presentasi kasus ayak nita speech delayed
DESCRIPTION
ya bgtulahTRANSCRIPT
Presentasi Kasus
SEORANG ANAK USIA 1 TAHUN 9 BULAN DENGAN TERSANGKA
SPEECH DELAYED
Oleh :
Fillisita Chandramalina D G99122045/ A-03-2014
Nita Prasasti G99122086/ A-04-2014
Pembimbing :
Hari Wahyu Nugroho, dr, SpA, M.Kes
Dra. Suci Murti Karini, Msi
Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, SpA (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
STATUS PENDERITA
I.IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. I A
Umur : 1 tahun 9 bulan
Tanggal Lahir : 5 Mei 2014
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ngawi, Jawa Timur
Pemeriksaan : 25 Februari 2014
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu pasien
A. Keluhan Utama
Keterlambatan bicara
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengeluh bahwa anaknya belum dapat berbicara seperti
anak seusianya. Pasien berusia hampir dua tahun, tetapi hanya mampu
mengerang, menjerit dan tertawa tanpa mengeluarkan kata-kata yang jelas.
Apabila dipanggil oleh orang di sekitarnya, pasien kurang merespon
dengan baik. Pada usia 1 tahun, ibu pasien mengaku bahwa anaknya
pernah demam dan keluar cairan dari telinga kanannya. Pasien hanya bisa
memberikan isyarat apabila menginginkan sesuatu. Pasien sudah bisa
duduk tegak tanpa dibantu. Pasien sudah dapat bermain sendiri, dan makan
sendiri tetapi masih memerlukan pengawasan dari orang tuanya. Keluhan
demam (-), sesak (-), kejang (-), batuk (-), pilek (-) , tidak rewel sadar,
BAB dan BAK normal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat alergi obat / makanan : disangkal
Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
Riwayat keluar cairan dari telinganya : (+) saat pasien berusia 1 tahun
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi obat / makanan : disangkal
Riwayat kejang pada keluarga : disangkal
E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Faringitis (-)
Bronkitis (-)
Morbili (-)
Pertusis (-)
Difteri (-)
Varicella (-)
Malaria (-)
Polio (-)
Thypus abdominalis (-)
Cacingan (-)
Gegar otak (-)
Fraktur (-)
Kolera (-)
TB paru (-)
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara di dalam
keluarganya. Jarak usia pasien dengan kakaknya adalah 8 tahun. Anggota
keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 1 kakak laki-laki dan pasien sendiri.
Pekerjaan ayah pasien adalah wiraswasta dan ibu pasien adalah ibu rumah
tangga. Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tercukupi.
G. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu pasien ke bidan setempat.
Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada
trimester III 4 kali tiap bulan. Penyakit pada masa kehamilan (-). Riwayat
minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin
dan tablet penambah darah dari bidan.
H. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di bidan setempat, dengan persalinan normal, pada
usia kehamilan 9 bulan 5 hari, bayi langsung menangis setelah lahir
dengan APGAR skor 8-9-10. Berat waktu lahir 3100 gram, panjang badan
saat lahir 50 cm.
I. Riwayat Pemeriksaan Post Natal
Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan kontrol rutin di bidan dan
puskesmas setempat.
J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Usia 3 bulan :Mengangkat kepala
Usia 9 bulan :Tengkurap dan berbalik sendiri, duduk tanpa
dibantu, tertawa dan menjerit apabila diajak bermain
Usia 1 tahun :Berdiri tanpa bantuan
Usia 1 tahun 6 bulan :Berjalan
Kesan: Riwayat perkembangan tidak sesuai usia
K. Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Campak
5. Hepatitis B
1 bulan
2 bulan
0 bulan
9 bulan
Lahir
-
3 bulan
2 bulan
-
2 bulan
-
4 bulan
3 bulan
-
3 bulan
-
-
4 bulan
-
4 bulan
L. Riwayat Makan Minum Anak
- Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya 8 kali per hari dan lama
menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
- Usia 6-10 bulan : ASI dan nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil
dengan sayur hijau/bayam, telur, tahu, tempe. Frekuensi minum susu
buatan 2 kali per hari dengan takaran ½ cangkir kecil.
- Usia 1-1 tahun 9 bulan : ASI dan makanan keluarga yang terdiri dari
nasi, lauk, pauk, dan sayur dengan selingan snack. Porsi makan satu
mangkok kecil sebanyak 3 kali dalam sehari.
M. Pohon Keluarga
III.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : tampak sehat
An, IA, 1 thn 9bln, 11 kg
Ibu S, 30 thnBp. A, 35 thn
I
II
III
Derajat Kesadaran : compos mentis
Status gizi : gizi kesan cukup
2. Tanda vital
S : 36,5 oC
N : 115 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.
RR : 24 x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, reguler.
BB : 11 kg
TB : 86 cm
3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor baik.
4. Kepala : bentuk mesocephal, sutura sudah menutup, UUB datar,
rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut.
5. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-)
6. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok,
conjunctiva anemis (-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-), bercak bitot’s (-),
oedem palpebra (-/-).
7. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-),
darah (-/-), deformitas(-).
8. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah
(-), mukosa basah (+), susunan gigi normal.
9. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 –T1, faring hiperemis (-),
pseudomembran (-), post nasal drip (-).
10. Telinga : bentuk aurikula dx et sn normal, kelainan MAE (-),
serumen (-/-), membrana timpani sde, prosesus mastoideus tidak nyeri
tekan, tragus pain (-), sekret (-).
11. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak
membesar.
12. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,
suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.
13. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), iga gambang (-), gerakan
simetris ka = ki
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- ---
- ---
- ---
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler,
bising tambahan (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : SDV (+/+) SDT (-/-)
14. Abdomen : Inspeksi : dinding dada sejajar dinding perut
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba.
15. Urogenital : dalam batas normal
16. Gluteus : Baggy pants (-)
17. Ekstremitas :
akral dingin sianosis oedem
CRT < 2 detik
18. Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)
IV. STATUS GIZI
BB/U : 11/11,5 x 100 % = 95,6 % (-2 SD < z score < 0 SD)
TB/U : 86/85 x 100 % = 101,1 % (0 SD < z score < 2 SD)
BB/TB : 11/11,8 x 100 = 93,2 % (-2 SD < z score < 0 SD)
Kesimpulan status gizi : gizi kesan baik menurut antropometri
V. DENVER DEVELOPMENTAL SCREEENING TEST
Hasil tes perkembangan Denver yaitu, personal sosial setara dengan
anak usia 19,5 bulan, adaptif-motorik halus setara dengan anak usia 17,5
bulan, dan bahasa setara dengan anak usia 2,5 bulan, serta motorik kasar
setara dengan anak usia 19,5 bulan.
Dari hasil tersebut ditemukan adanya keterlambatan pada aspek
bahasa. Untuk aspek personal sosial, motorik halus dan motorik kasar masih
dalam batas normal perkembangan seusianya. Anak tersangka speech delayed
development.
VI. RESUME
Seorang anak laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, merupakan anak kedua di
keluarganya, dikeluhkan oleh ibunya karena pasien belum dapat berbicara
seperti anak-anak seusianya. Pasien berusia hampir dua tahun, tetapi hanya
mampu mengerang, menjerit dan tertawa tanpa mengeluarkan kata-kata yang
jelas. Apabila dipanggil oleh orang di sekitarnya, pasien kurang merespon
dengan baik. Pada usia 1 tahun, ibu pasien mengaku bahwa anaknya pernah
demam dan keluar cairan dari telinga kanannya. Pasien hanya bisa
memberikan isyarat apabila menginginkan sesuatu. Pasien sudah bisa duduk
tegak tanpa dibantu. Pasien sudah dapat bermain sendiri, dan makan sendiri
tetapi masih memerlukan pengawasan dari orang tuanya. Keluhan demam (-),
sesak (-), kejang (-), batuk (-), pilek (-) , tidak rewel sadar, BAB dan BAK
normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sehat,
compos mentis dan gizi kesan kurang, tanda vital suhu 36,5 0C, nadi frekuensi:
115 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup, frekuensi nafas: 24
x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, dan reguler. Hasil tes
perkembangan Denver yaitu, personal sosial setara dengan anak usia 19,5
bulan, adaptif-motorik halus setara dengan anak usia 17,5 bulan, dan bahasa
setara dengan anak usia 2,5 bulan, serta motorik kasar setara dengan anak usia
19,5 bulan.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Belum dapat berbicara sampai usia 1 tahun 9 bulan
2. Apabila dipanggil oleh orang di sekitarnya, pasien kurang merespon
dengan baik.
3. Pada usia 1 tahun, ibu pasien mengaku bahwa anaknya pernah demam dan
keluar cairan dari telinga kanannya.
4. Hasil tes perkembangan Denver, kemampuan bahasa setara dengan usia 2,
5 bulan.
VIII.ASSESMENT
1. Suspek speech delayed development
2. Keterlambatan perkembangan bahasa setara anak usia 2,5 bulan
3. Gizi baik
IX. PENATALAKSANAAN
Edukasi :
- Motivasi ibu dan keluarga tentang gangguan perkembangan pada pasien
(apabila memang kemungkinan disebabkan oleh gangguan pendengaran,
motivasi untuk menjalani pengobatan atau penggunaan alat bantu dengar
sesuai saran TS THT dan tetap dimotivasi untuk rutin melakukan terapi
wicara)
- Stimulasi di rumah dengan tetap mengajak dan melatih berbicara
- Konseling
X. PLANNING
- Konsultasi TS THT
- Konsultasi Departemen Rehabilitasi Medik: Terapi Wicara
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan anak
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih,
1994).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perlembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,
psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak.
B. Perkembangan Berbicara dan Bahasa Normal pada Toddler
Menurut Towne perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal
usia toddler adalah sebagai berikut :
Umur Bahasa Reseptif (Pasif) Bahasa Ekspresif (Aktif)
12 bulan Reaksi dengan melakukan
gerakan terhadap berbagai
pertanyaan verbal
Mengungkapkan kesadara
tentang obyek yang telah
akrab dan menyebut namanya
15 bulan Mengetahui dan mengenali Kata-kata yang benarterdengar
nama-nama bagian tubuh diantara kata-kata yang kacau,
sering dengan disertai gerakan
tubuhnya.
18 bulan Dapat mengetahui dan
mengenali gambar-gambar
obyek yang sudah akrab
dengannya, jika obyek disebut
namanya
Lebih banyak menggunakan
kata-kata daripada gerakan,
untuk mengungkapkan
keinginannya.
21 bulan Akan mengikuti petunjuk
yang berurutan (ambil topimu
dan letakkan diatas meja)
Mulai mengkombinasikan
kata-kata (mobil papa, mama
berdiri)
24 bulan Mengetahui lebih banyak
kalimat yang lebih rumit.
Menyebut nama sendiri
Sedangkan Fusco (2002) mengatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia
todlder antara lain :
a. 12 bulan
• Anak berkata 3-5 buruf
• Anak mengenal namanya sendiri
• Memahami perintah sederhana
• Anak memahami beberapa obyek dan aktivitas
b. 18 bulan
• Anak menggunakan 10-20 kata termasuk nama dirinya.
• Mengenali obyek berupa foto keluarga atau orang yang dikenalnya.
• Dapat mengkombinasikan 2 suku kata
• Anak senang meniru kegiatan dirumah
c. 24 bulan
• Anak memahami perintah sederhana
• Mengidentifikasi kegiatan/aktivitas di dalam buku
• Dapat berbicara rata-rata 3 kata
• Bicara diakhiri dengan “s”
• Anak bertahan dengan satu aktivitas selama 6-7 menit
• Kosakata meningkat menjadi 300 kata, antara usia 2-4 tahun kosakata anak
meningkat 2 kata perhari.
d. 30 bulan
• Kosakat meningkat menjadi 450 kata
• Anak dapat menyebutkan nama anggota keluarga atau orang yang
dikenalnya.
• Dapat mengidentifikasi obyek secara terperinci
• Konsep awal dapat membedakan besar dan kecil
4. 3 tahun
• Anak dapat menyebutkan nama warna
• Anak cenderung senang bercerita
• Dapat bercerita tentang cerita sederhana.
• Kosakata bertambah menjadi 1000 kata-kata.
• Anak sering menyebut namanya dan jalan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh- kembang anak,
yaitu:
1. Faktor Genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti
sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan
kromosom.
2. Faktor Lingkungan
Sosial Ekonomi Kurang
Anak dengan keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami
keterlambatan dalam berbahasa karena fasilitas berbahasa dan
pendidikan yang rendah dari orang tua.
Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman
yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang,
kualitas interaksi anak-orang tua.
Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan
keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat,
norma-norma, agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat
yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dll.
(Soetjiningsih, 1998)
Stimulasi Dasar Perkembangan Bahasa pada Toddler
1. Usia 12 – 15 bulan
a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan
Bicaralah banyak-banyak kepada anak dan dorong agar ia mau
bicara
Dengarkan dan jawab bila anak bicara pada kita
Perlihatkan dan bacakan buku-buku bergambar pada anak, beri
kesempatan untuk menunjuk gambar yang kita sebut namanya
b. Membuat suara, misal dari kaleng atau kerincingan
c. Bicara, dengan menyebut benda yang diinginkan dan dilihat
d. Menyebut nama bagian tubuh yang telah diajarkan sebelumnya
e. Pembicaraan, dengan mengajarkan merangkaikan kalimat
2. Usia 15 – 18 bulan
a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan :
Tunjukkan dan bacakan buku kepada anak setiap hari
Nyanyikan lagu atau sajak untuk anak
Bicara banyak-banyak pada anak dan jelaskan apa yang dilihat
Ajari anak untuk menggunakan kata dalam menyatakan keinginan
b. Bahasa, dengan meminta anak menceritakan kembali cerita atau
gambar yang sudah dilihat
c. Main telpon, dengan permainan menelpon ayah atau nenek.
Menyebutkan nama, meminta anak menyebut barang yang akan dibeli
bersama
3. Usia 18 – 24 tahun
a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan
Bernyanyilah dan ceritakan sajak untuk anak
Berbicaralah banyak-banyak pada anak dengan membacakan buku
Dorong anak mau menceritakan hal yang sudah dikerjakan dan
dilihatnya
b. Televisi, lihat TV bersama anak dan ceritakan tentang apa yang dilihat
c. Mengikuti petunjuk, dimulai dengan memberikan petunjuk atau
perintah pada anak
d. Buku bergambar, minta anak menceritakan gambar-gamabr yang
dilihat
4. Usia 2 – 3 tahun
a. Kegiatan yang perlu dilanjutkan :
Teruslah membaca untuk anak dan buat anak melihat bahwa kita
membaca buku.
Dorong anak mau menceritakan kembali gamabr yang dilihat.
Bantu anak memilih TV dan menemaninya
b. Nama, ajari anak menyebut namanya
c. Cerita mengenai diri anak anada
d. Menyebut nama benda-benda
e. Menyatakan keadaan suatu benda
E. Pengertian Gangguan Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam
berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat
menolong anak dalam masalah bahasa. (Jeniffer Fusco, 2002)
Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang
dialami oleh seorang anak (Soetjiningsih, 1995).
Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang
yang dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan; sedangkan
ucapan atau berbicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam
suatu tingkah laku yang dapat didengar. Bahasa dapat dipandang sebagai dasar
di atas mana kemudian dibangun kemampuan berbicara tersebut, keduanya
akan berkembang dalam progresi yang beraturan. Kemampuan berbahasa
diperlihatkan dengan cara bagaimana anak merespon petunjuk lisan yang
diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk mengkomunikasikan
kebutuhan, keinginan serta penetahuan tenatng lingkungan serta melalui
permainan kreatif dan imajinatif. (Behrman, 1988)
F. Etiologi Gangguan berbicara dan Bahasa
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain
sebagainya. Menurut Blager B.F (1981) membagi penyebab gangguan bicara
dan bahasa adalah sebagai berikut :
Penyebab Efek pada perkembangan bicara
1.Lingkungan
a. Sosial ekonomi kurang
b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Dirumah menggunakan bahasa
bilingual
2.Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada orang tua
a. Terlambat
b. Gagap
c. Terlambat pemerolehan bahasa
d. Terlambat pemerolehan struktur
bahasa
a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Terlambat atau gangguan
c. Gangguan serius pada anak
3.Masalah Pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
4.Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat
b. Perkembangan lambat, tetapi
masih dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental
5.Cacat bawaan
a. Palatoshciziz
b. Sindrom Down
6.Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular
b. Kelainan sensorimotor
c. Palsi serebral
perkembangan bahasa
c. Terlambat atau gangguan
perkembangan bahasa
a. Terlambat/gangguan bicara yang
permanen
b. Terlambat/gangguan bicara yang
permanen
a. Terlambat bicara
b. Terlambat bicara
c. Pasti terlambat bicara
a. Terlambat dan terganggu
kemampuan bicaranya
b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
a. Mempengaruhi kemmapuan
mengisap, menelan, mengunyah dan
akhirnya timbul gangguan bicara
dan artikulasi seperti disartia
b. Mempengaruhi kemampuan
mengisap dan menelan, akhirnya
menimbulkan gangguan artikulasi
seperti dispraksia
c. Berpengaruh pada pernafasan,
makan dan timbul juga masalah
d. Kelainan Persepsi artikulasi yang dapat
mengakibatkan disartia dan
dispraksia
d. Kesulitan membedakan suara,
mengenal bahasa, simbolisasi,
mengenal konsep, akhirnya
menimbulkan kesulitan belajar
disekolah.
Sedangkan Aram D.M (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara pada
anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini :
1. Lingkungan sosial anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik
dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan
bicara. Anak deng otitis media kronik dengan penurunan daya
pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima
ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli
oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli
neurosensorial, (infeksi intra uterin ; sifilis, rubella, tolsoplasmosis,
sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi telinga luar, tuli
sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli perseptif/afasia sensorik (terjadi
kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian
yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme
infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga
akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat,
demikian juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi
gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,
inteprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan
kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya
merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada Sindrom Down.
4. Sistem Produksi
Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas
untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara
melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.
Menurut Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena
kehilangan pendengaran, infeksi kronik telinga, stroke atau trauma otak,
syndroms, retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan
postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses
auditory, keterlambatan perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau
gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan otot. Dalam
penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan lebih banyak
dialami pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat
bahwa secara umum laki-laki mempunyai kemampuan nonverbal yang lebih
bagus dibandingkan dengan kemampuan verbal.
G. Klasifikasi dan Tanda Gejala Gangguan Bicara dan Bahasa
Menurut Rutter (dikutip dari Toback C), berdasarkan atas berat ringannya
kelainan bahasa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Ringan Keterlambatan akuisi dari bunyi
kata-kata, bahasa normal.
Dislalia
Sedang Keterlambatan lebih berat dari
akuisi bunyi kata-kata dan
Disfasia ekspresif
perkembangan bahasa terlambat
Berat Keterlambatan lebih berat dari
akuisisi dan bahasa, gangguan
pemahaman bahasa
Disfasia reseptif dan tuli
perseptif
Sangat berat Gangguan pada seluruh
kemampuan bahasa
Tuli perseptif dan tuli
sentral
Sedangkan Rapinda Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasar patofisologi
membagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 sub tipe :
1.) Primer ekspresif
disfraksia verbal
anak mengerti sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih
sering menunjuk daripada bicara
gangguan defisit produksi fonologi
anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan
pada orang-orang yang sering kontak dengannya sehingga menimbulkan
rasa marah dan frustasi bagi si anak.
2.) Defisit represif dan ekspresif
gangguan campuran ekspresif represif
anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak
dari mereka yang autistik.
disfrasia verbal auditori agnosia
anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun
kadang-kadang mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain
dan miskin dalam artikulasi kata-kata.
3.) Defisit bahasa yang lebih berat
gangguan leksikal sintaksis
anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat
bercakap-cakap. Mereka tidak gagap dan tidak menghindar untuk
berbicara.
gangguan semantik pragmantik
Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai
satu topik.
Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan
bahasa adalah sebagai berikut :
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya
terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata
jangan, da-da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapa menyebut sepuluh kata tunggal
5. Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,
kemari, berdiri)
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
7. Pada usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata-kata yang sangat
sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase
8. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri
ari 2 buah kata.
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarganya
10. Pada usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana
11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya
yang sederhana.
12. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat,
ba untuk ban dan lain-lain)
H. Penatalaksanaan Klien dengan Gangguan Bicara dan bahasa
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak,
akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil
kemungkinan kelainan pada masa sekolah antara lain yang dengan
menggunakan pemeriksaan DDST.
Parameter penilaian perkembangan dengan DDST
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :
a. Alat yang Digunakan
Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna
merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel
kecil, kertas, dan pensil.
Lembar formulir DDST
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tes dan cara menilainya.
b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5
tahun.
Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
c. Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian
ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada
masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya
berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal,
meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
Setelah terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka
dapat dicarai penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli
konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa yang normal pada anak
yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada
anak dengan gangguan pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak
dengan gangguan fonologi biasaya prognosisnya lebih baik. Sedangkan
gangguan bicara pada anak yang itelegensinya normal perkembangan bahasanya
lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan
gangguan yang multipel terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan
bicara ekspresif atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4
tahu, mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun.
Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa menurut Blager (1981) :
Masalah Penatalaksanaan Rujukan
Lingkungan
a. Sosek rendah • Meningkatkan stimulasi • Kelompok BKB (Bina
Keluarga dan Balita)
b. Tekanan
Keluarga
c. Keluarga bisu
d. Bahasa
Bilingual
• Mengurangi tekanan
• Meningkatkan stimulasi
• Menyederhanakan
masukan bahasa
atau kelompok bermain.
• Konseling keluarga
• Kelompok BKB
• Ahli, terapi wicara
Emosi
a. Ibu yang
tertekan
b. Gangguan
serius pada
keluarga
c. Gangguan
serius
• Meningkatkan stimulasi
• Meningkatkan status
emosi anak
• Meningkatkan status
emosi anak
• Konseling, kelompok
BKB/bermain
• Psikoterapi
• Psikoterapi
Masalah
Pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
• Monitor dan obati kalau
memungkinkan
• Monitor dan obati kalu
memungkinkan
• Audiologist/ahli THT
• Audiologist/ahli THT
Perkembangan
lambat
a. Dibawah rata-
rata
b. Perkembangan
terlambat
c. Retardasi
mental
• Meningkatkan stimulasi
• Meningkatkan stimulasi
• Maksimalkan potensi
• Ahli terapi wicara
• Ahli terapi wicara
• Program khusus
Cacat bawaan
a.Palatum sumbing
b. Sindrom Down
• Monitor dan dioperasi • Ahli terapi setelah
operasi
• Monitor dan stimulasi • Rujuk ke ahli terapi
wicara, SLB C, monitor
pendengarannya
Kerusakan otak
a.Kerusakan
neuromuskular
b. Sensorimotor
c.Palsi Serebralis
d. Masalah
persepsi
• Atasi masalah makan dan
meningkatkan kemampuan
bicara anak
• Mengatasi masalah makan
dan meningkatkan
kemampuan bicara anak
• Mengoptimalkan
kemampuan fisik kogntitif
dan bicara anak
• Mengatasi masalah
keterlambatan bicara
• Rujuk ke ahli terapi
kerja, ahli gizi, ahli
patologi wicara
• Rujuk ke ahli terapi
kerja, ahli gizi, ahli
terapi wicara
• Rujuk ke ahli
rehabilitasi, ahli terapi
wicara
• Rujuk ke ahli patologi
wicara , kelompok BKB
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Richard E. (1988). Ilmu Kesehatan Anak : Nelson. Ed. 12.
Jakarta : EGC
2. Engel, joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta :
EGC
3. Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan
Pediatrik, Jakarta : EGC.
4. Markum, A.H. (1991). Buku Ajar Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Soetjingsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC
6. Suherman ( 1999 ). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC
7. ……….,Modul NCHS WHO. Unpublished
8. DEPKES RI. (1997). Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Ed.
10. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
9. www.speechdelayed.com , Jeniffer Fusco , 2002, Fruequently Asked
Question, Colombus, OH 43311.