3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1... · 24 tahun 2003 ini majelis...

24
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANJA PENYUSUNAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24 TAHUN 2004 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapa! Rapa! ke Hari/Tanggal Waktu Tempat Acara Ketua Rapat Sekretaris Rapa! Hadir ANGGOTA DPR RI : Pimpinan: RABU, 28 APRIL 2010 2009 - 2010 Ill Rapa! Panja Rabu, 28 April 2010 19.30 WIS Ruang Sidang II Griya Sabha Kopo Cisarua, Begor Membahas RUU tentang Perubahan alas UU No. 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi Ora. Hj. Ida Fauziyah Ors. Djaka Dwi Winarko, M.Si 21 orang dari 24 orang Anggota 1. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si 2. Ora. Hj. Ida Fauziyah Fraksi Partai Demokrat : 6 dari 6 orang Anggota 1. Ors. Umar Arsal 2. Didi lrawadi Syamsuddin, S.H., LLM 3. DR. H. Subyakto, S.H., M.H., M.M. 4. Sutjipto, S.H., M.Kn 5. DR. Pieter C Zulkifli Sinabuea, M.H. 6. Dhiana Anwar, S.H. Fraksi PDIP: 4 dari 4 orang Anggota 1. Arif Wibowo 2. Honing Sanny 3. Ora. Sri Rahayu 4. RahadiZakaria Fraksi Partai Golkar : 1 dari 5 orang Anggota 1. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn Fraksi PKS: 2 dari 2 orang Anggota 1. H. TB. Soenmandjaja, SD 2. Ir. Memed Sosiawan

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PANJA PENYUSUNAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24 TAHUN 2004

TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapa! Rapa! ke Hari/Tanggal Waktu Tempat Acara

Ketua Rapat Sekretaris Rapa! Hadir

ANGGOTA DPR RI : Pimpinan:

RABU, 28 APRIL 2010

2009 - 2010 Ill Rapa! Panja

Rabu, 28 April 2010 19.30 WIS Ruang Sidang II Griya Sabha Kopo Cisarua, Begor Membahas RUU tentang Perubahan alas UU No. 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi Ora. Hj. Ida Fauziyah Ors. Djaka Dwi Winarko, M.Si 21 orang dari 24 orang Anggota

1. H.A. Dimyati Natakusumah, S.H., M.H., M.Si 2. Ora. Hj. Ida Fauziyah

Fraksi Partai Demokrat : 6 dari 6 orang Anggota 1. Ors. Umar Arsal 2. Didi lrawadi Syamsuddin, S.H., LLM 3. DR. H. Subyakto, S.H., M.H., M.M. 4. Sutjipto, S.H., M.Kn 5. DR. Pieter C Zulkifli Sinabuea, M.H. 6. Dhiana Anwar, S.H.

Fraksi PDIP: 4 dari 4 orang Anggota 1. Arif Wibowo 2. Honing Sanny 3. Ora. Sri Rahayu 4. RahadiZakaria

Fraksi Partai Golkar : 1 dari 5 orang Anggota 1. H. Andi Rio Idris Padjalangi, S.H., M.Kn

Fraksi PKS: 2 dari 2 orang Anggota 1. H. TB. Soenmandjaja, SD 2. Ir. Memed Sosiawan

Page 2: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

Fraksi PAN: 2 dari 2 orang Anggota 1. Jamaluddin Jafar, S.H. 2. Indira Chunda Thita Syahrul, S.E. , M.M.

Fraksi PPP 1 orang dari 1 orang Anggota 1. Achmad Yani, S.H .. M.H.

Fraksi Partai Hanura 1 orang dari 1 orang Anggota 1. H. Sarifuddin Sudding, S.H .. M.H.

KETUA RAPAT (DRA. HJ. IDA FAUZIYAH):

Bapak dan ibu yang saya hormati,

Fraksi PKB: 1 dari 1 orang Anggota 1. Ors. H. lbnu Multazam

Fraksi Partai Gerindra: 1 orang dari 1 orang Anggota 1. Ors. Harun Al Rasyid, M.Si

Sebenarnya Ketua Panja ini adalah Bapak Sunardi, karena beliau ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan maka saya menggantikan sementara beliau sampai beliau datang, jika beliau besok belum datang akan dipimpinan dengan yang lain. Saya pikir undang-undang ini membutuhkan keseriusan kita dan mungkin kita tidak bisa memaksakan selesai jika diperlukan mungkin bisa kita konsinyering yang kedua.

Sebagaimana yang sudah diputuskan oleh Baleg bahwa Panja ini memiliki peke~aan untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang No.24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. lni adalah RUU Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, sebenarnya pada periode keanggotaan 2004-2009 yang lalu telah dibahas oleh Komisi Ill DPR RI, namun baru pada tahap awal pembicaraan tingkat I, kita juga sudah melakukan RDP dan RDPU untuk meminta masukan atas RUU Tentang Mahkamah Konstitusi. Semua masukan dari nara sumber telah dirangkum oleh tenaga ahli sebagai bahan penyempurnaan draft dan akan dipresentasikan terlebih dahulu oleh teman-teman tenaga ahli.

Peubahan ini dilakukan atas dikabulkannya yudisial review terhadap unndag-undang ini yang berakibat tentu terjadinya kekosongan norma sehingga kemudian sejak periode yang lalu dilakukan revisinya. Oulu di Komisi Ill DPR RI, Komisi Ill DPR RI ini kuat pengawasannya sehingga mungkin agak menjadi lama dalam fungsi legislasinya. Sebelum saya persilahkan kepada tenaga ahli, kita mau selesai sampai jam berapa? Menurut jadwal rapat itu diakhiri pada jam 22.30 WIB, kita mengikuti Tatib dahulu ya, akan diperpanjang jika diperlukan. Silahkan kepada tenaga ahli.

TENAGA AHLI (ISRAENI):

Assa/amu'a/aikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sebelumnya kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan, sebagaimana tadi lbu Ida Ketua Panja RUU Mahkamah Konstitusi sampaikan bahwa Perubahan Revisi RUU Mahkamah Konstitusi terkait dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan atau menyatakan Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 yang berkaitan dengan pengawasan hakim tidak lagi berkekuatan hukum mengikat dan inkonstitusional, oleh karenanya sebegai konsekuensi logis dari putusan Mahkamah Konstitusi itu ada beberapa dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi atau Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 ini harus direvisi, terutama terkait dengan pengawasan

2

Page 3: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

hakim konstitusi yang tadinya juga merupakan objek pengawasan dari Komisi Yudisial akhirnya dikeluarkan dari pengawasan Komisi Yudisial. Namun, dalam diskusi selanjutnya berkembang tidak hanya menyangkut mengenai pengawasan tetapi juga mengenai pengaturan lain yang terkait dengan pengawasan yaitu Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi, di mana pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur mengenai Majelis Kehormatan Konsititusi. Namun, dalam peraturan Mahkamah Konstitusi yaitu PMK itu ada mengenai tentang Majelis Kehormatan Hakim di mana anggotanya adalah hakim konstitusi. Namun, di dalam RUU ini untuk menjaga independensi dari hakim konstitusi kita masukkan unsur luar yaitu untuk Majelis Kehormatan itu tidak hanya terdiri dari hakim konstitusi akan tetapi juga dari unsur lain yaitu akademisi dan praktisi.

Adapun mengenai dari hasil RDPU dengan nara sumber dan stake holder yang diundang ke Baleg itu tidak begitu banyak masukan-masukan terhadao RUU Mahkamah Konstitusi, jadi lebih banyak elaborasinya adalah terhadap RUU Komisi Yudisial. Hanya ada beberapa catatan dan ini membuktikan bahwa memang secara tantanan faktual empirik Mahkamah Konstitusi ini sudah berjalan mendekati ideal dan berjalan sinergi. Namun demikian, ada beberapa masalah secara faktual yang memang masih perlu dibenahi dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi ini. terutama pokok-pokok perubahan Mahkamah Konstitusi secara umum dapat dibagi ke dalam kelengkapan, pertama kelengkapan mengenai pengaturan hukum acara dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi yang menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi baik untuk perkara yudisial review, sengketa lembaga negara, sengketa hasil pemilu, baik itu Pilpres, Pemilu Legislatif atau Pilkada dan pembubaran partai politik. Hal ini perlu karena di dalam Pasal 24 C dikatakan bahwa hal-hal mengenai hukum acara dan mengenai hal-hal lain terkait Mahkamah Konstitusi itu harus diatur di dalam undang-undang. Selama ini aturan ini detailnya lebih banyak didelegasikan kepada peraturan Mahkamah Konstitusi. Untuk itu ada beberapa hal pokok yang kita angkat ke dalam revisi ini. Yang kedua, mengenai internalisasi peraturan Mahkamah Konstitusi terkait pengaturan Mahkamah Konstitusi ke dalam RUU Perubahan Mahkamah Konstitusi seperti pemilihan ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi, Tata Tertib Persidangan Mahkamah Konstitusi dan lain-lain. Yang ketiga, penyempurnaan syarat-syarat pengangkatan hakim. Yang keempat, pengaturan mengenai larangan ultra petita terbatas.

lni memang debatable mengenai ultar petita ini banyak yang justru sebaiknya tidak dimasukkan larangan mengenai ultra petita ini, namun dalam kenyataannya secara faktual banyak putusan Mahkamah Konstitusi itu yang justru melebihi apa yang dimohonkan atau petitum dari si pemohon. Contohnya misalnya, terakhir inikan Undang-Undang Sadan Hukum Pendidikan dan sebelumnya ada Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dan Undang-Undang No. 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial ini. oleh karena itu, perlu adanya pengaturan ultra petita akan tetapi mungkin ada esceep clause atau exem close di mana sepenjang pasal yang dimohonkan itu berkaitan atau berperan lagi dari satu undang-undang, akhirnya tidak dapat dilaksanakan mungkin Mahkamah Konstitusi bisa melakukan ultra petita. Yang kelima, dihapuskannya ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian terhadap Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Yang keenam, dimasukkannya sengketa Pilkada ke dalam rezim Pemilu. Dengan demikian menjadi kewenangan atau kopetensi dari Mahkamah Konstitusi. Mengenai sengketa Pilkada juga sudah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang­Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di mana yang sengketa Pilkada itu merupakan ranah atau domain dari Mahkamah Agung akhirnya diaposisi oleh Mahkamah Konstitusi menjadi kompetensi Mahkamah Konstitusi.

Jika terkait dengan RUU ada beberapa yang menjadi catatan kami, pertama adalah hukum acara yang tidak diatur secara lengkap dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi maka problem solvingnya adalah pengaturan penambahan atau kelengkapan hukum acara sesuai dengan kompetensi absolut yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi, ini ada di Pasal 32, Pasal 33 A, Pasal 35, Pasal 35 A, Pasal 42, Pasal 45, Pasal 45 A, Pasal 48A, Pasal 488, Pasal 50A, Pasal 51, Pasal 51A, Pasal 57, Pasal 61, Pasal 65 draft RUU ini. Yang kedua adalah

3

Page 4: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

syarat pengangkatan hakim konstitusi, untuk menjaga integritas dan independensi hakim konstitusi maka syarat-syarat pengangkatan hakim perlu diatur lebih ketat lagi sehingga dapat menghasilkan hakim konstitusi yang benar-benar negarawan, sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi, ini ada di Pasal 15. Kemudian syarat maksimal usia belum dicantumkan dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Dicantumkannya syarat maksimal usia pengangkatan hakim Mahkamah Konstitusi yaitu 65 tahun, ini ada di Pasal 16.

Kemudian mekanisme pengangkatan hakim konstitusi yang selama ini dilakukan belum melibatkan partisipasi publik. Undang-Undang Mahkamah Konstitusi belum mengatur secara eksplisit dan definitif, mungkin jika untuk prosesi DPR RI itu memang lebih terbuka akan tetapi bagaimana dengan di pemerintah atau pengajuan dari Mahkamah Agung. Kemudian mengenai Mahkamah Konstitusi menggunakan asas pokok masalah yang terjadi adalah Mahkamah Konstitusi menggunakan reproaktif dalam kewenangan yudisial review, padahal justru Undang-Undang Mahkamah Konstitusi mengatakan asas non reproaktif dan berdasarkan Pasal 50 undang-undang ini, oleh karena itu Pasal 50 ini dihapus. Berikutnya Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa dan mengadili serta memutus perkara yudisial review menggunakan legislasi horizontal, padahal seharusnya Mahkamah Konstitusi merever kepada UUD 1945 dalam arti ada satu perkara di mana Mahkamah Konstitusi menggunakan undang-undang lain untuk menjadi dasar pertimbangan hukumnya. Padahal seharusnya hal ini direstritif tidak lagi menggunakan undang-undang lama memutus yudisial review ini, ini ada Pasal 50A.

Kemudian Mahkamah Konstitusi memutus perkara yang berkaitan dengan dirinya, ini dikhawtirkan ada conflict of interest oleh karenanya perlu adanya pengaturan di mana Mahkamah Konstitusi tidak berwenang menguji undang-undang yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya. lni inheren dengan asas memoyudes inprovia dan ini ada di Pasal 50A. Yang terakhir adalah Mahkamah Agung tidak dapat menjadi pihak dalam sengketa kewenangan lembaga Negara tetapi justru menjadi bertentangan dengan UUD 1945, oleh karenanya di Pasal 65 ini kita melakukan penyempurnaan di mana Mahkamah Agung tidak boleh menjadi pihak dalam sengketa lembaga Negara sepanjang mengenai teknis yudisial atau teknis peradilan.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

KETUA RAPA T :

Silahkan Bapak Arif.

F-PDIP (ARIF WIBOWO):

Terima kasih Pimpinan.

Bapak dan lbu Anggota Panja Mahkamah Konstitusi yang saya hormati

Pertama apa yang disampaikan oleh staf ahli tadi sebaiknya di copykan kita tidak mungkin mengingat itu semuanya. ltu adalah substansi atau pokok-pokok masalah yang harus dipikirkan untuk kemudian kita bahas. Saya tidak tahu motodenya apakah kita akan bahas pasal per pasal, tetapi saya kira seperti apa yang disampaikan oleh staf ahli ada baiknya kita membahasnya tentang hal-hal yang memang krusial terhadap rancangan perubahan undang-undang ini. Saya kira apa yang disampaikan beberapa hal yang memang penting, pertama adalah bahwa tugas Mahkamah Konstitusi sejauh yang saya mengerti adalah untuk menegakkan konstitusi, karena itu setiap undang-undang yang dirasakan atau di nilai oleh berbagai pihak adalah bertentang dengan konstitusi maka memperoleh ruangnya untuk dilakukan uji materi dan lembaga yang memutus mengadili itu adalah Mahkamah Konstitusi, karena itu walaupun sebenarnya ada pandangan yang

4

Page 5: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

berkembang tentang apakah putusan Mahkamah Konstitusi boleh melebihi dari yang disebut ultra petita atau petitum lebih dari yang dimohonkan, tetapi sejauh yang kita coba mengerti sebenarnya akan lebih baik jika tidak melebihi apa yang dimohonkan oleh pemohon, ini agar tidak terjadi bias konstitusi dan lagi pula Mahkamah Konstitusi posisinya bukan positif legislator dia dalah negative legislator, jadi kewenangan dia tidak boleh melebihi dari apa yang dimohonkan oleh pemohon. Possitif legislator ada di DPR dan Presiden, saya kira biar dikembalikan kepada tempatnya semula dengan demikian untuk beberapa pasal yang saya tidak hafal yang disampaikan oleh tenaga ahli saya kira itu yang baik untuk perubahannya.

Terakhir misalnya saja ada satu hal yang telah diputus selain Undang-Undang Tentang Pendidikan adalah mengenai hipoting dalam Pilkada, ini ketika Mahkamah Konstitusi memberikan putusan yang memperbolehkan tata cara memberikan suara itu melalui voting akan tetapi Mahkamah Konstitusi tidak memperhitungkan situai objektifnya dan sekarang ini menjadi masalah karena kemudian lembaga yang menindaklanjuti atas putusan Mahkamah Konstitusi yaitu KPU misalnya itu mempersiapkan tentang satu peraturan tetapi yang sifatnya hanya bersifat local, yang sulit diberlakukan secara nasional karena ada syarat objektif yang harus dipenuhi terutama terkait dengan soal teknis penggunaan voting misalnya. lni saya kira harus ditempakan kembali kepada posisinya.

Yang ketiga adalah mengenai hukum acara dalam peradilan di Mahkamah Konstitusi saya kira sudah benar dan baik apabila itu dimasukkan di bagian dari perubahan Rancangan Undang­Undang Tentang Mahkamah Konstitusi, namun demikian saya kira ada pertanyaan yang harus dijawab juga tentang berapa waktu yang dibutuhkan agar satu perkara bisa diproses dengan sebaik mungkin di dalam peradilan uji konstitusi di Mahkamah Konstitusi.

KETUA RAPA T :

Maaf Bapak Arif, jika sudah masuk substansi saya akan mengajak dahulu bagaimana mekanisme pembahasan kita. Pertama, saya ingin mengajak dahulu kita mensepakati proses pembahasan kita revisi Undang-Undang No. 24 Tahun 23 Tentang Mahkamah Konstitusi adalah berkaitan dengan yudisial review yang sebenarnya terkait dengan yudisial review ada 3 undang­undang, Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Komisi Yudisial dan Undang­undang Mahkamah Agung. Undang-undang Mahkamah Agung itu sudah disahkan oleh DPR RI pada periode yang lalu dengan berbagai kontroversinya, sudah diselesaikan pada periode yang lalu. Periode kita sekarang ini menyelesaikan Undang-Undang Komisi Yudisial dan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Undang-undang ini sangat terkait karena sesungguhnya konfliknya berawal dari pengawasan hakim itu, meskipun yang dilakukan perbaikan atau revisi itu berkaitan dengan pengawasan terhadap hakim konstitusi akan tetapi ada pasal-pasal yang ternyata krusial juga yang sudah diinventarisir oleh teman-teman tenaga ahli. Pertama saya ingin menawarkan kita mensepakati bahwa revisi itu tidak hanya terkait dengan pengawasan terhadap hakim konstitusi akan tetapi juga isu krusial lain, setuju tidak?

(RAPAT:SETUJU)

Kemudian yang kedua, pertanyaannya di luar isu-isu yang sudah disampaikan tenaga ahli saya minta jika bisa pointersnya diberikan kepada kita, itu isu-isu yang sudah disiapkan menjadi bagian yang sudah digema bapak dan ibu sekalian dalam bentuk yang sudah ada persandingannya. Di luar isu-isu itu apakah kita juga akan menyepakati isu yang lain, kita memungkinkan bagi kita untuk membahas isu di luar isu yang sudah disiapkan oleh tenaga ahli, setuju ya?

(RAPAT:SETUJU)

5

Page 6: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

Pertanyaan berikutnya isu-isu di luar yang sudah disiapkan apakah kita inventarisir sekarang atau kita selesaikan dahulu isu yang sudah disiapkan, setelah selesai kita akan melihat mana lubang-lubang yang ternyata belum tertutupi.

Oke jadi diselesaikan dahulu ya?

(RAPAT:SETUJU)

Jadi isu lain di luar isu yang disiapkan dimungkinkan dibahas setelah selesai isu yang sudah disiapkan ini. pertanyaan berikutnya bagaimana proses pembahasannya, apakah kita langsung masuk pada pasal per pasal atau kita menyelesaikan isunya. Saya sering berdasarkan pengalaman saja jika kita menyelesaikan isunya itu masuk di pasal panjang lagi dan bisa jadi mentah lagi. Saya mengusulkan jika bapak dan ibu berkenan kita langsung saja masuk pada pasal per pasal, sehingga kemudian tidak bolak balik, setuju ya?

(RAPAT:SETUJU)

lni sebagai catatan kita untuk melakukan pembahasan, di luar itu sudah tidak boleh lagi. Jika itu maka kita bisa langsung melihat persandingan undang-undang yang sudah disiapkan, Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 disebelah kiri, di tengah itu adalah isu perubahannya.

F-PAN (JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Jadi yang saya lihat ini yang perubahan-perubahan ini hanya yang digaris bawahi, jika tidak digarus bawahi tidak ada perubahan kira-kira begitu atau seperti nomor dua, hakim konstitusi adalah hakim pada Mahkamah Konstitusi, yang tadinya pertamanya tidak ada di asal mulanya, apakah itu yang akan kita atau semua yang hampir sama, ini tenaga ahli bagaimana ini apakah yang digaris bawahi saja yang menjadi perubahan.

KETUA RAPA T :

Tidak pak, yang satu kolom ada isinya berarti dibahas. Kemudian yang ada garis bawahnya itu. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia nomor sekian Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden Republik Indonesia. Menimbang : a. Bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka mempunuai peranan penting dalam usaha menegakkkan konstitusi dan prinsip Negara hukum sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. lni landasan filosofi dari undang-undang ini.

F-GERINDRA (DRS. H. HARLIN AL-RASYID, M.SI):

Mahkamah Konstitusi tadi digambarkan mempunyai kekuasaan yang absolut, apa maksudnya itu.

TENAGA AHLI (ISRAENI):

Jika di hukum acara itu ada namanya kewenangam mutlak atau kompetensi absolut, jadi misalnya peradilan agama mempunyai kompetensi absolut untuk masalah-masalah sengketa misalnya perceraian.

6

Page 7: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

F-GERINDRA (DRS. H. HARLIN AL-RASYID, M.SI):

Jika kalimat absolut itu dikatakan mutlak bisa tidak.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Jika di hukum acara itu memang menjadi kewenangan mutlak atau kompetensi absolute.

F-GERINDRA (DRS. H. HARLIN AL-RASYID, M.SI):

Absolut seakan-akan seperti putusan tuhan yang tidak terbatas.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

ltu ada hukum acara perdata jadi ada kompetensi absolute.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Di Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka, merdeka itu apa termasuk dalam independen, artinya tidak orang yang merdeka independen tida terpengaruh dengan suatu lembaga-lembaga lain, maksudnya di sana bagaimana.

KETUA RAPA T :

Makanya saya minta dahulu kepada tenaga ahli untuk menjelaskan dahulu perubahan di kondiseran ini dasar filosofinya, dasar yuridisnya, dasar yang lainnya, dijelaskan dahulu sampai pada konsideran ini. dijelaskan dahulu baru nanti kita akan memberikan pandangan.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Assalamu'a/aikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh

Menanggapi tentang kekuasaan kehakiman yang merdeka ini, ini sinkron dengan Pasal 24 A UUD 1945 bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka, jadi itu kita ambil dari Pasal 24A. Jadi di sini kekuasaan yang merdeka itu adalah bebas dari campur tangan atau intervensi, jadi imparsial dan independen.

TENAGA AHLI (BARUS) :

Ke dalam doktrin ilmu hukum itu kekuasaan kehakiman itu memang sifatnya secara principal memang merdeka dia terlepas dari kekuasaan manapun dalam satu sistem ketata negaraaan, jadi bukan berarti kekuasaan yang mutlak bisa otoriter tidak seperti itu, akan tetapi hanya dalam rangka untuk menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman itu bebas dan terlepas dari pengaruh dari kekuasaan negara dan lainnya. Jadi itu sebenarnya berlaku jika dikatakan untuk kekuasaan kehakiman yaitu sebenarnya sudah di dalam UUD 1945 sudah ditentukan demikian. Dari dulu sebelum ada Mahkamah Konstitusi itu Mahkamah Agung sudah begitu, sekarang ada Mahkamah Konstitusi yang juga bagian dari pemegang kekuasaan kehakiman dengan sendirinya maka Mahkamah Konstitusi juga bersifat merdeka dan independen.

Terima kasih.

7

Page 8: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

F-PAN (JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Jika bisa kenapa merdeka ini, kenapa tidak bahasa mandiri dan independen.

TENAGA AHLI (BARUS) :

ltu sebenarnya UUD 1945 Pasal 24. Pasal yang apabila memang belum merupakan pengetahuan umum, jadi walaupun dipasalkan mungkin nanti.

KETUA RAPA T :

Saya pikir kita bisa lihat Undang-Undang Dasar kita Pasal 24 Ayat (1) kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. lni terminology yang saya pikir sudah sangat dihafal oleh kita semua dan ini adalah konsideran yang memuat landasan filosofis, yuridis, sosiologis. lni bisa disetujui ya?

(RAPAT:SETUJU)

Berikutnya Pasal 1, ketentuan Pasal 1 diubah sebagai berikut : Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di sini ada dalam ketentuan ini mengenai hakim konstitusi adalah hakim pada Mahkamah Konstitusi. Saya pikir terlebih dahulu tenaga ahli menjelaskan.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Kita mendesain ketentuan umum ini mengenai definisi hakim konstitusi karena di dalam batang butuh atau norma RUU ini banyak mengatur tentang hakim konstitusi. Oleh karenanya menjadi sangat relevan jika ini diangkat dan didesain dalam ketentuan umum, mengenai hakim konstitusi.

KETUA RAPAT :

Dapat disetujui?

(RAPAT:SETUJU)

Sebelum dijelaskan ini sebenarnya ketentuan yang diambil atau perintah dari Undang­Undang Dasar, jika bapak ingin memuat yang baru tadi kita sepakati kita selesaikan dahulu ini isu yang sudah kita siapkan. Sebenarnya perselisihan hasil Pemilu itu adalah pekerjaan atau perintah yang harus dikerjakan oleh Mahkamah Konstitusi perintah langsung dari Undang-Undang Dasar. Kita bisa lihat Undang-Undang Dasar Pasal 24 C, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersigat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenagan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembbaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilu. Jadi ini memang ketentuan yang ada dalam Pasal 24 C.

8

Page 9: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

TENAGA AHLI (BARUS) :

Jika sekali pun itu di sana dikatakan yang diadili Mahkamah Konstitusi itu adalah hasil tetapi hasil itukan pasti beranjak dari proses, jadi yang dirugikan misalnya katakanlah partai A dia akan mengajukan ke Mahkamah Konsitusi tentu dengan memaparkan proses-proses kenapa hasilnya seperti itu, seperti di Amerika misalnya hasilnya yang disengketakan tetapi kenapa muncul hasil itu tentu dengan sendirinya melalui proses, jadi itu menjadi bagian dari bukti-bukti yang harus disampaikan jadi sudah tercover sebenamya.

F·PD (DR. H. SUBYAKTO, 5.H., M.H., M.M.):

Terkait dengan masalah perselisihan hasil Pemilu dan sudah ditentukan dalam ketentuan undang-undang. Apa yang dikatakan Bapak Harun tadi mungkin dalam proses mulai tahapan itu sampai menuju hasil, itu proses bisa perkara pidana maupun bisa ke ranah jika terjadi money politic, tentunya belum sampai kepada tahap-tahap hasil dia sudah kena sanksi oleh Panwaslu, sehingga ranahnya di sana. Oleh karena itu, memang ini karena perintah undang-undan sebagaimana ketentuan dari Mahkamah Konstitusi tentu hasilnya yang kita adili di sini bukan ranah prosesnya itu tadi, jadi memang ada ranah hukum lain yang mengatur tentang proses perjalanan Pilkada atau Pemilu Legislatif. Pekerjaan memutus sangat berat sekali karena memang biasa sengketa Pemilu pada tahapan prosesnya itu sudah ada yang memutus sendiri, jika menyangkut pidana polisi yang menangani.

TENAGA AHLI (ISRAENI):

Memang kompetensi Mahkamah Konstitusi berdasarkan konstitusi memang memutus perselisihan tentang hasil Pemilu, namun mengenai pelaksanaan sebagaimana dimaksud Bapak Harun itu di dalam putusan Mahkamah Konstitusi dalam bagian pertimbangannya itu ada. Jadi itu ada fakta-fakta apa yang terjadi dalam arti dalam dari pemohon itu biasanya di dalam pertimbangan hakim konstitusi putusannya itu ada. Dan dalam amamya tidak hanya hasil dalam arti ketika ada ini juga ada amar putusannya itu untuk misalnya melakukan pemungutan ulang dan segala macam, tetapi jika untuk pelaksanaan sudah dibatasi berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

KETUA RAPA T :

Jadi sudah ada putusannya baru bisa sengketa itu dibawa ke Mahkamah Konstitusi, bahwa ketika hakim konstitusi memutuskan tentang sengkata hasil itu tentunya berdasarkan membuka kembali proses-proses yang terjadi, tetapi jika bukan merupakan putusan hasil Pemilu tidak bisa disengketakan itu menjadi ranahnya jika dia pelanggaran administrasi maka dilakukan oleh Bawaslu, jika pelanggaran itu pidana maka diteruskan kepada peradilan. Di Undang-Undang Pemilu itu sudah diatur tentang itu. lni sesunggunya menjelaskan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24 C. Setuju ya?

(RAPAT:SETUJU)

Yang tetap itu tidak kita bahas, kita langsung masuk pada Pasal 4.

F·PDIP (RAHADI ZAKARIA) :

Pembahasan tentang Undang-Undang Tentang Mahkamah Konstitusi, jika memang yang tetap dirasakan oleh kita mengganjal kenapa tidak kita bahas, jadi bukan berarti kita harus ini otomatis yang sudah dikaji oleh tenaga ahli sudah final tidak, jadi yang tetap jika dirasakan masih

9

Page 10: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

perlu dibahas kenapa tidak kita bahas pasal per pasal. Kita sepakat bahwa tekanan yang akan dibahas adalah yang sudah ada persandingannya tetapi jika dirasakan mi ada yang mengganjal kenapa tidak kita bahas.

KETUA RAPA T :

Oke saya pikir perlu ditulis juga aturan main kita tadi, aturan main yang pertama kita menyelesaikan dahulu isu yang sudah disandingkan nanti jika sudah selesai baru kemudian masuk kepada isu yang lain termasuk yang misalnya perlu menggugat yang tetap kita buka.

Pasal 4, (1) Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. (2) susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi. (3) Ketua dan Wakil Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh anggota hakim konstitusi untuk masa jabatan selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pengangkatan Ketua dan Wakil Ketua. (4) sebelum Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi terpilih sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), rapat pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipimpin oleh hakim konstitusi yang tertua usianya. (5) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Konstitusi.

lni usul perubahan : (4a) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi. (4b) dalam hal jumlah kourum anggota sebagaimana dimaksud pada Ayat (4a) tidak terpenuhi, rapat ditunda paling lama 2 (dua) jam. (4c) Apabila penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) telah dilakukan dan kuorum rapat belum terpenuhi, rapat dapat mengambil keputusan tanpa kuorum. (4d) pengambilan keputusan dalam rapat pemlihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (4c) dilakukan secara musyawarah mufakat untuk mencapai aklamasi. (4e) apabila keputusan tidak dapat dicapai secara aklamasi sebagaimana dimaksud pada Ayat (4d) keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak melalui pemungutan suara yang dilakukan secara beas dan rahasia. (4D pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dilakukan dalam 1 (satu) kali Rapat Pemilihan. (4g) Galon yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4D ditetapkan sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi. (4h) Galon yang memperoleh suara terbanyak kedua dalam pemilihan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4D ditetapkan sebagai Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua diatur dalam peraturan Mahkamah Konstitusi.

Jadi ini melengkapi proses pemilihan pimpinan di Mahkamah Konstitusi, ada beberapa masukan di bawah ini Bapak Abdul Gani waktu itu menyampaikan hakim konstitusi sebaiknya dilantik atau diangkat oleh Ketua Mahkamah Konstitusi hal ini untuk menyesuaikan dengan Undang­Undang Mahkamah Agung di mana hakim diangkat oleh Ketua Mahkamah Agung. Maknaan bahwa hakim konstitusi harus diangkat oleh Presiden karena merupakan hakim khusus yang keputusannya berdampak luas bagi publik dan penyelenggaraan negara adalah keliru dan tidak bisa dijadikan patokan untuk mendiskriminasikan kedua lembaga tersebut.

Kemudian RDPU tanggal 22 April yang lalu dari PSHK, menyampaikan bahwa mekanisme pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi tidak perlu diatur dalam undang-undang tetap cukup dalam peraturan Mahkamah Konstitusi. Jadi ada dua pendapat satu ini PSHK inikan tambahan kita atur dalam undang-undang ini, jika PSHK itu biarkanlah itu urusannya peraturan Mahkamah Konstitusi. Satu lagi pandangan dari Bapak Gani, hakim konstitusi itu dilantik dan diangkat oleh Ketua Mahkamah Konstitusi.

IO

Page 11: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

F-PDIP (HONING SANNY) :

Yang sebelum dirubah di Pasal 5 Ketentuan mengenai tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Konstitusi. Tetapi dari 4a sampai 4h mengatur tentang itu, jadi usu! saya Pasal 5 itu lebih kita buang saja.

KETUA RAPA T :

ltu sebenarnya jika sudah dicukupkan, jika kita pilihannya pengaturan pemilihan itu di undang-undang ini dan tidak membutuhkan peraturan Mahkamah Konstitusi memang kita bisa hapus ini, yang saya mau tawarkan atau mau kita diskusikan adalah apakah proses pemilihan itu kita atur di undang-undang ini atau biarkan itu menjadi domain dari peraturan Mahkamah Konstitusi. Kemudian yang kedua, soal pengangkatan hakim konstitusi. Silahkan lbu Yayuk dahulu.

F-PDIP (ORA. SRI RAHA YU):

Terkait dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Honing Sanny khususnya yang Pasal 5 sebenarnya kita membuat ini dalam rangka untuk menghindari supaya tidak banyak aturan-aturan yang tidak dimuat dalam ini selama memungkinkan untuk dibuat dalam pasal-pasal. Jika di sini hanya ketentuannya dalam pemilihan ketua dan juga didalamnya cukup diatur dalam Pasal 4 sehingga tidak perlu ada peraturan Mahkamah Konstitusi yang diluar. Oleh karena itu, kita sepakat dengan Bapak Honing Sanny, Ayat (5) itu tidak perlu.

KETUA RAPA T :

Silahkan Bapak Soebiyakto.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Kita ketahui bahwa undang-undang inikan secara limitatif tidak mengatur terlalu teknis, maka untuk itu menurut hemat kami di dalam Pasal 4 dan Pasal 5 sudah diatur. Tata cara pemilihan Ketua diatur dengan peraturan konstitusi saja, karena jika diatur terlalu teknis sekali ini memungkinkan kurang tepat, karena undang-undang itu sifatnya yang praktis-praktis yang begitu diatur ketua dari Mahkamah Konstitusi sendiri untuk menentukan otonomi mereka yang bersifat teknis sekali. Saya setuju dengan bapak-bapak yang lain sebaiknya jika bisa di hapus saja pasal­pasal yang begini ini, karena nanti terlalu banyak pasal-pasal tetapi substansinya tidak ada. Mengatur tidak terlalu penting untuk kepentingan umum, inikan internal mereka.

F-PKB (DRS. H. IBNU MULTAZAM):

Dalam hal yang terakhir sama dengan bapak dan ibu tidak perlu ada pengaturan yang detail mengenai tata cara pengangkatan ketua dan wakil ketua. Saya ingin menegaskan Pasal 3 khususnya lamanya jabatan ketua dan wakil ketua Mahkamah Konstitusi 2 tahun 6 bulan, ini diambil dari mana sebab di beberapa jabatan pimpinan negara atau ketua lembaga negara inikan 5 tahun, ini dari mana asumsinya.

F·PAN (JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Jadi saya pikir lebih baik diatur dalam undang-undang, karena jika diatur dengan intern mereka tentunya ada satu bahwa ini senior atau ini apa, jadi ada semacam tenggang rasa padahal tidak professional jadi lebih baik diatur dalam undang-undang saja.

11

Page 12: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

KETUA RAPA T :

Silahkan tenaga ahli untuk merespon.

TENAGA ALHLI (SRI) :

Terima kasih Ketua. Yang pertama tadi sebelum masalah 2 tahun 6 bulan in, pertama mengenai pemilihan Ketua

dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi kenapa harus diatur dalam undang-undang meskipun nantinya ada kita counter dengan Ayat 5 diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Konstitusi, karena dalam hukum acara serta ketentuan lain tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undangan, artinya mengenai mekanisme pemilihan di sini disebutkan hanya secara umumnya dan lebih lanjutnya mengenai proses sumpah janji atau lainnya itu diatur dalam PMK, kenapa sebaiknya diautur dalam satu undang-undang mengenai general dari pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi.

Kemudian alasan dari 2 tahun 6 bulan, pada awalnya ketentuan ini adalah 3 tahun Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan selama 3 tahun. Kita rubah menjadi 2 tahun 6 bulan adalah supaya ada rotasi di sana.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Jika 2 tahun 6 bulan itu hak mereka sebagai pejabat negarakan tentang kesejahteraan, perumahan, terlalu singkat itu apalagi ini menyangkut masalah memutus suatu sengketa konstitusi peraturan perundang-undangan yang berlaku, saya pikir kenapa tidak dibuat selama 5 tahun saja sehingga benar-benar matang dia.

KETUA RAPAT :

Sebenarnya hakim kosntitusi itu memiliki kedudukan yang sama satu dengan yang lainnya, jadi mereka kolektif kolegial. Meskipun begitu tetap saja diperlukan adanya ketua yang mengkoordinasikan fungsi-fungsi kehakiman konstitusi. Meskipun begitu apakah ada risalah-risalah yang kita butuhkan jika memang kita mencari tahu lebih jauh tentang alasan 3 atau 2,6 tahun.

F·PKB (DRS. H. IBNU MULTAZAM):

Jadi menurut saya begini, konvensi kita sudah dipahami bahwa pimpinan lembaga tinggi Negara itukan 5 tahun. Secara internasional juga ada 4 tahun, inikan rujukannya kita lihat apa, jika tidak ada itu ada baiknya juga untuk menganut konvensi yang kita anut bersama ini bahwa ketua lembaga Negara ini masa jabatannya 5 tahun. ltu rujukannya jelas ada sebuah konvensi yang kita anut selama ini.

KETUA RAPA T :

Jika masa jabatan hakim konstitusinya 5 tahun dan dapat dipilih kembali, artinya 10 tahun. Silahkan Bapak Rahadi Zakaria.

F-PDIP (RAHADI ZAKARIA):

Karena ini belum memiliki satu back up data dan informasi dan akurasi data yang kuat saya kira itu perlu dicarikan, perlu ditelusuri. Jadi perlu dicarikan back up data yang kuat tentang argumentsi kenapa 2 tahun 6 bulan yang sebelumnya 3 tahun kemudian dipotong 4 bulan itu apa

12

Page 13: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

alasannya, ini saya kira perlu dicarikan alasannya jika tidak ya kita tidak usah rnengubah ini. Jadi saya minta kepada tenaga ahli untuk menelusuri risalah ketika Mahkamah Konstitusi ini dibentuk kemudian muncul angka 3 tahun apa alasannya, alasan dasar dan pertimbangannya harus dicarikan juga. Artinya jika kita punya back up data yang kuat ketika ini nanti disandingkan dibahas Pansus jangan sampai kita menjadi bagaimana Baleg harmonisasinya seperti ini, jadi ada alasan yang kuat. Saya kira sekarang ini belum ada satu keputusan yang jelas dan argumen yang kuat dan tenaga ahli mencari alasan itu atau kita semua yang kita mencari tentang kesejarahan pembentukan Mahkamah Konstitusi.

KETUA RAPA T :

Silahkan Bapak Memed.

F-PKS (IR. MEMED SOSIAWAN):

Pertama saya setuju yang melantik hakim konstitusi ini ketua Mahkamah Konstitusi. Yang kedua, saya setuju Tata Tertib tentang pemilihannya itu di dalam undang-undang karena ini hanya 9 orang dan terdiri dari utusan 3 golongan, diusulan oleh Presiden, 3 orang dari DPR RI, dan 3 orang dari Mahkamah Agung, sehingga jika mereka bersidang sendiri untuk memilih kemudian sampai tidak tercapai kuorum, sampai lama karena ada masalah ang krusial itu dikhawatirkan tidak selesai. Apa masalah krusial itu kembalinya adalah kepada tugas yang kedua tadi, memberikan putusan terhadap perselisihan hasil Pemilu. Oleh sebab itu, saya juga bisa memahami kenapa 3 tahun, supaya waktu 3 tahun itu tidak berbarengan dengan masa Pemilu apalagi jika pemilihannya bertele­tele. Jika pergantian terjadi 2,5 tahun pas dua kalinya Pemilu sementara Pemilunya panjang dan pemilihannya juga panjang tidak selesai-selesai itu aka nada kekosongan dalam pengambilan keputusan dalam hal sengketa Pemilu. Maka mungkin saya bisa memahami jika 3 tahun, tetapi 3 tahun juga memiliki kelemahan yaitu kejadian Bapak Jimly tadi meskipun dia 3 tahun sudah dua kali sementara masa jabatan dia sebagai hakim konstitusi 10 tahun, ketika dia tidak terpilih lagi dia mundur. Dia sebenarnya masa jabatan sebagai hakim konstitusi 10 tahun, karena 5 tahun dan 5 tahun terpilih lagi, tetapi begitu dia tidak terpilih sebagai ketua dia mundur, alasannya memberikan jalan kepada ketua yang baru supaya dia juga tidak merasa mempengaruhi ketua yang baru, tetapi saya pikir itu adalah alasan yang pribadi. Artinya 3 tahun itu juga mempunyai kerentanan akhirnya DPR RI sibuk lagi memilih siapa yang mengganti ini, disinilah kerentanan 2,5 tahun jika bertabrakan dengan Pemilu.

KETUA RAPA T :

Saya kira ini juga baru yang disampaikan Bapak Memed ini, kasusnya Bapak Jimly lepas apapun motifnya dan alasannya tetapi harus diperhatikan factor psikologinya bukan tidak mungkin kejadian yang sama akan terjadi kepada Bapak Mafud.

F·PAN (JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Terima kasih Pimpinan. Jadi memang tidak adil jika 3 tahun itu masa jabatankan, masa pengangkatan 5 tahun,

kepemimpinan 3 tahun, jika ada mengganti nanti meneruskan itu hanya 2 tahun, jadi ini tidak adil juga. Maka untuk keadilan lebih baik 2,5 tahun supaya meneruskan itu atau sekalian 5 tahun. Jika 3 tahun apa dasarnya juga sebenarnya itu, tidak ada keadilan karena yang menggantikan tadi masa hanya dia 2 tahun ini tidak ada adil, jika mau 5 tahun sekalian. Tetapi dari Komisi Ill DPR RI mungkin ada pemikiran yang bagaimana itu juga harus kita telusuri, tetapi jika kita mau membagi keadilan ini 2 tahun seharusnya. Terlepas daripada nanti dia mundur secara psikologis atau segala macam,

13

Page 14: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

inikan pimpinan yang ada di sana memang sudah berkualitas sehingga wajar saja jika terkalahkan dengan yang terbaik dan memang harus persaingan, jika selalu masalah psikologis dan segala macam kapan kita akan majunya.

KETUA RAPA T :

Tadi kita sepakati kita mau selesai jam 22.30 WIB, kita perpanjang sampai pukul 23.00 WIB. Silahkan Bapak Memed.

F-PKS (IR. MEMED SOSIAWAN):

3 tahun tadi kelebihannya siklusnya tidak bareng dengan Pemilu hanya kelemahannya ketika tidak terpilih kembali mundur tadi. Dia bukan hanya punya kelemahan juga punya kelebihan, karena tidak pas dengan siklus Pemilu.

F-PKB (DRS. H. IBNU MULTAZAM):

Jadi menurut saya begini, saya mengusulkan untuk 5 tahun ini merver apa yang disampaikan Bapak Memed maka memang karena Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi itu ada hak melekat, jika pergantian itu dilakukan pertengahan periode masa jabatan selama 5 tahun factor psikologis bisa mengganggu. Apa yang terjadi di Bapak Jimly itukan karena ada factor psikologis, karena ada protokoler yang melekat dan untuk itu sekalian sebagaimana kita lembaga DPR RI jika memang masa jabatan Mahkamah Konstitusi itu 5 tahun tentu untuk Ketua dan Wakil Ketua ini 5 tahun sehingga hak protokoler ini mulai awal sampai akhir melekat tidak menganggu psikologi kerja yang ada dalam lembaga tersebut.

F-PD (DRS. UMAR ARSAL):

Jika saya tetap sependapat 2,5 tahun, kita harus ada rotasi supaya bagi internal mereka bisa mengevaluasi dalam 2,5 tahun posisi ketua dan wakil ketua dan itu penting jangan sampai 5 tahun dipertengahan perjalanan ada masalah-masalah, inikan jika dia mulus ketua dan wakil ketua dia akan terpilih nanti pada periode yang kedua, apalagi ini banyak keputusan-keputusan fital di Mahkamah Konstitusi ini penting jadi saya tetap setuju 2,5 tahun, supaya ada rotasi dan evaluasi di internal mereka.

KETUA RAPAT :

Jadi pilihannya itu 5 tahun kembali 3 tahun atau 2,5 tahun. 5 dan 2,5 tahun ini saya pikir yang 3 tahun di drop.

F-PKS (IR. MEMED SOSIAWAN):

Tadikan saya jelaskan yang kelemahan yang 2,5 tahun dan 5 tahun itu berbarengan dengan siklus Pemilu kelemahannya, jika kelebihan yang 3 tahun dia tidak bareng dengan siklus Pemilu.

KETUA RAPA T :

Masa jabatannya itu tidak bareng dengan siklus 5 tahunan kita dan saya pikir hakim konstitusi jika dia melewati usia meskipun tidak sampai 5 tahun dia harus berhenti, jika misalnya kita pakai 70 tahun berarti dia diangkat misalnya 67 tahun hanya 3 tahun dia menjabat.

14

Page 15: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

F-PDIP (HONING SANNY) :

Jika seandainya kita membaca draft ini dengan sangat lengkap maka hakim Mahkamah Konstitusi yang rujukan dengan undang-undang perubahan ini tidak mungkin umurnya sampai 70 tahun, karena batas maksimal adalah 65 tahun, 5 tahun adalah 75 tahun, pada saat 70 tahun itu pada saat berakhirnya masa satu periode yang bersangkutan, jadi tidak mungkin lagi kasus yang itu. Yang berikutnya seperti yang sudah dijelaskan teman-teman yang lain.

KETUA RAPA T :

Bisa saja pak dia batasannya 40 tahun.

F-PDIP (HONING SANNY) :

Minimalkan tetapi maksimalnya 65 tahun, artinya jika besok saya dilantik jadi besok saya baru 65 tahun. Dalam waktu 5 tahun saya sudah 70 tahun, jadi tidak mungkin ketika jabatan belum berakhir yang bersangkutan sudah 70 tahun. Kemudian jika menjelaskan soal apakah nanti menganggu karena nanti dia menyelesaikan soal sengketa Pemilu, karena waktunya tidak berbarengan tetapi ada alasan logis kenapa 5 tahun karena ini adalah pejabat Negara, karena ini adalah lembaga tinggi Negara yang di semua lembaga tinggi Negara yang lain prosesnya itu semua 5 tahun. Makanya saya minta tadi coba risalah kenapa kemarin diputuskan 3 tahun itu kenapa, apa alasannya.

KETUA RAPAT :

Sebelum risalah saya mau tawarkan mau 3 tahun didrop tinggal 2,5 tahun dan 5 tahun, atau 3 tahun kita hidupkan.

F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.L.M.):

Jadi saya pengalaman juga beracara di Mahkamah Konstitusi dahulu sebagai lawyer dan juga pengalaman mengamati di beberapa Negara, seyogyanya menurut saya memang 2,5 tahun karena bisa diperpanjang sekali lagi 2,5 tahun jadi maksimal 5 tahun. ltu adalah usulan karena melihat diberbagai Negara dan juga di Indonesia ini situasi 2,5 tahun diperpanjang 2,5 tahun lagi. Terlalu lama jika untuk seorang jabatan ketua Mahkamah Konstitusi, lazimnya yang saya tahu di Negara model kita ini 2,5 tahun perpanjangan lagi selama 2,5 tahun, karena itu dari pimpinan juga biar ada penyegaran rotasi, karena dikalangan mereka juga dipilihnya, beda dengan pemilihan Presiden yang bisa dari luar, jika ini memang dari dalam.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Saya mendukung apa yang disampaikan Bapak Didi tadi karena kontroversi ini tidak akan selesai, maka untuk itu setidaknya 2,5 tahun sehingga ketika nanti itu credible dan akuntable dalam menjalankan fungsinya selaku ketua itu bisa dipilih kembali oleh anggotanya, jika memang tidak itu berarti ada muncul lagi ketua yang baru, karena mengingat memang jika 5 tahun saya pikir memang nanti jika ada permasalahan di tingkat internal mereka itu sulit untuk mereka seakan-akan otoriter nanti, sehingga check and balances tidak terjadi di sana.

15

Page 16: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

F-GERINDRA (DRS. H. HARLIN AL-RASYID, M.SI):

Saya rasa 2,5 tahun itu sangat tepat, karena jaksa, hakim yang pimpinannya menyangkut hukum jika Gubernur lain, jaksa, hakim, polisi itu jika dia 2,5 tahun itu rasanya lama. Mereka itu dipindahkan untuk menjadi misalnya jika tidak mampu di kelas B dipindahkan di kelas A. Lantas jika di kelas A lebih mampu naikkan lagi, jadi mereka yang 9 orang ini rata-rata ilmu pengetahuan dan kapasitasnya sama, diberikan juga kesempatan mereka untuk menjdi pemimpin, sebenarnya harus 1 tahun sekali bisa tetapi 2,5 tahun cukup untuk sebagaimana dia menyelesaikan persoalan dan juga hal-hal yang kaitannya dengan masalah rangkuman permasalahan yang dihadapi. Saya rasa 2,5 tahun itu tepat, rektor saja dia hanya 3 tahun, dia duduk kembali jadi dosen tidak ada masalah. Jadi menurut saya 2,5 tahun itu tepat.

F-PDIP (RAHADI ZAKARIA):

Jadi saya kira bukan 2,5 tahun atau 5 tahun dan 3 tahun, tetapi argument yuridisnya yang jelas. lnikan lembaga Negara harus ada ketentuan, harus sama artinya jika tadi aturannya 2,5 tahun karena melihat contoh dari luar kemudian ada keadilan, jadi dasarnya harus jelas alasannya. Saya khawatir urusannya yang tidak jelas dan lemah akan menjadi persoalan, jadi jika misalnya 5 tahun itu jelas sudah ada lembaga-lembaga yang ada itu 5 tahunan, kenapa ini tiba-tiba 2,5 tahun itu juga harus ada argumentasinya. Jadi argumentasi yang dikatakan tadi adalah konvensi 5 tahun itu bisa diatur dengan yuridis, masa jabatan Presiden yuridis bukan konvensi pada dasarnya menurut saya, karena ini adalah persoalan yuridis jadi tidak main-main dengan keadilan, jadi tidak memiliki argumentasi yang kualitas jika seperti itu, tetapi kualitas argumentasi itu yang kita perlukan. Karena ini belum putus saya tidak sependapat jika diputuskan malam ini, pending ditelusuri dahulu risalah ketika DPR RI yang lalu bisa 3 tahun alasannya apa, itu sebagai suatu sumber rujukan kita, jadi bukan semau-mau kita di sini menghajukan 2,5 tahun atau 5 tahun ini bukan persoalan yang mudah.

F-PD (DIDI IRAWADI SAMSUDIN, S.H., L.l.M.):

Saya menambah sedikit saja jadi mungkin kasih sedikit ilustrasi, jabatan-jabatan di bidang hukum itu penegak hukum katakan Kapolda dan Kapolri. Seorang Kapolda itu jarang lebih dari 2 tahun, 1,5 tahun dan 2 tahun mereka itu dirotasi kemana-mana karena memang begini. lni juga dijabatan hakim-hakim jarang yang pimpinan-pimpinan ketua jadi ini saya tidak tahu, tetapi memang begini yang penyegaran-penyegaran yang terjadi di dalam satu posisi. Ketua Mahkamah Agung juga tidak lama juga, di bidang Mahkamah Konstitusi dalam pengalaman yang kami amati memang demikian, jika Komisi Yudisial inikan pengawas.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Menambahkan saja, mohon kiranya teman-teman juga supaya cepat selesai dan itu megandung satu makna yang punya arti yang paling dalam karena jika kita berdebat begini terus tidak ada selesainya akan memakan waktu yang panjang. Untuk itu jika memang hari ini kita tidak sampai date lock saja seperti yang disampaikan Bapak Zakaria, bagaimana kita mencari alasan­alasan yang lain akan tetapi seara pribadi saya 2,5 tahun itu ideal, artinya ketika mereka diberikan kesempatan yang panjang, fasilitas yang begitu banyak akan menimbulkan kecemburuan oleh anggota-anggota yang lain, barangkali begitu. lni bisa bermacam-macam argumentasi kira-kira begitu.

F-PKB (DRS. H. IBNU MULTAZAM):

16

Page 17: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

Jadi ada lembaga negara yang linier, ada KPK, ada Komisi Yudisial walaupun mungkin pengawas akan tetapi juga sama-sama di bidang hukum lembaga tinggi juga, lain dengan Kepolisian, Kapolri, karena itu diangkat Presiden lain. Mereka ini 5 tahun dalam kedudukannya, jika malam ini belum menemukan kesepakatan bersama usul teman-teman untuk dipending dahulu kita mencari alasan yang rasional.

F-PDIP (ARIF WIBOWO):

Saya setuju, jadi tadi awal saya sepakat sebenarnya 2,5 tahun akan tetapi kemudian diingatkan jika memang undang-undang yang kemarin yang mau kita rubah ini kenapa 3 tahun. Tentu saja tidak muncul begitu saja, Bapak Memed tadi menjelaskan beberapa hal yang meskipun tidak mengambil kesimpulan tetapi ada alasan yang rasional, tetapi saya kira kita harus melihat dahulu risalah persidangan yang menghasilkan pasal ini barangkali ada alasan, jika tidak saya kira nanti akan lebih mudah.

KETUA RAPAT:

ltu masudkan 3 tahun dihidupkan atau 2,5 tahun dengan 5 tahun. Jadi jika landasan yuridis tentang jabatan pimpinan lembaga Negara memang tidak ada, itu tergantung dari undang-undang yang mau kita buat. Jabatan pimpinan lembaga Negara 5 tahun itu tidak ada, kecuali konvensi dan yang diatur jika jabatan 5 tahun jabatan hakimnya itu memang 5 tahun, tetapi jabatan sebagai pimpinan ketua atau wakil ketua itu memang tidak ada ketentuan yang mengatur tentang harus 5 tahun. Jika mau mengedrop sekalian saja 3 tahun, 2,5 tahun, kemudian 5 tahun nanti kita minta teman-teman tenaga ahli untuk mencari referensi tentang pasal itu. Kita pending ya?

(RAPAT:SETUJU)

Pertanyaan berikutnya tentang pelantikan dan pengangkatan hakim konstitusi dilakukan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi. lni mengacu kepada, silahkan tenaga ahli.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Terima kasih Pimpinan. Jika wacana hakim konstitusi diangkat oleh Ketua Mahkamah Konstitusi itu jadinya

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, karena di Undang-Undang Dasar sudah secara eksplisit menentukan bahwa Presiden yang menetapkan sesuai dengan Pasal 24 C. Jadi bahasanya menetapkan jadi diusulkan 3 dari DPR RI, 3 dari Mahkamah Agung dan 3 pemerintah yang ditetapkan oleh Presiden, jadi dari itu diterjemahkan ditetapkan oleh Presien melalui SK Presiden.

KETUA RAPA T :

Jika DPR RI SK Presiden akan tetapi yang melantik itu Mahkamah Agung, jika di Undang­Undang Dasar menetapkan, artinya administrasi tetapi melantik saya rasa tidak ada, jika kita kemudian mengatakan dilantik oleh Ketua Mahkamah Konstitusi itu tidak melanggar Undang­Undang Dasar jika menurut saya, karena di sana yang menetapkan jadi administrasinya, apa mau disimpan juga?

F-PKS (IR. MEMED SOSIAWAN):

Dibelakang saya ingin bertanya apakah ketika sudah ditetapkan dalam waktu yang singkat kemudian ada ketuanya, kan mereka akan memilih dahulu. Jika sebelum dilantik apakah mereka

17

Page 18: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

bisa memilih ketua. Jadi jika setelah ditetapkan belum dilantik apakah mereka boleh memilih ketua atau belum dilantik. Sehingga dengan pertanyaan saya sendiri jadi tanda tanya juga jika yang melantik ketua setelah ditetapkan apakah mereka bisa memilih ketua sebelum dilantik.

KETUA RAPA T :

Siklusnya tidak bersamaan akan tetapi yang jelas pasti ada ketua. Siklusnya nanti akan berganti, anggotanya ada yang lepas, ditarik, pensiun, itu tidak sama siklusnya. Dalam segala momentum pasti ada ketuanya, tidak mungkin tidak ada Ketua Mahkamah Konstitusi, jadi tidak akan bertabrakan. Silahkan tenaga ahli.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Saya ingin menambahkan, baik di Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Konstitusi pun tidak mengatur tentang pelantikan, jadi Pasal 4 ini Ayat (1) mengatakan bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan keputusan Presiden hanya itu, jadi tidak ada pengaturan mengenai pelantikan hakim konstitusi.

KETUA RAPAT :

Selama ini dilantik tidak, dilantik sepertinya oleh Presiden.

F-PKS (IR. MEMED SOSIAWAN):

Harus ada pelantikan karena pejabat itu baru berfungsi setelah dilantik meskipun dia bukan SK, jika belum dilantik dia tidak otomatis.

KETUA RAPAT :

Ditetapkan pengertiannya bukan berarti melantik juga, seperti DPR RI ditetapkan dengan Keputusan Presiden tetapi pelantikannya oleh Mahkamah Agung.

F-GERINDRA (DRS. H. HARLIN AL-RASYID, M.SI):

Saya lihat pelaksanaan pelantikan itu bahwa selama ini di istana yang mengelurkan SK atau Keputusan, mungkin karena ini lembaga tinggi Negara itu sehingga Presiden hampir setiap Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dilantik di istana jadi Presiden yang melantik.

KETUA RAPA T :

Jadi bagian yang dipending juga ini ya?

(RAPAT:SETUJU)

Pertanyaan berikutnya adalah apakah mekanisme pemilihan ketua dan wakil ketua kita atur dalam undang-undang ini atau kita serahkan kepada peraturan Mahkamah Konstitusi, jika menurut saya diatur di sini sehingga kemudian tidak ada conflict interest antara anggota itu sendiri. Setuju ya?

(RAPAT:SETUJU)

18

Page 19: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

Jika setuju kita perlu membahas atau sudah dianggap cukup rumusan ini. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan ketua dan wakil ketua diatur dalam peraturan Mahkamah Konstitusi mungkin ada persoalan kertasnya harus bagaimana, pakai stempel Mahkamah Konstitusi dan sebagainya yang lebih detail dari ketentuan Pasal 4a sampai Pasal 4h. Jadi jika menurut saya masih dibutuhkan biar ada ruang bagi mereka jika memang ada hal-hal di luar itu. Tata cara pemilihan yang tidak diatur, misalnya di sini adalah hanya hal-hal lain yang kita berikan ruang. Silahkan tenaga ahli.

TENAGA AHLI (SRI KARY A Tl) :

Ketentuan ayat (5) ini adalah yang lebih detail misalnya di sini pemilihan itu dilakukan dengan pemungutan suara di sana bagaimana kotak suaranya, bagaimana surat suaranya, jadi lebih detail ke teknisnya dan itu perlu diatur dalam peraturan Mahkamah Konstitusi.

KETUA RAPA T :

Ketentuan lebih lanjut, jadi ada memang ada tata caranya di sini lebih lanjutnya itu di peraturan Mahkamah Konstitusi. Jadi pertama yang kita sepakati bahwa mekanisme pemilihan diatur di mekanisme pemilihan termasuk mendelegasikan untuk mengatur lebih jauh tentang tata pemilihan ini diatur dalam Mahkamah Konstitusi, setuju ya?

(RAPAT:SETUJU)

Pasal 4 ini menyisakan tadi yang dipending soal masa jabatan ketua dan pelantikan atau pelantikannya oleh Presiden atau bukan. Berikutnya Pasal 6 ditambahkan 2 ayat, yakni Ayat (2a) dan Ayat (2b) sehingga berbunyi sebagai berikut : (2a) Negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim konstitusi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman. (2b) jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim konstitusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (2a) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan. Silahkan kepada tenaga ahli.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Terima kasih Pimpinan. lni hanya untuk mensinkronisasi dengan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yang baru

saja diundangkan itu Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 di mana di undang-undang tersebut bahwa Negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteaan hakim dan hakim konstitusi. Jadi ini untuk sinkronisasi dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang merupakan underline act dari segala penyelenggara peradilan.

F-PKB (DRS. H. IBNU MULTAZAM):

Saya ingin meminta penjelasan karena kata kesejahteraan, karena kesejahteraan itu sesuatu yang luas, ini bentuknya seperti apa jika boleh saya memohon jika memang tidak ada rujukannya itu untuk kata kesejahteraan bisa dihilangkan. Yang kedua, kenapa ini tidak dimasukkan ketentuan sebagaimana Undang-Undang Mahkamah Konstitusi kepada kita terhadap pidana khusus. Jadi dalam hal ini saya mohon penjelasan kepada tenaga ahli.

19

Page 20: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

F-PDIP (ARIF WIBOWO):

Mungkin secara substansi hampir sama jadi perlu dielaborasi ulang. lnikan menyangkut protokoler pejabat Negara, dulu kita berdebat dan sudah sampai pada satu kesepakatan RUU Protokoler, siap yang disebut dengan pejabat Negara karena itu tentu mensyaratkan adanya perlakuan yang sama terhadap setiap pejabat Negara. Oleh karena itu, saya tidak dalam posisi menolak atau setuju terlebih dahulu akan tetapi dielaborasi tidak semata-mata soal sinkronisasi tetapi harus ada argumentasi yang memadai.

KETUA RAPA T :

Undang-Undang Protokol kita itu mengatur tentang tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan hanya itu saja bukan termasuk protokoler dan keuangan. Makanya kelemahannya nanti ketika pembahas Undang-Undang DPR RI kita harus secara eksplisit juga menyebutkan seperti ini.

F·PDIP (ARIF WIBOWO):

Yang saya maksudkan dulu adalah kita pada saat membicarakan atau membahas Undang­Undang Protokoler untuk menentukan siapa pejabat Negara, ituka berdebat juga siapa yang kita sebut sebagai pejabat Negara, apakah misalnya semua orang punya kedudukan sampai pada tingkat milsanya Bupati itu kita sebut sebagai pejabat Negara, karena juga nanti kaitannya dengan hak kewenangan dan legislative, kemudian selain protokoler, soal upacara seperti itu juga jaminan keamanan, inikan saya kira yang harus dielaborasi lebih lanjut. Jadi supaya sekali lagi maksud saya adalah setiap pejabat Negara seharusnya mendapatkan perlakukan yang sama, mungkin skalanya saja yang berbeda misalnya juga tidak pantas jika seorang anggota DPR RI harus dikawal satu pleton tentara, jika Presiden pantas karena ada beberapa alasan yang lain.

KETUA RAPA T :

Kemudian di undang-undang apa diaturnya itu. Di Undang-Undang Protokol kita hanya tadi yang saya katakan hanya tata tempat, tata ucapara, tata penghormatan, makanya maksud saya adalah memang melekat pada undang-undang yang terkait dengan lembaga itu sendiri, kelebihan kita adalah kita mengapresiasi lembaga lain kita tidak bisa mengapresiasi diri kita sendiri.

F·PDIP (ARIF WIBOWO):

Saya tidak mempersoalkan kita, tetapi katagori pejabat Negara itu maksud saya. Artinya, jika kita ingin membuat satu undang-undang harmonis dengan undang-undang yang lain dalam katagori tertentu terhadap pejabat Negara perlakuannya harus sama, artinya jika ini nanti kita putuskan memang seperti ini mendorong terjadinya perubahan terhadap undang-undang yang lain yang mengatur tentang keberadaan pejabat Negara.

KETUA RAPA T :

Saya paham maksudnya jika ada undang-undang yang mengatur tersendiri tentang hak protokoler dan keuangan lembaga mungkin protokoler dan keuangan selain tata tempat, tata upacara mungkin diperlukan, tetapi inikan biasanya melekat pada institusinya. Baik saya berikan kesempatan tenaga ahli.

20

Page 21: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Terima kasih Pimpinan. Di dalam Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 di dalam penjelasannya dikatakan bahwa

yang dimaksud dengan jaminan keamanan dalam melaksanakan tugasnya adalah hakim dan hakim konstitusi itu diberikan penjagaan keamanan dalam hal ini dalam memimpin persidangan. Sementara untuk jaminan keamanan adalah hakim dan hakim konstitusi harus diberikan perlindungan keamanan oleh aparat terkait. Jadi terkait dengan jaminan kesejahteraan ini maksudnya adalah meliputi gaji pokok, tunjangan, biaya dinas, dan pensiun serta hak-hak lainnya.

KETUA RAPAT:

Sebenarnya Pasal 6 ini ingin mengadopsi Undang-Undang No. 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang memang di sana memberikan ketentuan tentang pengaturan hak protocol dan jaminan kesejahteraan bagi hakim dan hakim konstitusi. Tinggal memang menurut saya Pasal 6 ini repotnya kita inikan perubahan, perubahan itu jadinya tambal sulam. Sebenarnya jika mau bisa juga Pasal 6 didrop sebagian digantikan ketentuan yang di sini 2a dan 2b itu. Coba diformulasikan masih bisa menurut saya tentunya dengan disesuaikan legak draftingnya, karena Negara memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim dan hakim konstitusi dalam menyelenggarakan tugas dan tanggungjawab sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman. lni yang mau kita atur, yang sebenarnya ini juga sudah memenuhi beberapa unsurnya di Ayat (1) kedudukan protocol dan hak keuangan ketua, wakil ketua, dan anggota hakim konstitusi berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan bagi pejabat Negara. lni umumnya di dua ini sudah lebih menjelaskan lagi jaminan keamanan dan kesejahteraan yang penjelasannya tadi seperti yang ada di dalam ketentuan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman. Saya kira ini bisa diatur tinggal nanti legal draftingnya bagaimana. Bagaimana tenaga ahli, silahkan.

TENAGA AHLI (ISRAENI) :

Mungkin ini nanti akan kami coba meformulasikan kembali tetapi yang menjadi buat kami adalah mengenai Ayat (2) ini jika didrop sepertinya ini tidak terkait dengan masalah hak keuangan dan kesejahteraan, jika misalnya Ayat (6) dirubah hanya digantikan Ayat (2a) dan Ayat (2b) yang revisi ini bagaimana dengan Ayat (2) Pasal 6.

KETUA RAPAT :

Jaminan keamanan hanya memuat protocol dan hak keuangan yan diterjemahkan menjadi kesejahteraan.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Yang dimaksud mungkin barangkali begini, hanya ini kalimatnya terputus ini ketika tadi tenaga ahli menyampaikan ketika dia menjalankan fungsinya di dalam peradilan artinya ketika memutus perkara hanya di sini tidak ada. Saya kira ini terlalu luas sekali pengertiannya ketika dia jalan-jalan ke mall harus dikawal oleh keamanan maksudnya Bapak Harry itukan begitu, tetapi benar juga. Yang dimakud dalam undang-undang ini adalah karena menyangkut masalah keputusan yang krusial barangkali, misalnya di sana yang mohon, atau demo-demo itukan harus mendapatkan keamanan di sana, mungkin begitu kira-kira. Di sini soal !imitative harus diatur jelas dalam penjelasan tetapi mohon ini harus didiskusikan jangan sehingga pengertiannya menjadi beda, sehingga ketika mereka yang menjadi pejabat Negara yang tidak mendapatkan pengamanan seperti ini dia akan menuntut. Maka untuk ini harus disikapi dengan seksama oleh tenaga ahli kalimat ini.

21

Page 22: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

KETUA RAPAT:

Jadi kita perlu mendiskusikan lebih jauh tentang pasal ini meskipun sesungguhnya pasal ini adalah ketentuan yang sudah diatur dalam undang-undang sebelumnya Undang-Undang No. 48 Tahun 2009. Dan untuk mendiskusikan itu saya kira butuh waktu yang lama, sehingga menurut saya karena butuh waktu lama maka kita bisa akhiri saja.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Terlepas dari semua ini seperti yang sudah didiskusikan ini tadi jangan sampai terselip untuk sidang berikutnya, bahwa Pasal 6 Ayat (2) ini juga harus dipikirkan ulang bahwa anggota ketika kena kasus perkara pidana itu tidak melalui jaksa agung, misalkan polisi yang menyidik dan langsung ke Presiden. Begitu pula jika jaksa yang menyidik langsung Presiden kenapa ini diperintahkan jaksa agung, jadi proses bertele-tele sehingga asas before the law tidak sama dengan kita, dengan masyarakat yang lain artinya pejabat yang lain. lni perlu dijelaskan oleh tenaga ahli mengenai hakim konstitusi hanya dapat dikenakan tindakan kepolisian atas perintah jaksa agung. lni proses bertele-tele birokrasinya ketika mereka melakukan kejahatan.

KETUA RAPA T :

Terima kasih ini akan menjadi diskusi, kita tidak ada undang-undang yang mengatur tentang perlakuan Negara terhadap pejabat Negara. Jadi itu melekat pada masing-masing lembaga Negara itu, maka itu Presiden apakah DPR RI atau BPK, Mahkamah Agung, melekat pada masing-masing institusinya. Soal yang disampaikan oleh Bapak Soebiyakto nanti akan menjadi diskusi kita apakah perlakuannya begitu istimewa, hakim konstitusi ini memang orang yang istimewa dia negarawan, dia tidak butuh apa-apa.

F·PAN (JAMALUDDIN JAFAR, S.H.):

Tadikan sudah ada penjelasan dari tenaga ahli tentang kesejahteraan, saya pikir diputuskan saja itu sudah cukup dipenjelasannya, karena akan dijelaskan nanti supaya kita berpindah ke lain. ltu sudah cukup istilahnya dikawal pada saat dia mengadakan persidangan. Apalagi jika memang perkara Pilkada atau segala macam pasti polisi mengamankan di sana, sudah jelas saya kira.

F-GERINDRA (DRS. H. HARLIN AL·RASYID, M.SI):

Jika Gubernur dia diatur dengan tertulis keamanan itu tetapi diatur di dalam secara protokoler, di dalam protokoler itu sudah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dan segala macam itu, ini tidak perlu dicantumkan misalnya begitu.

KETUA RAPAT :

Masalahnya ini adalah bagian dari Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, nanti seperti tidak terharmonisasi undang-undang ini dan undang-undang yang lain. Padahal kita ketika menyusun ini juga ada fungsi harmonisasi juga, tidak usah dibantah omongan saya bantah besok saja. Kita bisa akhiri rapat ini, jika belum tercatat bukan berarti tidak tercatat karena belum saja.

Bapak dan ibu yang saya hormati kita bisa skors rapat kita pada malam hari ini karena sudah melewati dari kesepakatan kita, saya mau tawarkan kepada bapak dan ibu sekalian Undang­Undang Komisi Yudisial diteruskan besok malam, ini memang Panja Undang-Undang Mahkamah Konstitusi bukan Komisi Yudisial, jadi terserah bapak dan ibu mau sama.

22

Page 23: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

WAKIL KETUA/F-PPP (H.A. DIMYATI NATAKU5UMAH, 5.H., M.H., M.5i):

Alasannya adalah saya hanya menginformasikan kepada teman-teman memang kesibukan kita itu jika hari Kamis kesibukan Komisi dan Pansus serta kesibukan lainnya. Saya yakin teman­teman ada juga Anggota Pansus, ada Anggota Komisi apalagi sekarang ini sedang ada Musrenbang Nasional di mana para gubernur, kepala daerah itu pada datang ke Jakarta. Saya yakim butuh tenaga dan pikiran bapak dan ibu sekalian di Jakarta. Oleh sebab itu teman-teman di Komisi Yudisial menginginkan jam 19.00 WIS malam dimulai kembali, itu Komisi Yudisial terserah itu hak institusi daripada anggota Panja Mahkamah Konstitusi.

KETUA RAPA T :

Terserah bapak dan ibu mau kapan.

F-PDIP (RAHADI ZAKARIA):

Saya ingin mengingatkan tentang dasar hukum kita ke sini bahwa kita menggunakan anggaran di sini, kemudian besok misalnya Pansus atau kegiatan lain di DPR ini akan mengundang persoalan jika ada temuan. Paling tidak pengalaman di berbagai tempat bahwa masalah jamuan ini sudah masuk di sini, kemudian kita datang ke sana lagi dapat jamuan itu sudah double anggaran dan ini bisa menjadi persoalan, di sini jadi temuan jadi jika mau ke sana ya maka silahkan tetapi asalkan jangan tanda tangan.

F-PAN (JAMALUDDIN JAFAR, 5.H.):

Saya setuju dengan Sapak Zakaria, bahwa ini kita sudah di sini jadi kita di sini sudah minta ijin dari Fraksi dan saya sendiri sudah minta ijin bahwa saya ke Kopo sampai hari Jumat. Jika kita turun lagi artinya jika ada bapak-bapak turun ke DPR maka akan timbul pertanyaan, lebih baik kita lanjutkan besok jika sampai malam sudah selesai hari Jumat tidak perlu lagi dan hari Jumat kita rapat fraksi biasanya.

KETUA RAPA T :

Oke saya sudah putuskan dua orang mewakili yang lain, besok kita teruskan jam 09.00 WIS.

WAKIL KETUA/F-PPP (H.A. DIMYATI NATAKU5UMAH, 5.H., M.H., M.Si):

lni supaya tidak ada mist understanding dengan teman-teman sekalian, walaupun kita membahasnya malam kenapa di Komisi Yudisial karena memang perlu beberapa referensi tenaga ahli terkait dengan perubahan, tetapi masalah nanti kita ada di Jakarta, kita anggap bahwa badan kita ada di sini bukan artinya kita memainkan ini, hanya kita memang banyak kesibukan terutama di komisi-komisi terkait, nanti masalah tanda tangan atau ikut dalamnya itu silahkan itu mengatur waktu saja.

KETUA RAPA T :

Saya pikir teman-teman yang di Komisi Yudisial juga punya alasan dan mungkin kebutuhan bapak-bapak tidak sama dengan kebutuhan teman-teman Komisi Yudisial, bisa saja mungkin menyelesaikan sampai malam kemudian sementara Komisi Yudisial masih diambil malam sampai

23

Page 24: 3. - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1... · 24 Tahun 2003 ini Majelis Kehormatan Konstitusi itu hanya satu pasal yang mengatur tentang itu dan tidak mengatur

besoknya itu soal pengaturan waktu. Baik besok jam 09.30 WIB yang memimpin Bapak Mulyono. Kita skors rapat ini sampai jam 09.30 WIB.

Terima kasih.

Wassa/amu'a/aikum Warahmatu/lahi Wabarakatuh

(RAPAT DISKORS PUKUL 23.30 WIB)

Jakarta, 28 April 2010

Sekretaris Rapat,

Ors. Djaka Dwi Winarko, M.Si

24