3. metodologi penelitian 3.1. waktu dan tempat penelitian ... · titik pengamatan diambil sebanyak...
TRANSCRIPT
26
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perairan Kabupaten Bintan (Gambar 3.1.) dengan
memilih dua wilayah yang dijadikan objek penelitian lokasi I (pertama) yaitu di
muara pantai Trikora. Sedangkan lokasi II (kedua) adalah Pulau Mapur.
Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dimulai dari
bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2009.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang memerlukan analisis yang saling
terkait antara kondisi kualitas perairan dengan kondisi tutupan karang hidup;
kondisi tutupan karang hidup dengan ikan karang, kondisi ikan karang dengan
tutupan alga, sehingga hasil yang diperoleh dapat memberikan informasi dan
rekomendasi untuk alternatif pengelolaan.
3.3. Peralatan yang digunakan
Pengambilan data terumbu karang, ikan karang, dan makroalga dilapangan
diperlukan bahan-bahan dan peralatan pendukung sebagai berikut :
• Peralatan dasar selam, yang terdiri dari masker, snorkel dan fin • Alat selam SCUBA (Self Contain Underwater Breathing Aparatus ) , yang
terdiri dari BCD, regulator, weight belt, tabung udara (kapasitas 3000 Psi); • Roll meter • Pelampung tanda • Kamera Bawah air • Sabak bawah air • Perahu motor • Transek kuadrat 1 m x 1 m dan 0.5 m x 0.5 m • Alat tulis menulis bawah air • Buku identifikasi karang, yaitu: Ditlev (1980); Wood (1983); Suharsono
(1996); Stafford-Smith, Veron (2001) dan • Laporan serta publikasi yang terkait dengan penelitian.
Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan data parameter fisik dan
kimia disajikan pada Tabel 1.
27
Tabel 1 Parameter dan cara analisis kualitas air dalam penelitian No Parameter Satuan Alat/ Cara Analisis Keterangan A Fisika
1 Kecerahan cm Secchi Disc In situ 2 Suhu °C Thermometer In situ 3 Padatan Tersuspensi mg/l Botol sampel; Ice Box; Laboratorium (TSS) Gravimetri B Kimia 1 Salinitas ‰ Refraktometer In situ 2 Oksigen terlarut mg/l DO meter In situ
3 Ammonia mg/l Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium
4 Nitrat (NO3-N) mg/l Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium
5 Nitrit (NO2-N) mg/l Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium
6 Phosphat (Ortophospate) mg/l
Botol sampel, Spektrofotometer Laboratorium
3.4. Penentuan Stasiun Penelitian
Wilayah Kabupaten Bintan dengan penggunaan ruang di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil, berkembang menjadi kawasan wisata, permukiman, industri,
pertanian, perikanan, pertambangan, dan lain- lain menjadikan wilayah ini
berkembang pesat. Dengan memilih dua wilayah yang dijadikan objek penelitian
lokasi I (pertama) yaitu di muara pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang yang
memiliki kategori tutupan karang rendah dan baik. Lokasi Kecamatan Gunung
Kijang dipilih sebagai lokasi pengamatan penelitian dengan pertimbangan yaitu
merupakan wilayah yang sangat dekat dengan aktifitas manusia baik di daratan
maupun pesisirnya. Sedangkan lokasi II (kedua) adalah Pulau Mapur dengan
kondisi tutupan karang dengan kategori baik sampai baik sekali dan dijadikan
lokasi pengamatan dikarenakan kondisinya yang agak jauh dari aktifitas daratan
(main land).
Titik pengamatan diambil sebanyak 8 titik terdiri dari 5 (lima) titik yaitu
Stasiun 1 (satu) sampai dengan stasiun 5 (lima) untuk kawasan I Kecamatan
Gunung Kijang (pantai Trikora) Sedangkan 3 (tiga) titik untuk ikawasan II (Pulau
Mapur) yaitu stasiun 6 (enam) sampai dengan stasiun 8 (delapan). Stasiun
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.
28
Gambar 3 Lokasi penelitian di kawasan pesisir Kecamatan Gunung Kijang dan
Pulau Mapur
29
3.5. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei untuk mengumpulkan
data primer dan penelusuran literatur (desk study) untuk mengumpulkan data
sekunder. Data primer terdiri dari:
3.5.1. Pengamatan terumbu karang dan makroalga
Pengamatan terumbu karang dilakukan dengan menggunakan modifikasi
dari metode transek kuadrat (English et al. 1997). Dalam metode ini terdapat tiga
tahapan yang dilakukan, yaitu pembentangan roll meter, pemasangan pasak, dan
pengambilan foto transek.
Pemasangan roll meter dilakukan untuk menetapkan transek garis, dimana
transek garis ini berfungsi dalam penentuan arah dan jarak yang konstan dari
pemasangan transek kuadrat. roll meter dibentangkan sepanjang 50 meter sejajar
dengan garis pantai, kemudian pemasangan transek kuadrat dilakukan setiap
selang 10 meter. Sebelum pengambilan foto transek, terlebih dahulu dilakukan
pemasangan pasak besi di setiap sudut transek kuadrat dengan tujuan sebagai
tanda untuk pengamatan berikutnya. Selanjutnya pengambilan foto transek
dilakukan dengan menggunakan kamera bawah air. Pengolahan foto dilakukan di
darat dengan menggunakan software Image-J sampai pada taraf bentuk
pertumbuhan tutupan karang (Lampiran 2). Output yang dihasilkan berupa data
kondisi penutupan karang yang terdapat dalam transek kuadrat.
Gambar 4 Metode pengamatan terumbu karang dengan transek kuadrat ukuran1 m x 1 m
Analisis Struktur Lifeform (English et al. 1997; Rogers et al. 1994)
merupakan pedoman yang digunakan untuk mengamati ekosistem terumbu
karang. Metode ini didasarkan pada analisis perbedaan bentuk-bentuk
pertumbuhan biota penyusun ekosistem terumbu karang yang merupakan
gambaran struktur komunitas dan kondisi habitat yang ditempatinya.
30
Tabel 2 Daftar penggolongan komponen dasar penyusun ekosistem terumbu karang berdasarkan lifeform karang dan kodenya.
3.5.2. Pengamatan ikan karang
Pengamatan ikan karang dilakukan dengan metode sensus visual
berdasarkan Dartnal dan Jones (1986). Metode ini merupakan salah satu metode
Kategori Kode Keterangan Komponen Biotik
Acropora
Branching ACB Paling tidak 2o percabangan. Memiliki axial dan radial oralit.
Encrusting ACE Biasanya merupakan dasar dari bentuk acropora belum dewasa
Submassive ACS Tegak dengan bentuk seperti baji Digitate ACD Bercabang tidak lebih dari 2o Tabulate ACT Bentuk seperti meja datar
Non-Acropora
Branching CB Paling tidak 2o percabangan. Memiliki radial oralit.
Encrusting CE Sebagian besar terikat pada substrat (mengerak) Paling tidak 2o percabangan
Foliose CF Karang terikat pada satu atau lebih titik, seperti daun, atau berupa piring.
Massive CM Seperti batu besar atau gundukan Submassive CS Berbentuk tiang kecil, kenop atau baji. Mushroom CMR Soliter, karang hidup bebas dari genera Heliopora CHL Karang biru Millepora CML Karang api Tubipora CTU Bentuk seperti pipa-pipa kecil
Soft Coral SC Karang bertubuh lunak Sponge SP Zoanthids ZO Others OT Ascidians, anemon, gorgonian, dan lain -lain
Alga
Alga assemblage AA Terdiri lebih dari satu jenis alaga
Coralline alga CA Alga yang mempunyai struktur kapur Halimeda HA Alga dari genus Halimeda Macroalga MA Alga berukuran besar Turf alga TA Menyerupai rumput-rumput halus
Abiotik Sand S Pasir Dead Coral DC Baru saja mati, warna putih atau putih kotor
Dead Coral with Alga DCA Karang ini masih berdiri, struktur skeletal
masih terlihat Rubble R Patahan karang yang ukurannya kecil Silt SI Pasir berlumpur Water W Air Rock RCK Batu
31
yang umum digunakan dalam survei pengamatan ikan- ikan karang dan telah
disepakati menjadi metode baku dalam pengamatan ikan- ikan karang secara
kuantitatif di ASEAN pada waktu lokakarya ASEAN-Australia Cooperative
Program on Marine Science bulan Agustus-Oktober 1985 di Australian Institute
of Marine Science (Hutomo 1986).
Metode ini secara garis besar hampir sama dengan metode Line Intersept
Transect dimana roll meter sepanjang 70 m dibentangkan sejajar dengan garis
pantai berlawanan dengan arah arus. Pencatatan data dilakukan dalam air dengan
menggunakan sabak kemudian dicatat spesies ikan yang ditemukan. Pencatatan
data dilakukan dengan jarak pandang sejauh 2,5 m ke kiri dan 2,5 m ke kanan
serta pandangan ke depan sejauh yang terlihat. Namun, jangan sekali-sekali
menengok kebelakang karena akan tercipta pengulangan data yang akan membuat
data tersebut menjadi tidak valid. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan data adalah faktor kecepatan renang, oleh karena itu diperlukan
kesabaran sehingga kita dapat berenang dengan santai dan tidak terburu-buru.
Hasil pengamatan ikan karang ditabulasikan berdasarkan jenis dan frekuensi
ditemukannya pada transek pengamatan.
Gambar 5 Pencatatan data kelimpahan dan biomass Sensus Visual Spesies Ikan
Karang (Labrosse 2002).
32
3.5.3. Pengukuran variabel kualitas air
Pengambilan data kualitas air bertujuan untuk mengetahui present status
kondisi perairan pesisir Kecamatan Gunung Kijang dan Pulau Mapur Bintan
Timur , yang meliputi kondisi fisika, dan kimia perairan. Metode pengambilan
contoh dan metode analisis kualitas air ini mangacu pada APHA (1989).
Pengukuran dan pengambilan contoh air dilakukan disetiap stasiun pada masing-
masing line transect. Variabel-variabel yang diukur langsung (in-situ) meliputi:
Kecerahan, suhu, salinitas dan oksigen terlarut. Sedangkan contoh air yang
diambil untuk pengukuran laboratorium adalah: TSS; Ammonia – Nitrogen Total
– (Metoda Phenate); Nitrat (NO3-N); Nitrit- (NO2-N); Phospat (Orthophosphate);
3.6. Studi Pustaka
Studi pusataka dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang
dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini antara lain dengan cara mempelajari
buku-buku penunjang, laporan penelitian serta bentuk-bentuk artikel dan jurnal
lainnya.
Disamping data primer, digunakan juga data sekunder yang dikumpulkan
melalui kegiatan desk review terhadap publikasi beberapa instansi atau lembaga
yang terkait dengan substansi penelitian. Jenis data sekunder yang dapat
dikumpulkan diantaranya adalah data-data statistik sosial ekonomi dan perikanan
dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan statistik perikanan dari Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP). Adanya kendala waktu dan kurangnya kelengkapan data
administrasi di tingkat desa dan kecamatan menyebabkan proses pengumpulan
data sekunder dalam penelitian ini kurang optimal. Oleh karena itu, beberapa data
yang tidak didapatkan baik terbitan BPS ataupun DKP diperoleh melalui
konfimasi wawancara mendalam terhadap stakeholders terkait dan terbatas pada
saat penelitian dilakukan.
3.7. Analisis Data
3.7.1. Persentasi penutupan karang dan makroalga
Persentase penutupan karang beserta penyusun substrat dasar lainnya
dianalisis dengan menggunakan software Image-J. Prinsip kerja dari metode ini
33
adalah: pertama mengkonversi foto yang diambil dengan menggunakan kamera
Sony dari satuan meter (mengacu pada transek kuadrat dengan dengan luas 1 x 1
m) ke dalam satuan pixel; selanjutnya melakukan digitasi terhadap bentuk
pertumbuhan karang beserta substrat dasar lainnya yang telah diketahui genusnya.
Hasil akhir dari pengolahan ini adalah berupa persentase penutupan baik bentuk
pertumbuhan ataupun genus karang serta penyusun substrat dasar lainnya yang
terdapat dalam transek kuadrat.
Kondisi terumbu karang dapat diduga melalui pendekatan persentase
penutupan karang hidup di ekosistem terumbu karang sebagaimana yang
dijelaskan oleh Gomez dan Yap (1988).
Data kondisi persentase total penutupan karang hidup yang diperoleh
dikategorikan berdasarkan Gomez and Yap (1988) seperti disajikan dalam Tabel 3
dibawah ini.
Tabel 3 Kriteria penilaian kondisi ekosistem terumbu karang berdasarkan persentase penutupan karang (Gomez and Yap, 1988)
Persentase Penutupan (%) Kriteria Penilaian 0 - 24,9 Buruk 25 - 49,9 Sedang 50 - 74,9 Baik 75 - 100 Sangat baik
3.7.2. Ikan karang
3.7.2.1 Kelimpahan ikan karang
Rata-rata bobot jarak adalah : ? ? ? ? s ? ?? ?? ?? ? ? G? ???? ? s ? ??
keterangan:
p = total pengamatan spesies ke-j
nij = jumlah total spesies ikan pada stasiun pengamatan ke- i
dij = jarak tegak lurus dari spesies ikan ke- i jika ternyata ikan tersebut
dalam schooling menjadi
34
? ?? ? ?? ? ? ? ? ??
Estimasi kelimpahan ikan karang dihitung dengan : ? ? ? s ? ????? ?? ? ??
keterangan Dj : Kelimpahan ikan karang ke-j
3.7.3. Variabel kualitas air
Prosedur contoh air yang diambil untuk pengukuran laboratorium adalah:
TTS (Total Suspended Solid); Ammonia – Nitrogen Total (TAN) – (Metoda
Phenate); Nitrat-Nitrogen (NO3-N); Nitrit-Nitrogen (NO2-N); Phospat
(Orthophosphate) yaitu:
a. Padatan Tersuspensi (TTS, Total Suspended Solid)
Prosedur penentuan TSS; 1) Siapkan filter (Milipore dengan porositas 0,45 µm)
dan ‘vacuum pump’. Saring 2 x 20 ml akuades, biarkan penyaringan berlanjut
sampai 2 – 3 menit untuk mengisap kelebihan air; 2) Keringkan kertas saring
(filter dalam oven selama 1 jam pada temperature 103 - 105°C, dinginkan
dalam dessikator, lalu timbang (B mg); 3) Ambil 100 ml air sampel dengan
gelas ukur, aduk kemudian saring dengan menggunakan kertas saring (filter)
yang telah dit imbang pada prosedur no.2; 4) Keringkan filter dan residu dalam
oven 103 - 105°C selama paling sedikit 1 jam, dinginkan dalam dessikator,
timbang (A mg)
Perhitungan: TDS (mg/L) = (A – B) ? ? ? ?? ?�? ? ? ? ? ?
A = Berat (mg) filter dan Residu
B = Berat (mg) filter
b. Ammonia – Nitrogen Total (TAN) – (Metoda Phenate)
Prosedure Penentuan TAN: 1) Saring 25 – 50 ml air sampel dengan kertas
saring Whatman no.42 (jangan menggunakan vacuum pump, agar tidak ada
ammonia yang hilang); 2) pipet 10,00 ml air sampel yang telah disaring,
masukan ke dalam gelas piala; 3) Sambil diaduk (sebaiknya dengan ‘magnetic
stirer’) tambahkan 1 tetes MnSO4, 0,5 ml chlorox (oxidizing solution) dan 0,6
35
ml phenate. Phenate ditambahkan dengan segera dengan menggunakan pipet
tetes yang sudah dikalibrasi. Diamkan selama ± 15 menit, sampai
pembentukan warna stabil (warna akan tetap stabil sampai beberapa jam); 4)
Buat larutan Blanko dari 10,00 ml akuades. Lakukan prosedur 3; 5) Buat
Larutan Standar dari 10,00 ml larutan standar ammonia (0,30 ppm). Lakukan
prosedur 3; 6) Dengan larutan blanko pada panjang gelombang 630 nm , set
spektrofotometer pada ‘Absorbance’ 0,000 (atau ‘transmittance’ 100%),
kemudian lakukan pengukuran sampel dan larutan standar; 7) Hitung
konsenstrasi Ammonia-N total (TAN) dengan persamaan:
[TAN] mg/L sebagai N = ppm NH3-N = ? ? ?�?�? ?? ? ?
Cgt = konsentrasi larutan standart (0,30 mg/L)
Agt = Nilai absorbance (transmittance) larutan standar
Ag = Nilai absorbance (transmittance) air sampel
Konsentrasi ammonia yang terukur tersebut dinyatakan dalam kadar nitrogen
(N) yang terdapat dalam Ammonia (NH3). Untuk mengetahui konsentrasi
ammonia yang dinyatakan dalam mg NH3/L (= ppm NH3), nilai [TAN] diatas
dikalikan dengan faktor seperti pada persamaan berikut:
Mg NH3/L = ppm NH3-N x ? ? �? ? ? �? ? �? = ppm NH3-N x 1,216
BM = Berat Molekul
BA = Berat Atom
c. Nitrat-Nitrogen (NO3-N)
Dalam penentuan nitrat-nitrogen digunakan metode Brucine (APHA, 1989).
Prosedur penentuannya adalah: 1) Saring sebanyak 25 -50 ml sampal dengan
kertas Whatman no.42 atau yang setara; 2) Pipet 5 ml air sampel yang telah
disaring, masukan kedalam gelas piala; 3) Tambahkan 0,5 ml Brucine, aduk;
4) Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat (gunakan ruang asam); 5) Buatkan
larutan Blanko dari 5 ml akuades. Lakukan prosedur 3 dan 4; 6) buat larutan
standar nitrat-nitrogen dengan konsentrasi seperti pada table berikut:
36
Tabel 4. Konsentrasi larutan Standar Nitrat-nitrogen.
Ppm Nitrat-N Yang ingin dibuat
ml standar Nitrat –N (5 ppm) yang diperlukan untuk diencerkan menjadi 100 ml
0,025 0,05 0,10 0,25 0,50 0,75 1,00
0,50 1,00 2,00 5,00 10,00 15,00 20,00
Sebelum pengenceran sampai 100 ml, tambahkan terlebih dahulu 20-30 ml
aquades dan 8 ml NH4OH pekat, kemudian baru ditambahkan lagi akuades
sampai tanda tera. Selanjutnya, lakukan prosedur 2, 3 dan 4; 7) Dengan larutan
blanko dan pada panjang gelombang 410 nm, set spektrofotometer paa 0,000
absorbance, kemudian ukur sampel dan larutan standar; 8) buat persamaan
regresi (y= A + Bx) dari larutan standar untuk menentukan kadar nitrat-
nitrogen air sampel.
Untuk menentukan kadar nitrat dalam mg nitrat per liter (= ppm NO3-),
digunakan persamaan sebagai berikut:
Mg NO3-/L = ppm NO3-N x ���? ? �? ? ? ?? ? �? = ppm NO3-N x 4.43
d. Nitrit-Nitrogen (NO2-N)
Metode yang digunakan adalah metoda Sulfanilamide (APHA, 1989). Prosedur
penentuannya adalah: 1) Saring sebanyak 25 – 50 ml air sampel dengan kertas
saring whatman no. 42 atau yang setara; 2) Pipet 10.00 air sampel yang telah
disaring, masukan kedalam gelas piala; 3) Tambahkan 0,2 ml (4 tetes)
‘diazotizing reagent’, aduk. Biarkan 2 – 4 menit (jangan lebih); 4) Tambahkan
0,2 ml NED, aduk. Biarkan 10 menit agar terbentuk warna merah (pink)
dengan sempurna; 5) buatkan larutan blanko dari 10 ml akuades. Lakukan
prosedur 3 dan 4; 6) Bua t satu seri larutan standar Nitrit-N dengan konsentrasi
(ppm) sebaagai berikut: 0,025; 0,05; 0,01; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dari larutan
standar 1 ppm, dengan pengenceran yang tepat (gunakan pipet dan labu takar
yang sesuai). Lakukan prosedur 2,3 dan 4; 7) Dengan larutan blanko dan
panjang gelombang 543 nm, set spektrofotometer pada ‘absorbance’ = 0,000
kemudian ukur sampel dan larutan standar; 8) Untuk menentukan konsentrasi
37
Nitrit-N, buat grafik atau persamaan regresi (y=A+Bx) dari larutan standar.
Sumbu x sebagai konsentrasi (ppm) nitrit-nitrogen dan sumbu y sebagai nilai
‘absorbance’ (A) atau ‘transmittance’ (T). Nilai A atau T air sampel yang
diplotkan pada grafik atau disubstitusikan dalam persamaan regresi, sehingga
diperoleh kadar nitrit-nitrogen di perairan. Konsentrasi (ppm) NO2-N yang
terukur pada metoda ini adalah kadar nitrogen yang terdapat pada nitrit (dalam
satuan mg N per liter atau ppm NO2-N). Untuk mengetahui kadar nitrit sebagai
mg NO2/L (ppm NO2) digunakan persamaan sebagai berikut:
Mg NO2-/L = ppm NO2-N x ? ? �? ? ? �? ? �? = ppm NO2-N x 3,28
e. Phospat (Orthophosphate)
Metode yang digunakan adalah metoda Stannous Chloride dengan prosedur
sebagai berikut: 1) Persiapkan peralatan gelas dan filter: semua wadah dan
peralatan yang digunakan harus benar-benar bersih, dan bebas dari kontaminasi
P. bilas peralatan gelas dengan HCl 1 atau 2 N, cuci dengan deterjen (bebas P)
dan air, lalu bilas dengan akuades. Cuci lagi dengan deterjen dan air, bilas
dengan akuades. Rendam filter dalam akuades (25/liter) selama 24 jam dan
keringkan sebelum dipakai; 2) Saring 25 – 50 ml air sampel (tak lebih dari 2-3
jam setelah pengambilan contoh air) dengan milipore (0,45µm) atau ‘glass
fibre filter’ atau yang setara, gunakan ‘vacuum pump’; 3) Pipet sebanyak 25 ml
air sampel tersaring; 4) Tambahkan 1 ml Ammonium molybdate, aduk; 5)
Tambahkan 5 tetes SnCl2, aduk, diamkan (10 menit); 6) Buatkan larutan
blanko dari 25 ml akuades. Lakukan prosedur 3 dan 4; 7) Buatkan larutan
standar orthophosphate dengan konsentrasi: 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50; 0,75
dan 1,00 ppm-P dari larutan standar 5 ppm-P (seperti pada cara pembuatan seri
standar Nitrat. Lakukan prosedur 3 dan 4; 8) Setelah didiamkan 10 menit dan
sebelum12 menit, ukur air sampel dan larutan standar dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 690 nm. (Gunakan Akuades untuk set alat pada 0,000
Absorbance. Larutan blanko seharusnya menunjukan pada 0,000 absorbance.
Bila nilai Absorbanc blanko ini hanya sedikit diatas 0,000, gunakan blanko
untuk ‘reset’ alat pada 0,000 A. Catat nilai absorbance atau transmittance yang
38
terbaca); 9) Buat persamaan regresi atau grafik untuk menentukan kadar
orthophosphate air sampel.
3.8. Analisis Hubungan
3.8.1 Hubungan antara lingkungan dan penutupan subrat dasar serta ikan karang
Untuk melihat pola pengelompokan dan sebaran penutupan substrat dasar
seperti karang hidup, karang mati alga dan variabel lingkungannya yang terbentuk
dilokasi .pengamatan dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA)
dengan menggunakan program XLSTAT 2009 versi 7.0
Tujuan utama penggunaan analisis komponen utama dalam suatu matrik
data yang berukuran besar (Bengen 2000) diantaranya adalah:
a. Mengekstraksi informas esensial yang terdapat dalam suatu tabel/matriks data
yang besar.
b. Menghasilkan suatu representasi grafik yang memudahkan intrepretasi.
c. Mempelajari suatu tabel/matrik data dari sudut pandang kemiripan antara
individu dan hubungan antar variabel.
3.8.2. Analisis korelasi
Untuk menganalisis hubungan antara tutupan karang hidup dengan ikan
karang; Ikan karang herbivora dengan tutupan alga serta tutupan karang mati
dengan tutupan algae dilakukan Korelasi Sperman dengan menggunakan software
Microsoft Excel 2007. Korelasi ini digunakan untuk menyatakan hubungan antara
dua buah variabel tanpa melihat atau memperhatikan variabel bebas dan variabel
terikat (Agus Purwoto, 2007).
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, ukuran statistik yang digunakan
untuk mengetahui keeratan dan arah hubungan diantara dua variabel tersebut
dinamakan koefisien korelasi (r) yang besarnya berada dalam nilai -1 sampai
dengan +1. Bentuk dan besarnya hubungan yang dinyatakan dengan memiliki
nilai -1 = r = 1 yang dapat dikategorikan dengan kriteria sebagai.
• Jika r < 0 berarti hubungan X dan Y merupakan hubungan negatif. Artinya,
jika X naik maka Y turun. Sebaliknya, jika X turun maka maka Y naik.
39
• Jika r > 0 berarti hubungan X dan Y merupakan hubungan positif. Artinya,
jika X naik maka Y naik. Sebaliknya, jika X turun maka maka Y turun.
• Jika r = 0 berarti hubungan X dan Y tidak ada hubungan. Artinya, jika suatu
variabel berubah maka tidak mempengaruhi variabel yang lainnya.
• Jika r = -1 atau 1 berarti X dan Y terdapat hubungan negatif atau positif yang
kuat sempurna.
Kriteria penilaian yang digunakan adalah (Purwoto Agus, 2007):
R = 0 Tidak ada hubungan
0 < r < 0,6 Hubungan lemah
0,6 = r < 0,8 Hubungan sedang
0,8 = r < 1 Hubungan kuat
r = 1 Hubungan kuat sempurna
Rumus skala data koefisien korelasi yang berupa peringkat atau ordinal
dinyatakan sebagai berikut
?? ? ? ? ? ? ? ? G? ? ??? G��?�? ? ? ? ?��������� Keterangan :
di : selisih dari rank variabel X dan Y
n : banyaknya pasangan rank