3. lemak
DESCRIPTION
Laporan Kimia Pangan (Lemak)TRANSCRIPT
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 dan 2 Oktober 2014
adalah mengenai Lemak. Lemak dapat disebut juga lipid. Lipid atau lemak sendiri terdiri dari
dua jenis yaitu lemak dan minyak. Lemak dan minyak adalah senyawa ester nonpolar yang tidak
larut dalam air, yang dihasilkan oleh tanaman dan hewan.
Lemak dan minyak merupakan bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari biji-
bijian tumbuh-tumbuhan dan juga dari hewan. Sebagian besar dari lemak dan minyak adalah
trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai macam asam lemak (Tjahjadi, 2011).
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan
tubuh manusia dan bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter,
kloroform, benzene, dan aseton, selain itu merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein yang memiliki fungsi sebagai sumber dan pelarut
bagi vitamin A,D,E,K. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram (Tjahjadi, 2011).
Peranan utama lemak dalam makanan adalah sebagai sumber energi, tetapi pada
pengolahan pangan juga dilakukan penambahan lemak atau minyak dengan sengaja. Hal tersebut
dilakukan karena minyak dan lemak dapat berfungsi sebagai penghantar media panas, shortening
(mentega putih), lemak, gajih, dan margarine. Di samping itu penambahan lemak dimaksudkan
juga untuk menambah kalori serta memperbaiki cita rasa bahan pangan, seperti pada kembang
gula, penambahan shortening pada pematangan kue-kue, dan lain-lain (Tjahjadi, 2011).
Praktikum kali ini dilakukan sembilan metode percobaan untuk lemak dan minyak, yaitu
warna dan aroma berbagai minyak dan lemak, kelarutan, emulsifikasi, creaming effect dan
polymorphysm, penyerapan bau (tainting), penentuan bilangan peroksida (uji ketengikan),
penetapan bilangan asam, serta pengujian titik asap, titik nyala, dan titik api
5.1 Warna dan Aroma Berbagai Minyak dan Lemak
Praktikum ini dilakukan pengujian terhadap warna dan aroma dari berbagai sampel
minyak dan lemak. Pengujian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik minyak
dan lemak berdasarkan warna dan aromanya. Pengujian ini juga digunakan untuk menentukan
penerimaan konsumen terhadap warna dan aroma dari lemak atau minyak tersebut. Minyak dan
lemak yang diamati warna dan aromanya adalah minyak kelapa, minyak jagung, minyak canola,
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
minyak kelapa sawit, margarin, mentega, lemak ayam, lemak kambing dan shortening. Berikut
hasil pengamatan warna dan aroma dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Warna dan Aroma Berbagai Jenis Minyak dan LemakSampel Warna Aroma Gambar
A (Minyak kanola) Kuning transparan Kanola
B (Minyak kelapa sawit) Kuning ++ Sawit (kental)
C (Minyak kelapa) Bening keruh Kelapa
D (Minyak jagung) Kuning ++ Jagung (cair)
E (Minyak Oryzae) Kuning +++ Oryzae
F (Shortening) Putih Shortening +
G (Butter) Kuning + Butter +
H (Mentega) Kuning ++ Mentega ++
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
I (Lemak kambing) Putih pucat Aroma kambing
J (Lemak ayam) Putih susu Aroma ayam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
Minyak atau lemak memiliki warna yang berbeda-beda. Warna dan aroma pada minyak
dan lemak ditentukan dari bahan dasar pembuatannya,akan tetapi aromanya lama kelamaan dapat
rusak akibat faktor-faktor tertentu yang ada di lingkungannya.(Ketaren, 1986).
Zat warna dalam minyak tersebut terdapat 2 golongan, yaitu (1) zat warna alami yang
ikut terekstrak bersama minyak pada waktu proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain
terdiri dari α dan β karoten, xanthofil, klorofil dan anthocyanin. Zat-zat inilah yang
menyebabkan minyak berwarna kuning, kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerahan.(2) warna
gelap sebagai hasil degradasi dari zat warna alami. Warna gelap ini terjadi selama proses
pengolahan dan penyimpanan sebagai akibat dari suhu pemanasan dan tekanan pengepresan
yang terlalu tinggi, penggunaan campuran pelarut organik tertentu, adanya logam seperti Fe, Cu,
Mn serta adanya peristiwa oksidasi bahan tidak tersabunkan. (Ketaren, 1986)
Aroma minyak dan lemak selain terjadi secara alami juga terjadi karena pembentukan
asam-asam yang berantai C sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau
lemak. Selain hal tersebut aroma juga dihasilkan oleh senyawa non methyl keton (deMann,
2001).
Minyak kelapa adalah minyak yang dibuat dari ekstraksi daging buah kelapa yang
dikeringkan. Daging buah kelapa yang dikeringkan ini disebut kopra. Ekstraksi kopra ini akan
menghasilkan minyak kelapa (Ketaren, 1986).
Minyak kelapa memiliki warna kuning paling rendah dan beninng paling tinggi, hal ini
dikarenakan minyak kelapa didapatkan dari kopra yang berwarna putih. Aromanya seperti aroma
minyak tanah tetapi tidak menyengat. Hal ini karena senyawa volatile yang terdapat dalam
minyak kelapa, rantai C nya masih panjang sehingga aromanya tidak tercium.
Minyak jagung adalah minyak yang dibuat dari ekstraksi biji jagung. Jagung yang telah
dikeringkan kemudian diekstraksi untuk mendapatkan minyaknya (Ketaren, 1986).
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Minyak jagung ini memiliki warna kuning bening yang cukup pekat. Hal ini dapat terjadi
karena minyak ini berasal dari biji jagung yang kandungan karotenoidnya cukup tinggi.
Aromanya khas jagung mentah, hal ini terjadi karena senyawa volatile yang terkandung pada
jagung tidak ikut hilang saat dilakukan ekstraksi jagung menjadi minyak.
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dibuat dari ekstraksi daging buah kelapa sawit
yang dikeringkan. Minyak ini biasa disebut minyak goreng. Ekstraksi kelapa sawit ini akan
menghasilkan minyak goreng yang berasal drai kelapa sawit (Ketaren, 1986).
Minyak kelapa sawit ini memiliki warna kuning bening agak pekat. Hal ini dapat terjadi
karena minyak ini kandungan karotenoidnya masih ada. Aromanya tidak menyengat, hal ini
terjadi karena rantai C nya masih panjang sehingga aromanya tidak menyengat.
Minyak canola adalah minyak yang berasal dari ekstraksi tanaman Brassica napus.
Canola umumnya diolah untuk menghasilkan minyak berkadar asam erukat rendah. Minyak
Canola juga dikenal dengan nama minyak "LEAR" (Low Erucic Acid Rapeseed) (Ketaren,
1986).
Minyak canola ini memiliki warna kuning bening. Hal ini dapat terjadi karena minyak ini
kandungan karotenoidnya masih ada. Aromanya mirip zaitun tetapi tidak menyengat, hal ini
terjadi karena senyawa volatile yang terkandung tidak ikut hilang saat dilakukan ekstraksi
menjadi minyak serta rantai C nya masih panjang sehingga aromanya tidak menyengat.
Mentega merupakan jenis lemak yang dihasilkan dari lemak hewani. Mentega adalah
suatu bahan pangan berlemak dalam bentuk emulsi water in oil dan kedalamnya ditambahkan
bahan-bahan bukan lemak dalam jumlah yang kecil, misalnya garam dapur, vitamin, zat warna,
dan bahan pengawet. Pada mentega timbul adanya bau amis yang disebabkan oleh interaksi
trimetil-amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tak jenuh. (Winarno, 1992)
Mentega memiliki warna yang paling kuning diantara lemak laiinya karena kandungan
karotenoidnya cukup tinggi. Aromanya khas mentega dan menyengat karena berasal dari lemak
susu dan bakteri yang diinokulasikan.
Margarin merupakan jenis lemak yang dihasilkan dari lemak nabati. Margarine ini dibuat
dari lemak yang dimurnikan terlebih dahulu kemudian dihidrogenasi sampai mendapat
konsistensi yang diinginkan. Lemak yang akan dibuat margarine juga harus ditambahkan
inokulum. Selain dari lemak hewani, lemak nabati juga dapat digunakan untuk membuat
margarine (Winarno, 1992).
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Margarin memiliki warna yang kuning terang dan aroma yang wangi, margarin
merupakan produk yang dihasilkan dari minyak nabati/hewani yang merupakan emulsi air dalam
minyak. Margarin dibuat dengan mencampurkan lemak dan minyak nabati tertentu. Adanya
provitamin A memberikan warna kuning pada margarine sehinggga jika digunakan dalam
pengolahan pangan akan berkontribusi memberikan warna kuning pada produk ..
Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu,
bahan ini berasal dari pencampuran dua atau lebih lemak dengan car hidrogenasi. Fungsi
shortening yaitu memperbaiki cita rasa, struktur, tekstur, keempukan, dan memperbesar volume
kue (Winarno, 1992).
Warna putih pada shortening dipengaruhi oleh lamanya proses hidrogenasi makin lama
proses penjenuhan asam lemaknya warnanya makin putih. Aromanya tidak ada karena senyawa
volatilnya hilang pada saat pengolahannya.
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging
sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi
dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin.
5.2 Kelarutan
Tabel 2. Kelarutan Berbagai Jenis Minyak terhadap Pelarut
Pelarut KarakteristikSampel
M. Jagung M. Conola M. Sawit M. Kelapa M. Bekatul
Heksan
Kelarutan
Larut ++ Larut +++
+
Larut + Larut +++ Larut +++
Pemisahan
larutan
- - - - -
Pembentukan
noda
Ada Ada Ada Ada + -
Air Kelarutan - Larut + - - -
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Pemisahan
larutan
Atas:
Kuning
keruh
Bawah:
Bening
Atas:
Putih
Bawah:
Bening
Atas:
Kuning
Bawah:
Bening
Atas:
Putih
keruh
Bawah:
Bening
-
Pembentukan
noda
Ada - Ada - Ada
Aseton
Kelarutan
- Larut + - Larut ++ Larut +
Pemisahan
larutan
Atas:
Kuning
jernih
Bawah:
Bening
Atas:
Putih
Bawah:
Bening
Atas:
Kuning
Bawah:
Bening
- -
Pembentukan
noda
Ada - Ada Ada +++ Ada
Kloroform Kelarutan Larut Larut +++ Larut ++ Larut +++ Larut ++
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Pemisahan
larutan
- - - - Atas:
Kuning
Bawah:
Bening
Pembentukan
noda
Ada Ada Ada Ada ++ Ada
Etanol
Kelarutan
- Larut ++ - Larut ++ -
Pemisahan
larutan
Atas:
Bening
Bawah:
Kuning
jernih
Atas:
Bening
Bawah:
Bening
Atas:
Bening
Bawah:
Kuning
Sebagian Mengendap
Pembentukan
noda
- - - Ada -
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Lemak dan minyak merupakan suatu senyawa yang bersifat non polar. Oleh karena itu
minyak dan lemak sangat sukar larut dalam air yang merupakan pelarut polar karena pada
pronsipnya suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu
zat polar larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut non polar.
Teori yang telah dikemukakan diatas telah dapat dibuktikan berdasarkan hasil
pengamatan bahwa minyak dapat larut dalam pelarut heksan dan kloroform yang merupakan
pelarut bersifat non polar. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3) dan merupakan pelarut
organic yang inert (Ispriyanto, 2007).
Sedangkan kelarutan minyak dalam etanol berdasarkan teori hanya sedikit sekali dan
dalam pembuktian praktikum terlihat bahwa ternyata minyak dalam etanol tidak larut. Hanya
perbedaannya, pada air minyak terpisah berada terapung di permukaan air, sedangkan pada
etanol, lemak berada tenggelam di dasar etanol. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan berat
jenis antara minyak dan pelarutnya. Begitu pula pada pelarut aseton hanya beberapa jenis minyak
saja yang dapat dilarutkan dengan kedua pelarut ini. Sedangkan air pada pembuktiannya tidak
bisa melarutkan minyak karena perbedaan sifat polar dan non polar sehingga air membutuhkan
emulsifier agar dapat menyatu dengan minyak.
Bila diamati secara kasat mata berdasarkan hasil pengamatan, maka sedikit sulit untuk
membedakan pelarut mana yang lebih baik diantara heksan dan toluen karena keduanya mampu
melarutkan minyak dengan baik maka pengurutan kelarutan pada data hasil pengamatan
ditentukan dari larutan mana yang lebih mudah dan cepat dalam melarutkan minyak. Sedangkan
pelarut lain hanya dapat melarutkan beberapa jenis minyak saja, tidak semua minyak dapat
dilarutkan dengan pelarut pelarut tersebut.
5.3 Emulsifikasi
Emulsifikasi adalah suatu dispersi atau suatu suspensi cairan dalam cairan lain, dimana
molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling membaur, melainkan saling antagonistik
(Winarno, 1992).
Penggunaan emulsifier ditujukkan untuk untuk menyatukan medium pendispersi dan
terdispersi cair yang mempunyai berat jenis yang berbeda. Daya kerja emulsifier terutama
disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air.
Kemampuan ini diakibatkan oleh struktur molekul pengemulsi yang mengandung dua bagian
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
yaitu bagian memiliki sifat polar atau hidrofil yang dapat berikatan dengan air dan bagian lain
memiliki sifat non polar atau hidrofob yang berikatan dengan lemak (deMann, 1999).
Pengemulsi merupakan senyawa aktif permukaan yang mampu menurunkan tegangan
antar permukaan udara-cairan dan cairan-cairan kemampuan ini disebabkan oleh struktur
molekul pengemulsi dimana molekulnya mengandung dua bagian yang jelas, satu mempunyai
sifat polar/hidrofil dan bagian yang lain mempunyai sifat non polar/ hidrofob (deMann, 1999).
Praktikum emulsifikasi ini praktikan diberikan sampel minyak kelapa sawit, minyak
bekatul, minyak kelapa, minyak canola dan minyak jagung. Sampel tersebut diberi beberapa
emulsifier yaitu kuning telur, dan gelatin. Berikut hasil pengamatan emulsifikasi dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Emulsifikasi Berbagai Jenis Minyak
Sampel
Sebelum (+)
emulsifierKuning Telur Gelatin
Kelarutan Warna Kelarutan Warna Kelarutan Warna
M. Jagung - Atas:
Kuning
Bawah:
Bening
Larut Kuning - Atas:
Putih
Bawah:
Bening
M. Bekatul - Atas:
Kuning
Bawah:
Bening
Larut Kuning - Atas:
Kuning
keruh
Bawah:
Bening
M. Kelapa - Atas:
Putih
keruh
Bawah:
Bening
Larut Kuning - Atas:
Putih
keruh
Bawah:
Bening
M. Sawit - Atas: Larut Kuning - Atas:
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Sampel
Sebelum (+)
emulsifierKuning Telur Gelatin
Kelarutan Warna Kelarutan Warna Kelarutan Warna
Kuning
Bawah:
Bening
Keruh
Bawah:
Bening
M. Conola - Atas:
Putih
Bawah:
Bening
Larut Kuning - Atas:
Putih
keruh
Bawah:
Bening
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
Minyak dan air ketika dikocok, akan terbentuk suatu emulsi, tetapi apabila dibiarkan
partikel-partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Air
dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling terpisah karena
mempunyai berat jenis yang berbeda.
Suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi terdiri
dari buti-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang
juga dikenal sebagai continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah
emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air.
Senyawa ini molekul-molekulnya mempunyai afinitas terhadap kedua cairan tersebut. Daya
afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan tersebut (Winarno, 1992).
Secara umum minyak ketika dicampur dengan air dan belum diberi emulsifier kan
menghasilkan dua fase terpisah. Minyak dan air yang terpisah itu kemudian diberi emulsifier
yang dapat menyatukan kedua fase tersebut.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kuning telur dan gelatin merupakan
emulsifier, karena dapat menimbulkan busa atau selaput disekelilingnya sehingga menyebabkan
terjadinya pencampuran. Tingkat emulsifier kuning telur lebih tinggi bila dibandingkan dengan
gelatin.
5.4 Creaming dan Shortening Effect
5.4.1 Creaming Effect
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Creaming Effect adalah kemampuan lemak untuk memerangkap udara pada saat dikocok
dengan gula. Produknya akan berbentuk seperti karet busa. Perbandingan antara jumlah
penambahan lemak dan gula dalam adonan mempengaruhi jumlah volume udara yang dapat
diserap oleh lemak. (deMann, 1999)
Praktikum ini, margarin ditambahkan gula, dikocok terlebih dahulu, dengan perbandingan
mentega dengan gula yang berbeda. Tujuannya yaitu untuk mengetahui perbandingan mana yang
menghasilkan daya gabung udara dengan lemak yang maksimal. Berikut hasil pengamatan
creaming effect dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Creaming EffectPerbandingan
Mentega :
Gula
Warna Tekstur Gambar
1 : 2
Putih kekuningan Kasar
3 : 1
Putih kekuningan Halus ++++
2 : 1
Putih kekuningan Halus +++
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Perbandingan
Mentega :
Gula
Warna Tekstur Gambar
3 : 2
Putih kekuningan Halus ++
2 : 3
Putih kekuningan Halus +
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
Berdasarkan hasil pengamatan, perbandingan berat margarine dengan gula sebesar 3 : 2 akan
menghasilkan daya gabung udara dengan lemak maksimal, artinya adonan tersebut lebih cepat
mengembang dibandingkan dengan yang lain. Hal ini mencirikan bahwa perbandingan antara
jumlah penambahan lemak dan gula dalam adonan mempengaruhi jumlah volume udara yang
dapat diserap oleh lemak.
5.4.2 Shortening Effect
Tabel 5. Shortening EffectLapisan 8-9 lapis
Warna Coklat keemasan
(Sumber: Data Pribadi TIP A1, 2014)
Shortening effect adalah kemampuan lemak untuk melumas dan mengempukkan biskuit
atau pastry. Lemak pada adonan ini akan menutupi molekul zat pati dan gluten sehingga
strukturnya tidak kontinyu. Lemak harus agak lunak agar lemak mempunyai efek shortening
yang disukai (deMann, 1999).
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Ketika praktikum terdapat tahapan-tahapan pembuatan adonan. Dalam pembuatan adonan
itu sendiri, tidak boleh terlalu banyak menambahkan air, karena adonan akan mengental
(lengket) sehingga susah untuk membuatnya menjadi lembaran. Adonan dibagi menjadi 3 bagian
lembaran yang tiap lembaran di olesi mentega (lemak) kecuali yang ditengah. Tujuan dibuat
menjadi lembaran-lembaran yaitu untuk mengetahui lapisan yang terdapat adonannya setelah di
panggang. Hasil pengamatan shortening effect dapat dilihat pada tabel 5.
5.5 Polymorphism
Polymorphism adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu bnetuk kristal. Bila
suatu lemak didinginkan, gerakan molekul-molekul lemak akan semakin melambat karena
hilangnya panas dan jarak antar molekul pun akan semakin mengecil. Sampai jarak tertentu akan
timbul gaya tarik-menarik yang disebut gaya Van der Walls, akibat adanya gaya ini akan radikal
asam lemak akan tersusun berjajar dan saling bertumpuk serta berikatan membentuk kristal.
(Fennema, 1996)
Praktikum dilakukan pengujian terhadap dua sampel coklat yaitu coklat ayam jago dan
coklat masak (dark choco). Kedua coklat itu masing-masing dilelehkan lalu langsung
didinginkan di dalam freezer. Berikut hasil pengamatan polymorphism dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. PolymorphysmSampel Jumlah Kristal/
Bintik-bintik Putih
Gambar
Dark Cooking 65
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Coklat Ayam Jago -
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
Jumlah kristal lemak pada sampel dark choco lebih banyak bila dibandingkan dengan
coklat ayam jago. Hal ini juga disebabkan karena coklat l’agie berasal dari lemak nabati.
Polymorphism penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak, dan asam lemak beserta
ester-esternya. Polymorphism juga mempunyai peranan penting dalam berbagai proses untuk
mendapatkan minyak atau lemak.
Dalam pembuatan coklat, terkadang tidak digunakan lemak yang khusus untuk coklat.
Oleh karena itu, bila coklat dipanaskan lalu didinginkan, akan terbentuk kristal-kristal putih pada
coklat.
5.6 Tainting
Tainting atau penyerapan bau adalah salah satu sifat lemak yang dapat menyebabkan
kerusakan pada lemak. Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus mudah
menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan
bau. Oleh karena itu, tempat penyimpanan dan bahan pembungkus makanan yang mengandung
lemak atau minyak harus dipilihkan yang terbaik agar tidak merusak produk pangan tersebut
(deMann, 1999).
Praktikum penyerapan bau ini digunakan biskuit cream dengan empat perlakuan yang
berbeda. Kue yang tidak diberikan perlakuan, kue yang disimpan diatas sabun, kue yang
dibungkus alumunium foil, cling wrap, kertas roti dan disimpan diatas sabun. Berikut hasil
pengamatan penyerapan bau dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Penyerapan Bau (Tainting)Kel Biskuit Bau Tekstur
6 sabun* Tidak berbau Keras +
7 Kertas roti Tidak berbau Keras +
8 Cling wrap +++ Keras +++
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Kel Biskuit Bau Tekstur
9 Alumunium foil Tidak berbau Keras ++++
10 Tanpa kemasan ++++ Keras +
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)
http://balitka.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=272%3Aminyak-kelapa&catid=37%3Aberita&Itemid=160&lang=enMinyak Kelapa
Written by Administrator
Minyak Kelapa Murni (VCO )Minyak kelapa murni diproses dari pengolahan kelapa segar melalui pembuatan santan dengan pemanasan bertahap. Metode ini merupakan cara pengolahan sederhana yang hanya memodifikasi sebagian dari pengolahan minyak kelapa secara tradisional. Oleh karena itu metode ini dapat dilakukan pada tingkat petani, karena alat yang digunakan juga sederhana. Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa bermutu tinggi dengan kadar air rendah 0,02-0,03%, kadar asam lemak bebas 0,02%, tidak berwarna (bening), berbau harum, dan berdaya simpan 6-8 bulan. Minyak kelapa murni merupakan produk alami yang sangat bermanfaat untuk gizi, kesehatan, dan perawatan kecantikan.
Pengolahan minyak kelapa murni sebagai berikut : krim dipanaskan sampai mendidih pada suhu 90-100oC. Setelah minyak agak masak, ditandai dengan terpisahnya blondo dan minyak (blondo masih berwarna putih), bahan yang dimasak didinginkan lalu disaring sehingga diperoleh minyak yang belum masak. Minyak yang belum masak dipanaskan pada suhu pemanasan sama dengan pemanasan krim. Pada tahap ini dilakukan sampai diperoleh minyak yang agak bening dan jika masih terdapat blondo warnanya harus coklat muda. Selanjutnya minyak didinginkan dan disaring menggunakan kertas saring. Produk akhir yang diperoleh adalah minyak kelapa murni.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil praktikum penentuan kadar air dalam bahan
pangan adalah sebagai berikut
Bahan pangan mempunyai air terikat dan air bebas di dalamnya.
Pada pengeringan cabai dan roti, kadar air yang hilang mulai menunjukkan nilai yang
konstan pada hari ketiga.
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
Aktivitas air berpengaruh terhadap laju reaksi kimia dalam makanan dan pertumbuhan
mikroorganisme
Garam yang memiliki aktivitas air paling tinggi adalah kalium nitrat
Nilai kadar air yang diperoleh sangat fluktuatif karena beberapa hal diantaranya
masuknya udara saat dibukanya desikator dan larutan garam yang sudah lewat jenuh
Fairuz Khairunisa Widiati240210130113
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A.,R.A. Edwards, G.H. Fleet, M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Andiono. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Syah, Dahrul. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. IPB Press: Bogor.
Winarno, F.G, 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta