20-maluku

Upload: yazid-adhar

Post on 17-Oct-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 616 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    PETA PROVINSI MALUKU

  • 617 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    A. UMUM

    1. Dasar Hukum

    Provinsi Maluku berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1958 tanggal 1

    Juli 1958.

    2. Lambang Provinsi

    Lambang Provinsi maluku berbentuk perisai bersudut tiga.

    Didalam perisai terdapat lukisan daun sagu dan daun

    kelapa, mutiara, pala dan cengkeh, tombak, gunung, laut

    dan perahu.

    Sagu merupakan sumber kehidupan dan makanan pokok

    daerah maluku. Kelapa adalah hasil bumi maluku. Mutiara

    adalah hasil alam khas Maluku. Tombak sebagai simbol

    kesatria. Gunung merupakan simbol kekayaan hasil hutan

    yang melimpah, sedangkan laut dan perahu adalah simbol

    persatuan dan kesatuan yang kekal abadi. Dalam lambang

    terdapat motto daerah bertuliskan Siwa Lima yang berarti Milik Bersama.

    3. Pemerintah

    Provinsi Maluku terdiri dari 9 Kabupaten dan 2 Pemerintahan Kota. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat dari uraian berikut ini :

    No. Kabupaten/Kota Ibu kota

    1 Kabupaten Buru Namlea

    2 Kabupaten Buru Selatan Namrole

    3 Kabupaten Kepulauan Aru Oobo

    4 Kabupaten Maluku Barat Daya Tiakur

    5 Kabupaten Maluku Tengah Masohi

    6 Kabupaten Maluku Tenggara Tual

    7 Kabupaten Maluku Tenggara Barat Saumlaki

    8 Kabupaten Seram Bagian Barat Dataran Hunipopu

    9 Kabupaten Seram Bagian Timur Dataran Hunimoa

    10 Kota Ambon -

    11 Kota Tual -

    4. Letak Geografis dan Batas Wilayah

    Maluku terletak diantara 5o Lintang Utara 9

    o Lintang Selatan dan 122

    o 136

    o Bujur

    Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :

    Utara = Laut Seram

    Selatan = Laut Arafuru dan Laut Banda

    Barat = Laut Banda

    Timur = Laut Arafuru

    5. Komposisi Penganut Agama

    Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Islam dan Kristen . Hal ini dikarenakan

    pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan

    20 PROVINSI MALUKU

  • 618 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di

    wilayah Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya.

    Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2005 adalah Masjid 1.028 buah, Gereja

    998 buah, Pura 5 buah dan Wihara 6 buah. Sedangkan Pemeluk agama Islam sebesar

    49,2%, Kristen sebesar 50,4%, Hindu 0,07% dan Budha 0,10% dan lainnya 0,67%.

    6. Bahasa dan Suku bangsa

    a. Suku bangsa

    Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik

    yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang

    tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.

    Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi

    dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah,

    makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh:

    Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).

    Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar

    dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di

    Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut

    seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.

    Sejak jaman dahulu, banyak diantara mereka yang sudah memiliki darah

    campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa,

    Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan

    Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini

    telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan

    baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya

    percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku

    merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah

    Mestizo. Bahkan hingga sekarang banyak marga di Maluku yang berasal bangsa asing

    seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz,

    Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De

    Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan

    lain-lain). Ditemukan pula marga bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera,

    Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta Arab (Al-Kaff, Al

    Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain).

    Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan asing seperti

    Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca:

    Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).

    Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja

    melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah

    keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik

    adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-

    an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan

    kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain,

    yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di

    belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas

    yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris,

    Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.

  • 619 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    b. Bahasa

    Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang

    merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan

    kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan

    sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik

    Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di

    sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.

    Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-

    muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai

    berikut:

    bahasa Wamale (di Seram Barat)

    bahasa Alune (di Seram Barat)

    bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-

    Paputih dan teluk Telutih)

    bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)

    bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)

    bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)

    Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia.

    Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan

    semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan,

    secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku.

    7. Budaya

    a. Lagu Daerah : Putra putri Ambon, Sayang Dilale, Ole Sioh, Burung Kakak

    Tua

    b. Tarian tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele, Tari Nabar Ilaa

    c. Senjata Tradisional : Parang Sawalaku

    d. Rumah Tradisional : Rumah Baileo

    e. Alat Musik Tradisional : Tifa

    f. Makanan Khas Daerah : Papeda (bubur Sagu), dabu dabu sesi (ikan Bakar), Sopek

    Odheng, palai badar.

    8. Bandara dan Pelabuhan Laut

    a. Bandara = Pattimura

    b. Pelabuhan Laut = Pelabuhan Ambon

    9. Perguruan Tinggi = Universitas Pattimura

    10. Industri dan Pertambangan

    Emas, minyak bumi dan minyak kayu putih.

  • 620 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    B. OBYEK WISATA

    1. Wisata Alam

    a. Pantai Natsepa

    Pantai landai dan lebar ini

    dikenal sejak abad ketujuh

    belas, digunakan sebagai tempat

    berlibur para penjajah Belanda.

    Saat ini di setiap akhir pekan,

    Pantai Natsepa selalu ramai

    pengunjung, khususnya warga

    kota Ambon. Tujuan mereka ke

    Natsepa antara lain untuk

    berenang, naik perahu yang

    bisa disewa per-jam, atau

    sekadar melepas lelah dengan

    menikmati pemandangan

    alamnya. Ada juga yang datang untuk sekadar menikmati segarnya kelapa muda,

    makan pisang goreng, jagung rebus, wajik atau rujak khas Pantai Natsepa.

    Pada hari-hari tertentu pemandangan sekitar pantai yang landai ini sangatlah indah,

    antara lain karena sekitar 12 meter dari bibir pantai Natsepa sering melintas kapal-

    kapal besar pengangkut kayu gelondongan dari Batu Gong, sebuah tempat

    pengolahan tripleks di pulau yang tampak di seberang Pantai Natsepa. Para

    wisatawan juga dapat mandi di pantai yang berombak rendah ini. Sehabis mandi,

    pengunjung bisa memborong ikan cakalang dan kepiting bakau yang banyak dijual

    nelayan di sekitar lokasi pantai.

    Pantai Natsepa terletak di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku

    Tengah, Pulau Ambon. Pantai ini terletak sekitar 18 km dari pusat Kota Ambon.

    Untuk menuju lokasi pantai dapat ditempuh dengan naik kendaraan umum dengan

    harga sekali jalan Rp. 5000. Pantai ini terletak di samping jalan besar, dengan waktu

    tempuh dari kota Ambon sekitar 30 menit, dengan jarak tempuh 24 km.

    Tarif masuk ke lokasi wisata ini, untuk orang dewasa sebesar Rp. 1.000,- kendaraan

    roda dua Rp. 1.000,- dan kendaraan roda empat Rp. 2.000.

  • 621 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    b. Wisata Bahari Laut Banda

    Kegiatan pelancong wisata bahari di

    perairan Banda beraneka ragam, seperti

    melihat taman laut dari atas perahu,

    menyelam, memancing ikan tuna dan

    cakalang, melihat ikan paus, lumba-

    lumba, burung laut dan menyaksikan

    Arombai Manggurebe (Lomba Belang

    atau balap perahu). Wisata bahari ini

    dapat dilakukan pada musim teduh

    (musim laut tidak berombak), yang

    terjadi pada bulan Maret, April, Mei,

    September, Oktober dan Nopember. Berwisata di sini benar-benar mengasikkan

    karena wisatawan dapat mencoba sendiri menggunakan alat pancing untuk

    menangkap ikan tuna dan cakalang.

    Taman laut Banda memiliki 350 spesies biota laut, termasuk berbagai jenis kerang

    purba yang saat ini hampir punah. Keindahan taman laut yang di dalamnya terdapat

    berbagai macam ikan, akan semakin memanjakan para penyelam.

    Lokasi taman laut Banda terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai,

    Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta. Tepatnya terletak di Kabupaten Maluku Tengah,

    Provinsi Maluku Tengah.

    Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menumpang kapal feri dari kota

    Ambon selama satu malam, dengan harga tiket Rp. 80.000.

    c. Hutan Wisata Marsegu

    Pulau ini diberi nama oleh

    masyarakat, Pulau Marsegu, karena

    mempunyai satwa kelelawar yang

    begitu banyak. Kata marsegu

    berasal dari bahasa daerah yang

    berarti kelelawar. Pulau Marsegu

    tidak menyeramkan, sebaliknya

    berbagai keindahan dapat ditemui di

    sana.

    Kawasan hutan Pulau Marsegu atau

    pulau kelelawar merupakan kawasan

    hutan lindung yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:

    10327/Kpts-II/2002, tanggal 30 Desember 2002. Luas hutan di pulau ini mencapai

    240,20 Ha.

    Hutan di pulau ini, terbagi dalam tiga kelompok, yaitu hutan sekunder muda, hutan

    sekunder pertengahan dan hutan sekunder tua. Jenis-jenis flora yang mendominasi

    adalah Gofasa (Vitex cofassus), Belo Hitam (Diospyros pilosanthera), Beringin (Ficus

    sp), Pepaya Hutan (Brachychiton discolor), Kuboha (Sterculia ceramica), Mangga

    Berabu (Cerbera manghas), Kayu Batu (Maranthes co). Setengah dari Pulau ini

    merupakan daerah hutan mangrove dengan berbagai jenisnya.

  • 622 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Di hutan ini banyak sekali ditemui kelelawar.Dapat ditemui pula berbagai satwa

    endemik yang dilindungi seperti burung gosong (Megaphodius reinwardtii) dan

    kepiting kelapa (Birgus latro) yang dalam bahasa daerahnya disebut "kepiting

    kenari".

    Dengan adanya berbagai macam satwa dan jenis tetumbuhan, pengunjung sekaligus

    dapat belajar mengenai banyak hal tentang beragam jenis lingkungan hidup yang

    ada dalam Pulau Marsegu ini.

    Secara administratif kawasan hutan Pulau Marsegu termasuk dalam Kabupaten

    Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku Tengah.

    Untuk menuju ke Pulau Marsegu, dari kota Ambon sebagai ibukota provinsi Maluku

    Tengah, dapat ditempuh melalui rute:

    Dari Ambon menuju Hunimua, menggunakan angkutan kota dengan biaya Rp. 7000.

    Kemudian perjalanan dilanjutkan dari Hunimua ke Waipirit yang telah berada di

    Pulau Seram, menggunakan kapal selama 1,5 jam. Dari Waipirit dilanjutkan menuju

    ke Pelita Jaya, dengan jarak tempuh 56 km. Selanjutnya menuju kawasan Hutan

    Pulau Marsegu ditempuh dengan jalur laut sepanjang 5 km.

    d. Gunung Binaiya

    Gunung Binaiya merupakan gunung

    tertinggi se-Provinsi Maluku. Gunung ini

    membentang di Pulau Seram dan masuk ke

    dalam lingkup Taman Nasional Manusela

    yang mempunyai luas 189.000 hektar.

    Pada tahun 1972 Taman Nasional Manusela

    dibagi menjadi dua daerah yakni Wae Mual

    seluas 17.500 hektar yang meliputi hutan

    dataran rendah pada bagian utara. Flora

    yang hidup di area ini adalah bakau

    (Mangrove) dengan vegetasi sekitar rawa-

    rawa, hutan damar (Agathis Alba), meranti

    (Shorea sp). Pada perbukitan bagian

    tengah adalah daerah Wae Nua seluas

    20.000 hektar.

    Gunung ini mempunyai curah hujan rata-

    rata 2000 mm/tahun, dengan musim

    penghujan terjadi sepanjang bulan

    November hingga April.

    Gunung Binaiya tergolong unik karena menjulang dari ketinggian 0 meter hingga

    3055 meter di atas permukaan laut. Di bagian kaki gunung, banyak terdapat sungai

    yang membentang seluas 6-8 meter.

    Gunung Binaiya masuk ke dalam Kabupaten Maluku Tengah. Provinsi Maluku.

  • 623 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Dari ibukota provinsi Maluku, Ambon, pendaki dapat menggunakan jasa angkutan

    bis menuju Pelabuhan Tulehu dengan biaya Rp. 10.000. Setiba di Tulehu, dilanjutkan

    menyeberang selat dengan menggunakan jasa speedboat menuju Pulau Seram,

    tepatnya singgah di Pelabuhan Wahai, dengan biaya Rp. 60.000. Dari Wahai

    perjalanan dilanjutkan menuju desa Kanikeh selama sekitar 6 jam. Kanikeh

    merupakan desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Binaiya.

    e. Taman Nasional Manusela

    Bila Anda berkunjung ke Provinsi

    Maluku, jangan lewatkan kesempatan

    bertamasya ke salah satu objek

    wisata andalan daerah tersebut, yaitu

    Taman Nasional Manusela. Taman

    nasional ini menawarkan berbagai

    destinasi wisata yang menarik bagi

    wisatawan, antara lain wisata hutan,

    wisata gunung, pemotretan satwa,

    panjat tebing, dan olahraga lintas

    alam.

    Pada awalnya, Taman Nasional Manusela merupakan kawasan konservasi

    berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

    736/Mentan/X/1982 pada tanggal 14 Oktober 1982, dengan luas areal sekitar

    189.000 hektar. Kemudian pada tahun 2002, Manusela ditetapkan sebagai taman

    nasional Tipe C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor

    6186/Kpts-IV/2002 pada tanggal 10 Juni 2002. Setelah itu, terhitung sejak tanggal 1

    Februari 2007, dengan menggabungkan Cagar Alam Wae Nua dan Cagar Alam Wae

    Mual, kawasan tersebut dinaikkan statusnya menjadi taman nasional Tipe B

    berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor P.03/Menhut-II/2007.

    Taman Nasional Manusela memiliki berbagai destinasi wisata yang membentang

    luas mulai dari daerah perairan hingga kawasan pegunungan.Kondisi alam yang

    demikian memberi banyak ruang kepada para wisatawan untuk memilih tempat

    tamasya yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing.

    Bagi wisatawan yang menyukai wisata hutan, kawasan taman nasional ini

    merupakan pilihan yang tepat. Di kawasan ini terdapat berbagai vegetasi hutan,

    seperti hutan pantai, hutan rawa, hutan tebing sungai, hutan hujan tropika palmah,

    hutan pegunungan, dan hutan sub alpin.Tancang (bruguiera sexangula), bakau

    (rhizophora acuminata), api-api (avicennia sp), kapur (dryobalanaps sp), pulai

    (alstonia scholaris), ketapang (terminalia catappa), pandan (pandanus sp), meranti

    (shorea selanica), kayu putih (melaleuca leucadendron), dan bunga bangkai (rafflesia

    sp) adalah jenis-jenis tumbuhan yang dapat ditemukan di sini.

    Kondisi alamnya yang masih alami dan terawat dengan baik menjadikan taman

    nasional ini habitat bagi berbagai jenis satwa. Di sini ditemukan rusa (cervus

    timorensis moluccensis), kuskus (phalanger orientalis), soa-soa (hydrosaurus

    amboinensis), babi hutan (sus celebensis), luwak (pardofelis marmorata), kadal

    panama (tiliqua gagas gagas), duyung (dugong dugong), dan penyu hijau (chelonia

    mydas).

  • 624 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Taman nasional yang menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Maluku

    Tengah ini semakin lengkap dengan terdapatnya 117 jenis burung, di mana 14 jenis

    di antaranya adalah endemik Pulau Maluku. Kesturi ternate (lorius garrulus), nuri

    tengkuk ungu (lorius domicella), kakatua seram (cacatua moluccensis), raja udang

    (halcyon lazuli/halcyon sancta), burung madu seram besar (philemon

    subcorniculatus), dan nuri ambon/nuri raja (alisterus amboinensis) adalah di antara

    jenis burung yang dapat dijumpai di kawasan ini.

    Burung Kakatua berjambul jingga

    Sumber Foto: kenzidane.wordpress.com

    Selain itu, terdapatnya beberapa sungai yang mengalir deras di kawasan taman

    nasional ini, dapat mengakomodasi keinginan pelancong yang berhasrat melakukan

    olahraga arung jeram. Kecuali air yang bening dan medan yang terbilang ekstrem,

    daya tarik lain sungai-sungai di kawasan ini adalah kondisi alamnya yang masih alami

    dengan pesona tebing yang eksotis di sepanjang aliran sungai.

    Sedangkan bagi pelancong yang hobi berpetualang, di kawasan taman nasional ini

    terdapat banyak lembah yang memiliki kekhasan masing-masing. Lembah Manusela

    terkenal dengan panorama alam yang rancak dan berhawa sejuk, lembah Pilianan

    kesohor dengan aneka jenis kupu-kupu, dan lembah Sawai populer dengan karang-

    karang laut yang indah. Selain itu, di taman nasional ini juga terdapat enam

    pegunungan, dimana Gunung Binaya (Binaiya) merupakan gunung tertinggi dengan

    ketinggian sekitar 3.027 meter di atas permukaan laut (dpl). Keberadaan gunung-

    gunung tersebut sangat mendukung keinginan wisatawan yang hobi mendaki

    gunung dan menyukai olahraga panjat tebing. Sementara itu, kontur medan yang

    naik-turun, jalan setapak yang berliku-liku sampai jauh ke dalam hutan, serta

    didukung oleh vegetasi hutan yang beraneka, memberi cukup ruang kepada

    petualang untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti olahraga lintas alam,

    berkemah, dan memotret aneka flora dan fauna unik.

    Bila memiliki waktu luang, wisatawan dapat mengunjungi tempat penangkaran rusa,

    rumah terapung, budidaya mutiara, arena outbond, jembatan gantung, menara

    pengintai, dan sumber air panas. Berwisata ke Taman Nasional Manusela tentu

    belum lengkap bila belum menyaksikan kehidupan penduduk asli yang mendiami

    kawasan taman nasional tersebut. Mereka tersebar di empat desa, yaitu Desa

    Manusela, Desa Ilena Maraina, Desa Selumena, dan Desa Kanike.Masyarakat desa-

    desa tersebut meyakini bahwa gunung-gunung yang berada dalam kawasan Taman

    Nasional Manusela senantiasa melindungi mereka dari marabahaya. Oleh sebab itu,

    mereka senantiasa menghormati dan menjaga kelestarian taman nasional tersebut

    dengan cara hidup selaras dengan alam.

  • 625 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Secara administratif, Taman Nasional Manusela masuk dalam wilayah Kecamatan

    Seram Utara dan Kecamatan Seram Selatan, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi

    Maluku, Indonesia.

    Bagi turis yang ingin mengunjungi Taman Nasional Manusela dapat memulai

    perjalanan dari Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku. Dari Kota Ambon terdapat

    dua rute menuju taman nasional tersebut. Pertama, melalui rute pantai utara.Bagi

    turis yang memilih rute pantai utara, dapat naik kapal feri dari Ambon menuju Kota

    Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah, dengan waktu tempuh sekitar delapan

    jam. Dari Masohi perjalanan dilanjutkan dengan naik bus atau menyewa mobil

    carteran sekitar dua jam menuju Saka. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan

    naik kapal cepat (speed boat) sekitar dua jam menuju Sawai atau Wahai.Kedua,

    melalui rute pantai selatan.Bagi turis yang memilih rute ini, dapat naik kapal feri dari

    Ambon menuju Masohi dengan waktu tempuh sekitar delapan jam. Dari Masohi

    perjalanan dilanjutkan menuju Tehoru dengan naik kapal motor sekitar sembilan

    jam. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Moso atau Desa Saunulu dengan

    menggunakan kapal motor.Bagi turis yang menyukai tantangan, dianjurkan untuk

    memilih rute yang kedua atau rute pantai selatan. Karena, sebelum sampai di Taman

    Nasional Manusela, wisatawan akan melewati jalan mendaki dengan kemiringan

    medan sekitar 30 persen.

    f. Kepulauan Banda

    Heaven on East Indonesia!

    Kata-kata itu pantas disematkan sebagai

    slogan Kepulauan Banda. Selain menjadi

    laboratorium bagi para penyelam kelas

    dunia dan penyuka wisata pantai, kawasan

    yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil

    ini juga merupakan monumen hidup bagi

    sedikitnya tiga bangsa, yaitu Portugal,

    Belanda, dan Indonesia.

    Senyatanya, beberapa peninggalan sejarah kolonial dan masa perang kemerdekaan

    masih dapat kita jumpai di Kepulauan Banda ini. Peninggalan-peninggalan itu antara

    lain rumah pengasingan dr. Tjipto Mangunkusumo, yang kala itu diasingkan bersama

    Mr. Iwa Kusumasumantri, rumah pengasingan Soetan Sjahrir (Perdana Menteri

    Republik Indonesia pertama), rumah pengasingan Mohammad Hatta (proklamator

    sekaligus Wakil Presiden Republik Indonesia pertama), Benteng Nassau (peninggalan

    Portugal abad ke-16), Benteng Belgica (peninggalan VOC Belanda, berdiri tahun

    1611), Pelabuhan Neira, sebuah gereja tua berusia tiga seperempat abad lebih

    (didirikan pada tahun 1680) yang di bawah lantainya terdapat kuburan 39 warga

    Belanda masa lalu, dan lain sebagainya.

  • 626 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Gereja tua di Bandaneira

    http://sahabatmuseum.multiply.com

    Di Museum Bung Sjahrir, sebagaimana masyarakat Banda menyebut bekas rumah

    Soetan Sjahrir di Bandaneira, beberapa dokumen penting terpampang di papan

    pajangan bersama sejumlah foto kenangan perjuangan bersama beberapa

    koleganya. Selain itu, masih tersimpan dengan baik di sana salinan surat

    pengangkatan Soetan Sjahrir sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Dalam

    Negeri dan Menteri Luar Negeri yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno (Presiden

    Republik Indonesia) pada tanggal 15 November 1945. Kala itu, Bung Kecil sapaan

    akrab Soetan Sjahrir masih berusia 36 tahun.

    Ruang Tamu di Museum Bung Sjahrir

    Sumber Foto:http://sahabatmuseum.multiply.com

    Gramofon di Museum Bung Sjahrir

    Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com

    Di tempat yang sama, pengunjung juga dapat menjumpai gramofon yang pernah

    digunakan oleh Bung Kecil dan para pejuang lainnya untuk mendengarkan musik-

    musik klasik kesukaan mereka. Menapaki rumah bersejarah ini, sebagaimana ulasan

  • 627 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Kompas (24/10/96) kita tidak hanya akan mendengarkan saksi-saksi perjalanan

    Sjahrir dan kawan-kawannya yang bercerita melalui artefak-artefak, melainkan juga

    pemikirannya selama ditahan dan diasingkan oleh Belanda yang dituangkannya

    dalam Renungan Indonesia. Renungan Indonesia berupa bundel tulisan yang

    dikemas dalam bentuk buku bersampul hijau yang dipajang pada salah satu meja di

    rumah ini.

    Bekas rumah Bung Hatta di Kepulauan Banda

    Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com

    Sementara, apabila pengunjung bertandang ke bekas rumah Bung Hatta, kita dapat

    temui kaca mata yang pernah digunakan oleh beliau saat membacakan Proklamasi

    17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur, Jakarta.Di Museum Bung Hatta ini pula dapat

    ditemui satu stel jas warna kombinasi abu-abu cokelat.Jas bersejarah ini digunakan

    Bung Hatta saat menandatangani hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den

    Haag, Belanda pada 23 Agustus2 November 1949 (Kompas,

    24/10/96).Mengelilingi rumah ini, kita dapat membayangkan betapa

    mengenaskannya kondisi rumah pengasiangan ini. Di salah satu pojok halaman

    rumah, kita akan menyaksikan gentong yang dulu berfungsi sebagai penampung air

    hujan. Air hujan yang terkumpul dalam gentong tersebut digunakan Bung Hatta

    untuk sumber air minum karena, selain tidak ada sumur, air di sana mengandung

    kadar garam tinggi.

    Beberapa lokasi bersejarah lainnya masih dapat Anda saksikan dan nikmati di

    Kepulauan ini.Misalnya beberapa bangunan yang telah dipugar dan tetap berwajah

    sebagaimana aslinya, yaitu rumah marinir Inggris, Christopher Cole, yang kini

    dijadikan museum; kediaman resmi Gubernur Jenderal VOC kala berada di

    Bandaneira, yang lebih dikenal sebagai Istana Mini; serta Masjid Jami Hatta-Syahrir,

    yang terletak di Desa Nusantara.

    Pesona Laut dan Gunung Api, Kepulauan Banda

  • 628 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Sumber Foto: http://dunialaut.com

    Selain wisata sejarah perjuangan dan kolonialisme, Kepulauan Banda sangat kaya

    dengan kawasan-kawasan tujuan tamasya alam.Di Pulau Gunung Api (pulau ini

    berhadap-hadapan dengan Pulau Banda Kecil), terdapat gunung setinggi sekitar 700

    meter bernama Gunung Banda Api. Dari Kota Bandaneira, Anda dapat melihat

    keagungan dan kecantikan gunung itu selagi hari masih pagi, maupun di senja yang

    sedang menghampiri kota ini.

    Tak hanya gunung yang menghiasi alam Kepulauan Banda, dalam

    www.dunialaut.com dilukiskan bagaimana indahnya alam laut di perairan kepulauan

    ini. Penyelam-penyelam kelas dunia mengakui dan menganggap laut Banda

    merupakan salah satu dive spot terbaik di dunia. Kepulauan Banda memang terkenal

    dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta terumbu karang yang

    mempesona. Pernah satu ketika letusan Gunung Api merusak sebagian sisi terumbu

    karang Pulau Banda Besar. Namun menurut penilitian dari UNESCO, akibat

    fenomena ini justru pertumbuhan terumbu karang di tempat ini menjadi yang

    tercepat di dunia.Karena, pertumbuhan terumbu karang hanya membutuhkan

    waktu kurang dari sepuluh tahun.

    Snorkeling dan Diving di Laut Banda

    Sumber Foto: http://www.info4indonesia.com

    Tamasya bawah laut alias menyelam di Kepulauan Banda memang menakjubkan,

    clear visibility (tingkat kejernihan pandangan) bisa mencapai 40 meter saat

    menyelam dan hal ini membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat dengan

    jelas. Hampir seluruh area penyelaman di Pulau Banda Besar, Pulau Ai, Pulau Run,

    Pulau Hatta, Pulau Sjahrir, hingga mendekati dermaga Bandaneira memiliki pesona

    dan keanekaragaman alam bawah laut yang tak mungkin dilihat di tempat lain di

    dunia. Perjalanan antartitik penyelaman satu dengan yang lain tidak terlalu jauh, dan

    rata-rata dapat ditempuh dengan waktu antara 30 menit sampai 1,5 jam dengan

    kapal boat. Di area ini, mata Anda benar-benar akan dimanjakan dengan warna-

    warni terumbu karang dan soft coral yang sehat. Ditambah dengan ribuan ikan yang

    seolah tidak peduli dengan kehadiran serta kedekatan Anda. Bila sedang

    dipermukaan laut, sesekali Anda akan menyaksikan sekelompok lumba-lumba yang

    melompat-lompat.

  • 629 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    War Canoe Tradition di Pulau Sjahrir,Kepulauan Banda

    Sumber Foto: http://sahabatmuseum.multiply.com

    Kepulauan Banda terletak di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.

    Dari Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, Anda dapat menggunakan Kapal Pelni

    KM Ciremai dari Pelabuhan Yos Sudarso untuk menuju Bandaneira. Waktu tempuh

    yang diperlukan kapal ini adalah tujuh (7) jam perjalanan ke arah tenggara dari

    Ambon. Meski tampak menjemukan, perjalanan selama 7 jam tersebut akan terobati

    dengan panorama Laut Banda yang menakjubkan di siang hari.

    Sesampainya di Pelabuhan Yos Sudarso, Anda dapat mencari angkutan umum yang

    berjejeran di pelabuhan tersebut untuk menuju ke penginapan terdekat. Angkutan

    umum yang dapat mengantar Anda menuju tempat menginap adalah becak, ojek,

    angkutan kota, maupun taksi. Namun, bila Anda tidak sabar untuk segera menuju ke

    lokasi tamasya, angkutan umum bisa langsung membawa Anda ke tempat tujuan

    yang dikehendaki.

    2. Wisata Sejarah

    a. Benteng Victoria

    Benteng Victoria merupakan tempat

    bersejarah yang terletak tepat di

    pusat kota Ambon. Benteng tertua di

    Ambon ini dibangun oleh Portugis

    pada tahun 1775, yang selanjutnya

    diambil alih oleh Belanda. Belanda

    kemudian menjadikan benteng ini

    sebagai pusat pemerintahan untuk

    mengeruk harta kekayaan

    masyarakat pribumi, berupa rempah-

    rempah yang melimpah di bumi

    Maluku.

    Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini berfungsi strategis, yakni sebagai

    pusat pemerintahan kolonial. Di depan benteng terdapat pelabuhan yang digunakan

    sebagai jalur perhubungan laut antar pulau. Melalui pelabuhan ini pula kapal-kapal

    Belanda mengangkut hasil rempah-rempah untuk didistribusikan ke beberapa

    negara di benua Eropa. Bersebelahan dengan benteng ini, juga terdapat pasar yang

    menjadi tempat untuk mempertemukan komunitas para pedagang pribumi.Benteng

    ini juga digunakan sebagai tempat pertahanan dari berbagai serangan masyarakat

  • 630 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    pribumi yang melakukan perlawanan. Dan, tepat di depan benteng inilah pahlawan

    nasional bernama Pattimura digantung, yakni pada tanggal 6 Desember 1817.

    Di dalam benteng dapat ditemui sisa-sisa meriam berukuran raksasa. Di beberapa

    kamar terdapat patung berukir terbuat dari kayu pilihan, peta perkembangan kota

    Ambon dari abad XVII hingga abad IX, dan beberapa koleksi lukisan para

    administratur Belanda di Maluku. Dengan melihat peninggalan ini pengunjung

    dapat merekam sejarah lahir dan berkembangnya kota Ambon.

    Sedangkan ruas jalan di sisi depan benteng atau yang disebut Boulevard Victoria

    menghubungkan langsung ke arah bibir Pantai Honipopu. Tepat di depan benteng,

    wisatawan dapat langsung menyaksikan Teluk Ambon yang sangat indah di saat

    senja hari, khususnya ketika matahari mulai tenggelam.

    Benteng Victoria terletak di Kecamatan Sirimau, Kotamadya Ambon, Provinsi

    Maluku.

    Karena terletak tepat di tengah kota, maka pengunjung dapat langsung jalan kaki ke

    arah timur sejauh 300 meter dari Terminal Mardika, terminal angkutan umum yang

    terletak di pusat kota. Jika pengunjung naik becak, dikenakan biaya Rp. 3.000, dan

    Rp. 1500 jika naik angkutan umum.

    b. Benteng Amsterdam

    Benteng Amsterdam dibangun oleh

    Belanda pada awal abad ke-17, ketika

    perdagangan rempah-rempah mulai

    dilaksanakan di Ambon.Benteng ini terletak

    tidak jauh dari Gereja Tua Hila.Benteng

    Amsterdam adalah bangunan kedua yang

    dibangun Belanda di Ambon, setelah

    Kasteel Van Verre.Benteng ini dibangun

    setelah Vereenigde Oost Indische

    Compagnie (VOC) didirikan di Belanda oleh

    Heeren Zeventien.Seorang ahli sejarah dan pengamat alam bangsa Jerman yang

    bekerja untuk tentara Belanda bernama George Everhard Rumphius pernah tinggal

    di benteng ini pada kurun 1660 - 1670, dan menulis buku tentang flora dan fauna

    Ambon.Benteng Amsterdam direnovasi pada tahun 1993.

    Benteng Amsterdam merupakan bangunan tua yang sudah berusia ratusan tahun,

    dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah penguasaan VOC di Ambon.Benteng

    ini terletak di tepi pantai yang sangat tenang dan indah.

    Benteng Amsterdam terletak di Kecamatan Hila, Ambon.

    Tempat ini bisa dicapai dengan mobil dari Ambon selama sekitar satu jam.Jika

    mempergunakan kendaraan umum, pengunjung dapat naik bus dari Ambon ke

    Kecamatan Hila.

  • 631 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    c. Masjid Tua Wapauwe

    Sejarah Masjid Tua Wapauwe di desa Kaitetu,

    Ambon, terkait erat dengan perkembangan

    Islam di jazirah Hitu.Pada abad ke-13,

    penduduk di pegunungan Wawane dan

    sekitarnya masih mempercayai

    animisme.Kondisi ini mulai berubah ketika

    pada abad ke-14 Irian dan Maluku diinvasi

    oleh Kerajaan Ternate dan Tidore.Pengaruh

    kekuasaan Ternate dan Tidore yang sangat

    kuat membuat agama Islam, yang dibawa para saudagar dari Jawa, berkembang

    dengan baik di wilayah ini.

    Masjid Tua Wapauwe berdiri tahun 1414 di Wawane.Menurut prasasti yang

    terdapat di halaman masjid, pendiri Masjid Tua Wapauwe adalah Perdana Jamillu

    dan orang kaya Alahahulu.Selanjutnya pada tahun 1614, masjid ini dipindahkan oleh

    Imam Rijalli ke Tehalla, 6 km di sebelah timur Wawane.Imam Rajalli adalah guru

    agama yang sangat dihormati, dan bersama pengikutnya yang disebut Kelompok

    Dua Belas Tukang mengembangkan agama Islam di wilayah ini. Lima puluh tahun

    kemudian, pada tahun 1664, menurut cerita penduduk setempat masjid ini turun

    (pindah sendiri) ke Atetu lengkap dengan segala peralatan ibadahnya.

    Wapauwe berasal dari kata wapa yang berarti di bawah dan uwe yang

    merupakan nama pohon mangga. Pada awalnya, masjid ini memang didirikan di

    bawah sebatang pohon mangga.Seluruh bahan bangunan masjid ini adalah kayu

    sagu, yang dikonstruksi tanpa memakai paku.

    Masjid yang sudah sangat tua ini masih terpelihara dengan baik. Sebagian besar

    bangunannya masih asli, juga masih tersimpan beberapa benda peninggalan seperti

    bedug, Al-Quran tulisan tangan, timbangan beras fitrah dengan anak timbangan

    berupa batu yang beratnya 2,5 kg, dan sebuah logam berukir dan bertuliskan huruf

    arab pada dinding masjid. Masjid juga masih difungsikan sebagai tempat sholat

    penduduk sekitar. Jika bedug dipukul, maka suaranya akan terdengar hingga ke

    seluruh desa, mengundang penduduk untuk datang berjamaah ke masjid. Mushaf

    Al-Quran tulisan tangan yang ada di masjid ini pernah dipamerkan pada Festival

    Istiqlal di Jakarta. Beberapa tambahan baru adalah tempat wudlu, karpet, kipas

    angin dan aliran listrik untuk penerangan.

    Masjid Tua Wapauwe terdapat di desa Kaitetu (Atetu), Kecamatan Hila, pantai utara

    Pulau Ambon. Masjid ini terletak tidak jauh dari Benteng Amsterdam.

    Desa Kaitetu bisa dicapai dengan mobil selama kurang lebih satu jam dari kota

    Ambon. Selain menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung juga bisa naik bus

    umum dari kota Ambon ke Kecamatan Hila, kemudian naik angkutan umum dari Hila

    ke desa Kaitetu.

  • 632 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    d. Benteng Belgica

    Ekspansi perdagangan bangsa Eropa di

    Nusantara sekitar abad ke-16 dan 17

    memberi pengaruh yang berarti kepada

    berbagai bangsa di Asia Tenggara.Salah

    satunya Indonesia. Berawal dari kedatangan

    bangsa Portugal di awal abad ke-16,

    kemudian disusul Belanda dan Inggris pada

    periode selanjutnya, menjadikan hampir

    seluruh wilayah Kepulauan Nusantara

    sebagai zona ekonomi kolonial. Salah satu contohnya Kota Bandaneira, yang kini

    menjadi ibukota Kecamatan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi

    Maluku.

    Bandaneira merupakan salah satu kota kecil (small town) tinggalan zaman kolonial

    Portugal dan Belanda di Nusantara. Tempat ini beranjak menjadi kota ketika

    Portugal menginjakkan kakinya untuk kali pertama di pulau yang terkenal sebagai

    pulau rempah-rempah (spice island) pada tahun 1527 (Kompas, 24/10/96). Kala itu,

    Bandaneira diproyeksikan sebagai sentra dagang Portugal untuk Eropa.Oleh

    karenanya, dibutuhkan pelabuhan yang memadai yang dilengkapi prasarana

    pertahanan, yakni benteng yang sekaligus berfungsi sebagai penjara dan gudang

    mesiu.

    Dalam proses mengembangkan Bandaneira, Portugal mulanya mendirikan sebuah

    benteng yang diberi nama Benteng Nassau. Pembangunan benteng ini sekaligus

    bertujuan sebagai simbol kebesaran kolonial Portugal di kawasan Timur Jauh.

    Namun, belum selesai benteng ini dibangun, kedatangan Belanda di sana pada akhir

    abad ke-16 membuat Portugis harus meninggalkan Bandaneira.

    Kedatangan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Companie) sebuah kongsi dagang

    swasta untuk wilayah Hindia Timur asal Belanda yang berdiri pada 1602 di

    Kepulauan Banda pada tahun 1599 inilah yang menjadi cikal bakal praktik

    kolonialisasi di antero wilayah Nusantara (Kompas, 24/10/96).VOC menyingkirkan

    hak-hak ekonomi Portugal dari Kepulauan Banda (dan juga Nusantara) ketika itu

    karena VOC menerima piagam hak monopoli (oktroi) dari Parlemen Kerajaan

    Belanda.Melalui piagam tersebut, VOC kemudian memiliki hak penuh atas segala

    aktivitas perdagangan di Hindia Timur, yakni Afrika bagian selatan dan timur serta

    seluruh Asia (Kompas, 28/03/02).Kawasan perdagangan yang dimaksud terbentang

    mulai dari Tanjung Harapan di Afrika Selatan sampai ke Selat Magellan di sebelah

    timur Kepulauan Jepang.

    Piagam oktroi, sebagaimana disebut di atas, sekaligus menjadikan VOC sebagai wakil

    Pemerintah Kerajaan Belanda untuk kawasan Asia.Karenanya, VOC dapat melakukan

    perundingan dan mengikat perjanjian dengan para penguasa negara-negara

    berdaulat di seluruh Hindia Timur.Ia juga berhak membangun benteng untuk

    melindungi kantor dan gudang mereka, berhak mengangkat gubernur dan pegawai,

    berhak membentuk pasukan perang, menyelenggarakan peradilan, sampai

    menerbitkan uang (Kompas, 28/03/02).

  • 633 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Sebagaimana runtutan kisah di atas, hengkangnya Portugal dari Kepulauan Banda di

    awal abad ke-17, mendorong VOC membangun fondasi-fondasi kekuatan militernya

    di Nusantara bagian Timur. Ketika itu, kapal-kapal besar VOC berlabuh di Teluk

    Neira, membawa ribuan personel militernya dan menuntaskan pembangunan

    Benteng Nassau yang belum selesai dikerjakan Portugis dan juga mempersiapkan

    pembangunan benteng lain yang baru.

    Ilustrasi kedatangan VOC di Kepulauan Banda

    Sumber Foto: www.nrc.nl

    Dalam http://www.paketrupiah.com, dikisahkan bahwa pembangunan benteng baru

    itu dikomandoi oleh Pieter Both, Gubernur Jenderal VOC pertama, pada tahun 1611.

    Benteng yang diberi nama Belgica ini digunakan sebagai markas dan pusat

    pertahanan militer. Dalam kurun waktu itu, benteng yang pada awalnya difungsikan

    sebagai pusat pertahanan tersebut dalam perkembangannya menambah fungsinya

    sebagai benteng pemantau lalu lintas kapal dagang.Benteng ini kemudian diperbesar

    tahun 1622 oleh J.P. Coen.Kemudian, tahun 1667 diperbesar lagi oleh Komisaris

    Cornelis Speelman.Benteng ini menjadi markas militer Belanda hingga tahun 1860,

    atau berfungsi lebih dari 200 tahun. Setelah itu, benteng yang berada di atas

    perbukitan Tabaleku (di wilayah barat daya Pulau Naira) dan terletak pada

    ketinggian 30,01 meter di atas permukaan laut (dpl) ini dibiarkan terbengkalai

    karena tidak dipakai lagi hingga mengalami kerusakan.

    Pada tahun 1991, atau setelah hampir empat seratus tahun berselang, Benteng

    Belgica dipugar oleh para ahli atas bantuan dana dari Jenderal L.B. Moerdani, yang

    kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan (Hankam) Republik

    Indonesia. Empat tahun pascapemugaran, benteng ini masuk ke dalam daftar

    bangunan yang pantas dilestarikan oleh UNESCO karena nilai sejarah yang melekat

    padanya.Dalam situs resmi UNESCO, whc.unesco.org, benteng ini ditetapkan sebagai

    salah satu situs peninggalan cagar budaya (world heritage culture) yang harus

    dilestarikan.UNESCO menerima pengajuan usulan dari Departemen Kebudayaan

    pada tanggal 19 Oktober 1995, bahwa benteng ini merupakan cagar budaya yang

    layak untuk dilestarikan.

    Atmosfer napak tilas riwayat kolonialisme di Nusantara akan terasa sejak wisatawan

    tiba di Pulau Banda. Bukan hanya ketika wisatawan mencium aroma buah pala yang

    amat kuat di pulau ini, tetapi juga ketika para pelancong berkunjung ke Benteng

    Belgica.Berada di benteng yang menyimpan sejuta ceritera VOC di awal

    kedatangannya ini, seolah mengajak kita untuk kembali menengok situasi

    Bandaneira pada abad ke-17.

  • 634 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Benteng Belgica

    Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar

    Meski telah berusia hampir 400 tahun, benteng ini masih terawat dengan baik. Tidak

    tampak di sana, misalnya, coretan-coretan pada tembok benteng yang tebalnya

    mencapai puluhan sentimeter itu seperti yang sering terjadi pada beberapa

    bangunan bersejarah di banyak tempat di Indonesia. Selain bangunan yang masih

    terawat dengan baik, penampilan benteng ini juga masih terlihat kokoh dan

    tangguh.

    Dari sisi luar bangunan, banyak yang mengatakan bahwa Benteng Belgica yang

    dibangun pada tahun 1611 ini secara fisik menyerupai Gedung Pentagon di

    Washington D.C., Amerika Serikat.Bahkan, benteng ini mempunyai julukan sebagai

    The Indonesian Pentagon. Karena, secara desain arsitektur bangunan benteng bekas

    markas VOC tersebut berbentuk pentagonal alias persegi lima. Uniknya, apabila

    benteng ini dilihat dari salah satu penjuru niscaya hanya akan terlihat empat buah

    sisi, meski sesungguhnya memiliki lima sisi layaknya sebuah bintang persegi.

    Setiap sudut pada bangunan ini dilengkapi dengan dinding-dinding yang dikreasi

    sebagai sarana bertahan ketika ada musuh yang menyerang atau yang lazim disebut

    sebagai defensive wall. Secara umum, http://en.wikipedia.org/wiki/Fort

    menyebutkan bahwa VOC mendirikan Benteng Belgica ini merujuk pada tren

    teknologi arsitektural (model) benteng di Eropa kala itu atau gaya benteng di

    periode modern awal (Early Modern Era).

    Dinding-dinding pertahanan Benteng Belgica tampak dari dalam

    Sumber Foto: Pariwisata Maluku

    Ciri khas lain dari benteng bercorak Early Modern Era ini adalah keberadaan bastion-

    bastion pada bangunan benteng. Bastion merupakan sebuah celah pada dinding

    benteng yang difungsikan sebagai tempat menaruh mulut canon atau meriam

    (http://en.wikipedia.org/wiki/Bastion).Sebagian besar, bastion-bastion ini

    menghadap ke arah laut, atau sehadap dengan muka benteng.

  • 635 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Bastion-bastion Benteng Belgica

    Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar

    Pengunjung akan melihat bagaimana benteng ini ternyata tidak hanya meninggalkan

    berbagai bastion dan dinding-dinding raksasanya saja, melainkan juga beberapa

    meriam yang pernah digunakan VOC untuk menghalau para pemberontak yang

    dilakukan oleh penduduk lokal dan beberapa kesultanan dari Sulawesi dan Maluku

    Utara kala itu (antara akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-19).

    Meriam di Benteng Belgica

    Sumber Foto: www.travelblog.org - Wiliam Seagar

    Sementara itu, apabila pengunjung melihat dari dalam benteng, sebagaimana yang

    dilukiskan dalam http://www.paketrupiah.com/, konstruksi benteng terdiri atas dua

    lapis bangunan (dua lantai).Untuk memasukinya, pengunjung harus menggunakan

    tangga yang aslinya berupa tangga yang dapat diangkat (semacam tangga

    hidrolik).Kemudian, pada bagian tengah benteng terdapat sebuah ruang terbuka

    luas untuk para tahanan.Di tengah ruang terbuka tersebut terdapat dua buah sumur

    rahasia dengan bentuk persegi yang konon menghubungkan benteng dengan

    pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.

    Tampak dua sumur rahasia berbentuk persegi di bagian tengah benteng

    Sumber Foto: sahabatmuseum.multiply.com

  • 636 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Masih dalam sumber yang sama, pada setiap sisi benteng terdapat sebuah menara.

    Untuk menuju puncak menara tersedia tangga dengan posisi nyaris tegak dan lubang

    keluar yang sempit. Dari puncak menara ini wisatawan dapat menikmati panorama

    sebagian daerah di Kepulauan Banda, mulai dari birunya perairan Teluk Banda,

    matahari terbenam (sunset), puncak Gunung Api sebuah gunung vulkanis di

    Bandaneira yang tingginya mencapai 667 meter dpl yang menjulang, sampai

    rimbunnya ratusan pohon pala di Pulau Banda Besar. Berjalan-jalan di sekitar

    benteng ini sangat menyenangkan sambil membayangkan suasana masa kolonial

    tempo doeloe.

    Benteng Belgica terletak di Kota Bandaneira, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku

    Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia

    Dari Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, Anda dapat menggunakan Kapal Pelni

    KM Ciremai dari Pelabuhan Yos Sudarso untuk menuju Bandaneira. Waktu tempuh

    yang diperlukan kapal ini adalah tujuh (7) jam perjalanan ke arah tenggara dari

    Ambon. Meski tampak menjemukan, perjalanan selama 7 jam tersebut akan terobati

    dengan panorama Laut Banda yang menakjubkan di siang hari.

    Sesampainya di Pelabuhan Yos Sudarso, Anda dapat mencari angkutan umum yang

    berjejeran di pelabuhan tersebut untuk menuju ke Benteng Belgica. Salah satu

    angkutan umum yang dapat mengantar Anda menuju Benteng Belgica adalah becak,

    ojek, angkutan kota, maupun taksi.

    e. Museum Siwalima

    Museum Siwalima didirikan pada tahun 1973,

    terletak di bukit Taman Makmur.Terdapat dua

    bangunan museum, yaitu Museum Siwalima I

    yang merupakan museum maritim, dan Museum

    Siwalima II yang merupakan museum etnografi.

    Di museum

    Siwalima I tersimpan berbagai kekayaan laut

    Maluku.Terdapat juga tiga kerangka ikan paus

    yang terdampar di pantai Maluku, salah satunya

    memiliki panjang 23 meter.

    Di Museum Siwalima II tersimpan benda-benda

    dan sejarah tentang Maluku, mencakup

    berbagai jenis rumah adat, pakaian tradisional

    dan pakaian adat, senjata, alat musik, uang

    kuno, guci-guci dan piring porselen peninggalan

    zaman Jepang, juga terdapat gua tiruan yang

    menggambarkan kehidupan suku tradisional

    Maluku zaman dulu.

  • 637 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Museum Siwalima I menyimpan berbagai kekayaan laut Maluku yang sangat

    berharga. Museum Siwalima II menyimpan berbagai benda budaya dan informasi

    tentang cara hidup, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakat Maluku. Benda-

    benda yang tersimpan di kedua museum ini terawat dengan baik, dan ada petugas

    yang dapat menjelaskan seluruh isi museum dengan rinci.

    Jika ada permintaan khusus, pengunjung dapat menikmati sajian musik lokal,

    pementasan tarian, dan demo pembuatan kain tenun.Pengunjung juga

    diperbolehkan memotret di dalam museum.

    Museum Siwalima terletak 3 km arah tenggara dari kota Ambon.

    Untuk mencapai tempat ini, pengunjung dapat naik minibus Taman Makmur atau

    minibus Amahusu, dan turun di Taman Makmur atau Batu Capeo.

    Untuk masuk ke Museum Siwalima dikenakan tiket seharga Rp. 3.000,-

    3. Wisata Budaya

    a. Tari Cakalele

    Cakalele merupakan tarian tradisional

    Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30

    laki-laki dan perempuan. Para penari

    laki-laki mengenakan pakaian perang

    yang didominasi oleh warna merah dan

    kuning tua. Di kedua tangan penari

    menggenggam senjata pedang (parang)

    di sisi kanan dan tameng (salawaku) di

    sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari

    alumunium yang diselipkan bulu ayam

    berwarna putih.

    Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari

    menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang

    berpasangan ini, menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar

    (bia) yang ditiup.

    Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk

    penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang

    berkunjung ke bumi Maluku.

    Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna

    merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi

    Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.

    (2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus

    dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan

    lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap

    sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.

    Tarian Cakalele dapat ditemui di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah.

  • 638 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Dari Ambon, Ibukota Provinsi Maluku, wisatawan dapat naik angkutan umum

    berupa minibus jurusan Tulehu, dengan biaya Rp. 7.500. Kemudian dilanjutkan

    dengan naik speed boat menyeberang Selat Tulehu, menuju Pulau Haruku, dengan

    waktu tempuh 30 menit dan per-orang dikenakan biaya Rp. 30.000

    b. Upacara Adat Pukul Sapu

    Berbagai acara ditaja oleh umat Islam di Nusantara untuk memeriahkan Hari Raya

    Idul Fitri setelah sebulan lamanya menunaikan ibadah puasa pada bulan suci

    Ramadhan.Salah satu di antaranya adalah upacara adat Pukul Sapu yang digelar oleh

    masyarakat yang bermastautin di Desa Morella dan Desa Mamala yang masuk dalam

    wilayah administratif Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi

    Maluku. Baku Pukul Manyapu dan Pukul Manyapu adalah nama lain bagi upacara

    adat ini.

    Upacara adat yang tergolong ekstrem ini digelar setiap tanggal 7 Syawal menurut

    perhitungan kalender Hijriah/kalender Islam, atau pada hari ke tujuh setelah Hari

    Raya Idul Fitri.Biasanya, peserta upacara adalah pemuda dari dua desa adat yang

    bertetangga tersebut. Namun, bila ada peserta dari daerah lain yang ingin

    berpartisipasi, bisa mendaftarkan diri kepada panitia tiga hari sebelum upacara

    dilaksanakan. Sekalipun Pukul Sapu adalah tradisi umat Islam Maluku, namun

    upacara ini juga dihadiri dan melibatkan umat Kristen di daerah tersebut, terutama

    mereka yang memiliki ikatan kekerabatan (pela) dengan masyarakat dua desa adat

    ini, seperti masyarakat Desa Lateri yang memiliki ikatan kekerabatan dengan Desa

    Mamala dan Desa Waai yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Desa

    Morella. Bahkan, terkadang upacara yang dihelat pada lebaran hari ke tujuh ini

    juga diikuti oleh keturunan Maluku yang sudah menjadi warga negara Belanda.

    Peserta upacara Pukul Sapu mengelilingi kampung

    Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com

    Konon, menurut kompas.com, upacara adat Pukul Sapu merujuk pada perjuangan

    Achmad Leakawa, atau yang lebih populer dengan nama Kapitan/Pimpinan Perang

    Telukabessy beserta anak buahnya, ketika menghadapi tentara Belanda dalam

    Perang Kapahala (1643-1646 M). Perang ini dipantik oleh pendirian markas VOC

    (kongsi dagang Belanda) di Teluk Sewatelu, Ambon, pada tahun 1636 M. Perang

    semakin tak terelakkan ketika tentara Belanda hendak merebut Benteng Kapahala,

    benteng milik warga Maluku, dengan cara mengepungnya dari berbagai penjuru.

    Dalam perang ini, para pejuang terdesak akibat serangan dari darat yang didukung

    tembakan meriam dari kapal-kapal VOC dari laut.Karena tidak berimbang, akhirnya

    benteng yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Desa Morella dan Mamala tersebut

    dapat dikuasai oleh Belanda.

  • 639 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Pada perang itu, Kapitan Telukabessy dapat meloloskan diri.Namun, anak buahnya

    banyak yang berhasil ditangkap tentara Belanda.Sebagian dari mereka kemudian

    dijadikan tawanan di Teluk Sewatelu dan sebagiannya lagi dibuang ke Batavia, atau

    Jakarta sekarang.Meskipun berhasil meloloskan diri, Kapitan Telukabessy tetap

    dihadapkan pada situasi sulit, yaitu antara menyerahkan diri atau anak buahnya

    dibunuh kompeni.Akhirnya, Kapitan Telukabessy memilih menyerahkan diri pada

    Komandan Verheijden pada tanggal 19 Agustus 1646. Oleh Gubernur Gerard

    Demmer, Kapitan Telukabessy dijatuhi hukuman gantung di Benteng Victoria,

    Ambon, pada tanggal 27 September 1646.

    Pada tanggal 27 Oktober 1646, setelah ditawan selama tiga bulan di Teluk Sewatelu,

    anak buah Kapitan Telukabessy tersebut dibebaskan Belanda.Sebelum berpisah dan

    kembali ke daerah asal masing-masing, mereka menggelar acara perpisahan yang

    terbilang heroik, dengan menampilkan aneka tari adat, menyanyikan lagu-lagu

    daerah, dan acara pukul sapu.Tujuan acara pukul sapu adalah agar tetesan darah

    dari tubuh mereka yang jatuh dan meresap ke tanah dapat mengingatkan mereka

    untuk berkumpul kembali di tempat tersebut suatu saat nanti.

    Ekstrem, atraktif, dan menghibur.Kira-kira demikianlah kesan para pengunjung

    ketika menyaksikan upacara adat Pukul Sapu yang dihelat di daerah yang dijuluki

    dengan Negeri Seribu Bukit ini. Karena, setiap peserta upacara yang rutin dihelat

    saban tahun ini akan mencambuk peserta lain yang berada di hadapannya secara

    bergantian dengan menggunakan lidi dari pohon enau (arenga pinnata), yang dalam

    bahasa Maluku disebut dengan pohon mayang. Lidi enau yang digunakan untuk

    mencambuk peserta upacara memiliki panjang 1,52 meter dengan diameter

    pangkalnya mencapai 13 sentimeter.

    Sekalipun upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini dihelat pada

    tanggal 7 Syawal, namun kesibukan sudah terlihat di dua desa adat tersebut

    beberapa hari sebelum pelaksanaan upacara. Sebab, berbagai hal harus

    dipersiapkan panitia untuk menunjang kelancaran dan kemeriahan upacara, seperti

    podium, tenda para undangan, arena upacara, stand pameran, warung-warung

    pedagang, umbul-umbul, dan lain sebagainya.

    Karnaval Budaya

    Sumber Foto: gilnova.multiply.com

    Sebelum acara puncak Pukul Sapu berlangsung, terlebih dahulu digelar berbagai

    kegiatan, seperti hadrat (rebana), karnaval budaya, pameran dan festival, balap

    perahu, penampilan band lokal, dan bahkan penampilan artis ibukota keturunan

    Maluku. Selain itu, juga ditampilkan aneka tari dari daerah tersebut, seperti tari

  • 640 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    putri, tari mahina, tari perang, hingga pertunjukan musik yang dibawakan oleh

    masyarakat dari negeri pela yang beragama Kristen.

    Balap Perahu

    Sumber Foto: gilnova.multiply.com

    Penampilan Hadrat/Rebana

    Sumber Foto: gilnova.multiply.com

    Sementara itu, meskipun pelaksanaan upacara baru dimulai setelah shalat Ashar,

    para wisatawan baik domestik maupun mancanegara telah berbondong-bondong

    datang ke dua desa tersebut sejak pagi hari. Bahkan, ada yang tiba di sana 12 hari

    sebelum upacara dimulai. Hal ini dimaksudkan supaya mereka dapat menyaksikan

    secara langsung tahapan-tahapan persiapan upacara, seperti melihat latihan para

    peserta upacara, meraut lidi enau, dan proses pembuatan minyak Mamala yang

    kesohor dengan khasiatnya itu. Konon, minyak yang dibuat pada malam 7 Syawal ini

    hanya boleh dilakukan oleh keturunan Imam Tuni, tokoh agama Desa Mamala yang

    menjadi salah satu pendiri Masjid Al-Muttaqien.

    Meraut Lidi Enau

    Sumber Foto: gilnova.multiply.com

    Sebelum upacara dimulai, para peserta terlebih dahulu dikumpulkan di suatu tempat

    untuk mendapatkan doa dari para tetua adat. Hal ini dilakukan dengan harapan agar

    prosesi upacara berjalan dengan lancar dan seluruh peserta diberi keselamatan oleh

    Allah SWT.Sebelum memasuki arena upacara, mereka terlebih dahulu berlari-lari

  • 641 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    kecil mengelilingi kampung. Di Desa Mamala, upacara Pukul Sapu diawali dengan

    mencambukkan lidi enau ke tubuh peserta upacara oleh pejabat daerah setempat.

    Sedangkan di Desa Morella, pembukaan upacara ditandai dengan penyulutan obor

    Kapitan Telukabessy oleh pejabat atau pemuka masyarakat setempat.

    Tari Perang

    Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com

    Tari Mahina

    Sumber Foto: http://gilnova.multiply.com

    Selepas acara pembukaan, upacara adat Pukul Sapu pun dimulai dengan diiringi

    tepuk tangan dan sorak-sorai dari para penonton.Para peserta yang hanya

    menggunakan celana pendek, ikat kepala, dan bertelanjang dada ini dibagi ke dalam

    dua kelompok dan berdiri berhadap-hadapan. Kedua kelompok tersebut secara

    bergantian akan menyabetkan lidi enau yang berada di genggaman masing-masing

    ke pinggang, dada, dan punggung peserta di hadapannya sampai lebam dan

    berdarah-darah. Untuk mengatur pergantian kelompok yang dicambuk dan

    kelompok yang menyambuk, para peserta mengikuti aba-aba dari koordinator

    upacara atau mengikuti alunan gendang.Pergantian juga bisa dilakukan bila peserta

    yang dicambuk telah terdesak hingga mendekati tempat penonton di pinggir

    lapangan.

    Luka-luka Sabetan Lidi Enau

    Sumber Foto: gilnova.multiply.com

  • 642 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    Uniknya, meskipun sekujur tubuh peserta upacara memar-memar dan

    mengeluarkan darah, namun tak terlihat pada mereka ringis kesakitan atau rintihan

    mengaduh.Di samping itu, bercak sabetan dan goresan darah akibat cambukan lidi

    enau dapat disembuhkan dengan cepat tanpa meninggalkan bekas. Di Desa Morella,

    luka-luka akibat cambukan diobati dengan ramuan dari daun jarak yang terkenal

    berkhasiat menyembuhkan luka. Sementara di Desa Mamala, luka-luka peserta

    upacara diobati dengan mengoleskan minyak kelapa yang telah didoakan oleh para

    tetua adat kepada bagian tubuh yang luka.Minyak kelapa yang dapat mengobati luka

    dengan cepat tersebut dinamakan minyak Mamala atau minyak Tasala.Konon,

    khasiat minyak ini telah kesohor ke mana-mana, sehingga menarik minat para

    ilmuan dari dalam dan luar negeri untuk menelitinya.

    Setelah upacara adat Pukul Sapu usai, hal lain yang menarik dan membuat

    wisatawan terhibur adalah ketika para penonton berlomba-lomba memperebutkan

    lidi-lidi enau dan minyak kelapa bekas peserta upacara. Hal ini dikarenakan lidi-lidi

    atau minyak tersebut diyakini membawa keberuntungan.Selain untuk memperoleh

    keberuntungan, sebagian masyarakat menganggap kedua benda tersebut sekadar

    kenang-kenangan mengikuti upacara adat Pukul Sapu yang dihelat sekali dalam

    setahun itu.

    Sedangkan bagi turis yang punya waktu luang, dapat mengikuti Pesta Basudara,

    yaitu acara syukuran upacara adat Pukul Sapu, yang digelar di Desa Morella pada

    malam hari setelah upacara adat tersebut berlangsung.

    Upacara adat Pukul Sapu dipusatkan di Stadion Hutusela Desa Morella dan di

    pelataran Masjid Al-Muttaqien Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku

    Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia.

    Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Maluku, dapat memulai perjalanan

    dari Bandara Pattimura Ambon.Dari sini kemudian wisatawan dapat mencapai lokasi

    upacara adat Pukul Sapu di Desa Mamala dan Desa Morella dengan menggunakan

    bus, taksi, atau menyewa mobil carteran.Kedua desa adat tersebut berjarak sekitar

    30 kilometer di sebelah utara Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku.Sedangkan bagi

    wisatawan yang memulai perjalanan dari Kota Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku

    Tengah, dapat naik bus atau menyewa mobil carteran menuju lokasi upacara adat

    Pukul Sapu.

  • 643 Kepariwisataan : Provinsi Maluku

    4. Wisata Kuliner

    a. Ikan Kuah Pala Banda

    Pengalaman menikmati masakan Ikan Kuah Pala

    Banda boleh jadi tidak akan terwakili ketika

    dilukiskan melalui bahasa. Namun, ketika

    menikmati menu yang terdiri dari sup ikan kuah

    pala dan sambal bekasang ini, Anda akan ditarik

    ke dalam nuansa Pulau Banda yang kaya akan

    buah pala. Seolah, aroma dan rasa dalam resep

    masakan ini mewakili alam Banda Naira.

    Agus Setyahadi mengisahkan dalam artikelnya

    di www.kompas.com, bahwa menurut penduduk setempat, kenikmatan sup ikan

    kuah pala ini sudah dikenal sejak zaman nenek moyang mereka. Bahkan, karena

    saking lezatnya, sup ikan kuah pala selalu disajikan untuk para petinggi tentara

    Belanda yang datang ke Banda. Tradisi santap itu berlangsung hingga kawanan

    tentara kongsi dagang Belanda angkat kaki dari Banda.

    Sumber sensasi kenikmatannya ada pada sup ikan kuah, terutama ketika rasa yang

    gurih, sedikit pedas, dan asam pala yang melebur menjadi satu melewati lidah Anda.

    Kuah sup berbahan pala ini akan terasa sangat segar. Rasa pedas muncul di sana

    lantaran pedas pala yang halus, dan hangatnya dapat menjalar hingga ke lambung.

    Sup ikan ini dapat disantap sebagai pembuka, namun oleh sebagian orang bisa juga

    disantap sebagai sup penutup.

    Sementara itu, pelengkap menu ini yang tidak boleh dilewatkan adalah sambal

    bekasang.Sambal ini melengkapi sensasi pedas menggigit lidah.Lidah juga digelitik

    rasa asam jeruk limau dalam sambal ini. Asam limau selain untuk menghilangkan

    aroma amis ikan, juga berfungsi menggugah selera makan.

    Membuat sambal bekasang diperlukan waktu yang relatif lama, yakni satu

    minggu.Untuk membuat bekasang dibutuhkan ikan cakalang yang digiling

    halus.Daging giling ikan tersebut lantas dicampur dengan garam dan diungkep

    selama satu minggu dan jadilah bekasang.Sambal biasanya ditambahi irisan bawang

    merah, tomat, dan sedikit minyak goreng supaya sedap dan gurih.

    Biasanya, sajian Ikan Kuah Pala Banda disertai pula dengan urap daun pepaya dan

    ikan kakap merah bakar yang berdaging lembut.Komposisi masakan yang demikian

    ini kemudian disantap bersama nasi. Dan, kombinasi sajian semacam ini hanya dapat

    Anda temui di Banda Naira, di gugusan pulau-pulau kecil yang diitari oleh laut

    berpalung dalam, tidak di tempat lain.

    Lebih dari itu, masakan ini teristimewakan lantaran tidak semua rumah makan

    menyediakan menu ini.Sebab, Ikan Kuah Pala Banda merupakan menu harian

    masyarakat Banda, sehingga justru sulit ditemui di restoran-restoran.Karena itu, ada

    baiknya Anda menanyakan kepada penduduk lokal, di mana dapat dijumpai

    masakan ini.