3. bab i
DESCRIPTION
Perbedaaan daya hambat dadih dan es krim dadih terhadap staphylococcus aureusTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resistensi antibiotik merupakan masalah utama yang menjadi keprihatinan
semua praktisi kesehatan di seluruh dunia. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
dalam bidang kedokteran beberapa dekade terakhir telah menyebabkan peningkatan
jumlah dan jenis bakteri resisten antibiotik (Utami, 2012). Berdasarkan hasil
Riskesdas 2013 didapatkan data bahwa penggunaan antibiotik tanpa resep di
Indonesia adalah 86,1%. Angka kejadian tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah
93,4% dan terendah di Gorontalo 74,7% sementara di Sumatera Barat 85,2%
(Riskesdas, 2013).
Salah satu jenis bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah
Staphylococcus aureus. Mikroba ini telah resisten terhadap penisilin, oksasilin,
ampisilin dan metasilin (Nurhani, 2010). S.aureus yang diisolasi dari rumah sakit di
Amerika Serikat diperkirakan 25% adalah MRSA (Methichilin-Resistant
Staphylococcus aureus) (Yuwono, 2012). Infeksi yang disebabkan MRSA mencapai
30-70% dari seluruh rumah sakit yang ada di dunia. Di Asia, prevalensi infeksi
MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006 prevalensinya
berada pada angka 23,5% (Sulistiyaningsih, 2010). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Meta pada bulan November 2013 sampai Januari 2014 di bagian
penyakit dalam RSUD Arifin Achmad dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
1
Kedokteran Universitas Riau didapatkan hasil bahwa infeksi MRSA yang diisolasi
dari ulkus diabetikum derajat 1 dan 2 cukup tinggi yaitu 83,33%. Antibiotik yang
resisten terhadap MRSA adalah cefotaxim, ceftriaxone (resisten 100%), diikuti oleh
azithromycin, clindamycin dan erythromycin (resisten 80%), ofloxacin (resisten 60%)
serta ciprofloxacin (resisten 40%).
Meningkatnya angka kejadian resistensi bakteri patogen menyebabkan
pencarian akan antibiotik baru terus dilakukan termasuk dari makanan. Bahan
makanan yang mengandung probiotik dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami
(Hemarajata, 2012). Probiotik adalah mikroba hidup yang apabila dikonsumsi dalam
jumlah tertentu akan memberikan efek terapeutik pada tubuh dengan cara
memperbaiki keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan (FAO/WHO,
2002). Salah satu makanan fungsional yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
produk probiotik adalah dadih (Afriani, 2012).
Dadih merupakan susu fermentasi asli dari daerah Sumatera Barat berwarna
putih dengan konsistensi agak kental menyerupai tahu yang dibuat dengan cara
fermentasi alami pada suhu kamar selama 2 hari (Usmiati, 2012). Beberapa strain
probiotik yang membantu proses fermentasi dadih yang telah diidentifikasi adalah
bakteri Gram-positif seperti Lactobacillus plantarum, Lactobacillus brevis,
Streptococcus agalactiae, Bacillus cereus, dan Streptococcus uberis, serta bakteri
Gram-negatif seperti Escherichia coli dan Klebsiella sp (Usmiati, 2011). Bakteri
probiotik yang dominan terdapat di dalam dadih adalah Lactobacillus plantarum
(Sunaryanto, 2012). Beberapa penelitian yang menunjukkan berbagai manfaat dari
2
probiotik dadih diantaranya adalah dapat menekan kadar kolesterol dalam darah,
bersifat antimutagenik, antikarsinogenik, dapat meningkatkan kemampuan sistem
imunitas tubuh, dan menekan pertumbuhan bakteri patogen (Hutami et al, 2013).
Probiotik dadih dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram
negatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sunaryanto (2012) Lactobacillus
plantarum yang terdapat di dalam dadih mampu menyebabkan penurunan jumlah
koloni S. aureus sebanyak 33,3% dan penurunan jumlah koloni Escherichia coli
sebanyak 27,27%. Hasil ini menunjukkan daya hambat probiotik dadih lebih efektif
terhadap bakteri Gram-positif dibandingkan bakteri Gram-negatif.
Menurut penelitian Fadhli (2009) di Kota Bukittinggi, pengetahuan
masyarakat asli Kota Bukittinggi maupun pendatang dari luar tentang dadih sangat
kurang. Dalam perkembangannya dadih mulai ditinggalkan oleh masyakrakat
setempat. Bahkan, kalangan generasi muda hampir tidak mengenal dadih. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti rasa dadih yang sangat asam, ketersediaan
jumlah susu kerbau menurun drastis, dan pengolahan dadih yang masih sangat
tradisional sehingga sulit untuk mendapatkan kualitas dadih yang konsisten (Hutami,
2013). Negara lain, contohnya Malaisya dan Jepang, mereka telah memanfaatkan
bakteri yang diisolasi dari dadih untuk memproduksi susu fermentasi secara
komersial (Usmiati, 2012). Apabila hal tersebut terus berlanjut, maka dadih sebagai
makanan fungsional lambat laun akan menghilang atau diklaim oleh negara lain.
Padahal dadih berpotensi untuk dijadikan sebagai pangan fungsional sumber
probiotik yang baik untuk kesehatan.
3
Salah satu cara untuk mengembangkan dadih sebagai makanan fungsional
yang banyak dikenal adalah dengan mengolahnya menjadi makanan modifikasi yang
menambah nilai dadih. Olahan dadih yang sudah dikembangkan adalah dalam bentuk
es krim. Produk es krim dadih dapat lebih menarik minat masyarakat karena memiliki
rasa yang lebih enak. Selain itu, bakteri Lactobacillus sp. pada dadih dapat
berkembang di dalam es krim sehinggga tetap sehat untuk dikonsumsi disamping
rasanya yang enak (Ambri, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hutami
(2013) didapatkan data bahwa es krim yang mengandung dadih tetap
mempertahankan viabilitas bakteri asam laktat yang ada di dalamnya yaitu 8,9x107
CFU/ml-7,8x1013 CFU/ml. Jumlah tersebut lebih banyak dari standar minimum
bakteri asam laktat yang terdapat di dalam yogurt atau produk susu fermentasi (10 7
CFU/ml).
Dari uraian di atas dengan meningkatnya kejadian resistensi S. aureus
terhadap antibiotik dan ditemukannya makanan fungsional dadih yang potensial
sebagai antibakteri alami namun perlu dikembangkan menjadi produk yang lebih
menarik seperti es krim, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
perbandingan daya hambat dadih dan es krim dadih terhadap Staphylococcus aureus
secara in vitro.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan masalah, apakah terdapat
perbandingan daya hambat dadih dan es krim dadih terhadap Staphylococcus aureus
secara in vitro?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan daya hambat dadih dan es krim dadih terhadap
Staphylococcus aureus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui daya hambat dadih terhadap Staphylococcus aureus.
2. Mengetahui daya hambat es krim dadih terhadap Staphylococcus aureus.
3. Mengetahui perbandingan daya hambat dadih dan es krim dadih terhadap
Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat terhadap manfaat dadih dan es krim dadih.
5
2. Untuk memberikan informasi ada atau tidaknya perbandingan daya
hambat yang dimiliki oleh dadih dan es krim dadih terhadap
Staphylococcus aureus.
3. Dapat dijadikan rujukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat dadih
dan es krim dadih.
4. Dapat dijadikan rujukan penelitian jangka panjang untuk menemukan
antibiotik baru.
6