2008mis

111
POTENSI SARI BUAH MURBEI (Morus alba L.) SEBAGAI MINUMAN BERANTIOKSIDAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM TIKUS PERCOBAAN MERYNDA INDRIYANI SYAFUTRI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Upload: kharisma-aditya-rasyid-tfers

Post on 02-Dec-2015

145 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

  • POTENSI SARI BUAH MURBEI (Morus alba L.) SEBAGAI MINUMAN BERANTIOKSIDAN

    SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA

    SERUM TIKUS PERCOBAAN

    MERYNDA INDRIYANI SYAFUTRI

    SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2008

  • PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Potensi Sari Buah Murbei (Morus

    alba L.) sebagai Minuman Berantioksidan serta Pengaruhnya terhadap Kadar

    Kolesterol dan Trigliserida Serum Tikus Percobaan adalah karya saya dengan

    arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

    perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

    karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

    dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

    Bogor, Agustus 2008

    Merynda Indriyani Syafutri NRP I 051060041

  • ABSTRACT

    MERYNDA INDRIYANI SYAFUTRI. Potency of Mulberry (Morus alba L.) Fruit Juice as Antioxidant Beverage and Its Effects on Serum Cholesterol and Triglyceride Levels in Mice. Under direction of CLARA M. KUSHARTO and BUDI SETIAWAN. Coronary Heart Disease is leading cause of mortality in Indonesia that is caused by atherosclerosis. LDL oxidation is one of initial steps of atherosclerosis. Antioxidants have been known to prevent oxidation of LDL cholesterol. Mulberry fruit (Morus alba L.) is one of the silkworm industry byproducts that contain antioxidants. In Indonesia, mulberry fruit have not get processing treatments yet. In this research, mulberry were processed as fruit juice. This research was aimed to learn and analysis the potency of mulberry fruit juice as antioxidant beverage and its effects on serum cholesterol, LDL, HDL, and triglyceride levels in mice. Completely Randomized Design with four levels of treatment and three replications was applied to study chemical and microbiology characteristics of mulberry fruit juice. The levels treatment (storage time) were 0, 5, 10, and 15 days. Friedman-Conover was used to analyze organoleptic characteristics. 15 Male Sprague Dawley mice aged 2 months were randomly assigned to 3 treatments ; (A) a standard diet, (B) a standard diet added cholesterol (1%), and (C) a standard diet added cholesterol (1%) and received orally mulberry fruit juice (10 ml/kg/day) for 40 days. This biological variable analyzed with ANOVA. The treatments were significantly decreased vitamin C, and increased total microbe. The total sugars of mulberry fruit juice increased on day 10th and decreased on day 15th, where as total acids decreased on day 10th and increased on day 15th. During storage, pH values were 3,2-3,6. On day 15th, mulberry fruit juice had 22,69 mg/100 g; 8,23% total sugars; 28,15% total acids; and 1,1 x 102 col/ml total microbe. The value of total microbe indicated that the mulberry fruit juice was safe to be consumed. Hedonic test showed that most of panelists accepted the taste, color, and aroma of mulberry fruit juice until day 15 of storage. The results of serum analysis showed that total cholesterol, triglyceride, and LDL cholesterol level of treatment C decreased on day 40th, and HDL cholesterol level of treatment C were higher than others on day 40th. Mulberry fruit juice was significantly (p

  • RINGKASAN

    MERYNDA INDRIYANI SYAFUTRI. Potensi Sari Buah Murbei (Morus alba L.) sebagai Minuman Berantioksidan serta Pengaruhnya terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Tikus Percobaan. Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO dan BUDI SETIAWAN. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di rumah sakit Indonesia, yang disebabkan oleh aterosklerosis. Aterosklerosis timbul karena adanya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Di dalam darah kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL dan HDL. Oksidasi LDL merupakan langkah awal terjadinya aterosklerosis. Antioksidan berperan dalam melindungi lipoprotein dari reaksi oksidasi. Buah murbei (Morus alba L.) adalah salah satu byproduct dari persutraan alam yang mengandung cyanidin, isoquercentin, karoten, dan vitamin C sebagai antioksidan. Di Indonesia, buah murbei ini belum banyak mendapat perlakuan pengolahan. Padahal buah murbei ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk yang bermanfaat bagi kesehatan. Pada penelitian ini buah murbei diolah menjadi sari buah. Selain pembuatannya yang tergolong sederhana, sari buah murbei ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis minuman buah berantioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa potensi sari buah murbei sebagai minuman berantioksidan terhadap kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida serum darah tikus percobaan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2008, dan dilakukan di beberapa laboratorium Institut Pertanian Bogor, laboratorium Balai Besar Industri Agro Bogor, laboratorium Balitro, laboratorium Percobaan Hewan Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor, serta laboratorium RS PMI Bogor. Bahan utama yang digunakan pada adalah buah murbei yang diperoleh dari Teaching Farm Sutra Alam IPB Desa Sukamantri, sedangkan untuk studi in-vivo menggunakan tikus percobaan jenis Sprague Dawley (jenis kelamin jantan; berumur 2 bulan) yang diperoleh dari Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu : 1) penelitian pendahuluan terhadap buah murbei, meliputi uji proksimat, uji flavonoid dan pengujian aktivitas antioksidan pada buah murbei, serta uji -karoten pada sari buah murbei (tanpa pengenceran). Selain itu pada tahap ini juga dilakukan uji hedohik terhadap rasa sari buah murbei ; 2) tahap pembuatan sari buah murbei, penyimpanan sari buah murbei pada suhu refrigerator (2 sampai 2,5C) selama 15 hari, uji sifat kimia dan sifat mikrobiologi sari buah murbei serta uji hedonik terhadap rasa, warna dan aroma sari buah murbei ; 3) tahap intervensi sari buah murbei pada tikus percobaan selama 40 hari, dan analisa pada serum darah tikus percobaan (meliputi analisa kadar total kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan kadar trigliserida serum darah tikus percobaan). Rancangan percobaan yang digunakan untuk studi sari buah murbei adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari satu faktor perlakuan yaitu lama penyimpanan (A) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 hari penyimpanan (a1), 5 hari penyimpanan (a2), 10 hari penyimpanan (a3), dan 15 hari penyimpanan (a4). Tiap-tiap taraf perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Studi in-vivo juga

  • menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari satu faktor perlakuan yaitu pemberian sari buah pada tikus yang terdiri dari tiga taraf yaitu tikus tanpa diberi kolesterol murni dan sari buah (A), tikus yang diberi kolesterol murni tanpa sari buah (B), serta tikus yang diberi kolesterol murni dan sari buah (C). Masing-masing taraf perlakuan menggunakan lima ekor tikus percobaan sebagai ulangan. Semua komponen perlakuan diuji dengan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Untuk uji kesukaan sari buah murbei menggunakan uji hedonik dan dianalisis dengan Friedman-Conover. Hasil analisa proksimat menunjukkan bahwa buah murbei memiliki kandungan air cukup tinggi yaitu 86,71 %. Kandungan flavonoid buah murbei adalah 1,12 %/100 gram bahan, dengan aktivitas antioksidan 2,43 jam. Hasil analisa -karoten pada sari buah murbei murni menunjukkan bahwa sari buah murbei sedikit sekali mengandung -karoten yaitu
  • penyimpanan hari ke-5, dengan jumlah panelis yang menyatakan suka yaitu 25 orang dari 30 orang panelis atau sebesar 83,33%. Hasil uji Friedman-Conover menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memiliki pengaruh yang nyata (p
  • Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi undang-undang

    1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

    penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

    b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

    2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya tulis dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya tanpa izin IPB.

  • POTENSI SARI BUAH MURBEI (Morus alba L.) SEBAGAI MINUMAN BERANTIOKSIDAN

    SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA

    SERUM TIKUS PERCOBAAN

    MERYNDA INDRIYANI SYAFUTRI

    Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

    SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2008

  • Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS.

  • Judul Rencana Tesis : Potensi Sari Buah Murbei (Morus alba L.) sebagai Minuman Berantioksidan serta Pengaruhnya terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Serum Tikus Percobaan

    Nama : Merynda Indriyani Syafutri NRP : I 051060041

    Disetujui

    Komisi Pembimbing

    Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. Ketua Anggota

    Diketahui

    Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 13 Agustus 2008 Tanggal Lulus :

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan

    rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul dari penelitian

    yang dilaksanakan adalah Potensi Sari Buah Murbei (Morus alba L.) sebagai

    Minuman Berantioksidan serta Pengaruhnya terhadap Kadar Kolesterol dan

    Trigliserida Serum Tikus Percobaan.

    Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

    kepada Ibu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc., dan Bapak Dr. Ir. Budi

    Setiawan, M.S. selaku komisi pembimbing atas saran, bimbingan, masukan,

    kesabaran, dan kebijaksanaan yang telah diberikan selama mempersiapkan dan

    melakukan penelitian hingga penyelesaian tesis ini. Selain itu, terima kasih dan

    penghargaan juga penulis sampaikan pada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, M.S.

    selaku penguji luar komisi yang telah memberikan koreksi, saran, dan masukan

    guna penyempurnaan tesis ini.

    Pihak lain yang sangat pantas memperoleh ucapan terima kasih karena tanpa

    mereka, penulisan tesis ini tidak bisa sampai akhir. Mereka adalah:

    1. Bapak H. Syamsul Bachri dan Ibu Haryani, papa dan mama yang selalu

    memberikan kasih sayang, perhatian, semangat dan dukungan serta doa-doa

    yang tulus. Kasih sayangmu tidak mampu ananda balas dan akan selalu

    terpatri di dalam hati sampai kapanpun.

    2. Suami tercinta Ryan Apriansyah, S.Kom., serta anak-anak tercinta Ibrahim

    Ryansyah Putra dan Muhammad Fadlyn Ryansyah Putra, atas doa, cinta kasih,

    semangat, kesabaran, pengertian dan perhatiannya.

    3. Adik tersayang Febryan Agustin, Nenek Nurmala, dan semua keluarga atas

    doa, dukungan dan semangat yang diberikan selama ini.

    4. Bapak H. Rusniansyah dan Ibu Hj. Relawati, papa dan mama mertua, serta

    adik-adik ipar (Ruslin Octriswan, SE. dan Rina Mariani, Amd.) atas doa,

    perhatian, dan dukungannya.

    5. Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta jajarannya, dan staf

    pegawai atas bantuan dan fasilitasnya.

  • 6. Ketua Program Studi Gizi Masyarakat Sekolah Pascasarjana IPB, staf

    pengajar, dan staf pegawai Departemen Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia

    IPB yang telah banyak memberikan ilmu, pelayanan, sarana dan fasilitas

    selama studi.

    7. Rektor Universitas Sriwijaya, dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas

    Sriwijaya beserta jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

    melanjutkan studi di Program Studi GMK IPB.

    8. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya beserta jajarannya,

    Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya, staf

    pengajar, dan staf administrasi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

    untuk melanjutkan studi ke jenjang magister, arahan, dukungan, dan doanya.

    9. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang

    memberikan beasiswa BPPS selama studi di IPB.

    10. Ketua Teaching Farm Sutra Alam IPB desa Sukamantri dan staf pegawainya

    (Pak Hudaya, dan lain-lain) yang banyak membantu dalam informasi dan

    penyediaan buah murbei.

    11. Bapak drh. Endi Ridwan, M.Sc., Bapak Pandi, Ibu Yeti, Bapak Mashudi, dan

    Ibu Suliantari yang banyak membantu secara teknis di laboratorium selama

    penelitian berlangsung.

    12. Para kolega seperjuangan di Jurusan Teknologi Pertanian Unsri : Friska

    Syaiful, S.TP., Eka Lidiasari, S.TP, M.Si., Ari Hayati, S.TP., Sugito, S.TP.,

    Tamaria Panggabean, S.TP., M.Si., Farry A. Haskari, S.TP., Hilda Agustina,

    S.TP., M.Si. atas dukungan dan semangatnya.

    13. Rekan-rekan di Program Studi GMK IPB Angkatan 2006 : Mbak Cica Yulia,

    Ibu Nur Rahmi Amma, Ibu Sri Darningsih, Bapak Rusman Efendi, Fahmi

    Abdul Hamid, Febrina Sulistiawati, Ayu Reni Zuraida, Mbak Ni Ketut

    Sutiari, Mbak Riska Tadjoedin, Nunung Cipta D, Mbak Guspri Devi, Ibu Sri

    Catur Lestari W, dan Khaerani Nurfajar. Kenangan yang manis saat belajar di

    kelas, praktik di lapangan, membuat tugas bersama, dan semuanya tidak akan

    pernah terlupa.

    14. Rekan-rekan GMK yang lain : Mbak Wiwik Widayati, Ibu Maya Kandiana,

    Reisi Nurdiani, Nita Yulianis, Harfiati, Khairunisa, Mbak Any T Hendarini,

  • Nur Afrinis, Rini Harianti, Mbak Siti Nuryati, Mbak Yoyanda B, Bapak

    Noerdin, Ibu Fitrah, Rika, Riska dan rekan-rekan lain yang tidak bisa

    disebutkan satu-persatu.

    15. Teman-teman dan warga Perumahan Dramaga Hijau (Mbak Uci, Desi Aryani,

    Nani, Ibu Santi, Sri dan lain-lain) yang bersedia menjadi panelis uji hedonik,

    serta Ibu Narim yang banyak membantu di rumah.

    16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mewarnai

    hidup penulis.

    Semoga Allah SWT membalas semua budi baik Bapak/Ibu/Saudara/i

    semuanya. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan

    ilmu pengetahuan di Indonesia. Amin.

    Bogor, Agustus 2008

    Merynda Indriyani Syafutri

  • RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 1 Maret 1982 dari ayah

    H. Syamsul Bachri dan Ibu Haryani. Penulis merupakan putri pertama dari dua

    bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan Ryan Apriansyah, S.Kom. dan

    telah dikaruniai dua orang putra yaitu Ibrahim Ryansyah Putra dan Muhammad

    Fadlyn Ryansyah Putra.

    Tahun 1999 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sriwijaya melalui jalur

    UMPTN di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

    Pertanian, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 2003. Kesempatan untuk

    melanjutkan ke Program Magister di Program Studi Gizi Masyarakat dan

    Sumberdaya Keluarga, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh

    pada tahun 2006 dengan beasiswa program BPPS.

    Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Program Studi Teknologi

    Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

    Sriwijaya sejak Desember 2003.

  • DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

    DAFTAR GAMBAR xvii

    DAFTAR LAMPIRAN xviii

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang 1

    Tujuan Penelitian 3

    Hipotesis ................................................................................................. 4

    Manfaat Penelitian .................................................................................. 4

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani dan Nilai Gizi Murbei ......... 5

    Syarat Mutu Sari Buah .............. 7

    Pengemasan dan Penyimpanan Sari Buah Murbei .................................. 9

    Peranan Antioksidan ............... 10

    Hubungan Kolesterol dan Trigliserida ............ 13

    Tikus Sebagai Model untuk Studi Kolesterol ......................................... 16

    METODOLOGI

    Waktu dan Tempat ................................................................................... 17

    Bahan dan Alat ........................................................................................ 17

    Metode Penelitian .................................................................................... 18

    Rancangan Percobaan .............................................................................. 22

    Parameter Pengamatan ............................................................................. 24

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kandungan Gizi Buah Murbei . 33

    Kadar Flavonoid, -Karoten, dan Aktivitas Antioksidan Buah Murbei .. 34

    Vitamin C Sari Buah Murbei ................................................................... 35

    Konsentrasi Antosianin Sari Buah Murbei ............................................... 37

    Gula Total Sari Buah Murbei ................................................................... 39

    Total Asam Tertitrasi Sari Buah Murbei .................................................. 41

    Nilai pH Sari Buah Murbei ....................................................................... 42

    xiv

  • Total Mikroba Sari Buah Murbei ............................................................ 43

    Uji Organoleptik pada Sari Buah Murbei ............................................... 46

    Kadar Total Kolesterol Serum Tikus Percobaan ..................................... 52

    Kadar Trigliserida Serum Tikus Percobaan ............................................ 55

    Kadar Kolesterol LDL Serum Tikus Percobaan ...................................... 57

    Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Percobaan ...................................... 59

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan .............................................................................................. 63

    Saran ......................................................................................................... 64

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65

    LAMPIRAN ................................................................................................... 71

    xv

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman 1 Jenis dan konsentrasi mineral pada spesies buah mulberry .................... 6

    2 Syarat mutu untuk minuman sari buah ................................................... 8

    3 Klasifikasi total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida ............................................................................................... 15

    4 Komposisi ransum standar tikus ............................................................. 20

    5 Hasil analisa proksimat buah murbei .. 33

    6 Hasil uji lanjut BNT kandungan vitamin C sari buah murbei ................ 36

    7 Hasil uji lanjut BNT konsentrasi antosianin sari buah murbei ............... 38

    8 Hasil uji lanjut BNT persentase gula total sari buah murbei .................. 40

    9 Hasil uji lanjut BNT nilai pH sari buah murbei ...................................... 43

    10 Hasil uji lanjut BNT untuk jumlah total mikroba sari buah murbei....... 45

    11 Uji Friedman-Conover terhadap rasa sari buah murbei selama Penyimpanan ........................................................................................... 48

    12 Uji Friedman-Conover terhadap aroma sari buah murbei selama Penyimpanan ........................................................................................... 50

    13 Uji Friedman-Conover terhadap warna sari buah murbei selama Penyimpanan ............................................................................................ 52

    14 Rata-rata berat badan tikus percobaan untuk tiap perlakuan ................... 54

    15 Hasil uji lanjut BNT untuk kadar total kolesterol serum tikus ................ 54

    16 Rata-rata konsumsi ransum tikus . 56

    17 Hasil uji lanjut BNT untuk kadar kolesterol LDL serum tikus ................ 59

    18 Hasil uji lanjut BNT untuk kadar kolesterol HDL serum tikus ............... 61

    xvi

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman 1 Buah murbei 6

    2 Struktur kimia kolesterol ................................. 14

    3 Sari buah murbei di dalam kemasan ....................................................... 20

    4 Kandungan vitamin C sari buah murbei selama penyimpanan ............... 35

    5 Konsentrasi antosianin sari buah murbei selama penyimpanan .............. 37

    6 Persentase gula total sari buah murbei selama penyimpanan .................. 39

    7 Persentase total asam tertitrasi sari buah murbei selama penyimpanan .. 41

    8 Nilai pH sari buah murbei selama penyimpanan .................................... 42

    9 Peningkatan jumlah total mikroba sari buah murbei selama Penyimpanan ............................................................................................ 44

    10 Persentase panelis yang menyatakan suka terhadap rasa sari buah murbei ...................................................................................................... 47

    11 Persentase panelis yang menyatakan suka terhadap aroma sari buah murbei ...................................................................................................... 49

    12 Persentase panelis yang menyatakan suka terhadap warna sari buah murbei ...................................................................................................... 51

    13 Warna sari buah murbei ........................................................................... 51

    14 Kadar total kolesterol serum tikus percobaan .......................................... 53

    15 Kadar trigliserida serum tikus percobaan 57

    16 Kadar kolesterol LDL serum tikus percobaan . 58

    17 Kadar kolesterol HDL serum tikus percobaan ......................................... 60

    xvii

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman 1 Bagan alir proses pembuatan sari buah murbei ... 72

    2 Hasil analisa vitamin C sari buah murbei selama penyimpanan .............. 73

    3 Hasil analisa konsentrasi antosianin sari buah murbei ............................ 74

    4 Hasil analisa gula total sari buah murbei . 75

    5 Hasil analisa total asam tertitrasi sari buah murbei ................................. 76

    6 Hasil analisa pH sari buah murbei ........................................................... 77

    7 Hasil analisa total mikroba sari buah murbei .......................................... 78

    8 Hasil uji hedonik terhadap warna, rasa, dan aroma sari buah murbei ..... 79

    9 Hasil analisa kolesterol dan trigliserida serum tikus ............................... 81

    10 Hasil analisa keragaman (ANOVA) dan uji lanjut BNT . 82

    11 Hasil uji Friedman-Conover 88

    12 Contoh kuesioner uji organoleptik .. 91

    13 Penentuan kandungan total kolesterol, trigliserida, LDL, dan HDL

    serum darah tikus ..................................................................................... 92

    xviii

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama tingginya morbiditas

    dan mortalitas di negara-negara barat (Chan et al. 2007). Tidak hanya di negara-

    negara barat, penyakit jantung juga merupakan salah satu dari 10 penyakit tidak

    menular yang menjadi penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia,

    yaitu dengan persentase 2,67%. Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa

    2,2% penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun atau lebih menderita penyakit

    jantung (Depkes 2007). Penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner

    adalah aterosklerosis, yaitu sebesar 99% (Salim dan Pelupessy 1992).

    Aterosklerosis timbul karena adanya penumpukan kolesterol pada dinding

    pembuluh darah yang mengakibatkan menyempitnya pembuluh darah.

    Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan yang merupakan

    komponen esensial membran struktural semua sel, dan komponen utama sel otak

    dan saraf (Almatsier 2003). Tubuh menghasilkan semua kolesterol yang

    dibutuhkan untuk proses-proses di dalam tubuh. Apabila terlalu banyak

    mengkonsumsi kolesterol (dari makanan) maka akan terjadi peningkatan kadar

    kolesterol di dalam darah (Arief 2007 ; Linder 2006).

    Kolesterol tidak larut dalam darah, oleh karena itu kolesterol harus berikatan

    dengan protein untuk membentuk senyawa yang larut (disebut lipoprotein)

    sehingga dapat diangkut dalam aliran darah. Menurut Mahan dan Stump (2004),

    lipoprotein dalam darah membentuk lima kelompok berdasarkan komposisi,

    ukuran, dan densitasnya yaitu : 1) kilomikron, 2) very low density lipoprotein

    (VLDL), 3) intermediate density lipoprotein (IDL), 4) low density lipoprotein

    (LDL), dan 5) high density lipoprotein (HDL).

    Kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low Density

    Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh, sedangkan kelebihan kolesterol akan

    diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High Density Lipoprotein)

    untuk dibawa ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam

    kandung empedu. LDL dapat teroksidasi, dan oksidasi LDL merupakan langkah

    awal terjadinya aterosklerosis. Carr dan Frei (1999) menyatakan bahwa LDL

  • 2

    yang teroksidasi tidak dapat lagi dikenali oleh reseptornya, tetapi lebih mudah

    diikat oleh makrofag dan kemudian merangsang pembentukan aterosklerosis.

    LDL adalah lipoprotein yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda

    (PUFA) dan terdapat dalam jumlah besar di dalam lapisan fosfolipida sehingga

    peka terhadap peroksidasi radikal bebas. Oksidasi LDL menyebabkan hilangnya

    PUFA dan meningkatnya produk toksis seperti PUFA hidropeoksida (PUFA :

    OH) dan aldehid, sehingga dapat mengubah sifat fisiko-kimia LDL menjadi lebih

    aterogenik. Produk hasil oksidasi LDL dapat menangkap monosit dan limfosit T

    lalu memasukkannya ke lapisan dalam pembuluh darah. Kemudian monosit

    diubah menjadi makrofag, yaitu prekursor dari sel-sel berupa busa. Kemudian

    akan terbentuk sel-sel otot polos pada lapisan dalam pembuluh darah yang akan

    menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Silalahi 2006).

    Antioksidan berperan dalam melindungi lipoprotein khususnya LDL dan

    VLDL dari reaksi oksidasi. Menurut Ardiansyah (2007), antioksidan adalah

    senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi

    lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau

    mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid.

    Ada beberapa bentuk antioksidan, diantaranya adalah vitamin (seperti

    vitamin C, dan vitamin E), mineral (seperti selenium, seng, dan tembaga), serta

    fitokimia (seperti polifenol). Senyawa-senyawa antioksidan tersebut dapat

    diperoleh dari bahan pangan yang kita makan sehari-hari seperti sayuran, buah-

    buahan, kacang-kacangan, dan bahan pangan hewani. Salah satu jenis buah yang

    mengandung antioksidan adalah buah murbei.

    Buah murbei (Morus alba L.) adalah salah satu byproduct dari persutraan

    alam. Menurut Dalimartha (2000), buah murbei mengandung cyanidin,

    isoquercentin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam oleat, karoten, dan

    beberapa vitamin seperti vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C. Dari kandungan

    senyawa kimia tersebut, yang dapat digolongkan sebagai antioksidan adalah

    cyanidin, isoquercentin, karoten dan vitamin C.

    Cyanidin adalah senyawa organik alami yang digolongkan dalam

    anthocyanidin, dan anthocyanidin merupakan produk metabolik dari flavanon

    yang dikelompokkan kedalam flavonoid (Pokorny, Yanishlieva, Gordon 2001).

  • 3

    Isoquercentin merupakan golongan dari quercentin, dan Arai et al. (2000)

    menyatakan bahwa quercentin adalah jenis flavonoid yang paling penting dalam

    menurunkan konsentrasi kolesterol LDL. Karoten adalah prekursor vitamin A

    yang banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau dan oranye. Vitamin C atau

    asam askorbat adalah salah satu vitamin yang sudah dikenal sebagai antioksidan,

    dan banyak terdapat pada buah dan sayuran.

    Buah murbei telah diolah menjadi juice, jam, jelly, wine, dan minuman buah

    di negara Cina dan Eropa (Gui et al. 2003 ; Singhal et al. 2001). Di Indonesia,

    buah murbei ini belum banyak mendapat perlakuan pengolahan. Buah murbei

    hanya dikonsumsi segar oleh masyarakat di sekitar lokasi persutraan alam,

    terutama oleh anak-anak. Selain itu, Zhang (2006) menyatakan bahwa buah

    murbei juga diolah menjadi jus buah yang dimanfaatkan sebagai minuman

    kesehatan, tetapi masih dicampur dengan bahan pangan lain (seperti seledri,

    selada, dan anggur). Padahal buah murbei ini sendiri memiliki potensi untuk

    dikembangkan menjadi produk yang bermanfaat bagi kesehatan tanpa dicampur

    dengan bahan pangan lainnya.

    Pada penelitian ini, buah murbei diolah menjadi sari buah. Sari buah adalah

    salah satu jenis minuman ringan yang dibuat dari cairan yang dihasilkan dari

    pemerasan atau penghancuran buah segar dan air minum dengan atau tanpa

    penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (Margono et al.

    1993 ; SNI nomor 01-3719 1995). Selain pembuatannya yang tergolong

    sederhana (mudah dilakukan dan menggunakan alat-alat yang sederhana), sari

    buah murbei ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis minuman buah

    berantioksidan yang murah dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

    Tujuan Penelitian Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisa potensi sari

    buah murbei sebagai minuman berantioksidan serta pengaruhnya terhadap kadar

    total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida serum

    darah tikus percobaan.

  • 4

    Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui kandungan gizi buah murbei melalui uji proksimat.

    2. Mempelajari dan menganalisa kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan pada

    buah murbei.

    3. Mempelajari pembuatan sari buah murbei dan umur simpan sari buah murbei.

    4. Mengetahui sifat-sifat kimia dan mikrobiologi sari buah murbei.

    5. Mengetahui penerimaan konsumen terhadap rasa, warna, dan aroma sari buah

    murbei melalui uji hedonik.

    6. Mengetahui pengaruh minuman sari buah murbei terhadap kadar total

    kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida pada serum

    darah tikus percobaan.

    Hipotesis

    Sari buah murbei memiliki potensi sebagai minuman berantioksidan yang

    memiliki pengaruh terhadap kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol

    HDL dan kadar trigliserida serum darah tikus percobaan.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini akan bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu

    pengetahuan terutama bidang Ilmu Pangan dan Gizi, yaitu dengan menghasilkan

    suatu informasi tentang alternatif minuman berantioksidan yang memiliki

    pengaruh terhadap kadar total kolesterol dan kadar trigliserida darah. Selain itu,

    juga dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang potensi buah murbei

    sebagai alternatif bahan untuk minuman kesehatan. Penelitian ini juga dapat

    memberikan informasi pada para pengusaha persutraan alam, bahwa buah murbei

    juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai produk minuman kesehatan,

    sehingga dapat menambah nilai guna dan nilai ekonomi dari buah murbei.

  • 5

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani dan Nilai Gizi Murbei

    Murbei (Morus alba L.) termasuk dalam famili moraceae, dan berasal dari

    Cina. Tanaman murbei tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m dpl. dan

    memerlukan cukup sinar matahari. Tumbuhan yang sudah dibudidayakan ini

    menyukai daerah-daerah yang cukup basa seperti di lereng gunung, tetapi pada

    tanah yang berdrainase baik. Tanaman ini kadang ditemukan tumbuh liar.

    Murbei dikenal dengan nama yang berbeda-beda, seperti ; besaran (Indonesia);

    murbai, besaran (Jawa); kerta, kitau (Sumatera); sangye (China); may mon, dau

    tam (Vietnam); morus leaf, morus bark, morus fruit, mulberry leaf, mulberry

    bark, mulberry twigs, white mulberry, mulberry (Inggris) (Dalimartha 2000).

    Pohon murbei dapat tumbuh hingga 9 meter, percabangannya banyak,

    cabang muda berambut halus, daun tunggal, letak berseling, dan bertangkai

    dengan panjang 4 cm. Helai daun berbentuk bulat telur sampai berbentuk jantung,

    ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak

    menonjol, permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5 sampai 20 cm, lebar 1,5

    sampai 12 cm, serta berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk tandan, keluar

    dari ketiak daun, mahkota berbentuk tajuk, dan berwarna putih. Dalam satu pohon

    terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei

    berbunga sepanjang tahun (Arisandi dan Andriani 2006).

    Buah murbei banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak. Buah muda

    warnanya hijau, setelah masak menjadi hitam. Bijinya kecil dan berwarna hitam.

    Menurut Gui et al. (2003), buah murbei ini merupakan salah satu byproduct

    utama dari persutraan alam di Cina. Tetapi ternyata buah murbei ini mengandung

    senyawa antioksidan.

    Buah murbei mengandung cyanidin, isoquercetin, sakarida, asam linoleat,

    asam stearat, asam oleat, karoten, dan beberapa vitamin (seperti vitamin B1, B2

    dan C) (Dalimartha 2000). Buah murbei dipercaya memiliki banyak khasiat

    untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya hipertensi, jantung berdebar,

    diabetes, dan lain-lain. Buah murbei dapat dilihat pada Gambar 1.

  • 6

    Sumber : http://bebas.vlsm.org (2007)

    Gambar 1 Buah murbei

    Ercisli dan Orhan (2007) menambahkan bahwa buah murbei (Morus

    alba L.) mengandung komponen-komponen kimia seperti kandungan lemak total

    sebesar 1,10 persen; total padatan terlarut sebesar 20,4 persen; kadar keasaman

    kurang lebih 0,25 persen, pH sekitar 5,60; dan asam askorbat sebesar 22,4 mg/100

    gram. Komposisi dari asam lemak yang terdapat pada buah jenis mulberry adalah

    asam linoleat (54,2 persen dari lemak total), asam palmitat (19,8 persen dari

    lemak total), dan asam oleat (8,41 persen dari lemak total). Jenis dan konsentrasi

    mineral yang terkandung pada spesies buah mulberry dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Jenis dan konsentrasi mineral pada spesies buah mulberry Jenis Mineral Konsentrasi (mg/100 gram)

    Fosfor Kalium Kalsium

    Magnesium Natrium

    Besi Tembaga Mangan

    Seng

    235 1141 139 109 60 4,3 0,4 4,0 3,1

    Sumber : Ercisli dan Orhan (2007)

  • 7

    Didalam pemanfaatannya sebagai obat, buah murbei ini sering diolah dahulu

    menjadi jus. Selain itu, di negara Cina buah murbei dikonsumsi dalam bentuk

    buah segar, dan diolah menjadi jam atau diolah menjadi liquor (sejenis minuman

    buah) (Gui et al. 2003). Di Eropa, buah murbei ini juga telah diolah menjadi

    minuman fermentasi (wine) yang banyak dikonsumsi oleh kaum wanita Eropa

    (Singhal et al. 2001). Buah murbei juga dapat diolah menjadi jenis minuman

    segar lainnya seperti sari buah.

    Syarat Mutu Sari Buah

    Sari buah adalah cairan atau larutan yang diekstrak dari daging buah

    sehingga mempunyai cita rasa yang sama dengan buah aslinya, dimana cairan

    yang dihasilkan adalah hasil dari proses pemerasan atau penghancuran buah segar

    yang telah masak (Margono et al. 1993 ; Satuhu 2004). Sari buah juga dapat

    diartikan sebagai minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum

    dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan

    (SNI nomor 01-3719 1995). Jenis produk minuman sari buah terbagi atas fruit

    syrop, crush, squash, cordial, unsweetened juice, ready served fruit beverage,

    nectar, serta fruit juice concentrate (Satuhu 2004).

    Menurut Margono et al. (1993), pada prinsipnya dikenal ada dua macam

    sari buah, yaitu :

    1) Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh

    dari pengepresan daging buah, yang dilanjutkan dengan penambahan air dan

    gula pasir.

    2) Sari buah pekat atau sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan

    daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara

    pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa

    udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus

    diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).

    Satuhu (2004) menyatakan bahwa pada pembuatan sari buah secara umum

    dibutuhkan bahan-bahan seperti buah-buahan yang matang penuh dan sehat, gula

    pasir, dan asam sitrat. Buah yang akan diolah menjadi sari buah hendaknya

    dipilih yang matang penuh dan sehat (tidak busuk, tidak cacat, tidak pecah, dan

  • 8

    bebas hama penyakit). Kondisi matang penuh tersebut diperlukan agar sari buah

    yang dihasilkan mempunyai aroma yang kuat. Penambahan asam sitrat pada

    pembuatan sari buah bertujuan untuk mengasamkan larutan, dan jumlah yang

    ditambahkan tergantung dari jenis buahnya, bila buah yang digunakan sangat

    asam maka penambahan asam sitrat cukup 1 sampai 1,5 gram untuk setiap liter

    sari buah yang dihasilkan. Penambahan gula dimaksudkan untuk menambah cita

    rasa, biasanya gula ditambahkan sebanyak 5 sampai 15 persen (tergantung dari

    jenis buah yang digunakan).

    Berdasarkan SNI nomor 01-3719 (1995), syarat mutu untuk minuman sari

    buah dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2 Syarat mutu untuk minuman sari buah Uraian Satuan Persyaratan

    Keadaan - Aroma - Rasa

    Bilangan formol Bahan tambahan makanan

    - Pemanis buatan - Pewarna tambahan - Pengawet

    Cemaran logam - Timbal (Pb) - Tembaga (Cu) - Seng (Zn) - Timah (Sn) - Raksa (Hg)

    Cemaran arsen Cemaran mikroba

    - Angka lempeng total - Bakteri koliform - E. Coli - Salmonella - S. Aureus - Vibrio sp - Kapang - Khamir

    - -

    -

    SNI 01-0222-1995 SNI 01-0222-1995

    mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

    koloni/gram

    APM/ml APM/ml

    koloni/25 ml koloni/ml koloni/ml koloni/ml koloni/ml

    Normal Normal

    Min 15

    Tidak boleh ada SNI 01-0222-1995 SNI 01-0222-1995

    Maks. 0,3 Maks. 5,0 Maks. 5,0

    Maks.40/250* Maks. 0,03 Maks. 0,2

    Maks. 2 x 102

    Maks. 20 < 3

    Negatif 0

    Negatif Maks. 50 Maks. 50

    Keterangan : *) khusus dikemas dalam kaleng Sumber : SNI 01-3719 (1995)

    mlmlNNaOH

    100

  • 9

    Berdasarkan Tabel 2 dapat disarankan agar persyaratan mutu sari buah

    terutama untuk jumlah maksimal tembaga dan seng dapat dinaikkan karena

    tembaga dan seng adalah mineral yang digolongkan sebagai antioksidan.

    Almatsier (2003) menyatakan bahwa enzim superoksida dismutase di dalam sel

    darah merah membutuhkan tembaga dan seng (sebagai metaloenzim) dalam

    pemusnahan radikal bebas. Menurut WNPG (2004), angka kecukupan seng untuk

    orang dewasa adalah 12,1 sampai 13,4 mg (laki-laki), dan 9,3 sampai 9,8 mg

    (wanita).

    Pengemasan dan Penyimpanan Sari Buah Murbei

    Pengemasan pangan adalah suatu rancangan struktur yang digunakan

    sebagai wadah suatu produk pangan yang ditujukan untuk : mempermudah

    transportasi, melindungi produk dari kontaminasi atau kehilangan, melindungi

    produk dari kerusakan atau degradasi, dan merupakan saran yang tepat untuk

    penjualan produk (Winarno et al. 1990).

    Produk sari buah murbei sebaiknya dikemas dengan menggunakan kemasan

    botol kaca yang berwarna gelap. Menurut Winarno (2007), kemasan yang terbuat

    dari kaca atau gelas memiliki sifat inert yang artinya tidak reaktif terhadap

    senyawa kimia lain, dan kemasan gelas ini cocok untuk mengemas makanan yang

    mengandung asam tinggi, seperti sari buah.

    Warna kemasan yang digunakan gelap dimaksudkan untuk mengurangi

    kerusakan zat-zat gizi yang juga tergolong sebagai antioksidan, seperti kerusakan

    vitamin C dan -karoten (provitamin A) yang terkandung pada sari buah murbei.

    deMan (1997) menyatakan bahwa vitamin C dan vitamin A akan mengalami

    kerusakan bila terkena cahaya.

    Salah satu teknik penyimpanan bahan pangan adalah penyimpanan pada

    suhu rendah atau pendinginan. Menurut Buckle et al. (2007), penurunan suhu

    akan mengakibatkan penurunan proses kimia, mikrobiologi dan biokimia yang

    berhubungan dengan kerusakan, pembusukan, dan lain-lain. Winarno (2007)

    menyatakan bahwa pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cooling

    dan freezing. Pada penelitian ini, sari buah murbei disimpan pada suhu

    refrigerator (2 sampai 2,5oC) sehingga dapat dikategorikan sebagai cooling.

  • 10

    Peranan Antioksidan Antioksidan merupakan substansi yang dapat menghambat proses oksidasi

    oleh molekul oksigen. Menurut Kumalaningsih (2006), antioksidan adalah

    senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya

    kepada molekul radikal bebas serta memiliki kemampuan untuk memutus reaksi

    berantai dari radikal bebas.

    Radikal bebas adalah suatu molekul atau atom apa saja yang sangat tidak

    stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal

    bebas ini berbahaya karena amat reaktif mencari pasangan elektronnya. Jika

    radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan

    menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah dan

    selanjutnya akan menyerang sel-sel tubuh (Sibuea 2004).

    Zat antioksidan ada yang dapat disediakan oleh tubuh, dan ada pula yang

    harus diperoleh dari luar tubuh yaitu berupa makanan yang kita konsumsi sehari-

    hari. Silalahi (2006) menyatakan bahwa antioksidan di dalam tubuh dibedakan

    atas tiga kelompok, yaitu 1) antioksidan primer yang bekerja dengan cara

    mencegah terbentuknya radikal bebas menjadi molekul yang tidak merugikan

    (misalnya enzim glutation peroksidase), 2) antioksidan sekunder yang berfungsi

    menangkap radikal bebas dan menghalangi terjadinya reaksi berantai (misalnya

    vitamin C, vitamin E, dan -karoten), dan 3) antioksidan tersier yang bermanfaat

    untuk memperbaiki kerusakan biomolekuler yang disebabkan oleh radikal bebas

    (misalnya enzim DNA repair). Selain itu, ada juga jenis senyawa antioksidan

    (misalnya flavonoid) yang dapat membentuk kompleks (kelat) dengan ion logam

    transisi (misalnya besi), sehingga ion logam transisi tersebut tidak lagi bertindak

    sebagai sebagai prooksidan. Kumalaningsih (2006) menambahkan bahwa

    antioksidan di dalam tubuh juga ada yang berfungsi mengikat oksigen sehingga

    tidak mendukung reaksi oksidasi (misalnya vitamin C) dan mampu mengkatalisis

    reaksi oksidasi (misalnya asam sitrat dan asam amino).

    Pada bahan pangan, antioksidan umumnya digunakan untuk menghambat

    terjadinya ketengikan lemak. Dalam penggunaannya pada bahan pangan ini,

    Kochlar dan Rossell (1990) membagi antioksidan menjadi lima kelompok yaitu :

    1) antioksidan primer (sebagian besar adalah senyawa fenolik) yaitu kelompok

  • 11

    senyawa yang menghentikan pembentukan radikal bebas pada oksidasi lipid

    seperti tokoferol, Butylated Hydroxytoluene (BHT), Butylated Hydroxyanisole

    (BHA), dan Tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ); 2) penangkap oksigen (oxygen

    scavenger) seperti vitamin C, askorbil palmitat dan asam eritrobat; 3) antioksidan

    sekunder yaitu kelompok senyawa yang berfungsi mendekomposisikan

    hidroperoksida lipid menjadi produk akhir yang stabil, contohnyas adalah dilauril

    dan asam tiodipropionat; 4) antioksidan enzimat seperti glukose oksidase,

    superoksida dismutase, katalase, glutathione peroksidase, dimana antioksidan ini

    berfungsi melarutkan oksigen atau pemisahan spesies aksidatif dari sistem

    pangan; serta 5) pengkelat (chelating agent atau sequestrants) seperti asam sitrat,

    asam amino, Etylenediaminetetra-acetic acid (EDTA), mengkelat ion logam yang

    dapat mengkatalisis oksidasi lipid.

    Mekanisme pertahanan antoksidan berada baik dalam air maupun lipida.

    Antioksidan lipida yang utama adalah vitamin E, ubiquinol, dan berbagai

    karotenoid dari makanan, sedangkan antioksidan utama yang larut dalam air

    adalah vitamin C dan glutation (Silalahi 2006).

    Almatsier (2003) menyatakan bahwa peranan antioksidan adalah

    memutuskan rantai proses peroksidasi lipida dengan menyumbangkan satu atom

    hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk

    radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Apabila vitamin E tidak berhasil

    mencegah pembentukan hidroksiperoksida, maka di dalam membran sel terdapat

    sistem pertahanan lain. Hidroksiperoksida yang telah terbentuk dapat dilepaskan

    dari fosfolipida oleh enzim fosfolipase A2 dan dimusnahkan oleh enzim glutation

    peroksidase yang mengandung selenium. Enzim-enzim antioksidan lain yang

    penting seperti superoksida dismutase, ikatan-ikatan karotenoid, dan asam

    askorbat juga berperan dalam memusnahkan hidroksiperoksida.

    Vitamin C, sebagai antioksidan penting yang larut dalam air, secara efektif

    menangkap radikal-radikal O2-, OH, peroksil, dan oksigen singlet, serta

    membantu proses regenerasi yang mereduksi radikal vitamin E kembali ke bentuk

    aslinya. Dengan mengikat radikal peroksil dalam fase berair dari plasma atau

    sitosol, vitamin C dapat melindungi membran biologis dan LDL dari kerusakan

    peroksidatif (Silalahi 2006).

  • 12

    Kerja antioksidan pada bahan pangan adalah sebagai berikut : 1) memecah

    radikal bebas atau memblok radikal peroksida yang terbentuk pada tahap pertama

    dalam oksidasi asam lemak tidak jenuh, 2) mengikat katalisator oksidasi seperti

    logam-logam berat, 3) mereduksi tingkat kemampuan oksigen, dan

    4) menghambat lipoksigenase (enzim yang mengandung besi yang dapat

    membentuk hidroperoksida dari asam lemak tidak jenuh dengan oksigen)

    (Makfoeld et al. 2002).

    Berdasarkan sumbernya, antioksidan terbagi dua yaitu antioksidan alami dan

    antioksidan sintetis. Menurut Kumalaningsih (2006), antioksidan alami dalam

    makanan dapat berasal dari a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau

    lebih komponen makanan, b) substansi yang terbentuk dari hasil reaksi selama

    pengolahan, dan c) senyawa antioksidan bahan tambahan makanan yang diisolasi

    dari sumber alami. Lebih lanjut Pratt (1992) menyatakan bahwa kebanyakan

    senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari

    tumbuhan, baik dari bagian tumbuhan yang dapat dimakan maupun dari bagian

    tumbuhan lainnya. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti

    pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari.

    Komponen antioksidan di alam mempunyai struktur kimia yang berbeda-

    beda seperti yang diuraikan oleh Dugan (1985). Senyawa tersebut umumnya

    adalah asam amino, asam askorbat, karotenoid, asam sinamat, flavonoid,

    melanoidin, asam organik tertentu, zat pereduksi, peptida, fosfatida, polifenol,

    tanin dan tokoferol. Senyawa-senyawa tersebut dapat berfungsi dengan satu atau

    lebih cara seperti a) sebagai senyawa pereduksi, b) sebagai penangkap radikal

    bebas, c) pengkomplek logam prooksidan, dan d) quencher dari bentuk singlet

    oksigen (Pratt dan Hudson 1990).

    Buah murbei adalah salah satu buah yang mengandung antioksidan. Dilihat

    dari senyawa kimia yang terkandung dalam buah murbei yaitu cyanidin,

    isoquercentin, sakarida, asam linoleat, asam stearat, asam oleat, karoten, dan

    beberapa vitamin (seperti vitamin B1, B2 dan C), dan yang dapat digolongkan

    sebagai antioksidan adalah cyanidin, isoquercentin, karoten, dan vitamin C.

    Cyanidin adalah senyawa organik alami yang digolongkan dalam

    anthocyanidin. Anthocyanidin merupakan produk metabolik dari flavanon yang

  • 13

    dikelompokkan kedalam flavonoid (Pokorny, Yanishlieva, Gordon 2001).

    Isoquercentin merupakan golongan dari quercentin. Arai et al. (2000)

    menyatakan bahwa quercentin adalah jenis flavonoid yang paling penting dalam

    menurunkan konsentrasi kolesterol LDL. Arnelia (2002) menambahkan bahwa

    polifenol dari anggur merah dan flavanol quercentin adalah fitokimia yang sukses

    mencegah oksidasi LDL dan kolesterol.

    Karoten adalah prekursor vitamin A yang banyak terdapat pada sayuran

    berwarna hijau dan oranye. Menurut Goldberg (1994), -karoten adalah jenis

    karotenoid yang memiliki fungsi sebagai antioksidan yang dapat berpotensi

    mengikat oksigen dan radikal bebas. Vitamin C atau asam askorbat adalah salah

    satu vitamin yang sudah dikenal sebagai antioksidan, dan banyak terdapat pada

    buah dan sayuran. Vitamin C juga sangat efisien dalam mengikat oksigen, radikal

    peroksi, dan dilibatkan dalam regenerasi vitamin E. Eteng et al. (2006)

    menyatakan bahwa pemberian vitamin C secara oral selama 30 hari dapat

    menurunkan kadar total kolesterol, LDL, VLDL, dan meningkatkan HDL serum

    tikus albino. Dan menurut YoungOk dan Jonghee (2004), suplementasi karoten

    pada tikus selama delapan minggu dapat menurunkan total kolesterol.

    Hubungan Kolesterol dan Trigliserida

    Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan yang merupakan lipid

    berantai panjang dan merupakan komponen penting dari lipoprotein plasma dan

    membran sel bagian luar, memiliki cincin tidak jenuh, serta merupakan prekursor

    asam empedu, hormon seks, dan vitamin D (Lehninger 1995 ; Makfoeld et al.

    2002). Selain itu kolesterol diperlukan karena merupakan komponen esensial

    membran struktural semua sel, dan komponen utama sel otak dan saraf.

    Kolesterol hanya terdapat di dalam makanan asal hewan (Almatsier 2003).

    Sebagian besar kolesterol disintesis dalam tubuh, terutama dalam hati dan

    intestin, dalam sel-sel permukaan dan jaringan. Sintesis endogen adalah kontrol

    feedback oleh kolesterol. Dengan demikian apabila konsumsi kolesterol (dari

    makanan) berlebihan maka akan terjadi pengurangan produksi endogen. Hal

    tersebut dapat mengakibatkan kadar kolesterol dalam darah tinggi

    (hiperkolesterolemia). Hiperkolesterolemia merupakan refleksi penurunan

  • 14

    (abnormal) kapasitas tubuh untuk membuang kolesterol dan/atau tidak ada

    kapasitas untuk mengatur produksi endogen (Linder 2006). Struktur kimia

    kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.

    Sumber : Makfoeld et al. (2002)

    Gambar 2 Struktur kimia kolesterol

    Trigliserida merupakan senyawa pokok penyusun lemak yang terdiri dari

    tiga molekul asam lemak yang teresterifikasi pada gliserol. Trigliserida terdapat

    pada sebagian besar lemak nabati dan hewani, sehingga banyak dikonsumsi oleh

    manusia (Silalahi 2006 ; Sipan dan Winarto 2007).

    Level trigliserida dikenal sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner.

    Jika seseorang memiliki level trigliserida yang tinggi maka level kolesterol HDL

    biasanya rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya level trigliserida

    pada seseorang adalah diet, estrogen, alkohol, obesitas, penyakit liver, dan

    penyakit ginjal kronik (Mahan dan Stump 2004).

    Kolesterol tidak larut dalam darah. Agar dapat diangkut dalam aliran darah,

    kolesterol bersama dengan lemak-lemak lain (trigliserida dan fosfolipid) harus

    berikatan dengan protein untuk membentuk senyawa yang larut dan disebut

    dengan lipoprotein. Makfoeld et al. (2002) menyatakan bahwa lipoprotein adalah

    senyawa yang tersusun atas protein dan lipida yang berperan penting dalam

    metabolisme sel dan tubuh. Mahan dan Stump (2004) menambahkan bahwa

    lipoprotein dalam darah membentuk lima kelompok berdasarkan komposisi,

    ukuran, dan densitasnya yaitu : 1) kilomikron, 2) very low density lipoprotein

    (VLDL), 3) intermediate density lipoprotein (IDL), 4) low density lipoprotein

    (LDL), dan 5) high density lipoprotein (HDL).

  • 15

    Kilomikron adalah lipoprotein yang mengangkut lipida yang berasal dari

    makanan (terutama trigliserida) dari saluran cerna ke seluruh tubuh. Very low

    density lipoprotein (VLDL) adalah lipoprotein yang membentuk kilomikron pada

    plasma darah dan berperan dalam pengangkutan trigliserida. Intermediate density

    lipoprotein (IDL) adalah lipoprotein yang terbentuk melalui katabolisme VLDL

    dan merupakan prekursor dari LDL. Low density lipoprotein (LDL) adalah

    lipoprotein yang berperan dalam mengangkut kolesterol sehingga tidak terjadi

    pengendapan dalam pembuluh darah, sedangkan high density lipoprotein (HDL)

    berperan dalam pengangkutan kolesterol, tetapi lebih cenderung meresirkulasi

    kolesterol dari dinding tabung dan dapat mencegah berkembangnya gangguan

    kardiovaskular (Almatsier 2003 ; Mahan dan Stump 2004 ; Makfoeld et al. 2002).

    Jae (2007) menambahkan bahwa bila asupan kolesterol tidak mencukupi, sel

    hati akan memproduksinya. Dari hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang

    bernama LDL untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan termasuk ke sel

    otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

    Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL

    untuk dibawa ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam

    kandung empedu sebagai asam empedu. Klasifikasi total kolesterol, trigliserida,

    kolesterol LDL, dan kolesterol HDL dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3 Klasifikasi total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida

    Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi Kolesterol Total

    < 200 200 239

    > 240

    Normal Batas tinggi

    Tinggi Kolesterol LDL

    < 100 100 129 130 159 160 189

    > 190

    Optimal Mendekati optimal

    Batas tinggi Tinggi

    Sangat tinggi Kolesterol HDL

    < 40 > 60

    Rendah Tinggi

    Trigliserida

    < 150 150 199 200 499

    > 500

    Normal Batas tinggi

    Tinggi Sangat tinggi

    Sumber : Mahan dan Stump (2004)

  • 16

    Tikus Sebagai Model untuk Studi Kolesterol

    Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan

    untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari berbagai macam bidang

    ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorium. Pemanfaatan hewan

    percobaan menurut pengertian secara umum ialah untuk penelitian yang

    mendasarkan pengamatan aktivitas biologi tergantung pada bidang ilmu yang

    dibina dan lingkungan apa suatu laboratorium bernaung sehingga pemanfaatan

    hewan percobaan ini akan mengarah ke suatu tujuan khusus (Malole dan

    Pramono 1989).

    Penggunaan tikus sebagai hewan percobaan dalam suatu penelitian

    dikarenakan saluran pencernaannya menyerupai saluran pencernaan manusia

    sehingga apa yang dimakan oleh manusia dapat juga dimakan dan dicerna oleh

    tikus. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), tikus laboratorium jantan

    jarang berkelahi, serta dapat tinggal sendirian dalam kandang asalkan dapat

    melihat dan mendengar tikus lain. Ukuran tubuh tikus lebih besar daripada mencit

    sehingga untuk beberapa percobaan lebih menguntungkan. Biasanya pada umur

    empat minggu beratnya mencapai 35 sampai 40 gram, dan berat dewasa rata-rata

    200 sampai 250 gram (tetapi bervariasi tergantung pada galur). Galur Sprague-

    Dawley adalah galur yang paling besar, dan hampir sebesar tikus liar.

    Tikus Sprague Dawley memiliki sifat-sifat seperti : mudah dipelihara,

    merupakan hewan yang relatif sehat dan peka terhadap pengaruh kolesterol jika

    diberikan perlakuan terhadap komponen dietnya (Anonim 1984). Beberapa

    karakteristik tikus ini adalah : noctural (aktif pada malam hari), tidak mempunyai

    kantong empedu, tidak dapat mengeluarkan isi perutnya (muntah), tidak pernah

    berhenti tumbuh walaupun kecepatannya menurun setelah berumur 100 hari

    (Muchtadi 1989). Tikus Sprague Dawley yang digunakan pada penelitian ini

    adalah tikus berjenis kelamin jantan. Hal ini bertujuan untuk menghindari

    kebiasan hasil penelitian akibat dari siklus kehamilan dan lain sebagainya bila

    menggunakan tikus berjenis kelamin betina.

  • 17

    METODOLOGI

    Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2008. Penelitian

    ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan Departemen Gizi

    Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB, Laboratorium Kimia Pangan dan

    Laboratorium Jasa Analisis Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

    Teknologi Pertanian IPB, Laboratorium Mutu dan Keamanan Seafast Centre IPB,

    Laboratorium Pengujian Balitro Bogor serta Laboratorium Balai Besar Industri

    Agro Bogor. Sedangkan intervensi sari buah (uji in-vivo pada tikus) dilakukan di

    Laboratorium Percobaan Hewan Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor, dan untuk

    uji kadar total kolesterol, kadar trigliserida, kolesterol LDL, serta kolesterol HDL

    dilakukan di Laboratorium RS PMI Bogor.

    Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah buah murbei (Morus

    alba L.) varietas Cathayana yang diperoleh dari Teaching Farm Sutra Alam IPB

    Desa Sukamantri (buah matang, yaitu berwarna merah terang sampai kehitaman),

    gula halus, dan air. Bahan kimia yang dibutuhkan adalah kolesterol murni 95%,

    bahan-bahan untuk analisa kimia (aktivitas antioksidan, konsentrasi flavonoid,

    vitamin C, -karoten, konsentrasi antosianin, gula total, dan kadar asam total),

    media agar (Plate Count Agar), pereaksi kolesterol kit, pereaksi trigliserida kit,

    pereaksi HDL kit, pereaksi LDL kit, serum darah tikus, serta bahan-bahan untuk

    pembuatan ransum tikus (tepung beras, tepung kedele, susu skim, minyak kelapa,

    mineral mix, vitamin, dan garam). Sedangkan untuk studi in-vivo menggunakan

    tikus percobaan jenis Sprague Dawley (jenis kelamin jantan; berumur 2 bulan)

    yang diperoleh dari Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor.

    Peralatan yang digunakan adalah lemari es, blender Philips, freezer,

    timbangan elektrik AND GR-200, timbangan digital Heles model EK3250,

    spektrophotometer Jenway 6505 UV/Vis, 743 Rancimat 1,0 PC Program, HPLC

    Shimadzu LC-6A dengan detektor UV, kromatografi kertas, pH meter Oakton RS-

  • 18

    232, termometer, plastik pengemas (jenis polietilen), cool box, botol kaca

    berwarna gelap, peralatan pembuatan sari buah, peralatan dalam pemeliharaan

    tikus (kandang, tempat minum, tempat ransum), alat-alat elektrik serta alat-alat

    gelas untuk analisa.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama merupakan

    penelitian pendahuluan terhadap buah murbei. Pada tahap ini dilakukan uji

    proksimat, uji flavonoid dan pengujian aktivitas antioksidan pada buah murbei,

    serta uji -karoten pada sari buah murbei (tanpa pengenceran). Selain itu pada

    tahap ini juga dilakukan uji hedohik terhadap rasa sari buah murbei dengan

    konsentrasi gula yang berbeda (yaitu 100 g/L sari buah, 150 g/L sari buah, dan

    200 g/L sari buah). Uji hedonik ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi gula

    yang paling disukai dan akan digunakan pada penelitian tahap kedua. Hasil uji

    hedonik menunjukkan bahwa rasa sari buah murbei yang paling disukai adalah

    sari buah murbei dengan konsentrasi gula 150 g/L sari buah.

    Pada tahap kedua dilakukan pembuatan sari buah murbei, penyimpanan sari

    buah murbei pada suhu refrigerator (2 sampai 2,5C) selama 15 hari, dan uji sifat

    kimia sari buah murbei (meliputi total vitamin C, konsentrasi antosianin, gula

    total, Total Asam Tertitrasi, dan pH), uji total mikroba, serta uji organoleptik (uji

    hedonik) terhadap rasa, warna dan aroma sari buah murbei.

    Pada tahap akhir dilakukan intervensi sari buah murbei pada tikus percobaan

    selama 40 hari, dan analisa pada serum darah tikus percobaan (meliputi analisa

    kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida

    serum darah tikus percobaan). Pada tahap ini penelitian bersifat preventif atau

    pencegahan, karena tikus yang digunakan tidak dibuat menjadi hiperkolesterol.

    Analisa kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar

    trigliserida serum darah tikus percobaan dilakukan pada tiga titik yaitu : setelah

    masa adaptasi (7 hari), setelah 30 hari intervensi, dan setelah 40 hari intervensi,

    dengan tujuan untuk melihat pengaruh pemberian sari buah murbei terhadap kadar

    total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida serum

    tikus. Kuzmanova et al. (2007) dalam studinya memberikan jus buah Aronia

  • 19

    melanocarva pada tikus hiperlipidemia selama 30 hari dan hasilnya dapat

    menurunkan kadar lipida darah tikus. Nirmagustina (2003) dalam studinya

    memberikan minuman fungsional kaya isoflavon pada tikus dan menunjukkan

    adanya pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar total kolesterol dan

    peningkatan kolesterol HDL setelah 30 hari intervensi. Analisa yang dilakukan

    setelah 30 hari intervensi dan 40 hari intervensi pada penelitian ini dimaksudkan

    untuk melihat kecenderungan peningkatan atau penurunan kadar total kolesterol,

    kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida serum tikus, baik yang

    diberi atau tidak diberi sari buah murbei.

    Pembuatan Sari Buah Murbei untuk Penyimpanan

    Buah murbei yang telah disortir (buah matang dengan warna merah terang

    sampai kehitaman, dan tidak cacat) dicuci dengan air bersih, kemudian ditiriskan.

    Setelah itu dilakukan penghancuran (blending) dengan menggunakan blender

    sehingga diperoleh bubur buah murbei. Kemudian dilakukan pengenceran dengan

    perbandingan bubur dan air sebesar 1 : 1. Setelah itu dilakukan penyaringan

    dengan menggunakan kain sehingga diperoleh sari buah murbei. Kemudian

    dilakukan penambahan gula (150 gram gula/L sari buah). Dilakukan pengadukan

    sehingga didapatkan sari buah murbei yang homogen. Setelah itu dilakukan

    pengemasan di dalam botol kaca berwarna gelap yang telah disterilkan

    sebelumnya. Kemudian sari buah yang telah dikemas dipasteurisasi pada suhu

    80oC selama 15 menit. Lalu didinginkan dan dilakukan penyimpanan pada suhu

    refrigerator (2 sampai 2,5oC) selama 15 hari. Sari buah murbei di dalam kemasan

    botol kaca gelap dapat dilihat pada Gambar 3.

    Pembuatan Sari Buah Murbei untuk Intervensi

    Buah murbei yang telah disortir (buah matang dengan warna merah terang

    sampai kehitaman, dan tidak cacat) dicuci dengan air bersih, kemudian ditiriskan.

    Setelah itu dilakukan penghancuran (blending) dengan menggunakan blender

    sehingga diperoleh bubur buah murbei. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan

    menggunakan kain sehingga diperoleh sari buah murbei (tanpa pengenceran).

    Kemudian dilakukan penambahan gula (150 gram gula/L sari buah). Dilakukan

  • 20

    pengadukan sehingga didapatkan sari buah murbei yang homogen. Setelah itu

    dilakukan pengemasan di dalam botol kaca berwarna gelap yang telah disterilkan

    sebelumnya. Sari buah murbei diintervensikan pada tikus percobaan.

    Gambar 3 Sari buah murbei di dalam kemasan

    Pembuatan Ransum Standar untuk Tikus

    Ransum tikus yang digunakan adalah ransum standar berdasarkan AOAC

    (1990) yang dimodifikasi oleh laboratorium Biokimia dan Fisiologi Gizi

    Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor. Ransum tikus yang digunakan adalah dalam

    bentuk bubuk. Komposisi ransum tikus tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4 Komposisi ransum standar tikus Bahan Jumlah (gram)

    Tepung beras Tepung kedele

    Susu skim Minyak kelapa Mineral mix1

    Vitamin2 Garam

    2500 gram 1360 gram 500 gram 200 gram 60 gram

    ** 40 gram

    Keterangan : 1 Campuran mineral per kilogram ransum, terdiri dari : 139,3 gram NaCl, 0,79 gram KI, 389 gram

    KH2PO4, 57,3 gram MgSO4, 381,4 gram CaCO3, 27 gram FeSO4, 4,01 gram MnSO4, 0,549 gram ZnSO4, 0,477 gram CuSO4, dan 0,023 gram CaCl2.

    2 Campuran vitamin per kilogram ransum, terdiri dari : 6000 IU vitamin A, 400 IU vitamin D, 10 mg vitamin E, 1 mg vitamin K, 5 mg folat, 30 mg tiamin HCl, 20 mg riboflavin, 5 mg piridoksin HCl, 20 mg Ca pantotenat, 100 mg nikotinamida, dan 150 g vitamin B12.

    Kolesterol murni yang ditambahkan adalah sebesar 1% dari jumlah ransum

    standar (20 gram) yang diberikan pada tikus setiap harinya (Nirmagustina 2003),

  • 21

    sehingga jumlah kolesterol murni yang diberikan adalah 0,2 gram untuk setiap

    ekor tikus percobaan.

    Penanganan Tikus Percobaan

    Semua tikus percobaan (20 ekor) mengalami masa adaptasi selama 7 hari

    dan mendapatkan ransum standar serta air minum. Ransum tersebut diberikan

    secara ad libitum. Setelah masa adaptasi, lima ekor tikus diambil secara acak

    untuk dilakukan pembedahan dan pengambilan darah serta analisa serum darah

    (meliputi analisa kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan

    kadar trigliserida serum), hal ini dilakukan untuk mengetahui rata-rata kadar total

    kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan kadar trigliserida serum tikus

    awal.

    Pada masa intervensi (selama 40 hari), 15 ekor tikus percobaan tetap

    mendapatkan ransum standar dan air minum. Setiap tikus menempati satu

    kandang sendiri. Dari 15 ekor tikus tersebut dibagi menjadi 3 perlakuan, yaitu

    1) tikus tanpa diberi kolesterol murni dan sari buah, 2) tikus yang diberi

    kolesterol murni tanpa sari buah, dan 3) tikus yang diberi kolesterol murni dan

    sari buah. Kolesterol murni yang ditambahkan pada ransum adalah 1% dari

    jumlah ransum yang diberikan untuk seekor tikus per hari (20 gram), sedangkan

    sari buah yang diberikan adalah 10 ml/kg/hari. Ransum tersebut diberikan pada

    pagi hari secara ad libitum, dan sari buah murbei juga diberikan setiap hari secara

    oral (dicekok).

    Pengambilan darah selanjutnya dilakukan setelah 30 hari intervensi, dan

    setelah 40 hari intervensi. Pada hari ke-30 intervensi, pengambilan darah

    dilakukan melalui ekor tikus yaitu dengan memotong sedikit dari begian ujung

    ekor, dan darah diambil sebanyak 1 ml. Pada hari ke-40 intervensi, pengambilan

    darah dilakukan melalui jantung dengan proses pembedahan. Sebelum hari

    pengambilan darah, tikus dipuasakan selama satu malam. Selama masa intervensi

    (40 hari) ini dilakukan juga pengukuran berat badan tikus dua hari sekali dan

    pengukuran sisa ransum setiap harinya.

  • 22

    Rancangan Percobaan

    Rancangan percobaan yang digunakan pada studi sari buah murbei adalah

    Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari satu faktor perlakuan yaitu lama

    penyimpanan (A) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 hari penyimpanan (a1),

    5 hari penyimpanan (a2), 10 hari penyimpanan (a3), dan 15 hari penyimpanan

    (a4). Tiap taraf perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

    Untuk studi in-vivo (pada tikus percobaan), rancangan penelitian yang

    digunakan adalah juga Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari satu

    faktor perlakuan yaitu pemberian sari buah pada tikus, dan terdiri dari tiga taraf

    yaitu tikus tanpa diberi kolesterol murni dan sari buah (A), tikus yang diberi

    kolesterol murni tanpa sari buah (B), dan tikus yang diberi kolesterol murni dan

    sari buah (C). Masing-masing taraf perlakuan menggunakan lima ekor tikus

    percobaan sebagai ulangan. Semua komponen perlakuan diuji dengan analisis

    ragam (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95%, kemudian bila ada pengaruh

    nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).

    Model linier untuk RAL dengan satu faktor adalah sebagai berikut :

    Yik = + i + ik Keterangan :

    Yijk = nilai pengamatan pada faktor lama penyimpanan (untuk studi sari

    buah) dan faktor pemberian sari buah (untuk studi in-vivo) taraf ke-

    i, dan ulangan ke-k

    = komponen aditif dari rataan

    i = pengaruh utama faktor lama penyimpanan (untuk studi sari buah)

    dan faktor pemberian sari buah (untuk studi in-vivo) pada taraf ke-i

    ik = pengaruh acak yang menyebar normal (0, 2)

    Untuk uji kesukaan terhadap rasa, warna dan aroma sari buah murbei

    menggunakan uji hedonik dan dianalisis menggunakan Friedman-Conover.

    Langkah pertama dalam penelitian ini adalah dengan memberikan nilai pangkat

    kepada masing-masing angka hasil percobaan. Pemberian pangkat dilakukan baris

    demi baris. Skor yang tertinggi pada setiap baris diberi pangkat yang tertinggi.

    Apabila terdapat dua skor yang sama, maka pangkatnya dijumlahkan dan dibagi

  • 23

    dua. Setelah semua skor diberi pangkat, kemudian pangkat dari masing-masing

    perlakuan (kolom) dijumlahkan dan dihitung menurut rumus Friedmen-Conover :

    T = BA

    knkBn

    +2

    4)1()1(

    Keterangan:

    T = nilai kritik

    A = jumlah kuadrat total

    B = jumlah kuadrat perlakuan

    K = jumlah perlakuan

    N = jumlah panelis

    Nilai jumlah kuadrat total (A) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

    A = di2 di = pangkat

    Sedangkan jumlah kuadrat (B) dihitung dengan menggunakan rumus :

    B = 21 Pin Pi = jumlah pangkat setiap perlakuan

    Jika nilai T dengan nilai F tabel kesimpulannya adalah menerima Ho yang berarti tidak ada pengaruh dari perlakuan yang diuji. Jika nilai

    T > dari F tabel maka H1 diterima yang berarti paling sedikit ada sepasang perlakuan yang berbeda nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda

    setelah memperoleh kesimpulan H1, maka digunakan rumus sebagai berikut :

    R = t0,975 2

    1

    )1)(1()(2

    kn

    BAn

    Jika selisih jumlah pangkat antara dua perlakuan lebih besar dari nilai R

    berarti kedua perlakuan tersebut berbeda nyata. Jika selisih jumlah pangkat antara

    dua perlakuan lebih kecil atau sama dengan nilai dari R berarti kedua perlakuan

    tersebut berbeda tidak nyata.

  • 24

    Parameter Pengamatan Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah :

    Analisis Proksimat pada Buah Murbei (Apriyantono et al. 1989)

    Kadar Air (Metode Oven)

    Cawan aluminium dikeringkan dalam oven pada suhu 100-102oC selama 15

    menit, didinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian ditimbang (A).

    Sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam cawan (B). Cawan beserta isinya

    dikeringkan dalam oven 100oC selama 4-6 jam. Cawan dipindahkan ke dalam

    desikator lalu didinginkan dan ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan

    kembali sampai diperoleh berat konstan (C). Kadar air dihitung dengan rumus:

    Kadar Air (% bb) = %100)( xB

    ACB

    Kadar Abu (Metode Total Abu)

    Cawan porselen yang telah diketahui bobot tetapnya (A) dimasukkan sampel

    yang telah ditimbang sebanyak 5 g (B). Sampel diarangkan di atas api bunsen

    dengan nyala api kecil hingga asapnya hilang, selanjutnya dimasukkan ke dalam

    tanur pada suhu 500-600oC sampai menjadi abu yang berwarna putih. Cawan

    yang berisi abu didinginkan dalam desikator lalu ditimbang hingga diperoleh

    bobot tetap (C). Kadar abu dihitung dengan rumus:

    Kadar Abu (% bb) = (C A)/(B A) x 100%

    Kadar Abu (% bk) = kadar abu (% bb)/(100-kadar air (% bb) x 100%

    Kadar Protein (Metode Mikro-Kjeldahl)

    Sampel sebanyak 0.5-3 g ditimbang (A) dan dimasukkan ke dalam labu

    Kjeldahl 30 ml lalu ditambahkan 1.9 0.1 g K2SO4, 40 10 mg HgO dan 2.0

    0.1 ml H2SO4 kemudian didestruksi dengan pemanasan sampai larutan berwarna

    jernih. Larutan hasil destruksi diencerkan dan didestilasi dengan penambahan

    NaOH-Na2S2O3 sebanyak 8-10 ml. Destilat ditampung dalam 5 ml larutan H3BO3

    dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian metil merah 0.2% dalam alkohol dan 1

    bagian metilen blue 0.2% dalam alkohol). Kemudian dilakukan destilasi sampai

    tertampung kira-kira 50 ml destilat dalam Erlenmeyer, lalu dititrasi dengan HCl

    0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Dari hasil titrasi ini total

  • 25

    nitrogen dapat diketahui, dan kadar protein sampel dihitung dengan mengalikan

    total nitrogen dengan faktor konversi. Kadar protein dihitung dengan rumus:

    Total Nitrogen (%) = A

    xxmlblankoxNmlHCl HCl 100007.14 Kadar Protein (%bb) = total nitrogen (%) x faktor koreksi (6.25)

    Kadar Protein (%bk) = kadar protein (%bb)/(100-kadar air %bb) x 100%

    Kadar Lemak (Metode Ekstraksi Soxhlet)

    Labu lemak dikeringkan dalam oven (110oC selama 1 jam), kemudian

    didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga bobot tetap (A). Sampel

    sebanyak 5 g (B) dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan dalam labu

    Soxhlet kemudian dipasang alat kondensor. Pelarut hexana dituangkan ke dalam

    labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran yang digunakan. Selanjutnya

    dilakukan refluks minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu

    lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan

    ditampung. Kemudian labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam

    oven pada suhu 105oC sampai beratnya tetap lalu didinginkan dalam desikator dan

    dilakukan penimbangan labu beserta lemaknya hingga diperoleh bobot yang tetap

    (C). Kadar lemak ditentukan dengan rumus:

    Kadar Lemak (% bb) = %100xB

    AC Kadar Lemak (%bk) = kadar lemak (%bb)/(100-kadar air %bb) x 100%

    Kadar Karbohidrat (by difference)

    Kadar karbohidrat dihitung dengan rumus:

    Kadar Karbohidrat (% bb) = 100% - (KA + A + P + L)

    Kadar Karbohidrat (%bk) = 100 - %bk (A + P + L)

    Dimana : KA = kadar air (% bb)

    A = kadar abu (% bb)

    P = kadar protein (% bb)

    L = kadar lemak (%)

    Kadar Serat Kasar

    Sampel dihaluskan sehingga dapat melalui saringan diameter 1 mm dan

    diaduk merata. Ditimbang 2 gram bahan, diekstraksi lemak sampel dengan

    metode Soxhlet. Sampel dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 600 ml, serta jika ada

  • 26

    ditambahkan juga 0,5 gram asbes yang telah dipijarkan dan 3 tetes zat anti buih.

    Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 mendidih dan ditutup dengan pendingin

    balik. Dididihkan selama 30 menit dengan kadang-kadang digoyang-goyangkan.

    Disaring suspensi dengan menggunakan kertas saring. Residu yang tertinggal

    dalam Erlenmeyer dicuci dengan air mendidih. Dicuci residu dalam kertas saring

    sampai air cucian tidak bersifat asam lagi (diuji dengan kertas lakmus). Residu

    dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer dengan

    menggunakan spatula. Sisanya dicuci lagi dengan 200 ml larutan NaOH

    mendidih sampai semua residu masuk ke dalam Erlenmeyer. Dididihkan dengan

    pendingin balik sambil kadang-kadang digoyang-goyangkan selama 30 menit.

    Disaring kembali melalui kertas saring yang diketahui beratnya atau krus gooch

    yang telah dipijarkan dan diketahui beratnya, sambil dicuci dengan larutan K2SO4

    10%. Kemudian residu dicuci lagi dengan air mendidih, lalu dengan sekitar 15 ml

    alkohol 95%. Dikeringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada 110oC

    sampai berat konstan (1-2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

    Jangan lupa untuk mengurangi berat asbes. Berat residu yang diperoleh sama

    dengan berat serat kasar.

    Uji Aktivitas Antioksidan pada Buah Murbei dengan metode Rancimat (Anonim 1999) Pada metode ini, 10 ml minyak kedelai murni ditambahkan dengan 10 ml

    sampel dan tween 80 sebanyak 3 ml. Campuran tersebut divortex, lalu diambil 3

    ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk dianalisa menggunakan alat

    rancimat pada suhu 100oC. Kontrol yang digunakan adalah minyak kedelai

    murni. Besarnya aktivitas antioksidan dihitung berdasarkan waktu induksi (jam).

    Analisa Konsentrasi Flavonoid Buah Murbei Menggunakan Kromatografi (Laboratorium Pengujian Balitro) Sampel buah murbei yang kering digiling halus dan ditentukan kadar airnya.

    Ditimbang 1 gram sampel dalam labu didih 100 ml, lalu ditambahkan 20 ml

    aseton pro-analisis dan 2 ml HCl 25%, kemudian dipanaskan di penangas air

    dengan suhu 70oC selama 30 menit, didinginkan dan disaring dengan kertas saring

    Whatman 41, diulang dua kali terhadap ampas. Filtrat disatukan dan ditambahkan

  • 27

    aseton pro-analisis hingga tanda batas 100 ml. Filtrat dipipet 20 ml ke dalam

    corong pemisah, lalu ditambahkan aquades dan 15 ml etil asetat pro-analisis,

    dikocok selama 15 menit.

    Fase aseton-air (lapisan bawah) dipisah ke dalam corong pisah, sedangkan

    fase etil asetat (lapisan atas) dibiarkan dalam corong pisah sebelumnya. Fase

    aseton-air diekstrak dua kali dengan 100 ml etil asetat pro-analisis di dalam

    corong pisah, kemudian fase etil asetat dikumpulkan di dalam corong pisah yang

    sama (yang telah berisi fase etil asetat). Corong pisah yang berisi fase etil asetat

    tersebut ditambahkan 40 ml aquades dan dikocok. Lapisan atas (fase etil asetat)

    ditampung ke dalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan etil asetat pro-analisis

    sampai tanda garis. Larutan diatas dipipet sebanyak 10 ml ke dalam labu ukur 25

    ml, kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan natrium asetat 0,5% dalam air.

    Selanjutnya ditambahkan dengan larutan asam asetat 5% dalam metanol pro-

    analisis sampai tanda garis. Larutan tersebut dibiarkan selama 25 menit di dalam

    labu ukur, kemudian diukur absorbansinya pada 425 nm dengan menggunakan

    larutan blanko sebagai berikut : 0,5 ml larutan natrium sitrat 0,5% dalam air di

    dalam labu ukur 25 ml, ditambahkan dengan larutan asam asetat 5% dalam

    metanol pro-analisis sampai tanda garis. Kadar flavonoid dihitung dengan rumus

    sebagai berikut : Kadar flavonoid = absorbansi x

    Analisa -karoten Sari Buah Murbei (tanpa pengenceran) dengan Metode HPLC (Anonim 1992) Penyiapan contoh dilakukan dengan cara sebagai berikut ; ditimbang 10

    gram sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 1 gram

    askorbat dan 25 ml aquabides kemudian dikocok menggunakan stirrer hingga

    homogen. Ditambahkan 50 ml etanol dan 10 ml larutan KOH 60%, lalu dikocok

    kembali menggunakan stirrer selama 1 jam. Ditambahkan 60 ml petroleum eter :

    dietil eter (1:1) dan dikocok lagi dengan stirrer selama 1 jam. Larutan tersebut

    dimasukkan ke dalam labu pemisah 500 ml, lalu dikocok dan dibiarkan sampai

    larutan terpisah sempurna. Lapisan bagian atas (petroleum eter) dipindahkan ke

    dalam labu kocok lain. Kemudian ditambahkan 25 ml petroleum eter : dietil eter

    (1:1) dan dikocok 30 menit. Larutan dimasukkan ke dalam labu pemisah, dikocok

    gramcontoh735,0

  • 28

    dan dibiarkan memisah, kemudian digabungkan lapisan bagian atas ke dalam labu

    pemisah (perlakuan ini kembali diulangi satu kali). Lalu larutan tersebut dicuci

    dengan aquades hingga bebas basa. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam labu

    dasar bulat berleher asah dan diuapkan dendan vacum evaporator hingga kering.

    Lalu residu dilarutkan dengan propanol. Larutan disaring dengan Sep-pak

    catridge C 18, dan diinjeksikan ke dalam HPLC.

    Larutan standar dibuat dengan menggunakan larutan stok standar -karoten

    100 mg/ml. Ditimbang 0,01 gram -karoten ke dalam Erlenmeyer, kemudian

    diperlakukan sama dengan contoh sampai diperoleh larutan residu yang

    ditambahkan propanol. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml

    lalu ditera dengan propanol. Dibuat larutan deret standar (disesuaikan dengan

    konsentrasi contoh). Disaring larutan dengan Sep-pak catridge C 18, dan

    diinjeksikan ke dalam HPLC. Kadar -karoten (mg/kg) dalam contoh dapat

    dihitung dengan rumus :

    Keterangan :

    C sp = konsentrasi contoh

    A st = area standar

    A sp = area contoh

    C st = konsentrasi -karoten (mg/kg)

    Fp = faktor pengenceran

    W sp = bobot contoh (g)

    Kadar Vitamin C Sari Buah Murbei dengan Metode Titrimetri (Lestariana dan Madiyan 1989) Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrimetri yang

    menggunakan larutan iodin sebagai peniter dengan cara sebagai berikut : diambil

    1 sampai 1,5 gram sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambah

    aquadest hingga 25 ml, lalu ditambahkan indikator amilum 2 tetes untuk dititrasi

    Wsp

    karotenxfpxCstAstAsp

    Csp

    =

  • 29

    dengan iodin 0,01 N sampai berwarna biru. Kadar vitamin C dihitung dengan

    menggunakan standarisasi larutan iodin, yaitu : 1 ml iodium = 0,88 mg vitamin C.

    Konsentrasi Antosianin Sari Buah Murbei dengan Metode pH-differential (Prior et al. 1998) Sebanyak masing-masing 0,05 ml sampel dimasukkan ke dalam 2 buah

    tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambah larutan buffer potasium klorida

    (0,025 M) pH 1 sebanyak 4,95 ml, dan tabung kedua ditambahkan larutan buffer

    sodium asetat (0,4 M) pH 4,5 sebanyak 4,95 ml. Pengaturan pH dalam

    pembuatan larutan buffer menggunakan HCl pekat. Absorbansi dari kedua pH

    diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm dan 700 nm

    setelah didiamkan selama 15 menit. Nilai absorbansi dihitung dengan rumus :

    A = [(A520 A700)pH 1 (A520 A700)pH 4,5]. Konsentrasi antosianin dihitung

    sebagai sianidin-3-glikosida menggunakan koefisien ekstingsi molar sebesar

    29 600 L cm-1 dan berat molekul sebesar 448,8. Konsentrasi antosianin (mg / L)

    = (A x BM x FP x 1000) / ( x 1), dimana A adalah absorbansi, BM adalah berat

    molekul (448,8), FP adalah faktor pengenceran (5 ml/0,05 ml), dan adalah

    koefisien ekstingsi molar (29 600 L cm-1).

    Gula Total Sari Buah Murbei dengan Metode Luff Schroorl (Sudarmadji, Haryono dan Suhardi 1996) Ditimbang contoh sebanyak 5 sampai 10 gram dan dimasukkan ke dalam

    labu takar 250 ml, lalu ditepatkan sampai tanda tera, dikocok, dan disaring.

    Kemudian dipipet filtratnya sebanyak 50 ml, dan ditambahkan 10 ml Pb asetat

    setengah basa sambil dikocok. Dicek apakah penambahan Pb asetat sudah cukup

    atau belum dengan meneteskan larutan Na2HPO4 10%. Bila timbul endapan putih

    berarti sudah cukup. Ditambahkan Na2HPO4 10% hingga cukup mengendapkan

    kelebihan Pb asetat (sekitar 15 ml) yaitu diuji dengan meneteskan 1 sampai 2 tetes

    larutan Na2HPO4 hingga tidak timbul endapan. Ditambahkan air sampai tanda

    tera, dikocok dan dibiarkan sekitar 30 menit, kemudian disaring.

    Dipipet 50 ml filtrat dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,

    ditambahkan 5 ml HCl 25% kemudian labu dimasukkan ke dalam penangas air

  • 30

    (60-70oC) selama 10 menit, diangkat dan didinginkan. Ditambahkan NaOH 30%

    hingga warna yang terbentuk menjadi hijau (karena warna larutan sari buah

    berwarna merah jambu) dengan menggunakan indikator phenolphtalein.

    Ditepatkan hingga tanda tera dan dikocok.

    Larutan dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml

    bertutup asah, lalu ditambahkan 15 ml air dan 25 ml larutan luff. Kemudian

    direfluk sekitar 2 menit sampai mendidih dan dididihkan terus selama 10 menit,

    diangkat dan didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan 10 sampai 15 ml larutan

    KI 30% dan 25 ml H2SO4 25% (pelan-pelan). Segera dititrasi dengan larutan thio

    0,1 N dan larutan kanji 0,5% sebagai indikator. Kanji ditambahkan pada saat

    warna larutan telah berubah menjadi kuning (misalnya diperlukan a ml larutan

    thio). Untuk blanko, dikerjakan dengan 25 ml air + 25 ml larutan luff dan

    dikerjakan sama seperti di atas (misalnya diperlukan b ml larutan thio).

    ml thio 0,1 N = [(ml blanko ml sampel)/0,1] x N thio, kemudian dilihat pada

    tabel sakar hingga diperoleh mg glukosa.

    % gula total = mg glukosa x FP x 0,95 x 100

    berat sampel x 1000

    Total Asam Tertitrasi (TAT) Sari Buah Murbei dengan Metode Titrimetri (Sulaeman dan Mudjajanto 1993, yang dimodifikasi) Analisa total asam tertitrasi dilakukan dengan menggunakan NaOH, yaitu

    dengan cara sebagai berikut : diambil 10 g sampel, lalu dimasukkan dalam

    Erlenmeyer serta ditambahkan aquades ke dalamnya hingga 25 ml, diukur pH

    awal larutan. Kemudian larutan tersebut diberi indikator phenolphthalein (pp)

    untuk dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai pH >7 (basa). Kemudian dihitung

    volume TAT = {ml titrasi [(pH akhir 7) / (pH akhir-pH awal)] x ml titrasi},

    sedangkan % TAT = [vol TAT x