2. teori penunjang 2.1 pengertian pariwisata · 2.1 pengertian pariwisata unwto mendefinisikan...

29
9 Universitas Kristen Petra 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya (Susanto, 2015). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 3 menerangkan bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Selain itu, dalam Undang-Undang juga disebutkan bahwa pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Pariwisata berkaitan erat dengan wisatawan yang melakukan perjalanan di luar tempat tinggalnya untuk memenuhi kebutuhan sekundernya, seperti bersenang-senang, berbisnis, mengunjungi kerabat, dan lain-lain. Salah satu pembangunan Kepariwisataan Indonesia adalah destinasi pariwisata dengan kriteria pembangunan yang satu diantaranya yaitu memiliki citra yang sudah dikenal secara luas (Hanif, 2016). Menurut Yoeti (1993) pariwisata didefinisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud menikmati perjalanan tersebut untuk rekreasi atau untuk memenuhi kebutuhan beraneka ragam (Jupriyadi, 2011). Unsur utama komponen produksi pariwisata terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. Atraksi Atraksi wisata dapat diartikan segala sesuatu yang terdapat di daerah wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Sesuatu yang dapat menarik perhatian wisatawan meliputi benda-benda yang tersedia di alam (iklim/cuaca, bentuk tanah dan pemandangan, hutan dan pohon-

Upload: others

Post on 23-Nov-2020

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

9 Universitas Kristen Petra

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Pengertian Pariwisata

UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang

melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan

kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih

dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan

lainnya (Susanto, 2015).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 3 menerangkan bahwa wisata merupakan kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu

sementara. Selain itu, dalam Undang-Undang juga disebutkan bahwa pariwisata

merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan

Pemerintah Daerah. Pariwisata berkaitan erat dengan wisatawan yang melakukan

perjalanan di luar tempat tinggalnya untuk memenuhi kebutuhan sekundernya,

seperti bersenang-senang, berbisnis, mengunjungi kerabat, dan lain-lain. Salah

satu pembangunan Kepariwisataan Indonesia adalah destinasi pariwisata dengan

kriteria pembangunan yang satu diantaranya yaitu memiliki citra yang sudah

dikenal secara luas (Hanif, 2016).

Menurut Yoeti (1993) pariwisata didefinisikan sebagai suatu perjalanan

yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat

ke tempat lain dengan maksud menikmati perjalanan tersebut untuk rekreasi atau

untuk memenuhi kebutuhan beraneka ragam (Jupriyadi, 2011). Unsur utama

komponen produksi pariwisata terbagi atas tiga bagian, yaitu:

a. Atraksi

Atraksi wisata dapat diartikan segala sesuatu yang terdapat di daerah wisata

yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Sesuatu

yang dapat menarik perhatian wisatawan meliputi benda-benda yang tersedia

di alam (iklim/cuaca, bentuk tanah dan pemandangan, hutan dan pohon-

Page 2: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

10 Universitas Kristen Petra

pohon, flora dan fauna), hasil ciptaan manusia, dan tata cara hidup

masyarakat. Atraksi dibedakan menjadi dua, yaitu :

- Site attraction (tempat-tempat yang menarik, tempat dengan iklim yang

nyaman, pemandangan yang indah, dan tempat bersejarah).

- Event attraction (tempat yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya

konferensi, festival, dan lain-lain).

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas dalam pariwisata berkenaan dengan tingkat kemudahan

seseorang mencapai suatu objek wisata. Aksesibilitas sangat penting untuk

diperhatikan karena aspek tersebut bisa memberikan pengaruh yang besar bagi

wisatawan. Hal yang dapat mempengaruhi aksesibilitas adalah kondisi jalan,

jarak tempuh, jaringan transportasi. Semakin baik aksesibilitas suatu objek

wisata, maka wisatawan yang berkunjung semakin banyak jumlahnya.

Sebaliknya, apabila aksesibilitas tidak begitu baik, wisatawan akan merasakan

hambatan dalam kunjungannya ke daerah tersebut.

c. Fasilitas

Fasilitas dapat diartikan sebagai suatu sarana dan prasarana yang harus

disediakan oleh pengelola untuk kebutuhan wisatawan seperti akomodasi

(sarana kebersihan, kesehatan, keamanan, komunikasi, hotel / penginapan,

restoran), transportasi (jalan alternatif, aspal, jalan setapak), kendaraan

(angkutan umum, transportasi online, becak), dan lain-lain (gereja, tempat

parkir).

2.2 Wisata Minat Khusus (Special Interest Tourism)

World Tourism Organization (1985) mendefinisikan wisata minat khusus

sebagai wisata khusus untuk melibatkan kelompok atau individual yang ingin

mengembangkan minat dan kunjungan tertentu dan tempat-tempat yang terkait

dengan subjek tertentu. Secara umum, minat khusus wisatawan menjalankan

profesi yang sama atau memiliki hobi yang sama (Lee, 2016).

Menurut Darsiharjo (2016), wisata minat khusus merupakan kegiatan

wisata yang memiliki fokus kegiatan yang lebih spesifik, dimana pada wisata ini

menawarkan sesuatu yang lebih dari biasanya, suatu pengalaman yang baru dan

Page 3: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

11 Universitas Kristen Petra

unik. Selain itu, Darsiharjo (2016) juga mengemukakan bahwa wisata minat

khusus memiliki beberapa prinsip, yaitu :

1. Motivasi wisatawan mencari sesuatu yang baru, otentik dan mempunyai

pengalaman perjalanan wisata yang berkualitas.

2. Motivasi dan keputusan untuk melakukan perjalanan ditentukan oleh minat

tertentu atau khusus dari wisatawan dan bukan dari pihak-pihak lain.

3. Wisatawan melakukan perjalanan berwisata pada umumnya mencari

pengalaman baru yang dapat diperoleh dari objek wisata sejarah, makanan

lokal, olah raga, adat istiadat, kegiatan di lapangan dan petualangan alam.

Robinson dan Novelli (2005) membagi wisata minat khusus (special

interest tourism) ke dalam beberapa bagian seperti yang dijabarkan di bawah ini :

Tabel 2.1 Pembagian Wisata Minat Khusus

Cultural Environmental Rural Urban Others

Heritage Nature and

Wildlife

Farms / Barns Business Photographic

Tribal Ecotourism Camping Conference Small Cruise

Religious Adventure Wine /

Gastronomy

Exhibition Volunteer

Educational Alpine Sport Sport Dark

Genealogy Geotourism Festival and

Events

Gallery Youth

Coastal Arts and Crafts Art Transport

2.2.1 Wisata Budaya (Cultural Tourism)

Cultural tourism adalah jenis pariwisata di mana perjalanan dilakukan

karena adanya motivasi untuk melihat daya tarik dari seni-budaya suatu tempat

atau daerah. Objek kunjungannya adalah warisan nenek moyang dan benda-benda

kuno. Seringkali terbuka kesempatan bagi wisatawan untuk mengambil bagian

dalam suatu kegiatan kebudayaan di tempat yang dikunjunginya (Fajri, 2016).

Robinson dan Novelli (2005) membagi tipe cultural tourism sebagai

berikut :

1. Heritage Tourism

Wisata minat khusus yang memotivasi orang-orang untuk melakukan

perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu

tempat atau daerah, akan tetapi lebih mengutamakan tempat atau lokasi

yang menjadi sumber budaya tersebut.

Page 4: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

12 Universitas Kristen Petra

2. Tribal Tourism

Aktivitas wisata dimana para orang lokal sendiri yang mengoperasikan

paket wisata serta sumber budaya yang ada, menyediakan fasilitas

kepada para pengunjung dan mengontrol akses turis untuk mengarah

pada acara-acara budaya dalam kampung halaman, serta festival dan juga

acara-acara khusus pribumi.

3. Religious Tourism

Perjalanan wisata yang motivasinya untuk menyaksikan atau melihat

upacara–upacara keagamaan, seperti Ngaben.

4. Educational Tourism

Jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan

perjalanan bertujuan untuk belajar.

5. Genealogy Tourism

Kegiatan wisata yang tujuannya mengunjungi lokasi tertentu, dimana

wisatawan tersebut merasa memiliki ikatan batin (masa lalu) dengan

tempat itu.

2.2.2 Wisata Lingkungan (Environmental Tourism)

Wisata lingkungan disebut juga wisata eecotourism dimana jenis

kepariwisataan yang berbasis alam. Robinson dan Novelli (2005) membagi tipe

environmental tourism sebagai berikut :

1. Nature and Wildlife Tourism

Jenis pariwisata yang memfokuskan pada kenikmatan alam bebas. Oleh

karena itu, nature and wildlife tourism adalah suatu istilah umum bagi

jenis pariwisata yang memang menekankan pada interaksi dengan

lingkungan alam secara langsung.

2. Ekowisata (ecotourism)

Jenis kepariwisataan berbasis alam yang memberi manfaat bagi

masyarakat dan destinasi setempat baik dalam hal lingkungan alam,

budaya maupun ekonomi.

Page 5: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

13 Universitas Kristen Petra

3. Adventure Tourism

Jenis wisata yang dilakukan di alam terbuka untuk melatih ketangkasan

jasmani serta menyegarkan jiwa dengan mengambil langkah yang cukup

menantang, biasanya dipandu oleh seseorang yang lebih berpengalaman

dalam hal ini.

4. Alpine Tourism

Jenis wisata yang mengunjungi pegunungan Alpen sebagai pilihan

wisatanya.

5. Geotourism

Jenis wisata yang memfokuskan pada penampakan relief geologis

permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman khas akan

warisan lingkungan hidup dan budayanya, apresiasi dan konservasi akan

estetika serta kesejahteraan penduduk sekitar.

6. Coastal Tourism

Jenis wisata yang didasarkan pada kombinasi sumber daya yang unik

yang terdapat di perbatasan antara lingkungan darat dan laut : matahari,

air, pantai, kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) seperti

burung, paus, karang, dll, disertai dengan makanan laut dan infrastruktur

transportasi yang baik.

2.2.3 Wisata Pedesaan (Rural Tourism)

Menurut Host dan Guest (1989) rural tourism adalah merupakan

perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan,

peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak wisatawan

memikirikan alam dan kelestariannya (Kusumanegara, 2009).

Robinson dan Novelli (2005) membagi tipe rural tourism sebagai

berikut:

1. Farm/barn Tourism

Disebut juga dengan Agritourism, dimana di Indonesia dikenal dengan

istilah Agrowisata, merupakan suatu jenis wisata yang menjadikan kebun

atau peternakan sebagai lokasi wisatanya.

Page 6: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

14 Universitas Kristen Petra

2. Camping Tourism

Suatu jenis wisata dimana peminatnya dapat merasakan pengalaman

menginap di alam terbuka.

3. Wine / Gastronomy Tourism

Jenis wisata yang berfokus pada pencicipan dan pembelian wine yang

diselenggarakan di tempat pembuatan produk tersebut, bias dalam bentuk

kunjungan ke wineries, vineyard, atau festival wine tertentu.

4. Sports Tourism

Jenis wisata yang memiliki kaitan dengan kegiatan observasi atau

berpartisipasi dengan menjadi bagian dari suatu acara atau kegiatan

olahraga yang dimana lokasinya berbeda dari tempat tinggal asalnya.

5. Festival and Events Tourism

Jenis wisata dimana wisatawan dapat menikmati sebuah acara atau

festival local yang diadakan suatu daerah.

6. Arts and Crafts Tourism

Jenis wisata dimana tujuan kepergian para wisatawan adalah untuk

menikmati seni.

2.2.4 Wisata Perkotaan (Urban Tourism)

Menurut Iskandar (2017) wisata perkotaan atau urban tourism adalah

destinasi dengan multimotivasi, tidak seperti resor-resor pada umumnya.

Wisatawan datang ke suatu kota dengan berbagai tujuan seperti bisnis, berlibur,

mengunjungi keluarga dan kerabat, atau urusan pribadi lainnya.

Robinson dan Novelli (2005) membagi tipe urban tourism sebagai

berikut:

1. Business Tourism

Jenis wisata dimana seseorang datang untuk berkunjung ke suatu tempat

dengan bisnis sebagai tujuan utamanya.

2. Conference Tourism

Salah satu bagian dari MICE tourism dimana tujuan utama seorang

wisatawan datang ke suatu tempat adalah untuk mengunjungi konferensi.

Page 7: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

15 Universitas Kristen Petra

3. Exhibition Tourism

Salah satu bagian dari MICE tourism dimana tujuan utama wisatawan

datang ke suatu tempat adalah untuk mengunjungi pameran atau

pertunjukan.

4. Sports Tourism

Jenis wisata yang memiliki kaitan dengan kegiatan observasi atau

berpartisipasi dengan menjadi bagian dari suatu acara atau kegiatan

olahraga yang dimana lokasinya berbeda dari tempat tinggal asalnya.

5. Gallery Tourism

Jenis wisata dimana wisatawan bertujuan mengunjungi galeri-galeri yang

berada di lokasi wisata.

6. Art Tourism

Jenis wisata dimana tujuan kepergian para wisatawan adalah untuk

menikmati seni.

2.2.5 Lain-lain (Others)

Robinson dan Novelli (2005) membagi tipe tourism lainnya sebagai

berikut :

1. Photographic Tourism

Jenis pariwisata dimana fokus utama para wisatawannya adalah untuk

menemukan lokasi foto yang bagus.

2. Small Cruise Tourism

Jenis wisata yang mengambil lokasi di atas cruise. Wisata jenis ini

menawarkan waktu bersantai sambil menikmati hiburan serta hidangan di

atas kapal pesiar.

3. Volunteer Tourism

Jenis wisata dimana wisatawannya dapat berjalan-jalan sekaligus menjadi

relawan di berbagai pilihan wisata yang disediakan.

4. Dark Tourism

Jenis wisata dimana wisatawannya mengunjungi tempat-tempat yang erat

kaitannya dengan kematian dan juga tragedi.

Page 8: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

16 Universitas Kristen Petra

5. Youth Tourism

Jenis pariwisata dimana wisatawan yang pergi terdiri dari segerombolan /

individu yang berusia antara lima belas hingga tiga puluh tahun.

6. Transport Tourism

Jenis pariwisata dimana wisatawannya tidak hanya pergi dengan tujuan

untuk menikmati pemandangan alam, akan tetapi juga untuk menikmati

keunikan transportasi daerah yang tidak biasa dan hanya bisa didapatkan

di daerah tersebut.

2.3 Wisata Perkotaan (Urban Tourism)

Pengembangan wisata perkotaan cenderung akan menjadi pusat perhatian

pembangunan termasuk juga pembangunan sektor pariwisata. Kecenderungan

tersebut dilatarbelakangi oleh faktor sosial demografi penduduk kota jauh lebih

mudah menerima isu-isu terkini yang terkait modernisasi dan pemberdayaan

ekonomi karena memang kaum terpelajar lebih dominan berada di daerah

perkotaan. Sementara apabila dilihat dari trend pertumbuhan wilayah, ada

kecenderungan jumlah kota semakin meningkat dari masa ke masa, namun

perdesaan semakin menyempit karena arus modernisasi dan konversi pedesaan

menjadi daerah perkotaan baru (Bagus, 2015).

Menurut Iskandar (2017) wisata perkotaan atau urban tourism adalah

destinasi dengan multimotivasi, tidak seperti resor-resor pada umumnya.

Wisatawan datang ke suatu kota dengan berbagai tujuan seperti bisnis, berlibur,

mengunjungi keluarga dan kerabat, atau urusan pribadi lainnya. Seringkali,

wisatawan mengunjungi kota untuk lebih dari satu alasan. Orang yang pergi ke

suatu kota untuk berbisnis, menyempatkan diri untuk mengunjungi museum atau

galeri seni di kota yang dikunjunginya, atau dari luar negeri (wisatawan

mancanegara) mengunjungi dan berwisata di kota tertentu sebagai awal untuk

mengunjungi daerah lain di sekitarnya. Misalkan, wisatawan mengunjungi Kota

Lama di Semarang karena merupakan salah satu ciri khas dari Semarang.

Law (1996) mengemukakan bahwa perkotaan memiliki ciri yang khas

apabila dibandingkan dengan tempat wisata yang umumnya ditujukan hanya

untuk pengunjung yang berwisata. Wisata perkotaan menggunakan fasilitas

Page 9: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

17 Universitas Kristen Petra

perkotaan yang juga digunakan oleh penduduk kota sebagai daya tarik wisatanya.

Misalnya, di Kota Semarang, pusat-pusat perbelanjaan di Kota Semarang tidak

hanya digunakan oleh penduduk sebagai fasilitas belanja, tetapi juga digunakan

oleh penduduk kota sebagai daya tarik wisatanya (Iskandar, 2017).

Iskandar (2017) menyebutkan bahwa terdapat ciri-ciri pada wisata

perkotaan, antara lain :

1. Atraksi Wisata, pada kota wisata ini atraksi memang lebih mudah dijangkau

dan seringkali menjadi salah satu alasan orang untuk dapat meningkatkan

minatnya berwisata.

2. Jarak Tempuh, yang harus dilalui oleh kota wisata ini lebih mudah dibanding

dengan desa wisata karena kota wisata ini lebih memudahkan dan terutama

pada jarak tempuh tempat wisata.

3. Ketersediaan infrastruktur, kota wisata ini memiliki infrastruktur yang lebih

lengkap dan lebih memudahkan orang untuk berwisata sehingga dalam

keberlangsungannya, infrastruktur membantu wisatawan untuk mempermudah

proses wisatanya.

Adapun beberapa unsur pendukung pariwisata lebih tersedia di daerah perkotaan

apabila dibandingkan dengan di pedesaan, seperti unsur aksesibilitas, dimana

bandara, infrastruktur jalan raya, dan fasilitas publik lebih baik daripada di

pedesaan. Selain itu, apabila dilihat dari unsur atraksi atau daya tarik, hampir

sebagian besar obyek wisata terdapat di perkotaan. Lalu, apabila dilihat dari unsur

amenitas, sangat jarang seorang pebisnis atau investor ingin membangun hotel

atau restoran di daerah pedesaan.

Berikut sumberdaya yang terdapat pada kota yang dapat dikemas menjadi

daya tarik wisata, yaitu (1) Balai Kota, dimana pada tiap kota memiliki Balai Kota

yang sengaja dibangun agar mencerminkan ciri khas kota tersebut, (2) Kawasan

jalan tertentu yang biasanya memiliki mitologi seperti horor, nostalgia, dan

sebagainya yang biasanya melekat dan menjadi ciri khas tersendiri bagi setiap

kota, (3) Monumen Kota, yang memiliki pesan edukasi histori yang biasanya juga

dimiliki oleh kota-kota, (4) Kuliner juga menjadi daya tarik tersendiri yang dapat

dikemas oleh setiap kota untuk menjadi daya tarik wisata yang menarik, (5)

Universitas dirancang sebagai aset kota sehingga dapat dijadikan daya tarik wisata

Page 10: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

18 Universitas Kristen Petra

edukasi, (6) Mall atau Pasar Tradisional juga menjadi ciri khas bagi setiap kota,

(7) Alun-alun dan Taman Kota adalah ruang terbuka yang biasanya menjadi daya

tarik wisata kota dan juga melekat pada identitas sebuah kota. (8) Museum Kota

juga dimiliki oleh kota-kota yang dikelola sebagai bagian dari wujud pelestarian

terhadap benda-benda purbakala yang dianggap sebagai warisan budaya. (9) Pasar

Malam juga menjadi ciri khas sebuah kota, dan apabila dapat dikelola secara

profesional akan dapat menjadi daya tarik wisata kota (Bagus, 2015).

Ketika kota dianggap sebagai setting dimana pariwisata berkembang,

maka hal ini yang membedakan dengan pariwisata lainnya seperti pariwisata yang

berbasis resor, pantai, dan lainnya. Di kota-kota, pariwisata hanyalah satu fungsi

di antara banyak, dengan berbagi dan / atau bersaing dengan penduduk lainnya

dalam hal layanan, fasilitas. Adapun daya tarik kota terletak pada suasana

perkotaanya seperti kekayaan atraksi sejarah dan budaya, bangunan yang menarik,

tempat perbelanjaan dan restoran, dan lain-lain. Pender dan Sharpley (2005)

berpendapat bahwa semakin banyak kejadian pariwisata perkotaan maka hal

tersebut akan berdampak positif bagi suatu kota baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang, seperti event olimpiade di Barcelona dimana pengunjung

yang hadir mencapai dua kali lipat. Atas dasar hal tersebut, maka terdapat dua

tantangan yang harus dihadapi dalam pengelolaan wisata perkotaan. Pertama,

keterkaitan antara pariwisata dengan potensi wisata perkotaan, maksudnya adalah

terdapat banyak keragaman bentuk pariwisata yang bisa dikembangkan, maka hal

tersebut juga harus sejalan dengan pengembangan potensi kota tersebut agar bisa

optimal. Kedua, hubungan antara permintaan dan penawaran wisata perkotaan

bisa dikatakan tidak memiliki perbedaan signifikan dalam beberapa tahun

terakhir, hal ini dikarenakan kota-kota mulai kehilangan kekhasannya, dan apabila

tidak diperhatikan dengan baik maka akan berdampak negatif pada kota tersebut

terutama di bidang perekonomian.

2.4 Destinasi Wisata

Suatu destinasi wisata harus memiliki modal kepariwisataan. Modal

tersebut harus mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata,

karena atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan

Page 11: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

19 Universitas Kristen Petra

wisata (Soekadijo, 2000). Soekadijo (2000) menyatakan bahwa terdapat modal

atraksi yang menarik kedatangan wisatawan. Adapun atraksi dibagi menjadi tiga

yaitu :

1. Potensi alam, yang dimaksud dengan alam adalah alam fisik, flora dan

faunanya.

2. Kebudayaan, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah kebudayaan yang

tidak hanya meliputi “kebudayaan tinggi” seperti kesenian atau peri kehidupan

keratin akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup

di masyarakat.

3. Potensi manusia, yang dimaksud dengan potensi manusia adalah adanya tokoh-

tokoh dan seniman-seniman yang dimanfaatkan untuk potensi wisata di suatu

destinasi.

Menurut Cooper et al (1995) mengemukakan bahwa terdapat empat

komponen yang harus dimiliki oleh suatu destinasi (Setiawan, 2015), yaitu :

1. Attraction

Merupakan komponen yang signifikan dalam menarik wisatawan. Suatu daerah

dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan

menjadi sebuah atraksi wisata. Apa yang dikembangkan menjadi atraksi wisata

itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan. Untuk menemukan

potensi kepariwisataan di suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa

yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan

wisatawan itu ada tiga, yaitu (1) Natural Resources (2) Atraksi wisata budaya,

dan (3) Atraksi buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwisataan itu dapat

dikembangkan menjadi atraksi wisata ditempat dimana modal tersebut

ditemukan. Ada modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga

dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati,

atau bahkan pada kesempatan lain wisatawan bisa berkunjung ketempat yang

sama. Keberadaan atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk

mengunjungi suatu destinasi.

2. Amenities

Merupakan segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh

wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang

Page 12: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

20 Universitas Kristen Petra

dimaksud seperti: penginapan, rumah makan, transportasi dan agen perjalanan.

Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-sarana

pariwisata ialah jalan raya, persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan

sampah, bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-lain. Suatu tempat atau daerah

dapat berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik.

Ada hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan

syarat untuk sarana, dan sebaliknya sarana dapat menyebabkan perbaikan

prasarana.

3. Accessibility

Merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pariwisata. Segala macam

transportasi ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata.

Di sisi lain akses ini identik dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk

bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak

tersedia aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka

tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di

daerah tersebut. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus

disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat

dikunjungi.

4. Ancilliary Service

Pelayanan tambahan harus disediakan oleh pemerintah dari suatu destinasi,

baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang

disediakan termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air

minum, listrik, telepon, dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam

aktivitas dan dengan segala peraturan perundang-undangan baik di jalan raya

maupun di objek wisata. Ancilliary juga merupakan hal–hal yang mendukung

sebuah kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, tourist information, travel

agent dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.

Selanjutnya, Beerli dan Martin (2004) mengungkapkan bahwa suatu

destinasi perlu adanya pemilihan atribut agar dapat menciptakan citra yang baik.

Adapun atribut destinasi adalah sebagai berikut :

Page 13: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

21 Universitas Kristen Petra

1. Natural Resources

Merupakan sumber daya alam yang memanfaatkan keadaan cuaca dan

keindahan alam. Biasanya berupa pegunungan, laut, pantai, lembah, dan lain-

lain.

2. General Infrastructure

Merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan

fasilitas publik lainnya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia.

3. Tourist Infrastructure

Merupakan infrastruktur yang sengaja dibangun untuk mendukung keperluan

pariwisata seperti hotel, restoran, bar, dan pusat informasi pariwisata.

4. Tourist Leisure and Recreation

Merupakan tempat atau kegiatan yang sengaja dibuat untuk keperluan hiburan

seperti theme park, casino, dan mall.

5. Culture, History, and Art

Merupakan kebudayaan, sejarah, dan kesenian yang ada di suatu destinasi.

6. Political and Economic Factors

Merupakan faktor politik dan ekonomi yang terdapat di suatu destinasi yang

berupa kestabilan politik dan perkembangan ekonomi serta tingkat keamanan

yang ada pada destinasi tersebut.

7. Natural Environment

Merupakan kondisi lingkungan alami yang terdapat pada suatu destinasi,

seperti keindahan pemandangan, kebersihan, keramaian, dan polusi udara.

8. Social Environment

Merupakan kondisi sosial yang terdapat di suatu destinasi seperti keramahan

dari penduduk lokal dan kualitas kehidupan destinasi tersebut.

9. Atmosphere of the Place

Merupakan atmosfir yang dirasakan para wisatawan di destinasi yang

dikunjungi seperti atmosfir kemewahan, eksotis, dan atraktif serta

menyenangkan.

Page 14: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

22 Universitas Kristen Petra

2.5 Citra Destinasi (Destination Image)

Citra destinasi atau destination image adalah salah satu faktor penting

yang dapat mempengaruhi wisatawan dalam memilih destinasi. Definisi dari citra

destinasi berfokus pada persepsi seseorang terhadap sebuah daerah (Chiu, 2016).

Selain itu, citra destinasi yang baik, juga akan memberikan dampak positif yang

berdampak pada kepuasan dan loyalitas wisatawan (Coban, 2012). Menurut

Kotler dan Keller (2009), citra destinasi adalah sejumlah keyakinan, ide, dan

kesan yang dipegang oleh seseorang tentang sebuah objek. Sedangkan citra yang

terdapat pada suatu destinasi wisata dikenal dengan istilah destination image

(Priyanto et. al, 2015).

Istilah citra destinasi dapat didefinisikan sebagai representasi kognitif

dari tempat yang dapat dirasakan atau dinilai oleh calon pengunjung. Citra

destinasi tidak hanya sebuah foto, melainkan merupakan sebuah kesan, persepsi,

pemahaman, kepercayaan, dan pemikiran emosional (Yeh, 2012). Citra destinasi

yang positif secara tidak langsung akan berdampak pada kepuasan wisatawan, dan

hal itu merupakan dasar bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan berikutnya.

Apabila tiap destinasi menyediakan akomodasi dan aksesibilitas yang memadai

bagi wisatawan, maka juga akan memberikan kesempatan kerja dan meningkatkan

perekonomian daerah tersebut (Coban, 2012).

Menurut Echtner dan Ritchie (2003), “Destination image is frequently

described as simply "impressions of a place" or "perceptions of an area". From

the definitions, there is no concrete indication of whether the researchers are

considering the attribute-based or the holistic components of image, or both.”

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa citra destinasi secara sederhana mengacu

pada impresi terhadap suatu tempat atau persepsi seseorang terhadap suatu arena

tertentu. Atas dasar ini, maka tidak ada komponen yang bersifat baku guna

mengukur citra destinasi suatu tempat atau suatu kota.

Selanjutnya, Pike (2004, p.92) menyatakan bahwa “an understanding of

the images held of the destination by consumers is important, to determine

whether there is congruence between the desired brand image and that which

resides in the minds of consumers.” Pendapat ini menjelaskan bahwa memenuhi

persepsi masyarakat terhadap sesuatu menjadi sangat penting karena bisa

Page 15: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

23 Universitas Kristen Petra

digunakan sebagai evaluasi untuk mengidentifikasikan ketepatan image yang

diinginkan seseorang dengan kenyataannya.

Dari beberapa penjabaran di atas, terdapat persamaan yang dapat

disimpulkan bahwa citra destinasi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

persepsi wisatawan yang melakukan kunjungan, baik untuk berlibur maupun

bisnis. Dari persepsi tersebut, wisatawan akan memberikan penilaian secara tidak

langsung tentang apa yang dirasakan dan dialami baik dari suasana, pelayanan,

kenyamanan di destinasi yang dikunjungi. Penilaian yang baik, maka akan

memberikan citra positif terhadap destinasi tersebut. Sebaliknya, penilaian tidak

baik, maka akan cenderung memberikan citra negatif terhadap destinasi tersebut.

2.5.1 Dimensi Citra Destinasi

Menurut Echtner dan Ritchie (2003), “images of destinations can range

from those based on 'common' functional and psychological traits to those based

on more 'unique' features, events, feelings or auras. In other words, on one

extreme of the continuum, the image of a destination can be composed of the

impressions of a core group of traits on which all destinations are commonly

rated and compared.” Dapat dijelaskan bahwa citra destinasi meliputi beberapa

hal dari yang bersifat umum sampai pada hal yang sifatnya menyangkut

psikologis yang mendasar pada keunikan, features, event, perasaan, atau aura.

Secara umum, komponen citra destinasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Ilustrasi Komponen Citra Destinasi

Sumber : Echtner dan Brent Ritchie (2003, p.5)

Functional

Characteristic

- Cool Climate

- Low Prices

- Poor Roads

- Poor Nightlife

- Mental picture of

physical characteristic

(mountainous villages)

- Friendly people

- Generally safe

- General feeling

or atmosphere

Holistic

(Imagery) Attributes

Psychological

Characteristic

Page 16: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

24 Universitas Kristen Petra

Gambar di atas menjelaskan bahwa terdapat empat komponen dari citra

destinasi, dilihat dari fungsional sampai pada psikologis, dan dari atribut sampai

pada nilai-nilai holistik. Setiap kuadran dari empat komponen citra destinasi atas

manajemen suatu kondisi tertentu. Echtner dan Ritchie (2003), menjelaskan empat

komponen utama citra destinasi, yaitu :

a. Karakter Fungsional – Atribut

Nilai atribut yang menekankan pada fungsi karakternya, seperti pemandangan

alam, biaya, kondisi obyek wisata, kondisi infrastruktur, kondisi bangunan,

kondisi pantai, kondisi akomodasi dan penginapan, event-event, dan kondisi

informasi pariwisata.

b. Karakter Fungsional – Holistik

Fungsi dari karakter yang mengarah pada perasaan abstrak, seperti kondisi

kepadatan perumahan, dan kondisi akses menuju obyek wisata.

c. Karakter Psikologi – Atribut

Nilai atribut (fisik) yang menyangkut pada karakter sentuhan dan perasaan,

seperti kualitas layanan, reputasi kota, kuliner, dan kondisi lingkungan.

d. Karakter Psikologi – Holistik

Perasaan yang abstrak yang berhubungan dengan karakter sentuhan dan

perasaa, seperti kondisi perkembangan bisnis, stabilitas politik, dan perbedaan

budaya.

Coban (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa citra destinasi

terdiri dari dua elemen yaitu hasil penilaian rasional atau citra kognitif (cognitive

image) dan penilaian emosional atau citra afektif (affective image) dari destinasi

itu sendiri. Cognitive image menjelaskan mengenai hasil evaluasi dari wisatawan

yang tinggal atau berkunjung ke daerah tersebut dan acara-acara yang

diselenggarakan oleh pemerintah setempat. Sedangkan untuk affective image,

lebih mengacu pada emosional seseorang yang menggambarkan tentang apa yang

dirasakan saat berada di destinasi tersebut. Perasaan emosional, kepercayaan, dan

pemikiran yang dimiliki oleh seseorang tentang destinasi tersebut bisa dikatakan

dapat terkait dengan cognitive image, melalui hasil evaluasi tersebut, sehingga

dapat menggambarkan secara umum tentang destinasi tersebut (Beerli dan Martin,

2004).

Page 17: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

25 Universitas Kristen Petra

Beerli dan Martin (2004) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi citra destinasi, yaitu :

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Destinasi

Sumber : Beerli, A. dan Martin, J. (2004)

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi citra destinasi, yaitu Information Sources (sumber informasi) dan

Personal Factors (faktor pribadi).

1. Information Sources (sumber informasi)

Sumber informasi merupakan faktor yang paling mempengaruhi

pembentukan persepsi dan evaluasi. Wisatawan mengacu pada jumlah dan

beragam informasi yang diperoleh mengenai suatu destinasi. Terdapat berbagai

macam sumber informasi yaitu (1) Overt Induced, dapat ditemukan dalam

iklan di media massa, dan institusi terkait dengan destinasi seperti agen tour,

(2) Covert Induced, menggunakan selebriti dalam kegiatan promosi destinasi

tersebut, (3) Autonomous, dapat ditemukan dalam media massa penyiaran

berita, film, program televisi, (4) Organic, melibatkan orang-orang seperti

teman atau kerabat dalam memberikan informasi tentang destinasi, berdasarkan

pada pengalaman pribadinya, (5) Visit To The Destination, berdasarkan pada

kunjungan ke destinasi. Citra yang terbentuk oleh sumber informasi organic,

induced, dan autonomous pada dasarnya terbentuk sebelum mengunjungi

DESTINATION IMAGE

Personal Factors

Motivations

Vacation Experience

Socio-demographic

Characteristics

Cognitive

Image

Affective

Image

Overall

Image

Information Sources

Secondary :

Induced, Organic,

Autonomous

Primary :

Previous Experience,

Intensity of Visit

Page 18: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

26 Universitas Kristen Petra

destinasi, oleh karena itu disebut secondary sources. Sebaliknya, primary

sources terbentuk apabila sudah mengunjungi destinasi yang dimaksud.

Sumber informasi yang didapatkan oleh wisatawan memiliki pengaruh

terhadap cognitive image. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa

cognitive image merupakan hasil evaluasi dari wisatawan yang pernah

berkunjung pada suatu daerah, dan akan mempengaruhi persepsi wisatawan

(Coban, 2012).

2. Personal Factors

Personal factors atau faktor pribadi mengacu pada faktor-faktor internal

seperti sosio-demografis individu (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan

lain-lain), serta yang bersifat psikologis seperti motivasi, nilai, kepribadian,

gaya hidup, dan lain-lain. Faktor-faktor pribadi inilah yang mempengaruhi

persepsi kognitif seseorang sehingga juga dapat mempengaruhi persepsi

lingkungan dan citra yang dihasilkan.

Motivasi juga dapat mempengaruhi proses pembentukan citra dan pilihan

destinasi, dan memberi pengaruh langsung pada komponen afektif, dimana

citra afektif mengacu pada perasaan yang ditimbulkan oleh suatu tempat dan

orang-orang dengan motif yang berbeda dapat menilai destinasi dengan cara

yang serupa jika persepsinya memenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya, citra

afektif adalah nilai yang dilekatkan pada tujuan berdasarkan motivasi, baik

secara langsung maupun tidak langsung, yang berdampak pada keseluruhan

citra tersebut. Pengalaman juga mempengaruhi citra destinasi, hal ini

dikarenakan adanya hubungan antara informasi yang diperoleh saat ini

dikaitkan dengan pengalaman masa lalu, dimana pengaruh pengalaman

seseorang cenderung lebih kuat jika dibandingkan dengan informasi yang

diperoleh. Selain itu, faktor sosio-demografis individu (usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan lainnya) juga dapat mempengaruhi citra suatu

destinasi. Hal ini dikarenakan tiap individu memiliki cara pandang yang

berbeda sehingga menimbulkan citra yang berbeda pula.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis mengadopsi indikator citra

destinasi dari Beerli dan Martin (2004) yaitu natural resources, general

infrastructure, tourist infrastructure, tourist leisure and recreation, cultural,

Page 19: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

27 Universitas Kristen Petra

history, and art, political and economics factors, natural environment, social

environment, dan atmosphere of the place. Namun, indikator tersebut akan

dikembangkan menjadi 17 indikator sesuai dengan jurnal penelitian Beerli dan

Martin (2004).

2.6 Kepuasan Wisatawan (Tourist Satisfaction)

Menurut Kotler dan Keller (2009, p.164), konsep kepuasan secara umum

didefinisikan sebagai perasaan konsumen yang puas atau kecewa yang dihasilkan

dari membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) dengan

ekspektasi konsumen. Apabila kinerja gagal memenuhi ekspektasi, maka

konsumen tidak akan puas. Hal sebaliknya akan terjadi, apabila kinerja sesuai

dengan ekspektasi, maka konsumen akan puas. Definisi lain tentang kepuasan

konsumen adalah penilaian konsumen atas produk ataupun layanan dalam hal

menilai produk atau layanan tersebut telah memenuhi kebutuhan dan ekspektasi

konsumen. Kepuasan konsumen merupakan strategi utama, karena konsumen

yang puas akan merekomendasikan (word of mouth) dan mampu menarik

konsumen baru (Zeithaml, 2009, p.104).

Wang (2017) mengembangkan sebuah teori untuk menguji kepuasan

konsumen, yang gagasan utamanya didasarkan pada harapan dan konfirmasi

konsumen. Hal ini digunakan untuk mempelajari kepuasan konsumen berdasarkan

kualitas layanan atau produk yang diberikan oleh suatu perusahaan. Teori ini

mencakup dua faktor yang secara independen mempengaruhi kepuasan konsumen,

yaitu ekspektasi layanan sebelum membeli dan menilai kualitas layanan setelah

digunakan. Pertama-tama, konsumen membangun harapan layanan, yang

didasarkan pada manfaat yang diharapkan layanan konsumsi. Sebenarnya layanan

tersebut kemudian memberi kontribusi pada kepercayaan konsumen terkait

dengan kinerja sebenarnya. Akhirnya, kepuasan pelanggan adalah hasil

perbandingan antara apa yang diharapkan pelanggan dan apa yang sebenarnya

didapatkan.

Dalam konteks pariwisata, kepuasan konsumen disebut juga kepuasan

wisatawan. Kepuasan wisatawan atau tourist satisfaction dapat dianggap sebagai

evaluasi pasca kunjungan ke sebuah destinasi. Hunt (1983) mengemukakan bahwa

Page 20: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

28 Universitas Kristen Petra

kepuasan bukan hanya tentang kesenangan pengalaman perjalanan tetapi juga

evaluasi membuat pengalaman itu setidaknya sebaik yang seharusnya. Artinya,

kepuasan ditimbulkan saat konsumen membandingkan ekspektasi awal dengan

persepsi. Begitu dirasakan pengalaman lebih besar dari harapan, konsumen puas

(Chiu, 2016).

Kepuasan wisatawan merupakan ukuran keseluruhan dari pendapat

wisatawan pada setiap kualitas destinasi. Ukuran tersebut dapat dipertimbangkan

sebagai nilai mengenai kualitas hasil dari destinasi pariwisata, misalnya perlakuan

dan pelayanan yang dirasakan wisatawan terhadap destinasi pariwisata, tetapi

tidak hanya hasil pada akhir pengalamannya (Coban, 2012). Coban (2012) juga

mengungkapkan bahwa terdapat perbandingan antara kinerja dan harapan.

Apabila kinerja yang dirasakan lebih tinggi dari ekspetasi, maka pelanggan

merasa senang. Sebaliknya, apabila kinerja yang dirasakan lebih rendah dari

ekspetasi, maka hal tersebut akan dianggap sebagai ketidakpuasan terhadap

pengalaman pelanggan.

Di sektor pariwisata, kepuasan wisatawan memainkan peran penting

sebagai alat pemasaran untuk menarik konsumen dan juga membuat rencana

tentang produk dan layanan apa yang disediakan di pasar pariwisata. Tingkat

kepuasan wisatawan dievaluasi oleh perbedaan antara pengalaman wisatawan di

masa lalu dan kondisi saat ini, serta perbandingan antara tujuan perjalanan saat ini

dengan destinasi alternatif atau tempat lain yang dikunjungi di masa lalu (Wang,

2017).

2.6.1 Pengukuran Kepuasan Wisatawan

Yuksel (2010) mengukur kepuasan wisatawan dengan tiga indikator,

yaitu:

1. Berkaitan dengan senang atau tidaknya wisatawan terhadap keputusannya

untuk berkunjung ke destinasi.

2. Kepercayaan bahwa memilih destinasi terkait merupakan hal yang benar.

3. Tingkat kepuasan secara keseluruhan selama berwisata ke destinasi pariwisata.

Berbeda dengan Yuksel, Coban (2012) mengemukakan bahwa kepuasan

wisatawan diukur sebagai jumlah opini wisatawan pada masing-masing kualitas

Page 21: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

29 Universitas Kristen Petra

destinasi. Jenis pengukuran ini dapat dijadikan sebagai penilaian tentang kualitas

destinasi seperti bagaimana cara memperlakukan wisatawan baik dari segi kualitas

layanan seperti aksesibilitas dan akomodasi, serta bagaimana cara mengajak

wisatawan untuk ikut berpartisipasi dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh

pemerintah setempat, dan jenis pengukuran ini juga dapat dijadikan sebagai acuan

untuk mengembangkan sebuah destinasi guna mencapai keunggulan kompetitif.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis mengadopsi pengukuran

kepuasan wisatawan dari Yuksel (2010) yaitu berkaitan dengan senang atau

tidaknya wisatawan terhadap keputusannya untuk berkunjung ke destinasi,

kepercayaan bahwa memilih destinasi terkait merupakan hal yang benar, dan

tingkat kepuasan secara keseluruhan selama berwisata ke destinasi pariwisata.

2.7 Loyalitas Wisatawan (Tourist Loyalty)

Oliver (1999) menyatakan loyalitas adalah sebuah komitmen yang sangat

kuat untuk membeli ulang atau berlangganan produk / layanan yang disukai secara

konsisten di masa depan, sehingga menyebabkan pembelian merek yang sama,

terlepas dari percobaan dan upaya pemasaran yang memiliki potensi yang

menyebabkan perilaku beralih. Saren dan Tzokas (1998) mengemukakan bahwa

point utama berfokus pada mengidentifikasi pembelian ulang sebagai bukti

adanya hubungan yang kuat antara pihak penyedia produk atau jasa dengan

konsumen (Campon et al, 2013).

Loyalitas konsumen adalah salah satu aspek yang diimpikan oleh setiap

perusahaan. Terdapat hubungan yang positif antara loyalitas dengan profitabilitas.

Peningkatan profit yang berasal dari loyalitas dapat terlihat dari penurunan biaya

pemasaran, peningkatan penjualan. Pelanggan yang loyal cenderung akan

melakukan pembelian ulang dan membeli dalam jumlah banyak apabila dibanding

dengan pembeli yang non-loyal. Pelanggan yang loyal juga akan membantu

promosi secara tidak langsung melalui word of mouth, dan hal ini sangat efektif

bagi suatu perusahaan (Bowen, 2001).

Loyalitas konsumen di bidang pariwisata yang dimaksud adalah loyalitas

wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Loyalitas wisatawan atau tourist

loyalty adalah komitmen yang sangat kuat untuk melakukan pembelian kembali

Page 22: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

30 Universitas Kristen Petra

produk / layanan secara konsisten di masa yang akan datang. Loyalitas wisatawan

merupakan salah satu aspek penting bagi marketers dari suatu destinasi, karena

lebih diminati dan lebih murah untuk mempertahankan wisatawan yang ada

daripada mencari wisatawan baru (Chiu, 2016). Wisatawan dengan tingkat

loyalitas yang tinggi merupakan aset terpenting bagi segmen pasar pada suatu

destinasi. Hal ini dikarenakan pada umumnya wisatawan akan tinggal lebih lama

apabila dibandingkan dengan wisatawan yang datang pertama kali, dan cenderung

akan menyebarkan informasi positif dari mulut ke mulut (WOM) kepada keluarga,

dan rekan-rekan. Hal ini akan menguntungkan bagi marketers karena dapat

mengurangi biaya pemasaran dibandingkan dengan menarik minat pengunjung

untuk yang pertama kali (Chiu, 2016).

Loyalitas bisa diartikan sebagai jaminan di masa yang akan datang untuk

membeli suatu produk atau jasa. Loyalitas dapat dilakukan dengan mengamati

perilaku pembelian langsung dan frekuensi pembelian atau dengan memusatkan

perhatian pada angka penjualan produk atau layanan serta mengukur sikap untuk

membelinya sekali lagi secara tidak langsung (Lobato et al, 2006). Terkait studi

loyalitas di bidang pariwisata, terdapat beberapa indikator untuk mengukur

loyalitas wisatawan. Pertama, loyalitas bisa diukur dengan mengamati perilaku

saat melakukan pembelian ulang. Kedua, hal itu dapat diukur dengan

menganalisis kecenderungan perilaku wisatawan terhadap tujuan wisata. Dengan

demikian, sebuah pengukuran loyalitas mencakup kombinasi antara sikap dan

perilaku wisatawan terhadap suatu tujuan (Lobato et al, 2006).

2.7.1 Pengukuran Loyalitas Wisatawan

Bowen (2001) menyatakan ada tiga pendekatan yang digunakan untuk

mengukur loyalitas wisatawan secara umum, yaitu :

1. Behavioral Measurements, pengukuran dengan cara dilihat dari adanya

konsisten untuk melakukan pembelian ulang.

2. Attitudinal Measurements, pengukuran yang berkaitan dengan perilaku

pembelian ulang oleh konsumen.

Page 23: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

31 Universitas Kristen Petra

3. Composite Measurement, pengukuran yang mengkombinasi dua pengukuran

tersebut dilihat dari perilaku sekunder konsumen seperti frekuensi pembelian,

jumlah pembelian, dan merekomendasikan ke orang lain.

Selain itu, Artuger et al (2013) mengemukakan terdapat dua faktor

penentu untuk mengukur loyalitas wisatawan. Pertama, Intention to revisit the

destination, maksudnya adalah wisatawan menunjukkan loyalitasnya dengan

mengunjungi kembali destinasi pariwisata terkait di masa mendatang. Kedua, Say

positive things about the destination and recommendations to others, maksudnya

bahwa wisatawan menunjukkan loyalitasnya dengan mengatakan hal-hal yang

positif mengenai destinasi pariwisata kemudian merekomendasikan destinasi

pariwisata tersebut ke orang lain (Hanif, 2016).

Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis mengadopsi pengukuran

loyalitas wisatawan dari Artuger et al (2013) yaitu Intention to revisit the

destination dan Say positive things about the destination and recommendations to

others.

2.8 Hubungan Antar Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh citra destinasi dari

cognitive image dan affective image dari Kota Semarang terhadap kepuasan dan

loyalitas wisatawan saat berkunjung ke Kota Semarang. Pada bagian ini, penulis

memaparkan hubungan antar konsep yang diteliti di atas berdasarkan pada

penelitian terdahulu yang dijabarkan pada tabel 2.3.

Dari kajian literatur yang dilakukan, penulis mengelompokkan kesepuluh

penelitian terdahulu ke dalam tiga fokus utama. Pertama, penelitian-penelitian

yang fokus utamanya adalah pada pengaruh atribut-atribut destinasi wisata

terhadap kepuasan wisatawan (Lee, 2015). Kedua, penelitian-penelitian mengenai

citra destinasi yang digali secara lebih spesifik yaitu pada aspek kognitif dan

afektif dan pengaruhnya terhadap kepuasan serta loyalitas wisatawan. Adapun

penelitinya antara lain adalah Artuger (2013), Chiu (2016), Hanif (2016), Coban

(2012), Yuksel (2010), dan Zhang (2014). Ketiga, penelitian yang fokusnya

adalah pada kepuasan wisatawan dan intensi perilaku di masa yang akan datang

(Prayag 2009).

Page 24: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

32 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Penulis / Tahun Tujuan Penelitian Pendekatan & Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1

Tourist satisfaction

with factory tour

experience

Cheng-Fei Lee /

2015

Untuk mengidentifikasi atribut

destinasi secara spesifik dan

pengaruhnya terhadap kepuasan

wisatawan dan niat untuk

merekomendasikan dan

berpartisipasi kembali dalam

kegiatan tur.

Survei dan kuesioner

yang dilakukan selama

3x setiap weekend di

tanggal 9-10, 16-17,

dan 23-24 Agustus

2014 di Taiwan

1. Suatu destinasi harus memiliki

atribut-atribut yang memadai agar

tercipta kepuasan wisatawan.

2. Perlu adanya perbaikan dan

penambahan fasilitas umum seperti

shuttle service dan parking space.

3. Faktor utama yang harus

diperhatikan adalah tingkat

keamanan bagi wisatawan yang

sangat dibutuhkan oleh wisatawan.

2

The Effect of

Destination Image on

Destination Loyalty:

An Application In

Alanya

Savaş Artuğer,

Burçin Cevdet

Çetinsöz,

İbrahim Kılıç /

2013

Untuk membuktikan dampak dari

citra destinasi di Alanya.

Kuesioner yang

dibagikan 420

responden, tetapi yang

valid hanya 393

kuesioner.

Cognitive image memiliki pengaruh

lebih besar jika dibandingkan dengan

affective image.

3

The influence of

destination image

and tourist

satisfaction on

tourist loyalty:

a case study of

Chinese tourists in

Korea

Weisheng Chiu,

Shiheng Zeng,

Philip Shao-

Tung Cheng /

2016

Untuk mengeksplor cita kognitif

dan afektif dan menguji adanya

pengaruh destinasi terhadap

kepuasan dan loyalitas wisatawan

di Korea

Menggunakan sampling

method. Memakai

kuesioner yang

dibagikan pada 311

responden.

Hasil menunjukkan bahwa kunci

utama dalam penentuan citra sebuah

destinasi adalah terletak pada kepuasan

wisatawan. Wisatawan yang puas,

mereka akan melakukan kunjungan

ulang dan merekomendasikan ke

kerabatnya.

32

Un

ivers

itas K

riste

n P

etra

Page 25: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

33 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu (sambungan)

No. Judul Penelitian Penulis / Tahun Tujuan Penelitian Pendekatan &

Metode Penelitian Hasil Penelitian

4

Pengaruh Citra

Destinasi Terhadap

Kepuasan Wisatawan

Serta Dampaknya

Terhadap Loyalitas

Wisatawan

Asya Hanif,

Andriani

Kusumawati, M.

Kholid Mawardi /

2016

Menjelaskan pengaruh variabel

citra destinasi terhadap variabel

kepuasan wisatawan, pengaruh

dari variabel citra destinasi

terhadap variabel loyalitas

wisatawan, dan pengaruh dari

variabel kepuasan wisatawan

terhadap variabel loyalitas

wisatawan di Kota Batu.

Penelitian dilakukan

terhadap 113

responden di Kota

Batu.

Hasil penelitian menunjukkan adanya

pengaruh citra destinasi terhadap

loyalitas wisatawan melalui kepuasan

wisatawan. Salah satu hal yang

menjadi faktor penentu adanya

pengaruh adalah banyaknya jumlah

daya tarik wisata, sehingga wisatawan

memiliki minat untuk melakukan

kunjungan kembali.

5

The Effects of the

Image of Destination

on Tourist

Satisfaction and

Loyalty: The Case of

Cappadocia

Suzan Coban /

2012

Untuk mengetahui pengaruh citra

destinasi terhadap kepuasan dan

loyalitas wisatawan

Melakukan survey &

membagikan kuesioner

kepada 170 responden

terhadap wisatawan

yang berkunjung ke

Cappadocia pada

tanggal 1-20 Juni.

Menunjukkan bahwa citra destinasi

sangat bergantung pada kualitas

layanan yang diberikan pada

wisatawan seperti sarana transportasi,

akomodasi, dan banyaknya tempat

wisata, baru wisatawan akan merasa

puas, dan melakukan kunjungan

kembali. Yang ditekankan dalam

penelitian ini mengenai kualitas

layanan yang diberikan.

6

Destination image

and tourist loyalty: A

meta-analysis

Hongmei Zhang,

Xiaoxiao Fu,

Liping A. Cai,

Lin Lu / 2014

Mengetahui pengaruh antara citra

destinasi dan loyalitas wisatawan

memakai meta analisis.

Kuesioner kepada 117

responden di China.

- Citra yang positif dapat membantu

mempertahankan loyalitas wisatawan

- Loyalitas dipengaruhi oleh persepsi

wisatawan terhadap destinasi

tersebut

Un

ivers

itas K

riste

n P

etra

33

Page 26: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

34 Universitas Kristen Petra

Tabel 2.3 Tabel Penelitian Terdahulu (sambungan)

No. Judul Penelitian Penulis / Tahun Tujuan Penelitian Pendekatan &

Metode Penelitian Hasil Penelitian

7

Destination

attachment: Effects

on customer

satisfaction and

cognitive,

affective and

conative loyalty

Atila Yuksel,

Fisun Yuksel,

Yasin Bilim /

2010

Mengetahui pengaruh kepuasan

wisatawan saat berlibur dan

loyalitas destinasi (dilihat dari

cognitive image dan affective

image)

Kuesioner kepada 246

responden di Turki.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa

kepuasan wisatawan terletak pada

kualitas produk dan layanan yang

diberikan. Kualitas produk dan layanan

yang dimaksud di pariwisata adalah

akomodasi, transportasi. Kemudahan

dalam segi aksesbilitas sangat

diprioritaskan, karena akan

meningkatkan kepuasan wisatawan,

dan berdampak pada tingkat loyalitas.

8

Tourists’ Evaluations

Of Destination

Image, Satisfaction,

And Future

Behavioral

Intentions—The Case

Of Mauritius

Girish Prayag /

2009

Untuk mengetahui pengaruh

antara destination image,

satisfaction, dan future behavioral

intention.

Membagikan

kuesioner kepada 705

responden di

Mauritius. Penelitian

menggunakan metode

SEM.

Destination image yang terbagi dalam

dua elemen yaitu cognitive image dan

affective image. Cognitive image

merupakan hasil evaluasi yang positif

dari wisatawan atas kunjungan pada

suatu destinasi. Sedangkan, affective

image merupakan kesan yang timbul

secara emosional. Hasil evaluasi

tersebut akan berdampak terhadap

emosional pada tiap pengunjung. Jika

pengalaman lebih besar dari

ekspektasi, maka wisatawan puas.

Tingkat kepuasan yang tinggi akan

cenderung meningkatkan loyalitas.

34

Un

ivers

itas K

riste

n P

etra

Page 27: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

35 Universitas Kristen Petra

2.8.1 Hubungan Cognitive Image dengan Affective Image

Cognitive image mengacu pada pengetahuan dan pemahaman wisatawan

atas atribut destinasi, sedangkan affective image berhubungan dengan perasaan

wisatawan terhadap sebuah destinasi. Gambaran secara keseluruhan terhadap

suatu destinasi terbentuk dari hasil interaksi antara cognitive dan affective (Zhang,

2014). Penelitian yang dilakukan Prayag (2009) menemukan bahwa affective

image akan terbentuk setelah wisatawan melakukan kunjungan ke destinasi yang

diinginkan kemudian mengevaluasi informasi-informasi yang telah diperoleh

(cognitive image). Perpaduan antara kedua tahap tersebut akan mengakibatkan

citra destinasi pada tiap wisatawan. Dari hasil dua penelitian terdahulu tersebut,

penulis merumuskan hipotesis pertama sebagai berikut :

H1 : Cognitive image berpengaruh terhadap affective image.

2.8.2 Hubungan Cognitive Image dengan Kepuasan Wisatawan

Menurut Beerli dan Martin (2004), cognitive image memiliki pengaruh

terhadap kepuasan wisatawan, hal ini dikarenakan wisatawan tertarik terhadap

keindahan alam dan suasana yang dapat memberikan rasa puas. Senada dengan

Beerli dan Martin (2004), Lee (2015) menyatakan bahwa salah satu atribut yang

termasuk dalam cognitive image adalah keamanan yang juga besar peranannya

dalam membentuk kepuasan wisatawan. Dari hasil dua penelitian terdahulu

tersebut, penulis merumuskan hipotesis kedua sebagai berikut :

H2 : Cognitive image berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan.

2.8.3 Hubungan Cognitive Image dengan Loyalitas Wisatawan

Berdasarkan penelitian Artuger et al (2013) menunjukkan bahwa

cognitive image memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap loyalitas wisatawan

jika dibandingkan dengan affective image. Hal ini terlihat pada atribut natural

resources, infrastructure, dan social environment yang memiliki nilai lebih besar

dibandingkan dengan atribut lainnya. Wisatawan cenderung lebih tertarik pada

keindahan alam serta penduduk lokal yang ramah, sehingga wisatawan dapat

memiliki loyalitas terhadap destinasi tersebut. Senada dengan Artuger (2013),

Coban (2012) berpendapat bahwa beberapa komponen cognitive image juga harus

Page 28: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

36 Universitas Kristen Petra

dikembangkan seperti tourist attractions dan basic facilities, karena hal tersebut

yang membuat wisatawan mempunyai minat untuk berkunjung kembali. Dari

hasil dua penelitian terdahulu tersebut, penulis merumuskan hipotesis ketiga

sebagai berikut :

H3 : Cognitive image berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan.

2.8.4 Hubungan Affective Image dengan Kepuasan Wisatawan

Yuksel (2010) menyatakan bahwa affective image akan terbentuk jika

wisatawan telah melakukan kunjungan secara langsung ke destinasi yang

diinginkan. Selain itu, Huang (2006) mengemukakan bahwa kepuasan wisatawan

terletak pada daya tarik suatu daerah, keterlibatan wisatawan terhadap destinasi

tersebut, dan kualitas layanan. Kepuasan akan tercipta apabila ekspektasi sesuai

dengan kenyataan, sehingga menimbulkan citra tersendiri yang positif bagi

wisatawan. Sebaliknya, apabila ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan, maka

akan mengakibatkan citra negatif bagi wisatawan. Dari hasil dua penelitian

terdahulu tersebut, penulis merumuskan hipotesis keempat sebagai berikut :

H4 : Affective image berpengaruh terhadap kepuasan wisatawan.

2.8.5 Hubungan Affective Image dengan Loyalitas Wisatawan

Chiu (2016) mengemukakan bahwa citra destinasi yang terdiri dari dua

elemen cognitive image dan affective image dapat mempengaruhi perilaku

wisatawan untuk merekomendasikannya ke orang lain, atau berkunjung kembali

ke destinasi pariwisata. Senada dengan Chiu (2016), Hanif (2012) menyatakan

bahwa affective image berpengaruh signifikan terhadap loyalitas wisatawan.

Wisatawan yang sudah terlibat secara emosi atau perasaan (affective image)

cenderung akan bermaksud mengunjungi kembali di masa mendatang,

mengatakan hal-hal positif, dan akan merekomendasikan kepada orang lain. Dari

hasil dua penelitian terdahulu tersebut, penulis merumuskan hipotesis kelima

sebagai berikut :

H5 : Affective image berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan.

Page 29: 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pengertian Pariwisata · 2.1 Pengertian Pariwisata UNWTO mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah

37 Universitas Kristen Petra

2.8.6 Hubungan Kepuasan Wisatawan dengan Loyalitas Wisatawan

Lovelock et al. (2010) menjelaskan bahwa loyalitas sejati terletak pada

kepuasan pelanggan (wisatawan) dimana wisatawan yang sangat puas atau

menyenangi layanan cenderung menjadi pendukung yang loyal terhadap

perusahaan (destinasi pariwisata). Bentuk loyalitas tersebut dapat berupa

menggabungkan semua pembelian dengan satu penyedia layanan, dalam hal

pariwisata yaitu dengan kembali berkunjung ke suatu destinasi yang sama, dan

menyebarkan berita positif terkait destinasi. Selain itu, Prayag (2009)

menyebutkan bahwa kepuasan sangat dekat kaitannya dengan penilaian atribut

citra destinasi secara keseluruhan. Keseluruhan atribut tersebut cenderung

menghasilkan kepuasan dan tingkat loyalitas. Dari hasil dua penelitian terdahulu

tersebut, penulis merumuskan hipotesis keenam sebagai berikut :

H6 : Kepuasan wisatawan berpengaruh terhadap loyalitas wisatawan.

2.9 Model Penelitian

Berikut merupakan model penelitian hubungan antara citra destinasi,

kepuasan wisatawan, dan loyalitas wisatawan yang dijelaskan pada gambar di

bawah ini :

Gambar 2.3 Model Penelitian

Sumber : Adaptasi Beerli dan Martin (2004), Coban (2012), Artuger et al (2013)

Kepuasan

Wisatawan

(KW)

Loyalitas

Wisatawan

(LW)

H1

H4

Cognitive

Image (CI)

Affective

Image (AI)

H5

H6

H2

H3