pulau maluku
DESCRIPTION
menceritakan tentang karakteristik malukuTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas dan Molukken
adalah provinsi tertua yang ada di Indonesia, lintasan sejarah Maluku telah dimulai sejak
zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah seperti kerajaan Mesir yang dipimpin
Firaun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet
tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia, dan Mesir menyebutkan adanya negeri
dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh,
emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang
merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah
didapat dari Banda Kepulauan, Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon,
Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan
dalam jumlah yang cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru.
Ibu kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon
Manise, kota Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur.
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa.
Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku Utara dan
Papua Barat di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara di
sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di sebelah selatan serta
Laut Aru dan Papua di sebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam Sunni yang dianut 50,8 %
penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 %
penduduk Maluku
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang
terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik
pulau besar maupun kecil.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Dimana letak Pulau Maluku?
2. Berapa luas kepulauan Maluku?
3. Apa saja batas-batas kepulauan Maluku?
4. Bagaimana kondisi topografi kepulauan Maluku?
5. Apa saja laut, danau, dan sungai di pulau-pulau Maluku?
6. Bagaimana kondisi flora dan fauna di kepulauan Maluku?
7. Bagaimana aktivitas ekonomi di kepulauan Maluku?
8. Bagaimana kondisi sosial dan budaya masyarakat Maluku?
9. Bagaimana kondisi kependudukan di kepulauan Maluku?
C. TUJUAN
1. Agar mengetahui karakteristik Maluku sebagai region yang ditinjau dari berbagai aspek.
2. Sebagai tugas mata kuliah Geografi Regional Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. LETAK Secara astronomis, Maluku terletak pada 3°-8,30° Lintang Selatan dan 125,45°-135°
Bujur Timur, secara geografis terletak di antara Provinsi Maluku Utara, Papua Barat,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, Negara Timor Leste dan Australia.
Berdasar kondisi geologinya Maluku Utara (Halmahera) dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu Halmahera bagian barat dan bagian timur. Halmahera bagian Barat adalah
bagian sabuk vulkanik muda yang disusun dari batuan gunung api dan batuan sedimen tersier
hingga kwarter, merupakan perpanjangan dari Morotai melalui Halmahera Barat, Ternate dan
Tidore sampai menuju Bacan Halmahera bagian Timur merupakan perpanjangan kearah
timur melalui Pulau Gebe dan bagian utara Manokwari.
B. LUAS Luas wilayah Maluku secara keseluruhan adalah 712.479,69 km2. Sebesar 92.4% dari
luas ini adalah lautan yaitu 658.294,69 km2 sedangkan daratannya hanya 7,6% atau seluas
54.185 km2. Dengan demikian Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632
pulau besar dan pulau kecil, dimana pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 km2), disusul
Pulau Buru (9000 km2), Pulau Yamdena (5.085 km2) dan Pulau Wetar (3.624 km2).
Luas kabupaten/kota dan perbandingannya dengan luas Provinsi
Kabupaten/KotaLuas Total
(km2)Perbandingan dengan
Luas Provinsi (%)Maluku Tenggara BaratMaluku TenggaraMaluku TengahBuruKepulauan AruSeram Bagian BaratSeram Bagian TimurAmbon
15.033,003.665,00
11.595,579.247,006.269,004.046,353.952,08
377
27,746,76
21,4017,0711,577,477,290,70
C. BATAS WILAYAHSecara geografis, Provinsi Maluku dibatasi oleh Provinsi Maluku Utara di sebelah
utara; Provinsi Papua Barat di sebelah timur; Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Tengah di sebelah barat; serta dengan Negara Timor Leste dan Australia di sebelah selatan.
3
Sesuai karakteristik wilayah Maluku sebagai wilayah kepulauan, dalam aspek penataan
pembangunan, Maluku memiliki konsep gugus pulau, laut pulau dan pintu jamak (multi gate)
dengan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
publik, pusat perdagangan serta lalu lintas arus barang dan jasa.
D. TOPOGRAFI
Rata-rata kondisi topografi wilayah Kota Ambon agak datar mulai dari pesisir pantai
sampai dengan wilayah permukiman. Morfologi daratan kota Ambon bervariasi datar,
berombak, bergelombang dan berbukit serta bergunung dengan lereng dominan agak landai
sampai curam. Daerah datar memiliki kemiringan lereng 0-3%, daerah berombak kemiringan
lereng 3-8%, daerah bergelombang 8-15%, daerah berbukit 15-30% dan daerah bergunung
kemiringan lerengnyalebih besar dari 30%.
Keadaan topografi daerah Maluku tengah, Seram bagian Barat dan Seram bagian
Timur umumnya berbukit, disebabkan karena pertemuan dua buah lempeng yang disebut
dengan sirkum Pasifik dan Mediterania. Pembentukan ini menyebabkan topografi wilahnya
merupakan dataran tinggi dengan tingkat kemiringan diatas 40%. Wilayah dengan kategori
kemiringan ini termasuk dalam kategori sangat curam. Pembagian tingkat kelerengan sesuai
RTRW Maluku menunjukkan 4 kelas lereng, masing-masing : lereng datar 0-2%,
landai/bergelombang 3-15%, agak curam 3-15%, dan sanagt curam 40%.
Topogarafi wilaya Maluku Tenggara dibagi atas daratan, berbukit, dan bergunung
dengan lereng datar (0-3%), landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam
(15-30%), dan sangat curam (>50%). Ketinggian dari muka laut dikawasan ini dibagi
menjasi 3 kelas ketinggian yaitu daerah rendah (ketinggian 0-100 m), daerah tengah (100-
500 m), dan dataran tinggi dengan ketinggian (>500 m).
Daerah ketinggian pada wilayah kabupaten Maluku Tenggara Barat dibagi atas 3
kelas yaitu (1) daerah rendah dengan ketinggian 0-100 m; (2) daerah tengah dengan
ketinggian 100-500 m; dan (3) daerah tinggi dengan ketinggian >500 m. distribusi
permukiman pada umumnya berada pada daerah atau pada daerah dengan ketinggian 0-100
m.
Topografi wilayah Kabupaten Buru sebagian besar merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan denagn kemiringan lereng 15-40% dan 40%, sementara sebaran ketinggian
4
datarannya bervariasi. Puncak gunung tertinggi adalah gunung Kapalamada berada di
wilayah kecamatan Buru Utara Barat dengan elevasi 2.736 meter di atas permukaan laut,
menyusul kawasan sekitar danau Rana dengan elevasi lebih lebih dari 1000 meter dpl, di
samping itu danau Rana sendiri diperkirakan berada pada kisaran 700-750 meter dpl.
Sementara terdapat tanah dataran yang tersebar dikecamatan Buru Utara Timur dan Buru
Utara Selatan terutama di dataran Waeapu. Dengan menggunakan pendekatan bentang alam,
Kabupaten Buru dikelompokkan atas dataran pantai, perbukitan dan pegunungan termasuk di
dalamnya dataran tinggi dengan kelerengan bervariasi. Dengan ketinggian pada wilayah pada
Kabupaten Buru dibagi atas 3 kelas yaitu: (1) Daerah rendah dengan ketinggian 0-100 m; (2)
daerah tengah dengan ketinggian 100-500 m; pada Kabupaten Buru dibagi atas 3 kelas yaitu:
(1) Daerah rendah dengan ketinggian 0-100 m; (2) daerah tengah dengan ketinggian 100-500
m; (3) Daerah tinggi dengan ketinggian >500 m. distribusi permukiman desa umumnya
berada pada daerah dengan ketinggian 0-100 m.
E. KEPENDUDUKAN
Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 119 buah pulau kecil dengan ibukota
Langgur. Penduduk asli Kabupaten ini adalah suku Kei, disamping orang-orang asal daerah
lain yang menetap di kabupaten ini, misalnya orang asal Jawa, Bugis dan Makasar serta
Buton yang menetap sebagai pedagang.
Beberapa tahun lalu Maluku Tenggara terdiri dari 436 buah pulau, namun kini telah
dimekarkan menjadi 5 kabupaten kota, yaitu: kabupaten Maluku Tenggara, Maluku
Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya dan Kota Tual.
Hasil analisa Seks Rasio tahun 2008 jumlah penduduk kabupaten Maluku Tengara
sebanyak 102.991 jiwa saat masih bergabung dengan Kota Tual. Jumlah penduduk untuk
tahun 2011 berdasarkan hasil proyeksi adalah : 99.112 jiwa diantaranya laki-laki 49.188 jiwa
dan perempuan 49.924 Sebahagian besar penduduk daerah ini berdiam di wilayah pedesaan ,
umumnya terletak di pesisir pantai.
Penyebaran penduduknya tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada
umumnya dipulau Kei Kecil, karena alasan mencari nafkah.
5
Penduduk Maluku menganut 3 agama utama yaitu Islam Sunni sebanyak
50,8%, Kristen Protestan sebanyak 41,6%, dan Katolik sebanyak 6,8% penduduk. Penyebaran
agama Islam dilakukan oleh Kesultanan Iha, Saulau, Hitu, dan Hatuhaha serta
pedagang Arab yang mengunjungi Maluku. Sementara penyebaran agama Kristen dilakukan
oleh misionaris-misionaris dari Portugis, Spanyol, dan Belanda.
Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2013 tercatat yaitu sebagai berikut:
1. Masjid sebanyak hampir 2 ribu buah
2. Gereja sebanyak 2.345 buah
3. Pura sebanyak 10 buah
4. Vihara sebanyak 5 buah.
Gereja Protestan Maluku atau biasa dikenal sebagai GPM merupakan organisasi
sinode dan pertubuhan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di
hampir seluruh negeri Sarane di seluruh Maluku. Pada tahun 2013, jemaah haji yang pergi
ke Mekkah dari Provinsi Maluku ialah sebanyak 1.009 orang, di mana jemaah haji terbanyak
berasal dari Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebanyak 506 orang.
F. DANAU Nama-nama danau, luas dan lokasi menurut Kabupaten/Kota
Kabupaten Nama danau Luas (km2) Lokasi
Maluku Tenggara BaratMaluku Tenggara
Maluku Tengah
BuruAmbon
1. Tihu1. Abiel2. Ngilngof3. Fan4. Ohoillim1. Tihu2. Telaga Raja3. Tihu Suli4. Kaitetu1. Rana1. Laha
Pulau WetarKei KecilKei KecilPulau DullaKei BesarPulau SeramPulau SeramPulau AmbonPulau AmbonPulau BuruPulau Ambon
G. LAUT Laut Maluku terletak di barat Samudra Pasifik yang terletak di dekat Provinsi
Maluku, Indonesia. Laut ini membatasi Laut Sulawesi di utara dan Laut Banda di selatan.
6
Pulau pulau yang membatasi laut ini adalah kepulauan Indonesia seperti Halmahera, Seram,
Buru, dan Sulawesi (Celebes).
Aktivitas GempaLaut ini merupakan area gempa bumi aktif. Gempa yang mencapai 6.3 SR terjadi
pada 21 Desember 2005, yang berpusat di 190 km selatan Manado. Gempa berkekuatan 5.4
SR terjadi di daerah yang sama pada 16 Mei 2006, dan gempa bumi 6.1 SR mengguncang
laut itu pada 19 Mei 2006. Aktivitas saat ini adalah gempa 5.5 pada 14 Juni 2006. Gempa
bumi yang baru-baru ini terjadi mencapai 7.3 SR yang terjadi pada 21 Januari 2007 dengan
beberapa gempa kecil dengan rata-rata 5.0 SR dalam 24 jam setelah gempa pertama. Gempa
yang belum lama terjadi terjadi pada 17 Maret 2007, yang mencapai 6.5 SR. Sebuah gempa
mencapai 5.2 SR terjadi pada 21 November 2007. Aktivitas paling terkini merupakan gempa
yang mencapai 4.9 SR pada 1 Desember 2007.
H. SUNGAI Nama-nama sungai, panjang dan lokasi menurut Kabupaten/Kota
Kabupaten Nama sungai Panjang (km) Lokasi
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Maluku Tengah
1. S. Ranamoe2. S. Bungat3. S. Mitak4. S. Sakir5. S. Naumatang6. S. Amau
1. S. Ewu
1. S. Watukabo2. S. Bobo3. S. Ternate4. S. Boti5. S. Lofin6. S. Kobi7. S. Samal8. S. Sariputih9. S. Isal10. S.Muai11. S.Usa12. S.Tuluaman
Pulau YamdenaPulau YamdenaPulau YamdenaPulau WetarPulau WetarPulau Wetar
Kei Kecil
Seram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram Utara
7
Seram Bagian Timur
Seram Bagian Barat
Buru
13. S. Kuwa14. S. Myaka15. S. Kuhu16. S. Sapalewa17. S. Utu18. S. Sala19. S. Lala20. S. Ela21. S. Maituhu22. S. Palu23. S. Makariki24. S. Labotan25. S. Jala26. S. Laladi27. S. Kaba28. S. Lau29. S. Walala30. S. Mika31. S. Jahe32. S. Nuwa33. S. Kawa34. S. Saparese35. S. Japaru36. S. Nama
1. S. Bobot2. S. Tuasa3. S. Masiwang4. S. Dawang5. S. Toja
1. S. Eti2. S. Sapalewa3. S. Tala4. S. Ruapa5. S. Nala6. S. Sarisa
1. S. Waiyapo2. S. Sanleko3. S. Lamen
Seram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraSeram UtaraAmahaiAmahaiAmahaiAmahaiTehoruTehoruTehoruTehoruTehoruTehoruTehoruTehoruTehoruTehoru
WerinamaWerinamaSeram TimurSeram TimurSeram Timur
PiruTaniwelKairatuKairatuKairatuKairatu
Buru Utara TimurBuru Utara TimurBuru Utara Timur
8
Ambon
4. S. Wainibe5. S. Waemangi6. S. Ili7. S. Mana8. S. Pude9. S. Langa10. S. Tina11. S. Hotong12. S. Mkana13. S. Tina14. S. Yalun15. S. Oki16. S. Lamara17. S. Mala18. S. Kasi
1. Wae Batu Gantung2. Wae Batu Gajah3. Wae Tomu4. Wae Batu Merah5. Wae Ruhu6. Wae Yori7. Wae Sikula8. Wae Lawa9. Wae Piah Besar10.Wae Yame11. Wae Lela12. Wae Heru13. Wae Tonahitu14. Wae Tatiri
1,503,104,204,259,10
15,509,506,003,507,80
6,00
Buru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara BaratBuru Utara SelatanBuru Utara SelatanBuru Utara SelatanBuru Utara SelatanBuru Utara SelatanBuru Utara SelatanBuru Utara Selatan
Pulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau AmbonPulau Ambon
I. SOSIAL DAN BUDAYA
Kehidupan sosial budaya masyarakat Maluku tidak lepas dari adat, kebiasaan, tradisi,
dan agama yang digunakan dalam upaya pelestarian atau pengawasan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk konservasi tradisional yang
sering ditemui adalah Dusung.
Dusung diartikan sebagai system pengelolaan lahan mulai dari pembukaan hutan
primer sampai terbentuk lahan perkebunan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis komoditi
termasuk peternakan dan perikanan.
9
Dusung juga diartikan sebagai sebuah lahan yang diusahakan dan dimiliki oleh
sebuah kelompok keluarga, mata rumah atau rumah tau dan di atas lahan ini terdapat
tanaman umur panjang yang bervariasi atau sejenis (Ajawailla, 1996).
Ada beberapa jenis Dusung dilihat dari segi kepemilikan dan penggunaannya, antara
lain:
a. Dusung Raja, ialah dusung dalam kepemilikannya diperuntukkan bagi Raja dan
digunakan untuk kepentingan dan kehidupan Raja. Raja akan hilang atas dusung
tersebut apabila ia digantikan dan dusung tidak dapat diwariskan kepada
keturunannya.
b. Dusung Negeri, ialah dusung yang dimiliki oleh Negeri dan diatas dusun ini terdapat
berbagai jenis tanaman kehutanan. Penduduk Negeri tidak diperkenankan untuk
mengambil hasil atas dusun tersebut.
c. Dusun Pusaka, ialah dusun milik bersama dari sebuah kelompok ahli waris yang
diperoleh berdasarkan pewarisan dan dusung tersebut kemudian diwariskan secara
turun-temurun.
d. Dusung Dati, ialah dusung pewarisan keluarga untuk anak laki-laki yang membawa
nama keluarga yang berada di atas atau dalam Tanah Dati.
Budaya Maluku adalah aspek kehidupan yang mencakup adat istiadat, kepercayaan,
seni dan kebiasaan lainnya yang dijalani dan diberlakukan oleh masyarakat Maluku.
Maluku adalah sekelompok pulau yang merupakan bagian dari Nusantara. Maluku
berbatasan dengan Timor di sebelah selatan, pulau Sulawesi di sebelah barat, Irian Jaya di
sebelah timur dan Palau di timur laut.Maluku memiliki beragam budaya dan adat
istiadat mulai dari alat musik, bahasa, tarian, hingga seni budaya.
1. Budaya Kalwedo
Salah satu dari banyaknya budaya Maluku adalah Kalwedo. Kalwedo adalah bukti
yang sah atas kepemilikan masyarakat adat di Maluku Barat Daya (MBD). Kepemilikan
ini merupakan kepemilikan bersama atas kehidupan bersama orang bersaudara. Kalwedo
telah mengakar dalam kehidupan baik budaya maupun bahasa masyarakat adat di
kepulauan Babar dan MBD. Pewarisan budaya Kalwedo dilakukan dalam bentuk
permainan bahasa, lakon sehari-hari, adat istiadat, dan pewacanaan.
10
Kalwedo merupakan budaya yang memiliki nilai-nilai sosial keseharian, dan juga
nilai-nilai religius yang sakral yang menjamin keselamatan abadi, kedamaian, dan
kebahagiaan hidup bersama sebagai orang bersaudara. Budaya Kalwedo mempersatukan
masyarakat di kepulauan Babar maupun di Maluku Barat Daya dalam sebuah
kekerabatan adat, dimana mempersatukan masyarakat menjadi rumah doa dan istana adat
milik bersama. Nilai Kalwedo diimplementasikan dalam sapaan adat kekeluargaan
lintas pulau dannegeri, yaitu: inanara ama yali (saudara perempuan dan laki-
laki).Inanara ama yali menggambarkan keutamaan hidup dan pusaka kemanusiaan hidup
masyarakat MBD, yang meliputi totalitas hati, jiwa, pikiran dan perilaku.
Nilai-nilai Kalwedo tersebut mengikat tali persaudaraan masyarakat melalui
tradisi hidup Niolilieta/hiolilieta/siolilieta (hidup berdampingan dengan baik). Tradisi
hidup masyarakat MBD dibentuk untuk saling berbagi dan saling membantu dalam hal
potensi alam, sosial, budaya, dan ekonomi yang diwariskan oleh alam kepulauan MBD.
2. Budaya Hawear
Gambar 1 : Sasi (Hawear) di Kepulauan Kei
Hawear (Sasi) adalah budaya yang tumbuh dan berlaku dalam kehidupan
masyarakat Kepulauan Kei secara turun menurun. Cerita rakyat, lagu rakyat, dan berbagai
dokumen tertulis merupakan prasarana untuk melestarikan kekayaan budaya termasuk
Hawear. Sejarah Hawear bermula dari seorang gadis yang diberikan daun kelapa kuning (janur
kuning) oleh ayahnya. Kemudian janur kuning itu disisipkan atau diikat di kain seloi yang
11
dipakainya. Gadis tersebut melakukan perjalanan panjang untuk menemui seorang raja (Raja
Ahar Danar). Maksud dari janur kuning tersebut sebagai tanda bahwa ia telah dimiliki oleh
seseorang, dimaksudkan agar ia tidak diganggu oleh siapapun selama perjalanan.Janur kuning
tersebut diberikan oleh sang ayah, karena sang ayah pernah diganggu oleh orang-orang tak
dikenal dalam perjalanannya. Hal ini adalah proses Hawear yang masih dijalankan sesuai dengan
maknanya hingga saat ini .
3. Batu Pamali
Gambar 2 : Contoh: Batu Pamali Negeri Saparua
Batu Pamali adalah simbol material adat masyarakat Maluku. Selain Baileo,
rumah tua, dan teung soa, batu Pamali juga termasuk mikrosmos dalam negeri-negeri
yang ditempati masyarakat adat Maluku.Batu Pamali merupakan batu alas atau batu dasar
berdirinya sebuah negeri adat yang selalu diletakkan di samping rumah Baileo, sekaligus
sebagai representasi kehadiran leluhur (Tete Nene Moyang) di dalam kehidupan
masyarakat. Batu Pamali sebagai bentuk penyatuan soa-soa dalam negeri adat, dengan
demikian batu Pamali adalah milik bersama setiap soa.Di beberapa negeri adat Maluku,
batu Pamali dimiliki secara kolektif, termasuk negeri adat yang masyarakatnya memeluk
agama yang berbeda. Seiring dengan perkembangan agama di masyarakat, terjadi
pergeseran praktik ritus dan keberadaan batu Pamali. Dengan adanya UU No.
tahun 1979, adat asli negeri-negeri diganti dengan penyeragaman sistem pemerintahan
desa.
12
4. Upacara Fangnea Kidabela
Kepulauan Tanimbar yang sekarang menjadi Kabupaten Maluku Tenggara Barat,
memiliki kebudayaan yang mengatur persaudaraan dan kehidupan sosial masyarakat
dalam bentuk Duan Lolat dan Kidabela. Duan Lolat mengatur tentang hubungan sosial
masyarakat yang luas, yaitu memperkuat hubungan antardua desa atau lebih, dan
hubungan tersebut diwujudkan dalam bentuk Kidabela. Upacara Fangnea Kidabela
memperkokoh hubungan sosial masyarakat Tanimbar dalam wadah persaudaraan dan
persekutuan agar tidak mudah pecah atau retak.
Upacara Fangnea Kidabela mengandung makna persatuan dan kesatuan hidup
masyarakat Tanimbar baik internal maupun eksternal dalam setiap situasi. [7] Upacara
Fangnea Kidabela juga mengandung makna sebagai pemanasan, pengerasan, dan
pemantapan (fangnea) terhadap persahabatan, persaudaraan (itawatan) dan keakraban
(kidabela) di antara sesama sebagai suatu persekutuan wilayah teritorial Kampung
Sulung di pulau Enus yang terletak di Selaru bagian selatan pulau Yamdena.Makna
upacara Frangnea Kidabela sama dengan upacara Panas Pela di Ambon, Lease,
dan Maluku Tengah. Upacara ini menciptakan suasana hidup bermasyarakat yang kokoh
dan kuat untuk mencegah fenomena konflik dan perpecahan terhadap hubungan
masyarakat.
5. Hibua Lamo
Hibua Lamo adalah rumah besar yang dijadikan simbol masyarakat adat
di Halmahera Utara, sekaligus simbol Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara, Maluku
Utara. Di Halmahera Utara terdapat tiga etnis masyarakat yang memiliki rumah adat
masing-masing, misalnya rumah adat etnis Tobelo disebut Halu. Namun Hibua Lamo
yang menjadi pemersatu semua etnis. Hibua Lamo adalah konstruksi dari nilai-nilai
hidup dalam masyarakat yang mengidentifikasi dirinya sebagai komunitas Hibua
Lamo. Hibua Lamo merupakan konsep bersama yang disebut Nanga Tau
Mahirete (rumah kita bersama). Orang Tobelo, Galela dan Loloda tersegregasi secara
geografis, dan terbelenggu dalam tradisi, agama dan kepercayaan yang berbeda.
Perbedaan tersebut dipahami dan dihayati dengan kesucian hati dan kemurnian pikiran,
kemudian diterapkan dalam sebuah ungkapan filosofis Ngone O'Ria Dodoto yang
bermakna satu ibu satu kandung. Konsekuensi dari falsafah Nanga Tau
13
Mahurete dan Ngone O'Ria Dodoto adalah lahirnya sebuah komunitas asli Halmahera
Utara daratan maupun kepulauan dalam satu kesatuan yang teridentifikasi sebagai
komunitas Hibua Lamo dan kemudian disimbolkan dalam rumah adat Himua Lamo.
Dalam konteks ini komunitas Tobelo, Galela, dan Loloda mengalami proses
penyatuan dalam satu sosiokultural baru yang dinamis. Sosiokultural ini berlandaskan
pada nilai-nilai O'dora (saling kasih), O'hanyangi (saling sayang), O'baliara (saling
peduli), O'adili (perikeadilan) dan O'diai (kebenaran) dalam bingkai Nanga Tau
Mahurete dan Ngone O'Ria Dodoto.
6. Budaya Arumbae
Gambar 3 : Lomba Arumbae Manggurebe
Arumbae adalah bentukan karakter masyarakat Maluku, baik yang tinggal di
pesisir maupun di pegunungan. Arumbae adalah kebudayaan berlayar dalam masyarakat
Maluku. Perjuangan melintasi lautan merupakan bagian dari terbentuknya suatu
masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat Tanimbar - dalam mitos Barsaidi meyakini
bahwa leluhur mereka tiba di pulau Yamdena setelah melewati perjuangan yang sulit di
lautan. Perjuangan melintasi lautan merupakan sejarah keluhuran. Kedatangan para
leluhur dari pulau Seram, pulau Jawa (seperti Tuban dan Gresik) dan pulau Bali menjadi
bagian dari cerita keluhuran masyarakat di Maluku Tengah, Buru, Ambon, Lease, dan
Maluku Tenggara. Ragam cerita inilah yang membentuk terjadinya
persekutuan Pela Gandong antar negeri. Dalam pataka daerah Maluku, Arumbae menjadi
simbol daerah yang di dalamnya terdapat lima orang sedang mendayung menghadapi
tantangan lautan. Secara filosofis, maknanya ialah masyarakat Maluku adalah
14
masyarakat yang dinamis, dan penuh daya juang dalam menghadapi tantangan untuk
menyongsong masa depan yang gemilang.
Laut adalah medan penuh bahaya dan Arumbae menstrukturkan cara pandang
bahwa laut adalah medan kehidupan yang harus dihadapi. Itulah sebabnya, masyarakat
Maluku melihat laut sebagai jembatan persaudaraan yang menghubungkan satu pulau
dengan pulau lainnya. Berlayar ke suatu pulau, seperti dalam Pela Gandong bertujuan
untuk mengeratkan jalinan hidup orang bersaudara sebagai pandangan dunia orang
Maluku. Kebiasaan papalele, babalu,maano, dan konsekuensi berlayar ke pulau lain,
membuat laut dan arumbae sebagai simbol perjuangan ekonomi.
Arumabe tampak dalam beragam karya seni. Misalnya dalam syair kata tujuh ya
nona, ditambah tujuh, sapuluh ampa ya nona dalang parao Banyak gapura negeri adat
Maluku berbentuk Arumbae. Lagu daerah banyak mengumpamakan keharmonisan
dengan simbol perahu atau Arumbae. Di bidang olahraga, Arumbae Manggurebemenjadi
program pariwisata dan olah raga tahunan yang diselenggarakan di Teluk Ambon.
7. Sasahil dan Nekora
Sasahil dan Nekora merupakan tradisi masyarakat adat di Negeri Siri
Sori Islam dan Negeri Siri Sori Kristen di pulau Saparua. Bagi masyarakat desa Telalora,
Nekora memiliki basis nilai tolong-menolong antarwarga. Nilai tradisi Sasahil dan
Nekora terletak pada cara dan proses pelaksanaan. Nilai tolong-menolong yang terdapat
dalam tradisi Sasahil maupun Nekora memiliki basis solidaritas yang kuat, dan
menciptakan relasi saling memberi dan menerima antarwarga agar suatu pekerjaan berat
untuk mendirikan rumah bisa lebih ringan. Dalam menghadapi dinamika kehidupan yang
terus berubah, tradisi Sasahil dan Nekora selalu dipertahankan dan dipelihara dengan
baik. Hal ini dimaksudkan sebagai modal sosial kelangsungan hidup bermasyarakat di
masa mendatang.
J. PEREKONOMIAN
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik setiap
tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003
PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05
15
triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai 4,05 persen dan
meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.
Kondisi geografis Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang investasi
bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya alam di sektor perikanan dan kelautan dapat
dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian subsektor
peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta sektor jasa yang
seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi.
1. Sumber Daya Hutan
Luas sumber daya darat di Maluku adalah sebesar 54.185 km2, dengan potensi
sumber daya hutan:
b. Hutan Konversi: 475.433 Ha
c. Hutan Lindung: 774.618 Ha
d. Hutan Produksi Terbatas: 865.947 Ha
e. Hutan Produksi Tetap: 908.702 Ha
f. Hutan yang dapat dikonversi: 1.633.646 Ha
2. Potensi Tambang dan Mineral
Adapun daerah penghasil tambang dan Mineral di Provinsi Maluku adalah:
a. Emas: Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku, dan Pulau Romang
b. Mercuri: Pulau Damar
c. Perak: Pulau Romang
d. Logam Dasar: Pulau Haruku dan Nusalaut
e. Kuarsa: Pulau Buru
f. Minyak Bumi: Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan cadangan
minyak di Maluku Barat Daya.
g. Mangaan: Laut Banda
16
3. Perikanan
Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai
Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan
kepulauan bahari terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan lumbung ikan
nasional karena potensi perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan
masih terjaga dari campur tangan manusia. Daerah dengan potensi ikan di wilayah Maluku
yaitu:
a. Kepulauan Banda
b. Kepulauan Kei
c. Kepulauan Aru
d. Maluku Tenggara Barat
e. Maluku Barat Daya
4. Potensi Perikanan dan Sumber Daya Air Maluku
Sumber daya perairan 658.294,69 km2, dengan potensi sebagai berikut : - Laut
Banda : 277.890 ton/tahun - Laut Arafura : 771.500 ton/tahun - Laut Seram : 590.640
ton/tahun.
Berbagai jenis ikan yang dapat ditangkap dan terdapat di Maluku antara lain : ikan
pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi.
Sementara untuk potensi budidaya laut yang penyebarannya terdapat pada Laut
Seram, Manipa, Buru, Kep. Kei, Kep. Aru, Yamdena, pulau pulau terselatan dan wetar
adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara, teripang, lobster, dan kerang-
kerangan. Untuk potensi budidaya payau adalah bandeng dan udang windu.
5. Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta Maluku secara khususnya
mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia
relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis
17
dengan berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Indonesia
tercatat berada di blok Pulau Masela di MTB (Maluku Tenggara Barat).
6. Pariwisata
Profil pariwisata Maluku yang berisikan objek dan daya tarik maupun mengunjungi
Maluku, merupakan kenyataan-kenyataan potensi kepariwisataan yang begitu menjanjikan
terutama bagi wisatawan untuk saatnya datang berkunjung menyaksikan keindahan alam
meliputi : Ketersediaan daya tarik bawah laut sesuai dengan karakteristik wilayah Maluku
sebagai daerah kepulauan, Gunung api, Gunung api bawah laut, Daerah perbukitan,
Pemandangan alam, Teluk, Danau dan Keramah-tamahan masyarakat Maluku yang sudah
dikenal sejak dahulu dengan tradisi masyarakat yang menganggap Wisatawan Sebagai Raja.
a. Taman Laut Manusela
b. Pantai Pasir Panjang
c. Pantai Natsepa, Ambon
d. Pintu Kota, Ambon
e. Benteng Duurstede, Saparua
f. Benteng Amsterdam, Ambon
g. Benteng Victoria, Ambon
h. Dan lain sebagainya
7. Wisata Budaya
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia bagian timur, Provinsi
Maluku sangat kaya dengan berbagai objek wisata baik berupa panorama alam maupun
bangunan-bangunan peninggalan sejarah seperti Masjid Kuno Desa Kaitetu dan hasil
kerajinan.
K. FLORA DAN FAUNA
Flora dan fauna di pulau Maluku adalah tipe Australis. Jenis flora dan fauna yang
terkenal antara lain:
1. Flora, Anggrek Larat dan cengkeh
2. Fauna, burung Nuri Raja dan Bidadari Halmahera
18
BAB III
PENUTUP
B. KESIMPULAN
Pulau Maluku terletak pada 3°-8,30° Lintang Selatan dan 125,45°-135° Bujur Timur,
secara geografis terletak di antara Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Tengah, Negara Timor Leste dan Australia. Luas wilayah Maluku secara
keseluruhan adalah 712.479,69 km2. Sebesar 92.4% dari luas ini adalah lautan yaitu
658.294,69 km2 sedangkan daratannya hanya 7,6% atau seluas 54.185 km2.
Secara geografis, Provinsi Maluku dibatasi oleh Provinsi Maluku Utara di sebelah
utara; Provinsi Papua Barat di sebelah timur; Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Tengah di sebelah barat; serta dengan Negara Timor Leste dan Australia di sebelah selatan.
Pulau Maluku memiliki kehidupan sosial dan budaya yang sangat unik. Beberapa
kebudayaan yang terkenal di Maluku antara lain:
1. Kalwedo
2. Hawear
3. Batu Pamali
4. Upacara Fangnea Kidahela
5. Hibua Lamo
6. Arumbae
7. Sasahil dan Nekora
C. SARAN
1. Agar masyarakat Indonesia mengembangkan budaya sendiri.
2. Lebih mencintai Indonesia karena memiliki keanekaragaman budaya, hayati, flora/fauna,
dan lainnya.
19