212472713 modul 2 sampling dan analisis ayak

Upload: fernandez-andes

Post on 16-Oct-2015

188 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

wew

TRANSCRIPT

  • 1

    Laporan Modul 2, MG3017

    Sampling dan Analisis Ayak

    Hafidha Dwi Putri Aristien (12111003) / Kelompok 2 / Senin, 3 Maret 2014

    Asisten : Julius Kristianto Wijaya (12510028)

    Abstrak Praktikum Modul 2 Tujuan dari percobaan sampling adalah mempelajari teknik-teknik sampling dan reduksi jumlahnya,

    serta untuk menguasai data-data statistika yang digunakan pada sampling. Analisis ayak dapat digunakan untuk menentukan efisiensi

    berbagai peralatan, menghitung derajat liberasi, serta mencari penyebab dan ukuran mineral berharga yang hilang bersama tailing.

    Percobaan sampling dilakukan sebanyak tiga kali menggunakan metode riffle, coning and quartering, dan increment sampling.

    MAsing-masing percobaan tersebut diikuti dengan grain counting yang hasilnya akan digunakan untuk uji statistik. Sedangkan pada

    percobaan analisis ayak, sampel akan diayak dengan ayakan berukuran berbeda-beda, dan diukur berat material tertampung di

    setiap fraksinya. Dari percobaan analisis ayak, akan dibuat grafik untuk mencari hubungan antara ukuran partikel dan banyak

    material yang lolos ayakan.

    A. Tinjauan Pustaka

    Sampling

    Sampling (pengambilan conto) merupakan tahap awal dari

    suatu analisis. Pengambilan conto harus efektif, cukup

    seperlunya tapi representatif (mewakili). Sampling harus

    dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga hasil sampling

    yang didapat mampu mewakili material yang begitu banyak

    dan dapat dipakai sebagai patokan untuk mengontrol apakah

    proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau tidak.

    Sampling dilakukan untuk dapat mengidentifikasi populasi

    (jumlah yang lebih besar). Parameter (besaran tentang

    populasi) tidak pernah dapat diketahui secara mutlak, sehingga

    dilakukan pendekatan menggunakan statistik (besaran yang

    diperoleh dari conto). Dengan kata lain, smapling merupakan

    teknik statistik yang didasarkan pada teori peluang.

    Berdasarkan cara melakukannya, sampling dibagi menjadi dua

    jenis, yaitu random sampling dan sistematic sampling.

    Random sampling adalah cara mengumpulkan conto

    sedemikian rupa sehingga setiap unit dalam populasi memiliki

    peluang yang sama untuk diambil. Sedangkan sistematic

    sampling merupakan cari mengumpulkan conto dari populasi

    pada interval yang spesifik dan teratur, baik dalam jumlah,

    waktu, dan ruang.

    Dalam operasi sampling dikenal pula increment, yaitu

    sejumlah material yang diambil sebagai conto dari populasi

    dengan menggunakan alat sampling dan dengan satu kali

    operasi pengambilan.

    Pada skala yang lebih besar (pabrik pengolahan bahan galian),

    sampling dan pembobotan dilakukan sebelum material masuk

    ke pengolahan lebih lanjut untuk mengurangi risiko terjadinya

    losses. Sampel diambil menggunakan automatic sampling

    maupun vezin sampler yang masing-masing memiliki cutter

    sebagai pengambil sampel.

    Setelah diambil, sampel material harus diuji kadarnya maupun

    derajat liberasinya untuk melihat secara umum karakteristik

    fisik dari bahan galian. Pengujian kadar dan derajat liberasi

    tersebut diikuti dengan uji statistik untuk menentukan

    keakuratan metode sampling yang dilakukan. Parameter

    statistik yang paling umum untuk menentukan akurasi

    perocbaan adalah variansi dan standar deviasi (simpangan

    baku). Semakin kecil variansi dan standar deviasinya, semakin

    kecil eror dari percobaan.

    Gambar 1. Vezin sampler dan automatic sampler

    Analisis Ayak

    Ukuran partikel mineral atau bahan lainnya akan mudah

    ditentukan jika ukurannya relatif lebih besar dan bentuknya

    teratur seperti kubik atau bola. Namun dalam kenyataannya

    bijih memiliki bentuk yang tidak beraturan, sehingga sulit

    untuk menentukan ukuran yang tepat. Agar diperoleh nilai

  • 2

    ukuran bijih atau bahan lain yang representatif dan dapat

    diterima oleh banyak kalangan, maka dibuat standar nilai yang

    dapat memperkirakan ukuran.

    Salah satu metode untuk mendapatkan diameter nominal pada

    pengolahan mineral, selain metode sedimentasi, adalah

    metode ayakan. Analisis ayak dilakukan dengan menggunakan

    ayakan seri dengan ukuran lubang tertentu. Pengayakan

    dilakukan setelah proses kominusi, sehingga seharusnya

    distribusi jumlah akan lebih banyak pada partikel dengan

    ukuran butir halus.

    Ada dua jenis pengayakan yang umum kita ketahui, yaitu

    sieving dan screening. Perbedaan mendasar dari kedua jenis

    pengayakan tersebut adalah skala penggunaannya, sieving

    digunakan dalam skala laboratorium, sedangkan screening

    digunakan dalam skala yang lebih besar yaitu pada pabrik

    pengolahan.

    Analisis ayak dilakukan dalam suatu alat yang terdiri dari

    susunan ayakan dan mesin penggetar (vibrator). Ayakan

    disusun dengan lubang ayakan besar di atas dan ayakan

    berlubang kecil di bawah secara berurutan.

    Gambar 2. Seri Ayakan

    Cara yang paling umum merepresentasikan ukuran dan

    distribusi partikel adalah menggunakan grafik atau kurva

    dengan memplot data berat kumulatif lolos dan ukuran lubang

    ayakan, dimana jika kedua statistik tersebut dinyatakan dalam

    bilangan logaritmik, maka grafiknya akan disebut grafik

    Gaudin-Schuhman.

    B. Data Percobaan

    Sampling

    Dalam percobaan sampling, prosedur yang kami lakukan

    adalah sebagai berikut.

    1. Mengaduk bahan yang telah disediakan di Laboratorium,

    yaitu campuran kasiterit (SnO2) dan kuarsa (SiO2)

    2. Menimbang bahan sebanyak 500 gram, kemudian

    membaginya menggunakan pembagi cntoh riffle hingga

    diperoleh contoh akhir sebanyak 125 gram

    3. Menaburkan sejumlah butir (dari contoh akhir) di atas

    kotak grain counting

    4. Melakukan grain counting sebanyak 7 kali

    5. Melakukan langkah 1-4 menggunakan metode coning and

    quartering dan metode increment sampling

    Dari percobaan tersebut, kemudian data diolah dan

    menghasilkan data sebagai berikut.

    a. Riffle

    Tabel 1. Data grain counting metode riffle

    Metode Riffle

    Percobaan

    Ke-/Kotak

    Nomor

    1 2 3 4 5

    H P H P H P H P H P

    1 57 5 18 0 3 5 9 1 9 4

    2 92 11 7 1 4 2 16 2 3 2

    3 5 2 1 1 2 2 4 1 0 1

    4 27 8 15 4 11 5 9 6 12 3

    5 16 6 7 8 10 9 4 2 3 2

    6 13 3 4 2 5 0 3 0 10 2

    7 19 8 19 2 16 2 10 2 11 3

    b. Coning and Quartering

    Tabel 2. Data grain counting metode coning and quartering

    Coning and Quartening

    Percobaan

    Ke-/Kotak

    Nomor

    1 2 3 4 5

    H P H P H P H P H P

    1 21 5 18 5 15 2 5 0 5 2

    2 10 6 2 0 2 0 4 1 9 2

    3 16 7 6 1 9 0 6 1 10 1

    4 36 11 27 7 40 14 15 3 16 3

    5 54 17 38 4 54 21 16 2 22 6

    6 30 14 18 3 18 5 15 2 9 7

    7 31 11 36 8 18 2 21 2 13 2

    c. Increment Sampling

    Tabel 3. Data grain counting metode increment sampling

    Increment Sampling

    Percobaan

    Ke-/Kotak

    Nomor

    1 2 3 4 5

    H P H P H P H P H P

  • 3

    1 10 4 6 0 11 2 4 1 8 1

    2 14 6 19 3 24 11 6 0 4 6

    3 24 15 15 2 27 10 15 4 12 3

    4 26 14 16 3 43 16 9 1 19 4

    5 10 2 6 0 19 4 2 0 19 3

    6 16 5 15 2 15 3 9 2 19 1

    7 20 8 15 1 26 7 7 0 18 1

    Analisis Ayak

    Dalam percobaan analisis ayak, prosedur yang kami lakukan

    adalah sebagai berikut.

    1. Menimbang contoh sebanyak 100 gram dari material yang

    telah disediakan di Laboratorium (campuran antara

    kasiterit SnO2 dan kuarsa SiO2)

    2. Memasukkan contoh ke dalam saringan yang telah disusun

    sebagai berikut 65-100-150-200 mesh

    3. Melakukan sieving selama 15 menit

    4. Menimbang masing-masing fraksi hasil ayakan.

    Dari percobaan tersebut, kemudian data diolah dan hasilnya

    sebagai berikut.

    Tabel 4. Data berat material tiap fraksi pada analisis ayak

    Sieving Analysis

    Ukuran Berat (gram)

    + 65 176

    - 65 + 100 285

    -100+150 27

    -150 +200 17

    -200 8

    C. Pengolahan Data Percobaan

    1. Sampling

    Derajat Liberasi

    Kadar

    Diketahui kasiterit = 7 g/cm3

    kuarsa = 2,65 g/cm3

    Untuk mendapatkan data kadar material, digunakan rumus

    perhitungan dengan bobot massa jenis sebagai berikut.

    dengan H : kasiterit (SnO2)

    P : kuarsa (SiO2)

    Variansi (S2)

    S2 =

    dengan n : banyak data

    : rata-rata (mean)

    Simpangan Baku (S)

    S =

    Hasil dari perhitungan tersebut, derajat liberasi dan kadar

    dapat dilihat pada tabel berikut.

    a. Riffle

    Tabel 5. Derajat liberasi material pada metode riffle

    Percobaan

    Ke-/No.

    Derajat Liberasi Kasiterit

    1 2 3 4 5

    1 91.94% 100.00% 37.50% 90.00% 69.23%

    2 89.32% 87.50% 66.67% 88.89% 60.00%

    3 71.43% 50.00% 50.00% 80.00% 0.00%

    4 77.14% 78.95% 68.75% 60.00% 80.00%

    5 72.73% 46.67% 52.63% 66.67% 60.00%

    6 81.25% 66.67% 100.00% 100.00% 83.33%

    7 70.37% 90.48% 88.89% 83.33% 78.57%

    Percobaan

    Ke-/No.

    Derajat Liberasi Kuarsa

    1 2 3 4 5

    1 8.06% 0.00% 62.50% 10.00% 30.77%

    2 10.68% 12.50% 33.33% 11.11% 40.00%

    3 28.57% 50.00% 50.00% 20.00% 100.00%

    4 22.86% 21.05% 31.25% 40.00% 20.00%

    5 27.27% 53.33% 47.37% 33.33% 40.00%

    6 18.75% 33.33% 0.00% 0.00% 16.67%

    7 29.63% 9.52% 11.11% 16.67% 21.43%

    Tabel 6. Kadar material pada metode riffle

    Percobaan

    Ke-/No.

    Kadar Kasiterit

    1 2 3 4 5

    1 96.79% 100.00% 61.31% 95.96% 85.60%

    2 95.67% 94.87% 84.08% 95.48% 79.85%

    3 86.85% 72.54% 72.54% 91.35% 0.00%

  • 4

    4 89.91% 90.83% 85.32% 79.85% 91.35%

    5 87.57% 69.80% 74.59% 84.08% 79.85%

    6 91.97% 84.08% 100.00% 100.00% 92.96%

    7 86.25% 96.17% 95.48% 92.96% 90.64%

    Percobaan

    Ke-/No.

    Kadar Kuarsa

    1 2 3 4 5

    1 3.21% 0.00% 38.69% 4.04% 14.40%

    2 4.33% 5.13% 15.92% 4.52% 20.15%

    3 13.15% 27.46% 27.46% 8.65% 100.00%

    4 10.09% 9.17% 14.68% 20.15% 8.65%

    5 12.43% 30.20% 25.41% 15.92% 20.15%

    6 8.03% 15.92% 0.00% 0.00% 7.04%

    7 13.75% 3.83% 4.52% 7.04% 9.36%

    b. Coning and Quartering

    Tabel 7. Derajat liberasi material pada metode coning and quartering

    Percobaan

    Ke-/No.

    Derajat Liberasi Kasiterit

    1 2 3 4 5

    1 80.77% 78.26% 88.24% 100.00% 71.43%

    2 62.50% 100.00% 100.00% 80.00% 81.82%

    3 69.57% 85.71% 100.00% 85.71% 90.91%

    4 76.60% 79.41% 74.07% 83.33% 84.21%

    5 76.06% 90.48% 72.00% 88.89% 78.57%

    6 68.18% 85.71% 78.26% 88.24% 56.25%

    7 73.81% 81.82% 90.00% 91.30% 86.67%

    Percobaan

    Ke-/No.

    Derajat Liberasi Kuarsa

    1 2 3 4 5

    1 19.23% 21.74% 11.76% 0.00% 28.57%

    2 37.50% 0.00% 0.00% 20.00% 18.18%

    3 30.43% 14.29% 0.00% 14.29% 9.09%

    4 23.40% 20.59% 25.93% 16.67% 15.79%

    5 23.94% 9.52% 28.00% 11.11% 21.43%

    6 31.82% 14.29% 21.74% 11.76% 43.75%

    7 26.19% 18.18% 10.00% 8.70% 13.33%

    Tabel 8. Kadar material pada metode coning and quartering

    Percobaan

    Ke-/No.

    Kadar Kasiterit

    1 2 3 4 5

    1 91.73% 90.48% 95.19% 100.00% 86.85%

    2 81.49% 100.00% 100.00% 91.35% 92.24%

    3 85.79% 94.06% 100.00% 94.06% 96.35%

    4 89.63% 91.06% 88.30% 92.96% 93.37%

    5 89.35% 96.17% 87.17% 95.48% 90.64%

    6 84.99% 94.06% 90.48% 95.19% 77.25%

    7 88.16% 92.24% 95.96% 96.52% 94.50%

    Percobaan

    Ke-/No.

    Kadar Kuarsa

    1 2 3 4 5

    1 8.27% 9.52% 4.81% 0.00% 13.15%

    2 18.51% 0.00% 0.00% 8.65% 7.76%

    3 14.21% 5.94% 0.00% 5.94% 3.65%

    4 10.37% 8.94% 11.70% 7.04% 6.63%

    5 10.65% 3.83% 12.83% 4.52% 9.36%

    6 15.01% 5.94% 9.52% 4.81% 22.75%

    7 11.84% 7.76% 4.04% 3.48% 5.50%

    c. Increment Sampling

    Tabel 9. Derajat liberasi material pada metode increment sampling

    Percobaan

    Ke-/No.

    Derajat Liberasi Kasiterit

    1 2 3 4 5

    1 71.43% 100.00% 84.62% 80.00% 88.89%

    2 70.00% 86.36% 68.57% 100.00% 40.00%

    3 61.54% 88.24% 72.97% 78.95% 80.00%

    4 65.00% 84.21% 72.88% 90.00% 82.61%

    5 83.33% 100.00% 82.61% 100.00% 86.36%

    6 76.19% 88.24% 83.33% 81.82% 95.00%

    7 71.43% 93.75% 78.79% 100.00% 94.74%

    Percobaan

    Ke-/No.

    Derajat Liberasi Kuarsa

    1 2 3 4 5

    1 28.57% 0.00% 15.38% 20.00% 11.11%

    2 30.00% 13.64% 31.43% 0.00% 60.00%

    3 38.46% 11.76% 27.03% 21.05% 20.00%

    4 35.00% 15.79% 27.12% 10.00% 17.39%

    5 16.67% 0.00% 17.39% 0.00% 13.64%

    6 23.81% 11.76% 16.67% 18.18% 5.00%

    7 28.57% 6.25% 21.21% 0.00% 5.26%

    Tabel 10. Kadar material pada metode increment sampling

    Percobaan

    Ke-/No.

    Kadar Kasiterit

    1 2 3 4 5

    1 86.85% 100.00% 93.56% 91.35% 95.48%

    2 86.04% 94.36% 85.21% 100.00% 63.78%

    3 80.87% 95.19% 87.70% 90.83% 91.35%

    4 83.07% 93.37% 87.65% 95.96% 92.62%

    5 92.96% 100.00% 92.62% 100.00% 94.36%

    6 89.42% 95.19% 92.96% 92.24% 98.05%

    7 86.85% 97.54% 90.75% 100.00% 97.94%

    Percobaan

    Ke-/No.

    Kadar Kuarsa

    1 2 3 4 5

    1 13.15% 0.00% 6.44% 8.65% 4.52%

    2 13.96% 5.64% 14.79% 0.00% 36.22%

    3 19.13% 4.81% 12.30% 9.17% 8.65%

    4 16.93% 6.63% 12.35% 4.04% 7.38%

    5 7.04% 0.00% 7.38% 0.00% 5.64%

    6 10.58% 4.81% 7.04% 7.76% 1.95%

    7 13.15% 2.46% 9.25% 0.00% 2.06%

  • 5

    Secara keseluruhan,

    Tabel 11. Statistik kasiterit dan kuarsa dari percobaan sampling

    Kadar Kasiterit

    Metode Rata-rata Variansi SD

    Riffle 85.04% 0.030488 0.174609

    Coning-quartering 92.09% 0.002639 0.051367

    Increment sampling 91.89% 0.004914 0.070103

    Kadar Kuarsa

    Metode Rata-rata Variansi SD

    Riffle 14.96% 0.030488 0.174609

    Coning-quartering 7.91% 0.002639 0.051367

    Increment sampling 8.11% 0.004914 0.070103

    (Perhitungan rinci untuk rata-rata, variansi, dan standar

    deviasi disertakan pada lampiran)

    Selang Rataan

    dengan : rata-rata (mean) sampel

    : didapat dari tabel distribusi t-student

    S : standar deviasi

    N : banyak data

    : rata-rata populasi

    Untuk selang kepercayaan 95% (=5%), maka:

    a. Riffle

    (kasiterit)

    0,7895 < kasiterit < 0,9113

    (kuarsa)

    0,0887 < kuarsa < 0,2105

    b. Coning and Quartering

    (kasiterit)

    0,9030 < kasiterit < 0,9388

    (kuarsa)

    0,0612 < kuarsa < 0,0970

    c. Increment Sampling

    (kasiterit)

    0,8944 < kasiterit < 0,9434

    (kuarsa)

    0,0566 < kuarsa < 0,1056

    2. Analisis Ayak

    Berdasarkan percobaan analisis ayak, didapat data sebagai

    berikut.

    Tabel 12. Sieving Analysis (1)

    Sieving analysis

    Ukuran

    (#)

    Ukuran

    (mm)

    Berat tertampung

    (gram)

    % Berat

    Tertampung

    +65 0.212 176 34.3079922

    +100 0.15 285 55.55555556

    +150 0.106 27 5.263157895

    +200 0.075 17 3.313840156

    -200 0.075 8 1.559454191

    total 513

    Tabel 13. Sieving Analysis (2)

    Sieving analysis

    Ukuran

    (#)

    Ukuran

    (mm)

    % Berat Kumulatif

    Tertampung

    % Berat

    Kumulatif Lolos

    +65 0.212 34.3079922 65.6920078

    +100 0.15 89.86354776 10.13645224

    +150 0.106 95.12670565 4.873294347

    +200 0.075 98.44054581 1.559454191

    -200 0.075 100 0

    Dari data tersebut, dapat dibuat lima grafik sebagai berikut.

    a. Direct plot

  • 6

    Gambar 3. Grafik direct plot (% berat tertampung terhadap ukuran partikel dalam mm)

    b. Cumulative direct plot (menggunakan % berat kumulatif

    tertampung)

    Gambar 4. Grafik cumulative direct plot a (% berat kumulatif tertampung terhadap ukuran partikel dalam mm)

    c. Cumulative direct plot (menggunakan % berat kumulatif

    lolos)

    Gambar 5. Grafik cumulative direct plot b (% berat kumulatif lolos terhadap ukuran partikel dalam mm)

    d. Semi-log plot

    y = 0.006 (log x) - 1.0433

    R = 0.7256

    Gambar 6. Grafik semi-log plot (% berat kumulatif lolos terhadap log ukuran partikel dalam mm)

    e. Log-log plot (Gaudin-Schuhman)

    log y = 3.6232 (log x) + 4.1627

    R = 0.9709

    Gambar 7. Grafik log-log plot (log % berat kumulatif lolos terhadap log ukuran partikel dalam mm)

    Dari grafik tersebut, didapatkan nilai koefisien korelasi R2

    sebagai berikut (menggunakan trendline Excel).

    Tabel 14. Data koefisien korelasi (R2) dari setiap grafik analisis ayak

    Grafik

    Koef.

    Korelasi

    R2

    Direct plot 0.5571

    Cumulative direct plot (menggunakan % berat

    kumulatif tertampung)

    0.8352

    Cumulative direct plot (menggunakan % berat

    kumulatif lolos)

    0.8352

    Semi-log plot 0.7256

    Log-log plot 0.9657

    Modulus Ukuran (k)

    Grafik Gaudin-Schuhman dapat dinyatakan sebagai berikut.

  • 7

    dengan y : % berat kumulatif lolos ukuran x

    m : modulus distribusi (gradien kurva)

    k : modulus ukuran dalam micron

    x : ukuran partikel

    Dalam praktik, k adalah ukuran ayakan dimana 80% material

    lolos.

    Sedangkan dari grafik, didapatkan persamaan

    log y = 3,6232 + 4,1627

    m = 3,6232

    Untuk 80% berat kumulatif partikel lolos,

    log 80 = 3,6232 + 4,1627

    = - 0,624

    = 0,238 mm

    Nilai disubstitusikan pada persamaan Gaudin-Schuhman,

    = 0,253 mm = 253 m

    Efisiensi Alat

    Efisiensi alat dapat dihitung berdasarkan perbandingan berat

    akhir material yang didapatkan terhadap berat material mula-

    mula, yang dinyatakan sebagai berikut.

    Eror

    Jumlah partikel yang ditimbang di awal adalah 500 gram.

    Berat partikel secara kumulatif dari hasil penjumlahan berat

    partikel tiap fraksi setelah pengayakan adalah sebesar 513

    gram.

    Sehingga nilai eror dapat dihitung sebagai berikut.

    sehingga didapat

    D. Analisis Hasil Percobaan

    Sampling

    Berdasarkan hasil pengujian statistik dan penghitungan selang

    rataan pada masing-masing metode, selang rataan pada riffle

    yaitu 0,7895 < kasiterit < 0,9113 dan 0,0887 < kuarsa < 0,2105,

    lebih lebar rentangnya daripada metode coning-quartering

    yaitu sebesar 0,9030 < kasiterit < 0,9388 dan 0,0612 < kuarsa <

    0,0970 ataupun daripada metode increment sampling sebesar

    0,8944 < kasiterit < 0,9434 dan 0,0566 < kuarsa < 0,1056.

    Semakin lebar rentang selang rataan, berarti semakin kecil

    kesalahan tebakan (lebih akurat). Sehingga didapatkan bahwa

    metode riffle adalah metode paling akurat dari percobaan

    sampling ini.

    Secara teori, metode riffle memiliki tingkat akurasi lebih

    tinggi jika dibandingkan dengan metode coning and

    quartering dan metode increment sampling. Hal ini

    disebabkan karena pada metode coning and quartering, lebih

    banyak faktor kualitatif praktikan yang terlibat, seperti

    membagi kerucut terpancung menjadi empat bagian dan

    pemisahan bagian tersebut untuk kemudian dipindahkan.

    Semakin banyak faktor kualitatif praktikan terlibat, semakin

    besar kemungkinan terjadinya eror. Sedangkan pada

    increment sampling, pengambilan sampel hanya dalam satu

    kali operasi dan dalam jumlah yang tidak banyak menjadi

    faktor utama tidak akuratnya hasil yang didapatkan.

    Analisis Ayak

    Perbandingan koefisien korelasi (R2) yang ditunjukkan pada

    tabel 14, dihasilkan dari trendline persamaan masing-masing

    grafik. Koefisien korelasi menunjukkan keterkaitan antara

    variabel-variabel pada grafik, dimana nilai korelasi semakin

    tinggi jika R2 semakin mendekati 1 atau -1. Hasil percobaan

    menunjukkan bahwa grafik log-log plot (Gaudin Schuhman)

    memiliki koefisien korelasi paling tinggi, yang berarti bahwa

    hubungan antara %berat kumulatif material lolos dan ukuran

    partikel memiliki keterkaitan paling tinggi jika dinyatakan

    masing-masing dalam skala logaritmanya. Rendahnya nilai

    koefisien korelasi pada grafik direct plot juga

    mengindikasikan bahwa ukuran partikel memiliki hubungan

    lebih erat terhadap berat kumulatif material tertampung

    ataupun material lolos, dibandingkan dengan hubungannya

    terhadap berat material setiap fraksi.

    Pada grafik Gaudin-Schuhman, nilai m yang berasal dari

    gradien log-log plot akan menunjukkan distribusi ukuran,

    dimana makin besar nilai m maka distribusi ukuran semakin

    sempit. Dari hasil percobaan, diketahui nilai m sebesar 3,6232,

    menunjukkan bahwa distribusi ukuran material cukup sempit.

    Dengan kata lain, ukuran material hasil kominusi tersebut

    terdistribusi tidak jauh dari nilai rata-rata.

    Pada grafik tersebut juga dapat diketahui nilai k (modulus

    ukuran), yang menyatakan ukuran ayakan yang mampu

    meloloskan 80% material. Dari hasil perhitungan didapat nilai

  • 8

    k sebesar 0,253 mm. Artinya, pada ukuran ayakan 0,253 mm

    (60#), 80% material mampu lolos dari ayakan tersebut.

    Pada analisis ayak, terdapat perbedaan antara berat material

    sebelum dan setelah dilakukan proses sieving. Sebelum

    diayak, berat material yang diukur sebanyak 500 gram,

    sedangkan setelah diayak berat material sebanyak 513 gram,

    berasal dari penjumlahan berat masing-masing fraksi ayakan.

    Perbedaan tersebut menghasilkan nilai eror sebesar 2,6%, dan

    efisiensi alat sebesar 102,6%. Yang biasa terjadi adalah

    berkurangnya material akibat efisiensi alat selalu bernilai

    kurang dari 100%. Namun, keanehan yang terjadi berupa

    penambahan berat ini dapat disebabkan oleh ikut

    tertimbangnya material di fraksi sebelumnya karena kurang

    bersih dalam membersihkan material di wadah. Selain itu,

    kesalahan juga dapat berasal dari kurang telitinya pembacaan

    neraca Ohauss oleh praktikan. Hal ini mengakibatkan

    kesalahan terbawa sampai tahap selanjutnya, dan baru dapat

    diketahui di akhir setelah semua berat tiap fraksi dijumlahkan.

    E. Pertanyaan dan Jawaban

    1. Jelaskan teknik pengambilan contoh serta reduksi jumlah

    yang umum dilakukan di pabrik pengolahan!

    Jawab:

    Teknik pengambilan contoh yang umum dilakukan di

    pabrik pengolahan adalah dengan menggunakan automatic

    sampler. Biasanya dilakukan dengan memasang alat yang

    bisa memotong aliran material yang akan diolah sehingga

    dapat dikumpulkan sebagian kecil material tersebut. Alat

    tersebut disebut dengan cutter.

    Gambar 8. Automatic sampler

    Reduksi jumlah yang umum dilakukan adalah riffle,

    coning and quartering, dan increment sampling. Riffle

    membagi material menjadi dua bagian, yang kemudian

    salah satu bagian diambil sebagai conto. Sedangkan coning

    and quartering dilakukan dengan membentuk material

    menjadi tumpukan berbentuk kerucut terpotong, kemudian

    membaginya menjadi empat bagian sama besar. Conto

    diambil dari dua bagian yang berseberangan/berhadapan.

    Untuk increment sampling, pengambilan sampel dilakukan

    dengan mengambil dalam satu kali operasi (misal dalam

    satu kali sekop). Namun untuk increment sampling, jarang

    digunakan pada pabrik pengolahan.

    2. Pada pengambilan contoh, perlu ditentukan lebih dahulu

    berat contoh atau banyaknya increment yang akan diambil.

    Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya

    increment atau berat contoh yang akan diambil!

    Jawab:

    Faktor yang mempengaruhi banyaknya increment yang

    diambil antara lain adalah bentuk dan ukuran partikel,

    tingkat akurasi yang diinginkan dalam sampling, dan

    tujuan sampling.

    Bentuk dan ukuran partikel mempengaruhi jumlah

    increment karena semakin besar ukuran partikel maka

    semakin banyak pula increment yang harus diambil agar

    didapatkan sampel yang heterogen.

    Semakin tinggi tingkat akurasi yang diinginkan berarti

    sampel yang didapatkan harus benar-benar representatif.

    Semakin banyak sampel yang diambil, akan semakin

    representatif. Sehingga jika akurasi yang diinginkan

    semakin tinggi, semakin banyak pula increment yang harus

    diambil.

    Tujuan sampling juga mempengaruhi banyaknya

    increment yang dibutuhkan. Apabila sampling ditujukan

    untuk mendapatkan deskripsi secara jelas dari suatu

    material, maka increment yang diambil seharusna juga

    semakin banyak.

    F. Kesimpulan

    Sampling

    Dalam melakukan smapling, ada tiga cara untuk mereduksi

    jumlah, yaitu riffle, coning and quartering, dan increment

    sampling. Selanjutnya dilakukan grain counting untuk

    menghitung banyak butir masing-masing jenis mineral. Grain

    counting ini akan menghasilkan data yang dapat digunakan

    untuk uji statistik.

    Uji statistik juga digunakan untuk menentukan keakuratan

    sampling. Parameter uji statistik berupa rata-rata, variansi,

    standar deviasi, dan selang rataan menggunakan uji t-student.

    Semakin kecil variansi atau semakin besar rentang selang

    rataan menunjukkan semakin akurasi sampling yang

    dilakukan.

    Berdasarkan hasil percobaan, reduksi jumlah menggunakan

    riffle lebih akurat daripada reduksi menggunakan coning and

    quartering dan increment sampling. Hal ini ditunjukkan oleh

  • 9

    lebih kecilnya nilai variansi dan lebih besarnya selang rataan

    yang dihasilkan dari metode riffle.

    Kadar Kasiterit

    Metode Rata-rata Variansi SD

    Riffle 85.04% 0.030488 0.174609

    Coning-quartering 92.09% 0.002639 0.051367

    Increment sampling 91.89% 0.004914 0.070103

    Kadar Kuarsa

    Metode Rata-rata Variansi SD

    Riffle 14.96% 0.030488 0.174609

    Coning-quartering 7.91% 0.002639 0.051367

    Increment sampling 8.11% 0.004914 0.070103

    Analisis Ayak

    Hasil percobaan analisis ayak menunjukkan nilai eror sebesar

    2,6%. Nilai ini masih dapat ditoleransi (karena maksimal galat

    = 5%), sehingga hasil yang didapatkan masih representatif.

    Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa nilai efisiensi alat

    sebesar 102,6%.

    Grafik yang dibuat pada pengolahan data memperlihatkan

    nilai koefisien korelasi (R2) yang cukup tinggi, terutama pada

    grafik Gaudin-Schuhman. Hal tersebut mengindikasikan

    bahwa terdapat keterkaitan antara ukuran partikel dengan

    banyaknya material yang lolos ayakan, yaitu berbanding lurus

    (R2 1). Artinya, semakin besar lubang ayakan (semakin kecil

    satuan mesh), semakin banyak material yang dapat diloloskan.

    Kesimpulan tersebut diambil dari hasil plot data percobaan ke

    dalam grafik. Dari log-log plot (Gaudin Schuhman),

    persamaan material yang diayak adalah

    Dari hasil percobaan, didapatkan nilai k = 0,253 mm, yang

    berarti 80% materiap dapat lolos pada ukuran ayakan 0,253

    mm (60#).

    G. Daftar Pustaka

    Gupta, A., Yan, S.D. 2006. Mineral Procesiing Design and

    Operation. Perth, Australia.

    Kelly, G., W. 1982. Introduction to Mineral Processing. John

    Wiley & Son, New York.

    Materi Perkuliahan Pengolahan Bahan Galian (Bab IV).

    Pengolahan Bahan Galian. Diperoleh pada 8 Maret 2014 dari

    http://kuliahd3fatek.blogspot.com/2009/05/bab-iii-

    pengolahan-bahan-galian.html.

    Table 19 US Sieve Series and Tyler Equivalents. (ASTM--E-

    11-61)

    Wills, B. A. 1989. Mineral Processing Technology, Maxwell

    MacMillan International Edition. Pergamon Press: Oxford.

    H. Lampiran

    Sampling

    - Coning and Quartering

    Gambar 9. Sampling dengan metode coning and quartering

    - Riffle

    Gambar 10. Sampling dengan meode riffle

    - Increment Sampling

  • 10

    Gambar 11. Sampling dengan metode increment sampling

    - Kotak Grain Counting

    Gambar 12. Kotak grain counting

    Data perhitungan variansi dan standar deviasi

    Tabel 15. Tabel perhitungan sampling menggunakan metode riffle

    Riffle Kasiterit Kuarsa

    No. %H (x - )2 %P (x - )2

    1 96.79% 11.74% 1.38% 3.21% -11.74% 1.38%

    2 95.67% 10.62% 1.13% 4.33% -10.62% 1.13%

    3 86.85% 1.80% 0.03% 13.15% -1.80% 0.03%

    4 89.91% 4.87% 0.24% 10.09% -4.87% 0.24%

    5 87.57% 2.52% 0.06% 12.43% -2.52% 0.06%

    6 91.97% 6.92% 0.48% 8.03% -6.92% 0.48%

    7 86.25% 1.21% 0.01% 13.75% -1.21% 0.01%

    8 100.00% 14.96% 2.24% 0.00% -14.96% 2.24%

    9 94.87% 9.82% 0.97% 5.13% -9.82% 0.97%

    10 72.54% -12.51% 1.56% 27.46% 12.51% 1.56%

    11 90.83% 5.79% 0.33% 9.17% -5.79% 0.33%

    12 69.80% -15.24% 2.32% 30.20% 15.24% 2.32%

    13 84.08% -0.96% 0.01% 15.92% 0.96% 0.01%

    14 96.17% 11.12% 1.24% 3.83% -11.12% 1.24%

    15 61.31% -23.73% 5.63% 38.69% 23.73% 5.63%

    16 84.08% -0.96% 0.01% 15.92% 0.96% 0.01%

    17 72.54% -12.51% 1.56% 27.46% 12.51% 1.56%

    18 85.32% 0.27% 0.00% 14.68% -0.27% 0.00%

    19 74.59% -10.46% 1.09% 25.41% 10.46% 1.09%

    20 100.00% 14.96% 2.24% 0.00% -14.96% 2.24%

    21 95.48% 10.44% 1.09% 4.52% -10.44% 1.09%

    22 95.96% 10.92% 1.19% 4.04% -10.92% 1.19%

    23 95.48% 10.44% 1.09% 4.52% -10.44% 1.09%

    24 91.35% 6.31% 0.40% 8.65% -6.31% 0.40%

    25 79.85% -5.20% 0.27% 20.15% 5.20% 0.27%

    26 84.08% -0.96% 0.01% 15.92% 0.96% 0.01%

    27 100.00% 14.96% 2.24% 0.00% -14.96% 2.24%

    28 92.96% 7.92% 0.63% 7.04% -7.92% 0.63%

    29 85.60% 0.55% 0.00% 14.40% -0.55% 0.00%

    30 79.85% -5.20% 0.27% 20.15% 5.20% 0.27%

    31 0.00% -85.04% 72.33% 100.00% 85.04% 72.33%

    32 91.35% 6.31% 0.40% 8.65% -6.31% 0.40%

    33 79.85% -5.20% 0.27% 20.15% 5.20% 0.27%

    34 92.96% 7.92% 0.63% 7.04% -7.92% 0.63%

    35 90.64% 5.60% 0.31% 9.36% -5.60% 0.31%

    85.04% 14.96%

    S2 0.03049 0.03049

    S 0.17461 0.17461

    Tabel 16. Tabel perhitungan sampling menggunakan metode coning and quartering

    Coning-

    Quartering

    Kasiterit Kuarsa

    No. %H (x - )2 %P (x - )2

    1 91.73% -0.36% 0.00% 8.27% 0.36% 0.00%

    2 81.49% -10.60% 1.12% 18.51% 10.60% 1.12%

    3 85.79% -6.30% 0.40% 14.21% 6.30% 0.40%

    4 89.63% -2.46% 0.06% 10.37% 2.46% 0.06%

    5 89.35% -2.74% 0.07% 10.65% 2.74% 0.07%

    6 84.99% -7.10% 0.50% 15.01% 7.10% 0.50%

    7 88.16% -3.93% 0.15% 11.84% 3.93% 0.15%

    8 90.48% -1.60% 0.03% 9.52% 1.60% 0.03%

    9 100.00% 7.91% 0.63% 0.00% -7.91% 0.63%

    10 94.06% 1.98% 0.04% 5.94% -1.98% 0.04%

    11 91.06% -1.03% 0.01% 8.94% 1.03% 0.01%

    12 96.17% 4.08% 0.17% 3.83% -4.08% 0.17%

    13 94.06% 1.98% 0.04% 5.94% -1.98% 0.04%

    14 92.24% 0.15% 0.00% 7.76% -0.15% 0.00%

    15 95.19% 3.11% 0.10% 4.81% -3.11% 0.10%

    16 100.00% 7.91% 0.63% 0.00% -7.91% 0.63%

    17 100.00% 7.91% 0.63% 0.00% -7.91% 0.63%

    18 88.30% -3.79% 0.14% 11.70% 3.79% 0.14%

    19 87.17% -4.92% 0.24% 12.83% 4.92% 0.24%

    20 90.48% -1.60% 0.03% 9.52% 1.60% 0.03%

    21 95.96% 3.87% 0.15% 4.04% -3.87% 0.15%

    22 100.00% 7.91% 0.63% 0.00% -7.91% 0.63%

  • 11

    23 91.35% -0.74% 0.01% 8.65% 0.74% 0.01%

    24 94.06% 1.98% 0.04% 5.94% -1.98% 0.04%

    25 92.96% 0.87% 0.01% 7.04% -0.87% 0.01%

    26 95.48% 3.39% 0.12% 4.52% -3.39% 0.12%

    27 95.19% 3.11% 0.10% 4.81% -3.11% 0.10%

    28 96.52% 4.43% 0.20% 3.48% -4.43% 0.20%

    29 86.85% -5.24% 0.27% 13.15% 5.24% 0.27%

    30 92.24% 0.15% 0.00% 7.76% -0.15% 0.00%

    31 96.35% 4.26% 0.18% 3.65% -4.26% 0.18%

    32 93.37% 1.28% 0.02% 6.63% -1.28% 0.02%

    33 90.64% -1.45% 0.02% 9.36% 1.45% 0.02%

    34 77.25% -14.84% 2.20% 22.75% 14.84% 2.20%

    35 94.50% 2.41% 0.06% 5.50% -2.41% 0.06%

    92.09% 7.91%

    S2 0.00264 0.00264

    S 0.05137 0.05137

    Tabel 17. Tabel perhitungan sampling menggunakan metode increment sampling

    Increment

    sampling

    Kasiterit Kuarsa

    No. %H (x - )2 %P (x - )2

    1 86.85% -5.04% 0.25% 13.15% 5.04% 0.25%

    2 86.04% -5.85% 0.34% 13.96% 5.85% 0.34%

    3 80.87% -11.02% 1.22% 19.13% 11.02% 1.22%

    4 83.07% -8.82% 0.78% 16.93% 8.82% 0.78%

    5 92.96% 1.07% 0.01% 7.04% -1.07% 0.01%

    6 89.42% -2.47% 0.06% 10.58% 2.47% 0.06%

    7 86.85% -5.04% 0.25% 13.15% 5.04% 0.25%

    8 100.00% 8.11% 0.66% 0.00% -8.11% 0.66%

    9 94.36% 2.47% 0.06% 5.64% -2.47% 0.06%

    10 95.19% 3.31% 0.11% 4.81% -3.31% 0.11%

    11 93.37% 1.48% 0.02% 6.63% -1.48% 0.02%

    12 100.00% 8.11% 0.66% 0.00% -8.11% 0.66%

    13 95.19% 3.31% 0.11% 4.81% -3.31% 0.11%

    14 97.54% 5.65% 0.32% 2.46% -5.65% 0.32%

    15 93.56% 1.67% 0.03% 6.44% -1.67% 0.03%

    16 85.21% -6.68% 0.45% 14.79% 6.68% 0.45%

    17 87.70% -4.19% 0.18% 12.30% 4.19% 0.18%

    18 87.65% -4.24% 0.18% 12.35% 4.24% 0.18%

    19 92.62% 0.73% 0.01% 7.38% -0.73% 0.01%

    20 92.96% 1.07% 0.01% 7.04% -1.07% 0.01%

    21 90.75% -1.14% 0.01% 9.25% 1.14% 0.01%

    22 91.35% -0.54% 0.00% 8.65% 0.54% 0.00%

    23 100.00% 8.11% 0.66% 0.00% -8.11% 0.66%

    24 90.83% -1.06% 0.01% 9.17% 1.06% 0.01%

    25 95.96% 4.07% 0.17% 4.04% -4.07% 0.17%

    26 100.00% 8.11% 0.66% 0.00% -8.11% 0.66%

    27 92.24% 0.35% 0.00% 7.76% -0.35% 0.00%

    28 100.00% 8.11% 0.66% 0.00% -8.11% 0.66%

    29 95.48% 3.59% 0.13% 4.52% -3.59% 0.13%

    30 63.78% -28.11% 7.90% 36.22% 28.11% 7.90%

    31 91.35% -0.54% 0.00% 8.65% 0.54% 0.00%

    32 92.62% 0.73% 0.01% 7.38% -0.73% 0.01%

    33 94.36% 2.47% 0.06% 5.64% -2.47% 0.06%

    34 98.05% 6.16% 0.38% 1.95% -6.16% 0.38%

    35 97.94% 6.05% 0.37% 2.06% -6.05% 0.37%

    91.89% 8.11%

    S2 0.00491 0.00491

    S 0.07010 0.07010

    Analisis Ayak

  • 12

    Tabel 18. Tabel Distibusi t-student

    Tabel 19. U.S. Sieve Series and Tyler Equivalent