29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
TRANSCRIPT
Nama :Rani pujiningtyasKelas :1C
NIM :13.115
KUSTA
Pengertian KUSTA
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998)Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae. (Mansjoer Arif, 2000) Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis ( djuanda, 4.1997 )Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi ulit dan saraf perifer, tetapi mempunyai cakupan maifestasi klinis yang luas ( COC, 2003)
Definisi
Etiologi
Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A. HANSEN pada tahun
1874 di Norwegia, yang sampai bekarang belum juga dapat dibiakkan dalam media artifisial.
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran
nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri
mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8
micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel
dan BTA.
KUSTA BENTUK
KERING (TIPE
TUBERKULOID)
L A ISAKIFISK
KUST
A
Kusta bentuk basah (tipe
lepromatosa)
Kusta bentuk kering
(tipe tuberkuloid)
Merupakan bentuk yang tidak menular.Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar uang
logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi, punggung, pantat, paha
atau lengan. Bercak tampak kering, perasaan kulit hilang sama
sekali, kadang-kadang tepinya meninggi.Pada tipe ini lebih
sering didapatkan kelainan urat saraf tepi pada, sering gejala kulit
tak begitu menonjol tetapi gangguan saraf lebih jelas.
Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat
ditemukan baik di selaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh
lain.Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya
tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman
kusta.Kelainan kulit bisa berupa bercak kamarahan, bisa kecil-kecil
dan tersebar diseluruh badan ataupun sebagai penebalan kulit yang luas (infiltrat) yang tampak
mengkilap dan berminyak.
Kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)
Mikrobakterium leprae masuk kedalam tubuh. Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah lepromatosa.
Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit imonologik.
PATOFISIOLOGI
Manifestasi KlinisPada kulit
Bercak/kelainan kulit
yang merah atau putih
dibagian tubuh
Bercak yang tidak gatal dan Kulit
mengkilap
bagian tubuh yang tidak
berkeringat atau tidak berambut
Lepuh tidaknyeri.
Pada saraf
Rasa kesemutan
Nyeri pada anggota
badan atau muka
Gangguan gerakan anggota badan atau bagian muka
cacat (deformitas) danluka (ulkus)
Indeks Morfol
ogi (IM)
Indeks Bakteri (IB)
Pemeriksaan Bakteriologi
akibat invasi masif M.
Leprae
akibat resisten terhadap obat
kusta
akibat kerusakan
saraf
akibat imunitas yang
menurun
akibat reaksi
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan pada penderita
kusta
Rehabilitasi kusta
Perawatan tangan yang mati rasa
(anestesi)
Perawatan tangan yang bengkok ( kontraktur )
Perawatan mata yang tidak
tertutup rapat (lagoptalmus)
Perawatan luka Kusta
Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur.Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan.Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi. Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada tangan.Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat.
Rehabilitasi
kusta
Prinsip dari perawatan luka adalah imobilisasi dengan
mengistirahatkan kaki yang luka ( misalnya : tongkat, bidai ),
merawat luka setiap hari dengan membersihkannya, membuang jaringan mati, dan menipiskan
penebalan kulit yang selanjutnya di kompres.
Perawatan luka Kusta
Gunakan cermin setiap hari untuk melihat apakah ada mata merah, bila ada segera laporan ke petugas puskesmas.Tariklah kulit di sudut mata ke arah luar dengan jari tangan sebanyak 10 kali setiap latihan, lakukan 3 kali sehari.Lindungi mata dari sinar matahari, debu dan angin.
Perawatan mata yang tidak tertutup rapat
(lagoptalmus)
Perawatan tangan yang mati rasa (anestesi)
Lindungilah tangan yang mati rasa dari panas, benda kasar dan tajam untuk mencegah
luka.
Rendamlah tangan setiap hari dengan air bersih dalam
baskom selama 30 menit untuk menjadikan kulit lembab.
Olesi dengan minyak kelapa bersih dalam keadaan lembab.
Setelah di rendam gosok kulit menebal dengan batu apung
untuk menjadikan kulit melembut.
Perawatan tangan yang bengkok ( kontraktur )
Latih jari tangan yang bengkok 3 kali sehari, supaya jari-jari tangan tidak menjadi kaku.
Luruskan jari-jari tangan yang bengkok dengan tangan yang lain sebanyak 20 kali setiap latihan, lakukan 3 kali sehari.
Pengobatan pada penderita
kusta
Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan
mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit
penderita, mencegah terjadinya cacat atau
mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug
therapy pada penderita kusta terutama pada tipe
Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber kuman menularkan kepada
orang lain
• 1. integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi.
• 2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi jaringan
• 3.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
• 4.Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
(RENCANA TINDAKAN)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur sembuh.
Kriteria hasil :1) Menunjukkan regenerasi jaringan 2) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada lesi
1. Kaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka Rasional: Memberikan inflamasi dasar tentang terjadi proses inflamasi dan atau mengenai sirkulasi daerah yang terdapat lesi.2. Berikan perawatan khusus pada daerah yang terjadi inflamasiRasional: Menurunkan terjadinya penyebaran inflamasi pada jaringan sekitar.3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan adakah penyebaran pada jaringan sekitarRasional: Mengevaluasi perkembangan lesi dan inflamasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu direndamRasional: Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan khusus untuk mempertahankan kebersihan lesi5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekananRasional:Tekanan pada lesi bisa maenghambat proses penyembuhan
Diagnosa 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur hilang
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi dapat berkurang dan nyeri berkurang dan beraangsur-angsur hilang
Diagnosa 2 1. Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri Rasional: Memberikan informasi untuk membantu dalam memberikan intervensi.2. Observasi tanda-tanda vitalRasional: Untuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien3. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasiRasional: Dapat mengurangi rasa nyeri4.Atur posisi senyaman mungkinRasional: Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri5. kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasiRasional: Menghilangkan rasa nyeri
Diagnosa 31. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman Rasional: Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas2.Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada kulitRasional: Oedema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas3.Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktifRasional: Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/ sendi4.Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan untuk memberikan periode istirahatRasional: Meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien terhadap aktifitas5.Dorong dukungan dan bantuan keluaraga/ orang yang terdekat pada latihanRasional: Menampilkan keluarga / oarng terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat teratasi dan aktivitas dapat dilakukan
Kriteria hasil: 1) Pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari, 2) Kekuatan otot penuh
DIAGNOSA
4
Kriteria hasil :1) Pasien menyatakan penerimaan situasi diri2) Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif
1.Kaji makna perubahan pada pasienRasional: Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba. Ini memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal2.Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan dan kemarahan. Perhatikan perilaku menarik diri.Rasional: penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan3.Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan kenyakinan yang salahRasional: meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas4.Berikan penguatan positifRasional: Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif5.Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekatRasional: meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon yang lebih membantu pasien
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh dapat berfungsi secara optimal dan konsep diri meningkat