23 juni 2010
TRANSCRIPT
A. Judul Penelitian
Estimasi Waktu Pengontrolan Lampu Lalu Lintas Berdasarkan Kepadatan
Kendaraan Untuk Tiga dan Empat Fase di Kota Padang
B. Bidang Kajian
Penelitian yang dilakukan termasuk pada bidang kajian elektronika dan
instrumentasi
C. Latar Belakang
Transportasi memegang peranan penting dalam mendukung penyelenggaraan
pembangunan. Upaya pengembangan dan perbaikan di bidang transportasi terus
dilakukan secara berkelanjutan. Transportasi merupakan sarana perhubungan aktivitas-
aktivitas masyarakat dan berpengaruh kepada adanya peningkatan kesejahteraan,
pembangunan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Semakin baik sarana dan prasarana
transportasi maka akan semakin baik perkembangan pembangunan. Oleh karena itu,
transportasi dikatakan sebagai katalisator dalam pembangunan.
Jalan raya merupakan salah satu prasarana utama transportasi. Jalan raya
berfungsi untuk melayani pergerakan manusia ataupun barang dari satu tempat ke
tempat lainnya. Proses mobilisasi dan distribusi barang dan jasa sebagian besar masih
menggunakan transportasi darat dan bergantung pada jalan raya. Begitu juga dengan
aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari misalnya perhubungan untuk
kegiatan pendidikan, perkantoran, kesehatan, perdagangan dan perumahan. Kondisi ini
menuntut adanya sistem jalan raya yang aman, nyaman, dan lancar sehingga
mempermudah dalam proses pencapaian tujuan.
1
Mobilitas masyarakat yang tinggi mengakibatkan pesatnya pertumbuhan
pengguna jalan dan kendaraan. Sementara itu fasilitas jalan seperti jumlah jalan, lebar
jalan, kapasitas jalan dan sebagainya terbatas. Oleh karena itu diperlukan peningkatan
dalam pengaturan lalu lintas supaya kondisi lalu lintas tetap terjaga lancar dan mampu
meminimalkan timbulnya konflik lalu lintas seperti kecelakaan, tundaan waktu, dan
kemacetan.
Salah satu sarana pengaturan lalu lintas adalah lampu lalu lintas. Lampu lalu
lintas merupakan suatu alat kendali dengan menggunakan lampu yang terpasang pada
persimpangan dan berfungsi secara otomatis untuk mengatur pergerakan arus lalu
lintas dalam interval waktu tertentu. Penggunaan sinyal dengan tiga warna yaitu
merah, hijau, dan kuning diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan
lalu lintas yang saling berpotongan. Sinyal lalu lintas juga digunakan untuk
memisahkan gerakan membelok dari lalu lintas lurus dan berlawanan. Hal ini sangat
berperan dalam menciptakan keseimbangan lalu lintas karena kendaraan dari ruas jalan
berbeda akan bergerak secara bergantian dan tidak saling mengganggu.
Pengoperasian lampu lalu lintas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi lalu lintas selama ini masih belum optimal. Lama tundaan waktu
untuk masing-masing lampu merah, hijau, dan kuning diatur tetap sepanjang hari,
terutama untuk kota Padang berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan kota
Padang pengaturan waktu lampu lalu lintas masih berupa fix time. Hal ini berlawanan
dengan volume kendaraan yang mengalami fluktuasi. Volume kendaraan akan
mengalami peningkatan pada jam-jam tertentu dan sebaliknya juga akan mengalami
penurunan pada jam-jam tertentu.
2
Fluktuasi volume kendaraan akan mengakibatkan adanya perbedaan kepadatan
kendaraan. Kondisi ini menimbulkan ketidakseimbangan dalam proses pengontrolan
pergerakan kendaraan karena tundaan waktu lampu lalu lintas pada kepadatan
kendaraan rendah tidak berbeda dengan tundaan waktu pada saat kepadatan kendaraan
tinggi. Idealnya pada kepadatan kendaraan tinggi membutuhkan tundaan waktu lampu
lalu lintas lebih lama dibandingkan ketika kepadatan kendaraan rendah sehingga
mampu memberi kesempatan lebih banyak pada kendaraan-kendaraan yang melewati
jalur padat tersebut.
Volume kendaraan yang datang pada suatu ruas jalan harus seimbang dengan
volume kendaraan yang mampu keluar dari jalur tersebut pada saat lampu hijau. Jika
volume kendaraan datang lebih besar dari yang keluar maka akan mengakibatkan
semakin panjangnya antrian kendaraan. Hal ini berpeluang besar menimbulkan
kemacetan yang memiliki berbagai dampak negatif seperti waktu tempuh perjalanan
semakin lama, pemakaian bahan bakar yang banyak hingga terjadi degradasi
lingkungan yang mengakibatkan tingginya tingkat polusi udara.
Pengontrolan waktu lampu lalu lintas dengan variable time berdasarkan tingkat
kepadatan kendaraan akan sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas lalu lintas.
Waktu tunda lampu lalu lintas yang sesuai dengan kebutuhan pergerakan kendaraan
baik pada saat kepadatan tinggi ataupun rendah akan menjadikan simpang mampu
menampung dan melewatkan kendaraan secara efektif. Pada saat kepadatan tinggi
tidak terjadi penumpukan kendaraan dan meminimalkan timbulnya kemacetan.,
sementara pada kepadatan rendah tidak terjadi waktu tunggu yang cukup lama akibat
lamanya waktu tunda lampu lalu lintas.
3
Perancangan sistem pengaturan lalu lintas pada dasarnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu jenis persimpangan, kapasitas simpang, volume dan kepadatan
kendaraan. Volume dan kepadatan kendaraan merupakan faktor yang tidak konstan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya, hal ini juga sudah dibuktikan dengan
pantauan langsung pada beberapa simpang di kota Padang. Untuk menghasilkan sistem
pengaturan lampu lalu lintas yang tepat maka diperlukan analisis aktual tentang
volume dan kepadatan kendaraan, sehingga hal ini selanjutnya akan menjadi
rekomendasi dalam perancangan instrumen lampu lalu lintas.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan
kendaraan. Karena itu sebagai judul penelitian ini adalah “ Estimasi waktu
pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan untuk tiga dan empat
fase di kota Padang”.
D. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terfokus, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah. Sebagai pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Persimpangan di kota Padang yang diestimasi waktu lampu lalu lintasnya yaitu
simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju Padang.
2. Volume dan kepadatan kendaraan meliputi kendaraan tak bermotor, sepeda motor,
kendaraan ringan dan kendaraan berat.
3. Perhitungan waktu pengontrolan lampu lalu lintas meliputi waktu siklus dan waktu
hijau lampu lalu lintas.
4
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini. Sebagai perumusan masalah penelitian
yaitu: “ Bagaimana hasil estimasi waktu pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan
kepadatan kendaraan untuk tiga dan empat fase di kota Padang ?”.
F. Pertanyaan Penelitian
Pada penelitian ini perlu dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian untuk
menjawab permasalahan yang telah diungkapkan yaitu:
1. Berapakah volume kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota
Padang ?
2. Berapakah tingkat kepadatan kendaraan di simpang Imam Bonjol dan simpang
Tinju kota Padang ?
3. Bagaimana hubungan antara waktu siklus dan waktu tunda dengan kepadatan
kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota Padang ?
G. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan perhitungan
estimasi waktu pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan untuk
tiga dan empat fase. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui volume kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota
Padang.
2. Mengetahui tingkat kepadatan kendaraan di simpang Imam Bonjol dan simpang
Tinju kota Padang.
5
3. Mengetahui hubungan antara waktu siklus dan waktu tunda dengan kepadatan
kendaraan pada simpang Imam Bonjol dan simpang Tinju kota Padang.
H. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian dalam bentuk perhitungan estimasi waktu pengontrolan
lampu lalulintas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Pembaca, untuk meningkatkan pengetahuan dan ide–ide kreatif untuk memperluas
wawasan dalam upaya peningkatan pengembangan elektronika dan instrumentasi
fisika.
2. KBK Elektronika dan Instrumentasi dan Jurusan fisika dalam pengembangan
penelitian dalam bidang kajian elektronika dan instrumentasi fisika.
3. Dinas DLLAJ, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sistem
pengontrolan lampu lalu lintas.
4. Peneliti lain, sebagai sumber ide dan referensi dalam pengembangan penelitian
dalam bidang elektronika dan instrumentasi.
5. Peneliti, sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi fisika S1 dan
pengembangan dibidang fisika khususnya kajian elektronika dan instrumentasi
fisika.
I. Kajian Pustaka
1. Volume dan Kepadatan Kendaraan
Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan kendaraan dan individu pengendara
yang melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan.
Karakteristik arus lalu lintas dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya yaitu
volume dan kepadatan. Volume kendaraan menurut Nurul (2003) adalah jumlah
6
kendaraan yang lewat pada suatu ruas jalan tiap satuan waktu. Volume kendaraan
dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam, kendaraan/hari, kendaraan/menit atau
smp/jam.
Volume kendaraan akan menentukan tingkat kepadatan kendaraan pada suatu
ruas jalan. Kepadatan menjadi parameter utama lalu lintas karena menggambarkan
kondisi kendaraan yang terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya, hal ini
sesuai dengan pengertian kepadatan menurut Leksmono (2008:30) adalah jumlah
kendaraan yang berada di lokasi jalan pada jarak tertentu pada saat tertentu dalam
kendaraan/km atau smp/km. Dengan demikian kepadatan juga merupakan ukuran
untuk mengetahui kualitas atau kinerja lalu lintas yang berguna untuk perancangan
pengaturan lalu lintas.
Hubungan antara volume dengan kepadatan digambarkan secara grafik dengan
model greenshield seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan antara Volume (Q) dan Kepadatan (D).(Sumber : Ahmad:2008)
Dari Gambar 1 dapat dijelaskan hubungan antara volume dan kepadatan yaitu pada
keadaan kepadatan mendekati nol (sangat rendah) maka volume juga mendekati nol.
Kepadatan akan bertambah seiring dengan pertambahan volume sampai mencapai
volume maksimal atau jenuh. Pada saat mencapai volume jenuh maka kepadatan juga
7
mencapai titik jenuh yaitu titik dimana kapasitas jalan sudah tercapai. Setelah
mencapai titik ini volume akan menurun walaupun kepadatan bertambah.
2. Kendaraan sebagai Alat Transportasi
Kendaraan adalah sarana transportasi, baik yang digerakkan oleh mesin
maupun oleh makhluk hidup. Kendaraan yang digerakkan mesin contohnya adalah
mobil, motor, kereta,perahu, pesawat, sementara kendaraan yang tidak digerakkan
peralatan teknik contohnya adalah becak. Pada transportasi darat Manual Kapasitas
Jalan Indonesia sudah mengklasifikasikan kendaraan menjadi beberapa jenis seperti
terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tipe kendaraan
No Jenis Kendaraan Defenisi
1 Kendaraan tak bermotor (UM) Kendaraan beroda bertenaga manusia atau hewan seperti sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong.
2 Sepeda bermotor (MC) Kendaraan motor beroda 2 atau 3
3 Kendaraan ringan (LV) Kendaraan bermotor roda 4 seperti mobil, oplet, pick up
4 Kendaraan berat (HV) Kendaraan bermotor roda 4 sepertibus, truk
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia : 1997)
Kendaraan memiliki dimensi dan kemampuan olah gerak yang berbeda dari
setiap jenisnya. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap karakteristik arus lalu lintas
yang dihasilkan karena arus lalu lintas terbentuk dari gabungan sejumlah kendaraan
dalam ruang jalan yang sama (mixed traffic). Karakteristik lalu lintas akan berbeda
untuk setiap komposisi kendaraan. Oleh karena itu, untuk keseragaman dan ketepatan
dalam analisis lalu lintas digunakan satuan pendekatan yang akan membandingkan
8
antara jenis kendaraan dengan kendaraan mobil penumpang yaitu satuan mobil
penumpang (smp) dan nilai konversinya adalah ekivalensi mobil penumpang (emp).
Satuan mobil penumpang merupakan sebuah konsep atau besaran yang
menyatakan nilai pengaruh suatu jenis kendaraan terhadap arus lalu lintas, Menurut
Leksmono (2008:24) satuan mobil penumpang adalah ukuran yang menunjukkan
ruang jalan yang dipergunakan oleh suatu jenis kendaraan serta kemampuan manuver
kendaraan tersebut. Atas dasar defenisi diatas maka secara sederhana nilai smp mobil
penumpang (kendaraan ringan) adalah 1, nilai smp sepeda motor < 1 dan nilai smp
kendaraan berat > 1. Nilai konversi smp untuk tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Nilai konversi satuan mobil penumpang
Jenis Kendaraan Nilai emp
Terlindung Terlawan
LVHVMC
1.01.30.2
1.01.30.4
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia : 1997)
Mobil penumpang dijadikan sebagai acuan smp karena mobil penumpang
mempunyai keseragaman dan kemampuan dalam mempertahankan kecepatan jalannya
dengan baik. Truk yang termasuk kendaraan berat disamping lebih
besar dan berat, berjalan lebih pelan, ruang jalan lebih banyak dan
sebagai akibatnya memberikan pengaruh yang lebih besar daripada
kendaraan mobil penumpang terhadap lalu lintas. Dasar-dasar smp
adalah berat, dimensi kendaraan, dan sifat-sifat operasi.. Nilai emp
juga berbeda berdasarkan tipe persimpangannya yaitu tipe
terlindung dan terlawan. Terlindung adalah tidak ada konflik dengan
9
arus dari arah berlawanan dan terlawan adalah adanya konflik
dengan arus dari arah yang berlawanan.
3. Lampu Lalu Lintas
Simpang bersinyal memiliki pengaturan lalu lintas yang dikendalikan oleh
sinyal lalu lintas. Sinyal lalu lintas merupakan peralatan pengatur lalu lintas yang
disebut dengan lampu lalu lintas dengan menggunakan tenaga listrik dan rambu untuk
mengarahkan atau memperingatkan pengguna jalan raya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Suprayitno (2009) yang mengatakan bahwa lampu lalu lintas adalah suatu
piranti pemberi sinyal yang ditempatkan di persimpangan jalan, penyeberangan jalan,
atau lokasi-lokasi lain untuk menunjukkan keadaan aman untuk mengendarai atau
berjalan sesuai dengan kode warna.
Pengaturan arus lalu lintas menggunakan lampu lalu lintas pada dasarnya
dimaksudkan agar pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan
kendaraan (vehicle group movement) dapat bergerak secara pergantian sehingga tidak
saling mengganggu antar arus yang ada. Pemasangan lampu lalu lintas ini juga
bertujuan untuk memenuhi suatu fungsi – fungsi sebagai berikut:
a. Mendapatkan gerakan lalu lintas yang teratur.
b. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada persimpangan jalan.
c. Memutuskan arus lalu lintas tinggi agar memungkinkan adanya penyeberangan
kendaraan atau pejalan kaki.
d. Mengatur jalur lalu lintas.
Secara internasional lampu lalu lintas telah memiliki standar untuk penentuan
warna lampu lalu lintas. Disetiap negara di dunia lampu lalu lintas berwarna merah,
kuning dan hijau meskipun ada perbedaan dalam pengaturannya. Misalnya secara
10
umum aturan nyala adalah hijau-kuning-merah, namun ada pula dengan aturan hijau-
kuning-merah-kuning. Warna kuning setelah merah dimaksudkan agar kendaraan
dapat bersiap-siap untuk bergerak (Ahmad:2004).
Pembakuan urutan dan makna lampu lalulintas menurut G.R Well (1993:74)
sebagai berikut:
a. Merah berarti : berhenti.
b. Hijau berarti : jalan.
c. Kuning berarti : hati-hati atau berhenti kecuali bila tidak berbahaya untuk
melakukannya.
Lampu lalu lintas diatur untuk mengulangi dengan tetap nyala lampu pada interval
waktu tertentu selama 24 jam. Pengesetan lampu lalu lintas dapat dihitung
menggunakan metode Webster dengan tahapan sebagai berikut :
a. Fase
Fase adalah suatu kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus atau beberapa
arus yang mendapatkan identifikasi lampu lalu lintas yang sama (Ahmad: 2004).
Contoh fase sinyal lalu lintas adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Perempatan dengan dua fase
Gambar 2 menggambarkan perempatan dengan dua fase. Setiap simpang memiliki
giliran berjalan dan berhenti sesuai dengan urutan fase masing-masing. Pada simpang
dua fase, fase pertama simpang utara dan selatan dizinkan berjalan atau melakukan
gerakan lurus, belok kiri dan belok kanan, sementara simpang barat dan timur berhenti.
11
Pada fase kedua simpang utara dan selatan berhenti, sementara simpang barat dan
timur dizinkan untuk berjalan.
Gambar 3. Perempatan dengan tiga fase
Gambar 3 menggambarkan perempatan dengan tiga fase. Pada tiga fase terdapat tiga
urutan giliran berjalan. Fase pertama simpang utara dan selatan dizinkan berjalan,
sementara simpang barat dan timur berhenti. Fase kedua simpang barat dan timur
dizinkan untuk berjalan, sementara simpang utara, selatan dan timur berhenti. Fase
ketiga simpang timur dizinkan untuk berjalan, sementara simpang utara, selatan dan
barat berhenti.
Gambar 4. Perempatan dengan empat fase
Gambar 4 menggambarkan perempatan dengan empat fase. Pada empat fase terdapat
empat urutan giliran berjalan, fase pertama simpang barat dizinkan berjalan, sementara
simpang utara, selatan dan timur berhenti. Fase kedua simpang utara dizinkan berjalan, 12
sementara simpang selatan, barat dan timur berhenti. Fase ketiga simpang timur
dizinkan berjalan, sementara simpang utara, selatan dan barat berhenti. Fase keempat
simpang selatan dizinkan berjalan, sementara simpang utara, barat dan timur berhenti.
b. Rasio arus simpang (y)
Arus normal merupakan jumlah kendaraan yang sesungguhnya lewat
dipersimpangan tiap satuan waktu tanpa lampu lalu lintas, sementara arus jenuh adalah
jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati persimpangan tiap satuan waktu
tanpa lampu lalu lintas. Perbandingan arus normal dengan arus jenuh disebut dengan
rasio arus simpang dan dapat diperoleh dengan persamaan :
……………………………………………………………………… (1)
Dimana q merupakan volume kendaraan normal dengan satuan smp/jam dan s
merupakan volume kendaraan pada arus jenuh dengan satuan smp/jam. Volume
kendaraan arus jenuh merupakan fungsi dari lebar jalan dan diperoleh dari persamaan :
s = 525w …………………………………………………………….……….(2)
w = lebar jalan (meter)
Persamaan diatas berlaku untuk lebar jalan antara 5 sampai 18 meter, untuk lebar jalan
kecil dari 5 meter berlaku aturan pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai arus jenuh untuk
W (m) 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 > 5.00S
(smp/jam)1850 1875 1975 2175 2550 525w
(Sumber: Herlina:2006)
Jumlah rasio arus setiap simpang (Y) adalah :
…………………………………………………………………….. (3)
13
c. Waktu hilang
Waktu hilang yaitu waktu dimana tidak ada pergerakan kendaraan dari setiap
kaki simpang karena semua sinyal menunjukkan merah. Waktu hilang berguna untuk
menjamin agar kendaraan terakhir pada fase hijau yang baru saja diakhiri memperoleh
waktu yang cukup untuk keluar dari daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari
fase berikutnya memasuki daerah yang sama. Waktu hilang disebut juga dengan all red
(R). Besarnya all red adalah:
R = I- a………………………………………………………………………(4)
Dimana a merupakan amber time atau waktu kuning. Sinyal kuning bertujuan untuk
memberi tanda agar arus segera berhenti. Besarnya periode waktu kuning untuk daerah
perkotaan di Indonesia adalah 3 detik. I merupakan intergreen time atau waktu antar
hijau. Waktu antar hijau merupakan periode waktu giliran jalan antara satu fase dengan
fase berikutnya. Dalam perencanaan lalu lintas waktu antar hijau dapat diasumsikan
berdasarkan nilai berikut.
Tabel 4. Nilai waktu antar hijau
Ukuran Simpang Rata-rata Lebar Jalan Nilai Normal Waktu Antar Hijau
KecilSedangBesar
6-9 meter10-14 meter
15 meter
4 detik / fase5 detik / fase6 detik / fase
(Sumber : Ahmad: 2004)
Waktu hilang total (L) dalam satu siklus lampu lalulintas besarnya adalah :
……………………………………………………….……(5)
Dimana l merupakan waktu hilang akibat kendaraan mulai bergerak dan bersiap akan
berhenti dan besarnya adalah 2 detik.
14
d. Waktu siklus
Waktu siklus merupakan waktu yang dibutuhkan oleh satu urutan indikator
sinyal lalu lintas secara lengkap. Waktu satu siklus lampu lalu lintas adalah antara 40
sampai 130 detik. Hal ini sesuai dengan batas yang disarankan oleh Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI) yang terdapat dalam Tabel 3.
Tabel 5. Waktu siklus lampu lalu lintas
Tipe Waktu siklus yang layak (detik)2 fase3 fase4 fase
40 – 8050 – 10080 – 130
(Sumber : Ahmad: 2004)
Secara perhitungan untuk memperoleh waktu siklus dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
………………………………………………………………(6)
Dimana :
C = waktu siklus
L = waktu hilang total
Y = jumlah rasio arus setiap simpang
e. Waktu hijau
Waktu hijau merupakan waktu yang dipergunakan oleh antrian kendaraan dari
kaki simpang untuk melewati garis henti selama fase hijau dan dinyatakan dalam detik.
Waktu hijau yang lebih pendek dari 10 detik harus dihindari, karena hal ini mungkin
untuk menghasilkan banyak pengemudi yang berlawanan setelah lampu merah dan
kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan. Waktu hijau untuk masing-
masing fase dapat dihitung dengan persamaan :
15
……………………………………………………………… (7)
Dimana :
gi = waktu hijau fase i
yi = rasio arus simpang pada fase i
C = waktu siklus
L = waktu hilang total
Waktu hijau aktual tiap fase kemudian diperoleh dengan persamaan :
………………………………………………………….…….(8)
J. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian terhadap estimasi waktu pengontrolan lampu lalu lintas berdasarkan
kepadatan kendaraan untuk tiga dan empat fase di kota Padang dilakukan di simpang
Tinju dan simpang Imam Bonjol Padang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 minggu
untuk masing-masing simpang dan dengan periode waktu 12 jam yaitu pada pukul
06.00 – 18.00 WIB. Penelitian ini meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu studi
pustaka, survei, pengambilan data, dan analisis data.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei. Menurut Nur Fitriani
(2008) penelitian survei adalah penelitian tentang karakteristik dari seluruh kelompok
yang hendak diteliti atau populasi dengan meneliti sebagian dari kelompok populasi
tersebut yang disebut dengan sampel. Penelitian survei dilakukan untuk mendapatkan
informasi faktual yang mendeskripsikan gejala yang ada atau mendapatkan keadaan
16
atau peristiwa yang sedang berlangsung untuk kemudian dapat dijadikan sebagai
kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa datang.
Tujuan penelitian survei adalah untuk memahami tentang karakteristik dari
seluruh kelompok yang hendak diteliti atau populasi dengan meneliti sebagian dari
kelompok populasi tersebut yang selanjutnya disebut dengan sampel. Langkah-langkah
dalam penelitian survei adalah perencanaan, menentukan populasi dan menarik
sampel dari populasi tersebut, membuat instrumen, melakukan survei, dan memproses
data yaitu analisis dan interpretasi (Susilo: 2005).
3. Peralatan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan beberapa peralatan yaitu pencacah
(hand counter), pita ukur (roll meter), jam, formulir penelitian dan peralatan tulis.
Pencacah (hand counter) digunakan untuk menghitung kendaraan yang melewati tiap
simpang. Pita ukur (roll meter) digunakan untuk mendapatkan data geometri jalan
yaitu dengan mengukur lebar jalan. Jam digunakan sebagai penunjuk waktu selama
pelaksanaan survei dan formulir penelitian merupakan instrumen untuk mencatat hasil
data-data primer yang diperoleh saat survei.
4. Rancangan Penelitian
a. Variabel penelitian
Variabel utama yang diukur yaitu jumlah kendaraan dari masing-masing
kendaraan tak bermotor, kendaraan bermotor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat
yang melewati tiap-tiap ruas jalan atau simpang. Variabel kedua adalah lebar jalan tiap
simpang.
17
b. Persiapan penelitian
Sebelum melakukan penelitian dilakukan survei pendahuluan yang bertujuan
untuk mengetahui lokasi survei yang pilih, informasi awal mengenai pola arus lalu
lintas di lokasi tersebut, dan kondisi lingkungan sekitar simpang. Selain itu survei ini
juga berfungsi untuk :
1) Menentukan penempatan titik lokasi survei yang memudahkan pengamat.
2) Membiasakan penyurvei dalam survei dan menggunakan alat yang akan
digunakan.
3) Memahami kesulitan yang mungkin muncul pada saat pelaksanaan survei dan
melakukan perbaikan sesuai dengan keadaan lapangan.
Pengambilan data dilakukan oleh beberapa pengamat. Sebelum melaksanakan survei
diberikan penjelasan kepada seluruh pengamat tentang tugas dan tanggungjawab
masing-masing yaitu cara pengisian formulir penelitian dan pembagian posisi survei
yang menyangkut pembagian arah dan jenis kendaraan bagi tiap penyurvei sesuai
dengan formulir yang dipegang.
c. Prosedur penelitian
1). Mengetahui volume kendaraan
a) Mencatat jumlah kendaraan selama 12 jam mulai pukul 06.00-18.00 WIB yang
melalui masing-masing kaki persimpangan untuk gerakan belok kiri, belok kanan
dan lurus dan dibedakan sesuai dengan tipe kendaraan.
b) Mengkonversikan jumlah kendaraan yang telah diperoleh kedalam satuan smp/jam.
c) Merata-ratakan data kendaraan dalam smp/jam selama satu minggu sehingga
diperoleh volume kendaraan harian rata-rata.
18
2). Mengetahui tingkat kepadatan kendaraan
a) Mencatat jumlah kendaraan setiap satuan km selama 15 menit dalam satu jam.
b) Mengkonversikan jumlah kendaraan yang telah diperoleh kedalam satuan smp/km.
c) Merata-ratakan data kendaraan dalam smp/km selama satu minggu sehingga
diperoleh kepadatan kendaraan harian rata-rata.
d) Mengelompokkan data kepadatan kendaraan menjadi tingkat kepadatan
berdasarkan plot nilai kepadatan kendaraan dan volume kendaraan.
3) Mengetahui hubungan waktu siklus dan waktu tunda dengan kepadatan
a) Melakukan perhitungan waktu siklus dan waktu tunda berdasarkan nilai volume
kendaraan ditiap tingkat kepadatan kendaraan.
b) Memplot grafik antara waktu siklus dengan tingkat kepadatan kendaraan.
c) Memplot graafik antara waktu tunda masing-masing lampu lalu lintas untuk tiap
fase dengan kepadatan kendaraan.
5. Teknik Pengumpul Data
Penelitian ini mengggunakan metode survei yaitu dengan mengadakan
pengamatan langsung keadaan lapangan. Data penelitian berdasarkan sumber data
terdiri dari data primer dan data sekunder. Menurut Nasution (1987) Data primer
adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau laboratorium. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder seperti surat-surat pribadi,
kitab harian, notulen rapat, dokumen-dokumen resmi dari berbagai lembaga
pemerintah atau swasta. Oleh karena itu, data yang diperoleh dari penelitian ini adalah
data primer karena diperoleh dengan cara observasi langsung ke lapangan.
19
6. Teknik Analisis Data
Analisis data perlu dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan. Teknik analisis
data yang akan dilakukan adalah secara grafik dan secara statistik deskriptif. Grafik
berguna untuk memberikan hasil secara visual dalam melukiskan hubungan dua
variabel. Plot data bertujuan untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel
yang diukur. Hal ini dapat dilakukan dengan memplot data pada koordinat XY
menggunakan program microsoft excel. Teknik umum yang digunakan untuk memplot
data pada grafik XY yaitu variabel bebas diplot pada sumbu X dan variabel terikat
diplot pada sumbu Y (Kirkup, L. 1994: 24).
Analisis data secara statistik deskriptif menurut Setiawan (2005) merupakan
metode analisis yang biasa digunakan untuk menyederhanakan data agar mudah
dipahami, penyajiannya bisa dalam bentuk tabel, bentuk diagram dan grafik seperti
diagram batang, kurva dll. Statistika deskriptif digunakan untuk mengukur gejala
pemusatan dan dispersi atau simpangan data. Termasuk ukuran gejala pusat adalah
mean atau rata-rata, modus, median, dan persentil dan yang tergolong ukuran dispersi
data adalah rentang maksimum minimum, deviasi standard, dan koefisien variasi.
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, selanjutnya dikelompokkan sesuai
dengan identifikasi permasalahan. Berdasarkan data volume kendaraan selama satu
minggu akan diperoleh volume kendaraan harian rata-rata tiap jam. Tingkat kepadatan
kendaraan diperoleh dari data kendaraan dalam smp/km tiap jam selama satu minggu,
kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh kepadatan kendaraan harian rata-rata.
Volume kendaraan rata-rata yang diperoleh tiap tingkat kepadatan selanjutnya
dilakukan perhitungan terhadap waktu siklus dan waktu hijau sehingga diperoleh
waktu tunda untuk tiap sinyal lampu lalu lintas. Data volume aktual dibandingkan
20
dengan volume kendaraan jenuh menggunakan persamaan 1, dimana volume
kendaraan jenuh sebelumnya dihitung menggunakan persamaan 2. Selanjutnya
menghitung besar waktu hilang total dalam satu siklus lampu lalu lintas menggunakan
persamaan 5 dengan menggunkan waktu amber atau waktu kuning standar daerah
perkotaan yaitu 3 detik.
Berdasarkan nilai rasio arus simpang total dan waktu hilang maka waktu siklus
lampu lalu lintas dapat dihitung menggunakan persamaan 6. Waktu hijau efektif untuk
tiap fase diperoleh dengan persamaan 7 dan waktu hijau aktual untuk tiap simpang
diperoleh dengan menggunakan persamaan 8. Setelah diperoleh waktu hijau setiap
simpang maka waktu merah dapat diperoleh dengan mengurangi waktu siklus dengan
jumlah waktu hijau dan waktu kuning.
21