, 18-20.

Chavalitsakulchai, P & Shahnavaz, H. 1993.”Ergonomics Method for Prevention

of The Musculuskeletal Discomfort Among Female Industrial Workers:

Physical Characteristics and Work Factors”. Journal of Human Ergology 22 ;

95-113.

Chew, D.C.E. 1991. Productivity, Safety and Health. ILO, Geneva,p:1796.

Citrawati, Desak Made., Sutajaya, IM., dan Maharta, IK, 2001.   Anatomi dan

Fisiologi Manusia. Jakarta: Bhatara Niaga Media.

Corwin, E.J. 2001.  Handbook of Pathophysiology (terjemahan). Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Cox, T & Griffiths, A. 1996. Assesment of Psychosocial Hazard at Work. In

Schabracq, M.J:Winnubst, J.A.M: Cooper, A.L. Chichester(eds).  Handbook 

of Work and Health Psychology. John Wiley & Sons.

Dekker, K. 1996. The Human Aspect of Shift Work. In Bharattacharya, A &

McGlothlin, J.D. Occupational Ergonomics Theory and Applications. New

York: Marcel Dekker Inc.

Dul, J & Weerdmeester, B.A. 1993.   Ergonomics for Beginners; A Quick 

 Reference Guide. London; Taylor and Francis; 9-12

Evelyn, G.L.T. 1996. Ergonomic Task Analysis in Electronics Industries: Some

Case Studies. J. Human Ergol., 25 (1,6): 49-62.

Ganong, W.F. 2001.   Review of Physiology. 20th Edition. New York: Lange

Medical Books/Mc Graw-Hill Medical ublishing Division.

Guyton, A.C and Hall, J.E. 2000. Fisiologi Kedokteran. Pennsylvania:W.B.

Saunders Company.

Green, N. 2002. Work Related Musculoskeletal Disorder and Breaks.  Journal of 

 Industrial Medicine vol 29 Agustus 2002: 679-688

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

74

Hales, T.R., Bernard, B.P. 1996. Epidemiology of Work-Related Musculoskeletal

Disorder. Orthop. Clin. North Am., Oct. 1996; 27(4): 679-709.

Handsford, P.1988. Blood Flow Changes at The Wrist in Manual Workers After

Preventive Intervention. Journal   Hand Surgery. 503-508 www.Smartcarept.com/abstracts, html.

Hart, G. 1998. Stand on Sitting: What Science has to Say About Seating Options.

In Scott, P.A dan Bridger, R.S. Global Ergonomics. Amsterdam: Elsevier:362

Hodges, D.S. 1999.”Neuromusical Research: A Review of The Literature”. Dalam

Hodges D.A.   Handbook of Music Psychology. 2nd ed. San Antonio: IMR

Press

Karlsson, S & Johansson, B.O. 1998. Reorganization of Assembly Work 

Increased Productivity and Reduce Workload. In Scott, P.A; Bridger,R.S.;Chartevis,J. Global Ergonomics. Amsterdam:Elsevier, 491

Kartono, M. 1998. Disfungsi Erketile, Sebuah Pendekatan Baru.  Majalah Medika 

No. 11, tahun 24, November.

Kroemer K.H.E; Kroemer,H.B; Kroemer, K.E. 1994.  Ergonomics How to Design

 for Ease & Efficiency. New Jersey: Prentice Hall International, Inc, 121-649

Kroemer, K.H.E & Grandjean, E. 2000. Fittiing the task to the Human. A

Textbook of Occupational Ergonomics. Fifth edition. Taylor and Francis.

Manuaba, A & Vanwonterghem, K. 1996. Improvement of Quality of Life

Determination of Exposure Limits for Physical Strenous Task Under Tropical

Conditions. Final Report: Joint Research Project Indonesia-Belgian

 Denpasar: Departement of physiology. Udayana University

Manuaba , A. 1998a. Pengaturan suhu tubuh dan ”Water Intake”.   Bunga Rampai

Vol. II . Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas

Udayana.

Munandar, A.S. 1988. Psikologi Industri. Materi Pokok Universitas Terbuka.Jakarta: Penerbit Karunika

Nagourney, E. Nytimes.com..2001. Prevention: Benefits of Being Ergonomically.

www.heartspace.org/writing/essays/2001/boredom.html. [Access: 12 Maret

2002].

Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program

Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

75

National Institute Occupational Health and Safety (NIOSH). 2002.

  Musculoskeletal Disorder and Workplace Factors. 

http://www.cdc.gov/NIOSH/homepage.html. [Access:21 Juli 2003]

Nurmianto, E. 1998.   Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: GunaWidya, 69,264

Olszewski, J. 1998. Ergonomics for Work System Creating. In Scott, P.A;

Bridger, R.S.; Chartevis, J. Global Ergonomics. Amsterdam: Elsevier, 451.

Osipow, A.H & Spokane, A.R. 1987. Occupational Stress Inventory. Florida:

Psycological Assessment Resources, Inc.

Pheasant, S. 1991. Ergonomics Work and Health. London: MacMillan Press.

Porter, D.B & Hernacki, M. 1992.  An Quantum Learning Leasing the Genius inYou. New York: Dell Publishing.

Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice

Hall, Englewood Cliffs, 95-218.

Rahayu, E.S & Nuryata, I.M. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Sekarmita.

Sanders, M.S & McCormick. 1987.   Human Factor in Engineering and Design.

New York: McGraw-Hill Book Company.

Schabracq, M.J & Winnubst, J.A.M 1998.Mid-Career Problems. In Schabracq,

M.J; Winnubst, J.A.M; Cooper, C.L.   Handbook of Work and Health

Psychology. Chichester: John Willey & Sons.

Sedarmayanti, 1996. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja, Suatu Tinjauan Aspek 

 Ergonomi atau Kaitan antara Manusia dengan Lingkungan Kerja, Bandung:

CV. Mandar Maju.

Serigig, I.N. 2001.”Peningkatan Waktu Istirahat Pendek Setiap Setengah Jam

Kerja Mengurangi Keluhan Pada Sistem Muskeloskeletal, Nadi Kerja serta

Meningkatkan Produktivitas Pemasang Ubin” (Tesis). Denpasar. UniversitasUdayana

Sugiyono & Wibowo, E. 2001. Statitiska Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suma’mur, P.K. 2009.   Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

Sagung Seto.

Sutajaya, IM. 2006. Pembelajaran Melalui Pendekatan Sistemik Holistik 

Interdisipliner dan Partisipatori (SHIP) Mengurangi Kelelahan Keluhan

Muskuloskeletal dan Kebosanan serta Meningkatkan Luaran Proses Belajar

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

76

Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja. ( Disertasi). Denpasar: Program

Pascasarjana Universitas Udayana.

Tjandra, I.A.M. 1988.   Dasar-dasar Osteologi dan Miologi. Materi Kuliah pada

Fakultas Biologi IKIP Singaraja.

Veitch, R & Arkelin, D. 1995.   Enviromental Psychology: An Interdiciplinary

Perspective. New Jersey: Prentice Hall-Inc.

Vonwonterghem, K.1996. Work Related Muskuluskeletal Problems: Some

Ergonomics Considerations. J.Human Ergol .,25 91,6): 5-13.

Wilson, J.R & Corlett, E.N. 1992.  Evaluation of Human Work . London: Taylor &

Francis.

Wirawan, S. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Grasindo

Wulanyani. N.M.S; Widjasena, B; Wijaya, R. 2003. Effect of Music on Testing

Performance. Proceeding of the 7th Southeast Asian ergonomics Society and 

4th Malaysian Ergonomics Conference, Kuching, Sarawak, Malaysia: May

19-22, 2003

Woodson. W.e. 1986.   Human Factors Design Handbook . USA: McGraw-Hill

Book Company.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

77

Lampiran 1. Kuesioner Kebosanan

KUESIONER KEBOSANAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan kondisi

saudara saat ini.STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju

SS : Sangat Setuju SS : Sangat Setuju

AS : Agak Setuju

NO PERTANYAAN JAWABAN

STS TS AS S SS

1 Saya menyukai materi yang sedang dibahas

2 Saya menyukai cara penyampaian materi

3 Saya menyukai penampilan pengajar

4 Saya selalu penuh semangat saat belajar

5 Saya merasa ketinggalan informasi jika tidak hadir

6 Pada saat belajar belajar saya merasa ingin cepat-cepat

keluar dari ruang kelas

7 Proses pembelajaran saya rasakan sangat lamban

8 Saya merasa waktu berlalu dengan cepat saat belajar

9 Saya merasa kurang termotivasi untuk mengikuti

pelajaran

10 Saya merasa kesulitan menerima pelajaran

11 Saya merasa malas mencatat materi pelajaran

12 Saya merasa malas mendengarkan pelajaran

13 Saya merasa enggan untuk bertanya14 Saya merasa enggan untuk menjawab

15 Saya selalu merasa gelisah

16 Saya sering menguap

17 Saya sering menggeser-geser pantat

18 Saya sering menoleh ke kiri dan ke kanan

19 Saya merasa kurang konsentrasi

20 Saya sulit menahan rasa kantuk 

21 Saya sering melamun

22 Saya sering terkejut jika ditanya

23 Saya lebih suka ngobrol daripada belajar24 Saya merasa materi yang disampaikan bias diserap

dengan baik 

25 Saya merasa metode pembelajaran bersifat monoton

26 Saya mengalami kesulitan saat ingin mencatat materi

yang disampaikan

(Sumber: Anoraga, 1998 (modifikasi))

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

78

Lampiran 2.KUESIONER KELELAHAN SECARA UMUM DENGAN 30 ITEM

PERNYATAAN

N a m a : ________________________________

Sampaikan perasaan saudara terhadap pertanyaan di bawah ini, dengan mengisi kolom di

sebelah kanannya. Pilihlah :

A : tidak sama sekali C : ya merasa

B : agak merasa D : sangat merasa

No PERTANYAAN A B C D

1 Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ?

2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan ?

3 Apakah kaki saudara terasa berat ?

4 Apakah saudara menguap ?

5 Apakah pikiran saudara terasa kacau ?

6 Apakah saudara merasa mengantuk ?

7 Apakah saudara merasakan ada beban di mata ?

8 Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam bergerak ?

9 Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri ?

10 Apakah ada perasaan ingin berbaring ?

11 Apakah saudara merasa susah berpikir ?

12 Apakah saudara merasa lelah untuk bicara ?

13 Apakah perasaan saudara menjadi gugup ?

14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi ?

15 Apakah saudara tidak dpt memusatkan perhatian thd sesuatu ?

16 Apakah saudara punya kecendrungan untuk lupa ?

17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri ?

18 Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu ?

19 Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap ?

20 Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan ?

21 Apakah saudara merasa sakit kepala ?

22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu ?

23 Apakah saudara merasakan nyeri di punggung ?

24 Apakah nafas saudara terasa tertekan ?

25 Apakah saudara merasa haus ?

26 Apakah suara saudara terasa serak ?

27 Apakah saudara merasa pening ?

28 Apakah kelopak mata saudara terasa kejang ?

29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor) ?

30 Apakah saudara merasa kurang sehat ?

(Sumber: Sutjana, 2000)

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 7

79

Lampiran 3. Kuesioner Keluhan Muskuloskeletal

KUESIONER NORDIC BODY MAP

PETUNJUK : berilah tanda silang ( X ) pada kolom yang tersedia SESUAIDENGAN keluhan sakit / kaku pada otot yang Saudara rasakan.

N a m a :

Hari / Tanggal :

(Sumber, Sutjana, 2000)

KETERANGAN :

A : Tidak sakit (dapat melaksanakan pekerjaan tanpa keluhan)

B : Agak sakit (dapat bekerja meskipun kadang-kadang merasa sakit)

C : Sakit (tetap dapat bekerja meskipun tidak sepenuhnya)

D : Sangat sakit (merasa sakit dan tidak dapat melaksanakan pekerjaan)

NO JENIS KELUHAN

TINGKAT

KELUHAN

A B C D

0 Sakit/kaku pada leher bagian atas

1 Sakit/kaku pada leher bagian bawah

2 Sakit pada bahu kiri

3 Sakit pada bahu kanan4 Sakit pada lengan atas kiri

5 Sakit pada punggung

6 Sakit pada lengan atas kanan

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit pada bokong

9 Sakit pada pantat

10 Sakit pada siku kiri

11 Sakit pada siku kanan

12 Sakit pada lengan bawah kiri

13 Sakit pada lengan bawah kanan

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan

18 Sakit pada paha kiri

19 Sakit pada paha kanan

20 Sakit pada lutut kiri

21 Sakit pada lutut kanan

22 Sakit pada betis kiri

23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri

27 Sakit pada kaki kanan

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 80

80

Lampiran 4. Surat Persetujuan

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

1.  Nama : .....................................................................

2.  Umur/Tanggal Lahir : .....................................................................

3.  Jenis kelamin : Pria/Wanita

4.  Kelas : .....................................................................

Dengan ini menyatakan sepenuhnya menyadari manfaat dan resiko penelitian

yang berjudul ” Peregangan otot di sela pembelajaran mengurangi kebosanan,

kelelahan dan keluhan muskuloskeletal pada peserta didik kelas X SMK

Pariwisata Triatma Jaya Badung ” oleh karena itu dengan sukarela saya

menyetujui untuk diikutsertakan sebagai subjek penelitian dengan catatan apabila

suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik diri dari

persetujuan ini.

Mengetahui Denpasar, ...............................

Peneliti, Hormat saya,

Ni Ketut Dewi Irwanti ............................................... 

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 81

81

Lampiran 5

Uji Normalitas Data Lingkungan

Tests of Normality 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

suhu basah perlakuan1 .241 5 .200*

.821 5 .119

suhu basah perlakuan2 .300 5 .161 .833 5 .146

suhu kering perlakuan1 .241 5 .200*

.821 5 .119

suhu kering perlakuan2 .265 5 .200*

.836 5 .154

kelembaban relatif

perlakuan1

.310 5 .131 .808 5 .094

kelembaban relatif

perlakuan2.296 5 .174 .898 5 .400

intensitas kebisingan

perlakuan1.288 5 .200

*.896 5 .390

intensitas kebisingan

perlakuan 2.213 5 .200

*.919 5 .520

intensitas penerangan

perlakuan 1.200 5 .200

*.934 5 .622

intensitas penerangan

perlakuan 2.218 5 .200

*.969 5 .872

kecepatan angin perlakuan 1 .237 5 .200*

.961 5 .814

kecepatan angin perlakuan 2 .349 5 .056 .771 5 .046

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 82

82

Lampiran 6

Uji Beda terhadap Kondisi Lingkungan

Paired Samples Statistics 

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 suhu basah perlakuan1 25.5000 5 .50000 .22361

suhu basah perlakuan2 26.5000 5 .61237 .27386

Pair 2 suhu kering perlakuan1 28.0000 5 .50000 .22361

suhu kering perlakuan2 29.0000 5 1.17260 .52440

Pair 3 kelembaban relatif

perlakuan181.6000 5 6.14817 2.74955

kelembaban relatif

perlakuan280.8000 5 5.44977 2.43721

Pair 4 intensitas kebisingan

perlakuan173.1000 5 2.24277 1.00300

intensitas kebisingan

perlakuan 276.2600 5 1.09681 .49051

Pair 5 intensitas penerangan

perlakuan 16.2000E2 5 243.71807 108.99404

intensitas peneranganperlakuan 2

6.2920E2 5 145.63207 65.12864

Pair 6 kecepatan angin perlakuan 1 .1400 5 .11402 .05099

kecepatan angin perlakuan 2 .2600 5 .08944 .04000

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 83

83

N Correlation Sig.

Pair 1 suhu basah perlakuan1 &

suhu basah perlakuan25 .408 .495

Pair 2 suhu kering perlakuan1 &

suhu kering perlakuan25 .000 1.000

Pair 3 kelembaban relatif

perlakuan1 & kelembaban

relatif perlakuan2

5 .057 .928

Pair 4 intensitas kebisingan

perlakuan1 & intensitas

kebisingan perlakuan 2

5 -.618 .267

Pair 5 intensitas peneranganperlakuan 1 & intensitas

penerangan perlakuan 2

5 .550 .337

Pair 6 kecepatan angin perlakuan 1

& kecepatan angin perlakuan

2

5 -.539 .348

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 84

84

Paired Samples Test 

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

suhu basah

perlakuan1 -

suhu basah

perlakuan2

-

1.00000.61237 .27386 -1.76036 -.23964

-

3.6514 .220

Pair

2

suhu kering

perlakuan1 -

suhu kering

perlakuan2

-

1.000001.27475 .57009 -2.58282 .58282

-

1.7544 .154

Pair

3

kelembaban

relatif

perlakuan1 -

kelembaban

relatif

perlakuan2

.80000 7.98123 3.56931 -9.11000 10.71000 .224 4 .834

Pair

4

intensitas

kebisingan

perlakuan1 -

intensitas

kebisingan

perlakuan 2

-

3.160003.04516 1.36184 -6.94107 .62107

-

2.3204 .081

Pair

5

intensitas

penerangan

perlakuan 1 -

intensitas

penerangan

perlakuan 2

-

9.20000203.84234 91.16107

-

262.30370243.90370 -.101 4 .924

Pair

6

kecepatan angin

perlakuan 1 -

kecepatan angin

perlakuan 2

-.12000 .17889 .08000 -.34212 .10212-

1.5004 .208

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 85

85

Lampiran 7

Uji Normalitas Data Kebosanan

Tests of Normality 

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kebosananpre tanpa perlakuan .094 40 .200*

.956 40 .124

dengan perlakuan .109 40 .200*

.951 40 .082

kebosananpost tanpa perlakuan .088 40 .200*

.977 40 .586

dengan perlakuan .076 40 .200*

.978 40 .631

bedakebosanan tanpa perlakuan .127 40 .106 .971 40 .397

dengan perlakuan .065 40 .200* .988 40 .942

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Lampiran 8

Uji Independent Samples Test untuk efek sisa kebosanan

Independent Samples Test 

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kebosananpre Equal

variances

assumed

.001 .971-

.12878 .898 -.17500 1.36480

-

2.892112.54211

Equal

variances

not

assumed

-

.12877.998 .898 -.17500 1.36480

-

2.892112.54211

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 86

86

Lampiran 9

Uji Beda terhadap Kebosanan

Paired Samples Statistics 

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kebosanan sebelum

perlakuan38.0000 40 6.08908 .96277

Kebosanan sebelum

perlakuan 238.1750 40 6.11802 .96734

Pair 2 Kebosanan setelah

perlakuan 172.9500 40 10.12727 1.60126

Kebosanan setelah

perlakuan 266.6500 40 8.73998 1.38191

Pair 3 Beda kebosanan perlakuan

134.9500 40 12.17174 1.92452

Beda kebosanan perlakuan

228.4750 40 10.23315 1.61800

Paired Samples Correlations 

N Correlation Sig.

Pair 1 Kebosanan sebelum

perlakuan & Kebosanan

sebelum perlakuan 2

40 .996 .000

Pair 2 Kebosanan setelah

perlakuan 1 & Kebosanan

setelah perlakuan 2

40 .112 .490

Pair 3 Beda kebosanan perlakuan

1 & Beda kebosanan

perlakuan 2

40 .370 .019

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 87

87

Paired Samples Test 

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Kebosanan

sebelum

perlakuan -

Kebosanan

sebelum

perlakuan 2

-.17500 .54948 .08688 -.35073 .00073 -2.014 39 .051

Pair

2

Kebosanan

setelah

perlakuan 1 -

Kebosanan

setelah

perlakuan 2

6.30000 12.61094 1.99397 2.26682 10.33318 3.160 39 .003

Pair

3

Beda kebosanan

perlakuan 1 -

Beda kebosanan

perlakuan 2

6.47500 12.67339 2.00384 2.42185 10.52815 3.231 39 .003

Lampiran 10.

Uji Normalitas Data Kelelahan

Tests of Normality 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kelelahanpreseb1 .175 40 .200 .883 40 .001

Kelelahanpreseb2 .182 40 .200 .870 40 .000

Kelelahansed1 .124 40 .123 .972 40 .425

kelelahansed2 .122 40 .136 .953 40 .095

Bedaperlakuan1 .127 40 .104 .962 40 .201

Bedaperlakuan2 .125 40 .115 .962 40 .196

a. Lilliefors Significance Correction

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 88

88

Descriptive Statistics 

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelelahanpreseb1 40 30.00 35.00 32.2250 1.81853

Kelelahanpreseb2 40 30.00 35.00 32.2250 1.84651

Kelelahansed1 40 64.00 81.00 73.7250 3.82292

kelelahansed2 40 45.00 64.00 51.7000 4.29191

Bedaperlakuan1 40 33.00 48.00 41.5000 3.84308

Bedaperlakuan2 40 11.00 31.00 19.4750 4.63536

Valid N (listwise) 40

Paired Samples Statistics 

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kelelahan sebelum

perlakuan 132.2250 40 1.81853 .28753

Kelelahan sebelum

perlakuan 232.2250 40 1.84651 .29196

Pair 2 Kelelahan sesudah

perlakuan 173.7250 40 3.82292 .60446

Kelelahan sesudah

perlakuan 251.7000 40 4.29191 .67861

Pair 3 Beda kelelahan perlakuan 1 41.5000 40 3.84308 .60764

Beda kelelahan perlakuan 2 19.4750 40 4.63536 .73291

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 89

89

Lampiran 11

Uji Independent Samples Test untuk efek sisa kelelahan

Independent Samples Test 

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

kelelahanpre Equal

variances

assumed

.014 .905 .000 78 1.000 .00000 .40978-

.81580.81580

Equal

variances

not assumed

.000 77.982 1.000 .00000 .40978-

.81581.81581

Lampiran 12

Uji Beda terhadap Kelelahan

Paired Samples Correlations 

N Correlation Sig.

Pair 1 Kelelahan sebelum perlakuan 1 &

Kelelahan sebelum perlakuan 240 .664 .000

Pair 2 Kelelahan sesudah perlakuan 1 &

Kelelahan sesudah perlakuan 2

40 .287 .027

Pair 3 Beda kelelahan perlakuan 1 & Beda

kelelahan perlakuan 240 .356 .024

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

90

Paired Samples Test

Paired Differences

t df 

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std.Error

Mean

95% Confidence

Interval of theDifference

Lower Upper

Pair

1

Kelelahan sebelum

perlakuan 1 -

Kelelahan sebelum

perlakuan 2

.00000 1.50214 .23751 -.48041 .48041 .000 39 1.000

Pair

2

Kelelahan sesudah

perlakuan 1 -

Kelelahan sesudah

perlakuan 2

2.20250E1 4.85950 .76835 20.47086 23.57914 28.665 39 .000

Pair

3

Beda kelelahan

perlakuan 1 - Beda

kelelahan

perlakuan 2

2.20250E1 4.85422 .76752 20.47254 23.57746 28.696 39 .000

Lampiran 13

Uji Normalitas Data Keluhan Muskuloskeletal

Tests of Normality 

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Keluhan sebelum

perlakuan 1.185 40 .200* .909 40 .004

Keluhan sebelum

perlakuan 2.146 40 .200* .950 40 .074

Keluhan sesudah

perlakuan 1 .180 40 .200* .911 40 .004

Keluhan sesudah

perlakuan 2.192 40 .200* .874 40 .000

Perbedaan keluhan

perlakuan 1.113 40 .200* .952 40 .086

bedakeluhan2 .102 40 .200* .965 40 .241

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

91

Lampiran 14

Uji Independent Samples Test untuk efek sisa keluhan muskuloskeletal

Independent Samples Test 

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

keluhanpre Equal

variances

assumed

.011 .916-

1.14778 .255 -.65000 .56690

-

1.77862.47862

Equal

variances

not assumed

-

1.14777.993 .255 -.65000 .56690

-

1.77862.47862

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

92

Lampiran 15

Uji Beda terhadap Keluhan Muskuloskeletal

Paired Samples Statistics 

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Keluhan sebelum

perlakuan 131.2250 40 2.54687 .40270

Keluhan sebelum

perlakuan 231.8750 40 2.52361 .39902

Pair 2 Keluhan sesudah

perlakuan 170.4750 40 4.67392 .73901

Keluhan sesudah

perlakuan 2 45.9000 40 5.21241 .82415

Pair 3 Perbedaan

keluhan

perlakuan 1

39.2500 40 5.63301 .89066

bedakeluhan2 14.0250 40 4.99994 .79056

Paired Samples Correlations 

N Correlation Sig.

Pair 1 Keluhan sebelum perlakuan

1 & Keluhan sebelum

perlakuan 2

40 .360 .023

Pair 2 Keluhan sesudah perlakuan

1 & Keluhan sesudah

perlakuan 2

40 .631 .000

Pair 3 Perbedaan keluhan

perlakuan 1 & bedakeluhan240 .480 .002

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

93

Paired Samples Test

Paired Differences

T df 

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Keluhan sebelum

perlakuan 1 -

Keluhan sebelum

perlakuan 2

-.65000 2.86938 .45369 -1.56767 .26767 -1.433 39 .160

Pair

2

Keluhan sesudah

perlakuan 1 -

Keluhan sesudah

perlakuan 2

2.45750E1 4.27208 .67547 23.20872 25.94128 36.382 39 .000

Pair

3

Perbedaan

keluhan perlakuan

1 - bedakeluhan2

2.52250E1 5.44665 .86119 23.48308 26.96692 29.291 39 .000

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

94

Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian

Gambar 16.1 Gambar 16.2

Pengukuran data subjek Pengukuran mikroklimat

(Pengukuran TB)

Gambar 16.3 Gambar 16.4

Peregangan otot leher pada Peregangan otot leher pada

posisi menoleh ke kanan posisi tangan menarik kepalake arah bahu

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

95

Gambar 16.5 Gambar 16.6

Peregangan otot tangan Peregangan otot tangan

dan lengan dengan posisi dan lengan pada posisi

menekuk tangan kiri tangan kiri di tekuk di belakang

menyamping ke kanan kepala menggunakan tangan kanan

Gambar 16.7 Gambar 16.8

Peregangan otot tangan dan lengan Peregangan tangan dan lengan

dengan menarik kedua dengan menekuk telapak 

tangan ke atas tangan ke atas dan ke bawah

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

96

Gambar 16.9 Peregangan otot pinggang Gambar 16.10 Peregangan otot

dan perut dengan mencondongkan pinggang dan perut dengan

badan ke samping memutar badan

Gambar 16.11 Gambar 16.12

Peregangan punggung Peregangan punggung

(tampak depan) (tampak belakang)

dengan meletakkan telapak tangan dengan meletakkan telapak tangan

pada punggung bagian bawah pada punggung bagian bawah

5/13/2018 Unud-319-1283978446-Tesis Dewi Revisi 28 September 2011 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/unud-319-1283978446-tesis-dewi-revisi-28-september-2011 9

97