254156048-penyakit-menular-docx.doc

22
PENATALKSANAAN PEMBERSIHAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH KAMAR JENAZAH Penertian Tata cara dan proses yang dilakukan oleh pengguna kamar jenazah meliputi cara pembersihan dan pengelolaan sampah infeksius di kamar jenazah. Tujuan 1. Sebagai salah satu upaya dalam pencegahan infeksi nosokomial. 2. Kamar jenazah difungsikan sesuai dengan seharusnnya. 3. Pembuangan sampah kamar jenazahsesuai dengan prosedur. Kebijakan 1. Terdapat tempat sampah medis, non medis dan benda tajam. 2. Tersedia sarana untuk mencuci tangan : handwash dan handrub. 3. Tersedia perlengkapan APD : sarung tangan, apron, masker dan tutup kepala. 4. Petugas yang melakukan penatalaksanaan diruang jenazah harus menggunakan APD. 5. Tersedia tempat untuk linen kotor infeksius ataupun non infeksius. 6. Pembersihan kamar jenazahdilakukan secara rutin terjadwal dan setiap setiap setelah digunakan. 7. Semua limbah dan sampah dari kamar jenazahdibuang sesuai dengan prosedur pembuangan sampah. 8. Prosedur pembersihan kamar jenazah dilakukan sama seperti prosedur pembersihan lainnya. Prosedur 1. Laporkan segera ke bagian keamanan bila ada pasien yang meninggal di ruangan perawatan RS. 2. Jenazah di antar oleh petugas keamanan dan perawat ruangan/intensif/UGD ke kamar jenazah. 3. Jenazah diperlakukan sesuai prosedur penatalaksanaan jenazah sebelum diserahkan kepada keluarga. 4. Sampah bekas penggunaan kamar jenazahdi buang sesuai dengan jenis sampahnya : benda tajam, infeksius dan non infeksius. 5. Segera bersihkan ruangan jenazah prosedur pembersihan dan cairan desinfektan yang digunakan mengacu pada prosedur pembersihan. 6. Linen bekas jenazah yang terpapar cairan tubuh dimasukan ke dalam linen infeksius. 7. Rapikan semua peralatan yang ada di dalam kamar jenazah. 8. Semua petugas setelah meninggalkan kamar jenazah mencuci tangan. Unit Terkait Unit Keperawatan, Unit Itensif, Unit Gawat Darurat. PENGGUNAAN APD

Upload: kurniawan

Post on 11-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PENATALKSANAAN PEMBERSIHAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH KAMAR JENAZAH

Penertian Tata cara dan proses yang dilakukan oleh pengguna kamar jenazah meliputi cara pembersihan dan pengelolaan sampah infeksius di kamar jenazah.

Tujuan 1. Sebagai salah satu upaya dalam pencegahan infeksi nosokomial.

2. Kamar jenazah difungsikan sesuai dengan seharusnnya.

3. Pembuangan sampah kamar jenazahsesuai dengan prosedur.

Kebijakan 1. Terdapat tempat sampah medis, non medis dan benda tajam.2. Tersedia sarana untuk mencuci tangan : handwash dan handrub.

3. Tersedia perlengkapan APD : sarung tangan, apron, masker dan tutup kepala.

4. Petugas yang melakukan penatalaksanaan diruang jenazah harus menggunakan APD.

5. Tersedia tempat untuk linen kotor infeksius ataupun non infeksius.

6. Pembersihan kamar jenazahdilakukan secara rutin terjadwal dan setiap setiap setelah digunakan.

7. Semua limbah dan sampah dari kamar jenazahdibuang sesuai dengan prosedur pembuangan sampah.

8. Prosedur pembersihan kamar jenazah dilakukan sama seperti prosedur pembersihan lainnya.

Prosedur 1. Laporkan segera ke bagian keamanan bila ada pasien yang meninggal di ruangan perawatan RS.

2. Jenazah di antar oleh petugas keamanan dan perawat ruangan/intensif/UGD ke kamar jenazah.

3. Jenazah diperlakukan sesuai prosedur penatalaksanaan jenazah sebelum diserahkan kepada keluarga.4. Sampah bekas penggunaan kamar jenazahdi buang sesuai dengan jenis sampahnya : benda tajam, infeksius dan non infeksius.5. Segera bersihkan ruangan jenazah prosedur pembersihan dan cairan desinfektan yang digunakan mengacu pada prosedur pembersihan.6. Linen bekas jenazah yang terpapar cairan tubuh dimasukan ke dalam linen infeksius.

7. Rapikan semua peralatan yang ada di dalam kamar jenazah.

8. Semua petugas setelah meninggalkan kamar jenazah mencuci tangan.

Unit Terkait Unit Keperawatan, Unit Itensif, Unit Gawat Darurat.

PENGGUNAAN APD

Pengertian Aturan dan tata cara menggunakan APD sesuai dengan indikasi dan kebutuhan.

Tujuan 1. Efektif dan efisien dalam menggunakan APD.

2. Menghindari terjadinya paparan.

3. Sebagai salah satu upaya dalam mengurangi dan mencegah kejadain infeksi melalui transmisi organism secara kontak, air bone, droplet dan vechicle.4. Menurunkan angka infeksi nosokomial.

Kebijakan 1. Pergunakan APD sesuai dengan transmisi penyakit.

2. Pergunakan APD sesuai dengan indikasi ruangannya.

3. Untuk APD (apron dan google) yang bersifat reuseable harus dilakukan atau diproses secara betul dan dilakukan desinfeksi.

4. APD diruangan tertentu digunakan berdasarkan klinis atau perkembangan penyakit pasien (MRSA dan patigen multi resisten).

Prosedur Klasifikasi ruangan yang menggunakanAPD :

1. Kamar bedah : masker dan tutup kepala.

2. Penyedia makanan (Gizi) : tutup kepala, apron dan masker saat menyajikan makanan dan sarung tangan khusus saat menjamah makanan siap saji.

3. Ruang isolasi : sesuai dengan indikasi klinis pasien yang di rawat.

4. Ruang farmasi depo dan area racik obat : masker dan sarung tangan saat melakukan penaoplosan atau pencampuran obat.

5. Ruang washer CSSD : tutup kepala, masker, sarung tangan, apron, google area selain ruang washer hanya maskerdan tutup kepala.6. Ruang washer endoscopy : masker, google, sarung tangan, apron.

7. Ruang pengambilan sample darah : sarung tangan

Penggunaan APD pada tindakan ;

1. Sarung tangan : sebelum melakukan tidakan bersih (persiapan obat dan makanan) dan tindakan aseptic ( memasang infuse, memasang kateter)

2. Sarung tangan : sebelum tindakan yang berisiko terpapar cairan tubuh ( melepas kateter ifuse )

3. Masker : sebelum melakukan tindakan beriko terpapar percikan ludah ( melakukan bronkoskopi, intubasi)

4. Google : sebelum melakukan tindakan berisiko terpapar percikan cairan tubuh ke badan (menangani pasien dengan diare difus, menolong persalinan)

Penggunaan APD berdasarkan transmisi mikroorganismenya :1. Droplet tranmisi infeksi : masker

2. Air borne transmisi infeksi : masker

3. Kontak transmisi : sarung tangan.

Unit Terkait Unit Keperawatan, Penunjang Medis, Pelayanan Medik

PRE CLINING

Pengertian Suatu proses pencucian linen kotor dengan chemical dekontaminasi dan desinfektan dari infeksi menjadi bersih dan siap dipakai kembali.

Tujuan Agar mencegah terjadinya infeksi

Kebijakan Seluruh linen infeksi harus di cuci menggunakan desinfektan.

Prosedur Persiapan alat :

1. Masker

2. Hand Scoon

3. Seragam Kerja

4. Sepatu boot

5. Scort plastic

6. Mesin cuci

7. Chemical

Cara kerja :

1. Memakai perlengkapan kerja seperti

Masker

Hand scoon

Seragam kerja

Sepatu boot

Scort plastic

2. Mengaktifkan panel dan memanaskan water heater 30 menit sebelum operasional.3. Memutar tombol On/Off keposisi On4. Memisahkan linen kotor yang telah diambil dari masing-masing ruangan sesuai infeksi dan non infeksi.5. Timbang linen yang telah dipisahkan dengan berat 1 X pencucian = 20 kg.6. Masukkan linen yang telah ditimbang kedalam mesin pencucian kemudian tutup pintu mesin7. Atur program pencucian Program 1 : untuk pencucian linen tanpa noda

Program 2 : dipakai untuk nada berat (infeksi) dan non spotting Program 3 : dipakai untuk pencucian kain yang lembut atau hand washed

8. Setelah temperature diatur

Tekan tombol hijau untuk start

9. Masukkan chemical sesuai tempat dengan takaran/ukuran untuk : Linen putih tanpa noda :

1) Detergen : 20 kg = 120 gram

2) Alkali : 20 kg = 120 gram

3) Active chlor : 20 kg = 60 gram

4) Sour : 20 kg = 40 gram

5) Soft : 20 kg =100 ml

Linen putih noda

1) Detergent : 20 kg =120 gram

2) Alkali :20 k = 120 gram

3) Actife chlor : 20 kg = 40gram

4) Sour : 20 kg =40 gram

5) Soft : 20 kg =100 ml

Linen bayi/warna ( bedong, popok, selimut bayi, sarung tangan/kaki bayi, baju bayi)

1) Best det 100 : 20 =120 gram

2) Oxy bleach : 20 kg =60 gram

3) Alkali best : 20 kg 120 gram

4) Best sour : 20 kg = 40 gram

5) Best soft : 20 kg =100 ml

Bed cover

1) Best det : 20 kg = 120 gram

2) Oxy bleach : 20 kg = 60 gram

3) Best sour : 20 kg = 120 gram

4) Best sour : 20 kg = 100 ml Seragam kamar operasi/laundry/CSSD/VK

1) Best det 100 :20 kg = 120 gram

2) Oxy bleach :20 kg = 60 gram

3) Alkali best : 20 kg = 120 gram

4) Best sour : 20 kg =40 gram

5) Best soft : 20 kg = 100 ml

6) Release : 20 kg =100 ml

Bed cover/selimut

1) Release : 20 kg =100 ml

2) Best soft : 20 kg = 100 ml

10. Mencuci tangan/spotting

Liquid Detergent (LD)

Bleach liquid

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Kapasitas linen dan temperature mesin serta panas air

Pemisahan linen

Pemakaian chemical

Unit terkait -

PROSES PEMBERSIHAN DAN DESINFEKSI MAINAN ANAK

Pengertian Tindakan untuk membersihkan dan proses desinfeksi pada peralatan mainan anak dan perlengkapannya dengan menggunakan metode desinfeksi dengan menggunakan cairan desinfektan

Tujuan 1. peralatan mainan anak menjadi bersih dan aman untuk digunakan dan dipakai kembali.

2. Sebagai salah satu upaya mengurangi dan memutuskan rantai resiko informasi.

3. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dan mencegahrisiko terjadinya infeksi nosokomial pada anak.

Kebijakan 1. Pembersihan dan desinfeksi dilakukan satu kali dalam satu minggu dan apabila tampak kotor.

2. Pilih mainan yang dapat dengan mudah dibersihkan dan didesinfeksi.

3. Jangan menggunakan mainan boneka berbulu jika dipakai bersama-sama.4. Bersihkan dan disinfiksi mainan besar ( misalnya, papan seluncuran, permainan mendaki, dll.

5. Mainan yang sudah kotor segera lakukan pembersihan dan disinfiksi, kemudian simpan dalam wadah berlabel yang tempatnya terpisah dari mainan yang bersih dan siap untuk digunakan.

6. Peralatan mainan anak yang dapat dibersihkan dan di disinfiksitermasuk ke dalam klasifikasi peralatan non-kritikal.7. Gunakan cairan pembersih atau cairan desinfektan yang aman, tudak meninggalkan bau dan tidak merusak peralatan permainan anak.

8. Lakukan proses pembersihan dan pencucian ditempat yang besih dengan ketersediaan air bersih yang memadai dan cukup.9. Lakukan proses monitoring sebelum dan sesudah proses pembersihan dan desinfeksi.

Prosedur Persiapan alat :

a. Cairan desinfektan ( chlorine 1:100 )

b. Kom atau tempat untuk merendam

c. Air bersih

Persiapan petugas :

a. Gunakan APD : sarung tangan, masker.

b. Lakukan cuci tanganCara kerja

1) Petugas mencuci tangan

2) Siapkan kom atau tempat rendaman.

3) Isi dengan air kran dan siapkan.

4) Jika terdapat sisa kotoran besar seperti muntahan, bilas lah dulu di bawah air mengalir.

5) Rendam semua bagian mainan dengan cairan desinfektan (chlorine 1:100) selama 10-20 menit

6) Bilas dibawah air mengalir untuk menghilangkan dan membersihkan bekas-bekas cairan desinfektan sampai bersih.

7) Keringkan tanpa menggunakan lap/tissue.

8) Simpan dalam wadah berlabel yang tempatnya terpisah dari mainan yang belum bersih.

9) Mainana siap untuk dimainkan kembali.

10) Rapikan peralatan.

11) Petugas melepaskan APD.

12) Buang sampah/limbah sesuai jenisnya.

13) Petugas mencuci tangan.

Hal-hal yang harus di perhatikan :

a. Peralatan mainan anak yang lebih tua dapat di bersihkan dengan tissue/lap alcohol 70% (tidak di cuci).b. Proses pembersihan mainan anak dari bahan plastik atau visual dapat dilakukan dengan menggunakanchlorine di mesin pencuci piring pada pengaturan terpanas.

Unit terkait Rehabilitasi medis, poliklinik anak, keperawatan (baccarea)

PELAPORAN PATHOGEN MULTI RESISTEN

Pengertian Suatu proses tindakan yang dilakukan jika terjadi atau teridentifikasinya jenis mikroba multi resisten.

Tujuan 1) Melakukan upaya pencegahan terhadap resiko penularan2) Melakukan penatalaksanaan dan perawatan serta tindaklanjutnya.

Kebijakan 1. Setiap laboratorium mikrobiologi mengisolasi bakteri multi resisten dari spesimen ( MRSA, VRSA, VRE, dll ) petugas analis harus ke Ketua Komite PPI

2. Setiap pasien yang teridentifikasi bakteri multi resisten dilakukan kewaspadaan kontak

Prosedur Petugas laboratorium

1. Analis mikrobiologi yang memeriksa sample dam menemukan bakteri multi resisten menghubungi dan menginformasikan hasilnya langsung ke Ketua Komite PPI2. Analis mikrobiologi mencatat semua temuan dalam dokumen atau buku

Komite PPI

1. Ketua komite PPI mengintruksikan kepada Ketua Tim PPI untuk menindaklanjuti temuan bakteri multi resisten

2. Ketua tim ppi berkoordinasi dengan perawat di ruangan yang menangani atau merawat pasien tersebutuntuk melakukan tindakan-tindakan yang di perlukan yang menyangkut penatalaksanaan kewaspadaan kontak seperti :

a. Penempatan pasien ( isolasi ) sesuai SPO Isolasi

b. Penggunaan dan penatalaksanaan APD yang tepat sesuai SPO Penggunaan APD

c. Penatalaksanaan untuk transportasi pasien isolasi ( penentuan APD yang di gunakan )

3. Ketua Tim PPI melaporkan kepada Ketua Komite PPI hasil observasi dan kondisi pasien setiap harinya, termasuk perubahan-perubahan yang di temukan4. Ketua Komite PPI menyertakan data-data temuan hasil bakteri multi resisten ke dalam data survalensi bakteri multi resisten.

Unit terkait Unit Keperawatan Dan Laboratorium Mikrobiologi

TINDAKAN DESINFEKSI DIRUANGAN

Pengertian Tindakan untuk membersihkandan proses desinfeksi alat, barang dan bahan sebelum dilakukan proses tindakan pengemasan dan sterilisasi

Tujuan 1. Supaya alat, barang dan bahan aman untuk tindakan selanjutnya 2. Mencegah terjadinya infeksi silang

3. Supaya dapat segera dipergunakan kembali

Kebijakan 1. Dilakukan segera setelah alat selesai dipergunakan

2. Gunakan cairan desinfektan dengan kandungan zat aktif alcohol atau derivatnya ( isopropyl, ethanol ) dengan lama proses desinfeksi 10 detik sampai 15 detik.

3. Proses desinfeksi dengan menggunakan cairan yang di spray, tidak menggunakan metode desinfeksi rendaman

4. Lakukan pembilasan dan pengeringan setelah proses desinfeksi

5. Proses desinfeksi, pembilasan dan pengeringan dilakukan di dirty utility.

Prosedur Persiapan peralatan

1. Cairan desinfektan dalam botol spray

2. Kain atau lap untuk mengeringkan

Pelaksanaan untuk ruang perawatan dan poliklinik

1. Semprotkan cairan desinfektan pada alat atau instrument yang telah digunakan

2. Biarkan selama 10 detik sampai 15 detik

3. Bilas segera di bawah air mengalir dan di tempat khusus (dirty utility)

4. Keringkan segera dengan menggunakan kain atau lap pengering

5. Simpan peralatan atau instrument ditempat yang bersih atau pada tempat khusus (box container atau keranjang bertutup)

6. Setelah selesai tindakan perawat melakukan cuci tangan.

Pelaksanaan untuk kamar bedah

1. Semprotkan desinfektan pada peralatan operasi setelah operasi selesai

2. Biarkan selama10 sampai 15 detik sambil meunggu proses serah terima

3. Serah terimakan dengan CSSD untyuk proses penatalaksanaaan selanjutnya.

Unit terkait CSSD, kamar bedah, ruang perawatan dan poliklinik.

PERALATAN SEKALI PAKAI

(SINGLE USE)

Pengertian Semua peralatan dan barang yang hanya boleh digunakan sekali pakai dan tidak digunakan kembali, baik dalam tindakan diagnostic, therapy dan tindakan perawatan.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial dari peralatan

2. Sebagaj upaya dalam mencegah terjadinya resiko KTD.

3. Sebagai upaya pelaksanaan pasen safety.

Kebijakan 1. Perhatikan pengemas atau petunjuk dari barang dan peralatan yang akan digunakan : reusable atau single use.

2. Buang segera setelah peralatan atau barang single use digunakan.

3. Tidak boleh menggunakanbarang atau peralatan single use, jika kemasan barang single use rusak, bocor, robek atau terkena paparan (kotor)

4. Jangan dipergunakan jika barang single use terkontaminasi saat akan digunakan.

5. Pembuangan sampah berdasarkan pada jenis sampah medis, non-medis dan benda tajam, jika terpapar cairan tubuh buang kedalam sampah medis infeksius.

Prosedur Identifikasi peralatan atau barang

1. Perhatikan pembungkus atau pengemas barang, pastikanpengemas barang dalam kondoso baik, tidak rusak, robek, bocor ataupun terpapar kotor

2. Perhatikan symbol atau petunjuk dari barang yang terdapat dalam pengemas atau pada buku panduannya :

Symbol atau Petunjuk

KeteranganHanya sekali pakaiSingle use

Tidak bisa di pakai kembaliNon reusableBisa di pakai kembaliautocaleableBisa di pakai kembali, gunakan autoclave untuk tindakan sterilisasi ulang3. Perhatikan isi barang dalam pengemas atau pembungkus,jangan digunakan jika terdapat rusak, tidak utuh atau mengalami kecacatan.

4. Perhatikan tanggal kadaluarsa, jangan digunakan jika telah melewati masa kadaluarsa.

Unit terkaitUnit CSSD, Kamar Bedah Dan Unit Keperawatan

PENATALAKSANAAN RENOVASI BERDASARKAN INDIKASI INOS

Pengertian Tindakan dan kegiatan renovasi bangunan dan rumah sakit berdasarkan padakemungkinan dan klasifikasi timbulnya kejadian infeksi nosokomial.

Tujuan 1. Menentukan risiko kemungkinana terjadinya infeksi akibat dari kegiatan renovasi.

2. Salh satu upaya dalam mengurangi dampak atau kejadian infeksi akibat paparan renovasi.

3. Menjadi panduan dalam melaksanakan kegiatan renovasi.

Kebijakan 1. Tipe proyek dan risiko renovasi di tentukan berdasarkan klasifikasi ruangan .2. Tentukan tingkat dari pelaksanaan pengendalian infeksi yang diperlukan.

3. Setiap tindakan renovasi harus mendapatkan rekomendasi atau mengacu pada panduan dari KPPI.

4. Kegiatan renovasi yang dibuat harus disepakatioleh seluruh tim yang bertanggung jawab untuk kegiatan renovasi.

5. Setiap tindakan penambahan bangunan atau penambahan area harus di sesuaikan dengan aturan pengadaan fasilitas tambahan lainnya seperti : kamar mandi atau wastafel.

6. Kegiatan renovasi untuk tipe renovasi : III dan IV harus mendapatkan persetujuan secara tertulis dari KPPI.

7. Setiap kegiatan renovasi harus mengisi foam : Izin Renovasi Pegendalian Infeksi dari KPPI.

Prosedur

1. Tentukan tipe proyek renovasia. Tipe A : inspeksi dan aktivitas non invasive

Termasuk tapi tidak terbatas pada :

Pemindahan potongan plafon untuk insfeksi, terbatas pada 1 potongan setiap 50 kali

Mengecat (tetapi tidak mengamplas).

Plester dinding, pekerjaan pemotongan listrik, pengerjaan pipa kecil, dan aktivitas lain yang tidak menimbulkan debu ataupun tidak memerlukan pemotongan dinding atau akses ke plafon kecuali untuk insfeksi viual.b. Tipe B : aktivitas jangka pendek dalam skala kecil yang menimbulkan sedikit debu.

Pemasangan kabel telepon dan computer

Akses ke area chase. Pemotongan dinding atau plafon dimana migrasi/pemindahan

c. Tipe C : pekerjaan yang menimbulkan debu dalam skala menengah sampai besar atau memerlukan penghancuran atau pemindahan komponen tetap bangunan atau pemasangan.

Termasuk tetapi tidak terbatas pada :

Pengamplasan dinding untuk pengecatan atau plester dinding

Pemindahan dari penutup lantai, penutup plafon, dan casework Konstruksi dinding baru

Pekerjaan pipa kecil atau listik diatas plafon Aktivitas pemasangan kabel mayor

Setiap aktivitas yang tidak dapat di selesaikan dalam satu sift kerja

d. Tipe D : proyek penghancuran dan konstruksi besar

Termasuk tetapi tidak pada :

Aktivitas yang memerlukan shif kerja yang berturut-turut

Memerlukan penghancuran berat atau pemindahan dari keseluruhan system kabel

Konstruksi baru

2. Klasifikasikan risiko berdasarkan area ruangan :

a. Risiko rendah : ruang kantor

b. Risiko menengah : kardiologi, echocardiography, endoscopy, terapi nuklir, terapi fisik,rdiologi/MRI, terapi respiratory.

c. Risiko tinggi : CCU, UGD, Maternity,laboratorium (sample), ruang bbayi baru lahir, pembedahan RJ, Ruang Rawat Anak, farmasi, Perawatan Pasca Anastesi, Unit Bedah

d. Risiko paling tinggi : area perawatan pasien imuno compromised, unit luka bakar, cathlab jantung, CSSD, ICU, Unit Perawatn Medis, Ruang Isolasi Tekanan Negative, Onkologi, Kamar Bedah termasuk untuk tindakan S.C3. Klasifikasikan kelas perhatian berbanding tipe konstruksi dan kelompok risiko.

Kelompok risiko

Tipe renovasi

Tipe A

Tipe B

Tipe C

Tipe D

Kelompok risiko rndahI

II

II

III/IV

Kelompok risiko menengahI

II

III

IV

Kelompok risiko tinggiIII/IVIII/IVIVKelompok risiko paling tinggi

II

III/IV

III/IV

IV

4. Pelaksanaan :

Setiap akan melakukan renovasi, unit UPSRS harus berkoordinasi dengan KPPI.

Unit UPSRS harus mengajukan daftar kegiatan renovasi yang akan dilakukan.

Lakukan identifikasi tipe dan tingkat risiko dari pengajuan kegiatan renovasi oleh KPPI.

Unit UPSRS mengisi form izin renovasi dari KPPI

Unit UPSRS dalam melaksanakan kegiatan renovasi jika memungkinkan dan bersifat tidak darurat dapat di kerjakn diluar perawatan pasien.

Unit UPSRS dan KPPI melakukan koordinasi dengan unit kebersihan rumah sakit. Segera setelah kegiatan renovasi sampah dan buangan hasil renovasi harus segera dibersihkan.

Unit terkait UPSRS dan Manager Proyek Renovasi

PENATALAKSAAN DAN KEGIATAN EDUKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Pengertian Aturan dan tata cara melaksanakan pendidikan serta sosialisasi pencegahan danpengendalian terhadap kejadian infeksi nosokomial

Tujuan 1. Sebagai salah satu program kerja KPPI

2. Salah satu upaya dalam mengurangi resiko kejadian infeksi nosokomial

3. Salah upaya dalam menerapkan konsep kerja yang aman

4. Menerapkan konsep keselamatan pasien

5. Mendidik dan mengenalkan tata cara dan tehknik pencegahan dan pengendalian infeksi.

Kebijakan 1. Di lakukan pada setiap karyawan baru masuk2. Kegiatan bersifat wajib untuk diikuti

3. Merupakan salah satu aspek dalam penilaian karyawan

4. Jadwal edukasi dan sosialisi diatur oleh diklat

5. Pemberi materi bisa bersifat internal dari KPPI atau external6. Konsep edukasi mengacu pada keilmuan terbaru.

Prosedur 1. Daftar karyawan baru dari HRD diserahkan ke Diklat

2. Diklat menyusun jadwal kegiatan yang meliputi :

a. Hari

b. Tanggal

c. Waktu

d. Tempat kegiatan

e. Materi

f. Pemberi karyawan yang wajib mengituti kegiatan3. Daftar kegiatan di informasi ke KPPI

4. Ketua KPPI menyiapkan bahan untuk edukasi

5. Bahan materi edukasi di buat dalam bentuk presentasi yang mudah untuk dimengerti dan di pahami.

6. Ketua KPPI menugaskan ketua tim atau anggota komite sebagai pembicara

7. Menginformasikan ke diklat jika perubahan pembicara atau materi yang di beritakan.

8. Memberikan materi sesuai dengan program edukasi dari KPPI

9. Melakukan evaluasi selama edukasi dengan melakukan sesi tanya jawab10. Pemberi materi membuat laporan ke ketua KPPI hasil dari kegiatan edukasi disertai dengan copy absensi kehadiran peserta

11. Laporan selanjutnya di laporkan ke direktur beserta saran dan rekomendasi.

12. Melakukan analisa dari hasil kegiatan edukasi dengan melakukan monitoring atau evaluasi lapangan sesuai dengan dan kebijakan KPPI.

Unit Terkait Diklat dan HRD

PENATALAKSANAAN DAN KEGIATAN RE-EDUKASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Pengertian Aturan dan tatacara melaksanakan pengulanagan sosialisasi pencegahan dan pengendalian terhadap kejadian infeksi nosokomial.

Tujuan 1. Sebagai bagian dari rangkaian program kerja KPPI

2. Upaya dari PPI untuk senantiasa menerapkan konsep PPI3. Bagian dari upaya evaluasi dan monitoring terhadap PPI

4. Upaya PPI bagi seluruh karyawan untuk senantiasa melaksanakan dan mengingatkan tentang kegiatan PPI

5. Memberi informasi terbaru dari ilmu PPI

Kebijakan 1. Dilakukan pada seluruh karyawan dengan masa kerja sudah stu tahun

2. Kegiatan bersifat wajib untuk di ikuti satu kali setahun oleh seluruh karyawan

3. Merupakan salah satu aspek dalam penilaian karyawan

4. Jadwal edukasi dan sosialisai di atur oleh diklat

5. Pemberi materi bisa bersifat internal dari KPPI atau external

6. Konsep re-edukasi mangacu pada keilmuan terbaru.

Prosedur 1. Daftar karyawan dari HRD diserahkan ke Diklat

2. Diklat menyusun jadwal kegiatan yang meliputi :

a. Hari

b. Tanggal

c. Waktu

d. Tempat kegiatan

e. Materi

f. Pemberi materi ataupembicara

g. Daftar karyawan yang wajib mengituti kegiatan.

3. Daftar kegiatan di informasikan ke KPPI

4. Ketua KPPI menyiapkan bahan untuk edukasi

5. Bahan materi re-edukasi dibuat dalam bentuk presntasi yang mudah untuk di mengerti dan di pahami.

6. Ketua KPPI menugaskan ketua Tim atau anggota komie sebagai pembicara

7. Menginformasikan ke diklat jika ada perubahan pembicara atau materi yang di berikan

8. Memberikan materi sesuai dengan program edukasi dari KPPI

9. Melakukan edukasi selama edukasi dengan melakukan sesi tanya jawab

10. Pemberi materi membuat laporan ke ketua KPPI hasil dari kegiatan edukasi dengan copy absensi kehadiran peserta

11. Laporan selanjutnya di laporkan ke direktur beserta saran dan rekomendasi

12. Melakukan analisa dari hasil kegiatan edukasi dengan melakukan monitoring atau evaluasi lapangan sesuai dengan program dan kebijakn KPPI.

UNIT TERKAIT Diklat dan HRD

PERHITUNGAN DAN MONITORING KEPATUHAN KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIENE)

Pengertian Suatu cara perhitungan dan tindakan yang diklakukan untuk memantau terhadap kepatuhan seluruh staf rumah sakit dalam menjalankan dan menjaga kebersihan tangan

Tujuan 1. Menilai angka pencapaian kepatuhan kebersihan tangan rumah sakit

2. Sebagai parameter dan evaluasi keberhasilan program kerja KPPI dalam upaya redukasi infeksi nosokomial dari kenersiahan tangan

3. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan dari seluruh staf rumah sakit dalam melakukan tindakan kebersihan.

Tujuan 1. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan mengacu pada konsep lima langkah tepat mencuci tangan (five moment).2. Prosedur observasi harus :

a. Data anonim, rahasia.

b. Observasi langsung, terbuka, objektif

c. Izin kepada coordinator

d. Privasi pasien

e. Tidak menganggu pelayanan

f. Tidak pada situasi emergensi

g. Berdiri dekat pelayanan terjadi

h. Tidak memakai jam tangan, perhiasan

i. Kualitas cuci tangan tidak di nilai

j. Yang di amati : haya saat pemberian pelayanan terhadap pasien

3. 200 kesempatan per periode obsevasi dan per unit obsevasi ( lokasi, pegelompokan profesi ) :

a. 100 kesempatan perawat.b. 40 kesempatan dokter umum dan spesialisc. 30 kesempatan penunjang medisd. 30 kesempatan outsorsing ( keamanan, kebersiahan dan laundry )4. Penilaian termasuk pada handwash dan handrub

5. Obsevasi atau monitoring dapat dilakukan setiap waktu oleh IPCLN.

6. Perhitungan dilakukan bersama-sama IPCN dan di laporkan ke ketua komite PPI untuk di bahas bersama anggota komite PPI.

7. Konsep tools monitoring mengacu pada refrensi yang terkini ( WHO .2009 )

ProsedurPersiapan :

1. Alat tulis : pensil atau pena

2. Tools monitoring :

Facility: periode number:

Service:date

(dd/mm/yy)Ward:

Departemant:

Cara pengisian :

1. Facility: nama rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan

2. Periode number: priode pengisian sebelum atau sesudah tindakan

3. Session number: nomor urut waktu data untuk di analisa

4. Service: unit pelayanan

5. Date: tanggal kegiatan observasi dilakukan

6. Observer: inisial petugas yang melakukan kegiatan obsevasi

7. Ward: nama unit perawatan

8. Star and end time: jam mulai dan jam selesai observasi

9. Page number: nomor urut formulir jika menggunakan formulir lebih dari Satu

10. Department: klasifikasi unit ( surgical, medical or intensif )

11. Session Duration: waktu dimana observasi dilakukan di suatu bangsal: diberi nomor dan dihitung waktunya ( waktu mulai dan selesai ) untuk menghitung durasi. Harus berakhir dalam 20 menit (+10 menit)12. City: nama kota tempat pelayanan.

13. Facility: institusi, departemant pelayanan sector bangsal.

14. Prof. cat (profession category ): petugas kesehatan yang di observasi di kelompokkan berdasarkan empat kelompok professional utama.15. Opp (opportunity ): kesempatan yang harusnya dilakukan untuk mencuci tangan

16. Indication: alasan mencuci tangan, kelima indikasi atau di pilih satu saja :

a. Bef-pat : sebelum kotak dengan pasienb. Bef-asept : sebelum tindakan aseptic

c. Aft-b.f : setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

d. Aft-pat : setelah kontak dengan pasien

e. Aft-p.suur : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien17. HH action : tindakan cuci tangan yang dilakukan (handrubbing atau handwashing) atau tidak melakukan.

18. Missed : kesempatan untuk mencuci tangan namun tidak dilakukan

Cara perhitungan :

1. Lakukan penjumlahan pada masing-masing profesi yang melakukan

2. Jumlahkan semua tindakan yang dilakukan

3. Jumlahkan semua kesempatan yang dilakukan

4. Bagi total tindakan dengan kesempatan

5. Kalikan dengan 100 persen

Tindakan yang dilakukan

X 100 % = kepatuhanJumlah kesempatan6. Kepatuhan kebersihan tangan rumah sakit adalah pejumlah semu kepatuhan berdasarkan profesi di bagi total profesi yang di observasi kali 100 persen

Kepatuhan seluruh profesi yang di amati

X 100%Jumlah profesi yang di amati

Catata n :

1. Indikasi tidak ekslusif dapat tunggal atau multiple dalam satu waktu

2. Sekurangnya satu indikasi menentukan kesempatan

3. Beberapa indikasi dapat menentukan satu kesempatan

4. Pengamat harus mendeteksi minimal satu indikasi untuk menghitung satu kesempatan (beberapa indikasi terjadi secara silmutan dan menentukan satu kesempatan )

5. Tidakan cuci tangan seharusnya sesuai dengan kesempatan yang di hitung6. Tindakan cuci tangan yang tidak berhubungan dengan indikasi yang jelas tidak dicatat.

Unit TerkaitSeluruh Unit

PENENTUAN MASA KADALUARSA

Pengertian Suatu proses yang dilakukan untuk menentukan masa kadaluarsa dari suatu alat atau set instrument yang di kemas dan di produksi oleh pusat sterilisasi

Tujuan 1. Agar baranga atau peralatanaman untuk digunakan2. Diketahuinya tanggal kadaluarsa sehingga alat dapat identifikasi dan ditarik kembali untukdilakukan proses ulang

3. Sebagai indicator dan control kualitas dari barang yang di produksi atau di kemas di pusat strelisasi

Kebijakan 1. Penentuan masa kadaluarsa barang ditentukan berdasarkan hasil kultur dan identifikasi mikroorganisme melalui proses swab laboratorium

2. Penentuan swab berdasarkan pada kewenangan oleh komite PPI

3. Swab dilakukan pada benda yang terdapat dalam kemasan

4. Tehknik dan tata proses kultur mengacu pada standar prosedur operasioanal laboratorium mikrobiologi

5. Kondisi keasan menentukan kondisisterilisasinya yang mana kemasan bocor, rusak, terbuka dan terpapar kotoran dinyatakan sudah tidak steril lagi.6. Perubahan indicator kimia dalam dan hasil biological serta Bowiedick ters menentukan kondisi barang steril

7. Sampel yang diambil adalah kemasan yang telah disterilkan dengan masa waktu berkisardrai : 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 ulan, 5 bulan dan 6 bulan

Prosedur Persiapan sampel :

1. Siapkan beberapa sampel barang yang ilakukan proses sterilisasi dengan autoclave dan gas eto seperti :

a. Instrument satuan yang terbungkus dengan poches

b. Set instrument yang dikemas dengan container set.

c. Instrument yang menggunakan double kemasan seperti :

1. Pouches dengan kertas selulosa

2. Pouches dengan linen

3. Pouches dalam kemasan container set

2. Kemasan yang dijadikan sampel harus :

a. Tidak ada bocor, robek atau terpapar kotoran

b. Hasil Bowiedick test positif

c. Hasil biological test negatif

d. Adanya perubahan pada indikator kimia luar3. Kemasan yang disimpan dan telah dibuat stelah proses sterilisasi dengan masa waktu 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan 6 bulan.

4. Lakukan proses pengambilan swab sesuai standar operasional prosedur pengambilan swab dari laboratorium mikrobiologi.

Penentuan masa kadaluarsa :

1. Hasil swab di informasikan ke unit sterilisasi

2. Masa kadaluarsa ditentukan berdasarkan hasil swab negative pada barang yang dikemas dan telah disterilkan selama : 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan 6 bulan.

3. Setiap barng yang dikemas diberikan label dan dibuat tanggal kadaluarsanya yang dihitung dari tanggal masa sterilisasinya.

Unit terkait -

PEMBERSIHAN LEMARI ES

Pengertian Suatu kegiatan rutin pembersihan lemari es secara berkala.

Tujuan 1. Agar lemari es yang digunakan untuk menyimpan obat selalu dalam keadaan bersih dan higyenis.

2. Agar obat-obata dapat disimpan dalam lemari sesuai dengan range suhu 1-8 C.

3. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melakukan pembersihan lemari es.

Kebijakan Pembersihan lemari es dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Prosedur 1. Petugas yang dad di masing-masing unit yang memilki lemari es melakukan pembersihan lemari es dengan terlebih dahulu memindahkan semua obat-obatan yang di simpan di lemari es ke dalam cool box yang berisi cool pack yang dilengkapi dengan thermometer.2. Matikan lemari es sebelum dibersihkan.

3. Jika ada bekuan es yang berada di freezer biarkan mencair terlebih dahulu.

4. Bersihkan lemari es dengan menggunakan kain bersih yang dibasahi.

5. Pastikan semua bagian lemari es telah bersih

6. Pada saat dilakukan pembersihan, suhu cool box selalu dipantau.

7. Setelah lemari es bersih, segera nyalakan lemari es.

8. Setelah suhunya berada dalam range 2-8 C, masukan kembali obat-obatan yang telah dikeluarkan ke dalam lemari es yang telah dibersihkan.

9. Dokumentasikantindakan yang dilakukan dalamformulir pemnataun suhu.

Unit terkait Keperawata, Farmasi

PEMBERSIAHAN DAN STERILISASI PERALATAN GIGI

Pengtian Proses tindakan yang dilakukan pada peralatan dan instrument gigi dimulai dari tindakan pembersihan sampai tindakan sterolisasi.

Tujuan 1. Membersihkan peralatan dan instrument gigisetelah digunakan.

2. Membuat peralatan dan instrument gigi agar siap untuk di pergunakan kembali.

3. Salah satu upaya dalam memutus mata rantai infeksi

4. Mencegah terjadinya paparan pada petugas dan upaya mencegah kejadian infeksi silang pasien ke pasien, petugas ke pasien atau pun dari pasien ke petugas melelui transmisi penularan peraltan.

Kebijakn 1. Lakukan desinfeksi segera setelah alat-alat dipergunakan.

2. Gunakan cairan desinfektan dengan berbahan dasar alcohol dan tidak bersifat korosive.

3. Lakukan pembersihan dengan menggunakan rendaman cairan detergen yang mengandung enzymatic bersufactan dan tidak besifat korosive.4. Lakukan tindakan sterilisasi pada peraltan gigi yang terbuat dari logam dengan mrnggunakan proses sterilisasi uap bertekanan.

5. Gunakan cairan sterilant atau DTT pada peralatan gigi yang tidak tahan panas.

Prosedur Persiapan peralatan

1. Cairan desinfektan dalam bentuk Spray ( cavicide )

2. Cairan enzymatik

3. Cairan sterilant

4. Kom atau tempat untuk membersihkan

5. Washlap besih dan kering

6. Sikat gigi ( jika di perlukan )

7. Gelas ukur

Persiapan petugas :

1. Petugas menuci tangan

2. Petugas mengguakan APD : sarung tangan, masker, dan apron

Cara kerja

1. Pisahkan peralatan dari sampah.

2. Masukan semua peralatan dan instrument bekas pakai ke dalam kom atau bak instrument.3. Semprotkan cairan desinfeksi secara merata pada semua peralatan dan diamkan selama 30 detik.4. Bilas semua peralatan dibawah air mengalir

5. Isi kom atau bak instrument dengan cairan enzymatic dan encerkan sesuai takarn dan rekomendasi dari produk.

6. Masukkan semua instrument dan peralatan gigi ke dalam kom dan diamkan selama 15 menit.

7. Jika diperlukan lakuka penyikatan pada peralatan yang bergerigi.

8. Bilas semua peralatan di bawah air mengalir

9. Semprotkan cairan desinfektan dan diamkan selama 20 detik.

10. Bilas dan keringkan peralatan dengan lap bersih dan kering.

11. Susun peralatan dan instrument ke dalam tepat sterilisasi

12. Nyalakan mesin sterilisasi dan diamkan sampai mesin siap untuk di sterilisasi.

13. Masukan semua peraltan ke dalam mesi sterilisasi.

14. Lakukan proses sterilisasi dengan memilih program sterilisasi sesuai dengan ketentuan : suhu 121C dan 134C.15. Keluarkan peraltan dan simpan dalam tempat yang steril atau diamkan peralatan dalam chamber mesin sterilisasi sampai siap digunakan.

Desinfektan Tingkat Tinggi

1. Siapkan cairan sterilan ( steranios 2% )2. Masukan kedalam kom atau tempat instrument3. Masukan semua peralatan dan pastikan semua peralatan terendam dengan baik.4. Diamkan selama 1 jam ( rekomendasi produk : steril tercapai dalam 1 jam )5. Bilas peralatan dengan air RO atau Aquadet steril sebanyak 3 kali6. Peralatan siap untuk digunakan kembali.Cara kerja pembersihan segera

1. Segera lakukan desinfeksi pada permukaan dan peralatan setelah digunakan pasien.

2. Keringkan dengan lap kering atau kertas tiss3. Buang kertas tisu ke tempat sampah infeksius

4. Jika menggunakan lap masukan lap ke dalam kelompok linen infeksius

5. Jika terdapat paparan atau cairan tubuh pada peralatn, semprotkan cairan desinfektan langsung pada media paparan diamkan selama 15 menit, gunakan kertas tisu diatasnya sampai media paparan terserap langsung buang ke tempat sampah infeksius.

6. Lakukan desinfeksi sekali lagi dan keringkan dengan lap atau kertas tisu.

7. Alat siap digunakan kembali

Unit terkait Poliklinik gigi

SCREENING PASIEN BERISIKO MRSA

Pengertian Screening atau p enapisan pasien yang berisiko MRSA.

Tujuan 1. Untuk mengetahui karier MRSA pada pasien yang berisiko.

2. Untuk menghentikan kontaminasisilang melalui tindakan kewaspadaan kontak yang ketat.

3. Mencegah perkembangan kejadian infeksi MRSA di rumah sakit.

Kebijakan 1. Setiap pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain ( telah di rawat minimal 1 x 24 jam ) akan di lakukan screening MRSA.

2. Screening dilakukan oleh laboratorium mikrobiologi.

3. Biaya pemeriksaan akan di bebankan pada penderita.

Prosedur 1. Apabila ada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain ( telah di rawat minimal 1x24 jam ), dokter akan menghubungi laboratorium mikrobiologi dan mengorder pemeriksaan di Vesalius.

2. Petugas laboratorium akan mengambil smpel yaitu : hidung, perineal dan inguinal, tenggorok, luka erbuka ( bila ada ), sputum ( bila batuk produktif ).3. Apabila hasil positif petugas laboratorium melakukan pelaporan seperti pada SPO Pelaporan Pathogen Multiresisten, dan memasukan hasil ke Vesalius.

4. Apabila hasil positif akan dilakukan dekolonisasi serta screening diulang satu minggu kemudian.

Unit terkait Keperawatan, Laboratorium

PENALAKSANAAN PASIEN DENGAN IMUNOSUPRESI

Pengertian Tindakan dan kegiatan yang dilakukan dalammenangani pasien-pasien dengan penurunan imunitasatau daya tahan tubuh.

Tujuan 1. Agar penularan penyakit dapat dibatasi.

2. Menghindari penularan petugas kesehatan tidak tertur.

3. Sebagai salah satu tujuan dari PPI.

4. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien.

Kebijakan 1. Tempatkan setiap pasien dengan imunosupresi di ruang isolasi. Jika ruang isolasi penuh lakukan kohorting.

2. Tindakan hanya dilakukan pada pasien dengan : HIV/AIDS, Morbili, Pasien dialysis, Pasien dengan pemberian kortikosteroid jangka panjang, Pasien dengan transplantasi organ dan Pasien dengan kemoterapy/kanker.3. Penanganan sampah dan linen bekas pakai pasien dengan imunosupresi diklasifikasikan ke dalam sampah dan linen infeksius.

Proedur 1. Pastikan klinis pasien secara tepat.

2. Persiapkan ruang isolasi.

3. Pastikan kondisi ruangan isolasi tepat dan sesuai dengan linis penyakitnya. Atur kondisi ruang isolasi sesuai dengan prosedur operasional ruang isolasi.

4. Berikan informasi secara jelas bagi petugas dan pengunjung (keluarga) tentang aturan ruang isolasi.

5. Batasi kegatan atau tindakan yang tidak perlu.

6. Observasi dan terapkan secar ketat tindakan hand hygiene baik oleh tenaga kesehatan maupun keluarga.7. Gunakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis transmisi penyakitnya.

8. Buang sampah bekas tindakan pasien dengan imunosupresi pada tempat sampah infeksius.

Unit terkait Unit Keperawatan, Unit Intensif Care

PENATALAKSNAAN SAMPAH RUMAH SAKIT

Pengertian Uatu proses yang dilakukan untuk mengelola sampah atau limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit yang berupa sampah infeksius ( sampah yang terpapar cairan tubuh pasien ), sampah non-infeksius ( sampah yang tidak terkena cairan tubuh pasien ), sampah benda tajam, sampah sitotoktik, limbah B3 ( bahan beracun berbahaya ) dan limbah-limbah cair lainnya ( limbah dari gizi, limbah dari laboratorium ).

Tujuan 1. Mencegah penularan penyakit akibat sampah rumah sakit baik terhadaplingkungan rumah sakitsendiri maupun lingkungan disekitar rumah sakit.

2. Sampah dan limbah rumah sakit dapat ditangani degan baik.

3. Kualitas kesehatan masyarakat disekitar rumah sakit tetap terjaga denagn baik.

4. Menjaga citra rumah sakit.

Kebijakan 1. Sampah infeksius dan non-infeksius dipisahkan dengan mulai dari sumbernya dan di kelola secara terpisah.

2. Jenis sampah dibedakan dengan menggunakan warna plastic ( kuning untuk infeksius, hitam non-infeksius dan ungu untuk sitotoktik ).

3. Sampah infeksius diproses dengan metode insenerasi atau autoklof, kecuali organ tubuh dan sampah sitotoktik harus diinsenerasi.4. Smpah benda tajam mengunakan materi tempat sampah tahan tusuk, tahan air dan idak mudah bocor.5. Tempat sampah menggunakan jenis tempat sampah yang diinjak dan berlabel (infeksius, non-infeksius )6. Sampah infeksius yang telah melalui proses autoklaf diberlakukan sebagai sampah non-infeksius.

Prosedur 1. Sampah infeksius dan non-infeksius diikat setelah 2/3 penuh dan sampah benda ajamditutup setelah penuh.

2. Sampah dari setiap ruangan yang di bawa ke TPS ( tempat pembuangan sementara ) sudah dalam kondisi terikat dimana sampah infeksius dan non-infeksius pada kondisi 2/3 penuh harus diikat.

3. Sampah infeksius dipisahkan dengan sampah non-infeksius dengan membedakan warna kantong.

4. Samph kultur dan stok mikroorganisme di autoklaf di laboratorium, yang selanjutnya dapat dijadikan atau diberlakukan sebagai sampah non-infeksius.

5. Darah dalam jumlah besar seperti kantong darah atau komponennya untuk transfusi yang sudah kadaluarsa atau bersisa karena reaksi teansfusi di buang ke saluran air limbah menuju IPAL ( instalasi pengelolaan air limbah) atau di buang sebagai sampah infeksius untuk diinsenerasi atau di autoklaf.6. Sampah patologi anatomi bagian tubuh di masukan ke kantong kuning dan dikelola sebagai sampah infeksius untuk diinsenerasi.

7. Limbah cair yang bersifat infeksius harus masuk ke zink menuju IPAL ( instalasi pengelolaan air limbah ).

8. Kantong sampah harus diikat dan diganti bila sudah 2/3 penuh oleh petugas kebersihan yang memakai APD lengkap.

9. Sampah non-infeksius dan infeksius dibawa ke tempat penampungan sampah sementara yang terpisah oleh petugas kebersihan dengan trolley sampah yang tertutup memakai APD lengkap.10. Sampah non-infeksius dikelola oleh pihak ketiga ( PEMKOT ) dengan membawa ke tempat pembuangan akhir.

11. Sampah infeksius diautoklaf atau diinsenerasi yang di kelola oleh pihak ketiga.

Unit terkaitSeluruh unit

SERAH TERIMA LINEN KOTOR

Penhertian Suatu proses pengambilan linen kotor ( infeksi dan non-infeksi ) dari unit-unit untuk dilakukan proses pencucian sehingga menjadi linen siap pakai.

Tujuan 1. Agar linen kotor tidak menjadi sumber infeksi

2. Agar proses pengambilan linen kotor ( infeksi dan non-infeksi ) dapat terdata dengan akuarat.

Kebijakan Linen kotor ke dalam kantong tertutup. Linen kotor infeksius menggunakan kantong yang di beri label stiker infeksi ( penghitungan setelah proses pencucian selesai )

Linen kotor dari seluruh ruangan diambil oleh petugas laundry dan petugas linen rumah sakit dengan menggunakan alat pelindung diri untuk dibawa ke Gudang Linen Kotor di basement.

Prosedur 1. Petugas laundry dan petugas linen rumah sakit meyiapkan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti : masker, sarung tangan, baju skort, dan tutup kepala ( nurse cap )2. Petugas linen kotor membawa trolley melallui LIFT SERVICE. Kegiatan mulai pk 07.00 menuju ruang perawatan yang paling atas lalu linen-linen dibawa ke gudang linen kotor di basement.

3. Petugas laundry mengeluarkan linen non infeksi untuk dipisahkan sesuai jenis linen per unit, pemisahan dialkukan di gudang linen kotor.

4. Petugas laundry akan mencatat di Bukti Serah Terima Laundry, menurut jenis dan jumlah linen.

5. Bikti Serah Terima Laundry akan dicocokkan dengan catatan buku ekspedisi prtugas linen rumah sakit, setelah cocok kedua belah pihak akan membubuhi tanda tangan.

6. 1 lembar bukti serah terima laundry warna biru serahkan kepada petugas linen rumah sakit sebagai tanda terima linen kotor dari rumah sakit.7. Setelah selesai, bawa semua linen kotor dengan trolley linen kotor ke mobil untuk di bawa ke laundry.

8. Lepaskan APD dan buang ketempat sampah medis, cuci tangan.

9. Tetaplah berhati-hati dalam bekerja.

Instansi terkaitPetugas laundry, p[etugas gudang lnen.