[2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat...

26
[1]

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[1]

Page 2: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[2]

Cetakan Pertama

Page 3: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[3]

REVOLUSI DAN

KESADARAN: Proletar-

Borjuis dalam Struktur Kapital

Jun Bramantyo

Kritik atas Imajinasi Sosialis tentang Revolusi

Jika ditanya mengenai revolusi, maka kaum sosialis akan

secara khas dengan gayanya menjelaskan bahwa kelas

pekerja akan mendapatkan apa yang disebut sebagai

kesadaran kelas dari kepekaan terhadap eksploitasi yang

terjadi sepanjang hidupnya. Lalu kelas pekerja akan

menyadari kepentingan kelas dan posisinya di

masyarakat. Kemudian dengan perkasanya mereka akan

melakukan revolusi politik merebut dan menjalankan

kekuasaan negara sebagai pernyataan tegas bahwa

kepentingan kelas pekerja harus dipaksakan terhadap

kelas yang lain – tindakan merebut dan menguasai

negara ini disebut para sosialis sebagai kediktatoran

proletariat. Tindakan merebut dan menjalankan

kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi,

dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan

kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

kembali masyarakat sesuai kepentingan kelasnya.

Page 4: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[4]

Tentu tidak menutup kemungkinan bahwa dalam

penjelasan seperti garis besarnya diatas, para sosialis

dengan tendensi berbeda – sebanyak menu restoran itu –

akan memiliki beragam variasi penjelasan yang

walaupun jika diurai kembali, menjadi garis yang sama:

kesadaran kelas dan negara kelas pekerja. Kurang lebih

mereka menyamakan revolusi proletar (kelas pekerja)

dengan revolusi borjuis yang datang beberapa abad

sebelumnya.

Dalam pandangan umum kaum sosialis, skema-skema

diatas sangatlah masuk akal. Karena gagasan sedemikian

rupa tersebut dianggap memiliki relasi dengan marxisme,

dimana mereka – sekali lagi saya akan jelaskan –

memahami bahwa: kelas pekerja akan bangkit dengan

kepentingannya sebagai sebuah kelas, lalu memaksakan

kepentingan itu terhadap kelas lain, sehingga mereka

(pekerja) akan mengarah pada penggulingan dari

negara yang sudah ada. Bahkan argumen seperti itu

tidak hanya dipercayai oleh kaum sosialis, para

penentang revolusi proletar juga memakan mentah-

mentah argumen para sosialis tersebut, lalu

menganggapnya sebagai duplikasi pernyataan yang valid

dari argumen yang telah dibuat oleh Marx-Engels.

Salah satu contoh argumen dari para „penentang

revolusi‟ dapat dilihat dalam argumen Murray Rothbard

di karyanya yakni „Man, State, and Society‟, dimana ia

berkata:

Page 5: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[5]

“Jelas tidak masuk akal untuk memperlakukan

“masyarakat” sebagai “yang-nyata”, dengan kekuatan

independennya sendiri. Tidak ada realitas di masyarakat

selain dari individu yang menyusunnya dan yang

tindakannya menentukan jenis pola sosial yang akan

dibentuk...”[1]

Anehnya, jika kita menghiraukan argumen kardus para

sosialis yang berlaku sampai saat ini – karena Rothbard

mengkritik para kardus, Rothbard dan kaumnya akan

dibenarkan oleh Marx dan Engels dalam artian tertentu.

Marx dan Engels juga menyatakan bahwa seorang

kapitalis, misalkan, tidak akan berhenti menjadi manusia

hanya karena ia seorang kapitalis dan bertindak sebagai

individu bukannya kelas:

“Kami tidak bermaksud untuk memahami dari sini

bahwa, misalnya, rentir, kapitalis, dan lain-lain tidak lagi

menjadi manusia...”[2]

Seorang pemodal akan selalu bertindak sebagai individu

dan kepentingan modal tidak dapat menjadi

kepentingannya sebagai individu. Artinya pemodal

sendiri tidak tau kepentingan kelasnya; dia hanya tau

kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Hal ini

harusnya dipahami, karena secara lebih lanjut hal ini

tidak hanya berlaku untuk pemodal, tetapi juga berlaku

untuk kelas-kelas di masyarakat kapital. Tidak ada

satupun anggota kelas manapun dalam masyarakat

Page 6: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[6]

kapital yang dapat mengetahui kepentingan kelasnya.

Jika hal barusan berlaku untuk para pemodal dalam

masyarakat kapital, maka hal itu juga berlaku untuk

proletar (kelas pekerja) bahwa: tidak ada kualitas yang

bersifat magis ketika seseorang menjadi bagian dari

kelas proletar – karena dengan menjadi kelas proletar

(pekerja) tidak akan membuat seorang individu sadar

akan kepentingan kelasnya. Dalam berbagai kasus,

individu bertindak sebagai individu dan hanya berlaku

sebagai individu.

Tidak pernah ada dalam tulisan Marx yang menjelaskan

bahwa kelas pekerja berbeda dengan kelas borjuis karena

ia dipandu oleh suatu kesadaran – kesadaran kelas –

yang akan berujung pada pemaksaan kepentingan

kelasnya di masyarakat. Jika ia dipandu oleh suatu

kesadaran magis ini, lalu bagaimana kita menjelaskan

mengenai persaingan?

Maka, jika kelas-kelas dalam masyarakat kapital ini

diurai-urai, misalkan, ambil saja salah satunya kelas

pekerja, kita hanya akan menemui kumpulan individu

yang memperlakukan satu sama lain – sesama kelasnya –

sebagai pesaing. Begitu pula hubungan antar anggota

kelas borjuis, dimana diantara mereka hanya ada

kompetisi. Ini artinya, anggota dari kedua kelas yang

berbeda memperlakukan sesama anggota kelas yang lain

sebagai musuh, atau sebagai pesaing.

Page 7: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[7]

Lalu apa artinya untuk konsep kelas-kelas dalam

masyarakat dan hubungan antara individu-individu

kepada kelas tempat mereka mengada? Ini akan

membantah kaum Rothbardian dimana mereka berfikir

bahwa kelas tidak ada, atau bahwa kelas hanyalah

abstraksi murni dan sederhana. Sebuah kelas, hanya akan

muncul ketika anggotanya menemukan masing-masing

dari diri mereka dalam suatu “posisi yang berlawanan

dengan kelas lain dan, untuk diri mereka sendiri, hanya

ketika mereka menjadi bangkrut,” yakni, ketika ada

konflik yang terjadi diantara kondisi material (sistem)

dari keberadaan satu kelas dengan kondisi material

(sistem) dari keberadaan kelas yang lain.

Setidaknya ada dua alasan yang menurut saya membuat

apa yang diargumentasikan oleh Marx dan Engels

menjadi penting. Alasan pertama adalah argumen itu

menjelaskan, bahwa dari sudut pandang mereka,

serangkaian revolusi politis yang menandai transisi

antara masyarakat feodal ke masyarakat borjuis.

Bahwasanya kelas borjuis muncul dalam

pertentangannya dengan hubungan sosial feodal dan

kondisi material masyarakat lama, sehingga selanjutnya,

mereka melepaskan diri dari hubungan sosial tersebut

karena mereka akan menciptakan kondisi material

(sistem) kelasnya sendiri.

Lalu alasan yang kedua adalah argumentasi yang dibuat

oleh Marx-Engels menjelaskan mengapa, dari sudut

Page 8: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[8]

pandang mereka, bahwa revolusi proletar bukanlah

revolusi politik. Tidak seperti kelas borjuis, proletar

tidaklah muncul dalam pertentangannya dengan

hubungan sosial borjuis, tetapi justru sebagai produk dari

hubungan-hubungan itu – proletar adalah produk dari

dekomposisi rezim kelas yang lama dimana ia ada

karena dampak dari revolusi borjuis atas model produksi.

Revolusi industri telah menguraikan masyarakat lama

(masyarakat feodal) dan terus menerus melampauinya

dengan melakukan proletarisasi (membukat orang

menjadi pekerja). Maka, karenanya proletar bukanlah

kelas yang muncul untuk menentang kondisi material

(secara sederhana – sistem) kelas borjuis dengan kondisi

material (sistem) kelasnya, sebaliknya, revolusi proletar

adalah dekomposisi (pembubaran) dari masyarakat

kelas-kelas ini. Revolusi proletar bukanlah produk

politik, melainkan produk material; bukanlah kesadaran

kelas, melainkan kesadaran tanpa kelas – sehingga

gerakan proletar adalah gerakan yang mengekspresikan

masyarakat tanpa kelas.

Maka, seperti yang saya ungkapkan, bahwa proletar

(kelas pekerja) memang tidak memiliki kepentingan

sebagai kelas untuk memaksa dan merebut kekuasaan

dari kelas yang berkuasa – dimana hal ini bertentangan

dengan „kebijaksanaan‟ dangkal kaum sosialis hari ini.

Kondisi material dari keberadaan kelas pekerja tidak

bertentangan dengan kondisi material dari keberadaan

Page 9: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[9]

kelas borjuis. Inilah yang akan membuat revolusi

proletar akan menjadi aneh dibandingkan revolusi

borjuis yang lebih umum dan lazim. Kenapa menjadi

aneh? Karena revolusi proletar akan menjadi revolusi

yang tidak bersifat politis sama sekali. Revolusi proletar

tidak dinyatakan sebagai revolusi politik, karena proletar

tidak berkepentingan secara kelas melawan dan merebut

kekuasaan dari kelas penguasa.

Tidak perlu diragukan lagi, pernyataan ini sangat sulit

diterima oleh para sosialis. Mereka memiliki gagasan

revolusi proletar yang kurang lebih berjalan seperti

revolusi borjuis. Faktanya, Marx dan Engels dalam

Ideologi Jerman tidak pernah menjelaskan demikian.

Sebaliknya, revolusi proletar tidak berjalan dengan cara

revolusi politik borjuis dan tidak akan bisa berjalan

seperti itu karena alasan-alasan yang sangat spesifik.

Lalu apa? Jika revolusi proletar bukan penegasan

kepentingan kelas dari proletar terhadap kelas-kelas

lain, revolusi macam apa itu? Saya akan mencoba

menjelaskan masalah ini, merujuk pada apa yang

dijelaskan oleh Marx dan Engels dalam Ideologi Jerman

di bagian selanjutnya.

Kelas-Kelas dalam Ranah Kesadaran

Page 10: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[10]

Selanjutnya, pada bagian ini saya akan menyampaikan

pandangan saya tentang pertanyaan di akhir bagian

sebelumnya. Dalam bagian sebelumnya, saya

menyampaikan bahwa revolusi proletar berbeda dengan

revolusi borjuis dan tidak akan dapat berjalan seperti

revolusi kelas borjuis karena alasan-alasan yang spesifik.

Dengan klaim macam ini saya selanjutnya diharuskan

untuk menjawab pertanyaan yang sudah jelas: Bila

revolusi proletar bukan berjalan karena kepentingan

kelas proletar dan proletar tidak akan memaksakan

kepentingannya itu pada kelas lain, lalu apakah revolusi

proletar itu?

Sebagian dari jawaban ini justru bisa dilihat dari sifat

kelas borjuis itu sendiri. Kelas itu (kelas borjuis),

menurut Marx dan Engels, memiliki „keberadaan

independen‟ dari individu-individu yang menyusun kelas

tersebut. Ada perbedaan nyata yang harus dibuat antara

kelas itu sendiri dan individu yang menyusunnya. Sifat

kelas borjuis ini, menurut Marx dan Engels:

“Individu selalu berlaku sebagai diri mereka sendiri,

tetapi secara alami, diatasnya, diri mereka sendiri tidak

lebih dari apa yang diberikan kondisi dan hubungan

historis, ini bukanlah individu „murni‟ dalam pengertian

para ideolog. Tetapi dalam perjalanan evolusi sejarah,

dan tepatnya melalui fakta yang tak terelakkan dalam

pembagian kerja secara sosial, mengambil keberadaan

yang independen, nampak pada pembagian dalam

Page 11: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[11]

kehidupan setiap individu, sejauh itu bersifat pribadi dan

sejauh yang ditentukan oleh beberapa cabang kerja serta

kondisi yang berkaitan dengannya...”[3]

Dengan begitu, kondisi material dari setiap lapisan kelas

borjuis tidak hanya bertentangan dengan kondisi material

dari kelas lain dalam masyarakat, tetapi selain itu, dalam

dirinya sendiri, kelas ini juga tidak tergantung pada

individu yang menyusun kelasnya – artinya

independen. Dalam artian lain, keberadaan independen

kelas ini, atau keberadaan independen kepentingan

kelasnya, adalah keberadaan independen yang nyata dan

tidaklah abstrak. Dibutuhkan suatu bentuk komunitas

yang dipenuhi ilusi, sebuah negara borjuis, yang pada

akhirnya memiliki eksistensi independen – sebagai

perwujudan kepentingan kelas – untuk menekan

anggota-anggota kelas borjuis itu sendiri, serta memaksa

kelas-kelas lain tunduk pada kepentingan kelas yang

diwakili oleh negara tersebut. Negara, dalam masyarakat

borjuis, adalah kombinasi fraksional dari satu kelas yang

berdiri melawan kelas lain, tetapi di satu sisi berlaku

independen dari kelas yang kepentingannya diwakili.

Fakta ini tidaklah unik, ketika dibandingkan dengan

kemunculan kelas pekerja, yang mana menurut Marx dan

Engels, kelas yang satu ini adalah bentuk yang paling

berkembang dari pembagian antara kelas dan anggota

individu kelasnya.

Page 12: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[12]

Kenapa bisa seperti itu?

Jawabannya akan sederhana dan akan dipahami oleh

setiap sosialis jika mereka pernah meluangkan waktu

sedikit saja untuk memikirkannya: Dengan adanya

proletar – pekerja – masyarakat untuk pertama kali

memiliki kelas dengan cara mengada yang unik, karena

kelas pekerja adalah kelas yang keberadaan materialnya

hanya untuk memperkaya kelas lain – kelas borjuis – dan

justru memiskinkan dirinya sendiri. Sebagai sebuah

kelas, tidak ada satupun negara yang dapat mewakili

kelas pekerja, karena sebagai sebuah kelas, mereka

hanya memiliki cara mengada dimana mereka hanya

memperkaya kelas borjuis. Kelas pekerja bukan hanya

tidak bertentangan dengan cara mengada kelas borjuis

secara material, tetapi lebih jauh lagi, kelas pekerja

hanya berfungsi untuk memperkaya kelas borjuis itu

sendiri. Semua usaha kaum sosialis untuk membenarkan

bahwa kelas pekerja membutuhkan negara akan selalu

gagal. Bahkan jikalau mereka dapat “memerintah”

melalui suatu negara, negara ini akan mewakili

kepentingan dari kelas yang lain, dan bukan proletariat.

Walaupun seperti itu, fakta ini sekali lagi akan sangat

sulit untuk diterima oleh para bolshevis. Karena dalam

argumennya, mereka akan selalu mengutip Lenin yang

mengamini Kautsky perihal pengetahuan ilmiah yang

diperlukan untuk mengelola produksi sosial modern.

Kautsky dan Lenin lebih tepatnya tidak mengembangkan

Page 13: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[13]

gagasan Marx sampai ke tahapan praktek, karena

memang apa yang mereka tulis bukanlah gagasan Marx

– dalam hal ini kesadaran kelas. Seperti yang dirujuk

oleh Lenin dalam bukunya, “What is to be Done?”,

Kautsky menyatakan:

“Kesadaran sosialis modern dapat timbul hanya atas

dasar pengetahuan ilmiah yang mendalam. Memang,

ilmu ekonomi modern merupakan suatu syarat bagi

produksi sosialis sama halnya seperti, misalnya,

teknologi modern, dan proletarian tak dapat menciptakan

yang satu atau yang lainnya, bagaimanapun juga ia

menginginkannya: kedua-duanya timbul dari proses

sosial modern. Pembawa ilmu bukanlah proletariat,

melainkan intelegensia borjuis: dalam otak anggota-

anggota perorangan dari lapisan inilah lahir sosialisme

modern, dan merekalah yang menyampaikannya kepada

orang-orang proletas yang menonjol perkembangan

inteleknya, yang selanjutnya memasukkannnya kedalam

perjuangan klas proletariat dimana syarat-syarat

mengijinkannya. Jadi, kesadaran sosialis adalah sesuatu

yang dimasukkan ke dalam perjuangan klas proletariat

dari luar (von Aussen Hineingentragenes) dan bukan

sesuatu yang timbul dari dalamnya secara spontan

(Urwuchsig).”[4]

Jadi memang, menurut Kautsky, yang selanjutnya

diamini oleh Lenin, ideologi borjuis adalah kesadaran

dari kelas yang dominan, sementara kesadaran sosialis

Page 14: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[14]

(komunis) adalah “pengetahuan ilmiah yang mendalam”

untuk mengelola masyarakat sosialis. Ini bukanlah

perdebatan yang baru dizaman Lenin dan Kautsky,

perdebatan ini sudah muncul sejak Bakunin salah paham

dengan argumen-argumen Marx, Bakunin berpendapat:

“Kaum marxis menyadari kontradiksi ini dan menyadari

bahwa pemerintahan ilmuwan akan menjadi kediktatoran

yang nyata terlepas dari bentuk demokrasinya. Mereka

menghibur diri dengan gagasan bahwa aturan ini akan

bersifat sementara...”[5]

Dari pernyataan ini, Bakunin menolak kesimpulan yang

muncul dari kesalahpahamannya atas teori Marx, dan

berfikir bahwa kesadaran komunis yang Marx sebut

dalam Ideologi Jerman, adalah landasan material untuk

munculnya negara baru yang terdiri dari pekerja

intelektual dan elit-elit di dalam komune. Dengan cara

dan posisi akhir yang berbeda, dan waktu yang lebih

lampau, Bakunin tiba pada logika Leninisme beberapa

dekade sebelum Lenin sendiri muncul. Walaupun

Bakunin adalah kutub negatif dari logika leninis tersebut,

tetapi keduanya – baik Bakunin dan Lenin, sama-sama

menyalahpahami bahwa kesadaran sosialis (komunis)

adalah kesadaran “ilmiah yang medalam” dan hanya

bisa disuntikkan oleh borjuis intelejensia.

Jika dibahas lebih lanjut, Kautsky-Lenin dan Bakunin

memiliki benang merah dengan posisinya masing-

Page 15: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[15]

masing (baik kutub negatif dan positif), bahwa

pengetahuan ilmiah ini berada di tangan minoritas dari

komune (dalam zaman Lenin – Soviet). Lebih ketat lagi,

Kautsky dan Lenin (Minus Bakunin) dengan tegas

menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah bukan hanya

dipegang oleh minoritas, tetapi minoritas itu sendiri

adalah lapisan intelektual borjuis yang bergabung

dengan perjuangan proletar. Sementara itu Bakunin

membatasi kritiknya terhadap Marx dan Engels hanya

pada pengetahuan teknis dan ilmiah produktif dipegang

oleh lapisan elit produsen sosial dalam masyarakat;

Kautsky dan Lenin justru memperluas argumen ini

dengan gamblang dan merevisi konsep kesadaran

komunis ala Marx itu sendiri.

Lebih luas lagi, revisi Kautsky dan Lenin berkutat pada

pendapat bahwa kesadaran unik kelas proletar tidak

muncul dari kondisi material kelasnya, tetapi justu

langsung dari kelas lainnya. Sementara kesadaran borjuis

adalah produk dari kondisi material kelasnya (memiliki

properti pribadi), kesadaran proletar adalah – cukup aneh

disini – merupakan produk dari kondisi material borjuis

juga.

Namum, sayangnya untuk Kautsky, Marx dan Engels

secara tertulis menentang argumennya jika mereka masih

hidup. Bagian yang bisa dipertentangkan antara argumen

Marx-Engels dan Kautsky ini adalah sebagai berikut.

Page 16: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[16]

Kautsky menyatakan:

“Banyak kritikus revisionis kita berpendapat bahwa

Marx menyatakan bahwa perkembangan ekonomi

dan perjuangan klas tidak hanya menciptakan

syarat-syarat untuk produksi sosialis, tetapi juga,

dan secara langsung, melahirkan kesadaran tentang

keharusan produksi sosialis.”[6]

Sementara, di Ideologi Jerman, Marx dan Engels

menyatakan secara gamblang:

“Dalam pengembangan kekuatan-kekuatan

produktif muncullah suatu tahap ketika kekuatan-

kekuatan produksi dan sarana-sarana produksi

diwujudkan, yang, di bawah hubungan-hubungan

yang ada, hanya menyebabkan kerusakan, dan tidak

lagi produktif tetapi kekuatan-kekuatan destruktif

(mesin dan uang); dan terkait dengan ini sebuah kelas

dipanggil, yang harus menanggung semua beban

masyarakat tanpa menikmati keuntungannya, yang

diusir dari masyarakat, dipaksa menjadi

antagonisme yang paling pasti bagi semua kelas

lainnya; sebuah kelas yang membentuk mayoritas

dari semua anggota masyarakat, dan yang darinya

memunculkan kesadaran akan perlunya revolusi

fundamental, kesadaran komunis, yang mungkin,

tentu saja, muncul di antara kelas-kelas lain juga melalui

perenungan situasi kelas ini.”[7]

Page 17: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[17]

Dengan melihat perbandingan ini, kita bisa

menyimpulkan bahwa apa yang dimaksud dengan teori

revisionis oleh Kautsky adalah argumen Marx dan

Engels tentang kesadaran sosialis (komunis) itu sendiri.

Ini adalah kesalahpahaman sejarah yang cukup fatal.

Bertentangan dengan apa yang dipahami oleh kaum

sosialis kita hari ini, dan juga bertentangan dengan

pendapat Kautsky dan Lenin, kesadaran revolusioner

bukanlah kesadaran kelas, melainkan, sebagaimana yang

didefinisikan oleh Marx dan Engels, kesadaran

revolusioner ini adalah konsep kesadaran sosialis

(komunis) – yang langsung menjadi masyarakat tanpa

kelas. Karena kesadaran dalam diri proletar bukanlah

kesadaran kelas, namun apa artinya ini? Mengatakan

bahwa kesadaran revolusioner ini bukanlah kesadaran

kelas berarti, antara lain, bahwa kesadaran itu tidak

mengekspresikan pertentangan dengan kelas-kelas lain.

Ini berbeda dengan kesadaran borjuis yang merupakan

ekspresi anatagonisme kelas borjuis terhadap kelas

dalam masyarakat yang lama (kelas feodal).

Sebaliknya, kelas pekerja tidak melepaskan diri dari

kondisi-kondisi produksi borjuis, tetapi kelas pekerja itu

sendiri merupaka produk dari kondisi-kondisi produksi

borjuis itu sendiri. Oleh karena itu kesadarannya tidaklah

antagonistik dengan kondisi kehidupan material kelas

borjuis. Ini bisa terjadi karena, kondisi keberadaan

material dari kelas pekerja itu sendiri – yakni kerja

Page 18: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[18]

(upahan) – adalah premis dari kondisi pemenuhan

kebutuhan material dari kelas borjuis. Karena alasan ini

maka Marx dan Engels berargumen bahwa revolusi

sosial(is) kelas pekerja berarti ia (kelas pekerja) akan

mengakhiri syarat untuk kondisi kehidupan materialnya

sendiri, yakni kerja (upahan). Kesadarannya, karenanya

bukanlah untuk menggulingkan kelas lain dan berkuasa

melalui negara – kesadaran politik atau kesadaran kelas;

melainkan kesadaran untuk mengakhiri dirinya sendiri,

untuk bekerja.

Di bagian selanjutnya saya akan mencoba untuk

menjelaskan bahwa revolusi sosial(is) bukan

menitikberatkan bahwa kelas pekerja mesti

membebaskan dirinya dari kelas lain – pembebasan

politik – tetapi pembebasan kelas pekerja adalah upaya

untuk membebaskan dirinya sebagai individu dari

predikat kelas pekerja itu sendiri, yaitu dari kondisi

keberadaan materialnya sendiri, yakni kerja (upahan).

Saya akan mengulasnya menjadi bagian akhir dari

booklet ini, dimana saya akan menekankan bahwa

revolusi sosial(is) tidak dapat terwujud melalui

pertempuran melawan kelas berkuasa. Itu bukanlah

tujuan utamanya!

Page 19: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[19]

Dampak dari Tak Adanya Kesadaran Kelas

Pada bagian sebelumnya saya telah mengatakan bahwa

revolusi sosial(is) tidak dapat mengambil bentuknya

melalui konflik dengan kelas penguasa. Saya berfikir

bahwa sosialisme bukannya tidak muncul akibat

kurangnya kesadaran kelas dalam diri proletar hari ini

ketika menyikapi krisis, tetapi memang sedari dulu

hingga kini, kesadaran kelas yang dipaksakan ada itu

akan selalu mengalami kegagalan. Karena itulah kelas

pekerja. Ia tidak memiliki kesadaran kelas. Nah! Tetapi

ketidakhadiran perjuangan kelas saat krisis ini menjadi

tanda tanya untuk teoritikus sosialis kita.

Andaikan saja mereka akan berfikir dan berpendapat

secara maksimal, bahwa: “kesadaran kelas yang ada

pada zaman Marx sudah tidak ada lagi hari ini. Sehingga

jalanan dan kota-kota sepi dari demonstrasi.”

Jika argumen semacam ini dilemparkan, maka ini hanya

salah satu dari sekian banyak tampak yang menandakan

bahwa mereka hari ini tengah dalam kebingungan untuk

menjelaskan perlawanan kelas pekerja yang semakin

surut dan terbatas terhadap pemerintahan borjuis ataupun

kapital secara umum. Walaupun mereka akan mencari

celah dan jalan apapun untuk membuktikan bahwa

kesadaran kelas benar-benar ada, dengan mencari faktor-

faktor yang mempengaruhi kecacatan respon kelas

Page 20: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[20]

pekerja atas krisis hari ini, tapi pastinya akan tetap sia-

sia.

Kemungkinan mengapa kelas pekerja tidak merespon

krisis dengan perang kelas mengisyaratkan bahwa kelas

ini tidak dan tidak akan mengembangkan kesadaran

kelas yang diharapkan oleh kaum sosialis, yang

menganggap bahwa satu-satunya jalan keluar dari krisis

kapital hari ini adalah perang kelas dengan kesadaran

kelas di masing-masing kepala pekerja. Oleh karena itu,

bagi kaum sosialis hari ini, pekerja harus memiliki

kesadaran kelasnya untuk mengakhiri krisis yang

melanda kapitalisme dan memindahkan kita ke zaman

sosialisme.

Tentu kecacatan ini bukan terletak pada kelas pekerja

yang bukan dan tidak akan pernah terbentuk menjadi

kelas politik, kecacatannya sendiri ada pada kaum

sosialis, dimana mereka bukanlah dan tidak akan pernah

menjadi ekspresi dari politik kelas pekerja itu sendiri.

Karena memang kelas pekerja tidak pernah memiliki

kesadaran kelas, melainkan ia merupakan ekspresi dari

pembubaran masyarakat berkelas-kelas – oleh karenanya

ia tidak memiliki ekspresi politik berupa kesadaran

kelas.

Untuk ini saya berbagi persetujuan dengan John

Holloway yang berpendapat bahwa mengambil

kekuasaan politik bukan hanya merugikan diri sendiri,

Page 21: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[21]

tetapi ia juga adalah bentuk upaya yang sia-sia, oleh

karena itu John Holloway berkata bahwa:

“Lalu bagaimana kita mengubah dunia tanpa mengambil

alih kekuasaan? Di akhir buku, seperti di awal, kita tidak

tau.”[8]

Yang mana dalam akhir bukunya pun John Holloway

sialan ini mengakui bahwa ia sendiri tidak dapat

merumuskan tujuan selain dari tujuan perebutan

kekuasaan politik. Jadi, bahkan secara kritis, kaum

sosialis kita tidak mampu mengatasi keterbatasan

teoritiknya karena mereka sendiri telah mengamputasi

logika antara apa yang disebut dengan kekuasaan politik

dengan penghapusan kerja upahan. Seolah-olah

penghapusan kerja upahan tidak berdampak apapun

terhadap (kekuasaan) politik. Artinya, sampai disini,

jika argumen dasarnya masih tetap apa yang saya garis

tebalkan, kaum sosialis kita pun tidak selesai menjawab

pertanyaan: bagaimana bisa kelas yang terbatas bahkan

dari segi jumlahnya saja (kelas borjuis) dapat

memerintah kelas yang merupakan mayoritas

masyarakat (kelas proletar) dengan perbandingan

jumlah yang luar biasa? Ini bukan pertanyaan yang

harus diabaikan. Karena jika ia dibalik, akan ditemukan

sebuah pertanyaan cermin yang berhubungan dengan apa

yang saya tebalkan diatas: bagaimana bisa kelas

mayoritas yang jumlahnya sangat besar ini menjadi

penguasa politik tetapi di sisi lain menjadi budak dalam

Page 22: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[22]

realita ekonominya sehari-hari? Ini adalah pertanyaan

yang akan menguliti teori politik parsial di kepala para

sosialis, yang didalam kepala mereka, masih berfikir

bahwa penghapusan kerja (upahan) tidak berdampak

pada politik sosialis maupun sebaliknya.

Tapi jangan disalahpahami disini, yang dimaksud

dengan politik sosialis bukanlah politik menggunakan

kesadaran kelas sebagai kekuatannya. Marx dan Engels,

dalam manifesto komunis telah menjelaskan bahwa

bukan kemenangan politis proletariat lah yang penting,

tetapi asosiasi yang berkembang diantara hubungan

produktif yang melingkupi kelas pekerja sebagai

prasyarat material yang menghubungkannya dengan

sosialisme:

“Kadang-kadang kaum buruh memperoleh kemenangan,

tetapi hanya untuk sementara waktu. Buah yang

sebenarnya dari perjuangan mereka tidak terletak pada

hasil yang langsung, tetapi pada senantiasa makin

meluasnya persatuan kaum buruh. Persatuan ini dibantu

terus oleh kemajuan-kemajuan alat-alat perhubungan

yang dibuat oleh industri modern dan yang membawa

kaum buruh dari berbagai daerah berhubungan satu

dengan yang lain...”[9]

Tetapi kaum sosialis, setelah membaca Manifesto

Komunis, mereka malah percaya bahwa persatuan yang

dimaksud oleh Marx dalam karyanya ini, dapat dipenuhi

Page 23: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[23]

dengan cara-cara politis mulai dari reformasi subsidi ala

sosial demokrat hingga merebut langsung negara yang

ada. Dalam argumen para sosialis, selalu saja

penekanannya terletak di perebutan kekuasaan negara,

pada penaklukan politik atau tekanan-tekanan politis

terhadap negara itu sendiri. Dalam kasus apapun, kita

akan diarahkan pada suatu perencanaan membangun

partai proletar perebut negara borjuis, tetapi tidak

memikirkan permasalahan utamanya, yakni

menyelesaikan fragmentasi di dalam kelas pekerja secara

aktual. Karena fragmentasi merupakan hasil yang terjadi

akibat adanya premis kerja upahan dan negara, maka

penyelesaian fragmentasi dalam kelas pekerja hanya

dapat diatasi dengan penghapusan keduanya, solusinya

tentu dapat diupayakan melalui “komunitas proletariat.”

Yang tentu saja tidak bertujuan untuk merebut kekuasaan

negara, melainkan menghapuskannya.

Page 24: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[24]

Catatan Kaki:

[1] Karya Rothbard yang berjudul „Man,State, and

Society‟ dapat diakses di: https://mises.org/library/man-

economy-and-state-power-and-market/html/c/260

[2] Marx-Engels menuliskan itu pada karyanya yakni

The German Ideology yang dapat diakses di:

https://www.marxists.org/archive/marx/works/1845/ger

man-ideology/ch01d.htm

[3] Marx-Engels menuliskan hal ini pada karyanya, The

German Ideology yang dapat diakses di:

https://www.marxists.org/archive/marx/works/1845/ger

man-ideology/ch01d.htm

[4] Pendapat Kautsky dikutip oleh Lenin dalam karyanya

“What is to be Done?”, karya Lenin ini bisa dibaca di

link berikut :

https://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1902/

ApaYang/Bab2.htm

[5] Ketidaksetujuan (baca: kesalahpahaman) Bakunin

atas Marx mengenai hal ini dapat dilihat di:

https://www.marxists.org/reference/archive/bakunin/wor

ks/1873/statism-anarchy.htm

[6] Pendapat Kautsky yang ini juga dikutip oleh Lenin

dalam karyanya “What is to be Done?”, karya Lenin ini

bisa dibaca di link berikut :

Page 25: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[25]

https://www.marxists.org/indonesia/archive/lenin/1902/

ApaYang/Bab2.htm

[7] Ini adalah terjemahan untuk fragmen Ideologi Jerman

yang merupakan salah satu karya penting Marx, yang

dapat dibaca di:

https://www.marxists.org/archive/marx/works/1845/ger

man-ideology/ch01d.htm

[8] Ini adalah kutipan terkenal dari John Holloway yang

dapat dilihat di: http://libcom.org/library/chapter-11-

revolution

[9] Kutipan ini berasal dari karya Marx yang berjudul

Manifesto Komunis, dapat diakses di:

https://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-

engels/1848/manifesto/ch01.htm#bab1

Page 26: [2]...kekuasaan negara itu didapatkan dari gejolak revolusi, dimana kelas lain dalam masyarakat digulingkan dan kelas pekerja naik ke tampuk kekuasaan untuk mengatur

[26]

Facebook: Jurnal Dekomposisi

Instagram: dekomposisi.id

Blog: anarkontingensi.wordpress.com