tugas b,rani

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung udara (alveoli). Gelembung- gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2masuk kedalam darah dan CO2dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen. Asma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang menyebabkan spasmr bronkus. Asma merupakan reaksi hypersensitive yang disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan faktor fsikologis. Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang terutama menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator. Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olahraga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada 2 anak yang asmanya belum bermanifestasi. Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor

Upload: dicky-firman

Post on 26-Sep-2015

234 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung udara (alveoli). Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari: sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran darah, O2masuk kedalam darah dan CO2dikeluarkan dari darah. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner: ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar; arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari tubuh masuk ke paru-paru distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen. Asma adalah suatu gangguan jalan nafas pada bronkus yang menyebabkan spasmr bronkus. Asma merupakan reaksi hypersensitive yang disebabkan oleh biokimia, imunologi, infeksi, endokrin dan faktor fsikologis. Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang terutama menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator. Serangan Asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olahraga bisa dihindari dengan minuman obat sebelum melakukan olahraga. Dan upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada 2 anak yang asmanya belum bermanifestasi. Mencegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetik merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat elerginitis tinggi pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok.

B. Tujuan

Untuk mengetahui tentang Asmatikus.

Untuk mengetahui tentang etiologi asmatikus.

Untuk mengetahui tentang manifestasi klinik asmatikus.

Untuk mengetahui tentang patofisiologi asmatikus.

Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang asmatikus

Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan asmatikus

Untuk mengetahui tentang pencegahan asmatikus

C. Pembatasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya membicarakan tentang anatomi fisiologi dan konsep dasar asmatikus.

D. Rumusan Masalah

1. Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan adalah :

2. Apa yang dimaksud dengan pengertian asmatikus.

3. Apa saja etiologi asmatikus.

4. Apa saja manifestasi klinik asmatikus.

5. Apa saja patofisiologi asmatikus

Definisi:

Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat madik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang terutam menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator.

Definisi Asma

Global Initiative for Asthma

(GINA) mendefinisikan asma sebagai

gangguan inflamasi kronik saluran nafas

dengan banyak sel yang berperan,

khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada

orang yang rentan

inflamasi dapat menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada

tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.

Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala

mengi

serta

batuk dengan karakteristik sebagai beriku

t; timbul secara

episodik dan atau kr

onik, cenderung pada malam hari atau

dini hari

(nokturnal), musiman. Adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik

dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan,

serta adanya riwayat asma at

au atopi lain pada pasien atau

keluarga,

sedangkan seba

b

-

sebab lain sudah disingkirkan (Nelson, 1996).

Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang

praktis dalam bentuk batasan operasional yaitu mengi berulang terkadang

disertai batuk persisten

dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara

epis

odik, cenderung pada malam hari atau

dini hari (nokturnal), musiman,

faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik, dan bersifat reversibel baik

secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya ri

wayat asma

atau atopi la

in pada pasien atau keluarganya (PPIDAI, 2004).

KLASIFIKASI ASMA:

1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :

a. Asma bronkhiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan

b. Status asmatikus

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan.

c. Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian

2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)

a. Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.

b. Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.

3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

1) Asma Intermiten (asma jarang)

gejala kurang dari seminggu

serangan singkat

gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan

FEV 1 atau PEV > 80%

PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%

2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)

gejala lebih dari sekali seminggu

serangan mengganggu aktivitas dan tidur

gejala pada malam hari > 2 kali sebulan

FEV 1 atau PEV > 80%

PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% 30%

3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

gejala setiap hari

serangan mengganggu aktivitas dan tidur

gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu

FEV 1 tau PEV 60% 80%

PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%

4) Asma severe persistent (asma persisten berat)

gejala setiap hari

serangan terus menerus

gejala pada malam hari setiap hari

terjadi pembatasan aktivitas fisik

FEV 1 atau PEF = 60%

PEF atau FEV variabilitas > 30%

4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)

a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,

b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,

c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,

d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.

Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian

ETIOLOGIASMA

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.

1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

c. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik

2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :

a. Pemicu Asma (Trigger)

Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.

Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

b. Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).

3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:

a. Faktor predisposisi

Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.

2) Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.

3) Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.

4) Stres

Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

5) Gangguan pada sinus

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.

6) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

Tanda dan gejala :

1. Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten dan wheezing pada waktu inspirasi, lebih sering terutama pada malam hari.

2. Batuk-batuk dengan lendir yang lengket : kesulitan pada ekspektoransi

3. Gelisah, usaha bernafas dengan keras.

4. Bernafas melalui sela-sela bibir

5. Sianosis

6. Takipnea

7. Nadi cepat

PEMERIKSAAN PENUNJANGASMA:

1. Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.

Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus

Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

Terdapatnya neutrofil eosinofil

2. Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma

Gas analisa darah

Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk

Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi

Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.

Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

3. Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:

Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.

Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.

4. Pemeriksaan faal paru

Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.

Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.

5. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :

Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah jarum jam

Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB

Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.

KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.

2.Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen, defisiensi oksigen darah

4. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

Penatalaksanaan :

1. Peroide dinatar waktu serangan

a. Hilangnya penyebab dari lingkungan penderita asma yang alregic

b. Derivat amniphilin oranl.

c. Beta alfa agonis oral atau inhalasi

d. Inhalasi kostikostiroid yang tidak diserap, beclometazone

e. Modifikasi reaksi alergen antibidy dengan inhalasi cromolyu

f. Kostikostiroid oral untuk kasus yang berat

2. Serangan akut

a. Hidrasi adekuat sangat penting

b. Epinefrin subkutan atau simpatomimetik lain sering membantu pada permulaan serangan.

c. Derivat aminophilin parenteral.

d. Inhalasi bronkho selektive beta agonist pada serangan ringan.

e. Serangan yang hebat mungkin memerlukan pengobatan steroid dan dipertahankan untuk jangka waktu lama dengan dosis selektif minimum bila serangan hilang timbul.

3. Status Asmatikus

a. Serangan asma yang lama dan berat dapat berbahaya bagi jiwa klien

b. Harus diberikan pengobatan yang cepat seperti pada serangan akut.

c. Pengobatan seperti pada searangan akut.

d. Harus diberikan hiodrokortison secara intar vena.

e. Terapi O2 mungkin perlu pada penderita yang dapat menahan CO2.

f. Mungkin memelukan inkubasi endotracheal dan bantuan ventilator.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I. POLA FUNGSIONAL

1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan

Keluhan Utama / Kesehatan umum :

Sesak nafas.

Riwayat Pentyakit Sekarang ( ssi PQRST) :

Kuarang lebih pukul 19.00 malam kx sesak nafas (perlahan-lahan dada sakit, tidak bisa diam). Kemudian oleh keluarganya dipanggilkan mantri (disuntik Aminophilin) tapi kx tetap sesak (TD : 120 /90 mmHg, Resp. 16 x/m, nadi : 64 x/m Suhu : 37,1 oC ) sehingga oleh keluarganya sekitar Pukul 20:30 wita di bawa ke RS Ulin ini (Tgl 28 3 02).

Penggunaan obat sekarang

IVFD D5 % + 1 amp Aminopihlin 20 tts/m.

Kalmitahsone 1 amp / 8 jam .

GG 3x 1 tab.

Antasid 2 x 1

Dexamethasone 3 x 1 amp

B. compleks 3x1

O2 3 liter / menit

Riwayat Penyakit dahulu :

Mulai umur 12 th kx mulai sering sesak nafas terutama setelah bermain dan suhu yang dingin. Dari keluarganya tidak ada DM, Hipertensi, Hepatitis .Klein baru 1 x masuk RS.

Upaya epncegahan : berobat ke Puskesmas Gambut (disuntik aminophilin dan obat tablet ) dan ke Mantri (suntik aminopihlin).

Penyakit masa anak :

Panas dan batuk biasa setelah berobat kx sembuh.

Alergi :

Suhu dingin

Kebiasaan :

Tembakau pernah, sejak 12 tahun, jenis Gudang Garam jumlah 1 bungkus / hari. Alkohol : pernah, jenis bir Bintang 1 2 gelas tidak pernah mabuk. Riwayat penggunaan obat lain pernah, jenis Asmason jumlah 1x/hari. Bila kx terasa sesak.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx menderita seperti kx. Ayah kx menderita asma telah meninggal 5 tahun yang lalu.

Riwayat Sosial :

Kx anak paling bungsu dari 7 bersaudara, kx mudah bergaul sehingga banyak mempunyai teman, kx sering pergi dengan teman-temannya misalnya : ke pameran, dan ke Sekumpul.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Masukan nutrisi sebelum sakit :

Pagi : nasi + lauk + air putih (1 piring + 2 3 gelas air)

Siang: Sda

Sore : Sda

Pantangan makan : lumbok , sahang, nangka.

Kudapan Sore tidak ada.

Saat sakit

Saat sakit,pagi BB TKTP (2 3 sendok),siang dan malam sama saja dengan pagi. Nafsu makan normal, tetapi kx hanya makan 2 3 sendok karena sesak nafas (bila tidak sesak kx dapat menghabiskan diet yang diberikan). Kesulitan menelan tidak ada, keadaan gigi atas dan bawah penuh. Penggunaan Protesa tidak ada . fluktuasi BB 6 bualan terakhir tetap 51 Kg.

Pemeriksaan fisik

Tanda vital : TB 158 sm, BB 51 Kg

Kulit :

Warna normal (sawo matang), suhu 35 oC , torgur baik (N < 1 detik). Edema tidak ada , lesi dan memar tidak ada.

Rambut dan kulit kepala :

Keadaan rambut : kering tebal dan warna rambut hitam.

Mulut :

Hygiene bersih,gusi normal tidak ada perdarahan, warna merah muda, gigi normal, tidak ada careis. Lidah normal, mocosa warna merah muda, tonsil normal tidak ada peradangan, Wicara normal tapi saat sesak baicara kx terputus putus dan singkat.

Abdomen :

Pembesaran hepar dan lein tidak ada.

3. Pola eliminasi

Faeces

Kebiasaan defekasi : 1 ( satu )x /hari, defekasi terakhir selama di Rumah Sakit tidak ada BAB. Masalah konstipasi dan diare tidak ada.

Abdomen struktur simetris, frekuensi bising usus : 9 x/m, distensi tidak ada.

Urine

Kebiasaan miksi :frekuensi > 3 x/hari. Masalah dalam kencing tidak ada tidak menggunakan alat bantu.

Pemeriksaan fisik

Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk negatif. Blast tidak ada distensi.

4. Pola Aktivitas Latihan

Klien dapat beraktivitas secara mandiri seperti mandi, berpakaian, toeliting, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi dan pemeliharan kesehatan. Klien tidak menggunakan alat bantu.

Pemeriksaan fisik :

Pernafasan / sirkulasi; tanda vital TD : 110/80 mmHg. Nadi 40 x/m. Resp. 20 x/m. Kualitas dangkal,cepat dan irreguler. Kx sesekali batuk + dahak (lendir + warna putih). Bunyi nafas tidak ada . Kelainan wheezing pada waktu ekspirasi.

Pemeriksaan Fukus Sistem Respirasi :

Infeksi :

Bentuk dada : simetris. Sifat pernafasan : nafas dada. Pola nafas : takhipnea. Ritme : inspirtasi lebih panjang dari ekspirasi ( cepat dan dangkal ) irregular.

Pemakaian otot pernafasan ada. Frekwensi : 20 x/menit. Postur: normal.

Palpasi :

Nyeri tekan tidak ada. Massa tidak ada. Premitus vokal melemah. Kesimetrisan ekspansi dada simetris.

Perkusi :

Bunyi perkusi paru : hiperresonan.

Auskultasi :

Bunyi nafas tambahan : wheezing ( ekspirasi ). Kualitas suara : kalimat terpatah-patah.

F Riwayat Keperawatan dan Kesehatan

Keluhan/ masalah mulai dirasakan semajak umur 12 tahun yang lalu. Berkembang perlahan-lahan. Keluhan menghilang setelah mendapat terapi (minum obat). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : minum obat , istirahat / mengatur posisi. Riwayat kelaurga dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx berpenyakit yang sama seperti kx. Ayah klien penderita sama telah meninggal 5 tahun yang lalu.

F Faktot pencetus :

a. Kebiasaan merokok

Mulai umur 12 tahun px mulai merokok . ketika lulus Tsanawiyah ( 16 tahun) menjadi perokok aktiv. 1 bungkus / hari. Sering kontak dengan perokok. Durasi 5 10 menit setelah rokok yang dihisap habis.

b. Pekerjaan

Membantu orang tua disawah.

c. Data Rekreasi

Hobby main gitas dan menyanyi. Mengisi waktu luang dengan istirahat/tidur/main gitar.

d. Data lingkungan

Kx tinggal dipinggir jalan raya dan kx tidak punya hewan piaraan.

F Riwayat Psikologis

klien menganggap sudah biasa terhadap penyakit yang dideritanya, kx sangat memperhatikan pengobatannya. Pengaruh sakit terhadap cara hidup / pola hidup kx, cukup berpengaruh ( apabila sesak nafas kx kambuh, kx tidak dapat bekerja ). Kx telah terbiasa dengan penyakit dan pengobatan yang telah dilakukan. Keluarga dapat menerima keadaan kx dan selalu berusaha membantu dalam pengobatan kx terutama pada saat sesaknya kambuh.

Gejala yang muncul :

a. Batuk

Frekwensi kadang-kadang, jenis batuk tidak produktif, batuk bertambah berat setelah beraktifitas. Batuk muncul bila terasa banyak sekret pada tenggorokan. Posisi yang enak saat batuk adalah duduk.

b. Sekresi

Jenis mokoid, warna putih dan ditambah lendir, viskositas agak kental berlendir, jumlah sedang ( cc / hari ), tidak berbau.

c. Dispnoe

Dapat timbul bila aktivitas berlebihan. Waktu tidak tentu. Serangan dan faktor prefitasi adalah suhu dingin dan batuk. Kulit teraba dingin, berkeringat dingin muka tampak pucat.

d. Nyeri dada

Gambaran rasa nyeri seperti diremas-remas. Serangan perlahan - lahan. Lokasi dada kiri dan kanan. Datang ketika sesak nafas. Faktor yang dapat mengurangi setelah diberi obat dan istirahat. Nyeri timbul pada saat sesak nafas. Cukup mengganggu terhadap aktivitas dengan skala nyeri 2.

5. Pola Tidur Istirahat.

Kebiasaan 8 jam /hari, siang 2 jam, malam 5 jam , di Rs kx tidak bisa tidur, malam tadi ( 2 jam ). Setelah bangun tidur kx tidak merasa segar , insomnia kerena sesak nafas. Penampilan fisik lelah/letih konjunktiva pucat.

6. Pola Kognitif dan Konseptual

Pendengaran normal, vertigo tidak ada, terdapat nyeri akut seperti diremas-remas pada dada kiri dan kanan. Penatalaksaan nyeri mengatur posisi yang nyaman dan minum obat.

Pemeriksaan fisik :

Mata pupil isokor, status mental compus mentes, GCS 455

7. Pola Persepsi Diri/ Konsep diri

Kx merasa sanggup dengan masalah financial dan perawatan di RS ini baik. Kedaan emosional stabil, konsep diri : kx dapat menerima penyakitnya.

8. Pola Peran/Hubungan.

Status pekerjaan tidak tetap, keluarga peduli terhadap kx, terlihat dari banyak keluarga dan saudaranya yang menengok kx di RS.

9. Pola Seksualitas.

Tidak ada masalah

10. Pola Koping -Toleransi Stress.

Klien dapat beradaptasi dengan penyakitnya, cara pengambilan keputusan, dibantu oleh kakak dan orang tuanya. Kejadian terbesar seperti PHK, perceraian, dll tidak pernah terjadi

LAPORAN KASUS :Nn.B 18 thn ,Agama Islam,dan nama walinya adalah Tn. Eko. Masuk kerumah sakit pada tanggal 27 april 2011klien masuk melalui poliklinik penyakit dalam , dengan keluhan sesak napas , saat dilakukan pemeriksaan, Nn. B mengeluh sesak pada saat ia bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan abdomen. Klien juga mengatakan lemah,lemas dan hanya bias berbaring saja karena susah bernapas jika beraktifitas, aktivitas sehari hari klien di bantu oleh keluarganya. Skala nyeri klien adalah 5 . Klien mengatakan 3 tahun yang lalu pernah, ia pernah dirawat di rumah sakit dengan sakit yang sama, dan dokter saat itu mengatakan bahwa dia sakit asma. Nn.B tampak lelah, dan nmengatakan adanya alergi pada debu, dan sangat rentan kena asma pada udara malam.ny. N Menggunakan otot bantu pernapasan, tampak adanya pernapasan cuping hidung. Pada saat pengkajian klien tampak susah bernapas dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil pemeriksaan fisik klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi : 113x/mnt, klien tampak lemah dan letih, wajah klien tampak pucat. Hasil pemeriksaan radiologi paru Nn.B , didapati hiperinflasi pada parunya.PengkajianNama Perawat : Perawat DilaTanggal Pengkajian : 28 April 2011 Ruang Perawatan Dahlia, Rumah Sakit RespatiJam Pengkajian : 08.00 wibTanggal Masuk : 27 April 20111. Biodata :Pasien Nama : Nn. BAgama : IslamPendidikan : SMAPekerjaan : -Status Pernikahan : Belum MenikahAlamat : JogjakartaDiagnosa Medis : Status AsmatikusPenanggung Jawab Nama : Tn. EkoAgama : IslamPendidikan : Sarjana EkonomiPekerjaan : Admin di sebuah perusahaan swastaStatus Pernikahan : MenikahAlamat : JogjakartaHubungan dengan klien : Orang tua2. Keluhan utama :Klien mengeluh sesak napas.3. Riwayat Kesehatan :a. Riwayat Penyakit Sekarang :Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. b. Riwayat Penyakit Dahulu :Klien menderita penyakit asma sejak 3 tahun yang lalu.4. Basic Promoting physiology of Health1. Aktivitas dan latihanKlien sangat lemah sehingga untuk aktivitas yang berat dibantu keluarga dan aktivitas yang dikerjakan pasien hanya sebatas ringan saja, seperti membaca buku, dan menonton TV. 2. Tidur dan istirahatUntuk istirahat klien mengatakan tidak pernah mengalami masalah, kecuali pada saat penyakitnya kambuh.3. Kenyamanan dan nyeriKlien mengatakan nyeri yang dirasakannya mengganggu. Saat dilakukan pengkajian nyeri didapatkan :P : saat terkena debu dan udara malamQ : nyeri yang dirasakan klien terus menerusR : pada dadaS : skala nyeri 5T : sekitar 15 menit4. NutrisiKlien masuk rumah sakit dengan BB 50 kg, sebelum masuk rumah sakit nafsu makan klien baik. Sejak masuk rumah sakit, klien mengatakan nafsu makannya kurang. 5. Cairan, elektrolit dan asamPasien mengatakan dalam sehari minum pasien minum 6 gelas blimbing, dalam 1 gelas ukurannya 200 cc.Minum 6 gelas sehari = 6 x 200 = 1200 mlInfus 500 cc/6 jam = 4 x 500 cc = 2000Air metabolisme 5/kg BB/hari=5x69=345mlIntake=1200+2000+345=3545mlUrin = 5 x 300= 1200 ml/hariIWL =14/kg/hari=15 x 69= 1035mlIWL = IWL+200 (suhu sekarang - 370C) = 1035 + 200(38 - 37) = 1235Output=1500+100+1235=2835BC =Intake-Output=4545-2835= + 1710mlpH =7,286. OksigenasiPada saat masuk rumah sakit klien mengalami sesak nafas dan dyspnea / sakit saat bernafas, RR karakteristik pernapasan.7. Eliminasi fekal/bowelKlien BAB normal dalam sehari 1X, klien mengatakan jarang sekali menderita diare.8. Eliminasi urinKlien BAK dengan mudah dan tidak merasa sakit saat BAK ataupun ada keluhan lain saat BAK.9. Sensori, persepsi dan kognitifKlien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Kllien juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan alat bantu untuk berjalan. Pendengaran klien masih normal dan tidak mengalami gangguan. Penciuman klien masih normal.5. Pemeriksaan Fisik kuantia. Keadaan umum pasien tampak lemah dan wajah tampak pucat. GCS berapa, kualinya apa??? Pemeriksaan TTV didapatkan hasil : TD : 100/70 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 26x/menit, suhu : 37,7 0C.b. Pemeriksaan kepala (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): bentuk kepala klien mesochepal, tidak terdapat lesi, tidak ada hematom, rambut klien bersih tidak rontok. Pemeriksaan muka : muka klien tampak pucat, berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera klien berwarna putih bersih, terdapat sekret pada mata, konjunctiva anemis. Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada polip. Pada pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering, tidak ada stomatitis. Pada telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.c. Pemeriksaan leher , leher klien simetris tidak ada penyimpangan, tidak ada pembesaran kelenjar tyhroid, saat dilakukan pengukuran JVP didapatkan nilai 2 cm, tidak ada kaku kuduk, tidak terjadi kesusahan dalam menelan.d. Pemeriksaan dada dibagi jadi 2 : a) Pulmonal /paru - Inpeksi : bentuk tulang dada simetris, tetapi saat bernapas klien terlihat pengembangan dada yang tidak simetris.- Palpasi : pada saat dilakukan palpasi volal fremitus dapat terasa getaran yang berat .- Perkusi : suara perkusi yang dapat dihasilkan dari paru-paru klien terdapat pekak yang menunjukkan banyak sekret.- Auskultasi : saat dilakukan auskultasi terdapat suara whweezing pada pernapasan klien.b) Coroner / jantung Auskultasi = Terdapat suara bunyi jantung yaitu S1 dan S2 yang berarti tidak ada gannguan pada jantung. e. Pemeriksaan abdomen 1. Inspeksi : bentuk abdomen klien simetris, tidak asites ataupun kemerahan2. Auskultasi : karakter bunyi peristaltiknya normal, frekuensi peristaltic ususnya didapatkan nilai 12x/menit masih dalam rentang normal.3. Palpasi : saat dilakukan palpasi terdapat terdapat nyeri tekan, karena adanya pengaruh otot pada abdomen.4. Perkusi : Kajian jenis & lokasi bunyitympani (normal pd usus) hypertimpani (kembung), menentukan batas hepar.f. Pada Genetalia klien warnanya sama dengan warna kulit,tidak terdapat lesi pada vulva, Pada palpasi tidak terdapat nyeri.g. Pengkajian ekstremitas, klien terdapat edema dan kekuatannya ototnya melemah.B. Diagnosa Keperawatana) Analisa DataNo Data Fokus Etiologi Problem1. DS : klien mengatakan sesak pada saat ia bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan abdomen. adanya alergi pada debu.DO : klien tampak susah bernapas dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil pemeriksaan fisik klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi : 113x/mnt Spasme jalan napas Bersihan jalan napas tidak efektif2. Ds: Klien mengatakan sesak pada saat bernafas,nyeri pada dada dan abdomen.Do: Klien tampak lemah,letih, dan wajah tampak pucat.Hasil pemeriksaan Radiologi menunjukan terjadi Hiperinflasi pada parunya .Menggunakan otot bantu pernapasan, tampak adanya pernapasan cuping hidungPada TTV klien menunjukkan :TD : 120/80.RR : 29x/menit.Nadi : 113x/menit. Penurun energi/kelelahan. Pola nafas tidak efektif.3. Ds: Klien mengatakan sesak saat bernapas , batuk kering, dan nyeri pada dada dan abdomen.Klien juga mengatakan lemah, lemas, dan hanya bisa berbaring saja karena susah bernapas saat beraktivitas.DO : Terlihat TTV klien :TD: 120/80, RR : 29 x/menit, dan nadi 113 x/menit.Wajah Klien tampak pucat.Aktivitas Sehari klien dibantu oleh kelurga Kelemahan Intoleransi Aktivitasb) Diagnosa Prioritas 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan Spasme jalan napas yang ditandai dengan klien mengatakan sesak pada saat ia bernapas, batuk kering dan nyeri pada dada dan abdomen. adanya alergi pada debu dan klien tampak susah bernapas dan ketika ekspirasi terdengar bunyi wheezing. Dari hasil pemeriksaan fisik klien didapatkan TD : 120/80, RR : 29 x/mnt , Nadi : 113x/mnt.2. Pola napas tidak efektif berhungan dengan penurunan energi atau kelelahan ditandai dengan Klien mengatakan sesak pada saat bernafas,nyeri pada dada dan abdomen, Klien tampak lemah,letih, dan wajah tampak pucat ,Hasil pemeriksaan Radiologi menunjukan terjadi Hiperinflasi pada parunya dan Pada TTV klien menunjukkan TD : 120/80, RR : 29x/menit dan Nadi : 113x/menit.3. Intoleransi aktivitas berhungan dengan kelemahan yang dintai dengan Klien mengatakan sesak saat bernapas , batuk kering, dan nyeri pada dada dan abdomen, Klien juga mengatakan lemah, lemas, dan hanya bisa berbaring saja karena susah bernapas saat beraktivitas dan Terlihat TTV klien TD: 120/80, RR : 29 x/menit, dan nadi 113 x/menit. Wajah Klien yang tampak pucat dan aktivitas- aktivitas Sehari klien dibantu oleh kelurga.c) Rencana Tindakan KeperawatanNama : Nn.B No. CM : 12455Umur : 18 tahun Tanggal masuk RS : 28 april 2011Ruang : - Diagnosa : Status AsmatikusNo Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi TTD1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pada Tn.A, diharapkan jalan nafas klien menjadi efektik dengan kriteria hasil :1. Klien merasa nyaman ditandai dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada serta abdomen yang diarasakan klien berkurang.2. Klien tidak mengeluh sakit saat batuk.3. TTV klien dalam rentang normal yaitu :RR : 16 24x/menitNadi : 60 100x/menit4. bunyi nafas bronkhovesikuler pada daerah bronkus5. bunyi nafas vesikuler di semua lapang paru 1. Kaji TTV2. Lakukan pemeriksaan austulkasi3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotik 1. Untuk mengetahui perubahan keadaan klien meliputi nadi, TD, RR, dan suhu2. Untuk mengetahui adanya bunyi tambahan3. Untuk merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa4. Untuk membunuh kuman yang terdapat pada sputum ( staphilococcus ) Dila2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien B,selama 2x24 jam. Diharapkan pola nafas dapat kembali normal. Dengan kriteria hasil:1. Sesak napas klien mulai berkurang2. Tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan3. Tidak ada lagi pernapasan cuping hidung TD : 110/70-120/80mmHg, RR :4. TTV dalam batas normal yaitu 16-24x/menit, nadi : 60-100x/menit, suhu : 36,5-37,50C 1. Kaji TTV klien.2. Beritahu klien untuk banyak istirahat3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen ( 2-4 liter/menit )4. Ajarkan klien untuk nafas dalam5. kalaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan ventilator mekanis.1. Mengidentifikasi keadaan umum klien.2. Untuk memulihakan kondisi kelelahan klien3. Agar kebutuhan oksigen klien terpenuhi 4. Agar dapat mengatur pernapasan klien5. Untuk merencanakn terapi oksigen yg akan diberikan pada klien.Dila3 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan kepada Nn. b selama 3 x 24 jam pasien mampu melakukan aktivitas, dengan kriteria hasil :a. Keadaan umum baik..b. Klien mampu memenuhi kebetuhan sehari-hari dibantu keluarga dan perawat seminimal mungkin.c. klien dapat melakukan ROM pasif1. Observasi KU klien2. Dekatkan alat- alat yang dibutuhkan klien.3. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.4. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Dengan mengobservasi keaadaan umum pasien.2. Dengan mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien dapat melatih pasien untuk tidak bergantung dengan orang lain.3. Dengan membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan dapat mengurangi aktivitas klien.4. Untuk memenuhi kebutuhan klien Dilad) Catatan PerkembanganNama : Nn.B No. CM : 12455Umur : 18 tahun Tanggal masuk RS : 28 april 2011Ruang : - Diagnosa : Status AsmatikusDx Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi TTD1 28/4/2011

07.0007:0011:0011:301. Mengkaji KUS : Klien bersedia diukur TTV nya.O : RR : 26x/menit. bunyi pernapasan wheezing2. Melakukan pemeriksaan auskultasiS : pasien bersedia dilakukan pemeriksaan bunyi napasO : terdengar suara napas wheezing yang semakin berkurang3. berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator (sanbutamol)4. berkolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotic amoxiline 500mgS : klien mengeluh masih terasa sedikit sesak saat bernapasO : RR : 26x/menitBunyi napas wheezing A : Tujuan belum tercapai.P : Intevensi 1,2,3,4,dan 5 dilanjutkan

2. 28/04/2011

07:0007:3011:0011:3012.001. mengkaji TTV klien.S : klien mengatakan masih susah untuk bernapasO: di dapati TTV klien RR : 29 x/mnt , tampak pernapasan cuping hidung, pasien tampak menggunakan otot bantu pernapasan2. memberitahu klien untuk banyak istirahatS : klien mau mendengarkan saran perawatO: klien tampak dengan sungguh sungguh melakukan saran perawat3. mengkolaborasi dengan dokter untuk pemberian oksigen ( 2-4 liter/menit )4. mengajarkan klien untuk nafas dalamS; klien memperhatikan dengan baik pengajaran perawatO: klien dapat melakukan dengan benar tapi masih susah untuk bernapas5. mengkolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan ventilator mekanis.03/05/2011S: klien mengatakan belum merasa nyaman dalam bernafas.O: klien masih tampak sesak napasA: tujuan belum tercapaiP: Lanjutkan intervensiNo: 1, 2, 3,dan 4 3. 28/04/2011 07.0007:30

11:0011:3012.30 1. Mengobservasi Keadaan Umum O : Keadaan umum lemah.2. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.S : Klien mengatakan tidak bisa mengambil alat-alat yang dibutuhkan.O : Klien terlihat kesulitan mengambil alat-alat yang dibutuhkan.3. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.S : Klien mengatakan bahwa klien merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.O : Kebutuhan sehari-hari klien dapat terpenuhi.4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien.O : Keluarga klien mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien karena keluarga belum terbiasa.5. Mengkolaborasi dengan ahli gisi dengan dalam pemberian nutrisiTanggal 03/ 05 / 2011 Pukul 13.50S : Klien mengatakan belum dapat melakukan aktivitas sendiri.O : Keadaan umum lemahKlien menunjukkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara mandiri.Intake nutrisi klien terpenuhi dengan baik.A : Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi 1,2,3,dan 4 dilanjutkan. Dx Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi TTD1. Mengkaji KUS : Klien bersedia diukur TTV nya.O : RR : 24x/menit. Suara napas bronkovesikuler2. Melakukan pemeriksaan austulkasiS : pasien bersedia dilakukan pemeriksaan bunyi napasO : terdengar suara napas bronkovesikuler3. berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator ( sanbutamol)4. berkolaborasi dengan dokter pemberian obat antibiotic amoxiline 500mgS : klien mengatakan sudah tidak terasa sesak saat bernapasO : RR : 24x/menitBunyi napas bronkovesikuler A : Tujuan tercapai.P : Intevensi dipertahankan1. Mengobservasi Keadaan Umum O : Keadaan Umum Baik.2. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.S : Klien mengatakan dapat mengambil alat-alat yang dibutuhkan.O : Klien terlihat mampu mengambil alat-alat yang dibutuhkan.3. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.S : Klien mengatakan bahwa klien merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.O : Kebutuhan sehari-hari klien dapat terpenuhi.4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien.O : Keluarga klien sangat antusias dalam membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien.5. Monitor intake nutrisi.O : Intake nutrisi klien terpenuhi dengan baik.Tanggal 08/05/ 2011 Pukul 13.50S : Klien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitas sendiri.O : Keadaan umum baikKlien mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Intake nutrisi klien terpenuhi dengan baik.A : Masalah teratasi.P : Intervensi dipertahankan