2. tinjauan pustaka · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... agenda 21...

31
4 8 8 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Wilayah Pesisir dan Lautan Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam, dan sering dilakukan perubahan-perubahan ekosistem dan sumberdaya alam. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya dapat memberikan pengaruh lingkungan hidup. Semakin tinggi laju pembangunan, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan sumberdaya alam dan makin besar perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup. Perencanaan pembangunan sistem ekologi yang berimplikasi perencanaan penggunaan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh. Perencanaan, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam perlu dipertimbangkan secara cermat dan terpadu, sehingga dicapai pengembangan lingkungan hidup dalam pembangunan (Bengen, 2000). Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan terjaganya kualitas lingkungan, agar secara agregat keputusan pembangunan dapat menguntungkan semua pihak (Darwanto, 2000 dalam Adibroto, 2001). Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses individu maupun lembaga untuk menggerakkan dan mengelola sumberdaya, agar menghasilkan perbaikan berkelanjutan menuju kualitas hidup yang diinginkan. Terdapat enam elemen kunci dalam pembangunan yaitu perubahan, proses, perbaikan atau pertumbuhan, keberlanjutan, distribusi dan kualias hidup. Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujutkan kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai suatu pertumbuhan, menunjukkan kemampuan kelompok untuk terus berkembang baik secara kualitas maupun kuantitas dan merupakan keharusan dalam pembangunan (Soley, 1999). Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk pembangunan berkelanjutan menyarankan pengelolaan perencanaan wilayah pesisir hendaknya mengintegrasikan lingkungan dengan tujuan sosial dan harus dibuat dengan partisipasi aktif dan sedini mungkin dari anggota masyarakat (Sonak et al, 2008).

Upload: vominh

Post on 10-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

8

8

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Wilayah Pesisir dan Lautan

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam,

dan sering dilakukan perubahan-perubahan ekosistem dan sumberdaya alam.

Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya dapat memberikan pengaruh

lingkungan hidup. Semakin tinggi laju pembangunan, semakin tinggi pula tingkat

pemanfaatan sumberdaya alam dan makin besar perubahan-perubahan yang

terjadi pada lingkungan hidup. Perencanaan pembangunan sistem ekologi yang

berimplikasi perencanaan penggunaan sumberdaya alam, perlu diperhatikan

kaidah-kaidah ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang

merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh. Perencanaan,

pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam perlu dipertimbangkan secara

cermat dan terpadu, sehingga dicapai pengembangan lingkungan hidup dalam

pembangunan (Bengen, 2000). Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk

menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan terjaganya kualitas lingkungan, agar

secara agregat keputusan pembangunan dapat menguntungkan semua pihak

(Darwanto, 2000 dalam Adibroto, 2001).

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses individu maupun

lembaga untuk menggerakkan dan mengelola sumberdaya, agar menghasilkan

perbaikan berkelanjutan menuju kualitas hidup yang diinginkan. Terdapat enam

elemen kunci dalam pembangunan yaitu perubahan, proses, perbaikan atau

pertumbuhan, keberlanjutan, distribusi dan kualias hidup. Pembangunan sebagai

suatu perubahan, mewujutkan kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat

yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai suatu pertumbuhan,

menunjukkan kemampuan kelompok untuk terus berkembang baik secara kualitas

maupun kuantitas dan merupakan keharusan dalam pembangunan (Soley, 1999).

Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk pembangunan berkelanjutan

menyarankan pengelolaan perencanaan wilayah pesisir hendaknya

mengintegrasikan lingkungan dengan tujuan sosial dan harus dibuat dengan

partisipasi aktif dan sedini mungkin dari anggota masyarakat (Sonak et al, 2008).

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

9

9

Partisipasi dan keterlibatan masyarakat hendaknya ditingkatkan melalui program

pendidikan lingkungan serta pengelolaan limbah perairan hendaknya termasuk

dalam upaya terpadu yang melibatkan seluruh perwakilan dikabupaten kota,

provinsi hingga tingkat nasional (Lasut et al, 2008).

Seragaldin dan Steer (1993) mengemukakan bahwa terdapat empat tipe

yaitu tipe yang pertama adalah sumberdaya buatan manusia (man-made capital),

seperti mesin, pabrik, bangunan dan bentuk infrastruktur dan teknologi lain.

Wanmali (1992) menyatakan bahwa ada dua tipe infrastruktur yaitu hard

infrastructure seperti jalan, telekomunikasi, listrik dan sistem irigasi dan soft

infrastructure berbentuk pelayanan seperti transportasi, kredit dan perbankan,

input produksi dan pemasaran. Secara fisik man made capital merupakan

kekayaan hasil pembangunan yang dapat diukur dengan mudah. Tipe kedua

adalah sumberdaya yang disediakan oleh lingkungan (natural capital) seperti

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik yang dapat diperbaharui ataupun

tidak. Tipe ketiga adalah sumberdaya manusia (human capital) serta tipe keempat

adalah sumberdaya sosial (sosial capital) sebuah bentuk fungsi kelembagaan dan

budaya berbasis sosial. Fauzi (2001) mengemukakan pengelolaan sumberdaya

alam adalah bagaimana (how best) mengelola sumberdaya alam tersebut di dalam

suatu wilayah untuk dapat menghasilkan manfaat sebesar-besarnya bagi manusia

dan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

Paradigma pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi,

telah mengalami perubahan menjadi pembangunan yang berkelanjutan. Paradigma

pembangunan berkelanjutan mengandung makna pembangunan yang memenuhi

kebutuhan masa kini, tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk

memenuhi kebutuhannya. Konsep keberlanjutan merupakan konsep sederhana

namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan sangat multi dimensi dan

multi interprestasi. Pengertian sederhana dalam perspektif ekonomi terutama

pandangan ekonomi neo klasikal, keberlanjutan diartikan sebagai maksimalisasi

kesejahteraan sepanjang waktu. Konsep kesejahteraan menyangkut dimensi yang

sangat luas, perspektif neo-klasikal melihatnya sebagai maksimalisasi

kesejahteraan yang diturunkan dari utilitas yang diperoleh dengan mengkonsumsi

barang dan jasa. Barang dan jasa yang dikonsumsi antara lain dihasilkan dari

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

10

10

sumberdaya alam dan lingkungan (Fauzi, 2004). Di banyak negara, terutama

negara berkembang, terdapat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap

sumberdaya laut untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, sebagai menahan

dampak angin topan dan tsunami, dan sebagai media transportasi laut, pariwisata,

perikanan, dan pengembangan daerah pesisir. Terdapat 1.2 juta orang (23%) dari

total penduduk dunia yang hidup di wilayah pesisir dan secara terus menurus

memberikan tekanan kepada ekosistem pesisir sehingga terjadi perubahan relative

cepat diseluruh dunia. Ekosistem pesisir juga berubah diantaranya akibat

kerusakan habitat, penangkapan ikan yang berlebihan serta dampak tumpahan

minyak. Pengelolaan wilayah pesisir teradu (ICM) berpotensi untuk menampung

banyak isu ditujukan ke proses multi-stakeholder, tetapi hendaknya didukung

kolaborasi, kontribusi dan penghargaan pemerintah. (Wilson dan Wiber, 2009).

Sumberdaya kelautan Indonesia merupakan salah satu aset pembangunan

yang penting dan memiliki peluang sangat besar untuk dijadikan sumber

pertumbuhan ekonomi baru. Setidaknya terdapat tiga alasan utama yang

mendasarinya, pertama, secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di

dunia. Kedua di wilayah pesisir dan lautan yang sangat luas terdapat potensi

pembangunan berupa aneka sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang

belum dimanfaatkan secara optimal (Resosudarmo et.al., 2000). Ketiga, seiring

pertambahan jumlah penduduk dunia dan semakin menipisnya sumberdaya

pembangunan didaratan, permintaan terhadap produk dan jasa kelautan

diperkirakan meningkat (Resosudarmo et.al., 2002).

Indonesia memiliki potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang

sangat besar. Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan

lautan. Dilihat dari garis pantai, wilayah pesisir mempunyai dua macam batas,

yaitu batas sejajar garis pantai dan batas tegak lurus terhadap garis pantai. Secara

ekologis wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan

laut. Batas wilayah pesisir ke arah darat mencakup daratan yang masih di

pengaruhi proses-proses kelautan. Batas wilayah pesisir ke arah laut meliputi

perairan laut yang masih dipengaruhi proses-proses alamiah dan kegiatan manusia

di daratan (Dahuri, 1998).

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

11

11

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang bersifat dinamis dan merupakan

tantangan bagi sistem perencanaan wilayah pesisir dengan tingkat ketidakpastian

dan dinamika yang sangat tinggi. Lingkungan kelautan masih sedikit dimengerti

jika dibanding wilayah daratannya, terutama yang berhubungan dengan flora dan

fauna serta dampak dari perubahan yang terjadi. Secara pasti, perencanaan

wilayah pesisir jauh lebih rumit dibandingkan dengan perencanaan wilayah

daratan lainnya, karena ekosistem wilayah pesisir lebih kompleks dibandingkan

dengan ekosistem daratan lainnya. Dibutukan komunikasi yang baik antara

berbagai kelompok masyarakat lokal untuk bersama-sama bekerja dan berpikir

secara nasional dalam konteks wilayah lokal. Yang perlu diingat manajemen

wilayah pesisir terpadu (ICZM) merupakan rangkaian proses, yang lebih

mengarah kepada penjiwaan dari sekedar bentuk spesifik dari sebuah manajemen.

Tidak ada yang salah ataupun benar dalam metode penerapan ICZM, karena

setiap situasi tentunya berbeda (Stead dan McGlashan, 2006).

Kawasan pesisir dan lautan merupakan kawasan yang kaya akan berbagai

ekosistem sumberdaya alam dengan keanekaragaman hayatinya total nilai

kawasan pesisir di seluruh permukaan bumi yang disebut dengan word’s gross

natural product (COREMAP, 1999). Wilayah pesisir pada umumnya merupakan

wilayah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat. Karena kondisi

geografis dan potensi yang dimilikinya, banyak sektor ekonomi yang berkembang

diwilayah pesisir. Khususnya di wilayah pesisir, sektor-sektor ekonomi yang

dominan adalah perikanan laut, yang mencakup kegiatan penangkapan, budidaya

dan pengolahan (Anonymous, 2000).

Pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah proses pengaturan, para

stakeholder dan anggota kelompok memiliki kekuatan dan kesempatan formal

untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan yang merupakan hal

penting berdampak pada peraturan pengelolaan perikanan. Banyak pelaku aktifitas

ekonomi disektor perikanan tidak memiliki kemauan untuk maju dan

mendiskusikan permasalahan keamanan dan pengelolaan perikanan secara terbuka

karena pendapatnya seringkali tidak berpengaruh pada peraturan yang sedang

disusun. Masyarakat pesisir membutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan

pemerintah dalam pembentukan peraturan yang mengatur kehidupan dimasa

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

12

12

mendatang (Kaplan dan Powell, 2000). Pengelolaan wilayah pesisir terpadu telah

digunakan lebih dari satu dekade untuk mengarahkan perubahan paradigma dalam

pengelolaan sumberdaya pesisir Kesuksesan dapat diraih apabila para stakeholder

yang terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir terpadu memiliki inisiatif untuk

berbagi pengalaman, belajar dari kesalahan masa lalu dan memiliki keinginan

untuk mengubah strategi pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Pengelolaan

wilayah pesisir terpadu hendaknya dimengerti sebagai proses dinamis dan

interaktif yang mengalami dinamika dan perubahan secara ters menrus.

Pengelolaan wilayah pesisir terpadu membutuhkan waktu dan dukungan jangka

panjang dari pemerintah, membawa pada pendekatan pengelolaan yang efisien,

adil, bertahan, dan berkelanjutan (Hauck dan Sowman, 2001).

Sebuah tantangan bagi seluruh stakeholder yang terlibat, untuk

menemukan keseimbangan antara mendorong kegiatan dan mengelola lingkungan

pesisir yang tepat dibawah panduan yang telah disepakati secara internasional.

Untuk menjawab tantangan tersebut, beberapa rekomendasi yang diusulkan antara

lain: 1) dibutuhkan jawaban atas permasalahan lingkungan wilayah pesisir dan

termasuk respon dalam perspektif jangka panjang untuk para pembuat kebijakan,

2) dibutuhkan pengakuan terhadap kebergantungan ekonomi dan sistem

lingkungan dan untuk menentukan batas antara aktivitas manusia yang

dibutuhkan, khususnya di daerah pesisir, dan 3) dibutuhkan perlindungan terhadap

kelestarian lingkungan dan mengembalikan lingkungan yang terdegradasi (Sarda,

Avila, dan Mora, 2005). Wilayah laut terlindung (Marine Protected Areas)

merupakan salah satu bentuk program untuk melindungi keberagaman dan

mengelola habitat pesisir yang sensitif dan juga untuk melindungi spesies yang

berharga secara komersial serta beragam bentuk pengelolaan aktivitas ekonomi di

wilayah pesisir (Cho, 2005).

Dalam pendekatan pengelolaan, akan lebih efektif apabila terdapat pihak-

pihak yang pro aktif, mengambil sudut pandang strategi jangka panjang,

mengenali dinamisme dari sistem yang sedang dikelola, adaptif (dalam hal

geografis dan respon terhadap informasi baru), dan mencari solusi yang

menyeluruh (Fletcher dan Pike, 2007). Sistem pengelolaan wilayah pesisir terpadu

merupakan sistem pengelolaan wilayah pesisir yang memiliki karekateristik

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

13

13

serupa baik sumberdaya alami dan manusianya yang secara fisik terhubung

melalui laut (Laine dan Kronholm, 2005). Kelompok pesisir lokal merupakan

organisasi netral yang mewakili banyak kepentingan dan memiliki peran yang

sangat penting dalam melibatkan mayarakat, meningkatkan kesadaran, dan

menampung aspirasi (Storrier dan McGlashan, 2006).

2.2 Tipologi Perkembangan Wilayah Pesisir

Konsep ruang mempunyai beberapa elemen atau unsur yang dapat dilihat

secara terpisah, secara bersamaan dan dipergunakan dalam ruang lingkup yang

lebih luas yaitu organisasi tata ruang dari kegiatan manusia. Unsur-unsur tata

ruang penting adalah jarak, lokasi, bentuk dan ukuran atau skala. Keempat unsur

ini secara bersamaan menyusun unit tata ruang yang disebut Wilayah. Usaha

menetapkan batas-batas wilayah, kerapkali pengelompokan atas kriteria :

homogenitas; nodalitas dan unit program atau unit administrasi. Konsep

homogenitas menetapkan batas berdasarkan beberapa persamaan unsur tertentu,

seperti unsur ekonomi wilayah yaitu pendapatan per kapita, kelompok industri

maju, tingkat pengangguran atau keadilan sosial politik seperti identitas wilayah

berdasarkan sejarah, budaya dan sebagainya. Konsep nodalitas, menekankan

perbedaan struktur tata ruang dalam wilayah terdapat sifat ketergantungan

fungsional. Mendefinisikan konsep disadari penduduk tidak dapat hidup terpisah-

pisah sedemikian rupa, cenderung berkumpul pada pusat yang spesifik dari

kegiatan. Pusat atau kota dan wilayah belakangnya saling tergantung dan tingkat

ketergantungan dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang-barang

dan pelayanan ataupun komunikasi dan transportasi (Budiharsono, 2006).

Setiap wilayah mempunyai satu atau beberapa kota besar sebagai pusat dan

diantaranya tertinggi berwujut kota metropolitan dan prinsip dominasi atau

pengaruh kota dipakai untuk menetapkan batas wilayah. Konsep administrasi atau

unit program, lebih mudah dipahami karena didasarkan perlakuan kebijakan yang

sama disebut wilayah perencanaan atau wilayah program. Manfaat konsep ini

adalah perencana dan analisisi dapat bekerja dan lebih mudah mengadakan

evaluasi dan monitoring program pembangunan. Kelemahannya adalah batas

wilayah administrasi tidak sama dengan wilayah fungsional (Budiharsono, 2006).

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

14

14

Teori kutub dan pusat pertumbuhan menekankan pada kutub pertumbuhan

ruang ekonomi. Teori dipergunakan memahami dan menanggapi masalah di

bidang yang menunjukkan hubungan kausal diantara berbagai variabel dalam

kerangka utuh di bidang tertentu. Abstraksi ruang dibedakan atas tiga tipe yaitu :

ruang sebagai suatu rencana diagram atau cetak biru; ruang sebagai medan

kekuatan-kekuatan dan ruang sebagai suatu keadaan yang homogen. Kutub

diartikan vektor dari ruang ekonomi sebagai medan kekuatan. Ruang ekonomi

mengandung pusat-pusat dan kutub-kutub yang mempunyai kekuatan centrifugal

yang memancar sekelilingnya dan mempunyai kekuatan centripental yang

menarik. Setiap pusat merupakan pusat penarik dan penolak serta mempunyai

medan sendiri dalam gugus medan pusat-pusat lainnya.

Unit ekonomi yang dominan tampil memainkan peranan utama dalam

ruang ekonomi. Persaingan diantara perusahaan-perusahaan sejenis menciptakan

keadaan hanya perusahaan kuat saja yang bisa hidup. Peranan dari unit-unit

tersebut digambarkan sebagai perusahaan pendorong. Perusahaan-perusahaan

pendorong dapat meningkatkan produksi perusahaan lainnya, jika peningkatan

produksi tularan, lebih besar dari kenaikan produksi pendorong, maka perusahaan

pendorong disebut perusahaan utama. Ciri-ciri perusahaan pendorong antara lain :

perusahaan besar dengan modal besar dan tekonologi maju; termasuk ke dalam

kelompok industri maju dan cepat tumbuh; mempunyai produktifitas tinggi dan

kemampuan besar dalam penerapan teknologi maju; mempunyai posisi penawaran

kuat dan hubungan kuat dengan kegiatan lain di wilayah tersebut (Todaro, 1995).

Pengertian kutub pertumbuhan didasarkan atas teori keseimbangan dengan

menyadari seluruh produksi bukan hanya merupakan penjumlahan produksi dari

setiap perusahaan dalam suatu matrik, tetapi merupakan fungsi pengaruh

mempengaruhi perusahaan tertentu yang ditimbulkan arus perusahaan-perusahaan

lain dan proses rangkaian dinamis menciptakan hubungan ketergantungan serta

tumbuh berkembang terus menerus.

Konsep dasar sosial ekonomi dari kutub pertumbuhan meliputi :

1. Konsep industri utama dan perusahaan pendorong, berdasarkan

karakteristiknya, industri utama dan perusahaan-perusahaan pendorong

mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. Terdapat gugus perusahaan

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

15

15

atau industri kutub pertumbuhan tersebut. Lokasi geografis dapat

terjadi berdasarkan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari lokasi

sumberdaya, tenaga kerja atau fasilitas prasarana;

2. Konsep polarisasi, pertumbuhan dari industri utama dan perusahaan

pendorong menimbulkan polarisasi unit-unit lainnya ke kutub

pertumbuhan. Aglomerasi ekonomi ditandai : a. economics internal to

firm dicirikan dengan biaya produksi rata-rata yang rendah, b.

economics external to firm but internal to industry, ditandai penurunan

biaya tiap unit produksi karena lokasi tertentu dari industri, seperti

dekat dengan sumber bahan baku dan tenaga kerja trampil.

3. Konsep spred backwash effect dan konsep trikling down effect, konsep-

konsep ini mengandung pengertian pemancaran, penyebaran, penetesan

dan pengertian penarikan, pengumpulan atau polarisasi yang terjadi

diantara hubungan kutub dan wilayah pengaruhnya (hinterland).

Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan

keadaan wilayah dengan wilayah lainnya. Perbedaan sangat erat dengan kondisi

dan potensi wilayah baik dari segi fisik lingkungan, ekonomi sosial dan

kelembagaan (Todaro, 1995).

Strategi kutub dan pusat pertumbuhan telah menarik penentu kebijakan

pembangunan karena beberapa alasan antara lain :

1. Berbagai aglomerasi ekonomi cenderung menjadi alasan efisien dalam

rangka menekan biaya-biaya;

2. Konsentrasi investasi di titik-titik pertumbuhan spesifik menjadi lebih

murah, khususnyanya pembiayaan pemerintah tersebar di wilayah-

wilayah yang lebih luas dan;

3. Spred effect mengimbas ke sekitar titik pertumbuhan menanggulangi

masalah-masalah didaerah terbelakang.

Dampak atau manfaat dari strategi kutub dan pertumbuhan dipandang

kurang memuaskan, terutama spread effect atau trickling down ke daerah

pinggiran (periphery) tidak berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Telaah

dan studi dan penelitian dampak strategi kutub dan pusat pertumbuhan

menghasilkan pemahaman sebagai berikut :

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

16

16

1. Spread effect dari pusat pertumbuhan biasanya lebih kecil dari yang

diharapkan, atau lebih kecil dari backwash effect dan memberikan hasil

akhir negatif bagi hinterlandnya. Spread effect secara geografis amat

terbatas dan sempit, biasanya terbatas commuting area dan berfungsi

sesuai dengan ukuran pusat-pusat yang bersangkutan;

2. Peningkatan pendapatan di pusat-pusat berhirarki lebih rendah atau di

wilayah pedesaan menyebabkan penggandaan pendapatan yang kuat di

pusat-pusat yang jenjang hirarkinya lebih tinggi dan tidak sebaliknya

dan tampaknya lebih berorientasi ke atas dari pada ke bawah, dalam

sistem jenjang hirarki kota-kota;

3. Kerangka pembangunan lebih luas, khususnya pembangunan tata ruang,

agak sulit menerapkan kebijakan pusat pertumbuhan untuk daerah-

daerah terbelakang karena kurangnya spread effect dari kota-kota ke

daerah hinterland yang lebih luas.

Penerapan strategi kutub dan pusat pertumbuhan cenderung gagal karena

kekeliruan dalam beberapa hal diantaranya adalah :

1. Seringkali penentu kebijakan membuat keputusan melakukan

konsentrasi investasi wilayah yang kondisinya tidak menunjukkan

tingginya potensi industri untuk tumbuh didaerah-daerah terbelakang.

Daerah industri membutuhkan kondisi tertentu untuk tumbuh, selain

faktor investasi semata;

2. Pertumbuhan diprioritaskan pada distribusi atau pemerataan. Kesadaran

kutub dan pusat pertumbuhan lebih didasarkan pertimbangan fungsional

dari pada berdasarkan geografis yang cenderung diabaikan;

3. Kecenderungan kutub-kutub pertumbuhan mempunyai interaksi dengan

kutub-kutub di wilayah lain. Tidak terdapat hubungan dan interaksi yang

cukup nyata dengan industri-industri tersebar diwilayah bersangkutan.

Seharusnya terdapat interaksi kutub-kutub pertumbuhan berfungsi

dengan industri-industri. Industri seharusnya menyediakan input, bahan

baku atau bahan setengah jadi bagi industri pendorong atau industri-

industri pendorong harus memanfaatkan input dari industri-industri

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

17

17

lokal. Di bidang agroindustri, pengolahan hasil perikanan memanfaatkan

hasil-hasil tangkapan nelayan lokal di wilayah pedesaan;

4. Adanya batas pertumbuhan atau polarisasi dari kutub dan pusat

pertumbuhan, masalah Diseconomics of scale. Industri maju di kota-

kota, mengalami kemunduran disebabkan diseconomics of scale, seperti

masalah efisiensi manajemen perusahaan besar, kenaikan biaya

produksi. Manfaat aglomerasi berkurang akibat meningkatnya biaya

fasilitas pelayanan umum, kenaikan gaji dan upah, kenaikan harga bahan

baku dan energi disebabkan ongkos sosial seperti pencemaran suara,

udara dan air. Bila tidak diatasi dan tetap dipertahankan, memerlukan

biaya tinggi dibebankan kegiatan ekonomi di tempat lain;

Kutub dan pusat pertumbuhan tampil di kota-kota yang memiliki

kompleks industri pendorong, masalahnya adalah ukuran dari kota tersebut.

Pertumbuhan kota menghadapi masalah-masalah perluasan kota, baik disebabkan

tata ruang dan topografi, masalah harga tanah, teknologi, fasilitas transportasi,

jaringan komunikasi, fasilitas pelayanan sosial dan tata guna lahan.

Menanggulangi masalah ini dapat dipecahkan melalui analisa dan teori batas

ambang pertumbuhan kota yaitu cara penyebaran kota-kota dengan ukuran-ukuran

tertentu dalam sistim tata ruang, terutama di wilayah-wilayah yang kurang maju.

2.3 Nilai Ekonomi Sumberdaya Wilayah Pesisir

Sumberdaya dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai segala sesuatu

yang baik langsung maupun tidak langsung memiliki nilai untuk memenuhi

kebutuhan manusia (Randall, 1997). Menurut Adrianto (2006), sumberdaya secara

awam sering diartikan sebagai sesuatu yang bernilai untuk melaksanakan kegiatan

tertentu. Menurut pandangan ekonomi, paling tidak dikenal tiga sumberdaya yaitu

sumberdaya kapital, sumberdaya tenaga kerja dan sumberdaya alam. Sumberdaya

kapital menunjuk kepada kelompok sumberdaya yang digunakan untuk

menciptakan proses produksi yang lebih efisien. Sementara sumberdaya tenaga

kerja dimaksudkan sebagai kapasitas produktif dari manusia baik secara pisik

maupun mental yang terkait dengan kemampuan untuk bekerja atau memproduksi

suatu barang dan atau jasa. Sedangkan sumberdaya alam adalah stok materi living

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

18

18

maup non living yang terdapat dalam lingkungan pisik secara potensial memiliki

fungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Sumberdaya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal

pertumbuhan ekonomi (resource basesd economy) dan sekaligus sebagai

penopang sistem kehidupan (life support system). Sumberdaya alam sangat

berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional (BPS, 2008).

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara di dunia

adalah berbasiskan sumberdaya alam. Perkembangan pemikiran mengenai

perhitungan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang biasanya dianggap sebagai

penggambaran dari kesejahteraan masyarakat (System of National Accounting /

SNA, Growth Domestic Product / GDP dan Net National Product / NNP),

ternyata masih mengabaikan perhitungan mengenai penurunan sumberdaya.

Perkembangan selanjutnya dalam neo classical ekonomi, pengukuran dengan

menggunakan GDP dan NNP, belum menjawab mengenai sumberdaya itu sendiri

dalam kaitannya dengan man-made capital, human capital dan natural capital,

yang dalam kurun waktu tertentu mengalami depresi dan apresiasi. Natural capital

sendiri pada dasarnya menghasilkan barang dan jasa yang tidak dihitung secara

utuh dalam prespektif neo-classical economy (Fauzi dan Anna, 2002).

Indonesia memiliki modal sumberdaya alam (natural capital) yang besar

dan relative masih belum optimal pemanfaatannya, ditambah dengan modal sosial

(sosial capital), teknologi dan sumberdaya manusia yang perlu didesain secara

komprehensif dalam sebuah aransemen pembangunaan yang tepat dan

berkelanjutan. Dengan meletakkan fungsi dan kebijakan ekonomi secara benar

sesuai dengan visi ecological economics (EE) maka pembangunan berkelanjutan

sebagai tujuan akhir dari visi ecological economics (EE) adalah suatu

keniscayaan, yaitu sebuah konesp pembangunan ekonomi yang lebih arif,

meletakkan keseimbangan peran manusia sebagai bagian dari komunitas dan

kelestarian ekosistem (Adrianto, 2004b).

Nilai keberadaan merupakan katagori nilai yang dimiliki ekosistem pesisir.

Nilai keberadaan ekosistem pesisir merupakan nilai kegunaan didapat seseorang

atau masyarakat mengetahui ekosistem pesisir terpelihara keberadannya.

Keberadaan sistem alam termasuk indivisible in consumtion, kegunaan diperoleh

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

19

19

seseorang yang mengetahui keberadaan spesies atau ekosistem, tidak berkurang

hanya karena orang lain juga mengetahui keberadaan spesies atau ekosistem

tersebut. Salah satu wujud nyata adanya nilai keberadaan adalah timbulnya

partisipasi didalam usaha merehabilitasi sumberdaya alam yang mengalami

kerusakan, partisipasi pelestarian tumbuhan. Kegunaan keberadaan dan

ketidakbergunaan karena kepunahan merupakan sumber nilai keberadaan.

Pertimbangan dasar penetapan ekosistem pesisir paling tidak menggunakan lima

kriteria utama yaitu (Alikodra, 1999) :

1. Keanekaragaman, yaitu sumberdaya pesisir memiliki keanekaragaman

yang besar, baik biota maupun ekosistemnya, penting dalam menentukan

stabilitas biota dan menjamin sumber genetika yang besar.

2. Keterwakilan, yaitu sumberdaya pesisir memiliki formasi biota tertentu

dan dipergunakan pembaku bagi formasi-formasi sejenis di daerah lain.

3. Keaslian, yaitu sumberdaya pesisir memiliki kondisi biota maupun fisik

sejauh mungkin masih asli atau belum dipengaruhi kegiatan manusia.

4. Kekhasan, yaitu sumberdaya pesisir harus memiliki sifat-sifat yang khas

yang tidak diketemukan di daerah lain.

5. Keefektifan, yaitu sumberdaya pesisir memiliki kondisi yang mendukung

efektifitas pengelolaan, seperti luas, batas alam seperti sungai, pantai

sehingga memudahkan pengawasan dan pengamanan.

Bertitik tolak kriteria tampak bahwa kriteria satu sampai lima dapat

menjadi sumber adanya nilai keberadaan. Pengembangan konsep nilai keberadaan

sangat membantu sebagai penghubung antara ahli ekonomi dan ahli lingkungan di

dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Nilai Penggunaan adalah

nilai kegunaan atau manfaat yang diperoleh seseorang atau masyarakat dari

penggunaan barang atau jasa lingkungan saat kini. Penggunaan barang atau jasa

lingkungan bersifat konsumtif maupun non konsumtif. Jenis nilai penggunaan

digolongkan atas dua nilai penggunaan yaitu nilai penggunaan langsung dan nilai

penggunaan tidak langsung (Dahuri, 2000)

Surplus konsumen dari sumberdaya pesisir menggunakan asumsi

ekosistem pesisir dianggap barang privat. Jumlah responden yang bersedia

membayar sama dengan jumlah permintaan dan nilai nominal yang bersedia

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

20

20

dibayar responden sama dengan harga dari nilai ekonomi pesisir. Total nilai

ekonomi dari sumberdaya pesisir dan laut terdiri dari nilai pakai dan nilai yang

bukan nilai pakai. Nilai pakai adalah nilai yang timbul dari pemanfaatan

sebenarnya terhadap fungsi atau sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem.

Nilai-nilai pakai selanjutnya dibagi menjadi nilai-nilai pemanfaatan secara

langsung, nilai-nilai dari pemanfaatan secara tidak langsung dan nilai pilihan.

Nilai-nilai pemanfaatan secara langsung adalah pemanfaatan sebenarnya. Nilai-

nilai pemanfaatan secara tidak langsung berupa keuntungan-keuntungan berasal

dari fungsi-fungsi ekosistem. Nilai-nilai pilihan adalah nilai yang menunjukkan

kesediaan seseorang membayar pelestarian sumberdaya pesisir dan laut bagi

penggunaan dimasa depan, nilai-nilai pilihan dapat dianggap sebagai premi

asuransi dan masyarakat bersedia membayarnya guna menjamin pemanfaatan di

masa depan terhadap sumberdaya pesisir dan laut (Pearce & Moran, 1994).

Menurut Spinner (2006), kekuatan ekonomi wilayah sangat tergantung

ketersediaan sumberdaya alam berkelanjutan. Hubungan manajemen sumberdaya

dan pembangunan ekonomi dijelaskan dengan konsep nilai sumberdaya. Nilai

dikuantifikasi dengan mengukur nilai hasil produksi sumberdaya, pendapatan

ekspor, jumlah orang yang terserap ke dalam lapangan pekerjaan baik langsung

maupun tidak langsung, dan nilai budaya sumberdaya yang tidak dapat

dikuantifikasi dengan uang. Berbagai perististiwa yang merusak ekosistem

wilayah, seperti banjir memiliki dampak langsung pada nilai sumberdaya dan

mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan ekonomi penduduk. Melalui

upaya-upaya pencegahan dan rehabilitasi kerusakan serta pengelolaan sumberdaya

terpadu, integritas ekologi menjadi terjamin dan kegiatan produksi dapat

berlangsung berkelanjutan, kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat dicapai.

Menurut Biro Pusat Statistik, tingkat kesejahteraan dikaji melalui bidang-bidang

antara lain : kependudukan, pendidikan dan kesehatan (Suwito, 2005).

Salah satu tujuan utama komunitas berbasis pengelolaan sumberdaya

pesisir adalah pemberdayaan masyarakat yang kurang beruntung, terdiri dari

sebagian besar penduduk pesisir dan seringkali terpengaruh oleh berbagai isu

pengelolaan. Pengembangan komunitas haruslah berlandaskan pendekatan

pendidikan dan pematangan organisasi komunitas sebagai dasar utama mencapai

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

21

21

tujuan yaitu melestarikan sumberdaya, rehabilitasi habitat, dan pengurangan

kemiskinan (Balgos, 2005). Mengkombinasikan partisipasi masyarakat,

pendidikan lingkungan dan dorongan ekonomi merupakan keputusan yang tepat

untuk secara bersama-sama memberikan dukungan kelembagaan dalam jangka

panjang dari pemerintah, lembaga non-pemerintah, akademisi, atau institusi

lainnya yang tergabung dalam kerangka kesuksesan penyelenggaraan wilayah laut

terlindung/Marine Protected Areas (White et al, 2005).

2.4 Integrasi Perikanan dalam Pengelolaan Pesisir Terpadu

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi

kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan geranasi

mendatang untuk memenuhi kebuthan hidupnya. Pembangunan berkelanjutan

pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan

semacam ambang batas laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya

alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak, tetapi

merupakan batas yang luwes yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial

ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfir untuk

menerima dampak kegiatan manusia. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu

strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas

fungsionalnya memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak,

sehingga pengelolaan pesisir dan laut yang berkelanjutan tidak lepas dari frame

pembangunan berkelanjutan (Dahuri, 2000).

Perikanan merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks.

Tantangan untuk memelihara sumberdaya menjadi issue yang cukup kompleks

dalam pembangunan perikanan. Keberlanjutan merupakan kata kunci dalam

pembangunan perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya

dan masyarakat perikanan. Walaupun konsep keberlanjutan dalam perikanan

sudah dapat dipahami, namun sampai sekarang masih menghadapi kesulitan

dalam menganalisis atau mengevaluasi keberlanjutan pembangunan perikanan.

Khususnya ketika dihadapkan pada permasalahan mengintegrasikan informasi

atau data dari ekologi, sosial, ekonomi maupun ehtik (Fauzi, 2002). Perikanan

sebagai suatu sumberdaya yang bersifat common property dan berada pada suatu

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

22

22

tempat yang tidak mudah untuk dipisahkan atau dibagi-bagikan, pemanfaatan

sumberdaya yang dilakukan seorang individu berpengaruh pada individu yang

lain. Persoalan eksternalitas tetap muncul saat sumberdaya tersebut dimanfaatkan,

wakaupun sumberdaya tersebut terdistribusikan merata menurut waktu dan lokasi.

Kondisi sumberdaya perikanan, eksternalitas merupakan dilemma sebuah ciri khas

dan membedakannya dari sumberdaya lainnya (Sobari, 2003).

Pembangunan perikanan berkelanjutan adalah suatu kegiatan pengelolaan

sumberdaya ikan dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan masa kini tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Terdapat dua substansi pokok yaitu : 1) konsep kebutuhan mensejahterakan

nelayan dan generasi mendatang, 2) gagasan tentang keterbatasan yang bersumber

kepada keadaan teknologi dan organisasi sosial yang dikenakan terhadap

kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa

mendatang (Kusumastanto, 2003). Terdapat beberapa cara pengembangan

perikanan, diantaranya memperbaiki kerangka legislatif yang berpengaruh pada

sektor perikanan, dan penguatan institusional departemen perikanan berupa

kolaborasi yang lebih baik dengan departemen lain, ketiga, memecahkan masalah

pendanaan, keempat meningkatkan penelitian perikanan dan kelima

pengembangan sumberdaya manusia dibidang perikanan (Thorpe et al. 2009).

Pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan pesisir pada masa otonomi

daerah yang paling tepat adalah dengan melakukan pengelolaan secara optimal,

yang dapat menjamin potensi lestari sumberdaya perikanan dan stablitas produksi

serta keberlanjutan ditingkat usaha perikanan, sesuai Undang-undang otonomi

daerah dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya wilayah pesisir dan

sumberdaya hayati laut. Pengelolaan optimal perikanan laut memberikan ruang

tidak saja untuk keberlanjutan sumberdaya perikanan namun juga mendorong

pemerataan serta tegaknya kelembagaan dan kearifan lokal di wilayah pesisir dan

lautan. Pengelolaan optimal juga dapat mengalokasikan sumberdaya secara lebih

efektif dan efisien sehingga mendorong perubahan produksi kearah yang sesuai

dengan daya dukung ekonomi dan daya dukung ekologis wilayah pesisir

(Masydzulhak, 2006).

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

23

23

Revitalisasi perikanan merupakan upaya yang tidak dapat dilakukan dalam

jangka pendek dan merupakan upaya jangka panjang dan terus menerus.

Revitalisasi perikanan itu sendiri memerlukan prasyarat perubahan diantaranya

adalah kemauan untuk mengubah pendekatan sektoral menuju pendekatan

integratif untuk mengelola sumberdaya perikanan (Dahuri dan Adrianto, 2005).

Penurunan yang tajam pada spesies ikan lebih disebabkan oleh terjadinya

penangkapan yang berlebihan sebagai akibat dari perubahan sistem ekonomi

menjadi ekonomi pasar bebas (Vetemaa et al, 2005). Komunitas ikan di wilayah

pesisir pantai Baltik perubahan yang signifikan terjadi karena faktor eutrofikasi

dan suhu air (Adjers et al, 2005). Eutrofikasi merupakan peningkatan kadar

nitrogen dan fosfor di laut, diakui sebagai ancaman utama pada ekosistem laut

(Nordvarg dan Hakanso, 2002). Statistika penangkapan ikan yang formal sekarang

ini masih merupakan satu sumber data yang digunakan secara luas untuk

menggambarkan dinamika persediaan ikan (Lajus, Ojaveer, Tammiksaar, 2007).

Proses terpadu pengelolaan perikanan meliputi pengumpulan informasi,

analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, pengalokasian

sumberdaya dan formulasi serta implementasi, dengan pelaksanaan peraturan

yang berpengaruh pada aktivitas perikanan dalam rangka untuk memastikan

keberlanjutan produktivitas sumberdaya (FAO, 1997). Pengelolaan perikanan

meliputi : 1) mengatur kebijakan dan tujuan budidaya perikanan yang ada maupun

potensial serta aktivitas lain terkait dengan pengaruh potensi ekonomi serta

kontribusi sosial perikanan untuk tujuan dan kebutuhan lokal maupun nasional;

2) menentukan dan mengimplementasikan tindakan yang penting untuk

memungkinkan stakeholders untuk bekerja mencapai tujuan (FAO, 1996).

Nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal diantarnya meliputi nilai

pengetahuan, religi, sosial dan ekonomi. Tipe pengelolaan sumberdaya perikanan

dan kelautan dalam kerangka co–management merupakan tipe cooperatif,

pemerintah dan masyarakt terlibat secara bersama dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan dan kelautan (Ramadhan, 2006). Masalah utama dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan adalah adanya kesenjangan antara kepercayaan publik

seperti konservasi jangka panjang stok perikanan dan lingkungan ekologi dengan

adanya keinginan tertentu dari pengguna yang mengeksploitasi sumberdaya

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

24

24

perikanan. Terdapat dua faktor utama yang berkontribusi terhadap perilaku

nelayan memanfaatkan sumberdaya perikanan yaitu faktor internal dan eskternal.

Perilaku positif nelayan merupakan perilaku yang comform, mengikuti prinsip

ekonomi dan konservasi, sedangkan perilaku negatif adalah kegiatan destruktif

yang berakibat buruk bagi kelestarian sumberdaya perikanan (Amanah, 2006).

Masyarakat dan stake holders terkait yang diwakili lembaga adat

seharusnya terlibat secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

evaluasi kebijakan terkait dengan pengelolaan sumberdaya kelautan dan

perikanan. Pentingnya untuk mengambil nilai-nilai kearifan lokal yang sudah ada

dalam masyarakat kedalam suatu model pengelolaan diterjemahkan dalam bentuk

co-management, secara ideal masyarakat dan pemerintah adalah mitra yang setara,

perhatian utamanya adalah bagaimana memecahkan masalah dalam sistem

pengaturan dan pengawasan (Dubbink and Viiet, 1996).

Ancaman terhadap kapasitas keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya

perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, baik akibat aktivitas

manusia maupun fenomena alam, menuju sumberdaya pesisir dan lautan secara

sektoral dan dapat diatasi melalui pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan

dengan pendekatan terpadu dan holistik (Efendy, 2005). Code of Conduct for

Responsible Fisheries (CCRF), mengamanatkan negara-negara didunia untuk

melakukan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara bertanggung jawab.

Prinsip-prinsip pengelolaan meliputi : 1) pelaksanan hak menangkap ikan diikuti

upaya konservasi; 2) pengelolaan mempertahankan kualitas sumberdaya,

keanekaragaman hayati dan berkelanjutan; 3) pengembangan armada sesuai

kemampuan reproduksi sumberdaya; 4) perumusan kebijakan perikanan; 5)

pengelolaan berdasakan prinsip kehati-hatian; 6) pengembangan alat penangkapan

yang selektif dan aman terhadap sumberdaya; 7) mempertahankan nilai

kandungan nutrisi ikan pada keseluruhan proses produksi; 8) perlindungan dan

rehabilitasi terhadap habitat sumber-sumber perikanan kritis; 9) pengintegrasian

pengelolaan sumber perikanan dalam kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan

10) penegakan hukum (Manggabarani, 2006).

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

25

25

Undang-undang 31 tahun 2004 Bab I Pasal 1 menyatakan, pengelolaan

perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam

pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan,

alokasi sumberdaya ikan dan implementasi serta penegakan hukum dari

perundang-undangan dibidang perikanan, yang dilakukan pemerintah atau otoritas

lain diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktifitas sumberdaya hayati

perairan dan tujuan yang disepakati. Pasal 2 menyebutkan, pengelolaan perikanan

dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemeratan,

keterpaduan, keterbukaan, efisiensi dan kelestarian berkelanjutan. Tujuan

pengelolaan perikanan tercantum pada Pasal 3, yaitu : 1) meningkatkan taraf

hidup nelayan atau pembudidaya skala kecil, 2) meningkatkan penerimaan dan

devisa negara, 3) mendorong perluasan dan kesempatan kerja, 4) meningkatkan

ketersediaan dan konsumsi protein ikan, 5) mengoptimalkan pengelolaan

sumberdaya, 6) meningkatkan poduktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing, 7)

meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengeloahan ikan, 8)

mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan

lingkungan sumberdaya ikan secara optimal serta 9) menjamin kelestarian

sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan tata ruang.

Menurut Nikijuluw (2002), sumberdaya perikanan harus dikelola dengan

baik, karena sumberdaya perikanan sangat sensitif terhadap tindakan manusia.

Pendekatan apapun yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya,

jika pemanfaatannya dilakukan berlebihan, akhirnya sumberdaya mengalami

tekanan secara ekologi dan menurun kualitasnya. Pengelolaan sumberdaya

perikanan patut dilakukan supaya pembangunan perikanan dapat dilaksanakan

dengan baik dan tujuan pembangunan dapat tercapai. Sumberdaya perikanan

terdiri atas sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan serta segala sumberdaya

buatan manusia digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya. Pengelolaan

sumberdaya perikanan mencakup penataan pemanfaatan sumberdaya ikan,

pengelolaan lingkungannya serta pengelolaan kegiatan manusia.

Diberlakukannya Undang-undang 32 tahun 2004 membawa konsekuensi

berupa perubahan dalam tata pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan

dan perikanan. Berdasarkan Undang-undang tersebut, Pemda memiliki landasan

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

26

26

yang kuat untuk mengimplementasikan pembangunan kelautan secara terpadu,

mulai dari aspek perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian

sumberdaya dalam upaya menerapkan pembangunan kelautan dan perikanan

secara berkelanjutan. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyusun rencana

strategis (RENSTRA) pengelolaan sumberdaya secara terpadu dari setiap provinsi

dan kabupaten kota, yaitu menyusun zonasi kawasan perairan untuk menfokuskan

sektor-sektor tertentu dalam suatu zona, menyusun rencana pengelolaan untuk

suatu kawasan tertentu atau suatu sumberdaya tertentu. Membuat rencana aksi

yang memuat rencana investasi berbagai sektor, untuk kepentingan pemerintah

daerah, swasta maupun masyarakat. Perencanaan hendaknya dilakukan secara

partisipatif yaitu segenap komponen daerah terlibat dalam proses dan tahapan

perencanaan pengelolaan tersebut (Dahuri, 2003).

Kerangka pembangunan perikanan khususunya perikanan tangkap,

pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengelola

sumberdaya perikanan, sebagaimana diamanatkan Undang-undang Dasar 1945

pasal 33 maupun Undang-undang Perikanan No 9 tahun 1985, diperbaharui

Undang-undang Perikanan No. 31 tahun 2004. Peran dimaksud adalah

memberikan mandat kepada pemerintah dalam mengelola sumberdaya alam,

termasuk sumberdaya perikanan untuk kesejahteraan rakyat. Keterlibatan

pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya ikan, diwujutkan dalam tiga fungsi

yaitu (Nikijuluw, 2002) :

(1) Fungsi alokasi, dijalankan melalui regulasi untuk membagi sumberdaya

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

(2) Fungsi distribusi, dijalankan pemerintah agar terwujut keadilan dan

kewajaran sesuai pengorbanan dan biaya yang dipikul setiap orang,

disamping keberpihakan pemerintah kepada yang tersisih atau lebih lemah.

(3) Fungsi stabilisasi, ditujukan agar pemanfaatan sumberdaya ikan tidak

berpotensi menimbulkan instabilitas yang merusak dan menghancurkan

tatanan sosial ekonomi masyarakat.

Tujuan pembangunan perikanan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

No. 31 tahun 2004 tentang perikanan adalah sebagai berikut :

(1) Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

27

27

(2) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara

(3) Mendorong perluasan dan kesempatan kerja

(4) Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein hewani

(5) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan

(6) Meningkatkan produktifitas, mutu, nilai tambah dan daya saing

(7) Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan

(8) Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan dan

lingkungan sumberdaya ikan secara optimal

(9) Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan budidaya ikan dan tata ruang.

Penyiapan berbagai program pembangunan dalam pengelolaan pesisir dan

lautan terpadu harus didasarkan pada kondisi biofisik, sosial ekonomi dan

kelembagaan setempat. Atas dasar kondisi biofisik dan sosial ekonomi tersebut

dapat diimplementasikan berbagai program terkait pelibatan aktif masyarakat

pesisir mulai dari perencanaan hingga tindak lanjut program (Amanah, 2004).

Kebijakan pembangunan perikanan Indonesia ke depan lebih ditekankan

pada pengendalian perikanan tangkap, pengembangan budidaya perikanan dan

peningkatan nilai tambah melalui perbaikan mutu dan pengembangan produk

mengarah pada pengembangan industri kelautan dan perikanan terpadu berbasis

masyarakat. Strategi yang ditempuh adalah peningkatan daya saing komoditas

perikanan didukung dengan peningkatan sumberdaya manusia serta pemberian

akses dan kesempatan yang sama pada seluruh pelaku usaha di bidang perikanan,

sehingga mampu menghadapi persaingan global di tengah peningkatan tuntutan

dan kebutuhan masyarakat dengan berbagai dimensinya. Kebijakan pengendalian

perikanan tangkap wilayah perairan yang sudah lebih tangkap, pengembangannya

kedepan dilakukan melalui prinsip kehati-hatian, membatasi penambahan upaya

penangkapan sekaligus mendorong nelayan dapat beralih kegiatan pembudidayaan

ikan atau pengolahan, khususunya melalui pengembangan produk. Wilayah padat

tangkap, peningkatan mutu lebih didorong guna memberikan penghasilan lebih

besar bagi para nelayan. Wilayah perairan yang masih potensial, peningkatan

produksi dilakukan secara selektif sesuai jumlah tangkapan yang diperbolehkan

dan memperhitungkan prinsip kelestarian sumberdaya ikan (Departemen Kelautan

dan Perikanan, 2004).

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

28

28

2.5 Pengelolaan Perikanan dalam Konsepsi Perencanaan dan Pengelolaan

Wilayah Pesisir

Terminologi perencanaan (planning) dan pengelolaan (management)

memiliki berbagai interpretasi yang tergantung pada tujuan waktu penggunaan

terminologi. Perencanaan merupakan serangkaian proses sebelum melakukan

sesuatu dimasa depan, yang memiliki dua komponen yaitu menentukan tujuan

yang akan dicapai dimasa depan dan mengidentifikasi langkah-langkah untuk

mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dapat dikategorikan kedalam dua

kelompok besar yaitu perencanaan strategis (strategic planning) dan perencanaan

operasional (operasional planning). Perencanaan strategis merupakan level

tertinggi dalam perencanaan, jenis perencanaan ini menyediakan kerangka, visi

dan misi serta strategi besar untuk mencapai beberapa tujuan spesifik.

Perencanaan strategis tidak berisi detail langkah pencapaian tujuan. Rencana

pengelolaan pesisir dan laut disusun sebagai sebuah dokumen yang diharapkan

mampu mengidentifikasi isu dan permasalahan pengelolaan wilayah pesisir pada

saat yang sama mampu memberikan solusi dimasa depan.

Terminologi pengelolaan (management) memiliki berbagai makna

tergantung dari tujuan dan sudut pandang pelaku. Pengelolaan memiliki makna

sebagai proses pengaturan kegiatan sehari-hari untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengelolaan pesisir (coastal management) dapat dipandang sebagai proses

pengaturan kegiatan sehari-hari yang terjadi di wilayah pesisir dan laut.

Pengelolaan dapat dikelompokkan menjadi pengelolaan strategis (strategic

management) dan pengelolaan operasional (operational management).

Pengelolaan strategis memfokuskan pada proses terkendali dari sebuah urusan

institusi yang terkait dengan wilayah pesisir dan laut, lebih berprespektif makro,

sedangkan pengelolaan operasional lebih menitik beratkan pengaturan kegiatan

sehari-hari di lapangan sehingga berorientasi mikro (Kay and Alder,1999).

Perencanaan strategis (strategic planning), perencanaan operasional

(operasional planning), pengelolaan strategis (strategic management) dan

pengelolaan operasional (operational management) dalam konteks pengelolaan

pesisir dan laut di Indonesia, kedua jenis perencanaan dan pengelolaan dapat

dilakukan tergantung tujuannnya. Bahkan dalam beberapa kasus, tidak ada

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

29

29

pembedaan yang tegas antara kedua jenis perencanaan dan pengelolaan tersebut

dalam kerangka pengelolaan pesisir dan laut (Kusumastanto. 2006).

Prinsip pengelolaan wilayah pesisir terdiri dari lima hal yaitu : 1) prinsip

pembangunan berkelanjutan; 2) prinsip keterpaduan; 3) prinsip desentralisasi

pengelolaan pesisir; 4) prinsip berorientasi pada masyarakat dan 5) prinsip

pengelolaan global (Cicin-Sain and Knecht,1998).

Kesatuan ekosistem menjadi hal utama dalam pengelolaan perikanan,

tetapi para ahli masih mempunyai pendapat yang berbeda pada cara mengukur

ekosistem yang sehat serta memasukkannya dalam konsep penilaian kelestarian

sumberdaya perikanan. Terdapat kecenderungan meningkatnya perhatian terhadap

kontribusi perikanan terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Berkenaan

dengan proses globalisasi, industri perikanan merupakan industri yang adaptif,

maket-driven dan sektor yang selalu berkembang dalam perkonomian dunia secara

global (FAO, 2001). Pengelolaan perikanan memiliki tujuan yang berbeda-beda

bahkan seringkali terjadi konflik diantara tujuan-tujuan itu, beberapa contoh

tujuan diantaranya adalah penyediaan berkelanjutan, peningkatan efisiensi dan

dan keuntungan ekonomi, komunitas wisata yang berkelanjutan dan kondisi kerja

yang sehat dan aman bagi para wisatawan. Tujuan ini secara umum selaras dengan

tiga tujuan pengembangan secara berkelanjutan yaitu ekologis, ekonomis, dan

pengembangan sosial, yang terdapat dalam tujuan regional. Pengembangan secara

berkelanjutan seringkali didefinisikan sebagai ketahanan secara ekonomi, ekologi,

dan sosial, untuk mencapai tujuan ini menggunakan pengelolaan perikanan

berbasis pengetahuan yang melibatkan beberapa bidang ilmu, di antaranya

biologi, ekonomi dan geografi (Heen dan Flaaten, 2007).

Kebijakan pengelolaan perikanan tidak akan berhasil optimal apabila

dilakukan secara parsial baik dalam konsteks institusi maupun pengelolaan itu

sendiri. Kabijakan dan strategi penguatan kapasitas kelembagaan yang

berorientasi pada isu dan permasalahan internasional menjadi sangat pentin dan

merupakan komplemen dari strategi kebijakan yang sudah ada dan harus

dipandang sebuah pendekatan holistic dan komprehensif (Adrianto, 2004a).

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

30

30

Pada mulanya pengelolaan sumberdaya ikan banyak didasarkan pada

faktor biologis semata dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable

Yield (MSY) yaitu tangkapan maksimm yang lestari. Inti pendekatan ini adalah

setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi

kapasias produksi (surplus), sehingga apabila surplus ini dipanen (tidak lebih dan

tidak kurang), maka stok ikan mampu bertahan secara berkesinambungan. Akan

tetapi pendekatan pengelolaan dengan konsep ini banyak dikritik oleh berbagai

pihak sebagai pendekatan yang terlalu sederhana dan tidak mencukupi. Kritik

yang paling mendasar diantaranya karena pendekatan MSY tidak

mempertimbangan sama sekali aspek sosial ekonomi pengelolaan sumberdaya

alam (Fauzi, 2000). Pelaksanaan konsep pengelolaan wilayah pesisir secara

terpadu menjadikan kebijkan nyata dalam pembangunan sumberdaya pesisir dan

lautan Indonesia harus segera dilaksanakan. Peluang keberhasilan implementasi

pengelolaan wilayah pesisir paling tidak didukung oleh adanya dua kebijakan

yaitu pertama, lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan

UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang

akan memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola kawasan psisir

dan laut, kedua terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan diharapkan

menjadi lokomotif penggerak pembangunan kelautan dan perikanan nasional

termasuk didalamnya pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Karena

kedua hal tersebut, partisipasi dan komitmen para stakeholder untuk mewujutkan

pembangunan pesisir secara lestari merupakan faktor penentu utama (Adrianto

dan Kususmastanto, 2004).

Pendekatan ekosistem perikanan diadopsi meliputi penggabungan dua hal

yang berbeda tetapi berhubungan dengan harapan dapat menyatukan paradigma.

Pertama yaitu pengelolaan ekosistem bertujuan untuk mencapai tujuan dari

penghematan struktur, keberagaman dan fungsi ekosistem melalui tindakan

pengelolaan yang fokus pada komponen biofisikal ekosistem. Kedua yaitu

pengelolaan perikanan bertujuan untuk mencapai tujuan dari pemuasan kebutuhan

manusia dan sosial akan makanan dan keuntungan ekonomi melalui tindakan

pengelolaan yang berfokus pada aktivitas mencari ikan dan sasaran sumberdaya.

Dua paradigma ini cenderung terbagi ke dua perspektif yang berbeda, tetapi

Page 24: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

31

31

konsep pengembangan berkelanjutan membutuhkan keduanya untuk menjadi

pendekatan yang lebih menyeluruh untuk menyeimbangkan manusia dan

ekosistem. Pendekatan ekosistem perikanan adalah suatu cara implementasi

pengembangan berkelanjutan dalam konteks perikanan (FAO, 2003).

Pengelolaan perikanan merupakan sebuah proses yang kompleks,

membutuhkan integrasi antara ekologi dan biologi sumberdaya dengan sosial

ekonomi serta faktor institusi yang mempengaruhi perilaku nelayan dan pembuat

keputusan. Tujuan dari bidang yang multidisplin ini adalah untuk membantu

pengambil keputusan guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan dari

aktivitas perikanan sehingga generasi yang akan datang juga memperoleh manfaat

dari sumberdaya (Seijo et al, 1998). Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu

proses yang terintegrasimulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,

konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya, dalam

rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan

(FAO. 1997). Indikator-indikator yang digunakan sebagai alat bantu pengelolaan

harus dapat membantu mengkomunikasikan secara jelas, efektif dan dapat

dipertanggung jawabkan dalam aspek pengelolaan sumberdaya (FAO, 2001).

Widodo dan Nurhakim (2002), mengemukakan pengelolaan sumberdaya

ikan, pada hakekatnya mencari kemungkinan tindakan yang tepat secara biologi

disatu sisi dan kegiatan penangkapan ikan yang mampu memberikan keuntungan

ekonomi di sisi lain. Pengelolaan sumberdaya ikan harus mampu mencegah

terjadinya konflik antara kegiatan pemnafaatan sumberdaya ikan untuk tujuan

ekonomi termasuk adanya keadilan didalam distribusi manfaat yang dihasilkan

sumberdaya ikan, serta upayah konservasi ikan untuk kepentingan generasi

mendatang. Secara umum tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah :

(1) Menjaga kelestarian produksi, melalui regulasi serta tindakan perbaikan.

(2) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial para nelayan

(3) Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

Dalam pengelolaan perikanan khususnya pada saat penangkapan, terdapat

suatu mekanisme yang lazim dilakukan penangkap ikan yaitu pembuangan,

merupakan bagian penangkapan yang tersisa di kapal selama penangkapan ikan

secara komersial dan dikembalikan lagi ke laut. Pembuangan ini meliputi spesies

Page 25: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

32

32

komersial, bahan-bahan komersial tapi tidak dapat dijual, dan organisme yang

dapat dijual. Pola pembuangan ditentukan oleh faktor lingkungan dan sosial

termasuk peraturan dan kebiasaan nelayan terutama ditentukan kebijaksanaan

nelayan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Mekanisme ini memberikan

dampak negatif secara ekonomi dan ekologi seperti hilangnya pendapatan yang

potensial dan juga sumber pangan bagi manusia serta dampak pada ekosistem laut

(Catchpole, Frid, dan Gray, 2005).

Penyusunan kebijakan perikanan dan kelautan memerlukan pendekatan

yang komprehensif dan berisi faktor-faktor strategis, bersifat makro kebijakan

yang dapat digunakan sebagai petunjuk bagi proses pengambilan keputusan yang

terkait dengan sektor perikanan dan kelautan. Untuk itu diperlukan tiga pilar

sebagai penopang implementasi kebijakan perikanan dan kelautan yaitu : 1)

integrasi fungsi dan kewenangan pengelolaan perikanan dan kelautan; 2)

implementasi kebijakan perikanan dan kelautan; 3) pendidikan dan riset perikanan

dan kelautan yang kuat. Ketiga pilar ini merupakan satu kesatuan yang dapat

digunakan sebagai landasan bagi disain sekaligus implementasi kebijakan

perikanan dan kelautan nasional (Soewardi dan Adrianto, 2005).

2.6. Pengembangan Sektor Perikanan Laut dan Industri Perikanan

Sektor perikanan di berbagai daerah mempunyai arti strategis terhadap

pembangunan wilayah, pembangunan daerah memungkinkan peningkatan

pemerataan menuju terciptanya masyarakat adil dan makmur. Pengembangan

sektor perikanan di Indonesia didukung besarnya potensi sumberdaya yang

dimiliki dan tuntutan pasar yang semakin meningkat. Kebijakan ekonomi nasional

berorientasi ekonomi kerakyatan berbasis perikanan perlu dikembangkan untuk

meningkatkan lapangan pekerjaan dan tingkat pertumbuhan perekonomian.

Pengembangan sektor perikanan menjadi penekanan pembangunan dengan tujuan

peningkatan pendapatan dan taraf hidup nelayan, menciptakan kesempatan kerja

produktif dan mendorong pengembangan wilayah. Keberhasilan pembangunan

sektor perikanan akhirnya berdampak positif bagi pengembangan industri

perikanan hulu dan industri perikanan hilir (Wardoyo, 1992).

Page 26: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

33

33

Pengembangan sektor perikanan menyangkut berbagai aspek yang mampu

menumbuhkan kegiatan produktif lainnya saling terkait, saling mendukung dan

saling menguntungkan, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari

sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem produksi, sub

sistem pengolahan hingga sub sistem pemasarannya. Pengembangan sektor

perikanan di suatu wilayah dapat dipandang sebagai jembatan dalam mewujutkan

industri yang meningkatkan nilai tambah. Industrialisasi sektor perikanan dapat

menjadi jembatan antara hasil perikanan sebagai bahan baku dengan teknologi

pengelohannya. Sektor perikanan relatif tidak terpengaruh adanya krisis ekonomi

dan dapat dijadikan sektor unggulan bagi pemulihan perekonomian nasional.

Peran strategis sektor perikanan sebagai sektor unggulan antara lain : 1. Berbahan

baku lokal, tidak tergantung komponen impor untuk proses produksinya, 2.

Meningkatkan devisa karena umumnya berorientasi ekspor, 3. Memiliki dimesi

pemerataan karena kuatnya keterkaitan kedepan dan kebelakang dengan

penggerak utamanya nelayan dan para pengusaha. Secara tidak langsung

pembangunan sektor perikanan dapat ditempuh melalui transformasi sektor

perikanan subsisten ke arah modern (Solahuddin, 1999).

Sektor perikanan dapat menjadi salah satu sektor unggulan, jika

pembangunan sektor perikanan memperhatikan arah pengembangan dan sasaran

sektor perikanan. Pengembangan sektor perikanan diarahkan mencapai komoditi

yang berdaya saing, berkeunggulan komparatif serta berwawasan lingkungan,

sasarannya adalah peningkatan peran serta sumberdaya manusia agar bernilai

tambah dan berdaya saing tinggi. Jenis komoditi atau produk sektor perikanan

yang perlu dikembangkan adalah komoditi berciri antara lain : 1. berdaya saing

tinggi, 2. termasuk dalam kebutuhan pokok masyarakat secara luas, 3. berdampak

luas terhadap sektor ekonomi lainnya (Lukmana, 1995). Nasution (1999)

menambahkan strategi peningkatan daya saing sektor perikanan dalam rangka

memasuki era pasar global, antara lain melalui :

Page 27: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

34

34

1. Restrukturisasi ekonomi perikanan dalam arti luas;

2. Peningkatan investasi;

3. Penataan keterkaitan dengan sektor lain dan;

4. Peningkatan peran serta pemerintah dan swasta.

Salah satu indikator utama menilai kemampuan bersaing suatu komoditas

dari perusahaan adalah ukuran produktivitas, menunjukkan seberapa jauh sebuah

perusahaan dapat memanfaatkan sumber-sumber terbatas yang dimiliki (input)

terhadap output yang dihasilkan. Pengukuran produktivitas merupakan langkah

awal yang menentukan proses perbaikan maupun peningkatan performasi unjuk

kerja perusahaan. Produk memiliki daya saing tinggi jika terdapat upaya

penciptaan nilai tambah produk. Tiga penciptaan nilai tambah produk yaitu :

1. Pemilihan produk strategis, yaitu produk yang secara riil berpotensi

memiliki pasar domestik dan global;

2. Peningkatan kualitas unit terkecil dari sistem iptek industri-pemasaran

yang memiliki unsur SDM, teknologi, modal, sistem dan organisasi;

3. Pengenalan inovasi teknologi setiap tahap transformasi industri untuk

meningkatkan impuls nilai tambah dan keunggulan kompetitif

(Djojodihardjo, 1997).

Menurut Sahardjo (1992) dasar upaya pengembangan adalah :

1. Industri berdaya saing kuat dan peluang pasar yang cukup luas, perlu

didorong pengembangannya terutama industri pengolahan bahan baku

yang dapat diperbaharui;

2. Perlu dilakukan pengkajian dalam pemilihan teknologi yang tepat;

3. Perlu dikembangkan dukungan litbang terapan secara bertahap;

4. Menciptakan keterkaitan yang luas antara sektor pertanian dan sektor

industri sehingga mendorong peningkatan nilai tambah dan menambah

kegiatan ekonomi di daerah melalui pengaruh gandanya dan mendorong

pengembangan zona industri, kantong-kantong industri, kawasan

industri dan sentra-sentra industri kecil.

Usaha budidaya perikanan sangat beragam dan berhubungan dengan faktor

sosial, budaya, dan ekonomi. Ditinjau dari sudut pandang sosial, perkembangan

percepatan ekonomi di daerah pesisir meliputi pematangan kelembagaan

Page 28: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

35

35

organisasi perikanan, penataan ruang dan sumberdaya (Guillemot et al, 2009).

Indikasi ekonomi perikanan tangkap seringkali diperhitungkan diberbagai Negara,

dalam jangka pendek meliputi pembukuan dan pengawasan pelaksanaan. Dalam

jangka panjang lebih menyoroti tentang investasi modal yang digunakan. (Floc’h

et al, 2008). Keuntungan sosial dan aktifitas ekonomi diwilayah pesisir dan

berbagai kegiatan kelautan berujung pada kesejahteraan masyarakat pesisir dan

untuk kebaikan perekonomian nasional. Kebijakan konservasi sumber daya alam

dan kelestarian budaya haruslah seimbang dengan perkembangan kebijakan,

sehingga tidak membatasi keuntungan sosial ekonomi dan kesempatan

pengembangan (Cicin-Sain dan Belfiore, 2005).

Peningkatan teknologi budidaya perairan menyebabkan adanya

peningkatan produksi ikan meliputi budidaya perikanan secara ilmiah, produksi

bibit, praktik penggabungan budidaya ikan dengan pertanian yang terintegrasi,

dan pengelolaan perusahaan bersamaan dengan komersialisasi pakan ikan yang

telah merevolusi praktik perikanan dibeberapa negara (Ninan dan Sharma, 2006).

Kekayaan biodiversitas terumbu karang merupakan tempat berkumpulnya ikan-

ikan yang mendukung sektor perikanan, berkaitan erat dengan keberlanjutan

ketersediaan pangan dan kebutuhan mata pencaharian bagi masyarakat pesisir di

seluruh wilayah Pasifik (L C L Teh et al, 2009). Salah satu cara lain untuk

mengembangkan perikanan yaitu dengan memanfaatkan kekuatan angin lepas

pantai. Namun keuntungan dari metode ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu

sejumlah variabel yang berhubungan dengan lingkungan dan juga spesies ikan

yang ada di sekitar fasilitas tersebut (Fayram dan Risi, 2007).

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mengkaji investasi salah satunya dilakukan Hadi (2001),

salah satu tujuannya adalah mempelajari perubahan kebijakan pembangunan,

investasi dalam bentuk pengeluaran pembangunan pemerintah dan adanya

desentralisasi pengelolaan serta peningkatan investasi swasta terhadap pemerataan

pembangunan wilayah terhadap disparitas ekonomi Kawasan Indonesia Timur.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Antar Regional Kawasan Indoneisa Timur dan Barat sebagai kerangka kerja dan

Page 29: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

36

36

analisisnya. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut antara lain adalah :

kebijakan pengembangan investasi dalam sektor industri manufaktur dan

perdagangan internasional yang terpusat di Kawasan Indonesia Barat

menyebabkan sektor industri manufaktur berkembang di Kawasan Indonesia

Barat. Analisis pengganda menunjukkan nilai tambah dari adanya injeksi ekonomi

dimasing-masing wilayah berjalan tidak seimbang.

Penelitian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (1999) mengenai

kajian kebutuhan invstasi pembangunan perikanan dalam pembangunan lima

tahun mendatang (1999-2003) menggunakan pendekatan analisis Tabel I-O tahun

1995 mendapatkan hasil sebagai berikut, nilai ICOR sub sektor perikanan berkisar

antara 2,75-3,95 mengindikasikan sub sektor perikanan mempunyai prospek yang

cukup baik bagi investasi yang ditanam. ICOR Sub sektor perikanan sebesar 3,55

mengindikasikan sektor perikanan relative efisien untuk penanaman modal.

Kebutuhan investasi yang diperlukan kurun waktu 1999-2003 sebesar Rp. 16,45

trilyun dengan asumsi pertumbuhan GDP sebesar 6 % per tahun.

Susanti (2003) melalukan penelitian tentang dampak perubahan investasi

dan produktivitas sektor perikanan terhadap kinerja ekonomi makro dan sektoral

di Indonesia menghasilkan kesimpulan diantaranya adalah ; pengaruh peningkatan

investasi sektor perikanan terhadap kinerja sektor perekonomian secara umum

berpengaruh positif serta menimbulkan peningkatan output sektoral. Pengaruh

dari perubahan produktifitas juga memberikan hasil yang sama yakni perubahan

produktivitas baik produktivitas total, kapital maupun tenaga kerja memberikan

pengaruh meningkatkan output sektor perekonomian. Apabila investasi dan

produktivitas dirubah secara bersama-sama maka perubahan output yang terjadi di

sektor perikanan relatif lebih besar dibandingkan secara parsial. Konsumsi rumah

tangga sektoral mengalami peningkatan akibat peningkatan investasi dan

produktivitas. Harga output sektor perikanan mengalami penurunan akibat adanya

peningkatan output. Harga output sektor perekonomian lain bergerak mengikuti

mekanisme permintaan-penawaran.

Nababan (2008) mengadakan penelitian tentang tinjauan aspek ekonomi

keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Tegal Jawa Tengah,

menghasilkan atribut yang paling berpengaruh terhadap penentuan indeks

Page 30: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

37

37

keberlanjutan dari segi ekonomi adalah tingkat subsidi, besarnya pemasaran

perikanan, sifat kepemilikan sarana penangkapan dan alternatif pekerjaan dan

pendapatan. Indeks keberlanjutan untuk alat tangkap perikanan skala kecil pada

dimensi ekonomi adalah sebesar 50,51 (cukup berkelanjutan).

Hamdan (2006) mengadakan penelitian tentang analisis kebijakan

pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Kabupaten Indramayu, Provinsi

Jawa Barat dengan tujuan penelitian ; mereview potensi SDI dan tingkat

pemanfaatannya, mengkaji status keberlanjutan perikanan tangkap dan

menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap keberlanjutan

perikanan tangkap. Hasil peneltian diantaranya adalah status keberlanjutan yang

terdiri dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, etika dan kelembagaan,

nilai indeksnya semua berada di bawah 50 berarti kebijakan pengelolaan

perikanan tangkap tidak berkelanjutan. Tiga aspek penting berpengaruh terhadap

penyusunan kebijakan yaitu aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.

Penelitian tentang peranan sektor perikanan dan kelautan terhadap

pembangunan wilayah Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah yang dilakukan

Sobari (2007) bertujuan untuk mengidentifikasi keragaan sektor perikanan dan

kelautan, menganalisis peranan sektor perikanan dan kelautan di lihat dari

indikator pendapatan wlayah dan tenaga kerja, serta menetapkan alternatif strategi

pengembangan sektor perikanan dan kelautan di kabupaten Kendal. Hasil

peneltian diantaranya adalah kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap

PDRB dari tahun 1999 sampai tahun 2003 berkisar antara 1,48 % - 1,69 %. Trend

kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDRB cenderung menigkat.

Sektor perikanan dan kelautan berdasarkan indikator pendapatan wilayah,

memberikan dampak yang positif dan cenderung meningkat terhadap pembanguan

wilayah. Dampak sektor perikanan dan kelautan terhadap pembangunan wilayah

berdasarkan tenaga kerja cenderung menurun. Alternatif strategi yang

diprioritaskan untuk pengembangan sektor perikanan dan kelautan adalah : 1)

melakukan pengembangan pengusahaan sektor perikanan dan kelautan dengan

memanfaatkan potensi sektor perikanan dan kelautan yang besar, tenaga kerja

perikanan dan aksesibility yang mudah didapat serta adanya dukungan pemerintah

daerah lewat program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat pesisir, guna

Page 31: 2. TINJAUAN PUSTAKA · yang lebih baik dari kondisi sekarang, pembangunan sebagai ... Agenda 21 Indonesia, strategi nasional untuk ... kemauan untuk maju dan mendiskusikan permasalahan

4

38

38

memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor; 2) membuka dan mengembangkan

usaha baru dengan memanfaatkan potensi yang ada serta peluang adanya surplus

permintaan karena belum terpenuhinya produk perikanan, seiring dengan

meningkatnya pola konsumsi masyarakat.

Penelitian ekonomi perikanan dengan menggunakan alat analisisi tabel

input output, dilakukan oleh Razali (1996), di Kabupaten Sabang, dengan melihat

sejauh mana peran sektor perikanan dalam perekonomian Sabang. Penelitian

tersebut menggunakan beberapa metode analisi antara lain : 1) metode input

output (non survey–metode RAS), 2) analisis perubahan struktur perekonomian,

yaitu melihat perubahan sumbangan relatif sektor perikanan dibandingkan dengan

sektor lainnya dalam kurun waktu tertentu, 3) analisis komponen utama dan 4)

metode deskriptif. Hasil penelitian menyatakan kontribusi sektor perikanan

terhadap perekonomian Kabupaten Sabang masih kecil, baik dari nilai output,

nilai tambah bruto, nilai ekspor dan penyerapan tenaga kerja, serta sektor

perikanan belum termasuk salah satu sektor unggulan, karena memiliki nilai

keterkaitan dan nilai pengganda yang masih relatif kecil dibandingkan dengan

sektor lainnya.

Mudzakir (2003) meneliti tentang dampak pengembangan sektor

perikanan terhadap perekonomian Jawa Tengah, penelitian bertujuan antara lain

menganalisis : 1) besarnya potensi dan kontribusi sumberdaya perikanan pada

perekonomian Jawa tengah, 2) Struktur perekonomian jawa Tengah dan peranan

sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah pada pembentukan output,

permintaan antara dan permintaan akhir. Hasil penelitian menyatakan bahwa

sektor perikanan di Jawa Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan yang

besar, baik sumberdaya ikan maupun sumberdaya perairan lainnya dan berpotensi

untuk menghasilkan devisa negara, karena sifat usaha perikanan dengan input dari

lokal serta dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk. Investasi di jawa

Tengah masih didominasi sektor yang secara langsung berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan infrastruktur pembangunan. Sektor perikanan belum

merupakan sektor unggulan dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Jawa Tengah.