2009-2-00533-ak bab 4

29
39 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Aset Tetap pada PT Patra Jasa Aset tetap berperan sangat penting dalam kehidupan sebuah perusahaan, karena dengan aset tetaplah, hampir semua kegiatan operasional dapat dilakukan. Oleh karena itu pengelolaan dan pencatatan setiap transaksi terkait dengan aset tetap merupakan hal yang penting. Setiap pengelolaan dan pencatatan transaksi tersebut mengarah ke pengambilan keputusan manajemen yang akan mempengaruhi arah perkembangan dan kebijakan perusahaan. PT Patra Jasa merupakan salah satu perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar, karena bergerak di bidang properti dan perhotelan. Penting bagi perusahaan ini untuk mengelola dan melakukan prosedur akuntansi menurut standar PSAK. Aset tetap PT Patra Jasa merupakan bagian terbesar dari keseluruhan aset perusahaan (sekitar 83%). Oleh karena itu akan menjadi suatu masalah jika aset tetap tidak dikelola dan dilakukan prosedur akuntansi yang sesuai standar, apalagi mengingat seluruh kegiatan operasional yang menghasilkan pendapatan bagi PT Patra Jasa berasal dari penggunaan aset tetap. Tentunya PT Patra Jasa harus mempunyai kebijakan akuntansi yang mendukung pencatatan dan pengelolaan serta pengungkapan aset tetap yang sesuai dengan PSAK. Mengenai pencatatan mulai dari perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan awal, penyusutan aset tetap, hingga pada penghapusbukuan aset tetap akan dibahas oleh penulis satu per satu.

Upload: fakhryie-l-

Post on 21-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab 4

TRANSCRIPT

  • 39

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    IV.1 Analisis Aset Tetap pada PT Patra Jasa

    Aset tetap berperan sangat penting dalam kehidupan sebuah perusahaan, karena

    dengan aset tetaplah, hampir semua kegiatan operasional dapat dilakukan. Oleh karena

    itu pengelolaan dan pencatatan setiap transaksi terkait dengan aset tetap merupakan hal

    yang penting. Setiap pengelolaan dan pencatatan transaksi tersebut mengarah ke

    pengambilan keputusan manajemen yang akan mempengaruhi arah perkembangan dan

    kebijakan perusahaan.

    PT Patra Jasa merupakan salah satu perusahaan yang memiliki aset tetap dalam

    jumlah besar, karena bergerak di bidang properti dan perhotelan. Penting bagi

    perusahaan ini untuk mengelola dan melakukan prosedur akuntansi menurut standar

    PSAK. Aset tetap PT Patra Jasa merupakan bagian terbesar dari keseluruhan aset

    perusahaan (sekitar 83%). Oleh karena itu akan menjadi suatu masalah jika aset tetap

    tidak dikelola dan dilakukan prosedur akuntansi yang sesuai standar, apalagi mengingat

    seluruh kegiatan operasional yang menghasilkan pendapatan bagi PT Patra Jasa berasal

    dari penggunaan aset tetap.

    Tentunya PT Patra Jasa harus mempunyai kebijakan akuntansi yang mendukung

    pencatatan dan pengelolaan serta pengungkapan aset tetap yang sesuai dengan PSAK.

    Mengenai pencatatan mulai dari perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan

    awal, penyusutan aset tetap, hingga pada penghapusbukuan aset tetap akan dibahas oleh

    penulis satu per satu.

  • 40

    1. Klasifikasi Aset Tetap

    Berdasarkan pengamatan dari penulis, aset tetap pada PT Patra Jasa telah

    terklasifikasikan dengan baik. Adapun klasifikasi daripada aset tetap dan nilainya

    beserta dengan total transaksi penambahan, pengurangan, reklasifikasi, dan akumulasi

    penyusutannya adalah sebagai berikut :

    Tabel 4.1 Tabel Klasifikasi Aset Tetap

    2008

    Saldoawal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi SaldoakhirBiayaperolehan: Tanah 44,421,769,214 0 0 1,049,857,700 43,371,911,514Bangunan 301,969,578,841 4,472,295,191 0 446,596,084 305,995,277,948Kendaraan 2,337,547,888 148,350,588 166,000,000 0 2,319,898,476Inventaris 135,492,106,627 8,465,319,910 0 10,450,000 143,946,976,537Assetdalampenyelesaian 1,027,540,621 860,857,859 0 733,878,882 2,622,277,362

    Jumlah 485,248,543,191 13,946,823,548 166,000,000 773,024,902 498,256,341,837

    2. Akuntansi Perolehan Aset Tetap

    Penulis akan menjelaskan mengenai prosedur pencatatan akuntansi yang

    dilakukan saat terjadi perolehan aset tetap. Dalam menentukan harga perolehan sebuah

    aset tetap, adalah semua biaya yang diperlukan untuk membuat sebuah aset tetap siap

    digunakan dijumlahkan, kemudian hasilnya adalah harga perolehan aset tetap tersebut.

    A. Tanah

    Penentukan harga perolehan tanah, meliputi harga tanah itu sendiri ditambah

    dengan berbagai biaya terkait dalam perolehan tanah tersebut sampai tanah itu

    siap digunakan. Biaya-biaya tersebut meliputi semua biaya yang dikeluarkan

    sampai tanah tersebut siap untuk digunakan, tetapi biaya legal atas pengurusan

    hak atas tanah tidak dimasukkan ke dalam nilai perolehan tanah tetapi

    diamortisasi secara terpisah.

  • 41

    Contoh : PT Patra Jasa pada tahun 1978 membeli tanah di jalan Dukuh Patra II

    no. 72 dengan harga tanah sebesar Rp. 18.753.760 dan sertifikat tanah sebesar

    Rp. 28.373.166 untuk dibangun menjadi perumahan.

    Pada saat pembelian tanah tersebut, kedua transaksi dipisahkan dengan

    jurnal sebagai berikut :

    Tanah Jalan Dukuh Patra II No.72 Rp. 18.753.760

    Kas Rp. 18.753.760

    Sertifikat Tanah Jalan Dukuh Patra II No.72 Rp. 28.373.166

    Kas Rp. 28.373.166

    B. Bangunan

    Semua biaya terkait yang berhubungan dengan pembelian atau konstruksi

    bangunan didebitkan ke dalam harga perolehan bangunan. Semua biaya yang

    diperlukan untuk menyiapkan sebuah bangunan hingga dapat dipakai

    dimasukkan ke dalam harga perolehan bangunan, termasuk biaya untuk komisi,

    dan pajak. Sedangkan untuk bangunan yang dikonstruksi, maka biaya yang

    termasuk adalah biaya persiapan lahan, pembangunan kabel dan tiang listrik,

    pipa air, pembayaran jasa arsitek, serta pembayaran bunga pinjaman untuk

    pembiayaan dilakukannya pembangunan.

    Untuk beban bunga pinjaman dalam periode dikonstruksinya bangunan,

    dimasukkan ke dalam harga perolehan bangunan. Tetapi setelah pembangunan

    selesai dilakukan, maka beban bunga dicatat sebagai beban bunga biasa (Interest

    expense).

    Contoh : PT Patra Jasa pada tahun 1973 membangun sebuah gedung

    perkantoran dengan 22 lantai di Jalan Gatot Subroto Kav. 32-34. Keseluruhan

  • 42

    biaya konstruksi mulai dari biaya pembayaran jasa arsitek, pembelian lahan,

    pembersihan, hingga instalasi semuanya ditotal sebesar Rp. 295.9375. Maka

    dilakukan penjurnalan seperti berikut :

    Gedung Perkantoran Gatot Subroto Kav. 32-34 Rp. 295.9375

    Kas Rp. 295.9375

    C. Kendaraan

    Untuk biaya perolehan kendaraan, sama seperti aset tetap lainnya, pencatatan

    atas harga perolehan adalah semua biaya yang dikeluarkan sampai kendaraan

    tersebut siap digunakan. Tetapi biaya STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)

    dan biaya asuransi kendaraan tidak boleh dimasukkan ke dalam harga perolehan

    kendaraan.

    Pada April 2002, PT Patra Jasa melakukan pembelian kendaraan Toyota Kijang

    LSX bekas dengan nomor kendaraan B 8419 HV untuk kegiatan operasional

    perusahaan. Nilai perolehan kendaraan tersebut adalah Rp. 120.400.000, sudah

    termasuk pajak, dan biaya-biaya lainnya. Jurnal yang dibuat adalah:

    Toyota Kijang LSX B 8419 HV Rp. 120.400.000

    Kas Rp. 120.400.000

    D. Inventaris/ Peralatan

    Inventaris meliputi mesin, peralatan, dan furniture. Pada tanggal 15 April 2004

    dilakukan pembelian terhadap Pompa Air Hydropur-Grundfos 1.5 kw dengan

    harga Rp. 12.006.500, di dalamnya sudah termasuk biaya pemasangan, maka

    pencatatannya adalah sebagai berikut:

    Pompa Air Hydropur-Grundfos 1.5 kw Rp. 12.006.500

    Kas Rp. 12.006.500

  • 43

    3. Akuntansi Penyusutan pada Aset Tetap

    Nilai dari aktiva tetap dapat berkurang karena berkurangnya kemampuan dari

    aset tetap tersebut dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan perusahaan.

    Dalam akuntansi, berkurangnya kemampuan tersebut dinilai dalam nominal dan disebut

    sebagai beban penyusutan/ depresiasi. Beban penyusutan biasanya dicatat/ dibukukan

    pada saat penutupan buku.

    Berdasarkan kebijakan perusahaan, maka penyusutan terhadap semua aset tetap

    pada PT Patra Jasa dilakukan dengan menggunakan metode SLN (Straight Line

    Method). Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata

    (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan

    mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva

    ditarik dari penggunaannya.

    Rumus dari penyusutan dengan SLN adalah :

    D = A C SV

    LT

    D = Depreciation (beban depresiasi) SV = Salvage Value (nilai sisa)

    AC = Acquisition Cost (harga beli) LT = Life Time (masa manfaat aset)

    Berikut kebijakan penentuan masa manfaat ekonomis aset tetap PT Patra Jasa:

    Tabel 4.2 Tabel Kebijakan Akuntansi Depresiasi

    JenisAsetTetap MasaManfaat Persentasepenyusutan/tahun

    Rumahdangedung 20tahun 5.00%

    Kendaraan 8tahun 12.50%Mesindanperalatanberat 8tahun 12.50%

    Inventarisdanperalatan 8tahun 12.50%

  • 44

    Berikut adalah perhitungan penyusutan pada salah satu sampel aset tetap PT

    Patra Jasa berupa rumah pompa Hotel Patra Jasa dengan harga Rp. 51.304.000 yang

    dibeli tahun 2001. Berikut perkiraan penyusutan untuk rumah pompa tersebut:

    Tabel 4.3 Tabel Depresiasi Rumah Pompa

    Penyusutan juga dilakukan dengan cara yang sama terhadap semua jenis aset

    tetap PT Patra Jasa, yang membedakannya hanya masa manfaat daripada aset tetap

    tersebut yang mempengaruhi persentase penyusutan tiap tahun.

    Misalnya pada kendaraan yang masa manfaatnya 8 tahun; sebuah mobil Kijang

    LGX B 415 MB yang dibeli pada 1 Februari 2003 dengan harga Rp. 143.900.000,

    maka penyusutannya adalah sebagai berikut:

    No. Tahun BebanDepresiasi/tahun Nilaibuku

    51,304,0001 2001 2,565,200 48,738,8002 2002 2,565,200 46,173,6003 2003 2,565,200 43,608,4004 2004 2,565,200 41,043,2005 2005 2,565,200 38,478,0006 2006 2,565,200 35,912,8007 2007 2,565,200 33,347,6008 2008 2,565,200 30,782,4009 2009 2,565,200 28,217,200

    10 2010 2,565,200 25,652,00011 2011 2,565,200 23,086,80012 2012 2,565,200 20,521,60013 2013 2,565,200 17,956,40014 2014 2,565,200 15,391,20015 2015 2,565,200 12,826,00016 2016 2,565,200 10,260,80017 2017 2,565,200 7,695,60018 2018 2,565,200 5,130,40019 2019 2,565,200 2,565,200

    20 2020 2,565,200 0

  • 45

    Tabel 4.4 Tabel Depresiasi Kijang LGX B 415 MB

    No. Tahun BebanDepresiasi/tahun Nilaibuku

    Feb03 143,900,000

    1 Des2003 11/12x17,987,500=16,488,542 127,411,458

    2 Des2004 17,987,500 109,423,958

    3 Des2005 17,987,500 91,436,458

    4 Des2006 17,987,500 73,448,958

    5 Des2007 17,987,500 55,461,458

    6 Des2008 17,987,500 37,473,958

    7 Des2009 17,987,500 19,486,458

    8 Des2010 17,987,500 1,498,958

    9 Feb11 1/12x17,987,500=1,498,958 0

    Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa apabila sebuah aset tetap diperoleh pada

    bulan X, maka sesuai dengan jadwal depresiasi, nilai dari aset itu juga akan berakhir

    pada bulan X juga, kecuali apabila terjadi biaya/ pengeluaran yang dapat meningkatkan

    nilai / masa manfaat dari aset tetap tersebut.

    Penulis juga ingin menunjukkan bahwa PT Patra Jasa yang sebagian besar

    asetnya berupa tanah dan bangunan, dalam depresiasinya bagian-bagian dari aset tetap

    tersebut ada yang disusutkan secara terpisah.

    Hal ini diperbolehkan oleh PSAK apabila biaya perolehan setiap bagian dari aset

    tetap mempunyai nilai yang cukup signifikan. Dalam hal ini, penulis mengambil sampel

    dari Buku penyusutan Hotel Patra Jasa pada tahun 2008 sebagai berikut:

  • 46

    Tabel 4.5 Tabel Depresiasi Kamar Hotel Patra Jasa

    AKUMULASI BEBAN TOTALAKUM. NILAIBUKU

    NO. NAMAASET JML TAHUN NILAI DEPRESIASI PENYUSUTAN PENYUSUTAN S/D

    (UNIT)

    PEROLEHAN PEROLEHAN S/D31DES2007 TAHUN2008 S/DDES2008 31DES2008

    1 Kamar21;22 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    2 Kamar23;24 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    3 Kamar25;26 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    4 Kamar27;28 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    5 Kamar29;30 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    6 Kamar31;32 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    7 Kamar33;34 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    8 Kamar35;36 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    9 Kamar37;38 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    10 Kamar39;40 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    11 Kamar41;42 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    12 Kamar43;44 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    13 Kamar45;46 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    14 Kamar47;48 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    15 Kamar49;50 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyusutan bangunan hotel Patra Jasa dipisahkan

    atas kamar-kamar sehingga penyusutan kamar yang satu pada dasarnya dibedakan dari

    kamar yang lainnya.

    Sedangkan aset tetap berupa tanah tidak didepresiasi, sesuai dengan PSAK

    kecuali berkaitan dengan syarat-syarat tertentu yang ditentukan dalam PSAK.

  • 47

    4. Akuntansi Pembiayaan Aset Tetap setelah Perolehan

    Setelah pembelian/ konstruksi aset tetap selesai, pembiayaan terhadap aset tetap tidak

    berhenti di situ. Setelah perolehan, aset tetap harus tetap dipelihara dan dirawat. Akan

    ada beban dan pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk mengoperasikan/

    mendayagunakan aset tetap tersebut.

    Pembiayaan setelah perolehan awal aset tetap dilakukan dapat digolongkan

    menjadi dua bagian:

    1. Revenue Expenditure, yaitu pengeluaran yang bersifat rutin dan dilakukan

    untuk menjaga efisiensi operasi dari aktiva tetap. Pembiayaan ini

    biasanya hanya menghabiskan sedikit dana. Pembiayaan seperti ini

    contohnya adalah Reparasi kendaraan minor, ganti oli pada kendaraan,

    pengecatan ruangan, service A/C rutin, dan lain-lain. Pembiayaan seperti

    ini biasanya dimasukkan ke dalam akun Beban Perbaikan, dan

    dibebankan ke dalam Laporan Laba/Rugi pada periode akuntansi

    berjalan.

    2. Capital Expenditure, yaitu pengeluaran yang biasanya berupa

    penambahan kemampuan maupun kualitas terhadap aktiva tetap yang

    sudah ada, dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi,

    kapasitas produksi, ataupun umur ekonomis dari aset tetap. Biasanya

    pembiayaan jenis ini besar jumlah nominalnya dan bukan merupakan

    kejadian yang sering terjadi. Pembiayaan jenis ini akan mempengaruhi

    kegiatan operasi perusahaan di masa mendatang, sehingga pembiayaan

    ini akan menambah nilai dari aset tetap. Jurnalnya adalah dengan

  • 48

    mendebitkan Akumulasi penyusutan aset tetap sehingga nilai

    akumulasinya berkurang.

    Untuk lebih detailnya, penulis mengemukakan 5 jenis pengeluaran yang

    dilakukan terhadap aset tetap setelah perolehan dan bagaimana 5 jenis pengeluaran ini

    dikelompokkan, apakah termasuk beban tahun berjalan atau perlu dikapitalisasi.

    1. Pemeliharaan (Maintanance)

    Merupakan tindakan atau aktivitas yang ditujukan hanya semata-mata agar

    membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana mestinya dan pengeluaran

    yang timbul hendaknya di bebankan pada periode berjalan yang ditandingkan

    dengan pendapatan.

    Misalnya PT Patra Jasa membayar sebesar Rp 500.000 untuk membersihkan

    5 unit AC di ruangan kantor sekaligus menambah Freon sebanyak 5 psi.

    Aktivitas ini adalah dimaksudkan hanya untuk membuat AC tersebut dapat

    berfungsi sebagaimana mestinya, maka atas pengeluaran tersebut dicatat

    sebagai berikut :

    Beban pemeliharaan kantor Rp. 500.000

    Kas Rp. 500.000

    2. Perbaikan (Repair)

    Perbaikan diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar dibandingkan

    dengan pemeliharaan (maintenance). Suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai

    perbaikan apabila untuk membuat aktiva tersebut berfungsi sebagaimana

    mestinya diperlukan tindakan pemulihan kondisi atas bagian/ komponen

    yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi belum diperlukan suatu

  • 49

    penggantian. Aktivitas perbaikan ini dapat dikapitalisasi tergantung daripada

    jumlah biaya yang dikeluarkan, apakah material atau tidak.

    Biaya perbaikan ini dapat dibagi menjadi biaya perbaikan minor dan biaya

    renovasi. Biaya perbaikan minor akan dibebankan pada laporan laba rugi

    pada periode berjalan, sedangkan biaya renovasi yang biasanya nilainya

    material akan dikapitalisasi.

    Misalnya renovasi gedung Poncowati di Hotel Patra Jasa pada tanggal 1

    Januari 2001 dengan biaya Rp. 873.958.000 dijurnal sebagai berikut:

    Akumulasi penyusutan Gedung Poncowati Rp. 873.958.000

    Kas Rp. 873.958.000

    3. Penggantian Komponen (Replacement)

    Aktivitas ini ditandai dengan adanya penggantian atas satu komponen atau

    lebih dari suatu aset tetap. Misalnya beberapa monitor CPU yang rusak

    diputuskan untuk digantikan dengan yang baru. Penggantian ini harus

    dikapitalisasi. Maka pencatatannya adalah sebagai berikut :

    Akumulasi penyusutan CPU Rp. 4.500.000

    Kas Rp. 4.500.000

    4. Pengangkatan Kapasitas (Upgrading)

    Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan

    produksi, sebagai konsekuensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan

    peningkatan kapasitas terhadap aset tetap yang digunakan (entah itu mesin,

    peralatan atau bahkan gedungnya). Suatu upgrading, tentu akan memicu

    adanya pengeluaran-pengeluaran yang biasanya cukup material. Misalnya

  • 50

    karena keperluan listrik yang meningkat maka dilakukan penambahan daya,

    dan terjadi pengeluaran kas dengan rincian :

    1 unit Generator 30 KWH = Rp 18.000.000

    1 unit panel MCB = Rp 1.500.000

    400 meter Kabel = Rp 500.000

    Biaya pemasangan = Rp 1.000.000

    Total Pengeluaran = Rp 21.000.000

    Maka dilakukan pencatatan sebagai berikut :

    Peralatan listrik Rp 21.000.000

    Kas Rp 21.000.000

    5. Turun Mesin (Overhaul)

    Istilah turun mesin terjadi pada aset tetap yang menggunakan mesin.

    Misalnya mobil, kendaraan, mesin produksi, dan peralatan produksi.

    Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi

    lebih baik, diperlukan tindakan pembongkaran terhadap hampir seluruh

    komponen atau komponen utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian

    dilakukan pemasangan kembali. Pada proses turun mesin hampir pasti akan

    terjadi sekaligus tindakan pemeliharaan, perbaikan, dan penggantian

    koponen. Aktivitas turun mesin biasanya terjadi pada saat aset tetap tersebut

    mengalami penurunan fungsi yang sangat signifikan akibat penggunaan yang

    sudah relatif lama. Aktifitas turun mesin (overhaul) sudah pasti akan

    membuat umur ekonomis aktiva tersebut menjadi bertambah. Untuk itu,

    pengeluaran-pengeluaran yang timbul hendaknya dikapitalisasi.

  • 51

    Selain itu, apabila terjadi overhaul hamper bisa dipastikan aset tetap tersebut

    akan bertambah masa manfaatnya karena pergantian mesin yang dilakukan

    akan menambah keefektifan aset itu sendiri.

    Misalnya harus dilakukan turun mesin pada sebuah mobil operasional kantor.

    Biaya turun mesin adalah Rp. 15.000.000 dan diperkirakan akan menambah

    umur produktif sampai 5 tahun mendatang. Maka dilakukan pencatatan

    sebagai berikut:

    Akumulasi penyusutan mobil Rp. 15.000.000

    Kas Rp. 15.000.000

    Berikut adalah faktor-faktor yang juga perlu dipertimbangkan untuk memilah

    apakah suatu pengeluaraan setelah perolehan aset tetap termasuk Revenue Expenditure

    atau Capital Expenditure :

    1. Tingkat Keseringan

    Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive),

    sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan saja.

    2. Materialitas

    Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi.

    Dan apabila tidak material, cukup dicatat sebagai beban pada periode

    berjalan.

    3. Lama Manfaat

    Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari

    satu tahun buku/ satu periode buku, maka sebaiknya di kapitalisasi, jika

    hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya dibebankan di periode

    berjalan.

  • 52

    4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau kapasitas

    Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau

    meningkatkan kapasitas operasi daripada aset tetap tersebut, maka sebaiknya

    di kapitalisasi.

    Meskipun PT Patra Jasa telah memiliki kebijaksanaan, apabila pembiayaan/

    pengeluarannya melebihi dari Rp. 4.000.000 maka akan dikapitalisasi, sedangkan

    apabila pembiayaannya kurang dari Rp. 4.000.000 maka dibukukan sebagai beban.

    5. Akuntansi Pembiayaan Aset Tetap setelah Perolehan

    Penghapusbukuan suatu aset tetap dapat terjadi dengan beberapa kondisi:

    a) Masa manfaat aset tetap tersebut telah habis, tetapi aset tetap tersebut masih

    dapat digunakan.

    b) Masa manfaat aset tetap tersebut masih ada tetapi harus digantikan dengan aset

    tetap sejenis yang lebih baru karena pertimbangan efisiensi dan efektivitas

    dikarenakan perkembangan teknologi.

    c) Aset tetap tersebut tidak dapat digunakan lagi, mungkin karena hilang, rusak,

    terkena bencana alam, ataupun kecelakaan.

    Metode penghapusbukuan ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

    1. Retirement, aset tetap yang ada dibuang.

    2. Dijual, aset tetap yang ada dijual dengan harga tertentu ke pihak luar perusahaan.

    3. Ditukar aset tetap ditukar dengan aset tetap, baik sejenis maupun tidak sejenis.

    Apapun metode yang digunakan dalam penghapusbukuan, harus diketahui nilai

    buku dari aset tetap yang dihapusbukukan tersebut. Nilai buku adalah selisih dari harga

    pembelian aset tetap terhadap akumulasi depresiasi yang dikenakan terhadap aset tetap.

    Pada saat penghapusbukuan, beban depresiasi tahun berjalan perlu dihitung dan dicatat.

  • 53

    Dalam penelitian, penulis juga menemukan bahwa aset tetap pada PT Patra Jasa

    yang sebagian besar adalah bangunan mengalami depresiasi hingga mencapai nilai buku

    nihil, tetapi masih tetap digunakan dalam operasional perusahaan.

    Penulis kembali menampilkan buku penyusutan Hotel Patra Jasa 2008:

    Tabel 4.6 Tabel Depresiasi Kamar Hotel Patra Jasa 2

    AKUMULASI BEBAN TOTALAKUM. NILAIBUKU

    NO. NAMAASET JML TAHUN NILAI DEPRESIASI PENYUSUTAN PENYUSUTAN S/D

    (UNIT)

    PEROLEHAN PEROLEHAN S/D31DES2007 TAHUN2008 S/DDES2008 31DES2008

    1 Kamar21;22 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    2 Kamar23;24 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    3 Kamar25;26 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    4 Kamar27;28 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    5 Kamar29;30 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    6 Kamar31;32 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    7 Kamar33;34 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    8 Kamar35;36 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    9 Kamar37;38 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    10 Kamar39;40 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    11 Kamar41;42 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    12 Kamar43;44 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    13 Kamar45;46 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    14 Kamar47;48 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    15 Kamar49;50 197511,631,396

    11,631,396

    0

    11,631,3960

    Dari penyusutan di atas, penulis ingin menunjukkan bahwa PT Patra Jasa tidak

    menghapusbukukan aset yang telah habis nilai bukunya dikarenakan aset tersebut masih

  • 54

    dapat digunakan untuk operasional perusahaan meskipun sudah habis nilai bukunya. Hal

    ini wajar terjadi dan tidak menyalahi PSAK.

    Adapun penulis mendapati tabel penyusutan lain untuk properti perumahan di

    Jakarta, sebagai berikut:

    Tabel 4.7 Tabel Depresiasi Perumahan Taman Patra

    AKUMULASI BEBANTOTALAKUM. NILAIBUKU

    NO. NAMAASET TAHUN NILAI DEPRESIASI PENYUSUTAN

    PENYUSUTAN S/D

    PEROLEHAN PEROLEHANS/D31DES

    2007 TAHUN2008 S/DDES2008 31DES2008

    1 RUMAHJL.TAMANPATRAV/02377M1982

    82.046.559 82.046.558 0 82.046.558 1

    2 RUMAHJL.TAMANPATRAV/03347M1982

    80.309.784 80.309.783 0 80.309.783 1

    3 RUMAHJL.TAMANPATRAV/04377M1982

    81.676.397 81.676.396 0 81.676.396 1

    4 RUMAHJL.TAMANPATRAV/05358M1982

    76.817.672 76.817.671 0 76.817.671 1

    5 RUMAHJL.TAMANPATRAV/10342M1984

    106.100.317 106.100.317 0 106.100.317 1

    6 RUMAHJL.TAMANPATRAV/14377M1982

    79.807.830 79.807.829 0 79.807.829 1

    7 RUMAHJL.TAMANPATRAV/16368M1982

    79.898.494 79.898.493 0 79.898.493 1

    8 RUMAHJL.TAMANPATRAVI/01342M1984

    95.142.542 95.142.542 0 95.142.542 1

    9 RUMAHJL.TAMANPATRAVI/02345M1984

    92.460.417 92.460.417 0 92.460.417 1

    10 RUMAHJL.TAMANPATRAVI/03357M1984

    96.874.382 96.874.382 0 96.874.382 1

    11 RUMAHJL.TAMANPATRAVIII/01347M 1984 978.553 978.553 0 978.553 1

    12 RUMAHJL.TAMANPATRAVIII/02347M 1984 978.553 978.553 0 978.553 1

    13 RUMAHJL.TAMANPATRAX/01367M1982

    76.743.615 76.743.614 0 76.743.614 1

    Penulis mendapati bahwa adanya ketidakseragaman dalam mencatat aset tetap

    yang sudah habis terdepresiasi tapi masih dapat dipakai. Sebenarnya bukan masalah

    yang terlalu besar, tetapi sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan, seharusnya nilai

    buku tercantum disisakan sebesar Rp. 1.

  • 55

    Berikut penulis akan membahas tentang jenis-jenis kejadian yang menyebabkan

    terjadinya penghapusbukuan aset tetap pada PT Patra Jasa beserta dengan perlakuan

    akuntansinya.

    1. Penghapusbukuan akibat kerusakan/ kehilangan/ kebakaran/ kecelakaan pada aset

    tetap. Kejadian seperti itu akan dijurnal dengan mendebet Akumulasi Penyusutan

    Aset Tetap dan Kerugian penghapusan karena kerusakan/ kehilangan/ kebakaran/

    kecelakaan, dan mengkredit Aset Tetap tersebut.

    Pada Juni 2008 lampu sorot tebal untuk dekorasi taman Hotel Patra Jasa Jasa pecah.

    Lampu tersebut dibeli pada tahun 2003 dengan harga Rp 10.560.911 dan telah

    mengalami penyusutan sebesar Rp. 6.600.569. Nilai buku lampu tersebut sekarang

    Rp. 3.960.342. Maka yang harus dilakukan pertama kali adalah menghitung beban

    depresiasi yang belum diakumulasikan untuk tahun berjalan. Perhitungannya adalah

    sebagai berikut:

    Lampu sorot tersebut disusutkan selama 8 tahun, yang berarti penyusutan satu

    tahunnya: Rp. 10.560.911 / 8 tahun = Rp. 1.320.114.

    Sedangkan periode tahun ini sudah berjalan 6 bulan, berarti beban depresiasi yang

    dihitung adalah: Rp. 1.320.114 x 6/12 tahun = Rp. 660.057.

    Jurnal untuk beban depresiasi tahun berjalan hingga lampu tersebut pecah adalah:

    Beban depresiasi Bollard Lamp Rp. 660.057

    Akumulasi depresiasi Bollard Lamp Rp. 660.057

    Jurnal untuk melakukan penghapusbukuan adalah sebagai berikut :

    Akumulasi penyusutan Bollard Lamp Rp. 7.920.683

    Kerugian penghapusan Bollard Lamp Rp. 2.640.228

    Bollard Lamp Rp 10.560.911

  • 56

    2. Penghapusbukuan akibat penjualan aset tetap.

    Pada tahun 2004 terjadi penjualan aset tetap berupa tanah Rp. 79.299.588 yang dijual

    dengan harga Rp. 6.347.757.659. Pencatatan adalah sebagai berikut:

    Kas Rp. 6.347.757.659

    Keuntungan penjualan atas tanah Rp. 6.268.458.071

    Tanah Rp. 79.299.588

    3. Penghapusbukuan dengan cara pertukaran dengan aset tetap lainnya.

    Berdasarkan wawancara, penghapusbukuan jenis ini tidak pernah terjadi di PT Patra

    Jasa. Oleh karena itu penulis tidak membahas lebih lanjut mengenai

    penghapusbukuan aset tetap dengan cara ditukarkan dengan aset tetap lainnya, baik

    aset tetap sejenis maupun tidak.

    IV.2 Analisis Aset Tetap pada PT Patra Jasa

    a. Kondisi

    Dalam penelitian penulis menemukan beberapa transaksi yang kurang tepat

    dalam pencatatannya.

    1. Pada pembangunan sebuah kolam renang yang berlokasi di perumahan mandala

    tanggal 1 Juni 2003, dengan nama aset Kolam Renang JMR 41 senilai Rp.

    124.000.000, dijurnal terpisah dari biaya disainnya sebesar Rp. 1.172.000 dan

    biaya pengawasan pembangunan sebesar Rp. 4.960.000.

    Kolam Renang JMR 41 pada awalnya didepresiasi dengan perhitungan sebagai

    berikut:

    Tahun 2003 = 5% x Rp. 124.000.000 x 7/12 = Rp. 3.616.667

    Tahun 2004 = 5% x Rp. 124.000.000 = Rp. 6.200.000

  • 57

    Tahun 2005 = 5% x Rp. 124.000.000 = Rp. 6.200.000

    Tahun 2006 = 5% x Rp. 124.000.000 = Rp. 6.200.000

    Tahun 2007 = 5% x Rp. 124.000.000 = Rp. 6.200.000

    Tahun 2008 = 5% x Rp. 124.000.000 = Rp. 6.200.000

    Total = Rp. 34.616.667

    2. Pengecatan ruangan Yudistira di kantor pusat Gatot Subroto pada tahun 1996

    dengan biaya sebesar Rp. 3.847.000. Perusahaan bahkan melakukan penyusutan

    terhadap aktivitas pengecatan ruang Yudistira ini, dengan menjurnal :

    Beban penyusutan pengecatan Yudistira room Rp. 192.350

    Ak. penyusutan pengecatan Yudistira room Rp. 192.350

    Dan akumulasi hingga tahun berjalan telah mencapai Rp 2.500.550, dan

    menyisakan Rp. 1.346.450.

    3. Pencatatan pada kendaraan dengan masa manfaat 8 tahun; sebuah mobil Kijang

    LGX B 415 MB yang dibeli pada 1 Februari 2003 dengan harga Rp.

    143.900.000. Pada tahun 2005 dilakukan pelapisan kaca film warna hitam V

    Cool serta reparasi A/C dan radio yang rusak sehingga menambah nilai jual dari

    mobil tersebut sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pelapisan kaca film warna

    hitam V Cool dan reparasi A/C yaitu Rp. 8.000.000. Transaksi di atas dicatat

    sebagai revenue expenditure dan dibebankan ke rugi laba tahun berjalan.

    4. Penulis mendapati bahwa adanya ketidakseragaman dalam mencatat aset tetap

    yang sudah habis terdepresiasi tapi masih dapat dipakai. Sebenarnya bukan

    masalah yang terlalu besar, tetapi sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan,

    seharusnya nilai buku tercantum disisakan sebesar Rp. 1. Terlihat terjadinya

    inkonsistensi yang melanggar prinsip dasar akuntansi.

  • 58

    b. Kriteria

    1. Seharusnya biaya disain dan pengawasan pembangunan dimasukkan ke dalam

    nilai perolehan dari Kolam Renang JMR 41 tersebut. Sehingga nilai dari

    bangunan Kolam Renang JMR 41 tersebut menjadi senilai:

    Rp. 1.172.000 + Rp. 4.960.000 + Rp. 124.000.000 = Rp. 130.132.000

    2. Pembiayaan ini harusnya merupakan Revenue Expenditure dan tidak menambah

    nilai aset tetap bangunan kantor pusat Gatot Subroto karena bentuk pengeluaran

    ini hanya bersifat minor, tidak material dibandingkan dengan nilai bangunan

    kantor pusat Gatot Subroto.

    3. Transaksi yang terjadi pada tahun 2005 adalah transaksi capital expenditure

    karena menambah nilai aset tetap tersebut dan cukup material.

    4. Seharunya semua aset tetap yang sudah habis terdepresiasi tapi masih dapat

    dipakai dicatat dengan nilai 1.

    c. Sebab

    1. Ketidaktelitian dalam menelaah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan

    kolam renang, dan akuntan tidak menyadari harus digabungkannya biaya-biaya

    tersebut ke dalam nilai perolehan aset.

    2. Kebijakan akuntansi perusahaan yang tidak diterapkan dengan baik akibat

    kesalahan akuntan.

    3. Kebijakan akuntansi perusahaan yang tidak diterapkan dengan baik akibat

    kesalahan akuntan.

    4. Sosialisasi kebijakan akuntansi untuk setiap daerah yang membuat laporan

    keuangan dan laporan aset sendiri kurang, sehingga tidak terjadi keseragaman

    dalam pencatatan.

  • 59

    d. Akibat

    1. Terjadi kesalahan dalam pencatatan akuntansi aset tetap dalam mencatat nilai

    perolehan kolam renang JMR 41.

    2. Terdapat pencatatan transaksi yang sebetulnya bukan merupakan aset tetap

    dalam buku aset tetap.

    3. Nilai akumulasi penyusutan mobil kijang tidak sesuai dengan keadaan riilnya.

    Akibat secara keseluruhan adalah penyajian laporan keuangan yang berhubungan

    dengan aset tetap akan terpengaruh dan nilai yang tersaji kurang tepat dan akan

    mempengaruhi laporan keuangan tahun-tahun berikutnya.

    4. Terjadinya inkonsistensi dalam pencatatan aset tetap yang sudah habis

    terdepresiasi tapi masih dapat dipakai, hal ini melanggar prinsip dasar akuntansi

    mengenai konsistensi.

    e. Rekomendasi

    1. Perlu dilakukan jurnal koreksi dengan terlebih dahulu membenarkan tabel

    depresiasi kolam renang JMR 41 sebagai berikut :

    Tahun 2003 = 5% x Rp. 130.132.000 x 7/12 = Rp. 3.795.517

    Tahun 2004 = 5% x Rp. 130.132.000 = Rp. 6.506.600

    Tahun 2005 = 5% x Rp. 130.132.000 = Rp. 6.506.600

    Tahun 2006 = 5% x Rp. 130.132.000 = Rp. 6.506.600

    Tahun 2007 = 5% x Rp. 130.132.000 = Rp. 6.506.600

    Tahun 2008 = 5% x Rp. 130.132.000 = Rp. 6.506.600

    Total = Rp. 36.328.517

    Terdapat selisih antara Rp. 34.616.667 dan Rp. 36.328.517 yaitu sebesar Rp.

    1.711.850. Maka jurnal koreksi yang harus dilakukan adalah

  • 60

    Laba ditahan Rp. 1.711.850

    Ak. depresiasi Kolam Renang JMR 41 Rp. 1.711.850

    Untuk selanjutnya, setiap kali dilakukan pembangunan atas aset tetap maka

    segala biaya yang diperlukan harus dianggarkan dan dihitung pada akhir proyek

    dan setiap biaya yang berkaitan langsung dengan pembangunan aset tetap

    tersebut dimasukkan ke dalam nilai perolehan aset tetap tersebut.

    Berikut adalah tabel perhitungan nilai kolam renang JMR 41 pada buku aset :

    Tabel 4.8 Tabel Nilai Kolam Renang JMR 41 Pada Buku Aset

    Tahun Nilai kolam renang JMR 41 Beban depresiasi Akumulasi depresiasi 2003 Rp 124,000,000 Rp 3,616,667 Rp 3,616,667 2004 Rp 120,383,333 Rp 6,200,000 Rp 9,816,667 2005 Rp 114,183,333 Rp 6,200,000 Rp 16,016,667 2006 Rp 107,983,333 Rp 6,200,000 Rp 22,216,667 2007 Rp 101,783,333 Rp 6,200,000 Rp 28,416,667 2008 Rp 95,583,333 Rp 6,200,000 Rp 34,616,667 2009 Rp 89,383,333

    Berikut adalah perhitungan yang seharusnya :

    Tabel 4.9 Tabel Nilai Kolam Renang JMR 41 Seharusnya

    Tahun Nilai kolam renang JMR 41 Beban depresiasi Akumulasi depresiasi 2003 Rp 130,132,000 Rp 3,795,517 Rp 3,795,517 2004 Rp 126,336,483 Rp 6,506,600 Rp 10,302,117 2005 Rp 119,829,883 Rp 6,506,600 Rp 16,808,717 2006 Rp 113,323,283 Rp 6,506,600 Rp 23,315,317 2007 Rp 106,816,683 Rp 6,506,600 Rp 29,821,917 2008 Rp 100,310,083 Rp 6,506,600 Rp 36,328,516 2009 Rp 93,803,483

    Berikut adalah selisih nilai buku dengan yang seharusnya :

  • 61

    Tabel 4.10 Tabel Selisih Nilai Kolam Renang JMR 41 Dengan Seharusnya

    Tahun Selisih nilai kolam renang JMR 41 Selisih Beban depresiasi Selisih Akumulasi

    depresiasi 2003 Rp 6,132,000 Rp 178,850 Rp 178,850 2004 Rp 5,953,150 Rp 306,600 Rp 485,450 2005 Rp 5,646,550 Rp 306,600 Rp 792,050 2006 Rp 5,339,950 Rp 306,600 Rp 1,098,650 2007 Rp 5,033,350 Rp 306,600 Rp 1,405,250 2008 Rp 4,726,750 Rp 306,600 Rp 1,711,850 2009 Rp 4,420,150

    Dari tabel sebelumnya dapat dilihat bahwa laporan keuangan pada tahun 2003

    sampai pada tahun 2008 tidak mencerminkan nilai aset tetap kolam renang JMR

    41 dengan tepat.

    2. Menghapuskan aset Pengecatan Yudistira room dari buku aset tetap dengan

    menjurnal jurnal koreksi sebagai berikut :

    Ak. penyusutan pengecatan Yudistira room Rp 2.500.550

    Pengecatan Yudistira room Rp. 1.346.150

    Laba ditahan Rp. 1.154.400

    Untuk selanjutnya, setiap kali dilakukan aktivitas pengecatan ruangan, maka

    harus diklasifikasikan sebagai revenue expenditure. Apabila pengecatan terhadap

    ruangan bersifat rutin maka dianggarkan saja dalam beban tahun berjalan.

    3. Harus dilakukan pembenahan terhadap pencatatan nilai Kijang LGX B 415 MB

    bersangkutan sebagai berikut :

  • 62

    Tabel 4.11 Tabel Depresiasi Kijang LGX B 415 MB Seharusnya

    No. Tahun BebanDepresiasi/tahun Nilaibuku

    Feb03 143,900,000

    1 Des2003 11/12x17,987,500=16,488,542 127,411,458

    2 Des2004 17,987,500 109,423,958

    3 Tahun2005 PenambahannilaiRp.5,000,000 114,423,958

    4 Des2005 18,809,418 95,614,540

    5 Des2006 18,809,418 76,805,122

    6 Des2007 18,809,418 57,995,704

    7 Des2008 18,809,418 39,186,286

    8 Des2009 18,809,418 20,376,868

    9 Des2010 18,809,418 1,567,450

    10 Feb11 1/12x18,809,418=1,567,450 0

    Perhitungan untuk beban depresiasi satu tahun sejak tahun 2003 sampai 2004 adalah:

    Rp. 143.900.000/ 8 tahun = Rp. 17.987.500

    Perhitungan beban depresiasi pada tahun 2003 adalah:

    11/12 x Rp. 17.987.500 = Rp. 16.488.542

    Hal ini dikarenakan pembelian dilakukan pada bulan Februari sehingga perhitungan

    depresiasi untuk tahun 2003 hanya terjadi selama 11 bulan yaitu dari bulan Februari ke

    bulan Desember 2003.

    Pada tahun 2005 terjadi pengeluaran Capital Expenditure yang mengakibatkan kenaikan

    nilai kendaraan sebesar Rp. 5.000.000

    Sehingga pada tahun 2005, terjadi perubahan nilai depresiasi juga, dengan perhitungan:

    Rp. 5.000.000/ 73 bulan = Rp. 68.439 x 12 bulan = Rp. 821.918

    Penyusutan sekarang: Rp. 821.918 + Rp. 17.987.500 = Rp. 18.809.418

    Dan pada Februari 2011, nilai aset tetap tersebut akan terdepresiasi hingga mencapai 0.

  • 63

    Berikut adalah perbandingan nilai tercatat Kijang LGX B 415 MB dengan yang

    seharusnya yang juga menunjukkan salah saji pada laporan keuangan.

    Tabel 4.11 Tabel Depresiasi Kijang LGX B 415 MB Seharusnya

    Dari tabel sebelumnya dapat kita lihat bahwa sejak tahun 2005 perhitungan antara nilai

    tercatat dan nilai seharusnya mulai berbeda. Hal ini diakibatkan karena kesalahan

    pengakuan capital expenditure sebagai revenue expenditure sejumlah Rp. 5.000.000.

    Jurnal koreksi yang harus dilakukan pada tahun 2008 adalah untuk mengkoreksi

    akumulasi beban terdepresiasi dari tahun sejak reparasi mobil dilakukan yaitu

    tahun 2005. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

    (Rp. 18,809,418 Rp. 17,987,500) x 4 tahun = Rp. 1.712.328

    Maka perlu dilakukan jurnal koreksi sebagai berikut :

    Laba ditahan Rp. 1.712.328

    Ak. depresiasi Kijang LGX B 415 MB Rp.

    1.712.328

    No. TahunNilaiTercatat NilaiSeharusnya

    BebanDepresiasi/tahun Nilaibuku BebanDepresiasi/tahun Nilaibuku 3Feb 143,900,000 143,900,0001 Des2003 11/12x17,987,500=16,488,542 127,411,458 11/12x17,987,500=16,488,542 127,411,4582 Des2004 17,987,500 109,423,958 17,987,500 109,423,9583 Tahun2005 PenambahannilaiRp.5,000,000 114,423,9584 Des2005 17,987,500 91,436,458 18,809,418 95,614,5405 Des2006 17,987,500 73,448,958 18,809,418 76,805,1226 Des2007 17,987,500 55,461,458 18,809,418 57,995,7047 Des2008 17,987,500 37,473,958 18,809,418 39,186,2868 Des2009 17,987,500 19,486,458 18,809,418 20,376,8689 Des2010 17,987,500 1,498,958 18,809,418 1,567,45010 11Feb 1/12x17,987,500=1,498,958 0 1/12x18,809,418=1,567,450 0

  • 64

    f. Pengaruh terhadap Laporan Keuangan

    Neraca PT Patra Jasa tahun 2008 adalah sebagai berikut :

    PT PATRA JASA

    NERACA 31 DESEMBER 2008

    ASET ASET LANCAR Kas 29.770.113.502 Piutang 16.936.894.131 Piutang lain-lain 1.641.992.387 Persediaan 1.911.962.190 Uang muka pajak 1.666.718.259 Pembayaran dimuka 1.248.924.945 Aktiva lancar lainnya 1.136.648.086JUMLAH ASET LANCAR 54.313.253.500 ASET TETAP Aset pajak tangguhan 11.878.468.867 Penyertaan saham 122.292.252 Aset tetap - bersih 261.510.214.059 Aset lain-lain 20.823.094.106JUMLAH ASET TETAP 294.334.069.284 JUMLAH ASET 348.647.322.783 KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR Utang Usaha 5.169.179.266 Jaminan Pelanggan 9.220.707.943 Biaya yang masih harus dibayar 11.354.070.003 Utang Pajak 5.076.179.907 Utang uang muka 2.852.096.830 Pendapatan diterima dimuka 9.414.808.849 Utang kepada afilisai 7.567.820.609 Pesangon Pensiun 3.000.000.000 Utang bank 1.160.774.794JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 55.858.636.670

  • 65

    KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Uang Muka Penjualan tanah 3.276.423.800 Pendapatan diterima dimuka 9.414.808.849 Utang bank 12.415.052.900 Utang afiliasi 7.567.820.609 Pesangon Pensiun 29.850.427.325JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 62.524.533.483 EKUITAS Modal Saham 54.882.000.000 Tambahan modal disetor 652.900.798 Selisih penilaian kembali Aktiva teteap 38.755.362 Laba ditahan 174.690.496.470JUMLAH EKUITAS 230.264.152.630 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 348.647.322.783

    Setelah dijurnal koreksi, maka laporan keuangan dan pencatatan pada

    buku aset yang seharusnya pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

    PT PATRA JASA NERACA

    31 DESEMBER 2008

    ASET ASET LANCAR Kas 29.770.113.502 Piutang 16.936.894.131 Piutang lain-lain 1.641.992.387 Persediaan 1.911.962.190 Uang muka pajak 1.666.718.259 Pembayaran dimuka 1.248.924.945 Aktiva lancar lainnya 1.136.648.086JUMLAH ASET LANCAR 54.313.253.500 ASET TETAP Aset pajak tangguhan 11.878.468.867 Penyertaan saham 122.292.252

  • 66

    Aset tetap - bersih 261.507.944.281 Aset lain-lain 20.823.094.106JUMLAH ASET TETAP 294.331.799.506 JUMLAH ASET 348.645.053.005 KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR Utang Usaha 5.169.179.266 Jaminan Pelanggan 9.220.707.943 Biaya yang masih harus dibayar 11.354.070.003 Utang Pajak 5.076.179.907 Utang uang muka 2.852.096.830 Pendapatan diterima dimuka 9.414.808.849 Utang kepada afilisai 7.567.820.609 Pesangon Pensiun 3.000.000.000 Utang bank 1.160.774.794JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 55.858.636.670 KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Uang Muka Penjualan tanah 3.276.423.800 Pendapatan diterima dimuka 9.414.808.849 Utang bank 12.415.052.900 Utang afiliasi 7.567.820.609 Pesangon Pensiun 29.850.427.325JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 62.524.533.483 EKUITAS Modal Saham 54.882.000.000 Tambahan modal disetor 652.900.798 Selisih penilaian kembali Aktiva teteap 38.755.362 Laba ditahan 174.688.226.692JUMLAH EKUITAS 230.261.882.852 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 348.645.053.005

    Setelah melakukan penelitian, maka penulis menemukan beberapa hal yang

    sudah dilakukan dengan baik oleh PT Patra Jasa, yaitu:

  • 67

    a. Penggolongan/ Klasifikasi Aset Tetap telah dilakukan dengan baik.

    b. Daftar aset tetap telah dibuat dengan menggunakan keterangan lengkap.

    Adanya daftar perolehan aset dengan keterangan harga perolehan, waktu

    terjadinya pembelian, umur ekonomis, akumulasi depresiasi dan nilai buku

    dari aset tetap.

    c. Semua transaksi ekonomi yang terjadi terhadap aset tetap telah dicatat.

    d. Bukti dan dokumen-dokumen perolehan aset tetap sudah lengkap

    Sedangkan kekurangan yang didapati oleh penulis setelah melakukan penelitian

    dan pengambilan serta pengolahan data adalah sebagai berikut:

    a. Tidak adanya pemeriksaan yang rutin terhadap kondisi aset tetap yang

    berdampak pada umur ekonomis aset tersebut.

    b. Tidak menjelaskan secara terperinci pengeluaran biaya yang digunakan untuk

    setiap aset tetap yang ada.

    Dalam pengamatan penulis, juga terdapat hal-hal yang kurang baik, seperti:

    a. Pencatatan nilai perolehan yang kurang tepat

    b. Dalam melakukan pembelian, perusahaan tidak melakukan analisa terhadap

    nilai perolehan aset tetap dan perbandingan terhadap harga pasar.

    c. Ada biaya-biaya yang seharusnya menjadi bagian dari nilai perolehan aset

    tetap, tetapi tidak dimasukkan ke dalam nilai perolehan aset tetap