founding fathers communication

Upload: edygur-indra

Post on 13-Jul-2015

805 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Harold D. LasswellPosted on Desember 4, 2007 by Vinsensius

Semua mahasiswa Ilmu Komunikasi pasti mengenal formula arus komunikasi tertua di dunia: Who says what in which channel to whom with what effect. Formula ini dibuat oleh Harold Lasswell. Seperti kebanyakan ilmuwan yang meminati ilmu komunikasi, Lasswell berasal dari disiplin ilmu politik. Terakhir dia tercatat sebagai dosen di Universitas Chicago, tempat pengabdian intelektual sekaligus almamaternya, hingga ia wafat pada 18 Desember 1978. Ketika masih menjalani pendidikan sarjana di Universitas Chicago pada tahun 1920, pemikiran beliau sangat dipengaruhi oleh perspektif pragmatisme yang dilahirkan oleh Filsuf Amerika ternama, John Dewey dan George Herbert Mead. Lasswell memandang proses komunikasi dimulai dari sumber sebagai titik awal komunikasi itu berasal. Dalam diri sumber terjadi proses pengkodean (encoding), yakni ketika ide diubah menjadi kode atau simbol bahasa, gerak-gerik dan sebagainya di alam pikirannya kemudian diekspresikan menjadi sebuah pesan berupa produk fisik seperti kata-kata yang diucapkan, dicetak, ekspresi wajah dan lain-lain yang disampaikan melalui saluran tertentu kepada penerima. Pesan tersebut diterima berupa ide atau simbol dan terlebih dahulu melalui proses pembacaan kode (decoding) dalam diri penerima dengan menyusunnya kembali guna memperoleh pengertian. Demikian selanjutnya terjadi proses yang sama dalam diri komunikan yang berubah menjadi komunikator (sumber) yaitu proses encoding maupun decoding dalam menyampaikan pesan sebagai feedback atau respon.

Proses ini terus berlanjut secara sirkuler sampai akhirnya proses komunikasi itu berakhir.

Teori Komunikasi Harold D. Lasswell

A. Pengertian Komunikasi Menurut Harold D. Lasswell. Menurut Harold Lasswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).

B. 5 Unsur komunikasi menerut Harold D. Lasswell

1. 2. 3. 4.

Who? (siapa/sumber). Says What? (pesan). In Which Channel? (saluran/media). To Whom? (untuk siapa/penerima).

5. With What Effect? (dampak/efek). C. Model Komunikasi menurut Harold D. Lasswell D. Penerapan Dalam teori Harold D. Lasswell lebih menekankan dalam penerapan penelitian komunikasi massa, hal ini terlihat dari ke 5 unsur teori ini, terkandung dan membutuhkan media/ saluran sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, hal ini menunjukan terpenuhinya syarat sebagaimana komunikasi massa.

Paul F. LazarsfeldRIWAYAT HIDUP Lazarsfeld lahir dan mengahiskan 30 tahun masa hidupnya di Wina.Lazarsfeld melihat ayahnya sebagai pengacara yang sangat miskin dan tidak sukses. Kehidupan Lazarsfeld merupakan perpaduan antara dunia akademik dan bisnis. Ibunya tidak memiliki pendidikan formal, tetapi dikenal sebagai penulis buku How the woman Experiences the Male yang terbit di Eropa tahun 1931. Lazarsfeld mmperoleh bekal pendidikan yang memadai sebagaimana tipikal naka-anak kalangan menengah di Wina. Pada tahun 1925, dalam usia 24 tahun, Lazarsfeld memperoleh gelar doktor dalam matematika terapan dari Universitas Wina. Lazarsfeld merupakan salah seorang pemikir dan ahli ilmu sosial eropa yang muncul pada awal PD II. Dia menyebut dirinya sebagai positivis eropa. Lazarsfeld dikenal dengan lembaganya The Bureau of Applied Social Research yang banyak melakukan penelitian tentang radio dan surat kabar. PENELITIAN 1.metodologi kuatitaif Paul F. Lazarsfeld (1940) Communication Effect and the Erie County Study Paul Lazarsfel dikenal dengan focus kajiannya pada efek media massa, dia juga dikenal sebagai ilmuan sosial yang menggunakan metodologi kuatitaif dalam melakukan studi tentang perilaku pemilih yang dikenal dengan Erie County Study dalam pemilihan presiden. Dalam penelitian itu dia melihat bagaimana efek media massa dalam mempengaruhi perilaku pemilih dalam pemilihan presiden, penelitiannya tersebut menemukan bahwa media massa tidak banyak berpengaruh terhadap perilaku pemilih waktu itu, kebanyakan pemilih sudah menentukan pilihan sebelum masa kampanye dimulai. 2. media massa dalam mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Dalam tulisannya yang berjudul Mass Communication, Popular Taste and Organized Social Action, Paul F. Lazarsfeld dan Robert K. Merton menggunakan istilah Narcotizing Dysfunction sebagai istilah yang ditimbulkan oleh media massa dalam mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Studi kasus yang diambil adalah masyarakat Amerika Serikat. Dalam studinya mereka menerangkan bahwa banjir informasi telah membius orang Amerika ke dalam apatisme massa. Media massa membuat mereka kecanduan, layaknya sebuah narkotika sosial. Mengutip pendapat Idi Subandy, informasi media mempunyai efek tak ubahnya seperti efek obat bius atau narkotika. Pada gilirannya orang-orang menjadi kurang tercerahkan dan berkurang pula minatnya untuk terlibat dengan hal-hal yang bersifat aktual. Lebih lengkap Lazarsfeld dan Merton berpendapat, increasing dosages of mass communications may be inadvertently transforming the energies of men from active participation into passive knowledge. (Meningkatnya dosis komunikasi massa dengan kurang hati-hati bisa saja mengubah energi manusia dari partisipasi aktif menjadi pengetahuan pasif). Pendapat penulis ini setidaknya bisa menjadi rujukan kita bersama ketika masyarakat tidak melakukan proses kritis,

pro aktif dan selektif terhadap iklan-iklan para capres yang ditayangkan di televisi maka masyarakat pun pada akhirnya hanya akan menjadi pemilih pasif. Sebagai penutup, efek Narcotizing Dysfunction media massa khususnya televisi pada akhirnya bisa menyebabkan pasifnya pengetahuan seseorang diakibatkan karena mengkonsumsi media tanpa hati-hati. Ruang lingkup yang lebih luas dapat membentuk pseudo-environment yang mempunyai ciri khas hanya menggantungkan kebenaran informasi pada media televisi semata. 3.THE MEDICAL DIFFUSION Ia berkesimpulan bahwa difusi inovasi dalam penggunaan obat yang laku dipasaran karena ada proses penularan dari satu orang kepada orang lainnya dalam sebuah diskusi (komunikasi antar manusia) PEMIKIRAN Paul F. Lazarsfeld dan Robert K. Merton dalam makalah Mass Communication, Popular Taste, and Organized Social Action menambahkan fungsi sosial bagi komunikasi massa, yakni : Fungsi dalam memberi dan mengukuhkan status publik (Status Conferral) Di dalam setiap masyarakat legitimasi dan mengukuhan status oleh masyarakat akan diberikan pada ide-ide, isu-isu, orang-orang, organisasi-organisasi, atau gerakan-gerakan tertentu. Media massa kenudian memiliki fungsi untuk memberikan status masyarakat ini. Setiap ide-ide atau orang-orang yang dimuat oleh media massa akan memiliki prestise tersendiri. Media massa telah memberikan status publik yang tinggi. Misalnya media massa memberitakan aktor Nicholas Saputra mendapatkan penghargaan Panasonic Award sebagai aktor terbaik. Fungsi untuk memperkokoh norma-norma social Media massa mempunyai fungsi untuk memperkuat norma-norma sosial masyarakat. Umumnya media massa akan memuat atau melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari normanorma yang ada di dalam masyarakat. Contohnya kasus kekerasan mahasiswa IPDN Cliff Muntu yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Melalui pemberitaan media, timbul berbagai macam tanggapan, tulisan, dan seminar dari masyarakat untuk membahas persoalan tersebut. Disini norma-norma sosial dan pendidikan telah dilanggar dan memerlukan preskripsi untuk memecahkan permasalahan ini. Analisis Fungsi Pengawasan Lingkungan Pemberitaan oleh media massa mengenai kedatangan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush ke Indonesia mempunyai dampak yang luar biasa pada masyarakat. Penyebaran informasi ini dengan cepat mempengaruhi masyarakat bahkan jauh-jauh hari sebelum kedatangan Presiden AS tersebut. Disini media massa berusaha untuk memberikan semacam peringatan kepada masyarakat. Fungsi pemberitaan ini agar masyarakat dapat mengetahui bahwa kedatangan Presiden Bush akan mengakibatkan jalan-jalan di sekitar Bogor mengalami perubahan rute dan

terganggunya sinyal telepon genggam. Sehingga masyarakat dapat memengambil tindakan lain demi kesuksesan kunjungan tersebut. Kemudian dengan kedatangan Bush secara tidak langsung mencerminkan dan menguntungkan Indonesia karena dapat mengembalikan citra Indonesia di dunia internasional. Selain terjadi fungsi, pemberitaan pada media massa juga menghasilkan disfungsi. Pertama, dapat menyebabkan terganggunya stabilitas pada masyarakat. Masyarakat Bogor khususnya akan mengalami berbagai masalah terhadap peristiwa ini. Contohnya perubahan rute angkot dan terganggunya saluran komunikasi telepon genggam. Kedua, menimbulkan kegelisahan pada masyarakat. Contohnya orang-orang yang membenci Bush, terutama teroris, kemungkinan akan datang ke Bogor dan melakukan teror. Hal ini tentu saja mengakibatkan masyarakat menjadi tidak nyaman. Ketiga, menimbulkan penolakan dari masyarakat berupa demonstrasi, baik di Bogor maupun di kota-kota lainnya. Penolakan ini karena citra buruk Presiden Bush di mata masyarakat Indonesia. Analisis Fungsi Korelasi Media massa dalam tajuk rencananya berusaha untuk memberikan pendapat terhadap peristiwa yang sedang berlangsung. Pemberitaan ini menyangkut kehidupan orang banyak, dan akan menjadi stimuli bagi khalayak untuk memberikan tangggapan atau berbuat sesuatu. Fungsi dari editorial tersebut adalah memberikan pandangan alternatif terhadap kekerasan yang ada di masyarakat, terutama dunia pendidikan. Fungsi ini diharapkan dapat membentuk mobilisasi pada masyarakat sehingga mereka dapat mengurangi tindakan kekerasan. Tajuk rencana tersebut juga berfungsi terhadap individu, terutama mereka yang pernah mengalami atau melakukan tindakan kekerasan. Hasil yang diharapkan agar masyarakat dapat bersikap tidak apatis dan privatisasi terhadap fenomena ini. Namun disisi lain editorial ini juga mengakibatkan kepasifan pada masyarakat. Mereka seakanakan sangat tergantung dan menyetujui opini media massa tersebut. Masyarakat seakan terbawa dan larut, sehingga menimbulkan rasa konformitas bahwa dunia pendidikan di Indonesia saat ini telah mengalami pergeseran akibat tindakan kekerasan. Masyarakat menjadi kurang kritis dan menganggap / sepakat bahwa kekerasan sudah menjadi kebudayaan kolektif masyarakat Indonesia. Disfungsi yang lain adalah justru menyebabkan kekhawatiran dan kecurigaan terhadap profesionalisme lembaga pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Dan imbasnya adalah memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Analisis Fungsi Sosialisasi Melalui pemberitaan kebudayaan tradisional tersebut, media massa berusaha mensosialisasikan kembali nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Media massa turut berperan dalam mewariskan kebudayaan daerah sehingga masyarakat dapat mengetahui kebudayaan daerah lain. Fungsi dari pemberitaan ini dapat memperkaya kebudayaan lain karena adanya transmisi dan kohesi sosial antar kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya. Kemudian dapat melestarikan kebudayaan tradisional, sehingga mewariskan kepada generasi yang akan datang. Fungsi lain yang diharapkan adalah meningkatkan keutuhan sosial dan keseragaman masyarakat.

Seperti yang lainnya, fungsi pewarisan ini juga menimbulkan disfungsi bagi masyarakat. Pertama, berkembanngnya masyarakat massa yang tidak terpusat (desentralisasi). Dari masyarakat massa ini dikhawatirkan akan mengakibatkan budaya massa. Budaya massa adalah peralihan dari masyarakat tradisional ke budaya masyarakat massa. Sehingga dapat menghilangkan keaslian (pakem) dari kebudayaan tradisional tadi. Hal ini menjadikan kebudayaan tradisional menjadi rendah. Kedua, dapat menyebabkan depersonalisasi dalam sosialisasi bagi individu. Sebagian orang ada yang menolak pewarisan budaya tadi karena menganggap akan mengancam kebudayaan mereka. Mereka berusaha untuk mencegah dan meyaring (filter) setiap kebudayaan yang datang. Analisis Fungsi Hiburan (Entertainment) Seperti telah dijelaskan diatas, fungsi hiburan menunjuk pada upaya komunikatif yang bertujuan memberikan hiburan pada khalayak luas. Hiburan yang disajikan pada media massa kali ini adalah seputar tempat arena bermain bagi anak-anak. Pemberitaan ini memberikan fungsi positif bagi masyarakat perkotaan karena mereka membutuhkan informasi seputar tempat untuk menghilangkan stress bersama keluarga (anak). Informasi ini memberikan kesegaran bahwa sarana hiburan ternyata juga terdapat ditempat-tempat umum. Mereka tidak perlu jauh-jauh untuk mencari sarana hiburan, karena sarana tersebut ternyata ada disekitar mereka. Pemberitaan tersebut juga turut menaikkan pamor dari Mal Artha Gading, karena masyarakat semakin mengenal bahwa di mal tersebut menyediakan sarana hiburan bagi keluarga. Disfungsi dari fungsi hiburan ini adalah masyarakat menjadi divert dan cenderung menghindar dari aksi-aksi sosial. Mereka lebih senang kumpul bersama keluarga untuk menghibur diri. Hal ini mengakibatkan kerenggangan pada masyarakat. Masyarakat menjadi lebih bersifat individualistik dan hedonis. Disisi lain pemberitaan ini juga dapat mengembangkan kebudayaan pop, dimana orang lebih suka untuk mengikuti trend dan mengunjungi tempat-tempat hiburan. Masyarakat lebih suka menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan mereka menjadi sibuk dan rumit. Disfungsi ini kemudian meningkatkan kepasifan pada masyarakat. Analisis Fungsi Pengukuhan Status Publik Melalui pemberitaan salah satu tokoh masyarakat tersebut, Fauzi Bowo, media massa mencoba memberikan legitimasi dan pengukuhan status tokoh tersebut. Media massa dalam hal ini telah memberikan status publik yang tinggi terhadap Fauzi Bowo. Pengaruh dari media massa dapat menyebabkan masyarakat mempunyai pandangan positif terhadap tokoh tersebut. Masyarakat akan menganggap bahwa Fauzi Bowo merupakan calon gubernur yang tepat untuk memimpin Kota Jakarta. Kepercayaan dari masyarakat pun timbul. Hal ini karena citra yang ditonjolkan media massa terhadap Fauzi Bowo sedemikian besar dan positif. Para pendukungnya pun akan merasa senang karena tokoh idolanya diangkat oleh media, sehingga diharpkan dapat menambah dukungan terhadap Fauzi Bowo. Meskipun persolan tersebut tidak menjadi agenda pembicaraan masyarakat, namun dengan adanya pemuatan tokoh ini masyarakat mulai memperhatikan agenda tersebut. Disfungsi dari pemberitaan salah satu calon gubernur DKI Jakarta ini tentu saja dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi pesaing calon gubernur lainnya. Kecemburuan ini juga

dirasakan oleh para pendukungnya. Mereka kemudian berusaha menampilkan dan membesarbesarkan pilihannya. Media massa juga dituding terlalu meninggikan seseorang dan keberpihakkannya pada pihak lain. Secara tidak langsung, hal ini mengakibatkan timbulnya rasa persaingan atau bahkan permusuhan diantara kelompok masyarakat. Namun disisi lain, ada sebagian masyarakat yang justru lebih memilih bersikap apatisme dan tidak peduli. Hal ini karena anggapan mereka bahwa tokoh yang diangkat oleh media massa tersebut bukan tokoh yang mereka idolakan. Analisis Fungsi Memperkokoh Norma-norma Sosial Media massa pada analisis fungsi memperkokoh norma-norma sosial ini berusaha untuk melaporkan tentang adanya penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Dengan adanya liputan ini diharapkan penyimpangan tadi dapat diluruskan kembali. Maksud media massa memberitakan peristiwa tersebut agar masyarakat dapat mengetahuinya sehingga mereka memberikan tangggapan untuk membahas persoalan tersebut. Fungsi dari berita ini diharapkan Masyarakat dituntut untuk bersikap kritis dan aktif terhadap kesalahan yang ada disekitar mereka. Sehingga norma-norma sosial dapat kokoh dan kembali seperti semula. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi terjadinya pergeseran norma-norma sosial tadi agar tidak menjadi kebudayaan, baik kebudayaan kolektif maupun kebudayaan individual, dalam masyarakat. Namun fungsi pemberitaan tersebut juga mengalami disfungsi, yakni laporan tersebut hanya menceritakan sebagian kecil dari sekolah yang melakukan penyimpangan dan lebih menonjolkan sisi negatifnya saja. Hal ini dikhawatirkan akan mengakibatkan citra sekolah lain yang tidak melakukan penyimpangan juga turut mendapat predikat buruk. Media massa terlalu menggeneralisasi pemberitaannya. Walhasil, masyarakat akhirnya akan menilai kalau lembaga pendidikan saat ini perlu dipertanyakan kualitasnya. Disfungsi lainnya adalah dapat memberikan inspirasi bagi sekolah lain untuk melakukan penyimpangan serupa.

CARL HOVLANDHovland lahir di Chicago,12 Juni 1912.Memasuki universitas Northwestern sampai tingkat master.Ia melanjutkan progam doktor pada Progam Psikologi di Universitas Yale karena tertarik pada Clark Hull,seorang akademisi yang dikenal beraliran behaviorisme yang mengkaji proses pembelajaran manusia.Hovaland beruntung masuk keprogam ini karena progamPsikologi di Yale memiliki lembaga institute of Human Relation yang merupakan sebuah lembaga yang mampu mengangkat keberadaan fakultas psikologi di Yale menjadi penting dan terkenal. Kepribadian Hovland sangat menarik.Dia seorang pendengar yang baik,pendiam,dan sedikit berbicara,tetapi dengan kemampuan yang luar biasa.Hovland diakui sangat jenius dan produktif.Dia dapat melakukan kegiatan yang kompleks sekaligus,seperti mengedit naskah,berbicara melalui telepon,dan memasang slide.Pendekatan Hovland cenderung eleklik,yakni memakai banyak pendekatan daripada hanya satu perspektif.Ujung karier hovland adalah ketika diketahui dia menderita kanker dan kemudian meninggal. Carl Hovland sebagaimana Lasswell,merupakan staf pengajar di Yale University yang tergolong universitas elit di Amerika.Hovland cenderung ditempatakan sebagai forerunners bagi kemunculan ilmu komunikasi bersama sama dengan Paul F.Lazarzfeld,Kurt lewin,Norbert Wiener,dan Claude Shannon.Wlaupun terjadi banyak perdebatan mengenai hal ini,tetapi yang penting keempat tokoh ini dianggap berjasa lebih berkaitan dengan yang mereka kembangkan dalam kajian komunikasi yang bercorak individu,paradigma efek jangka panjang,kuantitatif,banyak membiayai penelitian dan metodik. PENELITIAN 1 faktor-faktor apa yang menyebabkan sebuah pesan punya dimensi persuasi yang tinggi. .Menurut Hovland, perubahan sikap haruslah dipahami sebagai sebuah respons terhadap aksi komunikasi persuasif. Karena itu, Hovland dan para koleganya mengembangkan sejumlah riset eksperimen untuk menyelidiki faktor-faktor tersebut.Mengingat keterbatasan ruang, tidak semua aspek teori itu digunakan untuk menganalisa lawatan Megawati itu. Dari 5 karakteristik persuasi yang dikemukakan Hovland, hanya soal Acceptance (penerimaan) saja yang coba dibahas di sini. Analisa tentang itupun terbatas pada faktor Source (sumber pesan), Message (pesan) dan Receiver (penerima/audiens) saja. Acceptance ACT, menurut Larson, mengusulkan sebagai fakta bahwa tindakan manusia memiliki sejumlah batasan dan kendali. Salah satu batasan dan kendali utama dari aksi manusia adalah sikap (attitude). Menurut Hovland, sepanjang waktu, manusia bertindak selalu seturut dan sejalan dengan sikapnya. Dengan kata lain, sikap itu mengontrol perilaku (behavior) kita. Apabila kita memiliki sikap negatif terhadap sesuatu atau individu, maka perilaku kita terhadap sesuatu atau individu akan dipandu oleh sikap negatif kita itu. Sebaliknya, jika seorang persuader ingin mengubah perilaku target audiens mereka terhadap dirnya, maka si persuader terleih dahulu mengubah attitude dari audiens tersebut.

Studi oleh kelompok Yale ini juga mengasumsikan bahwa orang akan mengubah sikapya jika mereka disediakan sejumlah alasan penguat bagi perubahan sikap itu. Dengan kata lain, kata Larson, untuk bisa mengubah perilaku (termasuk perilaku pemilih), persuader harus mampu memotivasi orang untuk memproses sejumlah informasi yang akan mengubah sikap yang telah ada di orang tersebut. Para periset Yale juga menyebutkan bahwa keberhasilan persuader untuk mengubah perilaku orang sangat tergantung pada lima karakteristik yaitu; 1. Attention (perhatian); jika orang yang dibujuk tidak mengindahkan pesan yang disampaikan kepadanya, maka mereka tidak bisa dipersuasi oleh pesan itu. Dalam kasus Megawati, orangorang ternyata menyambut dengan baik dan punya atensi dengan pesan-pesan yang disampaikan Megawati sehingga ada kemungkinan yang besar mereka bisa dipersuasi dengan pesan-pesan itu. 2. Comprehension (pemahaman); jika orang yang dipersuasi tidak memahami pesan, maka mereka tidak bisa dipersuasi oleh pesan itu. Untuk soal ini, akan dibahas kemudian. Pertanyaannya adalah, apakah pesan-pesan Megawati bisa dipahami rakyat yang dikunjungi? 3. Acceptance (penerimaan); apabila orang yang dipersuasi menolak pesan yang disampaikan meski mereka memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan, mereka tidak mungkin bisa dipersuasi oleh pesan tersebut. Hal inilah yang akan dilihat secara lebih detail dalam tulisan ini. Apakah orang bisa menerima pesan-pesan yang disampaikan Megawati? 4. Retention (penyimpanan); dalam banyak kasus, manusia kadang menunda perubahan sikapnya setelah mendapat dan memahami sebuah pesan. Karena itu, mereka harus mampu mengingat pesan-pesan itu dan mau menyimpannya di memori mereka sampai mereka rasa itulah saatnya melakukan tindakan. Untuk kasus Megawati, Megawati harus membuat pesannya disimpan dalam memori kolektif mengingat waktu pemilu masih panjang. 5. Action (tindakan); periset Yale mengasumsikan bahwa orang bertindak dalam sebuah cara logis yang konsisten dengan argumen persuader. Larson menambahkan, meski elemen-elemen di atas dianggap sama penting untuk menentukan sukses tidaknya sebuah persuasi dan penyampaian pesan, namun kebanyakan studi yang dilakukan dalam tradisi Yale ini lebih fokus pada alemen ketiga yaitu Acceptance. Studi-studi ini mencoba menjawab pertanyaan, faktor-faktor apa saja yang secara kuat bisa menyebabkan penerimaan sebuah pesan atau penolakan terhadapnya. Larson sendiri kemudian memakai model SMCR (Source, Message, Channel, Receiver) sebagai kerangka untuk menganalisa sebab-sebab penerimaan dan penolakan sebuah pesan persuasif.Dalam konteks tulisan ini, apa yang menyebabkan rakyat menerima persuasi yang dilakukan Megawati dari sisi sosok Megawati sendiri sebagai source, dari sisi message yang disampaikan dan dari ssi receiver. 2.Efek film terhadap tentara. Hovland dan beberapa temannya melakukan eksperimen untuk menguji efek film terhadap tentara.ia dan kawan kawanya menemukan bahwa film hanya efektif dalam menyampaikan informasi,tetapi tidak dalam mengubah sikap.

3. kredibilitas sumber (komunikator) hubungannya dengan efek persuasi (perubahan sikap). Hovland adalah peneliti yang memperkenalkan penelitian-peneltian eksperimental dalam komunikasi massa. Seorang ahli sosiologi, meneliti melalu pemutaran film berbeda kepada 2 kelompok berbeda, dan melihat efek dari film tersebut terhadap individu. Kredibiltas terdiri dari 1. Expert (ahli dalam bidang tersebut) 2. Competency (memiliki kompetensi) 3. Skill (harus memiliki kemampuan dalam bidang nya) 4. Trust (harus bisa di percaya) TEORI 1. TEORI DESEPSI Dalam kehidupan panggung politik, seorang aktor politik tak bisa melepaskan diri untuk tak memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang sementara dibahas dalam wacana publik. Timbul pertanyaan, mengapa aktor politik selalu menjadi sumber berita? Jawabnya adalah aktor politik selalu menjadi news maker akibat konsekuensi status dan jabatan yang dipegangnya. Maka dari itu, sebagai aktor politik perlu mengetahui eksistensi dan perannya sebagai tokoh atau pemimpin, dan automatically perlu mempersiapkan suatu argumentasi dan penjelasan jika pekerja media melakukan wawancara terhadap suatu masalah yang sementara menjadi berita gurih dan nikmat yang dibicarakan di publik. Jika salah memberikan argumentasi dan keterangan terhadap suatu masalah, tentu masyarakat akan memberikan penilaian sosial tersendiri terhadap pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh seorang aktor politik. Argumentasi ini membenarkan social judgment theory dikemukakan oleh Muzafer Sherif dan Carl Hovland (1961). Asumsi teori ini adalah bahwa orang membuat penilaian berdasarkan pada acuan dan titik referensi. Lebih lanjut Sherif berpendapat, proses penilaian itu muncul dan bekerja dalam ranah sosial sehingga pesan-pesan komunikasi dalam bentuk persepsi sosial mengacu kepada peristiwa dan pengalaman masa lalu.

KURT LEWINRIWAYAT HIDUP Kurt Lewin (1890-1947) kelahiran Prussia Timur (sekarang Polandia) adalah seorang psikologis eksperimental yang terkenal di University of Berlin yang melarikan diri sebagai pengungsi dari regim Hitler. Ia kemudian menjadi seorang psikologis sosial di Amerika dan mempelopori eksperimen klasik dalam komunikasi kelompok. Pada awalnya Lewin adalah seorang psikologi individualistik kemudian berubah menjadi psikologi sosial pada komunikasi kelompok kecil. Dan Lewin tercatat sebagai pendiri riset dan pelatihan di dinamika kelompok dan untuk menciptakan gaya manajemen partisipatif dalam organisasi. Lewin memperoleh gelar Ph.D. di bidang Psikologi dari Royal Friedrich-Wilhelms University of Berlin. Teori psikologi Lewin telah terpengaruh dari studi terdahulunya mengenai pengobatan, matematik dan khususnya fisika. Lewin juga dipengaruhi langsung oleh professor filsafatnya bernama Ernst Cassier yang mengilhami Lewin dalam ilmu filsafat. Meskipun Lewin memperoleh gelar doktornya di University of Berlin dan mengajar di sana setelah Perang Dunia I, ia bukan seorang Gestalist yang fanatik. Psikologi gestalt menyelidiki proses subjective pengalaman individual; secara keseluruhan, pada bagaimana individu merasakan lingkungan mempengaruhi perilaku individu. Sebaliknya Lewin tertarik pada kekuatan yang mengarahkan tindakan individual. Dalam proses memperoleh gelar doktornya, Lewin terlibat dalam Perang Dunia I sebagai seorang prajurit Jerman, tapi kemudian ia tertembak dan dirawat di rumah sakit. Selama periode ini Lewin memanfaatkan waktunya untuk menulis The War Landscape dipublikasikan tahun 1917 dan tesisnya mengenai Habilitation. Tahun 1921 Lewin mulai mengajar di Psychological Institute di University of Berlin sebagai pengajar tidak tetap dan mulai mengembangkan reputasi akademisnya melalui serangkaian eksperimen penting yang dilakukan oleh mahasiswa doktornya. Selama 1920-an, Lewin mulai memformalkan bidang teorinya yang juga disebut group dynamics and topological psychology dari Lewin). Ketika mengembangkan teorinya, Lewin meminjam teori dari fisika (sebagai contoh apa yang disebut orang field of magnetic force) tapi tidak diterapkankannya secara keseluruhan. Malahan ia mengambil konsep fisika dan memberikannya makna khusus untuk psikologi. Misalnya ketika ia menggunakan istilah valence, vector dan barrier. Sumbangan Lewin bagi bidang psikologi di Amerika yaitu mengenai subjektivisme pada tahun 1930-an. Termasuk di antaranya Edward C. Tolman dan Kurt Lewin menawarkan tipe kognitif alternatif pada behaviorisme Clark Hull merupakan pusat pembelajaran S-R dan berpedoman pada teori Freudian. Sumbangan Tolman the cognitivist for experimental psychology dan Lewin the cognitivist for social psychology, mempelopori pendekatan kognitif pada psikologi sampai sekarang. Bahasan Lewin mengenai kognitif mendekatkan posisi teoritisnya pada ilmu komunikasi sebagai produk dan keaslian komunikasi. Apa yang ada dipikiran manusia merupakan sebuah produk penerimaan komunikasi, dan apa yang manusia katakan diambil dari konten pada pikiran yang sama, maka dikatakannya konten melalui transformasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Hubungan antara penekanan bidang teori kognitif dan proses komunikasi manusia mengarahkan Lewin sebagai nenek moyang studi komunikasi. Kemudian Lewin mengikuti pendekatan

fenomenologikal dalam teori risetnya yang dikombinasikan dengan ilmu alam. Sebagai bagian dari proses Amerikanisasinya, Lewin berubah dari philosophical dan fundamental psikologi menjadi lebih aplikatif. Tapi menurut Lewin, dengan mengaplikasikan sebuah teori merupakan sebuah cara untuk menguji validitas. Namun demikian karyanya termasuk praktis dan teoritis, risetnya secara jelas dikendalikan dengan teori dan bukan oleh data. Tahun 1932, Lewis Terman, kepala Departement of Psychology di Stanford University menawarkan Lewin mengajar selama enam bulan, setelah ia terkesan dengan film yang dibuat Lewin. Setelah menyelesaikan masa mengajarnya, Lewin kembali ke Berlin tapi kemudian ia mengundurkan diri dari Psychological Institute di University Berlin dan berimigrasi ke Amerika tahun 1933. Kepindahannya ke Amerika sangat berpengaruh pada karya akademisinya, merubah dari keahlian awalnya pada persepsi dan psikologi pembelajaran menjadi seorang psikologis sosial yang tertarik pada prasangka, kepemimpinan otoriter, dan pengaruh kelompok. Setelah berada di Amerika, pusat perhatiannya ada dalam pengaruh kelompok pada perilaku individual. Lewin percaya bahwa identifikasi dengan sebuah kelompok memberikan cara pandang pada seorang individu, sebuah perspektif dan sebuah makna pribadi. Ketika seorang individu menerima informasi melalui sebuah proses komunikasi, makna pesan ditentukan, bagian dimana kelompok milik seseorang. Perhatian khusus Lewin ada pada fenomena kebencian pribadi di antara orang-orang Yahudi dan ia menulis artikel topik ini tahun 1941 yang berargumentasi bahwa di antara anggota kelompok minoritas senantiasa ada subjek kebencian pribadi. Selama sembilan tahun di Iowa (setelah sebelumnya mengajar dua tahun di School of Home Economics di Cornell University), Lewin mulai tertarik pada psikologi kelompok khususnya yang berasal dari siswa doktoralnya, Ronald Lippitt yang datang ke Iowa dengan gelar sarjana bidang kelompok dan dengan pengalaman sebagai seorang eksekutif Pramuka. Kolaborasi Lewin dan Lippitt menghasilkan eksperimen kepemimpinan kelompok pada pemimpin autocratic, democratic dan laissez-faire dan berhasil menarik perhatian publik dan akademisi. Selain itu Lewin juga menjadi lebih seorang psikologis sosial dalam pemikirannya dan berbeda dengan yang lainnya (Gordon Allport, Muzafer Sherif, Theodore Newcomb, dan Daniel Katz) yaitu ia mencoba menciptakan dalam laboratorium situasi penuh kekuasaan sosial yang memberikan perbedaan besar. Lewin dan Lippitt melakukan riset pada kelompok anak-anak pramuka di Iowa Child Welfare Research Station. Dan Margaret Mead menyebut apa yang dilakukan Lewin dan lainnya sebagai experimental anthropology karena menciptakan budaya kelompok dalam laboratorium mereka. Setelah keluar dari Iowa tahun 1945, Lewin menjadi pengajar di MIT sampai wafatnya tahun 1947. MIT merupakan tempat dimana Lewin mempimpin Research Center for Group Dynamics di bawah Department of Economics and Social Sciences yang berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Lewin beranggapan bahwa riset terapan harus dibimbing dengan ketat dimana seseorang dapat menguji proposisi teoritis antara riset dasar dan riset terapan yang mungkin valid dalam fisik dan kimia tidak perlu hadir dalam ilmu alam. Alex Bavelas, mahasiswa doktoral di Iowa mengatakan bahwa meskipun orang sedikit otoriter dalam memimpin kerja kelompok, ia juga bisa dilatih untuk mendapatkan gaya kepemimpinan

demokratik. Bavelas membuat sketsa beberapa kemungkinan dan menggunakannya dalam proyek manajemen partisipatif pada sebuah pabrik di Virginia. Rangkaian eksperimen lapangan di pabrik Harwood menunjukkan bahwa manajemen partisipatif mengarah pada peningkatan produktivitas. Kemudian, Lewin menjadi terkenal di antara ilmuwan-ilmuwan organisasional dan di antara professor manajemen bisnis. Penelitian Lewin dengan mahasiswa doktoralnya di Child Welfare Research Station of the University of Iowa didanai oleh Food Habits Committee of the National Research Council di Washington D.C. Bertindak sebagai komite sekretaris eksekutif yaitu Margaret Mead. Studistudi Lewin mengenai gizi cocok dengan upaya Amerika untuk mengatasi kekurangan makanan saat Perang Dunia II, di antaranya studi makan roti gandum versus roti putih (terigu), meningkatkan konsumsi susu dan meyakinkan ibu-ibu untuk memberikan anak-anaknya minyak ikan dan jus jeruk sebaik dalam memberikan susu. Selain itu studi Lewin yang dikenal dengan sebutan sweetbreads study merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan dan meningkatkan konsumsi jenis-jenis daging yang tidak dikonsumsi orang-orang Amerika, seperti jantung sapi, thymus (sweetbreads atau jerohan), hati, ginjal, kelenjar daging yang umumnya tidak disukai oleh ibu-ibu rumah tangga di Iowa. Studi eksperimen sweetbreads dari Lewin menjadi sebuah studi klasik mengenai perbedaan antara komunikasi interpersonal interaktif (disajikan dengan kondisi diskusi) dan komunikasi massa satu arah (kurang lebih sama dengan kondisi belajar di kelas). Lewin mengeneralisasi hasil studi sweetbreads dan penelitian-penelitian lainnya di Iowa ke dalam tiga tahap prosedur pada perubahan perilaku, meliputi tahap unfreezing, moving dan freezing perilaku baru. Seterusnya, ketika perilaku seseorang berubah, segera kembali pada perilaku tetap sebelumnya, meskipun perubahan terakhir diinginkan. Pengaruh anggota kelompok lainnya pada perilaku individu merupakan faktor penting dalam merubah dan mempertahankan beberapa perilaku. Lewin kemudian menyimpulkan bahwa keputusan kelompok merupakan sebuah efek freezing untuk tindakan berikutnya. Selain itu dalam studi sweetbreads, Lewin menemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga merupakan gatekeepers pada pengenalan makanan baru untuk keluarga mereka. Kemudian konsep gatekeepers dapat diaplikasikan untuk situasi komunikasi yang lebih luas seperti untuk menyebarkan berita-berita melalui saluran komunikasi yang ada dalam sebuah kelompok. Teori Lewin mengenai proses gatekeeping ini kemudian digunakan oleh banyak ilmuwan yang perhatian pada studi peran gatekeeping di media massa, misalnya David Manning White (1950), dll. Sekarang ini konsep gatekeeping Lewin telah digunakan secara luas oleh ilmuwan komunikasi khususnya dalam riset komunikasi organisasional dan studi-studi pada organisasi baru. Ilmuwan-ilmuwan yang turut terpengauh oleh pemikiran-pemikiran Lewinian, di antaranya Leon Festinger dengan studi Wesgate housing. Di sini Festinger menemukan bahwa jarak fisik sangat mempengaruhi siapa berinteraksi dengan siapa. Festinger, Schachter dan Bach merargumen bahwa satu alasan kuatnya dampak space (ruang/jarak) pada siapa berinteraksi dengan siapa, dengan jaran fisik yang lebih dekat, dua orang lebih suka untuk melakukan kontak satu dengan yang lainnya secara tidak disengaja, dimana bisa menghasilkan persahabatan. Seperti ketika meraka menjemur pakaian, atau membuang sampah, atau duduk di serambi,

seseorang lebih suka bertemu tetangga sebelah kamarnya daripada orang lain yang jarak tempat tinggal empat atau lima rumah. Studi Wesgate ini kemudian diperteguh oleh penelitian selanjutnya bahwa ruang/jarak merupakan faktor penting yang menentukan siapa berbicara dengan siapa. Selain itu karya Festinger lainnya yang juga terkenal yaitu teori cognitive dissonance yang terpengaruh oleh balance theory dari Heider dan congruity principle (prinsip harmoni) dari Osgood-Tennenbaum, sebaik field theory Kurt Lewin dan perspektif Lewin mengenai Gestatlist yang dibawanya dari Berlin. Disonansi merupakan derajat di saat individu menghadapi dua elemen kognisi yang bertentangan. Salah satu dampak disonansi adalah seseorang akan menghindari terpaan pesan-pesan yang bertentangan. Alex Bavelas adalah peneliti yang mengembangkan sebuah tradisi riset laboratorium secara eksperimen menciptakan jejaring (network) seperti chain (rantai), wheel (roda), dan star (bintang). Kemudian, bagian dari dinamika kelompok Lewinian berevolusi ke dalam riset matematika pada jejaring sosial. (source: Everett M. Rogers, A History of Communication Study, A Biographical Approach, The Free Press, New York, 1994.) HASIL PENELITIAN KURT LEWIN Kurt Lewin mengadakan penyelidikan-penyelidikan mengenai peranan suasana kelompok terhadap prestasi kerja dan efisiensi pekerjaan kelompok itu. Eksperiman yang terkenal dari Lewin yaitu lippit dan white (1939-1940) yang bertujuan untuk meneliti pengaruh atau peranan dari 3 macam pimpinan terhadap suasana dan cara kerja kelompok. Hasil eksperimennya diketahui bahwa cara dalm kepemimpinan ada 3, daiantaranya : Otoriter adalah pemimpin menentukan segala-galanya yang akan dibuat kelompok. Demokratis dimana kegiatan, tujuan umum, dan cara-cara kerja kelompok dimusyawarahkan bersama. Laissez-Faire adalah pemimpin yang acuh tak acuh dan menyerahkan penentuan segala cara dan tujuan kegiatan serta cara-cara pelaksanaannya adalah kepada anggota kelompok itu sendiri. Hasil-hasil eksperimen yang dilakukan menyatakan bahwa cara-cara kepemimpinan yang berlainan itu mempunyai pengaru-pengaruh yang berlainan pula terhadap suasana kerja kelompok, cara-cara bertingkah laku dan cara kerja kelompok dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Dinamika Kepribadian 1. Enerji Menurut Lewin manusia adalah system energi yang kompleks. Energi muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tetapi ketidakseimbangan dalam tegangan juga bias terjadi antar region di system lingkungan psikologis. 2. Tegangan Tegangan ada dua yaitu tegangan yang cenderung menjadi seimbang dan cenderung untuk

menekan bondaris system yang mewadahinya. 3. Kebutuhan Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia. Tindakan (Action) Disini dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan psikologis. Valensi Adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi positif dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut). Vektor Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif (berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika orang payah dan lapar dan makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi topik yang sangat Iuas dari Miller dan Dollard. Lokomosi Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi dan proses atensi. Event Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (relatedness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut: 1. Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-

hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting. 2. Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup. 3. Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang. Event digambarkan dalam suau topografi yang melibatkan unsur-unsur ruang hidup, valensi, vektor, region, dan permeabilitas bondaris. Pada ilustrasi berikut (Gambar 14a, 14b, dan 14c) dicontohkan event seorang anak yang menginginkan permen yang dijual di sebuah toko. Hanya tergambar 3 vektor yang terlibat dalam event itu. Pada kasus yang sebenarnya, variabel yanc terlibat dalam suatu peristiwa bisa sangat banyak sehingga topografi menjad ilustrasi yang sangat kompleks. Gambar 14 a Anak Menginginkan Permen yang Dijual di Toko Gambar 14 b Ayah Memberi Uang untuk Membeli Permen Gambar 14c Ayah Menolak Memberi Uang, Anak Meminjam Uang Temannya. Konflik Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni: 1. Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu. 2. Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong 3. Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu. 4. Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis. 5. Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetapjuga bu kan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan dafakta atau objek.

Konflik tipe 1: Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawanayang mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1 (Gambar-15a). Ada tiga macam konflik tipe 1: 1. Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang samasama disenanginya. 2. Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenanginya. 3. Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang disenangi dan tidak disenanginya. Konflik tipe 2: Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe 2 (Gambar 15b). Gambar 15 a Konflik Tipe 1 Gambar 15 b Konflik Tipe 2 Konflik tipe 3 Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat,sehingga konflik menjadi terbuka,ditandai sikap kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan diri yang neorotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam,konflik antar pengaruh,dan pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat. Tingkat Realita Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda. Menstuktur Lingkungan Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni: Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang. Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya. Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.

Mempertahankan Keseimbangan Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula. Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Teori lewin murni psikologis, sehingga ketika membahas perkembangan beliau tidak melibatkan diri dengan isu yang menjadi intrik pakar lain, yaitu isu keturunan dan lingkungan. Lewin tidak menolak peran keturunan dan kemasakan dalam perkembangan individu. Perkembangan bagi lewin adalah sesuatu yang kongkrit dan kontinyu, usia dan tahapan perkembangan dianggap tidak membantu memahami perkembangan psikologis. PERUBAHAN TINGKAH LAKU Menurut lewin, sejumlah perubahan tingkah laku yang penting terjadi sepanjang perkembangan. Tingkahlaku menjadi semakin terorganisir,hirarkis, realistis, dan efektif. DIFERENSIASI DAN INTEGRASI Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan. Bertambahnya diferensiasi akan menciptakan bondaris-bondaris yang baru. Kekuatan bondaris semakin meningkat bersamaan pertambahan usia. Konsep saling ketergantungan yang terorganisir ( organizational interdependence ) menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang semakin terdeferensiasi dan semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan tingkahlaku yang integrative. Subtujuan membentuk tujuan semu sementara, yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan dari pencapaian tinggi itu. REGRESI Lewin menemukan dua macam gerak mundur perkembangan; Regresi yaitu kembali ke bentuk tingkahlaku yang lebih primitive Retrogresi yaitu kembali kebentuk tingkahlaku lebih awal dalam sejarah kehidupan manusia Menurut Lewin, frustasi menjadi salah satu factor terpenting penyebab regresi. APLIKASI

ZEIGARNIK EFFECT Banyak penelitian dari Lewin dan murid-muridnya, yang semula di maksudkan untuk meneliti hipotisis dari teori itu, akhirnya di pakai untuk mengembangkan asumsi-asumsi dari teori medan. Salah satu fenomena penelitian itu, adalah penelitian yang di lakukan oleh zeigarnik. Temuan zeigernik oleh Lewin kemudian di kembangkan menjadi asumsi-asumsi berikut; Asumsi 1 : Maksud-tujuan (intention ) untuk mencapai tujuan tertentu berhubungan dengan tegangan dalam suatu system pribadi. Asumsi 2 : Ketika tujuan tercapai, tegangan ( yang meningkat lebih besar dari nol ) dari system yang terkait dengan tujuan itu menjadi reaksi (menjadi nol ). Asumsi 3 : Tegangan untuk mencapai tujuan ( yang belum tercapai ) akan memperkuat tenaga untuk beraksi menuju tujuan itu. Asumsu 3A : Kekuatan orang untuk mengingat tujuan ( yang belum tercapai ) tergantung kepada tegangan dari system tujuan itu. PSIKOLOGI SOSIAL Teori yang semula di maksudkan sebagai teori kepribadian, ternyata justru berkembang di ranah psikologi social. Sejak kematian Lewin, tidak ada kemajuan yang berarti dalam hal teori kepribadian. Pendukung setianya banyak mengembangkan rintisanya dalam penelitiannya dalam proses-proses kelompok, penelitian tentang dinamika kelompok,encounter grup, dan ketegangan antara ras. EVALUASI Sebagai teori kepribadian, teori Lewin memang tidak utuh karena tidak membahas tentang psikopatologi dan psikoterapi. Namun pemakaian konsep matematika dalam teorinya membuat berbagai fenomena psikis dapat di ringkas ke dalam peristilahan yang tepat. Kritik terhadap teori Lewin: 1. Penggambaran tipologis dan vaktorial tidak mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkahlaku. 2. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan objektif. 3. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu tingkahlaku. 4. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika. KONSEP-KONSEP KURT LEWIN Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu : 1.tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi 2.Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan 3.Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.

Ket : LP = Lingkungan Psikologis RH=Ruang Hidup Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental , masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok. Dalam makalah ini, kita akan memusatkan perhatian pada teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis. B. ISI Struktur Kepribadian Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi konsepkonsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsepkonsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya. Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi): sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P. Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi. Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguhsungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup. a.Ruang Hidup Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup. Secara matematis : TL = f( RH) Fakta fakta non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh

pribadi. b.Lingkungan Psikologis Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi. Secara matematis : P = f (LP) Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan. Secara matematis : LP = f (LP) c.Pribadi Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, ternagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel sel. Sel sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel sel periferal ;p; sel sel dalam pusat lingkaran disebut sel sel sentral,s. Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen; tidak bisa berdiri sendiri. Dinamika Kepribadian Konsep konsep dinamika pokok dari Lewin yakni kebutuhan energi psikis, tegangan , kekuatan atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan perubahan perunahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan. Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbanagan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemiasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya. Akhirnya. ,tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu darisekedar berkhayal tentang keberhasilan. Perkembangan Kepribadian Menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah : 1. Diferensiasi yaitu semakin bertambah usia, maka region region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya. Contoh : orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus) 2. Perubahan dalam variasi tingkah lakunya 3. Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks. 4.Bertambah luas arena aktivitas contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.

5.Perubahan dalam realitas. Dpat membedakan yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat ,contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak. Bagi Lewin perkembangan tingkah laku merupakan fungsi dari pribadi dan lingkungan psikologis. (Source: Just another WordPress.com weblog)