23 juni 2010

33
A. Judul Penelitian Estimasi Waktu Pengontrolan Lampu Lalu Lintas Berdasarkan Kepadatan Kendaraan Untuk Tiga dan Empat Fase di Kota Padang B. Bidang Kajian Penelitian yang dilakukan termasuk pada bidang kajian elektronika dan instrumentasi C. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan. Upaya pengembangan dan perbaikan di bidang transportasi terus dilakukan secara berkelanjutan. Transportasi merupakan sarana perhubungan aktivitas-aktivitas masyarakat dan berpengaruh kepada adanya peningkatan kesejahteraan, pembangunan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Semakin baik sarana dan prasarana transportasi maka akan semakin baik perkembangan pembangunan. Oleh karena itu, transportasi dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan. Jalan raya merupakan salah satu prasarana utama transportasi. Jalan raya berfungsi untuk melayani 1

Upload: ajeng-suci-misndari

Post on 27-Jun-2015

115 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 23 juni 2010

A. Judul Penelitian

Estimasi Waktu Pengontrolan Lampu Lalu Lintas Berdasarkan Kepadatan

Kendaraan Untuk Tiga dan Empat Fase di Kota Padang

B. Bidang Kajian

Penelitian yang dilakukan termasuk pada bidang kajian elektronika dan

instrumentasi

C. Latar Belakang

Transportasi memegang peranan penting dalam mendukung penyelenggaraan

pembangunan. Upaya pengembangan dan perbaikan di bidang transportasi terus

dilakukan secara berkelanjutan. Transportasi merupakan sarana perhubungan aktivitas-

aktivitas masyarakat dan berpengaruh kepada adanya peningkatan kesejahteraan,

pembangunan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Semakin baik sarana dan prasarana

transportasi maka akan semakin baik perkembangan pembangunan. Oleh karena itu,

transportasi dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan.

Jalan raya merupakan salah satu prasarana utama transportasi. Jalan raya

berfungsi untuk melayani pergerakan manusia ataupun barang dari satu tempat ke

tempat lainnya. Proses mobilisasi dan distribusi barang dan jasa sebagian besar masih

menggunakan transportasi darat dan bergantung pada jalan raya. Begitu juga dengan

aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari misalnya perhubungan untuk

kegiatan pendidikan, perkantoran, kesehatan, perdagangan dan perumahan. Kondisi ini

menuntut adanya sistem jalan raya yang aman, nyaman, dan lancar sehingga

mempermudah dalam proses pencapaian tujuan.

1

Page 2: 23 juni 2010

Mobilitas masyarakat yang tinggi mengakibatkan pesatnya pertumbuhan

pengguna jalan dan kendaraan. Sementara itu fasilitas jalan seperti jumlah jalan, lebar

jalan, kapasitas jalan dan sebagainya terbatas. Oleh karena itu diperlukan peningkatan

dalam pengaturan lalu lintas supaya kondisi lalu lintas tetap terjaga lancar dan mampu

meminimalkan timbulnya konflik lalu lintas seperti kecelakaan, tundaan waktu, dan

kemacetan.

Salah satu sarana pengaturan lalu lintas adalah lampu lalu lintas. Lampu lalu

lintas merupakan suatu alat kendali dengan menggunakan lampu yang terpasang pada

persimpangan dan berfungsi secara otomatis untuk mengatur pergerakan arus lalu

lintas dalam interval waktu tertentu. Penggunaan sinyal dengan tiga warna yaitu

merah, hijau, dan kuning diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan

lalu lintas yang saling berpotongan. Sinyal lalu lintas juga digunakan untuk

memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas lurus dan berlawanan. Hal ini sangat

berperan dalam menciptakan keseimbangan lalu lintas karena kendaraan dari ruas jalan

berbeda akan bergerak secara bergantian dan tidak saling mengganggu.

Pengoperasian lampu lalu lintas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan

kualitas dan efisiensi lalu lintas selama ini masih belum optimal. Lama tundaan waktu

untuk masing-masing lampu merah, hijau, dan kuning diatur tetap sepanjang hari,

terutama untuk kota Padang berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan kota

Padang pengaturan waktu lampu lalu lintas masih berupa fix time. Hal ini berlawanan

dengan volume kendaraan yang mengalami fluktuasi. Volume kendaraan akan

mengalami peningkatan pada jam-jam tertentu dan sebaliknya juga akan mengalami

penurunan pada jam-jam tertentu.

2

Page 3: 23 juni 2010

Fluktuasi volume kendaraan akan mengakibatkan adanya perbedaan kepadatan

kendaraan. Kondisi ini menimbulkan ketidakseimbangan dalam proses pengontrolan

pergerakan kendaraan karena tundaan waktu lampu lalu lintas pada kepadatan

kendaraan rendah tidak berbeda dengan tundaan waktu pada saat kepadatan kendaraan

tinggi. Idealnya pada kepadatan kendaraan tinggi membutuhkan tundaan waktu lampu

lalu lintas lebih lama dibandingkan ketika kepadatan kendaraan rendah sehingga

mampu memberi kesempatan lebih banyak pada kendaraan-kendaraan yang melewati

jalur padat tersebut.

Volume kendaraan yang datang pada suatu ruas jalan harus seimbang dengan

volume kendaraan yang mampu keluar dari jalur tersebut pada saat lampu hijau. Jika

volume kendaraan datang lebih besar dari yang keluar maka akan mengakibatkan

semakin panjangnya antrian kendaraan. Hal ini berpeluang besar menimbulkan

kemacetan yang memiliki berbagai dampak negatif seperti waktu tempuh perjalanan

semakin lama, pemakaian bahan bakar yang banyak hingga terjadi degradasi

lingkungan yang mengakibatkan tingginya tingkat polusi udara.

Pengontrolan waktu lampu lalu lintas dengan variable time berdasarkan tingkat

kepadatan kendaraan akan sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas lalu lintas.

Waktu tunda lampu lalu lintas yang sesuai dengan kebutuhan pergerakan kendaraan

baik pada saat kepadatan tinggi ataupun rendah akan menjadikan simpang mampu

menampung dan melewatkan kendaraan secara efektif. Pada saat kepadatan tinggi

tidak terjadi penumpukan kendaraan dan meminimalkan timbulnya kemacetan.,

sementara pada kepadatan rendah tidak terjadi waktu tunggu yang cukup lama akibat

lamanya waktu tunda lampu lalu lintas.

3

Page 4: 23 juni 2010

Perancangan sistem pengaturan lalu lintas pada dasarnya dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu jenis persimpangan, kapasitas simpang, volume dan kepadatan

kendaraan. Volume dan kepadatan kendaraan merupakan faktor yang tidak konstan

seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hal ini juga sudah dibuktikan dengan

pantauan langsung pada beberapa simpang di kota Padang. Untuk menghasilkan sistem

pengaturan lampu lalu lintas yang tepat maka diperlukan analisis aktual tentang

volume dan kepadatan kendaraan, sehingga hal ini selanjutnya akan menjadi

rekomendasi dalam perancangan instrumen lampu lalu lintas.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan

kendaraan. Karena itu sebagai judul penelitian ini adalah “ Estimasi waktu

pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan untuk tiga dan empat

fase di kota Padang”.

D. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terfokus, maka perlu dilakukan

pembatasan masalah. Sebagai pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Persimpangan di kota Padang yang diestimasi waktu lampu lalu lintasnya yaitu

simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju Padang.

2. Volume dan kepadatan kendaraan meliputi kendaraan tak bermotor, sepeda motor,

kendaraan ringan dan kendaraan berat.

3. Perhitungan waktu pengontrolan lampu lalu lintas meliputi waktu siklus dan waktu

hijau lampu lalu lintas.

4

Page 5: 23 juni 2010

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan

dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini. Sebagai perumusan masalah penelitian

yaitu: “ Bagaimana hasil estimasi waktu pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan

kepadatan kendaraan untuk tiga dan empat fase di kota Padang ?”.

F. Pertanyaan Penelitian

Pada penelitian ini perlu dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian untuk

menjawab permasalahan yang telah diungkapkan yaitu:

1. Berapakah volume kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota

Padang ?

2. Berapakah tingkat kepadatan kendaraan di simpang Imam Bonjol dan simpang

Tinju kota Padang ?

3. Bagaimana hubungan antara waktu siklus dan waktu tunda dengan kepadatan

kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota Padang ?

G. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perhitungan

estimasi waktu pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan untuk

tiga dan empat fase. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui volume kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota

Padang.

2. Mengetahui tingkat kepadatan kendaraan di simpang Imam Bonjol dan simpang

Tinju kota Padang.

5

Page 6: 23 juni 2010

3. Mengetahui hubungan antara waktu siklus dan waktu tunda dengan kepadatan

kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota Padang.

H. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian dalam bentuk perhitungan estimasi waktu pengontrolan

lampu lalulintas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Pembaca, untuk meningkatkan pengetahuan dan ide–ide kreatif untuk memperluas

wawasan dalam upaya peningkatan pengembangan elektronika dan instrumentasi

fisika.

2. KBK Elektronika dan Instrumentasi dan Jurusan fisika dalam pengembangan

penelitian dalam bidang kajian elektronika dan instrumentasi fisika.

3. Dinas DLLAJ, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sistem

pengontrolan lampu lalu lintas.

4. Peneliti lain, sebagai sumber ide dan referensi dalam pengembangan penelitian

dalam bidang elektronika dan instrumentasi.

5. Peneliti, sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi fisika S1 dan

pengembangan dibidang fisika khususnya kajian elektronika dan instrumentasi

fisika.

I. Kajian Pustaka

1. Volume dan Kepadatan Kendaraan

Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan kendaraan dan individu pengendara

yang melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan.

Karakteristik arus lalu lintas dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya yaitu

volume dan kepadatan. Volume kendaraan menurut Nurul (2003) adalah jumlah

6

Page 7: 23 juni 2010

kendaraan yang lewat pada suatu ruas jalan tiap satuan waktu. Volume kendaraan

dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam, kendaraan/hari, kendaraan/menit atau

smp/jam.

Volume kendaraan akan menentukan tingkat kepadatan kendaraan pada suatu

ruas jalan. Kepadatan menjadi parameter utama lalu lintas karena menggambarkan

kondisi kendaraan yang terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya, hal ini

sesuai dengan pengertian kepadatan menurut Leksmono (2008:30) adalah jumlah

kendaraan yang berada di lokasi jalan pada jarak tertentu pada saat tertentu dalam

kendaraan/km atau smp/km. Dengan demikian kepadatan juga merupakan ukuran

untuk mengetahui kualitas atau kinerja lalu lintas yang berguna untuk perancangan

pengaturan lalu lintas.

Hubungan antara volume dengan kepadatan digambarkan secara grafik dengan

model greenshield seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara Volume (Q) dan Kepadatan (D).(Sumber : Ahmad:2008)

Dari Gambar 1 dapat dijelaskan hubungan antara volume dan kepadatan yaitu pada

keadaan kepadatan mendekati nol (sangat rendah) maka volume juga mendekati nol.

Kepadatan akan bertambah seiring dengan pertambahan volume sampai mencapai

volume maksimal atau jenuh. Pada saat mencapai volume jenuh maka kepadatan juga

7

Page 8: 23 juni 2010

mencapai titik jenuh yaitu titik dimana kapasitas jalan sudah tercapai. Setelah

mencapai titik ini volume akan menurun walaupun kepadatan bertambah.

2. Kendaraan sebagai Alat Transportasi

Kendaraan adalah sarana transportasi, baik yang digerakkan oleh mesin

maupun oleh makhluk hidup. Kendaraan yang digerakkan mesin contohnya adalah

mobil, motor, kereta,perahu, pesawat, sementara kendaraan yang tidak digerakkan

peralatan teknik contohnya adalah becak. Pada transportasi darat Manual Kapasitas

Jalan Indonesia sudah mengklasifikasikan kendaraan menjadi beberapa jenis seperti

terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tipe kendaraan

No Jenis Kendaraan Defenisi

1 Kendaraan tak bermotor (UM) Kendaraan beroda bertenaga manusia atau hewan seperti sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong.

2 Sepeda bermotor (MC) Kendaraan motor beroda 2 atau 3

3 Kendaraan ringan (LV) Kendaraan bermotor roda 4 seperti mobil, oplet, pick up

4 Kendaraan berat (HV) Kendaraan bermotor roda 4 sepertibus, truk

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia : 1997)

Kendaraan memiliki dimensi dan kemampuan olah gerak yang berbeda dari

setiap jenisnya. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap karakteristik arus lalu lintas

yang dihasilkan karena arus lalu lintas terbentuk dari gabungan sejumlah kendaraan

dalam ruang jalan yang sama (mixed traffic). Karakteristik lalu lintas akan berbeda

untuk setiap komposisi kendaraan. Oleh karena itu, untuk keseragaman dan ketepatan

dalam analisis lalu lintas digunakan satuan pendekatan yang akan membandingkan

8

Page 9: 23 juni 2010

antara jenis kendaraan dengan kendaraan mobil penumpang yaitu satuan mobil

penumpang (smp) dan nilai konversinya adalah ekivalensi mobil penumpang (emp).

Satuan mobil penumpang merupakan sebuah konsep atau besaran yang

menyatakan nilai pengaruh suatu jenis kendaraan terhadap arus lalu lintas, Menurut

Leksmono (2008:24) satuan mobil penumpang adalah ukuran yang menunjukkan

ruang jalan yang dipergunakan oleh suatu jenis kendaraan serta kemampuan manuver

kendaraan tersebut. Atas dasar defenisi diatas maka secara sederhana nilai smp mobil

penumpang (kendaraan ringan) adalah 1, nilai smp sepeda motor < 1 dan nilai smp

kendaraan berat > 1. Nilai konversi smp untuk tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Nilai konversi satuan mobil penumpang

Jenis Kendaraan Nilai emp

Terlindung Terlawan

LVHVMC

1.01.30.2

1.01.30.4

(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia : 1997)

Mobil penumpang dijadikan sebagai acuan smp karena mobil penumpang

mempunyai keseragaman dan kemampuan dalam mempertahankan kecepatan jalannya

dengan baik. Truk yang termasuk kendaraan berat disamping lebih

besar dan berat, berjalan lebih pelan, ruang jalan lebih banyak dan

sebagai akibatnya memberikan pengaruh yang lebih besar daripada

kendaraan mobil penumpang terhadap lalu lintas. Dasar-dasar smp

adalah berat, dimensi kendaraan, dan sifat-sifat operasi.. Nilai emp

juga berbeda berdasarkan tipe persimpangannya yaitu tipe

terlindung dan terlawan. Terlindung adalah tidak ada konflik dengan

9

Page 10: 23 juni 2010

arus dari arah berlawanan dan terlawan adalah adanya konflik

dengan arus dari arah yang berlawanan.

3. Lampu Lalu Lintas

Simpang bersinyal memiliki pengaturan lalu lintas yang dikendalikan oleh

sinyal lalu lintas. Sinyal lalu lintas merupakan peralatan pengatur lalu lintas yang

disebut dengan lampu lalu lintas dengan menggunakan tenaga listrik dan rambu untuk

mengarahkan atau memperingatkan pengguna jalan raya. Hal ini sejalan dengan

pendapat Suprayitno (2009) yang mengatakan bahwa lampu lalu lintas adalah suatu

piranti pemberi sinyal yang ditempatkan di persimpangan jalan, penyeberangan jalan,

atau lokasi-lokasi lain untuk menunjukkan keadaan aman untuk mengendarai atau

berjalan sesuai dengan kode warna.

Pengaturan arus lalu lintas menggunakan lampu lalu lintas pada dasarnya

dimaksudkan agar pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan

kendaraan (vehicle group movement) dapat bergerak secara pergantian sehingga tidak

saling mengganggu antar arus yang ada. Pemasangan lampu lalu lintas ini juga

bertujuan untuk memenuhi suatu fungsi – fungsi sebagai berikut:

a. Mendapatkan gerakan lalu lintas yang teratur.

b. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan.

c. Memutuskan arus lalu lintas tinggi agar memungkinkan adanya penyeberangan

kendaraan atau pejalan kaki.

d. Mengatur jalur lalu lintas.

Secara internasional lampu lalu lintas telah memiliki standar untuk penentuan

warna lampu lalu lintas. Disetiap negara di dunia lampu lalu lintas berwarna merah,

kuning dan hijau meskipun ada perbedaan dalam pengaturannya. Misalnya secara

10

Page 11: 23 juni 2010

umum aturan nyala adalah hijau-kuning-merah, namun ada pula dengan aturan hijau-

kuning-merah-kuning. Warna kuning setelah merah dimaksudkan agar kendaraan

dapat bersiap-siap untuk bergerak (Ahmad:2004).

Pembakuan urutan dan makna lampu lalulintas menurut G.R Well (1993:74)

sebagai berikut:

a. Merah berarti : berhenti.

b. Hijau berarti : jalan.

c. Kuning berarti : hati-hati atau berhenti kecuali bila tidak berbahaya untuk

melakukannya.

Lampu lalu lintas diatur untuk mengulangi dengan tetap nyala lampu pada interval

waktu tertentu selama 24 jam. Pengesetan lampu lalu lintas dapat dihitung

menggunakan metode Webster dengan tahapan sebagai berikut :

a. Fase

Fase adalah suatu kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus atau beberapa

arus yang mendapatkan identifikasi lampu lalu lintas yang sama (Ahmad: 2004).

Contoh fase sinyal lalu lintas adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Perempatan dengan dua fase

Gambar 2 menggambarkan perempatan dengan dua fase. Setiap simpang memiliki

giliran berjalan dan berhenti sesuai dengan urutan fase masing-masing. Pada simpang

dua fase, fase pertama simpang utara dan selatan dizinkan berjalan atau melakukan

gerakan lurus, belok kiri dan belok kanan, sementara simpang barat dan timur berhenti.

11

Page 12: 23 juni 2010

Pada fase kedua simpang utara dan selatan berhenti, sementara simpang barat dan

timur dizinkan untuk berjalan.

Gambar 3. Perempatan dengan tiga fase

Gambar 3 menggambarkan perempatan dengan tiga fase. Pada tiga fase terdapat tiga

urutan giliran berjalan. Fase pertama simpang utara dan selatan dizinkan berjalan,

sementara simpang barat dan timur berhenti. Fase kedua simpang barat dan timur

dizinkan untuk berjalan, sementara simpang utara, selatan dan timur berhenti. Fase

ketiga simpang timur dizinkan untuk berjalan, sementara simpang utara, selatan dan

barat berhenti.

Gambar 4. Perempatan dengan empat fase

Gambar 4 menggambarkan perempatan dengan empat fase. Pada empat fase terdapat

empat urutan giliran berjalan, fase pertama simpang barat dizinkan berjalan, sementara

simpang utara, selatan dan timur berhenti. Fase kedua simpang utara dizinkan berjalan, 12

Page 13: 23 juni 2010

sementara simpang selatan, barat dan timur berhenti. Fase ketiga simpang timur

dizinkan berjalan, sementara simpang utara, selatan dan barat berhenti. Fase keempat

simpang selatan dizinkan berjalan, sementara simpang utara, barat dan timur berhenti.

b. Rasio arus simpang (y)

Arus normal merupakan jumlah kendaraan yang sesungguhnya lewat

dipersimpangan tiap satuan waktu tanpa lampu lalu lintas, sementara arus jenuh adalah

jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati persimpangan tiap satuan waktu

tanpa lampu lalu lintas. Perbandingan arus normal dengan arus jenuh disebut dengan

rasio arus simpang dan dapat diperoleh dengan persamaan :

……………………………………………………………………… (1)

Dimana q merupakan volume kendaraan normal dengan satuan smp/jam dan s

merupakan volume kendaraan pada arus jenuh dengan satuan smp/jam. Volume

kendaraan arus jenuh merupakan fungsi dari lebar jalan dan diperoleh dari persamaan :

s = 525w …………………………………………………………….……….(2)

w = lebar jalan (meter)

Persamaan diatas berlaku untuk lebar jalan antara 5 sampai 18 meter, untuk lebar jalan

kecil dari 5 meter berlaku aturan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai arus jenuh untuk

W (m) 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 > 5.00S

(smp/jam)1850 1875 1975 2175 2550 525w

(Sumber: Herlina:2006)

Jumlah rasio arus setiap simpang (Y) adalah :

…………………………………………………………………….. (3)

13

Page 14: 23 juni 2010

c. Waktu hilang

Waktu hilang yaitu waktu dimana tidak ada pergerakan kendaraan dari setiap

kaki simpang karena semua sinyal menunjukkan merah. Waktu hilang berguna untuk

menjamin agar kendaraan terakhir pada fase hijau yang baru saja diakhiri memperoleh

waktu yang cukup untuk keluar dari daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari

fase berikutnya memasuki daerah yang sama. Waktu hilang disebut juga dengan all red

(R). Besarnya all red adalah:

R = I- a………………………………………………………………………(4)

Dimana a merupakan amber time atau waktu kuning. Sinyal kuning bertujuan untuk

memberi tanda agar arus segera berhenti. Besarnya periode waktu kuning untuk daerah

perkotaan di Indonesia adalah 3 detik. I merupakan intergreen time atau waktu antar

hijau. Waktu antar hijau merupakan periode waktu giliran jalan antara satu fase dengan

fase berikutnya. Dalam perencanaan lalu lintas waktu antar hijau dapat diasumsikan

berdasarkan nilai berikut.

Tabel 4. Nilai waktu antar hijau

Ukuran Simpang Rata-rata Lebar Jalan Nilai Normal Waktu Antar Hijau

KecilSedangBesar

6-9 meter10-14 meter

15 meter

4 detik / fase5 detik / fase6 detik / fase

(Sumber : Ahmad: 2004)

Waktu hilang total (L) dalam satu siklus lampu lalulintas besarnya adalah :

……………………………………………………….……(5)

Dimana l merupakan waktu hilang akibat kendaraan mulai bergerak dan bersiap akan

berhenti dan besarnya adalah 2 detik.

14

Page 15: 23 juni 2010

d. Waktu siklus

Waktu siklus merupakan waktu yang dibutuhkan oleh satu urutan indikator

sinyal lalu lintas secara lengkap. Waktu satu siklus lampu lalu lintas adalah antara 40

sampai 130 detik. Hal ini sesuai dengan batas yang disarankan oleh Manual Kapasitas

Jalan Indonesia (MKJI) yang terdapat dalam Tabel 3.

Tabel 5. Waktu siklus lampu lalu lintas

Tipe Waktu siklus yang layak (detik)2 fase3 fase4 fase

40 – 8050 – 10080 – 130

(Sumber : Ahmad: 2004)

Secara perhitungan untuk memperoleh waktu siklus dapat dihitung menggunakan

rumus berikut :

………………………………………………………………(6)

Dimana :

C = waktu siklus

L = waktu hilang total

Y = jumlah rasio arus setiap simpang

e. Waktu hijau

Waktu hijau merupakan waktu yang dipergunakan oleh antrian kendaraan dari

kaki simpang untuk melewati garis henti selama fase hijau dan dinyatakan dalam detik.

Waktu hijau yang lebih pendek dari 10 detik harus dihindari, karena hal ini mungkin

untuk menghasilkan banyak pengemudi yang berlawanan setelah lampu merah dan

kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan. Waktu hijau untuk masing-

masing fase dapat dihitung dengan persamaan :

15

Page 16: 23 juni 2010

……………………………………………………………… (7)

Dimana :

gi = waktu hijau fase i

yi = rasio arus simpang pada fase i

C = waktu siklus

L = waktu hilang total

Waktu hijau aktual tiap fase kemudian diperoleh dengan persamaan :

………………………………………………………….…….(8)

J. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian terhadap estimasi waktu pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan

kepadatan kendaraan untuk tiga dan empat fase di kota Padang dilakukan di simpang

Tinju dan simpang Imam Bonjol Padang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 minggu

untuk masing-masing simpang dan dengan periode waktu 12 jam yaitu pada pukul

06.00 – 18.00 WIB. Penelitian ini meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu studi

pustaka, survei, pengambilan data, dan analisis data.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei. Menurut Nur Fitriani

(2008) penelitian survei adalah penelitian tentang karakteristik dari seluruh kelompok

yang hendak diteliti atau populasi dengan meneliti sebagian dari kelompok populasi

tersebut yang disebut dengan sampel. Penelitian survei dilakukan untuk mendapatkan

informasi faktual yang mendeskripsikan gejala yang ada atau mendapatkan keadaan

16

Page 17: 23 juni 2010

atau peristiwa yang sedang berlangsung untuk kemudian dapat dijadikan sebagai

kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa datang.

Tujuan penelitian survei adalah untuk memahami tentang karakteristik dari

seluruh kelompok yang hendak diteliti atau populasi dengan meneliti sebagian dari

kelompok populasi tersebut yang selanjutnya disebut dengan sampel. Langkah-langkah

dalam penelitian survei adalah perencanaan, menentukan populasi dan menarik

sampel dari populasi tersebut, membuat instrumen, melakukan survei, dan memproses

data yaitu analisis dan interpretasi (Susilo: 2005).

3. Peralatan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan beberapa peralatan yaitu pencacah

(hand counter), pita ukur (roll meter), jam, formulir penelitian dan peralatan tulis.

Pencacah (hand counter) digunakan untuk menghitung kendaraan yang melewati tiap

simpang. Pita ukur (roll meter) digunakan untuk mendapatkan data geometri jalan

yaitu dengan mengukur lebar jalan. Jam digunakan sebagai penunjuk waktu selama

pelaksanaan survei dan formulir penelitian merupakan instrumen untuk mencatat hasil

data-data primer yang diperoleh saat survei.

4. Rancangan Penelitian

a. Variabel penelitian

Variabel utama yang diukur yaitu jumlah kendaraan dari masing-masing

kendaraan tak bermotor, kendaraan bermotor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat

yang melewati tiap-tiap ruas jalan atau simpang. Variabel kedua adalah lebar jalan tiap

simpang.

17

Page 18: 23 juni 2010

b. Persiapan penelitian

Sebelum melakukan penelitian dilakukan survei pendahuluan yang bertujuan

untuk mengetahui lokasi survei yang pilih, informasi awal mengenai pola arus lalu

lintas di lokasi tersebut, dan kondisi lingkungan sekitar simpang. Selain itu survei ini

juga berfungsi untuk :

1) Menentukan penempatan titik lokasi survei yang memudahkan pengamat.

2) Membiasakan penyurvei dalam survei dan menggunakan alat yang akan

digunakan.

3) Memahami kesulitan yang mungkin muncul pada saat pelaksanaan survei dan

melakukan perbaikan sesuai dengan keadaan lapangan.

Pengambilan data dilakukan oleh beberapa pengamat. Sebelum melaksanakan survei

diberikan penjelasan kepada seluruh pengamat tentang tugas dan tanggungjawab

masing-masing yaitu cara pengisian formulir penelitian dan pembagian posisi survei

yang menyangkut pembagian arah dan jenis kendaraan bagi tiap penyurvei sesuai

dengan formulir yang dipegang.

c. Prosedur penelitian

1). Mengetahui volume kendaraan

a) Mencatat jumlah kendaraan selama 12 jam mulai pukul 06.00-18.00 WIB yang

melalui masing-masing kaki persimpangan untuk gerakan belok kiri, belok kanan

dan lurus dan dibedakan sesuai dengan tipe kendaraan.

b) Mengkonversikan jumlah kendaraan yang telah diperoleh kedalam satuan smp/jam.

c) Merata-ratakan data kendaraan dalam smp/jam selama satu minggu sehingga

diperoleh volume kendaraan harian rata-rata.

18

Page 19: 23 juni 2010

2). Mengetahui tingkat kepadatan kendaraan

a) Mencatat jumlah kendaraan setiap satuan km selama 15 menit dalam satu jam.

b) Mengkonversikan jumlah kendaraan yang telah diperoleh kedalam satuan smp/km.

c) Merata-ratakan data kendaraan dalam smp/km selama satu minggu sehingga

diperoleh kepadatan kendaraan harian rata-rata.

d) Mengelompokkan data kepadatan kendaraan menjadi tingkat kepadatan

berdasarkan plot nilai kepadatan kendaraan dan volume kendaraan.

3) Mengetahui hubungan waktu siklus dan waktu tunda dengan kepadatan

a) Melakukan perhitungan waktu siklus dan waktu tunda berdasarkan nilai volume

kendaraan ditiap tingkat kepadatan kendaraan.

b) Memplot grafik antara waktu siklus dengan tingkat kepadatan kendaraan.

c) Memplot graafik antara waktu tunda masing-masing lampu lalu lintas untuk tiap

fase dengan kepadatan kendaraan.

5. Teknik Pengumpul Data

Penelitian ini mengggunakan metode survei yaitu dengan mengadakan

pengamatan langsung keadaan lapangan. Data penelitian berdasarkan sumber data

terdiri dari data primer dan data sekunder. Menurut Nasution (1987) Data primer

adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau laboratorium. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder seperti surat-surat pribadi,

kitab harian, notulen rapat, dokumen-dokumen resmi dari berbagai lembaga

pemerintah atau swasta. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari penelitian ini adalah

data primer karena diperoleh dengan cara observasi langsung ke lapangan.

19

Page 20: 23 juni 2010

6. Teknik Analisis Data

Analisis data perlu dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan. Teknik analisis

data yang akan dilakukan adalah secara grafik dan secara statistik deskriptif. Grafik

berguna untuk memberikan hasil secara visual dalam melukiskan hubungan dua

variabel. Plot data bertujuan untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel

yang diukur. Hal ini dapat dilakukan dengan memplot data pada koordinat XY

menggunakan program microsoft excel. Teknik umum yang digunakan untuk memplot

data pada grafik XY yaitu variabel bebas diplot pada sumbu X dan variabel terikat

diplot pada sumbu Y (Kirkup, L. 1994: 24).

Analisis data secara statistik deskriptif menurut Setiawan (2005) merupakan

metode analisis yang biasa digunakan untuk menyederhanakan data agar mudah

dipahami, penyajiannya bisa dalam bentuk tabel, bentuk diagram dan grafik seperti

diagram batang, kurva dll. Statistika deskriptif digunakan untuk mengukur gejala

pemusatan dan dispersi atau simpangan data. Termasuk ukuran gejala pusat adalah

mean atau rata-rata, modus, median, dan persentil dan yang tergolong ukuran dispersi

data adalah rentang maksimum minimum, deviasi standard, dan koefisien variasi.

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, selanjutnya dikelompokkan sesuai

dengan identifikasi permasalahan. Berdasarkan data volume kendaraan selama satu

minggu akan diperoleh volume kendaraan harian rata-rata tiap jam. Tingkat kepadatan

kendaraan diperoleh dari data kendaraan dalam smp/km tiap jam selama satu minggu,

kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh kepadatan kendaraan harian rata-rata.

Volume kendaraan rata-rata yang diperoleh tiap tingkat kepadatan selanjutnya

dilakukan perhitungan terhadap waktu siklus dan waktu hijau sehingga diperoleh

waktu tunda untuk tiap sinyal lampu lalu lintas. Data volume aktual dibandingkan

20

Page 21: 23 juni 2010

dengan volume kendaraan jenuh menggunakan persamaan 1, dimana volume

kendaraan jenuh sebelumnya dihitung menggunakan persamaan 2. Selanjutnya

menghitung besar waktu hilang total dalam satu siklus lampu lalu lintas menggunakan

persamaan 5 dengan menggunkan waktu amber atau waktu kuning standar daerah

perkotaan yaitu 3 detik.

Berdasarkan nilai rasio arus simpang total dan waktu hilang maka waktu siklus

lampu lalu lintas dapat dihitung menggunakan persamaan 6. Waktu hijau efektif untuk

tiap fase diperoleh dengan persamaan 7 dan waktu hijau aktual untuk tiap simpang

diperoleh dengan menggunakan persamaan 8. Setelah diperoleh waktu hijau setiap

simpang maka waktu merah dapat diperoleh dengan mengurangi waktu siklus dengan

jumlah waktu hijau dan waktu kuning.

21