kata pengantarp3kll.litbang.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2013/07/... · 2019. 7. 5. · 2,5 2,5...

10
i

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

  • KATA PENGANTAR Pembaca yang terhormat,

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Jurnal Ecolab telah memperoleh status

    akreditasi LIPI kategori B, dengan sertifikat No. 294/Akred-LIPI/P2MBI/08/2010. Harapan

    kami ke depan Jurnal Ecolab dapat terus meningkatkan kualitas penyajiannya.

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusarpedal selalu berusaha meningkatkan mutu

    layanan dan produknya khususnya dalam penerbitan Jurnal Ecolab. Setelah mendapatkan status

    terakreditasi pada tahun 2010, mulai penerbitan Volume 4 Nomor 2 Tahun 2010, Jurnal Ecolab

    mengalami beberapa perubahan.

    Pertama, perubahan warna pada logo kalpataru disesuaikan dengan warna logo baru Kantor

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kedua, substansi tulisan yang dimuat tidak hanya

    terbatas pada hasil pemantauan tetapi juga kajian ilmiah yang mencakup aspek lingkungan hidup.

    Dalam penerbitan edisi ini, Jurnal Ecolab memuat lima tulisan dengan judul sebagai berikut:

    • Kandungan Black Carbon pada Partikulat Udara Halus dan Kasar Dalam Udara

    Ambien di Daerah Serpong - Tangerang

    • Distribusi Unsur Makro dan Mikro Dalam Abu Gunung Merapi Yogyakarta

    • Evaluasi Perubahan Lingkungan Wilayah Pesisir Surabaya Timur Sidoarjo

    dengan Menggunakan Citra Satelit Multitemporal

    • Peran Rhizobakteri Dalam Fitoekstrasi Logam Berat Kromium pada Tanaman

    Jagung

    • Pengaruh Percampuran Air Terhadap Oksigen Terlarut di Sekitar Karamba

    Jaring Apung, Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat

    Untuk penerbitan volume mendatang kami mengharapkan partisipasi para pembaca dan praktisi

    di bidang lingkungan hidup untuk turut serta menyajikan tulisan mengenai kajian-kajian yang

    berkaitan dengan aspek lingkungan hidup.

    Terimakasih. Salam,

    Redaksi

  • ISSN 1978-5860

    Akreditasi No. 294/Akred-LIPI/P2MBI/08/2010

    Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup

    Volume 6, Nomor 1, Januari 2012

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar .................................................................................................................... i

    Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

    Kandungan Black Carbon pada Partikulat Udara Halus dan Kasar

    Dalam Udara Ambien di Daerah Serpong - Tangerang ....................................................... 1

    Rita Mukhtar, Esrom Hamonangan, Hari Wahyudi, Muhayatun Santoso, dan Diah Dwiana Lestiani

    Distribusi Unsur Makro dan Mikro Dalam Abu Gunung Merapi Yogyakarta.................... 12

    Theresia Rina Mulyaningsih, Iman Kuntoro dan Alfian

    Evaluasi Perubahan Lingkungan Wilayah Pesisir Surabaya Timur Sidoarjo

    dengan Menggunakan Citra Satelit Multitemporal.............................................................. 23

    Grace Idolayanti Moko dan Wiweka

    Peran Rhizobakteri Dalam Fitoekstrasi Logam Berat Kromium

    pada Tanaman Jagung .......................................................................................................... 38

    Ali Pramono, MMA Retno Rosariastuti, Ngadiman dan Irfan D. Prijambada

    Pengaruh Percampuran Air Terhadap Oksigen Terlarut

    di Sekitar Karamba Jaring Apung, Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat ........................ 51

    Hefni Effendi, Enan M. Adiwilaga, dan Agustina Sinuhaji

  • 2,5

    2,5

    2.5

    2.5

    2.5

    KANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA AMBIEN DI

    DAERAH SERPONG - TANGERANG

    Rita Mukhtar1), Esrom Hamonangan1), Hari Wahyudi1), Muhayatun Santoso2), Diah Dwiana Lestiani2)

    (Diterima tanggal 15-11-2011; Disetujui tanggal 14-03-2012)

    ABSTRAK

    KANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA

    AMBIEN DI DAERAH SERPONG – TANGERANG. Black carbon (BC) merupakan bentuk impuritas dari karbon

    hasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil atau pembakaran biomassa. Black carbon memiliki pengaruh

    yang signifikan terhadap perubahan iklim melalui sifatnya yang mampu menyerap sinar matahari karena merupakan

    gas rumah kaca. Sumber utama BC yaitu sumber antropogenik, termasuk pembakaran biomas pembakaran tidak

    sempurna, kendaraan bermotor khususnya diesel serta sumber industri seperti pembakaran batu bara. Konsentrasi

    BC pada partikulat halus yang berukuran kurang dari 2,5 μm (PM ) lebih dari 10% partikulat udara halus sehingga

    sangat penting dilakukan penentuan secara tepat. Pada penelitian ini, metode penentuan BC pada partikulat udara

    halus (PM ) dan partikulat udara kasar (PM 2.5-10

    ) berdasarkan metode reflektansi menggunakan alat EEL Smoke

    Stain Reflectometer. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Gent Stacked Filter Unit sampler, lima

    kali seminggu di empat lokasi di daerah Serpong pada tahun 2008 yaitu di Batan Indah, BSD, Setu, dan Pusarpedal

    serta pada tahun 2009 di daerah Tangerang, yaitu di Curug, Jatiuwung, Islamic Village Lippo Karawaci, dan Cikupa.

    Hasil penentuan konsentrasi BC di daerah Serpong pada partikulat udara halus berkisar antara 2,31-3,76 µg/m3,

    sedangkan pada partikulat udara kasar berkisar antara 0,72-1,54 µg/m3. Rasio konsentrasi BC terhadap konsentrasi

    massa PM untuk daerah Serpong berkisar antara 13-20%, sedangkan rasio BC terhadap konsentrasi massa pada

    partikulat udara kasar sekitar 3-5%. Jika dibandingkan konsentrasi BC di partikulat udara halus dan kasar maka

    BC terkonsentrasi dominan pada partikulat udara halus, hal ini disebabkan karena BC umumnya berasal dari

    sumber antropogenik/aktivitas manusia yang partikel berukuran kurang dari 2,5 um. Konsentrasi BC di Serpong

    dan Tangerang masih dalam level yang sama dengan BC di Bandung dan Lembang. Perbandingan rasio BC di

    Serpong terhadap partikulat massa dengan beberapa negara lain di Asia yang menggunakan metoda dan formula

    yang sama, hal ini dilakukan untuk mengetahui distribusi tingkat pencemaran BC di Asia masih berada dibawah

    BC di negara-negara lain.

    Kata kunci: black carbon, PM

    , PM

    , reflektansi 2,5 2.5-10

    ABSTRACT

    BLACK CARBON CONCENTRATIONS IN FINE AND COARSE AMBIENT PARTICULATE MATTER COL-

    LECTED IN SERPONG-TANGERANG. Black carbon (BC) is an impure form of carbon resulted from incomplete

    combustion of fossil fuel or biomass burning. Black carbon has significant impacts on climate change due to its

    light absorption capabilities which is green house gas. The main source of black carbon is anthropogenic source

    including biomass burning, incomplete combustion, motor vehicles especially diesel and industrial emissions such

    as coal combustion. Black carbon concentration in fine particulate matter which aerodinamic diameter less than

    2.5 µm (PM ) usually more than 10% of the fine mass, therefore an accurate measurement of black carbon is im-

    portant. In this study, BC of fine(PM ) and coarse particulate matter(PM ) was measured based on reflectance 2.5 2.5-10

    method using EEL Smoke Stain Reflectometer. Sampling of airborne particulate matters were carried out using

    Gent Stacked Filter Unit sampler, five times a week in four locations in Serpong area in 2008 covering Batan Indah,

    BSD, Setu and Pusarpedal, while in 2009 in Tangerang area covering Curug, Jatiuwung, Islamic Village Lippo

    Karawaci and Cikupa. BC concentrations in fine particulate matters collected in Serpong were ranged 2,31-3,76

    µg/m3, while in coarse particulate matters were 0,72-1,54 µg/m3. The ratio of BC to fine particulate matter PM

    1 PUSARPEDAL – Kementerian Lingkungan Hidup 2 PTNBR – Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri

    BATAN Badan Tenaga Nuklir Nasional

  • 2.5-10 in Serpong was 13-20%, while the ratio of BC to coarse particulate matter PM was 3 -5%. BC concentra-

    tions were dominant in fine particulate matters compared to coarse particulate matters, because the BC is mainly

    from anthropogenic sources/human activities which the particles size is less than 2.5 µm. BC concentrations in

    Serpong and Tangerang is still the same level as in Bandung and Lembang area. Comparison of the ratio of BC

    to fine particulate mass in Serpong with other countries in Asia that used the same method and formula were also

    presented, to find the distribution level of BC pollution in Asia, which resulted that BC in Serpong and Tangerang

    were lower than other countries.

    Keyword: black carbon, PM

    PM

    reflectanc e 2,5 2.5-10

  • DISTRIBUSI UNSUR MAKRO DAN MIKRO DALAM

    ABU GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA

    Theresia Rina Mulyaningsih1, Iman Kuntoro dan Alfian

    (Diterima tanggal: 03-01-2011; Disetujui tanggal: 18-05-2011)

    ABSTRAK

    DISTRIBUSI UNSUR MAKRO DAN MIKRO DALAM ABU GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA. Telah

    dilakukan analisis kandungan unsur dalam abu Gunung Merapi pasca erupsi Oktober - Nopember 2010 dengan teknik

    analisis aktivasi neutron (AAN). Pengambilan sampling dilakukan oleh peneliti PTAPB-BATAN pada tanggal 9 dan

    10 Nopember 2010 di 10 titik sampling. Lokasi sampling sebanyak 4 titik di Kabupaten Sleman, 1 titik di Kabupaten

    Magelang, 3 titik di Kabupaten Klaten dan 2 titik di Kabupaten Boyolali. Sampel abu vulkanik dikeringkan,diayak

    lolos saring 200 mesh dan ditimbang 30-50 mg dalam vial polietilen. Iradiasi dilakukan pada fluks neutron termal

    1013 n.cm-2.det-1 di fasilitas iradiasi Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy, Serpong. Pencacahan cuplikan pasca

    iradiasi dilakukan dengan detektor resolusi tinggi HPGe yang digabungkan dengan penganalisis puncak multi

    saluran. Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak GENIE 2000 dan k0-IAEA. Hasil analisis menunjukkan

    bahwa unsur dalam abu vulkanik terdiri atas unsur makro (dalam persen) Al 10,45-13,37; Fe 4,44-8,79; Na 2,55-

    3,35; Ca 1,03-8,82; Mg 0,61-1,75; Ti 0,31-0,58; dan Mn 0,12-0,17, unsur mikro (

  • EVALUASI PERUBAHAN LINGKUNGAN WILAYAH PESISIR

    SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN

    CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

    Grace Idolayanti Moko1, Wiweka2,

    (Diterima tanggal : 14 Agustus 2011; Disetujui tanggal : 14 Desember 2011)

    ABSTRAK

    Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering

    maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air

    asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses – proses

    alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia

    di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Surabaya Timur – Sidoarjo merupakan daerah yang relatif

    mengalami perubahan. Di kawasan pesisir ini juga mengalami peristiwa penting yaitu peristiwa lumpur Lapindo.

    Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk memantau perubahan pada wilayah pesisir. Salah satunya

    menggunakan teknologi penginderaan jauh. Hal ini dilakukan karena data penginderaan jauh memilki wilayah

    cakupan yang luas, cepat, serta efisien. Data yang digunakan adalah citra satelit ALOS/AVNIR-2 tahun 2006 dan

    2008 serta SPOT-4 tahun 2009. Data tersebut digunakan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan, garis pantai,

    serta tingkat kekeruhan air laut. Metode klasifikasi terbimbing digunakan untuk mengetahui tutupan lahan di wilayah

    pesisir Surabaya Timur – Sidoarjo, sedangkan kekeruhan air laut menggunakan algoritma Total Suspended Solid

    (TSS). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan perubahan tutupan lahan yang signifikan pada kelas pemukiman,

    rumput/tanah kosong, dan empang. Dimana sejak tahun 2006 hingga 2009, luasan pemukiman selalu bertambah yaitu

    184,7 ha , sedangkan empang dan rumput/tanah kosong mengalami penurunan luasan yaitu kelas empang sebesar

    48,04 ha dan rumput/tanah kosong sebesar 199,31ha. Untuk tingkat kekeruhan air laut, nilai yang mendominasi

    wilayah perairan Surabaya – Sidoarjo adalah 0-200mg/l. Sejak tahun 2006 hingga 2009 terjadi perubahan garis

    pantai yang diikuti dengan terjadinya perubahan daratan. Pada tahun 2006 – 2008 perubahan daratan sebesar 51,01

    ha sedangkan tahun 2008 – 2009 perubahannya sebesar 18,92 ha.

    Kata kunci : Pesisir, Tutupan Lahan, Garis Pantai, Kekeruhan Air Laut, SPOT-4, ALOS/AVNIR-2

    ABSTRACT

    Coastal region is an area of encounter between land and sea; landward coastal areas include parts of the mainland,

    either dry or submerged with water, which is still influenced by the characteristic of ocean such as tides, ocean

    breezes, and salinity intrusion, while on the seaward coastal areas includes part of the sea that is still influenced by

    natural process that occurs on land such as sedimentation and freshwater streams, as well as those caused by human

    activities on land such as deforestation and pollution. East Surabaya - Sidoarjo is a coastal area that is relatively

    unchanged. Also in this coastal region experienced many important events, one of this event called Lapindo mud.

    There are several methods that can be used to monitor changes in coastal territory. One of them using a multitemporal

    remote sensing technology. This is done because the remote sensing data has an extensive coverage area, quickly

    and efficient. The data used is ALOS/AVNIR-2 satellite imagery in 2006 and 2008 and SPOT-4 in 2009. The data

    is used to analyze changes in land cover, shoreline, and the level of sea water turbidity. Supervised classification

    methods is used to determine land cover in coastal areas of Surabaya - Sidoarjo, while the turbidity of seawater

    using an algorithm Total Suspended Solid (TSS).

    Based on the results of the study, significant changes in land cover in the class settlement has been found, the grass

    / bare soil, and ponds. Where from 2006 to 2009, the residential area of 184.7 ha is always increasing, while the

    ponds and the grass / bare soil decreased the area of 48.04 ha of ponds class and grass / bare soil of 199.31 ha.

    For sea water turbidity levels, the class that dominated the territorial waters of Surabaya - Sidoarjo is 0-200mg / l.

    From

    2006 to 2009 changes in the coastline which was followed by changes in the mainland. In the year 2006 - 2008 The

    land change alteration is 51,01ha while in 2008 to 2009 the alteration is 18.92.

    Keywords: Coastal Area, Land Cover, Shorelines, Sea Water Turbidity, SPOT-4, ALOS/AVNIR-2

    1Teknik Geomatika-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia 2Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Jl. LAPAN 70 Pekayon-Pasar Rebo, Jakarta, Indonesia Email : [email protected]

    mailto:[email protected]

  • PERAN RHIZOBAKTERI DALAM FITOEKSTRAKSI LOGAM BERAT

    KROMIUM PADA TANAMAN JAGUNG

    Ali Pramono1, MMA Retno Rosariastuti2, Ngadiman3 dan Irfan D. Prijambada3

    (Diterima tanggal: 14 Juli 2011; Disetujui tanggal: 2 November 2011)

    ABSTRAK

    Logam berat bersifat persisten dalam lingkungan dan diketahui mengubah biodiversitas, struktur dan fungsi

    ekosistem tanah. Remediasi tanah terkontaminasi logam menjadi penting, karena tanah sebagai media penghasil

    bahan pangan. Pendekatan konvensional untuk remediasi tempat yang terkontaminasi logam meliputi fisika dan

    kimia, namun aplikasi proses-proses ini terbatas karena kendala teknologi dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan

    metode remediasi yang murah, aman dan ramah lingkungan seperti bioremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui kemampuan rhizobakteri dalam membantu fitoekstraksi logam berat kromium pada tanaman jagung.

    Tahapan penelitian meliputi 1) uji toleransi bakteri terhadap Cr(VI), 2) uji reduksi Cr(VI), dan 3) uji serapan

    Cr(VI) pada tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Isolat 27 toleran terhadap toksisitas Cr(VI)

    pada konsentrasi 15 ppm. Isolat 27 mereduksi Cr(VI) secara sempurna dalam waktu 18 jam. Isolat 27 membantu

    fitoekstraksi logam kromium pada tanaman jagung sebesar 241 kali dibandingkan kontrol. Perlu penelitian lebih

    lanjut untuk mengetahui jenis asam yang berperan dalam mekanisme fitoekstraksi pada tanaman jagung. Isolat 27

    dapat digunakan sebagai inokulan dalam fitoremediasi dan pemacu pertumbuhan tanaman.

    Kata Kunci: Cr(VI), fitoekstraksi, rhizobakteri, tanaman jagung

    ABSTRACT

    Heavy metals are highly persistent in the environment and are known to alter soil ecosystem diversity, structure and

    function. Remediation of soil contaminated of heavy metals is important caused soil as medium for food production.

    Conventional methods for Cr(VI) remediation include physical and chemical. However, these methods were not

    widely explored due to high technology and costly. Due to this, the cost-effective, safe and friendly technology for

    in situ remediation is needed. The research was aimed to know the capability of rhizobacteria for phytoextraction of

    chromium on maize plant. The stages of this research include 1) tolerance test of rhizobacteria to Cr(VI), 2)

    reduction test of rhizobacteria to Cr(VI), and 3) Absorption test of Cr(VI) on maize plant. The results of this

    research showed that Isolate 27 tolerated to 15 ppm of Cr(VI). Isolate 27 reduced 15 ppm of Cr(VI) within 18

    hours completely. Isolate 27 helped the phytoextraction of chromium on maize plant up to 241 times. The

    continuous research is needed to know what type of organic acids that role in mechanism of phytoextraction on

    maize plant. Isolate 27 can be used as an inoculant in both phytoremediation protocols and in plant growth

    promotion.

    Keywords: Cr(VI), maize plant, phytoextraction, rhizobacteria

    1Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan-Pati, Jl. Raya Jakenan-Jaken Km.5 Jakenan Pati, Telp/Fax. 0295 381592, email: [email protected]

    2Universitas Sebelas Maret Surakarta

    3Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

    mailto:[email protected]

  • PENGARUH PERCAMPURAN AIR TERHADAP OKSIGEN TERLARUT

    DI SEKITAR KARAMBA JARING APUNG, WADUK CIRATA,

    PURWAKARTA, JAWA BARAT

    Hefni Effendi1, Enan M. Adiwilaga2, Agustina Sinuhaji2

    (Diterima tanggal: 2 Juni 2011; Disetujui tangal: 2 November 2011)

    ABSTRAK

    Penelitian dilakukan di sekitar keramba apung Waduk Cirata (KJA), Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian bertujuan

    untuk mengetahui fluktuasi ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan, melalui percampuran massa air yang

    diambil dari beberapa kedalaman. Konsentrasi DO di lokasi KJA di Waduk Cirata menurun seiring bertambahnya

    kedalaman dengan kisaran rata-rata adalah 0,3 - 0,5 mg/l (lapisan dasar) hingga 8,0 - 8,4 mg/l (permukaan). Dis-

    tribusi vertikal oksigen terlarut menggambarkan tipe perairan clinograde. Kedalaman zona eufotik mencapai 3,81

    m. Terdapat variasi ketersediaan oksigen terlarut dari pencampuran massa air meromictic dan holomictic. Pada

    perlakuan 1 (meromictic hingga 12 m) nilai rata-rata DO yaitu 7,00 - 7,41 mg/l. Perlakuan 2 (meromictic hingga 24

    m) nilai rata-rata DO 5,28 - 5,48 mg/l. Perlakuan 3 (holomictic hingga 42 m) memiliki nilai rata-rata DO sebesar

    2,44 - 2,84 mg/l. Jika terjadi percampuran meromictic hingga kedalaman 12 m dan 24 m maka kegiatan budidaya

    ikan masih dianggap layak, karena nilai DO >5 mg/l. Akan tetapi, pencampuran holomictic mengakibatkan DO

    melewati ambang batas, sehingga tidak dapat menopang budidaya perikanan.

    Kata Kunci: oksigen terlarut, waduk, jaring apung, Waduk Cirata, Purwakarta

    ABSTRACT

    Research was performed at waters nearby floating cage culture, Cirata Reservoir, Purwakarta, West Java.

    Research aims is to determine the variation of dissolved oxygen availability through the mixing of water masses

    taken from several depths. The range of average DO decreased with increasing depth, namely 0.3 – 0.5 mg/l

    (bottom) and 8.0

    – 8.4 mg/l (surface). Type of vertical oxygen distribution of Cirata waters was clinograde. Euphotic zone reached

    the depth of 3.81 m. The average range of DO at treatment 1 (meromictic, depth 12 m) was 7.00 – 7.41 mg/l. The

    average range of DO at treatment 2 (meromictic, depth 24 m) was 5.28 - 5.48 mg/l. The average range of DO at

    treatment 3 (holomictic, depth m) was 2.44 – 2.54 mg/l. If water column mixing (meromictic depth 12 m and 24

    m) occurs, fish culture will still be survive, since DO is >5 mg/l. However, whole water column mixing (holomictic

    depth 42 m) will result in almost anoxic DO, consequently jeopardize fish culture at floating cage.

    Keywords: dissolved oxygen, reservoir, floating cage, Cirata Resevoir, Purwakarta

    1 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), IPB, Darmaga, Bogor. Telp. 0251-8621262, Fax. 0251-8622134

    Email: [email protected]

    2 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Darmaga, Bogor. Telp/Fax 0251-8622932

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Dewan Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. RTM. Sutamihardja

    2. Dr. Ir. Ning Purnomohadi, MS

    3. Ir. Isa Karmisa Ardiputera

    4. Dr. Yanni Sudiyani

    Sebagai Mitra Bestari atas kesediaannya melakukan review pada Jurnal Ecolab Volume 6,

    Nomor 1, Januari 2012.

    Januari 2012

    Dewan Redaksi

    Ecolab Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup