2010_keberadaan komunitas plankton di kolam pemeliharaan larva ikan nilem_niken tanjung murti

Upload: zhi-zhy-alzheyra

Post on 06-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    1/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    600

    KEBERADAAN KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM PEMELIHARAANLARVA IKAN NILEM (Osteochi lus hasselti C.V.)

    Niken Tunjung Murti Pratiwi, Inna Puspa Ayu, Yuki Hana Eka Frandy

     Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB

     Email : [email protected]

    ABSTRAK

     Plankton merupakan mikroorganisme yang keberadaannya cukup penting di ekosistem perairan, baik sebagai pengasil oksigen atau pun sebagai pakan alami bagi ikan. Melimpahnya plankton di perairan diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan. Tujuan penelitian adalahmempelajari dinamika komunitas plankton dalam kolam pemeliharaan ikan nilem (Osteochilushasselti C. V.) pada pemberian komposisi pupuk yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di kolam Instalasi Riset Lingkungan Perairan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Kolam yang

    digunakan berukuran 6 m2. Pupuk yang diberikan berupa 100% pupuk organik (PO), campuran85% pupuk organik dan 15% pupuk anorganik (PCa); campuran 60% pupuk organik dan 40% pupuk anorganik (PCb); serta 100% pupuk anorganik (PA). Pengambilan contoh dilaksanakan setiap lima hari. Dalam penelitian ini, kelompok fitoplankton yang dijumpai adalah

    Chlorophyceae (23 genera), Bacillariophyceae (13 genera), Cyanophyceae (5 genera),Chrysophyceae (1 genus), dan Euglenophyceae (2 genera). Zooplankton yang dijumpai adalah Rotifera (8 genera), Krustasea (4 genera), dan Protozoa (1 genus). Hasil analisis terhadapnutrien NH3-N, NO3-N dan PO4-P menggambarkan hasil yang berbeda nyata antarperlakuan

    (P

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    2/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    601

    yang berukuran relatif kecil, dangkal, dan mudah dikelola (Odum 1971; McComas

    2003), yang memiliki sifat fisika dan kimia yang secara langsung dapat

    mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, kesehatan, maupun reproduksi suatu

    organisme.

    Di lingkungan perairan, demikian pula kolam, juga terdapat jejaring makanan

    yang dimulai dari organisme autotrof, yaitu fitoplankton. Di samping

    menghasilkan oksigen, fitoplankton juga dimanfaatkan oleh organisme lainnya,

    seperti zooplankton (Belcher dan Swale 1978; Darley 1982). Kedua kelompok

     plankton tersebut berperan sebagai pakan alami bagi ikan, seperti ikan nilem.

    Ikan ini dikenal sebagai salah satu jenis ikan herbivora yang pada fase larva

    sampai dewasa memanfaatkan plankton sebagai sumber makanannya. Kelimpahan

     plankton yang sangat menentukan pertumbuhan dan sintasan ikan pemangsanya

    dipengaruhi oleh predasi ikan dan ketersediaan unsur hara (Qin, Madon, dan

    Culver 1994).

    Pertumbuhan fitoplankton didukung oleh ketersediaan nutrien (Goldman

    and Horne 1983) yang dapat diperoleh melalui pemupukan. Makin tinggi

    kandungan unsur hara di perairan, makin meningkat pula kelimpahan fitoplankton

    (Boyd 1982), yang akan memacu tumbuhnya zooplankton. Plankton bisa

    mengalami perubahan komposisi dalam komunitasnya (suksesi) sebagai akibat

    dari perubahan kondisi fisika (intensitas cahaya, suhu), kimia (unsur hara, kualitas

    air, dan toksin), dan biologi (kompetisi dan pemangsaan).

    Sebagai penyedia unsur hara untuk menunjang pertumbuhan fitoplankton,

     pupuk organik dianggap sebagai pupuk yang ramah lingkungan. Namun,

     penggunaan pupuk organik memiliki keterbatasan, terutama berkaitan dengan

     pemacuan kecepatan tumbuh fitoplankton (Horvath et al ., 2002). Untukmengatasi permasalahan ini, perlu dikaji penggunaan campuran pupuk organik

    dan anorganik dalam rasio yang tepat untuk menunjang pertumbuhan fitoplankton

    di kolam pemeliharaan ikan nilem. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari

    dinamika komunitas plankton di kolam pada pemberian komposisi pupuk yang

     berbeda.

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    3/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    602

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian meliputi kegiatan persiapan, penelitian lapangan, dan analisis

    contoh. Persiapan dilaksanakan selama sepuluh hari sebelum penelitian lapangan.

    Penelitian lapangan dilaksanakan selama satu bulan mulai Januari hingga Februari

    2009. Penelitian tersebut dilaksanakan di kolam tanah milik Instalasi Riset

    Lingkungan Perairan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung Bogor. Analisis

    contoh dilakukan mulai Januari sampai April 2009 di Laboratorium Produktivitas

    dan Lingkungan Perairan.

    Kegiatan persiapan meliputi pemberian substrat dasar berupa tanah,

     pengeringan kolam, pengapuran, dan pengisian air. Kolam-kolam tersebut,

    masing-masing, berukuran 6 m2 dengan kedalaman air 60 cm. Sumber air yang

    dipakai berasal dari air sungai yang telah melalui proses pengendapan.

    Penelitian dilakukan menggunakan percobaan dengan rancangan acak

    lengkap. Dalam hal ini, perlakuan yang diberikan adalah komposisi pupuk yang

     berbeda, dengan tiga ulangan. Perlakuan penelitian tersebut adalah (1) 100 %

     pupuk organik (PO), (2) campuran 85 % pupuk organik dan 15 % pupuk

    anorganik (PCa), (3) campuran 60 % pupuk organik dan 40 % pupuk anorganik

    (PCb), serta (4) 100 % pupuk anorganik (PA).

    Pemupukan dilakukan secara berkala dimulai pada hari ke-0 sampai hari ke-

    25 setelah pengambilan contoh fisika, kimia, dan plankton perairan. Pupuk yang

    diberikan berbentuk granul, sehingga pupuk harus dilarutkan dengan air terlebih

    dahulu sebelum ditebar di kolam. Pupuk organik dan anorganik yang digunakan

    adalah pupuk majemuk (N: P: K) komersil. Bahan-bahan penyusun pupuk

    organik adalah asam humus, kompos, gambut, rumput laut, dan guano (kotoran

    kelelawar).

    Pengambilan contoh parameter fisika, kimia, dan biologi perairan dilakukan

    setiap 5 hari selama 30 hari dimulai pada hari ke-0. Contoh plankton diambil

     pada pagi hari menggunakan plankton net dengan mesh size 35 μm. Kelimpahan

    fitoplankton dan zooplankton dihitung menggunakan metode sensus (modifikasi

    APHA 1985).

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    4/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    603

    Data yang diperoleh kemudian dihitung indeks keanekaragaman (Shannon

    dan Wiener), keseragaman dan dominansi (Simpson). Ketiga indeks tersebut

    mengacu pada Odum (1971).

    Percobaan dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sidik

    ragam berdasarkan rancangan tersebut digunakan untuk melihat pengaruh

     perbedaan antarperlakuan terhadap data nutrien, fitoplankton, zooplankton secara

    statistik. Selanjutnya dilakukan pengujian lanjutan menggunakan Uji Duncan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pemupukan penting untuk membantu kolam dalam menyediakan nutrien

    secara langsung bagi pertumbuhan alga (Chakroff 1976). Tujuan pemupukan

    adalah untuk memastikan bahwa baik fitoplankton maupun zooplankton tetap

    tersedia sebagai pakan alami bagi larva ikan (Horvath 2002).

    Jenis pupuk ada dua, yaitu organik dan anorganik. Keduanya memiliki

    kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Pupuk organik adalah pupuk

    yang berasal dari makhluk hidup seperti sayur-sayuran, kotoran ternak cair,

    limbah rumah tangga, dan kotoran ternak padat. Pupuk anorganik adalah pupuk

    kimia yang larut di dalam perairan dan berfungsi menyediakan nutrien tanpa

    melalui proses dekomposisi terlebih dahulu. Biasanya, pupuk anorganik

    menyediakan unsur seperti nitrogen, fosfor, dan potassium. Pupuk tersebut

    dinamakan NPK (Stickney 1979).

    Pemupukan pada kolam, khususnya nitrat dan fosfat, bertujuan untuk

    menumbuhkan pakan alami bagi ikan yang dipelihara. Menurut Horvath (2002),

    cara yang paling efektif dan umum dilakukan untuk menyediakan nutrien perairan

    adalah dengan menggabungkan antara penggunaan pupuk organik dan anorganik.Pada kolam pemeliharaan ikan, penggunaan pupuk organik disarankan sekitar

    100-200 kg/ha, sementara pupuk anorganik antara 20-30 kg/ha.

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    5/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    604

    Komposisi dan Kelimpahan Plankton di Kolam Penelitian

    Komposisi Plankton di Kolam

    Fitoplankton merupakan organisme autotrof yang memanfaatkan gas CO2

    dan nutrien hasil dekomposisi bahan organik untuk proses fotosintesis (Odum

    1971; Darley 1982). Pada penelitian ini, pemberian pupuk secara berkala

     bertujuan untuk tetap menyediakan nutrien yang dibutuhkan bagi pertumbuhan

    fitoplankton. Komunitas berkembang dinamis dan tidak stabil dalam jangka

    waktu yang lama. Hal itu disebabkan oleh perubahan cuaca yang cepat serta

    siklus pertumbuhan dan mortalitas dalam komunitas tersebut (Krebs 1972).

    Odum (1971) menyatakan bahwa suatu ekosistem mengalami perkembangan

    (perubahan) dari waktu ke waktu. Perkembangan ekosistem tersebut biasa disebut

    dengan istilah suksesi ekologi. Krebs (1972) membagi perkembangan komunitas

    menjadi dua macam, yaitu suksesi dan siklus. Suksesi merupakan proses

     perubahan secara langsung pada suatu komunitas. Hal tersebut ditandai dengan

    adanya perubahan komposisi spesies. Siklus adalah perkembangan komunitas

    yang fluktuasinya terjadi secara tidak langsung. Suksesi tidak selalu berawal dari

    komunitas yang sederhana menuju komunitas yang kompleks, tetapi bisa terjadi

    karena adanya perubahan kondisi fisika, kimia, dan biologi perairan.

    Di perairan tawar, fitoplankton yang umum dijumpai meliputi alga hijau

     berkoloni, desmid, alga biru berfilamen dan berkoloni, serta alga pirang (Darley

    1982). Dalam penelitian ini, kelompok fitoplankton yang dijumpai selama

     pengamatan adalah kelas Chlorophyceae (23 genera), Bacillariophyceae (13

    genera), Cyanophyceae (5 genera), Chrysophyceae (1 genus), dan

    Euglenophyceae (2 genera). Kelompok zooplankton yang dijumpai adalah

    Rotifera (8 genera), Krustasea (4 genera), dan Protozoa (1 genus).

    Kelompok fitoplankton di perairan tawar yang umum dijumpai dalam

     jumlah melimpah adalah Chlorophyceae (Wetzel 2001). Secara umum, pada awal

     pengamatan, fitoplankton didominasi oleh Cyanophyceae dari genus Oscillatoria,

    namun pada periode selanjutnya, Chlorophyceae memiliki kelimpahan tertinggi.

    Pada awal pengamatan, konsentrasi unsur N di perairan masih cukup tinggi untuk

    mendukung pertumbuhan Oscillatoria. Hasil penelitian Kruskopf and Plessis

    (2005) menunjukkan bahwa menurunnya unsur N di perairan terutama nitrat

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    6/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    605

    menyebabkan panjang filamen genus Oscillatoria  berkurang. Oleh karena itu,

    menurunnya konsentrasi nitrat mulai pada periode berikutnya juga menyebabkan

    terjadinya penurunan kelimpahan genus Oscillatoria.

    Plankton dari kolam dengan perlakuan pupuk organik 100% (PO) terdiri dari

    kelas Chlorophyceae (18 genera), Bacillariophyceae (10 genera), Cyanophyceae

    (5 genera), Chrysophyceae (1 genus), Euglenophyceae (2 genera), dan

    zooplankton (10 genera). Selain sebagai kelompok dengan jumlah genus yang

    terbanyak, Chlorophyceae juga melimpah di hampir semua waktu pengambilan

    contoh (Gambar 1).

    Gambar 1. Komposisi plankton pada kolam perlakuan: a) PO; b) PCa; c) PCb; dan d) PA

    Pada awal pengamatan, kelimpahan Chlorophyceae tertinggi berasal dari

    genus  Pediastrum, yang kemudain diikuti oleh Coelastrum dan  Eudorina.

     Namun, pada akhir pengamatan, kelimpahan tertinggi kembali dicapai oleh

     Pediastrum. Di samping itu, Melosira (Bacillariophyceae) sering dijumpai dalam

    Komposisi Plankton Per lakuan PCa

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    0 5 10 15 20 25 30

    Waktu (hari ke-)

    Komposisi Plankton Perlakuan PO

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    0 5 10 15 20 25 30

    Waktu (hari ke-)

    Chlorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae

    Chrysophyceae Euglenophyceae Zooplankton

    Komposisi Plankton Perlakuan PA

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    0 5 10 15 20 25 30

    Waktu (hari ke-)

    Komposisi Plankton Perlakuan PCb

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    0 5 10 15 20 25 30

    Waktu (hari ke-)

    Chlorophyceae Bacillariophyceae Cyanophyceae

    Chrysophyceae Euglenophyceae Zooplankton

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    7/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    606

    kelimpahan yang tinggi. Selanjutnya, zooplankton yang memiliki kelimpahan

    relatif tinggi adalah  Brachionus dan Polyarthra.

    Komposisi plankton pada perlakuan pupuk campuran organik 85 % dan

    anorganik 15 % (PCa), tidak jauh berbeda dari perlakuan PO. Kelimpahan kelas

    Chlorophyceae masih mendominasi di hampir semua waktu pengambilan contoh

    (Gambar 1). Jumlah genus yang ditemukan tiap kelasnya mulai dari

    Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chrysophyceae,

    Euglenophyceae, berturut-turut adalah 17, 12, 3, 1, dan 1. Zooplankton dari

    kelompok Rotifera, Krustasea, dan Protozoa memiliki jumlah jenis berturut-turut

    adalah 7, 4, dan 0. Jika dibandingkan dengan jumlah jenis perlakuan PO, maka

     jumlah jenis plankton perlakuan PCa lebih rendah. Pada hampir seluruh

     pengambilan contoh, kelimpahan  Pediastrum cenderung paling tinggi, kecuali

     pada hari ke-5 sampai ke-15 yang didominasi oleh genus Coelastrum. Kelas

    Bacillariophyceae pada hampir semua waktu pengambilan contoh didominasi oleh

    genus Melosira. Genus Polyarthra dari kelompok Rotifera merupakan zoplankton

    yang juga mendominansi pada hampir seluruh waktu pengamatan, diikuti oleh

    nauplius. 

    Sebagaimana perlakuan PO dan PCa, tiap waktu pengambilan contoh pada

     perlakuan pupuk campuran 60 % pupuk organik dan 40 % pupuk anorganik (PCb)

     juga didominasi oleh kelas Chlorophyceae. Kelimpahan kelas Chlorophyceae

    tertinggi terjadi pada pengambilan contoh hari ke-10 sebesar 98,31 % (Gambar 1).

    Secara keseluruhan, contoh plankton pada perlakuan PCb meliputi kelompok

    Chlorophyceae yang terdiri dari 22 genera, Bacillariophyceae 9 genera,

    Cyanophyceae 2 genera, Chrysophyceae 1 genus, Euglenophyceae 1 genus, dan

    zooplankton 11 genera. Genus  Pediastrum dari kelas Chlorophyceae hanyamendominasi pada awal pengamatan. Keberadaan jenis lain, seperti Coelastrum, 

     Eudorina,  dan  Pandorina  tampak berfluktuasi.  Melosira dari kelompok

    Bacillariophyceae dijumpai di hampir semua waktu pengambilan contoh.

    Selanjutnya, kelimpahan Rotifera  Polyarthra  hampir selalu mendominasi

    kelompok zooplankton.

    Komposisi plankton pada perlakuan pupuk anorganik 100 % (PA) selama

     penelitian (Gambar 1) menunjukkan bahwa jumlah genus dari Chlorophyceae,

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    8/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    607

    Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chrysophyceae, dan Euglenophyceae, berturut-

    turut adalah 20, 11, 4, 1, dan 1. Jumlah genus kelompok zooplankton berturut-

    turut mulai dari Rotifera, Krustasea, dan Protozoa adalah 7, 4, dan 1. Seperti

    halnya pada perlakuan PO, PCa, dan PCb, kelimpahan plankton pada perlakuan

    PA juga didominasi oleh kelas Chlorophyceae. Genus Pediastrum mendominasi

    di awal dan akhir pengamatan, serta oleh Coelastrum dan  Eudorina di antara

    rentang waktu tersebut. Kelimpahan kelas Bacillariophyceae di awal didominasi

    oleh genus Cyclotella, kemudian oleh Melosira hingga akhir pengamatan. Genus

    yang melimpah untuk kelompok zooplankton pada awal pengamatan adalah

     Euchlanis, diikuti oleh  Brachionus,  Polyarthra,  dan Trichocerca  pada waktu-

    waktu berikutnya.

    Perubahan kelimpahan fitoplankton merupakan respon dari variabel

    lingkungan seperti suhu, cahaya, ketersediaan nutrien, dan kelimpahan ikan

     pemakan plankton (Reynolds 1990). Odum (1971) menyatakan bahwa suatu

    ekosistem mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal yang sama juga terjadi

     pada ekosistem kolam yang diberi stimulus nutrien dengan komposisi pupuk yang

     berbeda. Beberapa hasil pengamatan pada penelitian ini memperlihatkan adanya

     pergantian genus yang mendominasi.

    Zooplankton yang merupakan plankton hewani juga mengalami variasi

    dominansi antarwaktu pengambilan contoh. Pada perlakuan PO, genus

     Brachionus melimpah pada awal pengamatan, tapi berikutnya didominasi oleh

    genus Polyarthra.

    Selama penelitian, kelimpahan fitoplankton memperlihatkan keadaan yang

    fluktuatif tetapi memiliki kecenderungan yang semakin meningkat (Gambar 2).

    Seperti halnya fitoplankton, nilai kelimpahan zooplankton juga berfluktuasi.Fluktuasi ini disebabkan oleh ketersediaan fitoplankton, pemangsaan oleh ikan,

    dan siklus hidup zooplankton yang cepat (Wetzel 2001). Wiebe (1929) in Boyd

    (1982) menemukan kelimpahan krustasea yang lebih tinggi pada kolam yang

    dipupuk menggunakan fosfat dibandingkan pada kolam yang tidak dipupuk.

    Dengan demikian, peningkatan kesuburan perairan akibat pemupukan juga

    meningkatkan kelimpahan zoopankton.

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    9/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    608

    a b

    Gambar 2. Grafik kelimpahan (a) fitoplankton dan (b) zooplankton di kolam

    Sebelum pemupukan tampak bahwa kelimpahan dan jumlah jenis

    fitoplakton antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata jika diuji

    secara statistika (P>0,05). Hal tersebut disebabkan kondisi air yang relatif

    homogen sebelum diberi perlakuan. Setelah pemberian pupuk, kelimpahan dan

     jumlah jenis fitoplankton memperlihatkan respon yang berbeda antarperlakuan.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa baik kelimpahan maupun jumlah jenis

    fitoplankton antarperlakuan memiliki nilai yang berbeda nyata (P0,05).

     Nilai ini disebabkan fitoplankton sebagai makanan zooplankton belum tumbuh

    dengan baik. Setelah pemupukan, kelimpahan dan jumlah jenis zooplankton

    Fitoplankton

    0

    400000

    800000

    1200000

    1600000

    2000000

    0 5 10 15 20 25 30

    Hari ke-

         s     e      l      /

          l

    PCa

    PO

    PA

    PCb

     Zooplankton

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    0 5 10 15 20 25 30

    Hari ke-

          i     n      d

          /      l

    PCa

    PO

    PA

    PCb

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    10/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    609

    memperlihatkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    11/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    610

    Kelimpahan fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor fisika dan

    kimia lingkungan yang merupakan pembatas bagi pertumbuhannya (Fogg 1965).

    Pada penelitian ini, unsur hara perairan yang dianalisis adalah PO4-P, NH

    3- N, dan

     NO3-N.

    Toetz (1971) in Goldman and Horne (1983) menyatakan bahwa amonium

    (NH4-N) yang merupakan salah satu bentuk nitrogen, relatif mudah dimanfaatkan

    oleh fitoplankton dan tanaman air lainnya. Selama pengamatan, nilai amonia

    memperlihatkan kecenderungan nilai yang semakin menurun. Penurunan tersebut

    diduga bahwa amonia dimanfaatkan oleh fitoplankton.

    Seperti halnya nilai amonia, nilai nitrat juga memiliki kecenderungan yangsemakin menurun. Menurunnya nilai nitrat juga diduga juga karena dimanfaatkan

    oleh fitoplakton. Ketersediaan unsur hara dari pupuk organik sangat bergantung

     pada keberlangsungan proses dekomposisi yang terjadi. Meskipun pada setiap kali

    ditambahkan pupuk secara periodik untuk meningkatkan unsur hara, tetapi jika

    faktor lingkungan kurang mendukung, maka unsur hara di perairan tidak akan

    meningkat.

    Selama pengamatan juga dijumpai zooplankton, terutama dari kelompok

    Rotifera. Di ekosistem perairan, zooplankton termasuk organisme konsumen yang

    memanfaatkan alga, bakteri, dan bahan organik yang berupa partikel (Wetzel

    2001). Selain dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton, fluktuasi komunitas

    zooplankton juga dipengaruhi oleh pemangsaan oleh ikan pemakan plankton dan

    invetebrata, kemampuan reproduksi yang cepat, serta parasit (Wetzel 2001).

    Pemberian pupuk dapat mempengaruhi fluktuasi komposisi dan kelimpahan

     plankton di ekosistem perairan.

    Tujuan utama diterapkannya pemupukan di kolam adalah untuk

    mempertahankan ketersediaan unsur hara yang optimal bagi keberlangsungan

     produksi biologi dalam air. Aplikasi pemupukan yang sebaiknya dilakukan adalah

    dengan menetapkan dosis pupuk sesuai dengan warna air kolam. Kondisi ekologi

    setiap kolam menggambarkan pengaruh pemupukan terhadap produktivitasnya.

    Tidak terdapat panduan khusus mengenai dosis pupuk maksimum sehubungan

    dengan variasi spesifik dari kolam-kolam tersebut; juga tidak ada acuan yang pasti

    mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pakan alami ikan, seperti tipe

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    12/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    611

    organisme pakan alami, mekanisme konsumsi pakan, atau pun nilai kecernaan dan

    nutrisi plankton. Hal praktis yang umum dilakukan adalah memisahkan ikan

     berdasarkan sifat pemangsaannya di alam. Ikan dipisahkan sebagai pemakan

    fitoplankton, zooplankton, zoobentos, ataukah pemakan detritus. Tetapi,

     pembedaan ikan berdasarkan kebiasaan makanannya tersebut tidak baku karena

    terdapat jenis-jenis ikan yang mengubah pemilihan makanannya sesuai dengan

    yang tersedia atau melimpah di kolam (Kumar et al. 2004)

    KESIMPULAN

    Fitoplankton dan zooplankton dalam kolam dengan pemberian pupuk

    anorganik menunjukkan pertumbuhan dan capaian kelimpahan yang jauh lebih

    tinggi daripada kolam dengan pemberian pupuk lainnya. Kelas Chlorophyceae

    memiliki kelimpahan paling tinggi pada semua perlakuan di hampir semua waktu

     pengambilan contoh. Kelompok zooplankton yang memiliki kelimpahan paling

    tinggi di perairan adalah Rotifera. Komposisi plankton demikian berpotensi

    sebagai pakan alami bagi ikan nilem yang merupakan pemangsa plankton

    tersebut.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis menyampaikan terima kasih kepada BRKP Cijeruk dan Ir. Winarlin

    yang sangat banyak membantu dalam memfasilitasi penelitian derta memberikan

    masukan dalam menyempurnakan penyusunan tulisan ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    APHA (American Public Health Association). 1985. Standard methods forexamination of water and waste water.  18th  edition. APHA, AWWA

    (American Water Work Association) and WPCF (Water Pollution ControlFederation). USA. 1268 hlm

    Belcher, H dan E. Swale. 1978.  A beginner‘s guide to freshwater algae. Natural

    Environment Research Council. London.

    Boyd, C. E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Elsevier

    Scientific Publishing Company. New York.

    Chakroff, M. 1976.  Freshwater fish pond culture and management . VITAPublication. USA. ix, 196 hlm

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    13/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    612

    Darley, W. M. 1982.  Algal biology : A physiological approach. BlackwellScientific Publications. London. viii, 168 hlm.

    Fogg, G. E. 1965.  Algal cultures and phytoplankton ecology. The University of

    Wisconsin Press. London.xiii, 126 hlm.

    Frid, C dan M. Dobson. 2002.  Ecology of aquatic management . Pearson

    Education. London.xiii, 274 hlm.

    Goldman, C. R and A. J. Horne. 1983.  Limnology. McGraw-Hill Book Company.

     New York, USA.xvi, 464 hlm.

    Horvath, L., G. Tamas dan C. Seagrave. 2002. Carp and pond fish culture. Second

    Edition. Fishing New Books. Oxford.

    Krebs, C. J. 1972.  Ecology: The experimental analysis of distribution and

    abundace. Harper and Row Publishers. London.x, 694 hlm.

    Kumar, M.S., Burgess, S.N., dan Luu, L.T. 2004. Review of Nutrient

    Management in Freshwater Polyculture.  Journal of Applied Aquaculture,

    Vol. 16(3/4) 2004: 17-43.

    Kumar, M.S., Binh, T.T., Luu, L.T., dan Clarke, S.M. (2005). Evaluation of Fish

    Production Using Organic and Inorganic Fertilizer: Application to Grass

    Carp Polyculture.  Journal of Applied Aquaculture, Vol. 17(1) 2005: 19-

    34.

    McComas, S. 2003.  Lake and pond management guidebook . Lewis Publishers. New York.xvii, 286 hlm.

     Novotny, V dan H. Olem. 1994. Water quality : Prevention, identification and

    management of diffuse pollution. Van Nostrand Reinhold. New York.

    Odum, E. P. 1971.  Fundamentals of ecology. Third Edition. Sounders College

    Publishing. Philadelphia.xiv, 574 hlm.

    Qin, J., Madon, S.P., dan Culver, D.A. 1994. Effect of larval walleye

    (Stizostedion vitreum) and fertilization on the plankton community:

    implications for larval fish culture. Aquaculture 130 (1995) 51-65.

    Reynolds, C. S. 1990. The ecology of freshwater phytoplankton. Cambridge

    University Press. London.x, 384 hlm.

    Stickney, R. R. 1979.  Principles of water aquaculture. A Wiley-Interscience

    Publication. New York, USA.

    Wetzel, R. G. 2001.  Limnology : Lake and river ecosystems. Third Edition.

    Academic Press. San Diego, USA.xvi, 1006 hlm.

  • 8/17/2019 2010_Keberadaan Komunitas Plankton Di Kolam Pemeliharaan Larva Ikan Nilem_Niken Tanjung Murti

    14/14

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    613

    CATATAN:

    1. 

    Judul artikel sebaiknya mencantumkan juga penggunaan pupuk organik

    dan anorganik karena penelitian ini lebih ditekankan pada aspek tersebut.

    2. 

    Latar belakang penelitian kurang membahas lebih dalam mengenaimengapa/apa yang terjadi dalam pertumbuhan plankton.

    3.  Permasalahan yang diangkat tidak sesuai dengan apa yang dikaji.

    4.  Apabila ingin mengkaji efisiensi penggunaan pupuk maka desain riset

    harus menaati kaidah-kaidah rancangan percobaan. Namun apabila ingin

    mengkaji kelimpahan fitoplankton maka tidak perlu perlakuan.

    5.  Desain penelitian kurang sempurna karena ‖start up‖ plankton tidak dalam

    kondisi yang terkontrol. Sebaiknya menggunakan isolat plankton yang

    densitasnya telah diketahui.

    6. 

    Artikel ini lebih mengkaji kelimpahan plankton dalam kolam yang berbeda

    sehingga kurang menjawab permasalahan yang diangkat.