3.10 analisis data - diponegoro university | institutional...

36
30 3.10 Analisis Data Data rekam medik pasien LBP Mekanik di RSUP dr. Kariadi Semarang yang dikumpulkan, dipilah berdasarkan kriteria inklusi. Setelah semua data penelitian terkumpul dilakukan analisis data dengan uji statistik. 26,27 Untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal maka digunakan uji normalitas data Shapiro Wilk Test karena sampel dalam penelitian ini termasuk sampel kecil (50). Analisis perbedaan VAS sebelum dan sesudah terapi dari masing masing kelompok terapi menggunakan Paired-Samples t Test apabila data berdistribusi normal dan apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Wilcoxon singed rank test. Analisis perbedaan VAS antar kelompok terapi SWD dan TENS menggunakan Independent-Samples t-Test apabila data berdistribusi normal dan apabila data berdistribusi tidak normal menggunakan Mann-whitney U test. Analisis data dilakukan dengan program komputer. 3.11 Etika Penelitian Penelitian ini telah dimintakan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP Dr.Kariadi Semarang dengan No. 550/EC/FK-RSDK/2016. Seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri. Identitas subjek penelitian dirahasiakan dan tidak dipublikasikan tanpa izin dari subjek penelitian.

Upload: dokhanh

Post on 26-Jun-2019

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

30

3.10 Analisis Data

Data rekam medik pasien LBP Mekanik di RSUP dr. Kariadi Semarang yang

dikumpulkan, dipilah berdasarkan kriteria inklusi. Setelah semua data penelitian

terkumpul dilakukan analisis data dengan uji statistik.26,27

Untuk mengetahui

apakah populasi berdistribusi normal maka digunakan uji normalitas data Shapiro

Wilk Test karena sampel dalam penelitian ini termasuk sampel kecil (≤50).

Analisis perbedaan VAS sebelum dan sesudah terapi dari masing – masing

kelompok terapi menggunakan Paired-Samples t Test apabila data berdistribusi

normal dan apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Wilcoxon

singed rank test. Analisis perbedaan VAS antar kelompok terapi SWD dan TENS

menggunakan Independent-Samples t-Test apabila data berdistribusi normal dan

apabila data berdistribusi tidak normal menggunakan Mann-whitney U test.

Analisis data dilakukan dengan program komputer.

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini telah dimintakan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian

Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan RSUP

Dr.Kariadi Semarang dengan No. 550/EC/FK-RSDK/2016. Seluruh biaya yang

berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri. Identitas subjek

penelitian dirahasiakan dan tidak dipublikasikan tanpa izin dari subjek penelitian.

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek

Subjek penelitian merupakan pasien dengan diagnosis LBP Mekanik yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Subjek telah mendapatkan satu

paket lengkap program terapi TENS atau SWD yaitu sebanyak 6 kali. Jumlah

seluruh subjek sebanyak 34 orang dengan pembagian kelompok berdasarkan

terapi yang didapat yaitu 17 orang yang mendapatkan satu paket program terapi

TENS dan 17 orang yang mendapatkan satu paket program terapi SWD. Subjek

didapatkan dari pasien yang berkunjung ke poliklinik rehabilitasi medik di RSUP

Dr.Kariadi Semarang.

4.1.1 Jenis kelamin

Berdasarkan tabel 3 distribusi sampel menurut jenis kelamin, kelompok

terapi TENS dengan sampel perempuan berjumlah 13 orang (76,5%) dan sampel

laki – laki berjumlah 4 orang(23,5%) dengan jumlah seluruhnya 17 orang (100%).

Sedangkan pada kelompok terapi SWD dengan sampel perempuan berjumlah 8

orang (47,1 %) dan jumlah sampel laki - laki 9 orang (52,9 %) sehingga jumlah

total sampel dari kelompok terapi TENS dan terapi SWD berjumlah 34 orang.

31

32

Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin

Terapi TENS

n (%)

TENS SWD

1 Perempuan 13(76,5) 8(47,1)

2 Laki-laki 4(23,5) 9(52,9)

Total 17(100) 17(100)

4.1.2 Usia

Usia terendah pasien dengan terapi TENS adalah 33 tahun dan usia tertinggi

adalah 60 tahun. Rentang usia < 40 tahun berjumlah 2 orang (11,8 %) dan rentang

usia 40 – 56 tahun berjumlah 6 orang (35,3%). Distribusi sampel terbanyak pada

rentang usia > 56 tahun yaitu berjumlah 9 orang (52,9%). Rata- rata usia pasien

dengan terapi TENS 52,52 tahun.

Usia terendah pasien dengan terapi SWD adalah 30 tahun dan usia tertinggi

adalah 60 tahun. Rentang usia < 40 tahun berjumlah 5 orang (29,4 %) dan rentang

usia 40 – 56 tahun berjumlah 7 orang (41,2%). Distribusi sampel terbanyak pada

rentang usia > 56 tahun yaitu berjumlah 5 orang (29,4%). Rata- rata usia pasien

dengan terapi SWD 48,70 tahun. Rentang usia terbanyak baik pasien dengan

terapi TENS maupun SWD adalah usia 51 – 60 tahun yaitu berjumlah 17 orang.

Total pasien LBP mekanik terbanyak pada rentang usia > 56 tahun yaitu

berjumlah 14 orang (41,2 %) dari total subjek.

33

Tabel 4. Distribusi Usia

No Usia n (%)

TENS SWD Total

1 < 40 2(11,8) 5(29,4) 7(20,6)

2 40 – 56 6(35,3) 7(41,2) 13(38,2)

3 > 56 9(52,9) 5(29,4) 14(41,2)

Total 17(100) 17(100) 34(100)

4.1.3 Pekerjaan

Pada tabel 5 menunjukkan pekerjaan pasien dengan terapi TENS yang

terdiri dari guru 1 orang (5,9%), ibu rumah tangga (IRT) 9 orang (52,9%),

pensiunan 1(5,9%), pegawai negeri sipil (PNS) 4 orang (23,5%) dan wiraswasta 2

orang (11,8%). Pasien dengan terapi SWD didapatkan pekerjaan sebagai ABRI 1

orang (5,9 %), guru 1 orang (5,9%), IRT 6 orang (35,3 %), pensiunan 1(5,9%),

PNS 2 orang (11,8 %) dan wiraswasta 6 orang (35,3 %).

Tabel 5. Pekerjaan Pasien LBP Mekanik

No Pekerjaan n (%)

TENS SWD

1 ABRI 0(0,0) 1(5,9)

2 Guru 1(5,9) 1(5,9)

3 IRT 9(52,9) 6(35,3)

4 Pensiunan 1(5,9) 1(5,9)

5 PNS 4(23,5) 2(11,8)

6 Wiraswasta 2(11,8) 6(35,3)

Total 17(100) 17(100)

34

4.1.4 Medikamentosa

Pasien dengan terapi TENS sebanyak 8 orang (47,1%) mendapatkan terapi

medikamentosa berupa analgetik dan 7 orang (41,2%) pada pasien dengan terapi

SWD.

Tabel 6. Medikamentosa Selama Terapi

No Medikamentosa n (%)

TENS SWD

1 Ya 8(47,1) 7(41,2)

2 Tidak 9(52,9) 10(58,8)

Total 17(100) 17(100)

4.1.5 Kondisi medis lain

Pasien dengan terapi TENS berjumlah 17 orang tidak didapatkan riwayat

penyakit lain selain LBP mekanik. Sedangkan pada pasien dengan terapi SWD

didapatkan 1 orang pasien dengan riwayat CHF NYHA II dan Diabetes Melitus.

4.2 Perubahan VAS Pasien LBP Mekanik

4.2.1 Nilai VAS pada pasien dengan terapi TENS

Nilai VAS pasien sebelum dan sesudah mendapatkan satu paket program

terapi TENS yaitu 6 kali terapi dalam kurun waktu 2 minggu dapat dilihat pada

tabel berikut :

35

Tabel 7. Nilai VAS pasien TENS

Pasien Sebelum Sesudah Selisih

1 5 2 3

2 8 4 4

3 5 3 2

4 2 1 1

5 5 3 2

6 5 2 2

7 5 3 2

8 6 3 3

9 6 4 2

10 3 2 1

11 6 5 1

12 4 2 2

13 6 5 1

14 4 1 3

15 6 4 2

16 5 3 2

17 4 2 2

Mean 5 2,88 2,12

SD 1,37 1,22 0,15

Berdasarkan tabel 7, pasien LBP mekanik sebelum mendapatkan terapi

TENS nilai mean VAS didapatkan sebesar 5,00 dengan standart deviation 1,37.

Nilai mean setelah mendapatkan satu paket program terapi TENS menurun

menjadi 2,88 dengan standart deviation sebesar 1,22. Didapatkan selisih nilai

mean VAS sebelum dan sesudah terapi sebesar 2,12 dan standart deviation

sebesar 0,15.

4.2.2 Nilai VAS pada pasien dengan terapi SWD

Nilai VAS pasien sebelum dan sesudah mendapatkan satu paket program

terapi SWD yaitu 6 kali terapi dalam kurun waktu 2 minggu dapat dilihat pada

tabel berikut :

36

Tabel 8. Nilai VAS pasien SWD

Pasien Sebelum Sesudah Selisih

1 3 2 1

2 4 2 2

3 4 2 2

4 5 3 2

5 3 2 1

6 6 4 2

7 5 4 1

8 4 2 2

9 3 3 0

10 7 3 4

11 4 1 3

12 5 4 1

13 4 3 1

14 5 2 3

15 3 2 1

16 4 3 1

17 3 2 1

Mean 4,24 2,59 1,65

SD 1,15 0,87 0,28

Berdasarkan tabel 8, pasien LBP mekanik sebelum mendapatkan terapi

SWD nilai mean VAS didapatkan sebesar 4,24 dengan standart deviation 1,15

sedangkan nilai mean setelah mendapatkan satu paket program terapi SWD

menurun menjadi 2,59 dengan standart deviation sebesar 0,87. Didapatkan selisih

nilai mean VAS sebelum dan sesudah terapi sebesar 1,65 dan standart deviation

sebesar 0,28.

37

4.2.3 Perubahan VAS

Dilakukan uji normalitas pada pasien dengan terapi TENS dan terapi SWD

untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Didapatkan hasil data tidak

berdistribusi normal pada pasien dengan terapi SWD dimana p < 0,05. Lalu

dilakukan transform data dan dilakukan uji normalitas sehingga didapatkan data

berdistribusi normal. Lalu dilakukan uji T berpasangan pada pasien dengan terapi

TENS terjadi pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah

mendapatkan terapi (p = 0,000). Begitu juga dengan pasien dengan terapi SWD,

terjadi pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah terapi

(p = 0,000). Perubahan VAS sebelum dan sesudah terapi dapat dilihat pada tabel

9.

Tabel 9. Perubahan VAS Sebelum dan Sesudah Terapi

TENS SWD

SD mean p SD mean p

Sebelum Terapi 1,37 5 0,000*

1,15 4,24 0,000*

Sesudah Terapi 1,22 2,88 0,87 2,59

*Uji T berpasangan

Dilakukan uji normalitas pada pasien dengan terapi TENS dan SWD,

didapatkan hasil data berdistribusi tidak normal (p < 0,05) dan setelah data

ditransform, data tetap tidak berdistribusi normal. Data tidak berdistribusi normal

maka uji hipotesis yang dipakai adalah uji Mann Whitney. Didapatkan hasil

bahwa tidak terdapat perbedaan rerata selisih nilai VAS yang bermakna antara

pasien LBP mekanik yang mendapatkan terapi TENS dengan pasien LBP

mekanik yang mendapatkan terapi SWD (Uji Mann Whitney p = 0,109). Rerata

38

selisih nilai VAS pasien dengan terapi TENS dan SWD dapat dilihat pada tabel

10.

Tabel 10. Selisih VAS

n Mean P

Selisih nilai

VAS

TENS 17 2,12 0,109*

SWD 17 1,65

*Uji Mann Whitney

4.2.4 Pengaruh medikamentosa

Dalam penelitian ini terdapat variabel perancu yaitu medikamentosa berupa

analgetik. Sebanyak 14 orang (44,1 %) pasien mendapatkan medikamentosa

analgetik baik pasien dengan terapi TENS maupun SWD. Dilakukan uji korelasi

Spearman antara medikamentosa dengan perubahan nilai VAS (selisih VAS)

sebelum dan sesudah melakukan terapi TENS dan SWD untuk mengetahui

apakah medikamentosa mempengaruhi perubahan pengurangan intensitas nyeri

pada pasien. Dari tabel 11 didapatkan hasil bahwa nilai p = 0,053 yang

menunjukkan bahwa korelasi antara pemberian medikamentosa dengan perubahan

nilai VAS adalah tidak bermakna. Nilai korelasi Spearman sebesar - 0,335

menunjukkan arah korelasi negatif.

Tabel 11. Pengaruh Medikamentosa

Selisih VAS

Medikamentosa r - 0,335

p 0,053*

*Uji Korelasi Spearman

39

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis LBP mekanik yang

telah mendapatkan satu paket terapi TENS dan pasien yang telah mendapatkan

satu paket program terapi SWD. Jumlah pasien dengan terapi TENS sebanyak 17

orang dan pasien dengan terapi SWD sebanyak 17 orang.

Berdasarkan distribusi jenis kelamin penelitian ini menunjukkan LBP

mekanik sebagian besar diderita oleh perempuan (21 orang) lebih banyak dari

pada laki – laki (13 orang). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Silva,dkk., Agustus 2013 yang menunjukkan LBP lebih sering mengenai wanita

daripada pria dengan usia berkisar ≥ 40 tahun.28

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi tertinggi pada usia > 56 tahun

sebanyak 14 orang atau sebesar 41,2 %. Hal ini sesuai dengan penelitian

epidemiologi di Australia yang menunjukkan bahwa prevalensi kejadian LBP

meningkat sampai usia 60 atau 65 tahun, lalu secara bertahap menurun. Dari

penelitian Wadner,dkk. pada usia lanjut (> 56 tahun) sensitivitas terhadap nyeri

meningkat dan juga keinginan untuk mencari pengobatan lebih besar. 4,29

Berdasarkan pekerjaan pasien, pekerjaan terbanyak adalah IRT yaitu pada

pasien TENS berjumlah 9 orang (52,9 %) dan pasien SWD berjumlah 6 orang

(35,3 %). Penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan Blue Collar seperti pekerjaan

ibu rumah tangga dan Wiraswasta yang menggunakan fisik dengan gerakan

40

berulang, postur yang tidak benar, kegiatan fisik yang berat menyebabkan keluhan

LBP dibandingkan dengan tenaga kerja White Collar seperti PNS dan Guru.28

Sebanyak 14 orang (44,1 %) pasien mendapatkan medikamentosa

analgetik baik pasien dengan terapi TENS maupun SWD. Dari uji korelasi

Spearman didapatkan hasil bahwa nilai p = 0,053 yang menunjukkan bahwa

korelasi antara pemberian medikamentosa dengan perubahan nilai VAS adalah

tidak bermakna. Hal ini terjadi karena konsumsi obat analgetik hanya pada saat

awal pasien berobat, setelah memulai fisioterapi pasien tidak lagi mengkonsumsi

obat analgetik. Diketahui bahwa obat analgesik non opioid (paracetamol)

memiliki durasi kerja paling lama kurang lebih 6 jam sehingga kemungkinan

besar saat pasien melakukan fisioterapi dan pengukuran VAS, obat analgetik tidak

memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan nyeri. 30

Didapatkan satu orang mempunyai riwayat Diabetes Melitus dan CHF

NYHA II. Penelitian di Jepang oleh Ohmori dkk. menemukan bahwa pasien

Diabetes Melitus dengan keluhan LBP ada kaitannya dengan abses peritoneal.

Dalam kasus pasien dengan riwayat diabetes melitus yang lama, kolonisasi kuman

staphylococcus pada infeksi ulkus dan gangren telah dikaitkan dengan penyebaran

kuman secara hematogen dan menyebabkan infeksi sekunder termasuk abses

psoas dengan keluhan salah satunya adalah LBP. Belum ada penelitian tentang

hubungan yang bermakna antara pasien CHF NYHA II dengan kejadian LBP.31,32

Subjek mendapatkan terapi sebanyak 6 kali, VAS dilihat sebelum memulai

terapi dan setelah menyelesaikan 6 kali terapi. Pada penelitian ini baik pasien

yang mendapat terapi TENS dan SWD mengalami pengurangan VAS yang

40

41

bermakna. Pada pasien dengan terapi TENS sebelum terapi rerata nilai VAS

sebesar 5 ± 1,36 menjadi 2,88 ± 1,21 sehingga terjadi pengurangan rerata nilai

VAS sebesar 2,12 ± 0,15 dengan p = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa terjadi

pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah mendapatkan

terapi TENS. Hal ini sesuai dengan penelitian Maureen J.P bahwa ada

pengurangan VAS yang bermakna pada pasien LBP mekanik dengan terapi TENS

(p = 0,000). Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa TENS

berguna sebagai pengobatan untuk nyeri ringan sampai sedang maupun sebagai

terapi kombinasi dengan farmakoterapi untuk nyeri sedang sampai berat. TENS

mengalirkan arus listrik ke ujung saraf di kulit yang akan diteruskan ke otak lewat

serat saraf mekanoseptif (Serat A) tanpa meningkatkan produksi serat C dengan

mengalirkan input phasic. Hal ini sesuai dengan teori pintu gerbang Melzack and

Wall (1965).6,25,33

Pada pasien dengan terapi SWD sebelum terapi rerata nilai VAS sebesar

4,23 ± 1,14 menjadi 2,52 ± 0,87 sehingga terjadi pengurangan rerata nilai VAS

pasien SWD sebesar 1,65 ± 0,27 dengan p = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa

terjadi pengurangan intensitas nyeri secara bermakna sebelum dan sesudah

mendapatkan terapi SWD. Pada penelitian Robby dan Lanny I juga didapatkan

hasil yang sesuai bahwa terdapat penurunan nilai VAS yang bermakna pada

pasien dengan terapi SWD dari 4,56 ± 0,62 menjadi 1,90 ± 0,51 (p < 0,001).8

Peningkatan temperatur meningkatkan konduksi saraf dan mengurangi latensi

konduksi saraf sensorik dan motorik. Kecepatan konduksi saraf meningkat sekitar

2 meter/detik untuk setiap peningkatan temperatur 1 ºC (1,8 ºF). Implikasi klinis

42

dari efek ini tidak dipahami dengan baik, pengurangan persepsi nyeri atau

perbaikan sirkulasi yang terjadi sebagai respon terhadap temperatur yang

meningkat. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa aplikasi pemanasan

lokal dapat meningkatkan ambang nyeri. Pemanasan meningkatkan aktivitas

termoreseptor kutaneus yang dapat menghambat efek langsung gating pada

transmisi sensasi nyeri pada tingkat sumsum tulang belakang. Stimulasi dari

termoreseptor juga dapat menyebabkan vasodilatasi, menyebabkan peningkatan

aliran darah dan berpotensi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh iskemi.

Iskemi juga menurun sebagai akibat dari pengurangan spasme otot yang menekan

pembuluh darah.Vasodilatasi yang dihasilkan termoterapi juga dapat

mempercepat pemulihan nyeri lokal ke tingkat normal dengan mempercepat

penyembuhan jaringan.34

Uji hipotesis untuk melihat apakah ada perbedaan efektivitas pengurangan

nyeri pada pasien LBP mekanik yang mendapat satu paket program terapi SWD

dan terapi TENS memberikan hasil tidak bermakna ( p > 0,05 ). Dengan

demikian, TENS memberikan pengaruh pengurangan intensitas nyeri sama

baiknya dengan terapi SWD untuk pasien dengan LBP mekanik. Hal ini sesuai

dengan penelitian Robby dan Lanny I bahwa terapi TENS sama baiknya dengan

terapi SWD dengan nilai p = 0,64.8

43

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu jenis data yang peneliti

gunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien dimana tidak semua

data yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia secara lengkap dan tertulis

dengan jelas seperti berat badan dan tinggi badan pasien. Selain itu waktu untuk

penelitian juga terbatas.

44

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Terdapat penurunan nilai VAS yang bermakna antara sebelum dan sesudah

mendapatkan terapi pada pasien LBP mekanik yang mendapat terapi TENS.

2. Terdapat penurunan nilai VAS yang bermakna antara sebelum dan sesudah

mendapatkan terapi pada pasien LBP mekanik yang mendapat terapi SWD.

3. Satu paket program terapi TENS sama efektifnya dengan satu paket program

terapi SWD untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan LBP mekanik.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas terapi TENS

dan SWD terhadap pengurangan nyeri pada pasien LBP mekanik dengan

mempertimbangkan onset penyakitnya.

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Kahl L, editor. Low Back Pain. In: Rheumatology Subspecialty Consult.

2nd ed. Philadelphia: Wolter Kluwer/Lippincot William; 2012. p. 64.

2. S.Wildstein M. Low Back Pain. In: Kelley,s Textbook of Rheumathology.

Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009. p. 617–25.

3. Kasmir YI. Diagnosis dan Tatalaksana Nyeri Pinggang. In: Kumpulan

Makalah Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta; 2010. p. 29–31.

4. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. Best Practice & Research

Clinical Rheumatology The Epidemiology of low back pain. Best Pract Res

Clin Rheumatol. Elsevier Ltd; 2010;24(6):769–81.

5. Purnamasari H. Overweight Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain pada

Pasien Poli Saraf RSUD. Mandala Heal. 2010;4:25–32.

6. Maureen J P. Perbandingan Efek Terapi Arus Interfensi dengan TENS

dalam pengurangan nyeri pada penderita Nyeri Punggung Bawah

Muskuloskeletal. Univeritas Diponegoro; 2004.

7. Pasha MF. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Low Back Pain

Spondilosis Lumbal Dengan Modalitas Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation Dan William Flexi Exersice di RSUD Bendan Pekalongan.

Ilmu Pengetah dan Teknol. 2015;28:61–71.

8. Kartadinata RT, Indriastuti L. Comparison Of the Therapeutic Effect

between SWD dan TENS on Relieving Pain in Mechanical Low Back Pain

Patients. Medica Hosp. 2012;1(2):113–7.

9. Kurniasih E. Penambahan Terapi Latihan MC . Kenzie pada Intervensi

Short Wave Diathermy ( SWD ), Trancutaneus Electrical Stimulation (

TENS ) dan Massage lebih dapat menurunkan Nyeri Pinggang pada Kasus

Low Back Pain. 2010;

10. Preyde M. Effectiveness of massage therapy for subacute low-back pain: a

randomized controlled trial. CMAJ [Internet]. 2000;162(13):1815–20.

11. Krismer M. Low Back Pain (non-spesific). Best Pract Res Clin Rheumatol.

2007;21(1):77–91.

46

12. Fatmawati V. Pengaruh Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

dan Ultrasound pada Low Back Pain Kinetik. Universitas Muhammadiyah

Surakarta; 2009.

13. Ramadhani AE. Gambaran Gangguan Fungsional dan Kualitas Hidup pada

pasien Low Back Pain Mekanik. J Media Med Muda. 2013;4(4):264–72.

14. Shidarta P. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktik Umum. Dian

Rakyat; 1984. p. 191-211.

15. Tveito TH, Hysing M, Eriksen HR. Low back pain interventions at the

workplace: A systematic literature review. Occup Med (Chic Ill).

2004;54(1):3–13.

16. Septadina IS, Legiran. Nyeri pinggang dan faktor-faktor risiko yang

mempengaruhinya. J Keperawatan Sriwij. 2014;1:2–4.

17. E.Dreisinger T. McKenzie Therapy Classifications [Internet]. Spine Health.

2007.

18. Ropper AH. Pain. In: Adam’s and Victor Principles of Neurology. 8th ed.

McGraw-Hill; 2005.

19. Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD. Musculoskeletal Disorders, pain, and

Rehabilitation. In: Essential of Physical Medicine and Rehabilitation. 2nd

ed. 2008.

20. Marcus DA. Defenition and Classification of Chronic Pain. In: Chronic

pain: an atlas of investigation and management. Oxford: Oxford Clinical

Publishing; 2009. p. 3.

21. Moeliono MA. Physical Modalities in the Management of Pain. In:

Simposium Nyeri. Bandung; 2008.

22. A.Price S. Nyeri. In: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

6th ed. Jakarta: EGC; 2005. p. 1063–83.

23. Tan JC. Acute and Chronic Pain. In: Practical and Manual Physical

Medicine and rehabilitation. Mosby Inc; 1998.

24. Mcdowell I. Measuring Health : A Guide to Rating Scales an

Questionnaires. In: Third Edit. New York: Oxford University Press; 2006.

p. 491.

47

25. Johnson M. Transcutaneous electrical Nerve Stimulation (TENS). Contin

Educ Anasthesia, Crit Care Pain. 2009;9:261–7.

26. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar - dasar Metodologi. In: Dasar - dasar

Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Sagung Seto; 2011.

27. Dahlan MS. Hipotesis Komparatif. In: Statistik Untuk Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.

28. Silva C, Barros C, Cunha L, Carnide F, Santos M. Prevalence of back pain

problems in relation to occupational group. Int J Ind Ergon.

29. Robinson ME. The Perception of Pain in Others: How Gender, Race, and

Age Influence Pain Expectations. J Pain [Internet]. Elsevier Ltd;

2012;13(3):220–7.

30. Neal MJ. Medical pharmacology at Glance. Fifth Edit. London: Wiley

Blackwell; 2005.p. 95.

31. Report C. Low back pain at presentation in a newly diagnosed diabetic.

2002;543–4.

32. Ohmori M, Kobayashi E, Harada K, Sugimoto K-I, Ohkamo H, Tsutsumi

H, et al. Severe Low Back Pain Due to Retroperitoneal Abscess Formation

in Diabetic Patients. BJID. 2002;6:309–12.

33. Bloodworth D MD, Grabois M., Calvillo M. Chronic Pain Syndromes:

Evaluation and treatment. In: Physical Medicine and Rehabilitation. 2nd ed.

Philadelpia: W.B. Saunders Company; 2000. p. 926–7.

34. Prentice WE, Draper DO. Shortwave and Microwave Diathermy. In:

Therapeutic Modalities in Rehabilitation. Third. USA; 2005. p. 259–81.

48

Lampiran 1. Lembar Pengambilan Data

IDENTITAS PASIEN

No CM :

Nama Penderita :

Umur/Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Pendidikan Terakhir :

ANTROPOMETRI

Berat Badan :

Tinggi Badan :

IMT :

DATA DASAR DAN DATA KHUSUS

Diagnosis

Penyakit /

Kelainan Lain

yang Menyertai

Terapi yang Diberikan

Jenis Terapi Ya (√) /

Tidak (X)

Keterangan

TENS

SWD

Medikamentosa

Lain - lain

Pemberian 1 Paket Terapi

Terapi ke- 1 2 3 4 5 6

Ya (√) /

Tidak (X)

Tanggal

Sebelum Terapi Sesudah Terapi

VAS (cm)

49

Lampiran 2. Ethical Clearence

50

Lampiran 3. Ijin Penelitian RSUP Dr.Kariadi Semarang

51

52

Lampiran 4. Spreadsheet Data

Rekam

Medik

Jenis

Kelamin Usia Pekerjaan

Jenis

Terapi

VAS

Sebelum

VAS

Sesudah Analgetik

Kondisi

Medis

Lain

1 Perempuan 60 IRT TENS 5 2 Tidak

2 Perempuan 59 IRT TENS 8 4 Ya

3

Perempuan 54 IRT TENS 5 3 Tidak

4 Laki-laki 60 PNS TENS 2 1 Tidak

5 Perempuan 45 Guru TENS 5 3 Tidak

6

Perempuan 56 IRT TENS 5 2 Ya

7 Perempuan 58 IRT TENS 5 3 Tidak

8 Perempuan 58 PNS TENS 6 3 Ya

9

Perempuan 57 IRT TENS 6 4 Ya

10 Laki-laki 54 Wiraswasta TENS 3 2 Tidak

11 Perempuan 45 IRT TENS 6 5 Ya

12

Perempuan 38 IRT TENS 4 2 Tidak

13 Laki-laki 41 PNS TENS 6 5 Ya

14 Laki-laki 60 Pensiunan TENS 4 1 Ya

15

Perempuan 58 PNS TENS 6 4 Ya

16 Perempuan 57 IRT TENS 5 3 Ya

17 Perempuan 33 Wiraswasta TENS 4 2 Tidak

18 Laki-laki 59 PNS SWD 3 2 Tidak

19 Perempuan 45 IRT SWD 4 2 Tidak

20 Laki-laki 30 Wiraswasta SWD 4 2 Ya

21 Perempuan 60 IRT SWD 5 3 Tidak

22 Laki-laki 60 Pensiunan SWD 3 2 Tidak

23 Laki-laki 33 PNS SWD 6 4 Ya

24 Laki-laki 38 Wiraswasta SWD 5 4 Ya

25 Laki-laki 48 Wiraswasta SWD 4 2 Tidak

53

26 Perempuan 60 IRT SWD 3 3 Tidak

27

Perempuan 34 Wiraswasta SWD 7 3 Ya

28 Perempuan 53 IRT SWD 4 1 Tidak

29 Laki-laki 60 ABRI SWD 5 4 Ya

CHF

NYHA II

dan DM

II

30 Perempuan 54 Guru SWD 4 3 Tidak

31 Laki-laki 34 Wiraswasta SWD 5 2 Ya

32

Laki-laki 51 Wiraswasta SWD 3 2 Tidak

33 Perempuan 56 IRT SWD 4 3 Tidak

34 Perempuan 53 IRT SWD 3 2 Tidak

54

Lampiran 5. Hasil Analisis Data dengan Menggunkan SPSS

Frekuensi Pasien LBP Mekanik

Jenis Kelamin dengan Terapi TENS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 13 76,5 76,5 76,5

Laki-laki 4 23,5 23,5 100,0

Total 17 100,0 100,0

Jenis Kelamin dengan Terapi SWD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 8 47,1 47,1 47,1

Laki-laki 9 52,9 52,9 100,0

Total 17 100,0 100,0

Usia SWD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1,00 5 29,4 29,4 29,4

2,00 2 11,8 11,8 41,2

3,00 10 58,8 58,8 100,0

Total 17 100,0 100,0

55

Usia TENS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1,00 2 11,8 11,8 11,8

2,00 3 17,6 17,6 29,4

3,00 12 70,6 70,6 100,0

Total 17 100,0 100,0

Pekerjaan TENS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

GURU 1 5,9 5,9 5,9

IRT 9 52,9 52,9 58,8

PENSIUNAN 1 5,9 5,9 64,7

PNS 4 23,5 23,5 88,2

WIRASWASTA 2 11,8 11,8 100,0

Total 17 100,0 100,0

56

Pekerjaan SWD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

ABRI 1 5,9 5,9 5,9

GURU 1 5,9 5,9 11,8

IRT 6 35,3 35,3 47,1

PENSIUNAN 1 5,9 5,9 52,9

PNS 2 11,8 11,8 64,7

WIRASWASTA 6 35,3 35,3 100,0

Total 17 100,0 100,0

Medikamentosa TENS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 8 47,1 47,1 47,1

Tidak 9 52,9 52,9 100,0

Total 17 100,0 100,0

57

MedikamentosaSWD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 7 41,2 41,2 41,2

Tidak 10 58,8 58,8 100,0

Total 17 100,0 100,0

Correlations

Medikamentosa

TENS

Selisih VAS

Spearman's rho

Medikamentosa TENS

Correlation Coefficient 1,000 -,335

Sig. (2-tailed) . ,053

N 34 34

Selisih VAS

Correlation Coefficient -,335 1,000

Sig. (2-tailed) ,053 .

N 34 34

Descriptives

Statistic Std. Error

VAS sebelum TENS

Mean 5,0000 ,33211

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 4,2960

Upper Bound 5,7040

5% Trimmed Mean 5,0000

58

Median 5,0000

Variance 1,875

Std. Deviation 1,36931

Minimum 2,00

Maximum 8,00

Range 6,00

Interquartile Range 2,00

Skewness -,166 ,550

Kurtosis 1,161 1,063

VAS sesudah TENS

Mean 2,8824 ,29558

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2,2557

Upper Bound 3,5090

5% Trimmed Mean 2,8693

Median 3,0000

Variance 1,485

Std. Deviation 1,21873

Minimum 1,00

Maximum 5,00

Range 4,00

Interquartile Range 2,00

Skewness ,251 ,550

Kurtosis -,642 1,063

VAS sebelum SWD Mean 4,2353 ,27825

59

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 3,6454

Upper Bound 4,8252

5% Trimmed Mean 4,1503

Median 4,0000

Variance 1,316

Std. Deviation 1,14725

Minimum 3,00

Maximum 7,00

Range 4,00

Interquartile Range 2,00

Skewness ,887 ,550

Kurtosis ,609 1,063

VAS sesudah SWD

Mean 2,58824 ,211069

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2,14079

Upper Bound 3,03568

5% Trimmed Mean 2,59804

Median 2,00000

Variance ,757

Std. Deviation ,870260

Minimum 1,000

Maximum 4,000

Range 3,000

Interquartile Range 1,000

Skewness ,339 ,550

60

Kurtosis -,580 1,063

Trans_VASSWDsebelum

Mean ,6128 ,02737

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound ,5548

Upper Bound ,6708

5% Trimmed Mean ,6074

Median ,6021

Variance ,013

Std. Deviation ,11284

Minimum ,48

Maximum ,85

Range ,37

Interquartile Range ,22

Skewness ,352 ,550

Kurtosis -,526 1,063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAS sebelum TENS ,206 17 ,054 ,931 17 ,223

Trans_VASSWDsebelum ,185 17 ,126 ,892 17 ,050

a. Lilliefors Significance Correction

61

Paired Samples Test TENS

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Pair 1 VAS sebelum TENS - VAS

sesudah TENS

2,11765 ,85749 ,20797 1,67676

Paired Samples Test TENS

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

95% Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 VAS sebelum TENS - VAS

sesudah TENS

2,55853 10,182 16 ,000

Paired Samples Test SWD

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower

62

Pair 1 VAS sebelum SWD -

Trans_VASSWDsebelum

3,62252 1,03565 ,25118 3,09004

Paired Samples Test SWD

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

95% Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 VAS sebelum SWD -

Trans_VASSWDsebelum

4,15500 14,422 16 ,000

Descriptives

Statistic Std. Error

Selisih VAS

Mean 1,8824 ,16223

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1,5523

Upper Bound 2,2124

5% Trimmed Mean 1,8464

Median 2,0000

Variance ,895

Std. Deviation ,94595

Minimum ,00

Maximum 4,00

Range 4,00

63

Interquartile Range 1,25

Skewness ,475 ,403

Kurtosis -,142 ,788

Trans_SelisihVAS

N

Valid 34

Missing 0

Mean ,2347

Median ,3010

Std. Deviation ,20566

Range ,60

Minimum ,00

Maximum ,60

Trans_SelisihVAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

,00 13 38,2 38,2 38,2

,30 13 38,2 38,2 76,5

,48 6 17,6 17,6 94,1

,60 2 5,9 5,9 100,0

Total 34 100,0 100,0

64

Mann-Whitney Test

Ranks

Terapi N Mean Rank Sum of Ranks

Selisih VAS

TENS 17 20,09 341,50

SWD 17 14,91 253,50

Total 34

Test Statisticsa

Selisih VAS

Mann-Whitney U 100,500

Wilcoxon W 253,500

Z -1,602

Asymp. Sig. (2-tailed) ,109

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,131b

65

Lampiran 6. Biodata Mahasiswa

IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Adventina Silalahi

Nim : 22010112130135

Tempat/Tanggal Lahir : Sumbul, 21 desember 1993

Alamat : Jl.Sisingamangaraja no.151 Sumbul sumatra Utara

No. HP : 0813201429569

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

1. SD : SD N 030331 Sumbul Lulus tahun :2005

2. SMP : SMP S St.Paulus Sidikalang Lulus tahun :2008

3. SMA : SMA Yayasan Soposurung Lulus tahun :2011

4. FK UNDIP : Masuk tahun 2012