presentasi kasus ayak nita speech delayed

39
Presentasi Kasus SEORANG ANAK USIA 1 TAHUN 9 BULAN DENGAN TERSANGKA SPEECH DELAYED Oleh : Fillisita Chandramalina D G99122045/ A-03-2014 Nita Prasasti G99122086/ A-04-2014 Pembimbing : Hari Wahyu Nugroho, dr, SpA, M.Kes Dra. Suci Murti Karini, Msi Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, SpA (K)

Upload: nitaprasasti

Post on 30-Dec-2015

90 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ya bgtulah

TRANSCRIPT

Presentasi Kasus

SEORANG ANAK USIA 1 TAHUN 9 BULAN DENGAN TERSANGKA

SPEECH DELAYED

Oleh :

Fillisita Chandramalina D G99122045/ A-03-2014

Nita Prasasti G99122086/ A-04-2014

Pembimbing :

Hari Wahyu Nugroho, dr, SpA, M.Kes

Dra. Suci Murti Karini, Msi

Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, SpA (K)

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

STATUS PENDERITA

I.IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. I A

Umur : 1 tahun 9 bulan

Tanggal Lahir : 5 Mei 2014

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Ngawi, Jawa Timur

Pemeriksaan : 25 Februari 2014

II. ANAMNESIS

Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu pasien

A. Keluhan Utama

Keterlambatan bicara

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu pasien mengeluh bahwa anaknya belum dapat berbicara seperti

anak seusianya. Pasien berusia hampir dua tahun, tetapi hanya mampu

mengerang, menjerit dan tertawa tanpa mengeluarkan kata-kata yang jelas.

Apabila dipanggil oleh orang di sekitarnya, pasien kurang merespon

dengan baik. Pada usia 1 tahun, ibu pasien mengaku bahwa anaknya

pernah demam dan keluar cairan dari telinga kanannya. Pasien hanya bisa

memberikan isyarat apabila menginginkan sesuatu. Pasien sudah bisa

duduk tegak tanpa dibantu. Pasien sudah dapat bermain sendiri, dan makan

sendiri tetapi masih memerlukan pengawasan dari orang tuanya. Keluhan

demam (-), sesak (-), kejang (-), batuk (-), pilek (-) , tidak rewel sadar,

BAB dan BAK normal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat alergi obat / makanan : disangkal

Riwayat kejang sebelumnya : disangkal

Riwayat keluar cairan dari telinganya : (+) saat pasien berusia 1 tahun

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat alergi obat / makanan : disangkal

Riwayat kejang pada keluarga : disangkal

E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Faringitis (-)

Bronkitis (-)

Morbili (-)

Pertusis (-)

Difteri (-)

Varicella (-)

Malaria (-)

Polio (-)

Thypus abdominalis (-)

Cacingan (-)

Gegar otak (-)

Fraktur (-)

Kolera (-)

TB paru (-)

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara di dalam

keluarganya. Jarak usia pasien dengan kakaknya adalah 8 tahun. Anggota

keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 1 kakak laki-laki dan pasien sendiri.

Pekerjaan ayah pasien adalah wiraswasta dan ibu pasien adalah ibu rumah

tangga. Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tercukupi.

G. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu pasien ke bidan setempat.

Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada

trimester III 4 kali tiap bulan. Penyakit pada masa kehamilan (-). Riwayat

minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin

dan tablet penambah darah dari bidan.

H. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir di bidan setempat, dengan persalinan normal, pada

usia kehamilan 9 bulan 5 hari, bayi langsung menangis setelah lahir

dengan APGAR skor 8-9-10. Berat waktu lahir 3100 gram, panjang badan

saat lahir 50 cm.

I. Riwayat Pemeriksaan Post Natal

Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan kontrol rutin di bidan dan

puskesmas setempat.

J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia 3 bulan :Mengangkat kepala

Usia 9 bulan :Tengkurap dan berbalik sendiri, duduk tanpa

dibantu, tertawa dan menjerit apabila diajak bermain

Usia 1 tahun :Berdiri tanpa bantuan

Usia 1 tahun 6 bulan :Berjalan

Kesan: Riwayat perkembangan tidak sesuai usia

K. Riwayat Imunisasi

Jenis I II III IV

1. BCG

2. DPT

3. Polio

4. Campak

5. Hepatitis B

1 bulan

2 bulan

0 bulan

9 bulan

Lahir

-

3 bulan

2 bulan

-

2 bulan

-

4 bulan

3 bulan

-

3 bulan

-

-

4 bulan

-

4 bulan

L. Riwayat Makan Minum Anak

- Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi

menangis atau minta minum, sehari biasanya 8 kali per hari dan lama

menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.

- Usia 6-10 bulan : ASI dan nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil

dengan sayur hijau/bayam, telur, tahu, tempe. Frekuensi minum susu

buatan 2 kali per hari dengan takaran ½ cangkir kecil.

- Usia 1-1 tahun 9 bulan : ASI dan makanan keluarga yang terdiri dari

nasi, lauk, pauk, dan sayur dengan selingan snack. Porsi makan satu

mangkok kecil sebanyak 3 kali dalam sehari.

M. Pohon Keluarga

III.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : tampak sehat

An, IA, 1 thn 9bln, 11 kg

Ibu S, 30 thnBp. A, 35 thn

I

II

III

Derajat Kesadaran : compos mentis

Status gizi : gizi kesan cukup

2. Tanda vital

S : 36,5 oC

N : 115 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.

RR : 24 x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler.

BB : 11 kg

TB : 86 cm

3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor baik.

4. Kepala : bentuk mesocephal, sutura sudah menutup, UUB datar,

rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut.

5. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-)

6. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok,

conjunctiva anemis (-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-), bercak bitot’s (-),

oedem palpebra (-/-).

7. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-),

darah (-/-), deformitas(-).

8. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah

(-), mukosa basah (+), susunan gigi normal.

9. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 –T1, faring hiperemis (-),

pseudomembran (-), post nasal drip (-).

10. Telinga : bentuk aurikula dx et sn normal, kelainan MAE (-),

serumen (-/-), membrana timpani sde, prosesus mastoideus tidak nyeri

tekan, tragus pain (-), sekret (-).

11. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak

membesar.

12. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,

suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.

13. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), iga gambang (-), gerakan

simetris ka = ki

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

- ---

- ---

- ---

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Kiri atas : SIC II LPSS

Kiri bawah : SIC IV LMCS

Kanan atas : SIC II LPSD

Kanan bawah : SIC IV LPSD

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler,

bising tambahan (-)

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar : SIC V kanan

Batas paru-lambung : SIC VI kiri

Redup relatif di : SIC V kanan

Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi : SDV (+/+) SDT (-/-)

14. Abdomen : Inspeksi : dinding dada sejajar dinding perut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,

lien tidak teraba.

15. Urogenital : dalam batas normal

16. Gluteus : Baggy pants (-)

17. Ekstremitas :

akral dingin sianosis oedem

CRT < 2 detik

18. Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)

IV. STATUS GIZI

BB/U : 11/11,5 x 100 % = 95,6 % (-2 SD < z score < 0 SD)

TB/U : 86/85 x 100 % = 101,1 % (0 SD < z score < 2 SD)

BB/TB : 11/11,8 x 100 = 93,2 % (-2 SD < z score < 0 SD)

Kesimpulan status gizi : gizi kesan baik menurut antropometri

V. DENVER DEVELOPMENTAL SCREEENING TEST

Hasil tes perkembangan Denver yaitu, personal sosial setara dengan

anak usia 19,5 bulan, adaptif-motorik halus setara dengan anak usia 17,5

bulan, dan bahasa setara dengan anak usia 2,5 bulan, serta motorik kasar

setara dengan anak usia 19,5 bulan.

Dari hasil tersebut ditemukan adanya keterlambatan pada aspek

bahasa. Untuk aspek personal sosial, motorik halus dan motorik kasar masih

dalam batas normal perkembangan seusianya. Anak tersangka speech delayed

development.

VI. RESUME

Seorang anak laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, merupakan anak kedua di

keluarganya, dikeluhkan oleh ibunya karena pasien belum dapat berbicara

seperti anak-anak seusianya. Pasien berusia hampir dua tahun, tetapi hanya

mampu mengerang, menjerit dan tertawa tanpa mengeluarkan kata-kata yang

jelas. Apabila dipanggil oleh orang di sekitarnya, pasien kurang merespon

dengan baik. Pada usia 1 tahun, ibu pasien mengaku bahwa anaknya pernah

demam dan keluar cairan dari telinga kanannya. Pasien hanya bisa

memberikan isyarat apabila menginginkan sesuatu. Pasien sudah bisa duduk

tegak tanpa dibantu. Pasien sudah dapat bermain sendiri, dan makan sendiri

tetapi masih memerlukan pengawasan dari orang tuanya. Keluhan demam (-),

sesak (-), kejang (-), batuk (-), pilek (-) , tidak rewel sadar, BAB dan BAK

normal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sehat,

compos mentis dan gizi kesan kurang, tanda vital suhu 36,5 0C, nadi frekuensi:

115 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup, frekuensi nafas: 24

x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, dan reguler. Hasil tes

perkembangan Denver yaitu, personal sosial setara dengan anak usia 19,5

bulan, adaptif-motorik halus setara dengan anak usia 17,5 bulan, dan bahasa

setara dengan anak usia 2,5 bulan, serta motorik kasar setara dengan anak usia

19,5 bulan.

VII. DAFTAR MASALAH

1. Belum dapat berbicara sampai usia 1 tahun 9 bulan

2. Apabila dipanggil oleh orang di sekitarnya, pasien kurang merespon

dengan baik.

3. Pada usia 1 tahun, ibu pasien mengaku bahwa anaknya pernah demam dan

keluar cairan dari telinga kanannya.

4. Hasil tes perkembangan Denver, kemampuan bahasa setara dengan usia 2,

5 bulan.

VIII.ASSESMENT

1. Suspek speech delayed development

2. Keterlambatan perkembangan bahasa setara anak usia 2,5 bulan

3. Gizi baik

IX. PENATALAKSANAAN

Edukasi :

- Motivasi ibu dan keluarga tentang gangguan perkembangan pada pasien

(apabila memang kemungkinan disebabkan oleh gangguan pendengaran,

motivasi untuk menjalani pengobatan atau penggunaan alat bantu dengar

sesuai saran TS THT dan tetap dimotivasi untuk rutin melakukan terapi

wicara)

- Stimulasi di rumah dengan tetap mengajak dan melatih berbicara

- Konseling

X. PLANNING

- Konsultasi TS THT

- Konsultasi Departemen Rehabilitasi Medik: Terapi Wicara

XI. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia

Ad sanam : dubia

Ad fungsionam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan anak

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing

dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual

dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih,

1994).

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perlembangan anak.

Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan

pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,

psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak.

B. Perkembangan Berbicara dan Bahasa Normal pada Toddler

Menurut Towne perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal

usia toddler adalah sebagai berikut :

Umur Bahasa Reseptif (Pasif) Bahasa Ekspresif (Aktif)

12 bulan Reaksi dengan melakukan

gerakan terhadap berbagai

pertanyaan verbal

Mengungkapkan kesadara

tentang obyek yang telah

akrab dan menyebut namanya

15 bulan Mengetahui dan mengenali Kata-kata yang benarterdengar

nama-nama bagian tubuh diantara kata-kata yang kacau,

sering dengan disertai gerakan

tubuhnya.

18 bulan Dapat mengetahui dan

mengenali gambar-gambar

obyek yang sudah akrab

dengannya, jika obyek disebut

namanya

Lebih banyak menggunakan

kata-kata daripada gerakan,

untuk mengungkapkan

keinginannya.

21 bulan Akan mengikuti petunjuk

yang berurutan (ambil topimu

dan letakkan diatas meja)

Mulai mengkombinasikan

kata-kata (mobil papa, mama

berdiri)

24 bulan Mengetahui lebih banyak

kalimat yang lebih rumit.

Menyebut nama sendiri

Sedangkan Fusco (2002) mengatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia

todlder antara lain :

a. 12 bulan

• Anak berkata 3-5 buruf

• Anak mengenal namanya sendiri

• Memahami perintah sederhana

• Anak memahami beberapa obyek dan aktivitas

b. 18 bulan

• Anak menggunakan 10-20 kata termasuk nama dirinya.

• Mengenali obyek berupa foto keluarga atau orang yang dikenalnya.

• Dapat mengkombinasikan 2 suku kata

• Anak senang meniru kegiatan dirumah

c. 24 bulan

• Anak memahami perintah sederhana

• Mengidentifikasi kegiatan/aktivitas di dalam buku

• Dapat berbicara rata-rata 3 kata

• Bicara diakhiri dengan “s”

• Anak bertahan dengan satu aktivitas selama 6-7 menit

• Kosakata meningkat menjadi 300 kata, antara usia 2-4 tahun kosakata anak

meningkat 2 kata perhari.

d. 30 bulan

• Kosakat meningkat menjadi 450 kata

• Anak dapat menyebutkan nama anggota keluarga atau orang yang

dikenalnya.

• Dapat mengidentifikasi obyek secara terperinci

• Konsep awal dapat membedakan besar dan kecil

4. 3 tahun

• Anak dapat menyebutkan nama warna

• Anak cenderung senang bercerita

• Dapat bercerita tentang cerita sederhana.

• Kosakata bertambah menjadi 1000 kata-kata.

• Anak sering menyebut namanya dan jalan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh- kembang anak,

yaitu:

1. Faktor Genetik

Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang

normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti

sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan

kromosom.

2. Faktor Lingkungan

Sosial Ekonomi Kurang

Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami

keterlambatan dalam berbahasa karena fasilitas berbahasa dan

pendidikan yang rendah dari orang tua.

Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman

yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang,

kualitas interaksi anak-orang tua.

Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan

keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam

keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat,

norma-norma, agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat

yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dll.

(Soetjiningsih, 1998)

Stimulasi Dasar Perkembangan Bahasa pada Toddler

1. Usia 12 – 15 bulan

a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan

Bicaralah banyak-banyak kepada anak dan dorong agar ia mau

bicara

Dengarkan dan jawab bila anak bicara pada kita

Perlihatkan dan bacakan buku-buku bergambar pada anak, beri

kesempatan untuk menunjuk gambar yang kita sebut namanya

b. Membuat suara, misal dari kaleng atau kerincingan

c. Bicara, dengan menyebut benda yang diinginkan dan dilihat

d. Menyebut nama bagian tubuh yang telah diajarkan sebelumnya

e. Pembicaraan, dengan mengajarkan merangkaikan kalimat

2. Usia 15 – 18 bulan

a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan :

Tunjukkan dan bacakan buku kepada anak setiap hari

Nyanyikan lagu atau sajak untuk anak

Bicara banyak-banyak pada anak dan jelaskan apa yang dilihat

Ajari anak untuk menggunakan kata dalam menyatakan keinginan

b. Bahasa, dengan meminta anak menceritakan kembali cerita atau

gambar yang sudah dilihat

c. Main telpon, dengan permainan menelpon ayah atau nenek.

Menyebutkan nama, meminta anak menyebut barang yang akan dibeli

bersama

3. Usia 18 – 24 tahun

a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan

Bernyanyilah dan ceritakan sajak untuk anak

Berbicaralah banyak-banyak pada anak dengan membacakan buku

Dorong anak mau menceritakan hal yang sudah dikerjakan dan

dilihatnya

b. Televisi, lihat TV bersama anak dan ceritakan tentang apa yang dilihat

c. Mengikuti petunjuk, dimulai dengan memberikan petunjuk atau

perintah pada anak

d. Buku bergambar, minta anak menceritakan gambar-gamabr yang

dilihat

4. Usia 2 – 3 tahun

a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan :

Teruslah membaca untuk anak dan buat anak melihat bahwa kita

membaca buku.

Dorong anak mau menceritakan kembali gamabr yang dilihat.

Bantu anak memilih TV dan menemaninya

b. Nama, ajari anak menyebut namanya

c. Cerita mengenai diri anak anada

d. Menyebut nama benda-benda

e. Menyatakan keadaan suatu benda

E. Pengertian Gangguan Bicara dan Bahasa

Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam

berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat

menolong anak dalam masalah bahasa. (Jeniffer Fusco, 2002)

Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang

dialami oleh seorang anak (Soetjiningsih, 1995).

Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang

yang dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan; sedangkan

ucapan atau berbicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam

suatu tingkah laku yang dapat didengar. Bahasa dapat dipandang sebagai dasar

di atas mana kemudian dibangun kemampuan berbicara tersebut, keduanya

akan berkembang dalam progresi yang beraturan. Kemampuan berbahasa

diperlihatkan dengan cara bagaimana anak merespon petunjuk lisan yang

diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk mengkomunikasikan

kebutuhan, keinginan serta penetahuan tenatng lingkungan serta melalui

permainan kreatif dan imajinatif. (Behrman, 1988)

F. Etiologi Gangguan berbicara dan Bahasa

Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan

berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan

lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain

sebagainya. Menurut Blager B.F (1981) membagi penyebab gangguan bicara

dan bahasa adalah sebagai berikut :

Penyebab Efek pada perkembangan bicara

1.Lingkungan

a. Sosial ekonomi kurang

b. Tekanan keluarga

c. Keluarga bisu

d. Dirumah menggunakan bahasa

bilingual

2.Emosi

a. Ibu yang tertekan

b. Gangguan serius pada orang tua

a. Terlambat

b. Gagap

c. Terlambat pemerolehan bahasa

d. Terlambat pemerolehan struktur

bahasa

a. Terlambat pemerolehan bahasa

b. Terlambat atau gangguan

c. Gangguan serius pada anak

3.Masalah Pendengaran

a. Kongenital

b. Didapat

4.Perkembangan terlambat

a. Perkembangan lambat

b. Perkembangan lambat, tetapi

masih dalam batas rata-rata

c. Retardasi mental

5.Cacat bawaan

a. Palatoshciziz

b. Sindrom Down

6.Kerusakan otak

a. Kelainan neuromuskular

b. Kelainan sensorimotor

c. Palsi serebral

perkembangan bahasa

c. Terlambat atau gangguan

perkembangan bahasa

a. Terlambat/gangguan bicara yang

permanen

b. Terlambat/gangguan bicara yang

permanen

a. Terlambat bicara

b. Terlambat bicara

c. Pasti terlambat bicara

a. Terlambat dan terganggu

kemampuan bicaranya

b. Kemampuan bicaranya lebih rendah

a. Mempengaruhi kemmapuan

mengisap, menelan, mengunyah dan

akhirnya timbul gangguan bicara

dan artikulasi seperti disartia

b. Mempengaruhi kemampuan

mengisap dan menelan, akhirnya

menimbulkan gangguan artikulasi

seperti dispraksia

c. Berpengaruh pada pernafasan,

makan dan timbul juga masalah

d. Kelainan Persepsi artikulasi yang dapat

mengakibatkan disartia dan

dispraksia

d. Kesulitan membedakan suara,

mengenal bahasa, simbolisasi,

mengenal konsep, akhirnya

menimbulkan kesulitan belajar

disekolah.

Sedangkan Aram D.M (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada

anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini :

1. Lingkungan sosial anak

Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan

perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan

menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.

2. Sistem masukan/input

Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik

dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan

bicara. Anak deng otitis media kronik dengan penurunan daya

pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima

ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli

oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli

neurosensorial, (infeksi intra uterin ; sifilis, rubella, tolsoplasmosis,

sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi telinga luar, tuli

sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli perseptif/afasia sensorik (terjadi

kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian

yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme

infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga

akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat,

demikian juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi

gangguan artikulasi.

3. Sistem pusat bicara dan bahasa

Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,

inteprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan

kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya

merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada Sindrom Down.

4. Sistem Produksi

Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan

mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas

untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara

melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

Menurut Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena

kehilangan pendengaran, infeksi kronik telinga, stroke atau trauma otak,

syndroms, retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan

postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses

auditory, keterlambatan perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau

gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan otot. Dalam

penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan lebih banyak

dialami pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat

bahwa secara umum laki-laki mempunyai kemampuan nonverbal yang lebih

bagus dibandingkan dengan kemampuan verbal.

G. Klasifikasi dan Tanda Gejala Gangguan Bicara dan Bahasa

Menurut Rutter (dikutip dari Toback C), berdasarkan atas berat ringannya

kelainan bahasa dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Ringan Keterlambatan akuisi dari bunyi

kata-kata, bahasa normal.

Dislalia

Sedang Keterlambatan lebih berat dari

akuisi bunyi kata-kata dan

Disfasia ekspresif

perkembangan bahasa terlambat

Berat Keterlambatan lebih berat dari

akuisisi dan bahasa, gangguan

pemahaman bahasa

Disfasia reseptif dan tuli

perseptif

Sangat berat Gangguan pada seluruh

kemampuan bahasa

Tuli perseptif dan tuli

sentral

Sedangkan Rapinda Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasar patofisologi

membagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 sub tipe :

1.) Primer ekspresif

disfraksia verbal

anak mengerti sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih

sering menunjuk daripada bicara

gangguan defisit produksi fonologi

anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan

pada orang-orang yang sering kontak dengannya sehingga menimbulkan

rasa marah dan frustasi bagi si anak.

2.) Defisit represif dan ekspresif

gangguan campuran ekspresif represif

anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak

dari mereka yang autistik.

disfrasia verbal auditori agnosia

anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun

kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain

dan miskin dalam artikulasi kata-kata.

3.) Defisit bahasa yang lebih berat

gangguan leksikal sintaksis

anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat

bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan tidak menghindar untuk

berbicara.

gangguan semantik pragmantik

Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai

satu topik.

Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan

bahasa adalah sebagai berikut :

1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya

terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.

2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya

sendiri.

3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata

jangan, da-da, dan sebagainya.

4. Pada usia 18 bulan tidak dapa menyebut sepuluh kata tunggal

5. Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,

kemari, berdiri)

6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh

7. Pada usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata-kata yang sangat

sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase

8. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri

ari 2 buah kata.

9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota

keluarganya

10. Pada usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana

11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya

yang sederhana.

12. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat,

ba untuk ban dan lain-lain)

H. Penatalaksanaan Klien dengan Gangguan Bicara dan bahasa

Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak,

akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil

kemungkinan kelainan pada masa sekolah antara lain yang dengan

menggunakan pemeriksaan DDST.

Parameter penilaian perkembangan dengan DDST

Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :

a. Alat yang Digunakan

Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna

merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel

kecil, kertas, dan pensil.

Lembar formulir DDST

Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan

tes dan cara menilainya.

b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:

Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang

berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5

tahun.

Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi

diagnostik yang lengkap.

c. Penilaian

Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak

mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian

ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal

tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada

masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya

berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal,

meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).

Abnormal

- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih

keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan

pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak

yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Meragukan

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada

sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang

berpotongan dengan garis vertikal usia.

Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal

atau meragukan.

Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

Setelah terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka

dapat dicarai penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli

konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak

yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada

anak dengan gangguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak

dengan gangguan fonologi biasaya prognosisnya lebih baik. Sedangkan

gangguan bicara pada anak yang itelegensinya normal perkembangan bahasanya

lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan

gangguan yang multipel terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan

bicara ekspresif atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4

tahu, mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun.

Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa menurut Blager (1981) :

Masalah Penatalaksanaan Rujukan

Lingkungan

a. Sosek rendah • Meningkatkan stimulasi • Kelompok BKB (Bina

Keluarga dan Balita)

b. Tekanan

Keluarga

c. Keluarga bisu

d. Bahasa

Bilingual

• Mengurangi tekanan

• Meningkatkan stimulasi

• Menyederhanakan

masukan bahasa

atau kelompok bermain.

• Konseling keluarga

• Kelompok BKB

• Ahli, terapi wicara

Emosi

a. Ibu yang

tertekan

b. Gangguan

serius pada

keluarga

c. Gangguan

serius

• Meningkatkan stimulasi

• Meningkatkan status

emosi anak

• Meningkatkan status

emosi anak

• Konseling, kelompok

BKB/bermain

• Psikoterapi

• Psikoterapi

Masalah

Pendengaran

a. Kongenital

b. Didapat

• Monitor dan obati kalau

memungkinkan

• Monitor dan obati kalu

memungkinkan

• Audiologist/ahli THT

• Audiologist/ahli THT

Perkembangan

lambat

a. Dibawah rata-

rata

b. Perkembangan

terlambat

c. Retardasi

mental

• Meningkatkan stimulasi

• Meningkatkan stimulasi

• Maksimalkan potensi

• Ahli terapi wicara

• Ahli terapi wicara

• Program khusus

Cacat bawaan

a.Palatum sumbing

b. Sindrom Down

• Monitor dan dioperasi • Ahli terapi setelah

operasi

• Monitor dan stimulasi • Rujuk ke ahli terapi

wicara, SLB C, monitor

pendengarannya

Kerusakan otak

a.Kerusakan

neuromuskular

b. Sensorimotor

c.Palsi Serebralis

d. Masalah

persepsi

• Atasi masalah makan dan

meningkatkan kemampuan

bicara anak

• Mengatasi masalah makan

dan meningkatkan

kemampuan bicara anak

• Mengoptimalkan

kemampuan fisik kogntitif

dan bicara anak

• Mengatasi masalah

keterlambatan bicara

• Rujuk ke ahli terapi

kerja, ahli gizi, ahli

patologi wicara

• Rujuk ke ahli terapi

kerja, ahli gizi, ahli

terapi wicara

• Rujuk ke ahli

rehabilitasi, ahli terapi

wicara

• Rujuk ke ahli patologi

wicara , kelompok BKB

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Richard E. (1988). Ilmu Kesehatan Anak : Nelson. Ed. 12.

Jakarta : EGC

2. Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta :

EGC

3. Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan

Pediatrik, Jakarta : EGC.

4. Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

5. Soetjingsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC

6. Suherman ( 1999 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

7. ……….,Modul NCHS WHO. Unpublished

8. DEPKES RI. (1997). Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Ed.

10. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

9. www.speechdelayed.com , Jeniffer Fusco , 2002, Fruequently Asked

Question, Colombus, OH 43311.