25 dani wardani edit

Upload: choyi-thegazette

Post on 10-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    256 ISSN 1412-565X

    KKOONNTTRRIIBBUUSSII KKEETTEERRAAMMPPIILLAANN SSOOSSIIAALL DDAALLAAMM PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN IIPPSS

    TTEERRHHAADDAAPP KKEESSIIAAPPAANN KKEERRJJAA PPRRAAKKTTEEKK KKEERRJJAA IINNDDUUSSTTRRII

    ((SSttuuddii TTeerrhhaaddaapp PPeesseerrttaa DDiiddiikk KKeellaass XXII SSMMKKNN KKoottaa BBaanndduunngg))

    OOlleehh:: DDaannii WWaarrddaannii,, SS..HHuumm..

    MMaahhaassiisswwaa PPaassccaassaarrjjaannaa ((SS22)) UUPPII PPrrooddii PPIIPPSS

    ABSTRAK

    Penelitian ini berawal dari adanya masalah masih rendahnya keterampilan sosial peserta didik

    di SMK untuk dipersiapkan bekerja melalui media praktik kerja industri, sehingga dalam tesis

    ini penulis meneliti hubungan keterampilan sosial dari aspek perilaku yang berhubungan

    dengan lingkungan, orang lain, diri sendiri, dan tugas dari pembelajaran IPS terhadap

    kesiapan kerja peserta didik di tempat praktik kerja industri dengan variabel moderator nilai

    prakerin. Metode penelitian adalah survey dengan teknik deskriptif analisis dengan data

    kuantitatif. Sampel diambil secara purposif dan random sehinggadiperoleh 129 siswa kelas XI

    SMK Negeri Kota Bandung, dengan instrumen penelitian berupa angket dengan skala Likert.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di lima SMK N di Kota Bandung yaitu

    SMK N 6, 7, 8, 9 dan 14 dengan sampel kelas XI dari berbagai Kompetensi Keahlian yang

    telah mengikuti PSG (Pendidikan Sistem Ganda) Praktik Kerja Industri, maka diperoleh

    kesimpulan sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara 4 variabel

    bebas dan 2 variabel terikat sebesar 0.66084 sangat kuat, searah dan signifikan.

    Keyword : Keterampilan Sosial, Prakerin, Kesiapan Kerja

    PENDAHULUAN

    Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan mutu, menuntut semua pihak dalam

    berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya.

    Kualitas sumber daya manusia memiliki peranan strategis dalam memenuhi tuntutan

    pembangunan bangsa diberbagai bidang, berhubungan erat dengan kemajuan dan

    kemakmuran suatu bangsa. Untuk menjadikan SDM yang berkualitas berawal dari bidang

    pendidikan terutama hasil lulusannya harus mampu dapat bersaing dengan bangsa lain.

    Melihat keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini pemerintah berharap

    posisinya sebagai wahana pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan mampu

    menjawab tantangan dunia kerja secara nyata. Lulusannya diharapkan dapat memenuhi

    tuntutan dunia usaha akan tenaga kerja tingkat menengah. Hal ini senada dengan PP RI No.

    29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2, Sekolah Menengah Kejuruan

    mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap

    profesional. Namun keberadaan SMK ini dinilai masih terlalu prematur untuk diharapkan

    lulusannya sebagai tenaga siap kerja.

    Menurut kajian Wiwiet Putrianingrum, hasil survai di SMK Kota Malang tahun 2009

    (2009:1) mengenai lulusan SMK saat itu, ternyata kebanyakan lulusan peserta didik masih

    mengalami kesulitan dan cenderung mudah frustrasi untuk mendapatkan pekerjaan yang

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    257 ISSN 1412-565X

    sesuai dengan bidang keahlian mereka. Pandangan yang menyebutkan usia mereka masih

    terlalu muda ditambah dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang belum memadai

    sering menjadi kendala utama siswa lulusan SMK mendapatkan pekerjaan yang layak dan

    dapat mendukung karier dan kehidupan ke depan.

    Menurut kajian Callan, VJ, (2003) dan Clarke, M, (2007) hal di atas disinyalir

    diakibatkan masih ada kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja di mana dunia

    pendidikan memandang lulusan yang mempunyai kompetensi yang tinggi adalah mereka yang

    lulus dengan nilai tinggi dalam waktu cepat, sedangkan dunia industri menginginkan lulusan

    yang high competence yaitu lulusan dengan kemampuan teknis dan sikap yang baik. Jika

    dijabarkan maka kompetensi lulusan yang dibutuhkan dunia industri dan usaha terbagi dalam

    dua aspek: aspek teknis yang berhubungan dengan latar belakang keilmuan yang dipelajari

    atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja, yang kemudian disebut technical skills atau

    hard skills;dan aspek non teknis yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama

    tim, probelem solving, manajemen stres, kepemimpinan, dan lain-lain, yang kemudian disebut

    soft skills (Harmoni, 2007; Santoso, 2008; Suherman, 2005; Putra & Pratiwi, 2005; Hary,

    2008).

    Menurut laporan Dikti, kelemahan SMK dalam mengisi peluang kerja pada umumnya

    adalah masalah personal skills (http://www.dikti.go.id/index.php). Berikut ini adalah

    perbandingan rasio kebutuhan dan pengembangan soft skills dalam sisitem pendidikan dan

    dunia kerja/usaha:

    Rasio kebutuhan soft skills dan Pengembangan soft skills

    hard skills di dunia kerja/usaha dalam sistem pendidikan

    (Source: Neff and Citrin, 1999)

    Gambar 1

    Porsi Persentase Keterampilan Sosial sebagai Komponen Sukses

    yang Ada Dalam Sistem Pendidikan

    Menurut laporan penelitian Siri Mariah & Machmud Sugandi (2010), mengenai

    kesenjangan soft skills lulusan SMK dengan kebutuhan tenaga kerja di Industri/usaha,

    mengidentifikasi bahwa masih terdapat beberapa masalah berkaitan dengan pendidikan dan

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    258 ISSN 1412-565X

    dunia usaha/industri, diantaranya: (1) Angka pengangguran terbuka pada bulan Februari 2010

    berdasarkan pendidikan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se indonesia yakni

    masih besar yaitu 13,81 persen. Hal ini berbeda dengan lulusan SMA yang hanya 11,90

    persen (BPS, No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010); (2) Sumber daya manusia Indonesia masih

    sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi (Toshiko Kinosita,

    www.kompas.com: 24/05/2002); (3) Sebagian besar lulusan SMK di Indonesia bukan saja

    kurang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tetapi juga

    kurang mampu mengembangkan diri dan karirnya di tempat kerja (Depdiknas, 2004:1); dan

    (4) Kekecewaan dunia industri terhadap kualitas lulusan pendidikan kejuruan, terletak pada

    kesiapan mental untuk bekerja dan kurang memiliki daya juang dalam menghadapi pekerjaan

    (Autar Abdillah, 2001).

    Urgensi aspek-aspek kompetensi lulusan SMK yang dibutuhkan di dunia industri yang

    diwujudkan dalam praktik kerja industri sangat berhubungan dengan salah satu mata diklat

    yaitu IPS yang diharapkan dapat membantu peserta didik siap kerja. Hasil kajian

    menunjukkan bahwa aspek-aspek kompetensi yang dirasa penting oleh industri adalah:

    kejujuran, etos kerja, tanggungjawab, disiplin, menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan

    kesehatan kerja, inisiatif dan kreatifitas (F. Wahid, 2005 dan Muchlas Samani, 2007).

    Saat ini banyak penelitian yang mengkaji mengenai SMK namun kajian secara khusus

    mengenai keterkaitan salah satu pembelajaran di SMK yaitu IPS khususnya aspek

    keterampilan sosial hubungannya dengan kesiapan peserta didik menghadapi dunia kerja

    sejauh pengetahuan peneliti belum ada. Maka dari itu penelitian ini mengkhususkan diri pada

    upaya penggalian Keterampilan Sosial (Social Skills) dalam Pembelajaran IPS terhadap

    Kesiapan kerja (Job Readiness) di Praktik Kerja Industri khususnya SMK N di Kota

    Bandung.

    Bertolak dari latar belakang konseptual dan faktual, maka dapat dikemukakan bahwa

    permasalahan penelitian ini bertumpu pada konstribusi pengembangan keterampilan sosial

    dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota

    Bandung di tempat praktik kerja industri (dunia usaha atau dunia industri), yang

    penjabarannya yaitu: (1) Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang

    berhubungan dengan lingkungan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang

    dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik

    kerja industri ?; (2) Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang

    berhubungan dengan hubungan dengan orang lain dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan

    kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di

    tempat praktik kerja industri ?; (3) Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku

    yang berhubungan dengan diri dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki

    peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    259 ISSN 1412-565X

    industri ?; (4) Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan

    dengan tugas/pekerjaan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki

    peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja

    industri ?; dan (5) Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang

    berhubungan dengan lingkungan, perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan orang

    lain, perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, dan perilaku yang berhubungan dengan

    tugas secara keseluruhan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki

    peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja

    industri ?

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi keterampilan sosial

    dalam proses pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N

    Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja. Sedangkan

    secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai: (1)

    Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan dalam

    pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dibuktikan dalam kesiapan kerja peserta didik

    dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung; (2)

    Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan

    orang lain dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dibuktikan dalam kesiapan

    kerja peserta didik dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N

    Kota Bandung; (3) Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan

    diri dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dibuktikan dalam kesiapan kerja

    peserta didik dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota

    Bandung; (4) Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan

    tugas/pekerjaan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dibuktikan dalam

    kesiapan kerja peserta didik dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri

    SMK N Kota Bandung; dan (5) Keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan

    lingkungan, perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan orang lain, perilaku yang

    berhubungan dengan diri, dan perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan, dalam

    pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dibuktikan dalam kesiapan kerja peserta didik

    dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.

    Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk memperbaiki

    proses pembelajaran IPS di SMK sebagai bahan pendukung untuk mempertajam keterampilan

    social yang nanti akan diterapkan di tempat praktik kerja. Secara khusus manfaat yang dapat

    diambil adalah: (1) Memberikan gambaran yang jelas tentang keterampilan sosial dalam

    pembelajaran IPS dan kontribusinya terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota

    Bandung di tempat praktik kerja; (2) Memberikan pengetahuan kepada peserta didik dan guru

    IPS SMK mengenai keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dan kontribusinya terhadap

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    260 ISSN 1412-565X

    kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja; dan (3) Bagi

    pengembangan ilmu dapat menambah atau memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang

    konstribusi keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja peserta didik

    SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja.

    METODE PENELITIAN

    1. Pendekatan dan Metode Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dalam

    desain ini, peneliti melakukan pencatatan dan penganalisaan data hasil penelitian secara eksak

    dengan menggunakan perhitungan statistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah metode survey dan data yang dipelajari berasal dari sampel yang diambil dari populasi

    tersebut, sehingga ditemukan deskripsi dan hubungan antara variabel. Kuesioner digunakan

    sebagai alat pengumpul data.

    2. Definisi Operasional

    Maksud dari aspek variabel keterampilan sosial, penjabaranya menurut Cartled and

    Millbern (1992:15) dalam Lismaniar (2005) diantaranya: (a) Environmental Behaviors yakni

    perilaku terhadap lingkungan yang terdiri atas kepedulian dan cinta lingkungan, serta etika

    selama melakukan aktivitas di sekitar sekolah. Maksud perilaku di sekitar lingkungan adalah

    pandangan, sikap dan perilaku peserta didik yang berhubungan dengan wawasan ataupun

    aktivitas di sekitar lingkungan yang didapat dari hasil pembelajaran IPS; (b) Interpersonal

    Behaviors yakni perilaku yang meliputi penerimaan pengaruh orang lain, membantu orang

    lain, menghadapi orang lain, mengatasi konflik, memperoleh perhatian, berkomunikasi,

    kerjasama, bersikap positif, bertanggung jawab, dan menghormati hak orang lain. Maksudnya

    bagaimana pandangan perilaku peserta didik mengenai capaian yang didapat dari guru

    terhadap keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman agar peserta didik dapat

    berkembang terutama dalam hal berhubungan atau komunikasi dengan orang lain sesuai

    dengan bakat dan minatnya; (c) Self-Related Behaviors yakni perilaku yang berhubungan

    dengan diri sendiri yang meliputi menerima konsekuensi, berperilaku etis, menyatakan

    perasaan, sikap positif terhadap orang lain, bertanggung jawab dan peduli terhadap orang lain.

    Diartikan sebagai pandangan siswa mengenai perilaku dirinya yang berhubungan dengan diri

    siswa sendiri dari hasil pembelajaran IPS. Berkaitan dengan salah satu perilaku yang

    berhubungan dengan diri siswa adalah kepercayaan diri yang dinilai sangat diperlukan dalam

    keterampilan sosial, karena dengan kepercayaan diri yang kuat, peserta didik akan mudah

    untuk terbuka dan terampil dalam bersosialisasi; (d) Task-Related Behaviors yakni perilaku

    yang berhubungan dengan tugas, yang meliputi kemampuan mengerjakan tugas, menampilkan

    perilaku, partisipasi mengikuti aturan, kewirausahaan dan kualitas pekerjaan. Dalam

    penelitian, task behaviors berupa pandangan peserta didik mengenai penugasan yang didapat

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    261 ISSN 1412-565X

    dari guru IPS; (e) Kesiapan kerja (Job Readiness) menurut Sofyan Herminanto, (1992) dan

    Widodo, (2009), dapat diartikan sebagai upaya mempunyai keterampilan yang sesuai dengan

    kebutuhan masyarakat sehingga peserta didik setelah lulus nanti dapat diserap oleh dunia

    kerja. Kesiapan kerja dalam penelitian ini berupa sikap dan pandangan siswa terhadap

    kualitas kerja dari apa yang dilakukan di sekolah; dan (f) Hasil penilaian akhir non teknis

    yang diperoleh peserta didik selama melakukan praktik kerja industri terutama dari

    pembimbing lapangan (dunia usaha atau industri) atau pembimbing sekolah. Data yang

    dibutuhkan berupa data rasio (nilai non teknis) sebagai representasi dari kualitas atau prestasi

    kerja selama praktik kerja di perusahaan.

    3. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini dibatasi hanya siswa-siswi SMK Negeri di Kota Bandung

    yang sudah melaksanakan praktik kerja industri dan sedang atau sudah mendapatkan

    pendidikan IPS. Pengambilan sampel pertamanya diambil dari tiap cluster satu sekolah dan

    dari tiap sekolah diambil satu atau dua kompetensi keahlian (yaitu SMK N 6,7,8,9 dan 14

    dengan berbagai kompetensi keahlian yang berbeda) kemudian diambil satu kelas sehingga

    diperoleh sampel sebanyak 129 peserta didik. Adapun tujuan peneliti mengambil sampel

    berdasarkan cluster didasarkan pada karakteristik dan lingkungan sekolah, selain itu peneliti

    mempertimbangkan situasi yang pada saat itu setiap sekolah berbeda-beda melaksanakan

    prakerin dan untuk kelas XII sedang melaksanakan ujian nasional.

    4. Intrumen Pengumulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan

    metode survey yaitu melalui kuisioner yang disebarkan dengan mendatangi setiap Sekolah

    Menengah Kejuruan Negeri terpilih. Instrumen pengukuran yang kridebel harus memenuhi

    syarat validitas jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara reliabilitas

    menunjuk pada konsistensi, akurasi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran.

    5. Teknik Analisis

    Pengolahan data dilakukan untuk memudahkan dalam menganalisis data yang

    terkumpul dari hasil survey lapangan terhadap 129 responden. Teknik pengolahan data yang

    telah dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Program for

    Social Sciences) versi 17.1 dan Microsoft Excel 2007. Selanjutnya dilakukan uji deskriptif, uji

    multikolinieritas, uji korelasi kanonikal, uji regresi berjenjang dan uji kontribusi.

    HASIL PENELITIAN

    Jawaban atas pertanyaan penelitian diperoleh melalui dua pengujian hipotesis penelitian

    yaitu uji hipotesis hubungan dan kontribusi. Uji hipotesis hubungan antara variabel penelitian

    dilakukan melalui uji korelasi dengan teknik analisis partial correlation. Selain itu untuk

    memastikan apakah setiap variabel memiliki hubungan antara satu sama lainnya digunakan

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    262 ISSN 1412-565X

    pula uji korelasi kanonikal. Sementara, uji hipotesis kontribusi menggunakan teknik analisis

    regresi berjenjang. Hasil matrik korelasi dapat dilihat berikut ini:

    Tabel 1

    Eigenvalues and Canonical Correlations

    Root No. Eigenvalue Pct. Cum.Pct Canon Cor. Sq. Cor

    1 0.77528 87.47825 87.47825 0.66084 0.43671

    2 0.11097 12.52175 100.00000 0.31605 0.09989

    Tabel 2

    Dimension Reduction Analysis

    Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F

    1 TO 2 0.50703 12.43471 8.00 246.00 0.000

    2 TO 2 0.90011 4.58692 3.00 124.00 0.004

    Angka pada tabel di atas (1) merupakan angka-angka awal yang digunakan untuk

    membentuk korelasi kanonikal. Angka korelasi kanonikal dapat dilihat pada kolom Canon

    Cor. Sedangkan tabel 2 digunakan untuk menganalisis tingkat signifikansi (Sig of F).

    Arti dari perhitungan tersebut bahwa dari 4 variabel bebas dan dua variabel terikat

    dikelompokkan menjadi dua: Root No.1 dan Root No.2. untuk Root No.1 atau fungsi

    kanonikal pertama, besarnya korelasi adalah 0.66084 dan Root No.2 atau fungsi kanonikal ke

    2 sebesar 0.31605. Jika dilihat angka signifikansi pada tabel 2 maka Roots 1 TO 2 sebesar

    0.000 dan Root 2 TO 2 sebesar 0.004. Untuk Root 1 TO 1 angka signifikansi di bawah 0.05,

    begitupun Root 2 TO 2 angka signifikansi masih di bawah 0.05. sesuai kriteria maka

    pengujian signifikansi dimana kelompok variabel uang mempunyai angka signifikansi < 0.05

    yang menunjukkan adanya hubungan signifikansi antara kelompok variabel bebas dan

    variabel terikat.

    Korelasi antara variabel perilaku lingkungan, orang lain, diri sendiri dan tugas yang

    digunakan dengan nilai prakerin sebesar 0.09752 menunjukkan korelasi lemah namun masih

    searah. Artinya jika variabel bebas nilainya dimungkinkan tinggi, maka nilai prakerin semakin

    dimungkinkan tinggi. Sedangkan hasil analisis regresi berjenjang ditunjukkan pada tabel 3 di

    bawah ini:

    Tabel 3

    Analisis Regresi Berjenjang

    Model Summary

    Model R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of

    the Estimate

    Change Statistics

    R Square

    Change F Change df1 df2

    Sig. F

    Change

    1 .317a .101 .094 5.295 .101 14.210 1 127 .000

    2 .611b .373 .363 4.438 .272 54.736 1 126 .000

    3 .660c .436 .422 4.227 .063 13.916 1 125 .000

    4 .660d .436 .418 4.244 .000 .011 1 124 .918

    5 .660e .436 .413 4.261 .000 .005 1 123 .946

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    263 ISSN 1412-565X

    a. Predictors: (Constant), PERILAKU LINGKUNGAN

    b. Predictors: (Constant), PERILAKU LINGKUNGAN, PERILAKU DENGAN ORANG LAIN

    c. Predictors: (Constant), PERILAKU LINGKUNGAN, PERILAKU DENGAN ORANG LAIN,

    PERILAKU DENGAN DIRI SENDIRI

    d. Predictors: (Constant), PERILAKU LINGKUNGAN, PERILAKU DENGAN ORANG LAIN,

    PERILAKU DENGAN DIRI SENDIRI, PERILAKU TUGAS

    e. Predictors: (Constant), PERILAKU LINGKUNGAN, PERILAKU DENGAN ORANG LAIN,

    PERILAKU DENGAN DIRI SENDIRI, PERILAKU TUGAS, MODERATOR

    Pada gambar di atas (tabel model summary) ada lima jenis model, yaitu MODEL 1

    hingga 5 yang sesuai dengan prediktor yang masuk pada regresi. Ketika Model 1 (yang berisi

    perilaku lingkungan saja), sumbangan prediktor sebesar 10.1 % (lihat R-Square). Nilai F

    sebesar 14.210 (p=0.001; p

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    264 ISSN 1412-565X

    angka signifikansi (sig), didasarkan pada hasil perhitungan, diperoleh angka signifikansi

    sebesar 0.000 (tabel ANOVA). Angka 0.000 < dari 0.05. Dengan demikian H0 ditolak dan

    menerima H1, artinya terdapat kontribusi linier antara variabel perilaku yang berhubungan

    dengan tugas dan nilai prakerin terhadap kesiapan kerja peserta didik. Maka model regresi

    tersebut sudah benar dan layak.

    Dan MODEL 5. Setelah di lapangan regresi ada Perilaku Lingkungan, Perilaku dengan

    Orang Lain, Perilaku dengan Diri Sendiri dan Perilaku dengan Tugas, Nilai Prakerin sebagai

    variabel moderator masuk ke dalamnya, rupanya Nilai Prakerin mampu memprediksi

    Kesiapan kerja sama baiknya dengan perilaku berhubungan dengan diri sendiri dan perilaku

    dengan tugas yaitu sebesar 43.6%, namun sumbangan ini tidak memperlihatkan kontribusi

    secara signifikan karena terlihat dari F-Changenya = 0.005 (p=0.946; p>0.05). Setelah

    dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi (sig), didasarkan pada hasil perhitungan,

    diperoleh angka signifikansi sebesar 0.000 (tabel ANOVA). Angka 0.000 < dari 0.05. Dengan

    demikian H0 ditolak dan menerima H1, artinya terdapat kontribusi linier antara variabel

    perilaku lingkungan, perilaku dengan orang lain, perilaku dengan diri sendiri dan perilaku

    dengan tugas, nilai prakerin sebagai variabel moderator masuk ke dalamnya terhadap variabel

    siap kerja.

    A. Pembahasan Hasil Penelitian

    Adapun hasil pembahasan masing-masing variabel sebagai berikut:

    1. Kontribusi positif keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan

    lingkungan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan

    nilai prakerin

    Persepsi besar pengaruhnya dalam membentuk sikap, yaitu setiap penambahan skor satu

    pada persepsi maka skor sikap akan bertambah pula. Hal ini dapat diartikan bahwa persepsi

    perilaku yang berhubungan dengan lingkungan akan besar artinya dalam membentuk kesiapan

    kerja peserta didik, sedangkan angka 10.1% menunjukkan angka besarnya variabel aspek

    perilaku lingkungan sementara sisanya 89.9% diterangkan oleh hal lain yang tidak diteliti.

    2. Kontribusi positif keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan orang

    lain dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai

    prakerin

    Persepsi besar pengaruhnya dalam membentuk sikap, yaitu setiap penambahan skor satu

    pada persepsi maka skor sikap akan bertambah pula. Hal ini dapat diartikan bahwa persepsi

    perilaku yang berhubungan dengan orang lain akan besar artinya dalam membentuk kesiapan

    kerja peserta didik, sedangkan angka 37.8% menunjukkan angka besarnya variabel aspek

    perilaku orang lain sementara sisanya 62.2% diterangkan oleh hal lain yang tidak diteliti.

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    265 ISSN 1412-565X

    3. Kontribusi positif keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan diri

    sendiri dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai

    prakerin

    Persepsi besar pengaruhnya dalam membentuk sikap, yaitu setiap penambahan skor satu

    pada persepsi maka skor sikap akan bertambah pula. Hal ini dapat diartikan bahwa persepsi

    perilaku yang berhubungan dengan orang lain akan besar artinya dalam membentuk kesiapan

    kerja peserta didik, sedangkan angka 43.6 % menunjukkan angka besarnya variabel aspek

    perilaku diri sendiri sementara sisanya 56.4 % diterangkan oleh hal lain yang tidak diteliti.

    4. Kontribusi positif keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan tugas

    dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin

    Persepsi besar pengaruhnya dalam membentuk sikap, yaitu setiap penambahan skor satu

    pada persepsi maka skor sikap akan bertambah pula. Hal ini dapat diartikan bahwa persepsi

    perilaku yang berhubungan tugas akan besar artinya dalam membentuk kesiapan kerja peserta

    didik, sedangkan angka 43.6% menunjukkan angka besarnya variabel aspek perilaku diri

    sendiri sementara sisanya 56.4% diterangkan oleh hal lain yang tidak diteliti. Namun

    sumbangan ini tidak memperlihatkan kontribusi secara signifikan karena terlihat dari F-

    Changenya = 0.005 (p=0.946; p>0.05).

    5. Kontribusi positif keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan

    lingkungan, orang lain, diri sendiri dan tugas dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan

    kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin

    Persepsi besar pengaruhnya dalam membentuk sikap, yaitu setiap penambahan skor satu

    pada persepsi maka skor sikap akan bertambah pula. Hal ini dapat diartikan bahwa persepsi

    perilaku yang berhubungan tugas akan besar artinya dalam membentuk kesiapan kerja peserta

    didik, sedangkan angka 43.6 % menunjukkan angka besarnya variabel aspek perilaku diri

    sendiri sementara sisanya 56.4 % diterangkan oleh hal lain yang tidak diteliti. Namun

    sumbangan ini tidak memperlihatkan kontribusi secara signifikan karena terlihat dari F-

    Changenya = 0.005 (p=0.946; p>0.05).

    DAFTAR PUSTAKA

    Al Muhtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: SPS UPI.

    Bidang Pengembangan Teknologi Pendidikan Jabar.

    Berita Resmi Statistik, BPS, No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994). Konsep Sistem Ganda pada Pendidikan

    Menengah Kejuruan di Indonesia..Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Herminanto, Sofyan. (1992). Kesiapan Kerja Siswa STM di Jawa. Laporan Penelitian.

    Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

  • Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

    266 ISSN 1412-565X

    Maryani, Enok. (tt), Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan

    Kompetensi Keterampilan Sosial. [Online]. http://file.upi.edu/Direktori/B%20-

    %20FPIPS/JUR.%20PEND.%20GEOGRAFI/196001211985032%20-

    %20ENOK%20MARYANI/KET%20SOSIAL.pdf. (11 januari 2011)

    NCSS, (1994). Curriculum Standard for Social Studies : Expection of Excellece Washington.

    Purwanto, Iwan. (2002). Pengaruh Pelatihan Kerja Industri terhadap Sikap Kewirausahaan.

    Bandung: Tesis SPs UPI Bandung Prodi PIPS.

    Sugihartono. (1991). Aspirasi Siswa terhadap Pekerjaan dan Prestasi Akademik Kaitannya

    dengan Kesiapan Memasuki Dunia Kerja pada Siswa Sekolah Kejuruan di Daerah

    Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian . Yogyakarta: IKIPYogyakarta.

    Supriatna, N., (tt). Mengajarkan Keterampilan Sosial yang Diperlukan Siswa di Era Global. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. JIPS. (19). 12.24.

    Syamsuddin, H dan Maryani. E. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

    Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah pada Seminar Nasional

    Makasar.

    Wena, Made (1996). Pendidikan Sistem Ganda. Bandung: Tarsito.

    Widodo, W. ( 2009), Tinjauan tentang Prestasi siap kerja, diakses 20/04/2010

    http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/keterampilan-siap kerja.pdf.

    BBIIOODDAATTAA SSIINNGGKKAATT

    Penulis adalah mahasiswa SPS S-2 UPI