2.1. data - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2008-2-00160-ds bab 2.pdf · tersebut...
TRANSCRIPT
3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. Data
Data-data yang ada diperoleh melalui :
• Buku-buku referensi
• Survei lapangan disertai pemotretan
• Literatur dari internet
• Wawancara dengan narasumber yang bersangkutan dengan topik
2.1.1. Riwayat Singkat Sita Devi
2. 1. 1. 1. Kelahiran Sita Devi
Pada musim semi yang indah di Mantili, Sang Raja Prabu Janaka sedang
membajak sawahnya. Ia berhenti untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba, ia
mendengar suara gaduh di dekatnya. Ia beranjak dari istirahatnya dan mulai
melihat sekelilingnya. Ia menyadari bahwa ada banyak sekali hewan yang
berkeliaran di sekitarnya lebih dari biasanya dan berpikir apa yang sedang
terjadi.
Ketika kembali ke lahan yang tadi dibajaknya, ia tercengang melihat
tanah tersebut telah ditumbuhi bunga-bunga liar yang sangat cantik. Ia segera
bergerak menuju bunga-bunga tersebut untuk memeriksa apa yang terjadi. Pada
saat itu, ia lupa akan suara gaduh yang tadi didengarnya. Ketika ia mendekati
4
bagian tengah bunga-bunga yang tumbuh melingkar itu, telinganya langsung
tertuju pada suara yang ia dengar tadi.
Ia menyadari bahwa suara yang didengarnya semakin kencang dan
berasal dari bawah kakinya. Ia melihat ke bawah dan melihat ada seorang bayi
cantik yang terbaring di atas hamparan bunga di belahan tanah hasil bajakan.
Sedikit terkaget dan terkesima, dengan lembutnya ia angkat bayi tersebut
dan mengaguminya. Ia baru menyadari bahwa suara-suara yang tadi ia dengar
merupakan suara tangis sang bayi, dan suara itulah yang telah menarik hewan-
hewan ke ladangnya. Nampaknya Sang Raja menyadari bahwa bayi tersebut
dilahirkan dari belahan tanah dan menyadari bahwa bayi tersebut adalah jawaban
dari doanya akan seorang anak. Karena kejadian itu, Sang Raja menamakan bayi
tersebut dengan nama Sita, yang berarti segala berkat yang diberikan untuk
sawah dan ladang.
Kemudian Sang Raja membawa bayi tersebut ke istananya dan
menunjukkan pada Sang Perrmaisuri, Sunayana, dan berkata, “Inilah harta
terindah untuk kita. Aku menemukannya di ladang dan kita harus
mengangkatnya sebagai anak.” Kemudian Sang Raja tersenyum bahagia.
Seorang bayi cantik titisan Sang Dewi Bumi yang terlahir di ladang pada musim
semi yang indah.
2. 1. 1. 2. Kisah Cinta Sita Devi
Pada masa remaja, Sita adalah anak yang rajin, hormat, dan jujur. Walau
tinggal di istana, Sita rajin bekerja. Suatu hari, ia membersihkan bangsal pusaka.
Di tempat itu, ia memindahkan dan mengangkat busur panah pusaka.
5
Hal itu diketahui oleh Prabu Janaka. Sang Raja heran karena Sita mampu
mengangkat busur panah tersebut sebab busur tersebut adalah busur panah sakti.
Tidak sembarang orang dapat menggunakan busur tersebut. Jangankan
menggunakan, mengangkatnya pun tidak akan kuat. Melihat kejadian tersebut,
Prabu Janaka berdoa, memohon petunjuk, dan berjanji dalam hati bahwa kelak
Sita akan dinikahkan dengan keturunan Wisnu.
Ketika Sita memasuki usia pernikahan, Prabu Janaka mengadakan
sayembara untuk mencari pria yang tepat untuk mendampingi anaknya. Siapa
yang dapat mengangkat busur pusaka akan dinikahkan dengan Sita. Banyak
pangeran yang telah mendengar akan kecantikan Sita dan kemuliaan hatinya.
Namun ketika mereka semua datang ke Mantili, mereka kembali dengan
kekecewaan. Tidak ada dari mereka yang dapat memenangkan sayembara
tersebut.
Suatu hari yang hangat, tiba-tiba ada rombongan yang datang melalui
pintu gerbang menuju ke kota. Sita yang sedang bersantai di teras segera melihat
kerumunan tersebut. Datanglah seorang pangeran yang tampan yang menjadi
pusat perhatian semua orang.
Tapi tidak ada seorang pun yang terpaku melihatnya seperti Sita. Tatapan
Sita itu bertahan lama dan terlihat sepertinya mereka tidak akan bertemu lagi.
Sita tak percaya bahwa ia telah memandang seseorang sampai seterkesima itu.
Sita menyadari ia tidak akan pernah bertemu pria itu lagi. Hatinya mulai
bergetar. Segala suara gemuruh seperti menggema di telinganya. Suhu tubuhnya
memanas dan pandangannya pun menyempit. Kemudian semuanya menjadi
gelap. Sita terjatuh pingsan.
6
Ketika Sita terbangun, semua orang memperhatikannya kecuali ayahnya.
Walaupun mereka semua sangat khawatir dengan keadaan Sita, mereka semua
sibuk berlari ke sana kemari mempersiapkan gaun untuk Sita. Sita berpikir apa
yang sedang terjadi. Ia diberitahu bahwa ada seorang pria yang telah
menaklukkan keinginan ayahnya. Sita akan segera dinikahkan.
Sita terperangah akan berita tersebut. Ia harus menikah walaupun bukan
dengan pria yang ia impi-impikan. Sita segera mempersiapkan dirinya untuk
dikenalkan kepada calon suaminya. Ia berjalan perlahan menuju ruang
pertemuan. Ia berjalan dengan tertunduk sambil melihat ke lantai. Keramaian
pun terbelah. Sita merasakan getaran yang sama seperti ketika ia melihat pria
yang ia pandang sebelumnya.
Ia pun menegakkan kepala dan melihat pria yang sama berdiri di sebelah
ayahnya. Seorang pangeran tampan dari Negeri Ayodhya, Ramawijaya. Pada
saat itu ia mengetahui. Mimpinya telah terjadi.
2. 1. 1. 3. Perjalanan Sita Devi dalam Pengembaraan
Setelah pernikahan tersebut, Rama dan Sita kembali ke Ayodhya, negeri
yang indah dengan rakyat yang ramah. Sepertinya tidak akan pernah ada masalah
di sana. Tetapi kemudian kejadian besar menimpa sang pangeran. Rama harus
diasingkan selama 14 tahun atas perintah ayahnya. Hal ini dikarenakan sang ayah
harus menepati janjinya kepada salah satu istrinya. Rama tidak ingin ayahnya
menepati janji tersebut. Namun dengan kebesaran hatinya, ia menerima hukuman
itu.
7
Sita memutuskan bahwa ini tugasnya untuk menemani suaminya
mengasingkan diri ke Hutan Dandakaranya. Kehidupan mereka di hutan tersebut
berjalan baik. Rama, Sita, dan Laksmana, adik Rama, hidup dengan damai di
hutan tersebut. Sayangnya, setelah Rama pergi, ayahnya meninggal dunia.
Segala kedamaian itu terancam ketika seorang raja dari Negeri
Alengkadiraja yang bernama Rahwana muncul. Ia menginginkan Sita sebagai
permaisurinya karena Sita dianggap titisan Dewi Laksmi yang selama ini dimpi-
impikannya. Rahwana melakukan segala cara untuk mendapatkan Sita.
Suatu hari, Rahwana mengetahui bahwa Sita, Rama, dan Laksmana
berada di Hutan Dandakaranya. Ia langsung mengutus hambanya yang bernama
Marica untuk mengubah diri menjadi seekor kijang. Kijang tersebut adalah
kijang kencana berwarna keemasan. Sebagai seorang wanita, Sita sangat tertarik
melihat kijang itu, sama seperti wanita lainnya yang selalu tertarik melihat
keelokan, keindahan, atau emas. Sita segera meminta Rama untuk menangkap
kijang tersebut untuknya, dan ternyata itu adalah awal dari kesengsaraan.
Siasat Rahwana berhasil. Sita yang tinggal berdua dengan Laksmana di
hutan, khawatir karena suaminya tak kunjung kembali. Maka ia segera mengutus
Laksmana untuk mencari Rama.
Laksmana meninggalkan Sita sendirian dengan dilindungi oleh lingkaran
magis. Rahwana langsung beraksi untuk menculik Sita. Namun, usahanya
tertahan oleh lingkaran magis yang dibuat oleh Laksmana. Rahwana bersiasat
lagi. Ia menyamar menjadi seorang brahmana tua yang meminta sedekah. Siasat
itu berhasil karena Sita mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah bagi
8
brahmana tua jadi-jadian itu. Rahwana langsung menarik tangan Sita hingga Sita
keluar dari lingkaran magis.
Dalam perjalanan menuju Alengka, Rahwana mengalami pertempuran
dengan seekor burung garuda bernama Jatayu yang hendak menyelamatkan Sita.
Jatayu mengenali Sita karena ia sendiri berteman baik dengan Prabu Janaka.
Namun sayangnya pertempuran tersebut dimenangkan oleh Rahwana.
Di waktu yang sama, Rama kembali dari perburuannya. Ia terkejut karena
sesampainya ia di tempat semula, Sita tidak ada di sana. Ketika melihat Jatayu
yang terluka parah, ia langsung menuduh Jatayu yang menculik Sita. Rama ingin
membunuh Jatayu namun Laksmana mencegahnya. Kemudian Jatayu
memberitahu bahwa Rahwanalah yang menculik Sita. Setelah memberi
penjelasan tersebut, Jatayu meninggal.
Rama dan Laksmana kemudian segera menuju Alengka untuk
menyelamatkan Sita. Di tengah perjalanan, mereka bertemu Hanuman, sang
manusia kera yang sedang mencari pendekar guna melawan Subali. Subali
adalah kakak dari Sugriwa, paman Hanuman. Subali telah merebut kekasih
adiknya, Dewi Tara. Singkat cerita, Rama bersedia membantu Hanuman
mengalahkan Subali dan mengembalikan Dewi Tara pada Sugriwa. Pada
kesempatan itu, Rama menceritakan perjalanannya mencari Sita yang sedang
diculik oleh Rahwana. Karena merasa berhutang budi, Sugriwa mengutus
Hanuman pergi ke Istana Alengkadiraja guna mencari tahu dimana Sita berada.
Di Taman Argasoka, Sita menghabiskan hari-harinya menunggu sang
suami menjemputnya. Ia ditemani Trijata, kemenakan Rahwana, yang berusaha
membujuk Sita untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Di dalam kesedihannya di
9
taman itu, Sita mendengar lantunan lagu yang dinyanyikan Hanuman si kera
putih yang mengintainya. Lantas Hanuman menghadap Sita untuk memberi tahu
bahwa ia adalah utusan Rama. Lalu Hanuman mencari tahu kekuatan Alengka. Ia
membuat onar di Taman Argasoka dan kemudian ditangkap oleh Indrajid, putera
Rahwana.
Rahwana marah besar dan ingin membunuh Hanuman namun dicegah
oleh Kumbakarna, adik Indrajid. Karena dianggap menentang, Kumbakarna
kemudian diusir dari Alengka. Hanuman pun dihukum dengan dibakar hidup-
hidup. Alih-alih mati, ia malah berhasil membakar Alengka dan kemudian
melarikan diri. Setelah menerima kabar dari Hanuman, Rama memutuskan untuk
menyerang Alengka dengan bantuan pasukan kera Hanuman.
Peperangan pun terjadi di Istana Alengkadiraja. Awalnya Alengka
dipimpin Indrajid, namun kemudian ia gugur di tangan Rama. Kumbakarna
segera turun tangan. Bukan untuk membela Rahwana, namun demi membela
tanah airnya, Alengkadiraja. Sayangnya, Kumbakarna pun gugur sebagai
pembela negara.
Akhirnya, Rahwana sendiri yang turun tangan menghadapi Rama dan
teman-temannya. Setelah peperangan yang luar biasa, Rahwana kalah oleh panah
Rama dan himpitan Gunung Sumawara yang dibawa Hanuman. Sita pun dapat
kembali ke pelukan Rama.
2. 1. 1. 4. Pembuktian Kesucian Sita Devi
Segala pertempuran telah usai. Tiba saatnya bagi Rama untuk menemui
Sita. Hanuman segera mengajaknya ke Taman Argasoka guna menemui Sita.
10
Namun Rama malah menolaknya. Rama menganggap Sita telah ternoda selama
diculik oleh Rahwana di Alengka.
Rama pun meminta Sita membuktikan kesuciannya dengan cara
membakar diri. Sita meminta bantuan Sang Dewa Api, Agni, untuk
membakarnya. Kerena memang masih suci, Sita pun selamat dari kobaran api.
Dan Rama pun kembali menerimanya.
2. 1. 1. 5. Akhir Hidup Sita Devi
Rama membawa kembali istrinya, Sita ke Ayodhya. Rakyat Ayodhya
tidak menginginkan Sita berada disana karena menganggap Sita telah
mengkhianati Rama dan mencintai Rahwana. Sita meyakinkan Rama dan seluruh
rakyat Ayodhya bahwa dirinya masih suci dan cintanya tetap kepada Rama,
tetapi rakyat Ayodhya tidak mempercayainya. Rama yang masih mencintai Sita
akhirnya terpengaruh omongan rakyatnya, dan ia memilih keinginan rakyatnya
untuk mengusir Sita. Cinta dan kuasa, dilema bagi Rama, tapi kuasalah yang
dipilih oleh Rama.
Sita yang sedang mengandung putra Rama, menjadi pemaisuri yang
terusir dari negerinya sendiri. Ia tersaruk-saruk di hutan, meratapi nasibnya dan
sambil terus menyatakan bahwa ia sangat mencintai Rama.
Di tengah hutan, ia bertemu dengan Walmiki. Sita menceritakan nasibnya
kepada Walmiki. Walmiki lalu menulis Ramayana. Setelah tujuh bulan, lahirlah
putra kembar Sita yang diberi nama Lawa dan Kusa. Mereka berempat tinggal
disebuah gubuk ditengah hutan. Lawa dan Kusa tumbuh menjadi anak yang
cerdas dalam bimbingan Walmiki dan dekapan kasih sayang Sita. Kedua anak itu
11
sangat kritis mempelajari ilmu pengetahuan. Mereka juga sangat sakti. Setelah
14 tahun, mereka menanyakan “Siapakah ayah kami ?”. Kemudian Walmiki
menuliskan Ramayana lagi, kisah Rama dan Sita.
Rama galau mengingat Sita. Ia melakukan Persembahan Kuda. Seluruh
negeri di anak benua yang dilalui oleh kuda kutih, yang merupakan kuda
persembahan, harus tunduk kepada Ayodhya. Banyak negeri yang memberontak
sehingga terjadi peperangan, kekacauan, dan kehancuran.
Pada suatu hari, Lawa dan Kusa sedang bemain di padang rumput.
Mereka berdua melihat seekor kuda putih yang berlari kencang. Mereka
mengejarnya dan akhirnya berhasil menangkap kuda tersebut. Tidak lama
kemudian, dari atas bukit muncul beribu pasukan berkuda, pasukan negeri
Ayodhya yang sangat kuat, yang dipimpin oleh Laksmana, adik Rama.
Pasukan itu meminta Lawa dan Kusa untuk menyerahkan kuda tersebut,
karena kuda itu adalah Kuda Persembahan. Lawa dan Kusa menolak, hingga
terjadilah pertempuran hebat antara beribu-ribu prajurit berkuda melawan dua
orang anak remaja. Prajurit-prajurit itu berguguran melawan kesaktian Lawa dan
Kusa.
Laksmana kembali ke Ayodhya menceritakan tentang dua orang anak
remaja yang sakti kepada Rama. Rama yang terkejut mendengar pasukannya
yang terkenal hebat di seluruh anak benua, langsung mengerahkan Pasukan
Wanaranya. Tetapi lagi-lagi beribu-ribu Wanara berguguran lagi melawan Lawa
dan Kusa. Rama penasaran, siapakah dua anak remaja yang sakti mandraguna
ini? Rama mengundang Lawa dan Kusa ke istana Ayodhya untuk menceritakan
siapakah sebenarnya mereka.
12
Lawa dan Kusa datang ke istana Ayodhya yang sangat megah. Seluruh
rakyat Ayodya berkumpul di pelataran istana untuk menyaksikan mereka. Rakyat
yang menonton berbisik-bisik membahas kemiripan kedua anak tersebut dengan
Rama. Lawa dan Kusa menembangkan Ramayana. Seluruh penonton terharu
mendengarnya begitu juga Rama, Dari belakang munculah Sita. Rama akhirnya
menyadari bahwa Lawa dan Kusa adalah anaknya.
Sita menyatakan lagi bahwa ia masih mencintai Rama. Tapi lagi-lagi
Rama masih meragukan kesucian Sita. Sita besumpah bahwa jika dia suci dia
akan ditelan bumi. Sesaat kemudian bumi bergetar, merekah dan menelan Sita.
Sama seperti lahirnya, Sita kembali ke dalam belahan tanah. Lawa dan Kusa
menangis tersedu-sedu memukul-mukul bumi, meratapi kepergian ibunya. Rama
semakin galau. Ia menitipkan negeri Ayodya kepada Laksmana, lalu moksa
menjadi cahaya.
2. 1. 2. Etimologi Nama “Sita”
Dalam mitologi Hindu, sama seperti dewa dan dewi lainnya, Sita juga dikenal
dengan berbagai nama. Sebagai anak dari Prabu Janaka, Sita bernama Janaki; sebagai
putri dari Mantili, ia bergelar Mithili atau Maithali; sebagai istri dari Rama Wijaya, ia
dipanggil Ramaa. Ayah Sita, Prabu Janaka, juga menamainya Videha, karena
kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap sekitarnya, karena itu ia juga dikenal sebagai
Vaidehi. Di Indonesia, khususnya dalam pewayangan, orang-orang menyebutnya Dewi
Shinta.
Bagaimanapun ia lebih dikenal dengan nama Sita, yang dalam bahasa India
berarti belahan tanah bajakan. Arti nama itu oleh nenek moyang India melambangkan
13
kesuburan yang tinggi dan kelimpahan berkat dalam pertanian. Nama Sita juga dapat
berasal dari nama dewi jaman Weda sebelumnya yang juga bernama Sita, yang
disebutkan dalam Rigweda sebagai Dewi Bumi yang memberkati tanah dengan
tumbuhan-tumbuhan yang baik. Pada jaman Weda, Sita adalah satu dari dewi-dewi yang
diasosiasikan dengan kesuburan. Sebuah puja Weda menyebutkan :
Sita sang pengasih, datanglah pada kami;
Kami memohon dan memujamu.
Berikan kami berkat dan kemakmuran,
dan berikan kami buah-buahan yang berkelimpahan.
Dalam Kaukasik-sutra dan Paraskara-sutra, Sita berkali-kali disebutkan sebagai
istri dari Parjanya (Dewa Hujan) dan Indra.
2. 1. 3. Sita Devi dalam Hindu
Sita di dalam Hindu dianggap sebagai awatara Dewi Sri atau Lakshmi. Ia adalah
sosok perempuan yang dihormati, selain karena ia adalah titisan dewi, ia juga sebagai
panutan wanita-wanita Hindu. Sita dianggap sebagai sosok wanita yang sempurna, yang
maha bijak, sehingga tidak mungkin wanita-wanita biasa (bangsa manusia, bukan titisan
dewi) dapat menjadi seperti Sita karena manusia adalah manu (nafsu). Selama mereka
masih penuh dengan manu, mereka tidak akan pernah bisa bertingkah laku sesempurna
Sita.
Mereka meyakini bahwa Dewi Sri yang turun ke bumi dalam wujud Sita adalah
untuk mengajarkan dan memberi contoh kepada manusia tentang hal-hal yang baik yaitu
tentang kesetiaan, pengorbanan, dan harga diri. Wanita-wanita Hindu menjadikannya
panutan untuk bertingkah laku dalam hidup.
14
Memang Sita pernah berbuat salah, namun mereka meyakini bahwa kesalahan
memang harus ada. Baik buruk memang diciptakan agar ada keseimbangan. Sita adalah
sosok yang sempurna karena pada akhir hidupnya ia moksa. Dalam agama Hindu, tujuan
dalam hidup mereka adalah moksa. Namun hal itu tidak mungkin terjadi pada mereka
karena mereka tidak suci. Karena itu, mereka harus selalu berkorban dan berbuat baik
untuk menebusnya.
2. 1. 4. Sita Devi dalam Pewayangan
Dalam pewayangan, tokoh Sita memiliki falsafah yang tinggi dalam hidup dan
kehidupan khususnya bagi kaum wanita. Sita adalah teladan yang hendaknya dijadikan
cermin oleh para wanita, betapa ia harus tabah mengarungi samudra kehidupan yang
penuh penderitaan, seperti yang terdapat pada tembang Dandanggula berikut ini:
WASPADAKNA HE PARA WANITA (Perhatikanlah hai para wanita)
LAMUN BISA SAMI ANULADHA (Agar bisa meneladani)
DEWI SHINTA BEBUDENE (Akal budi Dewi Shinta)
AJA NGANTI KELIRU (Jangan sampai keliru)
BRANG POLAH KANG NORA BECIK (Tingkah laku yang tidak baik)
WANITA CAGAKING BANGSA (Wanita tiang negara)
PATULADAN TUHU (Menjadi teladan)
TANSAH SETIA MRING GARWA (Selalu setia pada suami)
ANETEPI SUMPAH JANJI ING AKRAMI (Menjunjung tinggi mahligai perkawinan)
NYIRNAKKE DUR ANGKARA (Menyingkirkan/menepis segala godaan)
Kesetiaan Sita kepada suami tercermin sejak awal perkawinannya. Ketika Rama
ragu untuk menjalankan perintah pembuangan ke hutan, Sita dengan lembut menguatkan
15
hati Rama untuk ikhlas menjalankan perintah itu. Dalam penderitaan di hutan
Dandakaranya pun kesetiaan Sita terus memancar. Sita yang pendiam, keheningannya
membawa Rama kepada impian kedamaian. Kesetiaan dan ketabahan Sita meluluhkan
hati suaminya sehingga Rama tak ingin berpaling pada rayuan wanita lain seperti ketika
digoda oleh Sarpakenaka.
Sita tidak hanya wanita yang penuh kelembutan, namun ia juga penuh ketegasan
ketika harga dirinya atau harkat dan martabatnya terinjak. Seperti ketika ia menghadapi
rayuan Rahwana. Rahwana merayu dengan segala kata-kata manis, tetapi Sita tetap
menunjukkan bahwa ia wanita yang tak mau diremehkan. Tekad Sita yang gagah berani
mempertahankan wibawa dan kesuciannya demi cintanya pada suaminya tertuang pada
tembang Kinanthi:
TAN NEDYA TUMINGGAL INGSUN (Tidak lain dalam pandangan mataku)
MATI URIP SUN LABUHI (Hidup mati aku jalani)
MUNG NARENDRA RAMA BADRA (Hanya satria Rama Wijaya)
YEN MATI AKU BELANI (Sampai mati akan kubela)
PAYO AKU PATENANA (Kalau berani bunuhlah aku)
BALEKNA PANGERAN MAMI (Kembalikan satria pujaanku)
Puncak ketabahan Sita tercermin ketika bertemu kembali dengan Rama dan
Rama meragukan kesuciannya. Hati Sita bagaikan teriris-iris mendengar kesangsian
Rama, namun ia tetap tabah dan tegar menghadapinya. Sita berhasil membuktikan
kejujuran dan kesuciannya setelah melewati cobaan yang maha dashyat. Penderitaan dan
ketabahan seorang wanita demi cinta kepada suaminya akan membuat seorang wanita
menjadi wanita yang sesungguhnya. Seperti yang dialami Sita, keindahan dan
16
keagungan yang terpancar dari dalam dirinya merupakan buah hasil keprihatinan dan
ketabahannya.
Kisah Sita dalam Ramayana dikaji berdasarkan sistem lambang yang berlaku
segala penderitaan Sita dapat ditafsirkan sebagai kemurnian jiwa manusia yang setiap
saat mengalami gangguan duniawi dan manusia harus mampu menanggulangi sampai
akhirnya dapat tercatat tataran kemanunggalan dengan Tuhan. Persatuan kembali antara
Rama dan Sita merupakan lambang kemanunggalan jiwa manusia dengan Tuhan setelah
dapat menyisihkan segala godaan dan hawa nafsu yang dipersonifikasikan dalam bentuk
tokoh Dasamuka. Tataran kejiwaan tersebut dalam Bahasa Jawa dinyatakan dengan
ungkapan “Manunggal ing Kawula-Gusti”.
2. 1. 5. Riwayat Sita Devi Lainnya
Terdapat dua riwayat lain mengenai Sita Devi selain dalam versi Ramayana yang
ditulis oleh Walmiki. Riwayat-riwayat ini penting untuk diketahui karena mereka
menyatakan ketidaksetujuan akan pandangan banyak orang bahwa Sita adalah
manifestasi dari Dewi Lakshmi.
1. Inkarnasi Widowati
Beberapa versi dari Ramayana menyebutkan bahwa Sita adalah reinkarnasi
dari Widowati, seorang wanita yatim piatu yang sangat disukai oleh Rahwana.
Resi Kusadwaja, ayah Widowati adalah seorang ahli agama yang terpelajar
yang tinggal di sebuah tempat peribadatan yang terasing. Anaknya, Widowati,
tumbuh dalam lingkungan itu dan menjadi seorang pemuja Dewa Wisnu, dan
bersumpah dalam hidupnya tidak akan menikah selain dengan Dewa Wisnu.
Ayahnya mendukung pemikirannya dan bahkan menolak lamaran-lamaran dari
17
raja-raja yang sangat kuat dan dewa-dewa yang ingin menikahi putrinya. Salah satu
yang ditolak adalah Sambhu, seorang raja yang berkuasa dari Negeri Daitya.
Karena dendam, ia kemudian membunuh kedua orang tua Widowati di suatu
malam tanpa bulan.
Widowati melanjutkan kereligiusan orang tuanya berdoa kepada Wisnu.
Konon, kecantikan Widowati tidak tergambarkan, berpakaian tertutup yang terbuat
dari kulit rusa hitam, berambut lebat, pancaran kebeliaannya disempurnakan
dengan perilakunya yang bersahaja. Rahwana, Raja Alengka, suatu hari melihat
Widowati sedang berdoa dan sangat tertarik dengan kecantikannya. Rahwana
melamarnya dan ditolak. Ia kemudian mengejek kebersahajaan Widowati juga
obsesinya kepada Wisnu. Kemudian ia menodainya.
Karena kesuciannya direnggut paksa oleh Rahwana, Widowati kemudian
membakar diri, berjanji akan kembali dalam inkarnasi dan menjadi penyebab
hancurnya Rahwana. Ia kemudian lahir kembali sebagai Sita, istri Rama Wijaya,
dan menjadi penyebab langsung hancurnya Rahwana di tangan Rama. Dalam
prosesnya, Widowati juga tetap pada kesetiaannya pada Wisnu dalam
manifestasinya yaitu Rama. Dalam versi yang sama dari Ramayana, Resi Agastya
menghubungkan seluruh kisah itu pada Rama.
2. Anak dari Dewi Tarki dan Rahwana
Menurut Serat Rama karangan Ki Yasadipura, Sita dilahirkan secara wajar.
Dalam Kitab Ramayana, ia lahir dari belahan tanah arugan yang dibajak.
Purwacarita mengisahkan bahwa Sita dilahirkan oleh Dewi Tarki, permaisuri
Rahwana. Karena Rahwana mengidamkan memperistri Dewi Lakshmi dan Sita
adalah manifestasinya, saudara Rahwana yaitu Wibisana menjadi khawatir bahwa
18
kelak Sita akan diperistri oleh Rahwana. Hal ini akan merusak ugeran tata
perkawinannya karena Rahwana adalah ayahnya sendiri. Maka Sita pun dibuang
atau dilarung di Narmada Gangga, hanyut mengikuti aliran sungai dan ditemukan
oleh Raja Mantili, Prabu Janaka.
2. 1. 6. Data Statistik
2. 1. 6. 1. Data Statistik Perceraian di Beberapa Kota Besar di Indonesia
Di Makassar, Sulawesi Selatan, data 1999-2003 menunjukkan kasus
cerai yang diproses di Pengadilan Agama Makassar terus mengalami
peningkatan. Tahun 1999, misalnya, cerai talak 198 kasus, cerai gugat 326 kasus.
Menyusul tahun 2000 terdiri dari cerai talak 232, cerat gugat 427 kasus dan
tahun 2001 cerai talak 205 kasus , talak gugat 372, dan 2002 sebanyak 221 cerai
talak dan 385 cerai gugat, terakhir tahun 2003 tercatat sebanyak 235 cerai talak
dan cerai gugat 426 kasus.
Di Bandung, Jawa Barat, pun begitu. Selama periode Januari-Agustus
2004, jumlah perceraian yang tercatat di Pengadilan Agama PA Bandung
mencapai 1.093 kasus. Hampir 70% dari 1.093 kasus cerai itu adalah cerai gugat,
yakni istri menggugat suami.
Berdasarkan catatan Panitera Pengadilan Agama Kabupaten Malang,
Jawa Timur, ada 2274 kasus gugatan cerai sejak Januari-Juli 2004. Angka ini
lebih tinggi dibanding angka kasus tahun-tahun sebelumnya. Angka itu
menunjukkan, dalam sehari setidaknya ada 10 kasus gugatan cerai. Sebanyak
1.444 atau 63,50% kasus itu diajukan oleh istri.
19
2. 1. 6. 2. Data Statistik Penyebab Perceraian
Dari 109 kasus perceraian di DKI yang dilaporkan ke Komnas
Perlindungan Anak pada tahun 2006, 26 kasus (23,85%) terjadi karena faktor
ekonomi. Faktor lain karena pertengkaran terus-menerus 21 kasus (19,26%),
kekerasan dalam rumah tangga 13 kasus (11,92%), perselingkuhan 9 kasus
(8,25%), dan campur tangan dari keluarga 15 kasus (13,76%), kelainan seksual 4
kasus (3,66%). Faktor lainnya adalah ketidak cocokkan, sebanyak 21 kasus.
Data dari Ditjen Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama pun
menyatakan, faktor ekonomi dan selingkuh telah menjadi biang perceraian
keluarga yang pertama dan nomor empat.
Tahun 2005, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan
akibat selingkuh, 9.071 karena gangguan orang ketiga, dan 4.708 akibat
cemburu. Persentasenya mencapai 9,16 % dari 150.395 kasus perceraian tahun
2005 atau 13.779 kasus. Dengan kata lain, dari 10 keluarga bercerai, satu
diantaranya karena selingkuh. Rata-rata, setiap dua jam ada tiga pasang suami
istri bercerai gara-gara selingkuh.
Perceraian karena selingkuh itu jauh melampaui perceraian akibat
poligami tidak sehat yang hanya 879 kasus atau 0,58 % dari total perceraian
tahun 2005. Perceraian gara-gara selingkuh juga sepuluh kali lipat dibanding
perceraian karena penganiayaan yang hanya 916 kasus atau 0,6 %.
Di Jakarta, Komnas PA mengungkapkan, dari 9 kasus perceraian
akibat perselingkuhan, 7 di antaranya dilakukan ibu yang berselingkuh dengan
pria lain. Menyimak latar perselingkuhan, tak lepas dari semakin merangseknya
kaum wanita ke ranah publik untuk mencari nafkah. Hal ini tampak pada data
20
penelitian perselingkuhan di kalangan eksekutif pria Jakarta (2000). Selingkuh
dilatari hasrat afeksi tetinggi yaitu akibat sering ketemu (33%). Tak heran bila
rekan kerja merupakan pasangan selingkuh paling banyak (23%) setelah mantan
pacar (37%).
2. 1. 7. Hasil Survey Lapangan
Menurut data yang diperoleh dari survey yang dilakukan terhadap respponden,
diketahui :
• 70 % responden tidak memililki target usia untuk menikah
• 70 % responden tidak memilih pernikahan sebagai tujuan hidup
Mengenai karier
• 80 % responden memiliki target posisi karier sebelum menikah
• 100 % responden tetap mempertahankan pekerjaannya setelah berkeluarga
Mengenai kriteria calon suami
• 80 % responden memilih aspek kemapanan dibandingkan dengan kasih sayang
Mengenai perceraian
• 70 % responden bersedia bersedia bercerai
Mengenai ketertarikan terhadap buku yang akan dibuat
• 100 % responden tertarik terhadap buku yang akan dibuat
Dari hasil survey di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Wanita tidak lagi berpikir bahwa pernikahan merupakan suatu hal yang utama untuk
hidup yang bahagia.
2. Karier merupakan tujuan utama yang harus dicapai dan diperjuangkan dalam hidup.
21
3. Pemenuhan kebutuhan materi merupakan hal utama dalam keberhasilan hidup
berumah tangga
4. Pernikahan hanyalah salah satu jenjang dalam kehidupan dan wajar apabila ada
kegagalan dan tidak untuk dipertahankan.
2. 1. 8. Pengertian Buku
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada
salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran
kertas pada buku disebut sebuah halaman. Pecinta buku biasanya dijuluki sebagai
seorang bibliofil atau kutu buku.
2. 1. 9. Jenis-jenis Buku
Beberapa jenis buku antara lain:
• Legenda : Cerita semi historis yang turun temurun dari jaman dahulu yang
menceritakan perbuatan-perbuatan kepahlawanan, perpindahan penduduk, dan
pembentukan adat kebiasaan lokal.
• Epik : Cerita lisan yang panjang, kadang-kadang dalam bentuk puisi atau prosa
ritmis, yang menceritakan perbuatan-perbuatan besar dalam kehidupan orang yang
sebenarnya atau yang ada alam legenda.
• Folklore : Istilah dari abad ke 19 untuk menunjuk cerita tradisional dan pepatah-
pepatah petani Eropa, yang kemudian diperlukan sehingga meliputi tradisi lisan yang
terdapat di semua masyarakat.
22
• Mitos : Cerita tentang peristiwa-peristiwa semi historis yang menerangkan
masalah-masalah akhir jaman (kehidupan manusia).
2. 1. 10. Anatomi Buku
Sebuah buku secara umum mempunyai anatomi sebagai berikut:
a. Bagian kulit buku, terbagi 3 yaitu:
• Kulit depan, terdiri dari:
o Bagian luar kulit depan (judul buku, nama
penulis/penyusun/penerjemah, logo penerbit)
o Bagian dalam kulit depan (UU Negara)
• Kulit belakang (harga buku, barcode, nomor ISBN)
• Punggung buku (logo penerbit, judul buku). Buku yang tebalnya
kurang dari 96 halaman tidak memiliki punggung buku.
b. Bagian awalan, terdiri dari:
• Halaman judul (Judul buku, nama penulis/penyusun/penerjemah, nama
editor, nama ilustrator, nama desainer, logo dan nama penerbit, tahun
diterbitkan)
• Halaman hak cipta (nomor ISBN, tahun terbitan pertama, simbol hak
cipta, maklumat hak cipta, nama dan alamat penerbit yang lengkap,
nama editor, jenis dan ukuran font, nama dan alamat percetakan)
• Halaman penghargaan
• Halaman daftar isi
• Halaman kata pengantar
23
• Halaman pendahuluan
c. Bagian teks (isi), berisi teks atau isi buku yang disusun mengikuti bab, judul, dan
sub judul.
Bagian akhiran, meliputi lampiran, glosarium, daftar pustaka, dan indeks
2. 1. 11. Data Penerbit
Jalasutra. Secara harfiah berarti jala dan sutra. Dua elemen yang perwujudannya
dapat menjaring partikel halus sekalipun. Sebagaimana jaring laba-laba, Jalasutra
menjaring gagasan dan pemikiran yang orisinal, relevan, kaya, kritis serta membawa
kebaruan, yang tersebar dalam dunia wacana di Indonesia, kemudian mengolahnya
dalam sebuah buku, dan menghadirkannya kepada pembaca.
Dalam implementasinya, Jalasutra menerbitkan buku-buku sastra, budaya, seni,
filsafat, ilmu dan teknologi karya penulis lokal (Indonesia), dan penulis asing yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terutama karya-karya bermutu yang sesuai
24
dengan tujuan kami, yaitu, menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan di
kalangan masyarakat Indonesia.
Jalasutra lahir di akhir tahun 2000, di tengah maraknya penerbit baru yang
bermunculan di Yogyakarta, ketika pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dunia
untuk menggalakkan munculnya buku murah yang terjangkau pasar. Namun dalam
perjalanan waktu, melimpahnya buku di pasaran malah diiringi dengan makin
banyaknya penerbit (partisan) yang berguguran, dikarenakan pembaca semakin kritis
terhadap kualitas sebuah buku.
Maka akhir 2002 lalu adalah tahun berbenah bagi Jalasutra, baik dari sisi wacana
yang diangkat, tampilan sebuah buku, keredaksian, administrasi, artistik, serta segala hal
yang berhubungan dengan proses penerbitan sebuah buku. Dari segi SDM, Jalasutra
digawangi orang-orang yang berkompeten dibidangnya, mulai editor, desainer sampul
buku, ilustrator, hingga proofreader. Dari segi jaringan, Jalasutra menjalin hubungan
dengan berbagai intelektual dan instansi yang berkompeten dengan penerbitan buku,
atau sekadar pecinta buku dan wacana yang dibawanya.
2. 1. 12. Buku Sita Devi
Buku ini berisi cerita atau kisah perjalanan hidup Sita Devi sejak ia lahir hingga
akhir hidupnya. Naskah disusun dari berbagai sumber seperti buku-buku referensi,
literatur dari internet, serta wawancara dengan narasumber yang berhubungan dengan
topik. Buku ini membawa pesan-pesan kewanitaan yang ditampilkan dengan unsur
kebudayaan.
Berikut ini merupakan data mengenai rencana penyusunan dan pembuatan desain
buku Sita Devi, antara lain yaitu :
25
Penulis : Maria Resi Ndaruasri
Editor : Edy Gunawan, S. Sn
Desainer : Maria Resi Ndaruasri
Fotografi : Maria Resi Ndaruasri
Penerbit : Jalasutra
Spesifikasi : 15.5 x 15.5 cm
Full color
Hard cover
Tebal : kurang lebih 100 halaman
Harga : kurang lebih Rp 200.000,-
Struktur Buku :
a. SITA, WANITA… (kata pengantar)
b. ISI… (daftar isi)
c. Isi
1. Kelahirannya…
Cerita tentang kisah ditemukannya Sita Devi oleh Prabu Janaka di sebuah
ladang yang kemudian diadopsinya.
Isi : Teks singkat, fotografi dan ilustrasi.
2. Jatuh Cinta…
Cerita tentang pertama kali Sita bertemu dengan Rama dan bagaimana
akhirnya mereka menikah.
Isi : Teks singkat, fotografi dan ilustrasi.
26
3. Perjalanan Panjang…
Cerita perjalanan Sita Devi dalam menemani suaminya Rama dalam
pengasingan di Hutan Dandakaranya. Juga tentang kisah penculikan Sita oleh
Rahwana serta kisah penyelamatannya.
Isi : Teks singkat, fotografi dan ilustrasi.
4. Pembuktian…
Cerita tentang pembuktian kesucian Sita setelah diculik oleh Rahwana.
Isi : Teks singkat, fotografi dan ilustrasi.
5. Hidupnya Kemudian…
Cerita tentang terusirnya Sita dari Ayodhya, bertemunya Sita dengan
Walmiki, anak-anak Sita, hingga akhir hayatnya ketika Sita moksa ke dalam
bumi.
Isi : Teks singkat, fotografi dan ilustrasi.
d. Penutup
2. 1. 13. Buku Pembanding Sejenis
Beberapa buku yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan perbandingan
dalam pengumpulan data berkenaan dengan rencana pembuatan desain layout buku Sita
Devi antara lain adalah :
27
• Buku tentang seorang wanita yang menjadi politisi sukses dengan pergumulan
karir, ambisi, dan cintanya.
Judul Buku :Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan
Pengarang : Ihsan Abdul Qudus
Penerbit : Alvabet
Spesifikasi : 12.5 x 20 cm
Soft cover
Bahasa : Indonesia
Tebal : 248 halaman
Harga : Rp
32.500,-
• Buku psikologi populer tentang perempuan inspiratif.
Judul Buku : Cewek-Cewek Inspiratif
Pengarang : Syifa D. Gumaisha
Penerbit : DAR Mizan
Bahasa : Indonesia
Spesifikasi : Soft Cover
Tebal : 172 halaman
Harga : Rp 25.000,-
28
• Buku tentang wanita dan fashion.
Judul Buku : Around The World
with Shafira
Pengarang : Sonny Muchlison
Penerbit : Gramedia Pustaka
Spesifikasi : 25 x 25 cm
Hard Cover
Tebal : 134 halaman
Harga : Rp 125.000,-
• Buku pengantar komprehensif tentang arus utama pikiran feminis.
Judul Buku : Feminis Thought
Pengarang : Rosemarie Putnam Tong
Penerbit : Jalasutra
Tebal : 500 halaman
Harga : Rp 64.000,-
2. 1. 14. Target Buku
Yang menjadi target dalam pembuatan buku ini adalah :
1. Geografi
a. Wilayah : Kota besar
b. Luas Kota : di bawah 1 juta hektar
c. Kepadatan : Perkotaan (urban)
29
d. Iklim : Daerah subur
2. Demografi
a. Usia : Usia produktif, 25 – 40 tahun
b. Kelamin : Wanita
c. Besar Keluarga : 3-4, 5+
d. Daur Hidup Keluarga : Orang muda, single; muda, berkeluarga, tanpa
anak; muda, berkeluarga, punya anak; dewasa,
berkeluarga, punya anak; dewasa, berkeluarga
tanpa anak
e. Ekonomi : Menengah ke atas (Level A dan B)
f. Penghasilan : di atas 3jt
g. Pekerjaan : Profesional dan tenaga ahli, manager
h. Pendidikan : Perguruan Tinggi
i. Kepercayaan : semua agama
j. Suku / Etnik : semua etnik
k. Kewarganegaraan : WNI, WNA
3. Psikografi
a. Kelas Sosial : kelas menengah, menengah-atas, atas-bawah,
atas-menengah, atas-atas.
b. Gaya Hidup : Bergaya hidup modern, achievers, dinamis.
c. Kepribadian : Wanita-wanita modern yang mandiri, berpikiran
terbuka, mau mengembangkan diri menjadi lebih
baik, menghargai norma-norma, suka dengan hal-
hal yang berhubungan dengan seni.
30
4. Kebiasaan
a. Ritme Pembelian : Spesial
b. Keuntungan yang Dicari : Kualitas
c. Status Pengguna : Pengguna potensial
d. Status Loyalitas : Menengah
e. Tingkat Keinginan : Sadar, terinformasi, siap membeli
f. Sikap Terhadap Produk : Positif, tertarik
2.2. Analisa SWOT
Strength
• Sita Devi dalah tokoh pewayangan maupun mitologi Hindu yang sudah dikenal
masyarakat
• Sita Devi memberikan teladan tentang kesetiaan dan pengorbanan yang kurang
dimiliki wanita modern saat ini.
• Buku Sita Devi menggunakan ilustrasi yang lebih banyak daripada bodytext,
yang jarang dimiliki oleh buku-buku feminisme lain.
Weakness
• Desain dan packaging yang mewah membuat harga buku ini menjadi lebih
mahal.
• Sita sebagai tokoh pewayangan berkesan Jawa sentris sehingga menjadi tidak
universal.
• Kisah tentang Sita Devi terkesan kuno dan ketinggalan jaman.
31
Opportunity
• Maksimalisasi penggunaan ilustrasi akan membantu pembaca untuk lebih
merasakan tiap seluk beluk keindahan, perasaan dan jatuh bangun hidup Sita
Devi.
• Cerita yang sudah familiar akan lebih mudah untuk diserap masyarakat.
• Tema yang diangkat dapat menjawab keinginan masyarakat akan sesuatu yang
baru.
• Keteladan yang disampaikan dalam bentuk cerita akan lebih mudah diterima
tanpa berkesan menggurui.
• Maksimalisasi desain dan ilustrasi bukan hanya akan menarik para wanita, tetapi
juga pecinta seni dan desain.
• Maksimalisasi desain dan pengemasan akan membuat buku Sita Devi ini dapat
dijadikan collectible item.
Threath
• Harga yang mahal akan membuat masyarakat mempertimbangkan kembali untuk
membeli buku ini.