2 tinjauan pustaka - · pdf filegambar 2.6 proses swelling dan gelatinisasi butiran pati dalam...
TRANSCRIPT
2 Tinjauan Pustaka
2.1. Pati
2.1.1. Pengertian dan karakteristiknya
Pati merupakan salah satu polisakarida yang berperan penting dalam sistem biologis. Sebagian
besar monomer penyusun pati terdiri atas D-glukosa (Gambar 2.1) (Robyt, 1998). Semua
tanaman hijau menyintesis pati. Pati berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
Di daun, pati dibuat di plastid dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan
selama proses respirasi gelap. Di akar dan biji, pati dibuat di amiloplast dan berfungsi sebagai
penyimpan cadangan makanan untuk jangka panjang (van der Maarel et al., 2002). Butiran pati
memiliki struktur poli kristalin yang tidak larut dalam air dan memiliki kerapatan yang tinggi.
Struktur pati yang rapat memungkinkan penyimpanan karbohidrat dalam jumlah besar dengan
volume yang relatif kecil. Bentuk butiran pati bermacam-macam, misalnya butiran oval didapati
pada pati kentang dan kana, bola pada pati gandum, polihedral pada pati beras dan jagung.
Beberapa bentuk lainnya sesuai dengan jenis tanaman serta lingkungan tempat tanaman tumbuh
(Hidayat, 2006).
C O
CHO
H
C HOH
C OH
C OH
CH2OH
H
H
H
Gambar 2.1 Struktur D-Glukosa
Selain bentuk, ukuran butiran pati juga berbeda untuk setiap jenis tanaman. Adanya perbedaan
ukuran butiran juga dapat mempengaruhi bagaimana proses hidrolisis yang dilakukan oleh
enzim pada pati-pati tersebut. Semakin kecil ukuran pati, maka persentase pati terhidrolisis oleh
4
enzim -amilase akan semakin besar. Menurut Helbert et al. (1996) dalam Tester (2006), proses
hidrolisis granul pati mentah oleh -amilase meliputi empat tahap, yaitu (i) difusi -amilase
secara acak pada permukaan granul, (ii) dimulainya proses hidrolisis, (iii) proses hidrolisis
secara sentripetal sehingga menghasilkan pori-pori yang mengarah pada inti granul, (iv) -
amilase terjebak dalam granul dan mulai melakukan hidrolisis secara merata di daerah inti
granul. Beberapa contoh pati dari berbagai sumber dengan ukuran dan bentuknya dapat dilihat
pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2
Tabel 2.1 Karakteristik granul pati dari berbagai sumber (Tester, 2006)
Jenis pati Diameter (m) Luas permukaan (m2)a
Volume (m3)b LP : Vc
Barley
Maizena
Beras
Tapioka
Gandum
Padi
Kentang
Kacang polong
Gandum hitam
2-5 (granul B)
15-25 (granul A)
122-30
3-8 (tunggal)
150 (senyawa)
535
210 (jenis B)
1535 (jenis A)
412
5100
510
5-10 (granul B)
10-40 (granul A)
12,6-78,5
707-1964
12,6-2827
28,3-201
706086
78,53849
12,6314
7073849
50,3452
78,531416
78,5314
78,5-314
314-5027
4,2-65,4
1767-8181
4,2-14137
14,1-268
1767146
65,422449
4,2524
176722449
33,5905
65,4523599
65,4524
65,4-524
524-33510
1,2-3,0:1
0,2-0,4-1
0,2-3,0:1
0,8-2,0:1
0,04:1
0,17-1,2:1
0,6-3,0
0,17-0,4:1
0,5-1,5:1
0,06-1,2:1
0,6-1,2:1
0,6-1,2:1
0,15-0,6:1
a Dari 4r2, dimana r adalah diameter granul pat; b Dari 4/3r3; c Rasio luas permukaan : volume
Tabel 2.2 Ukuran dan distribusi granul pati (Tester, 2006)
Jenis pati Tipe Bentuk Distribusi
Maizena
Amilomaizena
Gandum
Kentang
Beras
Sagu
Tapioka
Sereal
Sereal
Sereal
Tuber
Sereal
Sereal
Akar
Polihedral/ bola
Tidak beraturan
Lentikular (tipe A)
Bola (tipe B)
Lentikular
Polihedral
Oval
Bola/ lentikular
Unimodal
Unimodal
Bimodal
Unimodal
Unimodal
Unimodal
Unimodal
Karakteristik pati tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Menurut penelitian,
suhu lingkungan yang semakin meningkat dapat menyebabkan menurunnya jumlah pati yang
dapat disintesis, ukuran granul pati menjadi lebih kecil dibandingkan ukuran granul pati pada
umumnya, meningkatnya jumlah lipid pada pati sereal, serta meningkatnya suhu dan entalpi
pada proses gelatinisasi pati (Tester, 2006)
Secara umum, struktur pati terdiri dari daerah amorf dan kristalin (Gambar 2.2). Daerah amorf
tersusun atas amilosa, sedangkan daerah kristalin tersusun atas amilopektin. Banyaknya daerah
kristalin pada granul pati merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan proses
hidrolisis.
Gambar 2.2 Daerah amorf dan kristalin pada pati
Berdasarkan kristalinitasnya, granul pati dibedakan atas empat tipe, yaitu tipe A, B, C, dan V
(Tester, 2006; Robyt, 1998) (Gambar 2.3). Granul pati tipe A tersusun atas pati double helices
yang tersusun secara monoclinic array. Pati yang memiliki granul tipe ini adalah sereal dan
gandum. Granul pati tipe B lebih banyak mengandung air dan terdiri atas double helices yang
tersusun secara hexagonal array (Parker et al., 2001). Granul pati tipe B dan C lebih resistan
terhadap proses hidrolisis secara enzimatik dibandingkan granul pati tipe A (Tester, 2006).
5
Gambar 2.3 Pola difraksi sinar X granul pati dan kompleks amilosa (Robyt, 1998)
Amilosa merupakan suatu polimer dimana unit ulangnya tersusun atas ikatan rantai lurus -1,4-
glikosidik (Gambar 2.4A). Amilosa tersusun atas unit-unit glukosa yang jumlahnya bisa
mencapai 6000 unit. Persentase amilosa dalam pati dapat mempengaruhi karakteristik pati
tersebut (Tabel 2.3). Amilosa tidak larut dalam air. Ketika proses pemanasan pati, amilosa akan
keluar dari granul pati dan menyebabkan viskositas campuran semakin tinggi (van der Maarel
et al., 2002).
Gambar 2.4 Struktur amilosa (Robyt, 1998)
A: struktur linear amilosa yang menunjukkan ikatan -1,4-glikosidik; B: struktur amilosa di dalam larutan; C: kompleks amilosa iodin-iodida
6
7
Di dalam larutan, stabilitas dari struktur linear amilosa cukup rendah dan molekul amilosa
cenderung terlipat membentuk suatu struktur heliks untai tunggal yang kaku akibat adanya
ikatan hidrogen intramolekul. Ikatan hidrogen ini dapat menyebabkan retrogradasi membentuk
suatu struktur kristalin hidrofobik yang memiliki ikatan hidrogen inter dan intramolekuler
sehingga memiliki kelarutan yang rendah di dalam air. Amilosa dapat membentuk kompleks
berwarna biru gelap dengan iodin. Afinitas amilosa terhadap iodin adalah sebesar 19-20 %
(http://www.lsbu.ac.uk/water/hysta.html).
Tabel 2.3 Pengaruh kandungan amilosa pada karakteristik granul pati (Oates, 1997)
Pati Kandungan Amilosa
(%)
Karakteristik Pati
Maizena waxy 0-1 Gelatinnya bersifat resistan terhadap proses sineresis,
elastis
Maizena 27 Firm gel, strukturnya padat
Amilomaizena 50-70 Granul tidak mudah mengalami swelling, gelatinisasi
terjadi pada suhu tinggi, strukturnya padat
Amilopektin adalah polimer yang unit ulangnya tersusun atas ikatan -1,4-glikosidik dan ikatan
-1,6-glikosidik, yang merupakan ikatan rantai cabang (Gambar 2.5). Dalam satu rantai
polimer lurus yang menyusun amilopektin, biasanya tersusun atas 10-60 unit glukosa.
Sedangkan pada rantai bercabangnya biasanya tersusun atas 15-45 unit glukosa. Satu molekul
amilopektin yang utuh bisa tersusun atas 2 juta unit glukosa. Kandungan amilopektin dalam pati
sekitar 70-80 % (van der Maarel et al., 2002).
http://www.lsbu.ac.uk/water/hysta.html
Gambar 2.5 Struktur amilopektin (Robyt, 1998)
A: struktur linear yang menunjukkan ikatan -1,4-glikosidik dan -1,6 glikosidik; B: struktur cluster secara detail
Proses pengolahan pati diawal dengan gelatinisasi. Pada proses ini, butiran-butiran dipanaskan.
Ketika proses ini terjadi, butiran-butiran pati akan mengembang (swelling) dan amilosa memisah
dari butiran pati sehingga menyebabkan viskositas cairan meningkat (Gambar 2.6). Peningkatan
suhu lebih lanjut menyebabkan terjadinya swelling secara total dan viskositas cairan yang
semakin meningkat. Butiran pati kemudian hancur menghasilkan koloid terdispersi encer.
Pendinginan koloid terdispersi ini menyebabkan terjadinya pembentukkan gel elastis. Proses
gelatinisasi biasanya dilakukan pada suhu 100 C sehingga industri-industri pengolahan pati
biasanya menggunakan enzim -amilase yang bersifat termostabil. Hal ini bertujuan agar
industri tidak perlu lagi menurunkan suhu alat untuk menjaga kestabilan aktivitas enzim yang
digunakan. Penurunan suhu pada pengolahan pati dapat menyebabkan terjadinya retrogradasi
pati (Gambar 2.6). Ketika terjadi retrogradasi pati, amilopektin akan mulai mengkristal kembali
dan dapat menyebabkan pati menjadi sangat rapuh dan tidak bisa digunakan untuk proses
berikutnya (Parker et al., 2001).
Struktur pati yang dapat mengalami swelling menyebabkan pati banyak digunakan dalam proses
pembuatan makanan untuk menghasilkan tekstur tertentu pada makanan yang dibuat. Salah satu
contohnya adalah pati ditambahkan pada ayam kalkun untuk mengurangi hilangnya nutrisi
8
selama proses memasak dan membuat dagingnya menjadi lebih lembut. Selain itu, pati juga
digunakan pada proses pembuatan senyawa pengemulsi daging, sehingga dapat membuat daging
menjadi lebih padat (Yune Li et