2. tinjauan pustaka 2.1 computer mediated communication · 9 universitas kristen petra 2. tinjauan...

15
9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat ini memungkinkan hampir setiap orang di dunia untuk berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur interner yang paling popular adalah email, sebuah fitur yang mampu digunakan oleh pengguna untuk bertukar pesan dengan orang lain yang memiliki alamat email. Selain itu, ada juga world wide web, sebuah sistem situs komputer yang sangat luas yang dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program web browser dan dengan menambungkan komputer pada internet (Severin & Tankard, 2009, p.444). Hadirnya internet juga mengubah komunikasi dengan beberapa cara fundamental. Media massa tradisional pada dasarnya menawarkan model komunikasi “satu-untuk-banyak”. Sedangkan internet memberikan model-model tambahan seperti “banyak-untuk-satu” dan “banyak-untuk-banyak”. Internet dianggap lebih demokratis dan menawarkan potensi komunikasi yang bersifat terdesentralisasi dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh media massa sebelumnya (Severin & Tankard, 2009, p.445). Salah satu fitur media baru yang ramai dibicarakan adalah Interaktivitas. Bagi orang-orang dengan latar belakang komputer, interaktivitas diartikan sebagai interaksi antara pengguna dengan komputer. Sedangkan menurut ahli komunikasi, interaktivitas diartikan sebagai komunikasi antara dua manusia. Misalnya saja William, Rice dan Rogers (1988) yang mendefinisikan interaktivitas sebagai tingkatan dimana pada proses komunikasi para partisipan memiliki kontrol terhadap peran dan dapat bertukar peran, dalam dialog mutual mereka ( dalam Severin & Tankard, 2008, p.448). Berangkat dari salah satu fitur media baru inilah, akhirnya dikenal istilah Computer Mediated Communication atau CMC CMC sudah ada sejak komputer pertama kali ditemukan pada perang dunia kedua atau setidaknya pada saat prototipe email pertama kali dikirmkan pada awal tahun 1960-an (Thurlow, Lengel, Tomic, 2004, p.14). Menurut Gerry Santoro (1995), CMC dapat mencakup semua penggunaan komputer seperti program analisis statistik, sistem penginderaan jarak jauh dan program pemodelan keuangan (dalam Thurlow et.al, 2004, p.15). Selanjutnya Susan Herring (1996)

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

9 Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Computer Mediated Communication

Perkembangan teknologi internet saat ini memungkinkan hampir setiap

orang di dunia untuk berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur interner yang

paling popular adalah email, sebuah fitur yang mampu digunakan oleh pengguna

untuk bertukar pesan dengan orang lain yang memiliki alamat email. Selain itu,

ada juga world wide web, sebuah sistem situs komputer yang sangat luas yang

dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program web browser dan dengan

menambungkan komputer pada internet (Severin & Tankard, 2009, p.444).

Hadirnya internet juga mengubah komunikasi dengan beberapa cara

fundamental. Media massa tradisional pada dasarnya menawarkan model

komunikasi “satu-untuk-banyak”. Sedangkan internet memberikan model-model

tambahan seperti “banyak-untuk-satu” dan “banyak-untuk-banyak”. Internet

dianggap lebih demokratis dan menawarkan potensi komunikasi yang bersifat

terdesentralisasi dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh media massa

sebelumnya (Severin & Tankard, 2009, p.445).

Salah satu fitur media baru yang ramai dibicarakan adalah Interaktivitas.

Bagi orang-orang dengan latar belakang komputer, interaktivitas diartikan sebagai

interaksi antara pengguna dengan komputer. Sedangkan menurut ahli komunikasi,

interaktivitas diartikan sebagai komunikasi antara dua manusia. Misalnya saja

William, Rice dan Rogers (1988) yang mendefinisikan interaktivitas sebagai

tingkatan dimana pada proses komunikasi para partisipan memiliki kontrol

terhadap peran dan dapat bertukar peran, dalam dialog mutual mereka ( dalam

Severin & Tankard, 2008, p.448). Berangkat dari salah satu fitur media baru

inilah, akhirnya dikenal istilah Computer Mediated Communication atau CMC

CMC sudah ada sejak komputer pertama kali ditemukan pada perang dunia

kedua atau setidaknya pada saat prototipe email pertama kali dikirmkan pada awal

tahun 1960-an (Thurlow, Lengel, Tomic, 2004, p.14). Menurut Gerry Santoro

(1995), CMC dapat mencakup semua penggunaan komputer seperti program

analisis statistik, sistem penginderaan jarak jauh dan program pemodelan

keuangan (dalam Thurlow et.al, 2004, p.15). Selanjutnya Susan Herring (1996)

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

10 Universitas Kristen Petra

mendefinisikan CMC sebagai komunikasi antar manusia yang terjadi melalui

perangkat komputer. John December (1997) mendfinisikan CMC sebagai proses

komunikasi manusia melalui komputer yang melibatkan orang disituasi tertentu

untuk berbagai macam tujuan (dalam Thurlow et.al, 2004, p.15).

2.2 New Media

New media atau media baru merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan semua media komunikasi yang menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi (Sebastian, 2012, p.18).

New media memiliki beberapa karakteristik yaitu digital, interactive,

hypertextual, virtual, networked dan simulated. Berikut merupakan penjelasan

dari setiap karakteristik tersebut (Lister, Dovey, Giddings, Grand, Kelly, 2009,

p.13-43) :

a. Digital : digital dalam media baru berarti mengubah data menjadi angka.

Digitalisasi ditandai dengan adanya data yang dapat dimasukkan dalam

tempat yang sangat kecil, dapat diakses dengan kecepatan tinggi dan dapat

dimanipulasi lebih mudah daripada analog.

b. Interactive : interaktif merupakan nilai tambah yang ada pada media baru.

Media lama menawarkan konsumsi media yang bersifat pasif sedangkan

media baru menawarkan konsumsi media yang bersifat aktif (interaktif).

c. Hypertextual : hypertextual menjelaskan sebuah teks yang menyediakan

penghubung kepada sebuah teks lain diluar kata itu sendiri.

d. Virtual : virtual adalah bentuk penciptaan ulang dari dunia nyata ke dalam

bentuk digital yang disimpan pada database yang sangat besar berdasarkan

pengalaman dari dunia nyata itu sendiri.

e. Networked : jaringan dalam dunia media merupakan penghubung dalam

berbagai bentuk komunikasi. Kompleksitas jaringan tersebut

memungkinkan setiap orang dapat berkomunikasi tanpa terbatas oleh jarak

dan waktu.

f. Simulated : simulasi memiliki hubungan yang dekat dengan virtual.

Simulasi adalah konsep buatan, sintetis dan produksi ulang, tetapi simulasi

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

11 Universitas Kristen Petra

bukanlah sesuatu yang palsu. Simulasi merupakan reka ulang dari sesuatu

yang nyata dan ada.

2.3 Jenis-Jenis Media Sosial

Menurut Putri (2014), media sosial adalah media online dimana para

penggunanya mampu beradaptasi, berbagi sekaligus menciptakan isi meliputi

blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Adapun ciri-ciri dari media

sosial adalah pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja,

melainkan bisa ke banyak orang, pesan yang disampaikan bebas tanpa harus

melalui gatekeeper, pesan dapat disampaikan dengan lebih cepat dibadningkan

dengan media lainnya dan penerima pesan adalah orang yang menentukan waktu

interaksi (Putri, 2014, n.p).

Andreas M.Kaplan dan Micahel Haenlein (2009, p.62-64) dalam

artikelnya yang berjudul Users Of The World, Unite! The Challenges and

Opportunities of Social Media membagi sosial media menjadi beberapa jenis :

1. Collaborative Project : soaial media ini memungkinkan user untuk

mengubah, menambah atau bahkan menghilangkan konten yang ada.

Contoh dari sosial media ini adalah Ensiklopedia Online Wikipedia.

2. Blogs : sosial media dimana para penggunanya bebas mengekspresikan

sesuatu seperti mengritik kebijakan pemerintah. Contoh dari sosial media

ini adalah twitter, blogspot, tumblr.

3. Content Communities : sosial media ini memungkinkan setiap user untuk

melakukan sharing (berbagi) berbagai macam hal. Misalnya saja berbagi

video melalui YouTube, slide presentasi melalui Slideshare, foto melalui

Flickr, hingga buku melalui Book Crossing.

4. Social Networking Sites : sosial media ini mampu menghubngkan user

dengan user lain dengan cara membuat informasi pribadi. Informasi

tersebut bisa berupa foto maupun status. Contoh dari sosial media ini

adalah path, instagram, facebook dan lain-lain.

5. Virtual Game Worlds : virtual game worlds memungkinkan user dapat

terhubung dengan user lain dalam bentuk avatar-avatar. Mereka dapat

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

12 Universitas Kristen Petra

berinteraksi seperti di dunia nyata. Contoh dari sosial media ini adalah

games online.

6. Virtual Social Worlds : dunia sosial virtual akan membuat para

penggunanya serasa memiliki kehidupan di dunia virtual. Contoh dari

sosial media ini adalah aplikasi Second Life yang dikeluarkan oleh Linden

Research Inc.

2.4 Kritik Sosial

Kata kritik berasal dari bahasa Yunani “kritike” yang artinya adalah

pemisahan dan “krino” yang artinya adalah memutuskan, mempertimbangkan dan

menyatakan pendapat. Sedangkan kata sosial berasal dari kata “socius” yang

berarti teman, kawan atau masyarakat. Menurut Akhmad Zaini (1994), kritik

sosial adalah salah satu bentuk pernyataan pendapat dalam masyarakat dengan

fungsi mengontrol jalannya suatu sistem dan struktur sosial (dalam Kalsum,

2008). Sedangkan menurut Kalsum (2008), kritik sosial adalah bentuk komunikasi

dalam masyarakat yang menyatakan pendapat atau untuk mengkritisi fenomena-

fenomena sosial. Kalsum (2008) berpendapat bahwa kritik sosial sangat

berhubungan erat dengan dengan perlawanan atas kekuasaan yang hegemonik dan

cenderung mempertahankan status quo.

2.4.1 Bentuk Kritik Sosial

Pada awal abad ke-18 di Eropa, kritik sosial biasanya dituangkan dalam

bentuk karya sastra. Sastra membantu gerakan emansipasi kelas menengah

sebagai alat untuk memperoleh harga diri serta mengungkapkan tuntutan-tuntutan

manusiawi melawan negara absolute dan masyarakat hierarkis (Eagleton, 2003).

Pada masa romantik, kriitk social biasa disampaikan dalam bentuk puisi. Menurut

Arnold, puisi dianggap sebagai kritik atas hidup, seni yang paling absolute dan

tanggapan mendalam yang dapat dipahami bagi kenyataan sosial tertentu

(Eagleton, 2003). Pada beberapa tahun terakhir, kritik sosial juga dapat

disampaikan melalui karya ilmiah yang kemudian dipublikasi (Ataupah, 2012).

Menurut Ataupah (2012), kritik sosial juga dapat disampaikan dalam

bentuk-bentuk lain seperti karikatur, drama, musik dan film. Kritik juga dapat

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

13 Universitas Kristen Petra

disampaikan dalam bentuk tanda-tanda atau tindakan-tindakan simbolis yang

dilakukan sebagai bentuk ketidaksetujuan atau protes terhadap keadaan

masyarakat yang terjadi, misalnya saja mogok makan, mogok kerja, demonstrasi

atau unjuk rasa yang dikemukakan secara massal.

Selanjutnya, Ataupah (2012, p.13) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Panggilan Yehezkiel Sebagai Penjaga Israel Berdasarkan Teori Kritik

Sosial menyimpulkan bahwa bentuk kritik sosial dapat dibagi menjadi dua jenis

berdasarkan cara pengekspresiannya :

1. Kritik yang dilakukan secara terbuka, kritik ini disampaikan secara

langsung

2. Kritik yang dilakukan secara terselubung, kritik ini disampaikan melalui

berbagai macam tindakan simbolis yang menyiratkan penilaian maupun

kecaman terhadap keadaan sosial suatu masyarakat

2.4.2 Sebab Kritik Sosial

Menurut Soekanto (2006, p.30), kritik sosial dapat terjadi karena adanya

perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, seperti

perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi,

lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan

dalam wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut

dapat terjadi karena perilaku seorang semakin berkembang dan bertambah luas

sebagai akibat dari adanya hubungan antarmasyarakat (dalam Sanjaya, 2013).

2.5 Musik Sebagai Sarana Kritik Sosial

Menurut KBBI (2008), musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa

sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan terutama suara yang

dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian (dalam Dese,

2013). Menurut Dese (2013), musik tidak hanya menjadi salah satu sarana

hiburan, tetapi musik juga dapat menjadi sarana penyampai ideologi si pencipta

musik yang dituangkan melalui lirik-lirik yang ada. Musik dianggap sebagai salah

satu bentuk seni yang ampuh untuk menyuarakan kritik sosial (blog.isi-dps.ac.id).

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

14 Universitas Kristen Petra

Dalam hal ini, si pencipta lagu ingin menyuarakan kepada khalayak mengenai

suatu ideologi atau pesan moral tertentu.

Sejak lama, banyak orang telah menggunakan musik sebagai media untuk

menyuarakan kritik sosial. Di musik Barat, John Lennon sudah pernah

melancarkan kritik sosial melalui lagunya yang berjudul “Imagine”. Melalui lagu

tersebut, ia ingin menyampaikan pesan sosialnya dan penolakannya terhadap

perang, terutama perang yang terjadi di Vietnam. Bahkan, oleh majalah Rolling

Stone lagu Imagine ini sampai dijadikan sebagai salah satu lagu terbaik sepanjang

masa (http://blog.isi-dps.ac.id/).

Salah satu momen bersejarah mengenai musik dan kritik sosial pernah

terjadi di Bethel, New York Amerika Serikat pada tahun 1969. Pada saat itu,

sekitar 400.000 orang Amerika membuktikan bahwa musik merupakan wadah

yang dapat menggerakan masyarakat. Woodstock Music Festival atau yang dulu

dikenal dengan nama Woodstock Music and Art Fair, menjadi ajang kaum muda

untuk mengampanyekan perdamaian dan menolak pengiriman tentara Amerika ke

Vietnam.

Di Indonesia ada Iwan Fals, seorang musisi yang konsisten menggugat

pemerintahan Orde Baru. Kritik-kritik pedas dan lugas disampaikan dalam setiap

karyanya. Misalnya saja lagu Bongkar yang menyuarakan suara rakyat yang

menginginkan terjadinya keadilan dan penegakan hukum di Indonesia tanpa

pandang bulu. Lagu lain berjudul Bento di akhir tahun 90-an yang bercerita

mengenai kekuasaan negara yang begitu kuat sehingga membelenggu sendi-sendi

kehidupan rakyat. Selain Iwan Fals, ada juga nama Franky Sahilatua yang turut

mengambil bagian dalam menyuarakan aspirasi sosial melalui lagunya.

Eka Gustiwana, mengemas pesan kritik sosial dalam bentuk speech

composing, yang merupakan salah satu teknik dalam pembuatan musik. Speech

composing menggabungkan potongan ucapan-ucapan seseorang yang kemudian

digabungkan dengan instrumen yang sudah dibuat.

Musik sebagai sarana kritik sosial juga sejalan dengan tujuan sebuah karya

seni yaitu, sebagai motivator ke arah aksi sosial yang lebih bermakna, sebagai

pencari nilai-nilai kebenaran yang dapat mengangkat siatuasi dan kondisi alam

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

15 Universitas Kristen Petra

semesta. Musik tidak hanya dianggap sebagai media yang memuat pesan cinta,

tetapi juga dapat memuat pesan protes akan suatu hal (lspr.edu).

2.6 Korupsi

Menurut Alatas (1987), korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk

kepentingan pribadi. Sedangkan Brooks (dalam Alatas, 1987, p.vii),

mendefinisikan korupsi sebagai kegiatan yang dengan sengaja melakukan

kesalahan atau melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak

menggunakan kekuasaan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit

banyak bersifat pribadi. Hartanti (2007), menyimpulkan bahwa korupsi

merupakan penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan dan

sebagainya untuk kepentingan pribadi dan orang lain. Korupsi juga dapat diartikan

sebagai busuk, rusak, suka memakai barang atau uang yang dipercayakan

kepadanya, dapat disogok melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.

Baharuddin Lopa dalam bukunya yang berjudul Kejahatan Korupsi dan

Penegakan Hukum membagi korupsi berdasarkan sifatnya menjadi 2 bentuk.

Kedua bentuk tersebut adalah (dalam Hartanti, 2007, p. 10) :

1. Korupsi yang bermotif terselubung : korupsi ini adalah korupsi yang

secara sepintas kelihatannya bermotif politik, tetapi secara tersembunyi

sesungguhnya bermotif mendapatkan uang semata.

2. Korupsi yang bermotif ganda : berbeda dengan korupsi bermotif

terselubung, korupsi ini secara lahiriah kelihatannya hanya bermotifkan

mendapatkan uang, tetapi sesugguhnya bermotif lain yaitu untuk

kepentingan politik.

Alatas (1987) menjelaskan beberapa ciri dari korupsi yaitu :

1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan

2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat

3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus

4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang

yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu

5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

16 Universitas Kristen Petra

6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang

lain

7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan

yang pasti dan mereka yang dapat memengaruhinya

8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk

pengesahan hokum

9. Menunjukan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan

korupsi

Dalam bukunya yang berjudul “Korupsi : Sifat, Sebab dan Fungsi”, Alatas

(1987) juga membagi korupsi ke dalam 7 jenis yang berlainan secara tipologi.

Adapun pembagian korupsi menurut Alatas (1987, p. ix-x) adalah sebagai berikut

:

1. Korupsi transaktif : korupsi ini menunjuk kepada adanya kesepakatan

timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan

dua belah pihak.

2. Korupsi yang memeras : jenis korupsi ini adalah jenis korupsi di mana

pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang

mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang

dihargainya.

3. Korupsi investif : korupsi jenis ini merujuk kepada pemberian barang atau

jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain

keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

4. Korupsi perkerabatan : korupsi ini disebut juga sebagai nepotisme.

Korupsi ini merujuk kepada penunjukan yang tidak sah terhadap teman

atua sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan atau

tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan dalam bentuk

uang atau bentuk-bentuk lain kepada mereka secara bertentangan dengan

autran yang berlaku.

5. Korupsi defensif : korupsi defensif adalah perilaku korban korupsi dengan

pemerasan. Korupsi ini dilakukan dalam rangka memertahankan diri.

6. Korupsi otogenik : korupsi ini adalah korupsi yang dilakukan seorang diri

dan tidak melibatkan orang lain.

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

17 Universitas Kristen Petra

7. Korupsi dukungan : korupsi jenis ini tidak secara langsung menyangkut

uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain. Tindakan-tindakan yang

dilakukan adalah untuk melindungi dan memperkuat korupsi yang sudah

ada.

Ternyata, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi.

Hartanti (2007), menyebutkan setidaknya terdapat 9 faktor yang menyebabkan

terjadinya korupsi. Beberapa faktor tersebut adalah lemahnya pendidikan agama

dan etika, kolonialisme, kurangnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya sanksi

yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi, struktur

pemerintahan, perubahan radikal dan keadaan masyarakat.

Selanjutnya, Hartanti (2007) juga menjelaskan beberapa faktor yang dapat

menjinakan korupsi. Faktor tersebut antara lain (Hartanti, 2007, p.11-12) :

1. Keterikatan positif pada pemerintahan dan keterlibatan spiritual serta tugas

kemajuan nasional dan public maupun birokrasi.

2. Administrasi yang efisien serta penyesuaian structural yang layak dari

mesin dan aturan pemerintah sehingga menghindari penciptaan sumber-

sumber korupsi.

3. Kondisi sejarah dan sosiologis yang menguntungkan.

4. Berfungsinya suatu sistem yang antikorupsi.

5. Kepemimpinan kelompok yang berpengaruh dengan standar moral dan

intelektual yang tinggi.

2.7 Khalayak

Menurut Hielbert, dalam perspektif komunikasi massa audience

setidaknya memiliki 5 karakter (dalam Nurudin, 2007, p.104-106) :

1. Audience berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka.

Individu-individu tersebut memilih media berdasarkan seleksi kesadaran.

2. Audience tersebar di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi

massa.

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

18 Universitas Kristen Petra

3. Audience bersifat heterogen karena mereka berasal dari berbagai lapisan

dan kategori sosial. Beberapa media memang memiliki target audience,

walaupun demikian heterogenitasnya tetap ada.

4. Audience bersifat anonim atau tidak mengenal satu sama lain dikarenakan

jumlah audience yang sangat banyak.

5. Audience secara fisik dipisahkan komunikator, dapat juga dikatakan

bahwa audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.

2.8 Reception Theory

Tradisi studi mengenai khalayak sudah dimulai sejak tahun 1930, di mana

pada saat itu media dianggap memiliki kemampuan yang besar dan mampu

memengaruhi khalayak yang bersifat pasif (Hadi, 2009). Pada tahun 1960 tradisi

studi khalayak bergeser pada perspektif penelitian Uses and Gratification yang

menganggap bahwa khalayak aktif dalam mengkonsumsi media. Sementara itu,

pada tahun 1970 mulai berkembang studi budaya dalam hubungannya dengan

media massa yaitu reception. Studi tersebut berfokus pada pemaknaan isi media

dan khalayak.

Studi mengenai penerimaan ini harus menempatkan khalayak sebagai

bagian dari interpretative communities. Maksudnya, khalayak dianggap memiliki

kekuatan yang besar dalam memaknai teks media yang dikonsumsi. Media

bukanlah institusi yang memiliki kekuatan dalam memengaruhi audience melalui

pesan yang disampaikan (Aryani, 2006). Teori reception atau penerimaan

beranggapan bahwa faktor kontekstual memengaruhi audience dalam membaca

teks media. Faktor kontekstual tersebut dapat berupa identitas khalayak, latar

belakang sosial, persepsi penonton atas film atau genre program televisi yang

diproduksi, sejarah hingga isu politik. Setiap audience memiliki konteks masing-

masing dan hal tersebut memengaruhi bagaimana audience membaca serta

menciptakan makna atas teks (Hadi, 2009).

Reception analysis berpendapat bahwa tidak akan pernah ada sebuah

pengaruh tanpa adanya makna (Jensen & Jankowski, 2002, p.135). Definisi

Reception analysis merujuk kepada sebuah studi analisis tekstual perbandingan

wacana media dan wancana penonton, yang hasilnya diinterpetasikan dengan

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

19 Universitas Kristen Petra

referensi dan konteks, baik sejarah maupun budaya dan isi media lainnya (Jensen

& Jankowski, 2002, p.139). Reception Analysis merupakan sebuah studi yang

mendalam terhadap proses aktual melalui wacana dalam media yang

diasimilasikan kedalam wacana dan praktik-praktik budaya khalayak (Jensen &

Jankowski, 2003, p. 139).

Menurut Baran & Davis (2003, p.270), ada 3 kriteria informan yang

mendukung penelitian khalayak. Ketiga kriteria informan tersebut antara lain :

Dominant : khalayak menerima pesan yang dibuat dan disampaikan

oleh media.

Negotiated : khalayak menerima pesan yang dibuat dan disampaikan

oleh media tetapi masih bernegosiasi dengan pesan yang disampaikan

oleh media karena khalayak masih memilih mana yang baik dan mana

yang buruk.

Oppositional : khalayak menolak pesan yang dibuat dan disampaikan

oleh media.

Sebagai sebuah studi, analisis penerimaan ini memiliki kekuatan dan

kelemahan (Baran & Davis, 2003, p.272) :

Kekuatan :

o Analisis penerimaan memusatkan perhatian pada individu dalam

proses komunikasi massa

o Analisis penerimaan menghargai kepandaian dan kemampuan

konsumen media

o Studi ini menerima berbagai jenis makna dalam teks media

o Analisis penerimaan mencari pemahaman yang mendalam

mengenai bagaimana orang menafsirkan konten media

o Analisis penerimaan menyediakan analisis yang mendalam

mengenai bagaimana media digunakan dalam konteks sosial

sehari-hari

Kelemahan :

o Analisis penerimaan biasanya berdasarkan pada interpretasi

subjektif khalayak

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

20 Universitas Kristen Petra

o Studi ini menggunakan riset kualitatif yang meniadakan penjelasan

sebab-akibat

o Studi ini berorientasi kepada level mikro

o Studi mengenai penerimaan tidak dapat menunjukan keberadaan

atau ketiadaan efek

2.8.1 Teks

Menurut Budiman, teks merupakan seperangkat tanda yang ditransmisikan

dari seorang pengirim kepada penerima melalui medium tertentu dan dengan

kode-kode tertentu. Sedangkan menurut Guy Cook, teks adalah semua bentuk

Bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak pada lembar kertas, tetapi juga

semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan musik, gambar, efek suara, citra dan

sebagainya (dalam Sobur, 2001, p.56).

Istilah teks juga dapat diartikan sebagai keluaran atau hasil yang bermakna

dari pertemuan antara pembaca dan konten. Misalnya saja sebuah program

televise dapat menjadi sebuah teks ketika pembaca berinteraksi dengan satu dari

banyak khalayak akan mengaktifkan sejumlah makna atau kesenangan yang

mampu merangsang (Fiske, 1987, p.14).

2.8.2 Konteks

Dalam kajian penelitian khalayak, konteks merupakan hal yang penting.

Adanya faktor kontekstual pada khalayak, mampu memengaruhi cara mereka

menciptakan makna atas teks (Hadi, 2009). Beberapa faktor kontekstual yang

memengaruhi khalayak dalam membaca teks antara lain identitas khalayak,

persepsi penonton atas film atau genre program televisi dan produksi, latar

belakang sosial, sejarah dan isu politik (Hadi, 2009, p.2). Konteks dalam

pemakaian bahasa dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Sobur, 2001, p.57) :

1. Konteks Fisik : Konteks fisik meliputi tempat terjadinya pemakaian

bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang dilibatkan dalam peristiwa

komunikasi itu sendiri dan perilaku dari para peran di dalam peristiwa

komunikasi tersebut.

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

21 Universitas Kristen Petra

2. Konteks Epistemis : konteks epistemis merujuk kepada latar belakang

pengetahuan yang diketahui oleh pembaca maupun pendengar.

3. Konteks Linguistik : konteks linguistik berarti kalimat atau tuturan yang

melebihi satu kalimat dalam peristiwa komunikasi.

4. Konteks Sosial : merupakan relasi sosial dan latar belakang yang

melengkapi hubungan antara pembicara dengan pendengar.

Konteks memasukan semua situasi yang berada di luar teks dan

memengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana

teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya. Konteks dapat

berupa verbal dan nonverbal, linguistis dan nonlinguistik (Van Zoest dalam

Sobur, 2001, p.58)

2.8.3 Intertekstualitas

Intertekstual merupakan sebuah teks yang ditempatkan di tengah-tengah

teks-teks yang lain (Amertawengrum, 2010). Intertektualitas adalah hakekat suatu

teks yang di dalamnya ada teks lain, atau dapat diartikan juga sebagai suatu teks

yang hadir pada teks lainnya (Kristeva dalam Amertawengrum, 2010, p.2).

Kristeva juga menjelaskan bahwa hadirnya teks lain akan memberikan warna

tersendiri pada suatu teks dan mampu memengaruhi penerimaan seseorang

terhadap suatu teks. Sebuah teks asing harus dianggap memiliki hubungan

struktural dengan unsur-unsur lain dalam teks (Kristeva dalam Amertawengrum,

2010,p.2).

Intertektualitas memiliki fokus ganda. Pertama, interteks menarik

perhatian pemirsanya pada kepentingan-kepentingan teks-teks terdahulu, termasuk

penolakan terhadap otonomi teks dan sebuah karya mempunyai makna apabila

jika hal-hal tertentu telah terlebih dahulu ditulis. Kedua, interteks menuntun

pemirsa untuk mengetahui teks-teks pertama untuk menolong mengartikan sebuah

kode dengan kemungkinan variasi arti yang berbeda-beda (Amertawengrum,

2010, p.3).

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

22 Universitas Kristen Petra

2.9 Nisbah Antar Konsep

Kritik sosial pada dasarnya adalah salah satu bentuk komunikasi yang

bertujuan untuk mengkritisi fenomena-fenomena sosial. Banyak media yang dapat

digunakan untuk menyuarakan kritik sosial, salah satunya adalah melalui musik.

Eka Gustiwana mengemas kritik sosial menjadi sebuah video speech composing

yang kemudian diupload ke situs sharing video terbesar di dunia, YouTube.

Dalam mengkonsumsi media, audience dianggap sebagai bagian dari

interpretatitve communities dimana audience bersifat aktif dan tidak menerima

pesan yang disampaikan oleh media begitu saja. Audience aktif dalam

mempersepsi dan memproduksi makna. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk

mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat terhadap kritik sosial dalam video

speech composing karya Eka Gustiwana di YouTube.

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication · 9 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Computer Mediated Communication Perkembangan teknologi internet saat

23 Universitas Kristen Petra

2.10 Kerangka Pemikiran

Bagan 2.1: Kerangka Pemikiran

Sumber: Olahan Peneliti

Kritik Sosial sebagai salah satu bentuk komunikasi yang

mengkritisi fenomena sosial

Eka Gustiwana mengemas kritik sosial menjadi sebuah

video Speech Composing yang kemudian diunggah ke

YouTube

Dikonsumsi oleh Audience yang merupakan bagian dari

interpretative communities

Reception Analysis

Dominant Negotiated Oppositional

Penerimaan Masyarakat Terhadap Kritik Sosial dalam

Video Speech Composing Karya Eka Gustiwana di

YouTube