2010_keberadaan komunitas plankton di kolam pemeliharaan larva ikan nilem_niken tanjung murti
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
1/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
600
KEBERADAAN KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM PEMELIHARAANLARVA IKAN NILEM (Osteochi lus hasselti C.V.)
Niken Tunjung Murti Pratiwi, Inna Puspa Ayu, Yuki Hana Eka Frandy
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB
Email : [email protected]
ABSTRAK
Plankton merupakan mikroorganisme yang keberadaannya cukup penting di ekosistem perairan, baik sebagai pengasil oksigen atau pun sebagai pakan alami bagi ikan. Melimpahnya plankton di perairan diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan. Tujuan penelitian adalahmempelajari dinamika komunitas plankton dalam kolam pemeliharaan ikan nilem (Osteochilushasselti C. V.) pada pemberian komposisi pupuk yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di kolam Instalasi Riset Lingkungan Perairan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Kolam yang
digunakan berukuran 6 m2. Pupuk yang diberikan berupa 100% pupuk organik (PO), campuran85% pupuk organik dan 15% pupuk anorganik (PCa); campuran 60% pupuk organik dan 40% pupuk anorganik (PCb); serta 100% pupuk anorganik (PA). Pengambilan contoh dilaksanakan setiap lima hari. Dalam penelitian ini, kelompok fitoplankton yang dijumpai adalah
Chlorophyceae (23 genera), Bacillariophyceae (13 genera), Cyanophyceae (5 genera),Chrysophyceae (1 genus), dan Euglenophyceae (2 genera). Zooplankton yang dijumpai adalah Rotifera (8 genera), Krustasea (4 genera), dan Protozoa (1 genus). Hasil analisis terhadapnutrien NH3-N, NO3-N dan PO4-P menggambarkan hasil yang berbeda nyata antarperlakuan
(P
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
2/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
601
yang berukuran relatif kecil, dangkal, dan mudah dikelola (Odum 1971; McComas
2003), yang memiliki sifat fisika dan kimia yang secara langsung dapat
mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, kesehatan, maupun reproduksi suatu
organisme.
Di lingkungan perairan, demikian pula kolam, juga terdapat jejaring makanan
yang dimulai dari organisme autotrof, yaitu fitoplankton. Di samping
menghasilkan oksigen, fitoplankton juga dimanfaatkan oleh organisme lainnya,
seperti zooplankton (Belcher dan Swale 1978; Darley 1982). Kedua kelompok
plankton tersebut berperan sebagai pakan alami bagi ikan, seperti ikan nilem.
Ikan ini dikenal sebagai salah satu jenis ikan herbivora yang pada fase larva
sampai dewasa memanfaatkan plankton sebagai sumber makanannya. Kelimpahan
plankton yang sangat menentukan pertumbuhan dan sintasan ikan pemangsanya
dipengaruhi oleh predasi ikan dan ketersediaan unsur hara (Qin, Madon, dan
Culver 1994).
Pertumbuhan fitoplankton didukung oleh ketersediaan nutrien (Goldman
and Horne 1983) yang dapat diperoleh melalui pemupukan. Makin tinggi
kandungan unsur hara di perairan, makin meningkat pula kelimpahan fitoplankton
(Boyd 1982), yang akan memacu tumbuhnya zooplankton. Plankton bisa
mengalami perubahan komposisi dalam komunitasnya (suksesi) sebagai akibat
dari perubahan kondisi fisika (intensitas cahaya, suhu), kimia (unsur hara, kualitas
air, dan toksin), dan biologi (kompetisi dan pemangsaan).
Sebagai penyedia unsur hara untuk menunjang pertumbuhan fitoplankton,
pupuk organik dianggap sebagai pupuk yang ramah lingkungan. Namun,
penggunaan pupuk organik memiliki keterbatasan, terutama berkaitan dengan
pemacuan kecepatan tumbuh fitoplankton (Horvath et al ., 2002). Untukmengatasi permasalahan ini, perlu dikaji penggunaan campuran pupuk organik
dan anorganik dalam rasio yang tepat untuk menunjang pertumbuhan fitoplankton
di kolam pemeliharaan ikan nilem. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari
dinamika komunitas plankton di kolam pada pemberian komposisi pupuk yang
berbeda.
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
3/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
602
BAHAN DAN METODE
Penelitian meliputi kegiatan persiapan, penelitian lapangan, dan analisis
contoh. Persiapan dilaksanakan selama sepuluh hari sebelum penelitian lapangan.
Penelitian lapangan dilaksanakan selama satu bulan mulai Januari hingga Februari
2009. Penelitian tersebut dilaksanakan di kolam tanah milik Instalasi Riset
Lingkungan Perairan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung Bogor. Analisis
contoh dilakukan mulai Januari sampai April 2009 di Laboratorium Produktivitas
dan Lingkungan Perairan.
Kegiatan persiapan meliputi pemberian substrat dasar berupa tanah,
pengeringan kolam, pengapuran, dan pengisian air. Kolam-kolam tersebut,
masing-masing, berukuran 6 m2 dengan kedalaman air 60 cm. Sumber air yang
dipakai berasal dari air sungai yang telah melalui proses pengendapan.
Penelitian dilakukan menggunakan percobaan dengan rancangan acak
lengkap. Dalam hal ini, perlakuan yang diberikan adalah komposisi pupuk yang
berbeda, dengan tiga ulangan. Perlakuan penelitian tersebut adalah (1) 100 %
pupuk organik (PO), (2) campuran 85 % pupuk organik dan 15 % pupuk
anorganik (PCa), (3) campuran 60 % pupuk organik dan 40 % pupuk anorganik
(PCb), serta (4) 100 % pupuk anorganik (PA).
Pemupukan dilakukan secara berkala dimulai pada hari ke-0 sampai hari ke-
25 setelah pengambilan contoh fisika, kimia, dan plankton perairan. Pupuk yang
diberikan berbentuk granul, sehingga pupuk harus dilarutkan dengan air terlebih
dahulu sebelum ditebar di kolam. Pupuk organik dan anorganik yang digunakan
adalah pupuk majemuk (N: P: K) komersil. Bahan-bahan penyusun pupuk
organik adalah asam humus, kompos, gambut, rumput laut, dan guano (kotoran
kelelawar).
Pengambilan contoh parameter fisika, kimia, dan biologi perairan dilakukan
setiap 5 hari selama 30 hari dimulai pada hari ke-0. Contoh plankton diambil
pada pagi hari menggunakan plankton net dengan mesh size 35 μm. Kelimpahan
fitoplankton dan zooplankton dihitung menggunakan metode sensus (modifikasi
APHA 1985).
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
4/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
603
Data yang diperoleh kemudian dihitung indeks keanekaragaman (Shannon
dan Wiener), keseragaman dan dominansi (Simpson). Ketiga indeks tersebut
mengacu pada Odum (1971).
Percobaan dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sidik
ragam berdasarkan rancangan tersebut digunakan untuk melihat pengaruh
perbedaan antarperlakuan terhadap data nutrien, fitoplankton, zooplankton secara
statistik. Selanjutnya dilakukan pengujian lanjutan menggunakan Uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemupukan penting untuk membantu kolam dalam menyediakan nutrien
secara langsung bagi pertumbuhan alga (Chakroff 1976). Tujuan pemupukan
adalah untuk memastikan bahwa baik fitoplankton maupun zooplankton tetap
tersedia sebagai pakan alami bagi larva ikan (Horvath 2002).
Jenis pupuk ada dua, yaitu organik dan anorganik. Keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Pupuk organik adalah pupuk
yang berasal dari makhluk hidup seperti sayur-sayuran, kotoran ternak cair,
limbah rumah tangga, dan kotoran ternak padat. Pupuk anorganik adalah pupuk
kimia yang larut di dalam perairan dan berfungsi menyediakan nutrien tanpa
melalui proses dekomposisi terlebih dahulu. Biasanya, pupuk anorganik
menyediakan unsur seperti nitrogen, fosfor, dan potassium. Pupuk tersebut
dinamakan NPK (Stickney 1979).
Pemupukan pada kolam, khususnya nitrat dan fosfat, bertujuan untuk
menumbuhkan pakan alami bagi ikan yang dipelihara. Menurut Horvath (2002),
cara yang paling efektif dan umum dilakukan untuk menyediakan nutrien perairan
adalah dengan menggabungkan antara penggunaan pupuk organik dan anorganik.Pada kolam pemeliharaan ikan, penggunaan pupuk organik disarankan sekitar
100-200 kg/ha, sementara pupuk anorganik antara 20-30 kg/ha.
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
5/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
604
Komposisi dan Kelimpahan Plankton di Kolam Penelitian
Komposisi Plankton di Kolam
Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang memanfaatkan gas CO2
dan nutrien hasil dekomposisi bahan organik untuk proses fotosintesis (Odum
1971; Darley 1982). Pada penelitian ini, pemberian pupuk secara berkala
bertujuan untuk tetap menyediakan nutrien yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
fitoplankton. Komunitas berkembang dinamis dan tidak stabil dalam jangka
waktu yang lama. Hal itu disebabkan oleh perubahan cuaca yang cepat serta
siklus pertumbuhan dan mortalitas dalam komunitas tersebut (Krebs 1972).
Odum (1971) menyatakan bahwa suatu ekosistem mengalami perkembangan
(perubahan) dari waktu ke waktu. Perkembangan ekosistem tersebut biasa disebut
dengan istilah suksesi ekologi. Krebs (1972) membagi perkembangan komunitas
menjadi dua macam, yaitu suksesi dan siklus. Suksesi merupakan proses
perubahan secara langsung pada suatu komunitas. Hal tersebut ditandai dengan
adanya perubahan komposisi spesies. Siklus adalah perkembangan komunitas
yang fluktuasinya terjadi secara tidak langsung. Suksesi tidak selalu berawal dari
komunitas yang sederhana menuju komunitas yang kompleks, tetapi bisa terjadi
karena adanya perubahan kondisi fisika, kimia, dan biologi perairan.
Di perairan tawar, fitoplankton yang umum dijumpai meliputi alga hijau
berkoloni, desmid, alga biru berfilamen dan berkoloni, serta alga pirang (Darley
1982). Dalam penelitian ini, kelompok fitoplankton yang dijumpai selama
pengamatan adalah kelas Chlorophyceae (23 genera), Bacillariophyceae (13
genera), Cyanophyceae (5 genera), Chrysophyceae (1 genus), dan
Euglenophyceae (2 genera). Kelompok zooplankton yang dijumpai adalah
Rotifera (8 genera), Krustasea (4 genera), dan Protozoa (1 genus).
Kelompok fitoplankton di perairan tawar yang umum dijumpai dalam
jumlah melimpah adalah Chlorophyceae (Wetzel 2001). Secara umum, pada awal
pengamatan, fitoplankton didominasi oleh Cyanophyceae dari genus Oscillatoria,
namun pada periode selanjutnya, Chlorophyceae memiliki kelimpahan tertinggi.
Pada awal pengamatan, konsentrasi unsur N di perairan masih cukup tinggi untuk
mendukung pertumbuhan Oscillatoria. Hasil penelitian Kruskopf and Plessis
(2005) menunjukkan bahwa menurunnya unsur N di perairan terutama nitrat
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
6/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
605
menyebabkan panjang filamen genus Oscillatoria berkurang. Oleh karena itu,
menurunnya konsentrasi nitrat mulai pada periode berikutnya juga menyebabkan
terjadinya penurunan kelimpahan genus Oscillatoria.
Plankton dari kolam dengan perlakuan pupuk organik 100% (PO) terdiri dari
kelas Chlorophyceae (18 genera), Bacillariophyceae (10 genera), Cyanophyceae
(5 genera), Chrysophyceae (1 genus), Euglenophyceae (2 genera), dan
zooplankton (10 genera). Selain sebagai kelompok dengan jumlah genus yang
terbanyak, Chlorophyceae juga melimpah di hampir semua waktu pengambilan
contoh (Gambar 1).
Gambar 1. Komposisi plankton pada kolam perlakuan: a) PO; b) PCa; c) PCb; dan d) PA
Pada awal pengamatan, kelimpahan Chlorophyceae tertinggi berasal dari
genus Pediastrum, yang kemudain diikuti oleh Coelastrum dan Eudorina.
Namun, pada akhir pengamatan, kelimpahan tertinggi kembali dicapai oleh
Pediastrum. Di samping itu, Melosira (Bacillariophyceae) sering dijumpai dalam
Komposisi Plankton Per lakuan PCa
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari ke-)
Komposisi Plankton Perlakuan PO
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari ke-)
Chlorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae
Chrysophyceae Euglenophyceae Zooplankton
Komposisi Plankton Perlakuan PA
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari ke-)
Komposisi Plankton Perlakuan PCb
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (hari ke-)
Chlorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae
Chrysophyceae Euglenophyceae Zooplankton
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
7/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
606
kelimpahan yang tinggi. Selanjutnya, zooplankton yang memiliki kelimpahan
relatif tinggi adalah Brachionus dan Polyarthra.
Komposisi plankton pada perlakuan pupuk campuran organik 85 % dan
anorganik 15 % (PCa), tidak jauh berbeda dari perlakuan PO. Kelimpahan kelas
Chlorophyceae masih mendominasi di hampir semua waktu pengambilan contoh
(Gambar 1). Jumlah genus yang ditemukan tiap kelasnya mulai dari
Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chrysophyceae,
Euglenophyceae, berturut-turut adalah 17, 12, 3, 1, dan 1. Zooplankton dari
kelompok Rotifera, Krustasea, dan Protozoa memiliki jumlah jenis berturut-turut
adalah 7, 4, dan 0. Jika dibandingkan dengan jumlah jenis perlakuan PO, maka
jumlah jenis plankton perlakuan PCa lebih rendah. Pada hampir seluruh
pengambilan contoh, kelimpahan Pediastrum cenderung paling tinggi, kecuali
pada hari ke-5 sampai ke-15 yang didominasi oleh genus Coelastrum. Kelas
Bacillariophyceae pada hampir semua waktu pengambilan contoh didominasi oleh
genus Melosira. Genus Polyarthra dari kelompok Rotifera merupakan zoplankton
yang juga mendominansi pada hampir seluruh waktu pengamatan, diikuti oleh
nauplius.
Sebagaimana perlakuan PO dan PCa, tiap waktu pengambilan contoh pada
perlakuan pupuk campuran 60 % pupuk organik dan 40 % pupuk anorganik (PCb)
juga didominasi oleh kelas Chlorophyceae. Kelimpahan kelas Chlorophyceae
tertinggi terjadi pada pengambilan contoh hari ke-10 sebesar 98,31 % (Gambar 1).
Secara keseluruhan, contoh plankton pada perlakuan PCb meliputi kelompok
Chlorophyceae yang terdiri dari 22 genera, Bacillariophyceae 9 genera,
Cyanophyceae 2 genera, Chrysophyceae 1 genus, Euglenophyceae 1 genus, dan
zooplankton 11 genera. Genus Pediastrum dari kelas Chlorophyceae hanyamendominasi pada awal pengamatan. Keberadaan jenis lain, seperti Coelastrum,
Eudorina, dan Pandorina tampak berfluktuasi. Melosira dari kelompok
Bacillariophyceae dijumpai di hampir semua waktu pengambilan contoh.
Selanjutnya, kelimpahan Rotifera Polyarthra hampir selalu mendominasi
kelompok zooplankton.
Komposisi plankton pada perlakuan pupuk anorganik 100 % (PA) selama
penelitian (Gambar 1) menunjukkan bahwa jumlah genus dari Chlorophyceae,
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
8/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
607
Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chrysophyceae, dan Euglenophyceae, berturut-
turut adalah 20, 11, 4, 1, dan 1. Jumlah genus kelompok zooplankton berturut-
turut mulai dari Rotifera, Krustasea, dan Protozoa adalah 7, 4, dan 1. Seperti
halnya pada perlakuan PO, PCa, dan PCb, kelimpahan plankton pada perlakuan
PA juga didominasi oleh kelas Chlorophyceae. Genus Pediastrum mendominasi
di awal dan akhir pengamatan, serta oleh Coelastrum dan Eudorina di antara
rentang waktu tersebut. Kelimpahan kelas Bacillariophyceae di awal didominasi
oleh genus Cyclotella, kemudian oleh Melosira hingga akhir pengamatan. Genus
yang melimpah untuk kelompok zooplankton pada awal pengamatan adalah
Euchlanis, diikuti oleh Brachionus, Polyarthra, dan Trichocerca pada waktu-
waktu berikutnya.
Perubahan kelimpahan fitoplankton merupakan respon dari variabel
lingkungan seperti suhu, cahaya, ketersediaan nutrien, dan kelimpahan ikan
pemakan plankton (Reynolds 1990). Odum (1971) menyatakan bahwa suatu
ekosistem mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal yang sama juga terjadi
pada ekosistem kolam yang diberi stimulus nutrien dengan komposisi pupuk yang
berbeda. Beberapa hasil pengamatan pada penelitian ini memperlihatkan adanya
pergantian genus yang mendominasi.
Zooplankton yang merupakan plankton hewani juga mengalami variasi
dominansi antarwaktu pengambilan contoh. Pada perlakuan PO, genus
Brachionus melimpah pada awal pengamatan, tapi berikutnya didominasi oleh
genus Polyarthra.
Selama penelitian, kelimpahan fitoplankton memperlihatkan keadaan yang
fluktuatif tetapi memiliki kecenderungan yang semakin meningkat (Gambar 2).
Seperti halnya fitoplankton, nilai kelimpahan zooplankton juga berfluktuasi.Fluktuasi ini disebabkan oleh ketersediaan fitoplankton, pemangsaan oleh ikan,
dan siklus hidup zooplankton yang cepat (Wetzel 2001). Wiebe (1929) in Boyd
(1982) menemukan kelimpahan krustasea yang lebih tinggi pada kolam yang
dipupuk menggunakan fosfat dibandingkan pada kolam yang tidak dipupuk.
Dengan demikian, peningkatan kesuburan perairan akibat pemupukan juga
meningkatkan kelimpahan zoopankton.
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
9/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
608
a b
Gambar 2. Grafik kelimpahan (a) fitoplankton dan (b) zooplankton di kolam
Sebelum pemupukan tampak bahwa kelimpahan dan jumlah jenis
fitoplakton antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata jika diuji
secara statistika (P>0,05). Hal tersebut disebabkan kondisi air yang relatif
homogen sebelum diberi perlakuan. Setelah pemberian pupuk, kelimpahan dan
jumlah jenis fitoplankton memperlihatkan respon yang berbeda antarperlakuan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa baik kelimpahan maupun jumlah jenis
fitoplankton antarperlakuan memiliki nilai yang berbeda nyata (P0,05).
Nilai ini disebabkan fitoplankton sebagai makanan zooplankton belum tumbuh
dengan baik. Setelah pemupukan, kelimpahan dan jumlah jenis zooplankton
Fitoplankton
0
400000
800000
1200000
1600000
2000000
0 5 10 15 20 25 30
Hari ke-
s e l /
l
PCa
PO
PA
PCb
Zooplankton
0
1000
2000
3000
4000
5000
0 5 10 15 20 25 30
Hari ke-
i n d
/ l
PCa
PO
PA
PCb
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
10/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
609
memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
11/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
610
Kelimpahan fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor fisika dan
kimia lingkungan yang merupakan pembatas bagi pertumbuhannya (Fogg 1965).
Pada penelitian ini, unsur hara perairan yang dianalisis adalah PO4-P, NH
3- N, dan
NO3-N.
Toetz (1971) in Goldman and Horne (1983) menyatakan bahwa amonium
(NH4-N) yang merupakan salah satu bentuk nitrogen, relatif mudah dimanfaatkan
oleh fitoplankton dan tanaman air lainnya. Selama pengamatan, nilai amonia
memperlihatkan kecenderungan nilai yang semakin menurun. Penurunan tersebut
diduga bahwa amonia dimanfaatkan oleh fitoplankton.
Seperti halnya nilai amonia, nilai nitrat juga memiliki kecenderungan yangsemakin menurun. Menurunnya nilai nitrat juga diduga juga karena dimanfaatkan
oleh fitoplakton. Ketersediaan unsur hara dari pupuk organik sangat bergantung
pada keberlangsungan proses dekomposisi yang terjadi. Meskipun pada setiap kali
ditambahkan pupuk secara periodik untuk meningkatkan unsur hara, tetapi jika
faktor lingkungan kurang mendukung, maka unsur hara di perairan tidak akan
meningkat.
Selama pengamatan juga dijumpai zooplankton, terutama dari kelompok
Rotifera. Di ekosistem perairan, zooplankton termasuk organisme konsumen yang
memanfaatkan alga, bakteri, dan bahan organik yang berupa partikel (Wetzel
2001). Selain dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton, fluktuasi komunitas
zooplankton juga dipengaruhi oleh pemangsaan oleh ikan pemakan plankton dan
invetebrata, kemampuan reproduksi yang cepat, serta parasit (Wetzel 2001).
Pemberian pupuk dapat mempengaruhi fluktuasi komposisi dan kelimpahan
plankton di ekosistem perairan.
Tujuan utama diterapkannya pemupukan di kolam adalah untuk
mempertahankan ketersediaan unsur hara yang optimal bagi keberlangsungan
produksi biologi dalam air. Aplikasi pemupukan yang sebaiknya dilakukan adalah
dengan menetapkan dosis pupuk sesuai dengan warna air kolam. Kondisi ekologi
setiap kolam menggambarkan pengaruh pemupukan terhadap produktivitasnya.
Tidak terdapat panduan khusus mengenai dosis pupuk maksimum sehubungan
dengan variasi spesifik dari kolam-kolam tersebut; juga tidak ada acuan yang pasti
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pakan alami ikan, seperti tipe
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
12/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
611
organisme pakan alami, mekanisme konsumsi pakan, atau pun nilai kecernaan dan
nutrisi plankton. Hal praktis yang umum dilakukan adalah memisahkan ikan
berdasarkan sifat pemangsaannya di alam. Ikan dipisahkan sebagai pemakan
fitoplankton, zooplankton, zoobentos, ataukah pemakan detritus. Tetapi,
pembedaan ikan berdasarkan kebiasaan makanannya tersebut tidak baku karena
terdapat jenis-jenis ikan yang mengubah pemilihan makanannya sesuai dengan
yang tersedia atau melimpah di kolam (Kumar et al. 2004)
KESIMPULAN
Fitoplankton dan zooplankton dalam kolam dengan pemberian pupuk
anorganik menunjukkan pertumbuhan dan capaian kelimpahan yang jauh lebih
tinggi daripada kolam dengan pemberian pupuk lainnya. Kelas Chlorophyceae
memiliki kelimpahan paling tinggi pada semua perlakuan di hampir semua waktu
pengambilan contoh. Kelompok zooplankton yang memiliki kelimpahan paling
tinggi di perairan adalah Rotifera. Komposisi plankton demikian berpotensi
sebagai pakan alami bagi ikan nilem yang merupakan pemangsa plankton
tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada BRKP Cijeruk dan Ir. Winarlin
yang sangat banyak membantu dalam memfasilitasi penelitian derta memberikan
masukan dalam menyempurnakan penyusunan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
APHA (American Public Health Association). 1985. Standard methods forexamination of water and waste water. 18th edition. APHA, AWWA
(American Water Work Association) and WPCF (Water Pollution ControlFederation). USA. 1268 hlm
Belcher, H dan E. Swale. 1978. A beginner‘s guide to freshwater algae. Natural
Environment Research Council. London.
Boyd, C. E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Elsevier
Scientific Publishing Company. New York.
Chakroff, M. 1976. Freshwater fish pond culture and management . VITAPublication. USA. ix, 196 hlm
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
13/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
612
Darley, W. M. 1982. Algal biology : A physiological approach. BlackwellScientific Publications. London. viii, 168 hlm.
Fogg, G. E. 1965. Algal cultures and phytoplankton ecology. The University of
Wisconsin Press. London.xiii, 126 hlm.
Frid, C dan M. Dobson. 2002. Ecology of aquatic management . Pearson
Education. London.xiii, 274 hlm.
Goldman, C. R and A. J. Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book Company.
New York, USA.xvi, 464 hlm.
Horvath, L., G. Tamas dan C. Seagrave. 2002. Carp and pond fish culture. Second
Edition. Fishing New Books. Oxford.
Krebs, C. J. 1972. Ecology: The experimental analysis of distribution and
abundace. Harper and Row Publishers. London.x, 694 hlm.
Kumar, M.S., Burgess, S.N., dan Luu, L.T. 2004. Review of Nutrient
Management in Freshwater Polyculture. Journal of Applied Aquaculture,
Vol. 16(3/4) 2004: 17-43.
Kumar, M.S., Binh, T.T., Luu, L.T., dan Clarke, S.M. (2005). Evaluation of Fish
Production Using Organic and Inorganic Fertilizer: Application to Grass
Carp Polyculture. Journal of Applied Aquaculture, Vol. 17(1) 2005: 19-
34.
McComas, S. 2003. Lake and pond management guidebook . Lewis Publishers. New York.xvii, 286 hlm.
Novotny, V dan H. Olem. 1994. Water quality : Prevention, identification and
management of diffuse pollution. Van Nostrand Reinhold. New York.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of ecology. Third Edition. Sounders College
Publishing. Philadelphia.xiv, 574 hlm.
Qin, J., Madon, S.P., dan Culver, D.A. 1994. Effect of larval walleye
(Stizostedion vitreum) and fertilization on the plankton community:
implications for larval fish culture. Aquaculture 130 (1995) 51-65.
Reynolds, C. S. 1990. The ecology of freshwater phytoplankton. Cambridge
University Press. London.x, 384 hlm.
Stickney, R. R. 1979. Principles of water aquaculture. A Wiley-Interscience
Publication. New York, USA.
Wetzel, R. G. 2001. Limnology : Lake and river ecosystems. Third Edition.
Academic Press. San Diego, USA.xvi, 1006 hlm.
-
8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti
14/14
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010
613
CATATAN:
1.
Judul artikel sebaiknya mencantumkan juga penggunaan pupuk organik
dan anorganik karena penelitian ini lebih ditekankan pada aspek tersebut.
2.
Latar belakang penelitian kurang membahas lebih dalam mengenaimengapa/apa yang terjadi dalam pertumbuhan plankton.
3. Permasalahan yang diangkat tidak sesuai dengan apa yang dikaji.
4. Apabila ingin mengkaji efisiensi penggunaan pupuk maka desain riset
harus menaati kaidah-kaidah rancangan percobaan. Namun apabila ingin
mengkaji kelimpahan fitoplankton maka tidak perlu perlakuan.
5. Desain penelitian kurang sempurna karena ‖start up‖ plankton tidak dalam
kondisi yang terkontrol. Sebaiknya menggunakan isolat plankton yang
densitasnya telah diketahui.
6.
Artikel ini lebih mengkaji kelimpahan plankton dalam kolam yang berbeda
sehingga kurang menjawab permasalahan yang diangkat.