bab ii tinjauan pustaka · 2018. 1. 30. · 1 bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep-konsep dan...

46
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi: 1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai. 3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, dan informasi pariwisata). Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf dalam Muhammad Ilyas (2009), pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala- gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep-konsep dan Definisi

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan

daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:

1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman

rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya, tata

kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung

berapi, danau, dan pantai.

3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro

perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, konvensi, perjalanan insentif dan

pameran, konsultan pariwisata, dan informasi pariwisata). Usaha sarana

pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata

Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf dalam Muhammad Ilyas

(2009), pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-

gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat

bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting

yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

2

Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik dalam Muhammad Ilyas (2009),

pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu

pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja,

dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan Kartini La Ode Unga (2011) merangkum

berbagai pendapat mengenai pariwisata yaitu, pengertian pariwisata menurut

Norval adalah keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal, dan

pergerakan penduduk asing di dalam atau di luar suatu negara, kota, atau wilayah

tertentu. Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat

pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara,

dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan

kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan

ilmu. Sedangkan menurut Musanef menambahkan bahwa pariwisata sebagai suatu

perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari satu

tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan menurut Norval dalam Yuliani (2013), adalah setiap orang yang

datang di suatu negara yang alasanya bukan untuk menetap atau bekerja di situ

secara teratur, dan membelanjakan uang yang di dapatkannya di lain tempat.

Soekadijo (2000) menambahkan wisatawan adalah pengunjung di negara yang di

kunjungi setidak-tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan motivasi:

1) Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, alasan

kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

3

2) Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.

3) Melakuakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai

utusan (ilmiah, administrative, diplomatic, keagamaan, olahraga dan

sebagainya).

4) Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau ia tinggal kurang dari 24 jam

Seorang ahli kepariwisataan berkebangsaan Inggris yang bernama

P.W.Ogilive, didalam buku yang ditulis oleh Oka A. Yoeti (1996), melihat

pariwisata dari segi bisnis sehingga memberikan definisi Wisatawan adalah semua

orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah

kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa

sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka

kunjungi tidak dengan mencari nafkah di tempat tersebut.

Menurut Hari Karyono (1997) perjalanan yang dilakukan wisatawan dapat

dibedakan berdasarkan sifat perjalanannya, yaitu:

1) Foreign Tourist (Wisatawan Mancanegara)

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu

negara lain yang bukan merupakan Negara dimana ia bisa tinggal. Wisatawan

asing disebut juga wisatawan mancanegara.

2) Domestic Foreign Tourist

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal disuatu negara karena tugas,

dan melakukan perjalanan wisatawa di wilayah negara dimana ia tinggal.

Misalnya, staf keduataan Australia yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

4

pulang ke Australia, tetapi melakukan kegiatan wisata dia Indonesia (tempat ia

bertugas)

3) Domestic Tourist (Wiswatawan Nusantara)

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam

batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

Misalnya, warga Negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali.

4) Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya

berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan

wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga Negara Indonesia yang

bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Australia, ketika liburan ia

kembali ke Indonesia dan melakukan perjalanan wisata. Jenis wisata ini

merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

5) Transit Tourist

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu yang

terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya

sendiri

6) Business Tourist

Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi

perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuan yang utama telah selesai.

Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu

bisnis selesai dilakukan.

2.1.3 Pengertian Destinasi Wisata

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

5

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan, daerah tujuan wisata yang juga disebut destinasi pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi

yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

Menurut Prof. Mariotti dalam Oka A Yoeti (1996), daerah tujuan wisata

harus memiliki hal menarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Destinasi

pariwisata harus memenuhu tiga syarat, yaitu:

1) Harus memiliki something to see, yaitu di tempat tersebut harus ada obyek dan

atraksi wisata khusus, yang berbeda dengan apa yang dimiliki daerah lain untuk

dilihat.

2) Harus menyediakan something to do, yaitu di tempat tersebut harus disediakan

fasilitas untuk melakukan kegiatan rekreasi yang dapat membuat nyaman

wisatawan

3) Harus menyediakan something to buy, yaitu tempat tersebut harus tersedia

fasilitas untuk berbelanja, terutama oleh-oleh dan barang kerajinan khas yag

dapat dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

Menurut Pendit dalam Yuliani (2013), ada beberapa jenis pariwisata yang sudah

dikenal, antara lain:

1) Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

6

ketempat lain atau keluar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan

adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.

2) Wisata kesehatan, yaitu perjalanan wisatawan dengan tujuan untuk menukar

keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan

beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

3) Wisata olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan

dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian

aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara.

4) Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-

pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,

pameran dagang dan sebagainya.

5) Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa, atau orang-prang awam ke suatu kompleks atau daerah

perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau

penelitian.

6) Wisata bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai atau

laut.

7) Wisata cagar alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh agen

atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur

wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah

pengunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-

undang.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

7

8) Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perlanan bagi pasangan-

pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus

dan tersendiri demi kenikmatan perjalan

Kualitas objek daya tarik wisata merupakan hal yang penting dalam

pariwisata. Mutu objek daya tarik wisata yang baik akan berdampak positif pada

besaran jumlah wisatawan dan lama tinggal di suatu destinasi wisata. Di dalam hal

ini persepsi wisatawanlah yang menjadi tolak ukur untuk melihat tingkat mutu

objek daya tarik wisata tersebut. James J. Spillane (1994) berpendapat bahwa suatu

objek wisata harus meliputi lima unsur penting agar wisatawan merasa puas dalam

menikmati perjalanannya, yaitu sebagai berikut.

1) Atraksi

Atraksi adalah pusat dari industri pariwisata. Atraksi merupakan sesuatu yang

mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan

untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau

memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya para wisatawan

tertarik pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Kriteria ini dapat

diuraikan menjadi beberapa indikator sebagai berikut. a. Memiliki daya tarik

wisata khususnya daya tarik wisata budaya b. Memiliki setidaknya lebih dari

satu atraksi yang memanfaatkan dan menjunjung tinggi budaya lokal

2) Fasilitas

Unsur fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi disuatu lokasi karena

fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung dan

bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

8

sama atau sesudah atraksi berkembang. Suatu atraksi juga dapat merupakan

fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan.

Menurut Gunn dan Turgut (2002), fasilitas merupakan fasilitas pelayanan dan

sarana prasarana penunjang pariwisata yang nantinya akan dapat memenuhi

kebutuhan wisatawan selama berwisata di suatu tempat. Dalam karakteristik

ini, fasilitas yang dimaksud meliputi fasilitas dasar dan penunjang kegiatan

wisata. Kriteria ini dapat diuraikan menjadi beberapa indikator sebagai berikut:

a) Memiliki fasilitas penginapan atau akomodasi setidaknya di sekitar lokasi

kampung wisata

b) Memiliki fasilitas perbelanjaan baik di dalam maupun di sekitar lokasi

kampung wisata

c) Memiliki fasilitas tempat makan setidaknya di sekitar lokasi kampung

wisata

d) Memiliki fasilitas dasar pariwisata (meliputi ruang publik, informasi,

peribadatan, keamanan, sanitasi, dll) dan fasilitas penunjang pariwisata

yang dapat mendukung pengembangan dan pensuasanaan objek daya tarik

wisata (area pertunjukkan kesenian, panggung kesenian, bangku penonton,

dll.)

e) Terdapat perbaikan atau pembangunan fasilitas penunjang kegiatan wisata

3) Infrastruktur

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

9

Unsur Atraksi dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah jika belum

terdapat infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah

dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah

4) Transportasi

Unsur transportasi meliputi unsur pengangkutan serta moda bagi wisatawan

untuk mencapai tempat wisata

5) Keramahan (Hospitality)

Unsur keramahan meliputi unsur penerimaan masyarakat lokal terhadap

wisatawan. Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum

mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting,

khususnya wisatawan asing.

Menurut Oka A. Yoeti dalam Yunia dan Petrus (2015), keberhasilan suatu

tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu

atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas (amenities).

1) Atraksi (attraction)

Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang

merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu

tempat tujuan wisata. Atraksi juga merupakan sesuatu yang dipersiapkan

terlebih dahulu agar dapat dilihat, dan dinikmati oleh wisatawan yang meliputi

tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adat, dan lain-lain.

2) Aksesibilitas (Accessibility)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

10

Aksesibilitas meliputi moda transportasi untuk mencapai tempat wisata serta

prasarana meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara. Prasarana

ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tepat dengan tempat yang lain.

Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat

transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju

transportasi optimal.

3) Fasilitas (Amenities)

Fasilitas wisata atau amenities merupakan hal-hal penunjang terciptanya

kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

2.1.4 Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Konsep pengembangan pariwisata diperkenalkan oleh Word Commission on

Environment and Development (WCAD) tahun 1987. Pengembangan berkelanjutan

adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan

kebutuhan saat ini dengan memikirkan kemampuan generasi selanjutnya untuk

memenuhi kebutuhan. Demikian pula WTO (1993) memfokuskan prinsip-prinsip

pembangunan yang mencakup:

1) Aspek ekologi yang berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak

menimbulkan efek negatif terhadap ekosistem setempat. Selain itu, konservasi

merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumber daya

alam dan lingkungan dari efek negatif kegiatan pariwisata

2) Aspek sosial yang berkelanjutan, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk

lokal untuk menyerap usaha pariwisata (industri dan wisatawan) tanpa

menimbulkan konflik sosial.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

11

3) Aspek budaya yang berkelanjutan, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi

dengan budaya wisatawan

4) Aspek ekonomi yang berkelanjutan, yaitu keuntungan yang didapat dari kegiatan

pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam perjalanan waktu, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) diadopsi kedalam konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan

(sustainable tourism development). Pembangunan pariwisata berkelanjutan

diartikan sebagai proses pembangunan pariwisata yang berorientasi untuk masa

mendatang (Michael Fagence, 2001).

Yaman dan Mohd (2004) mendefinisikan pembangunan pariwisata

berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development ditandai dengan empat

kondisi yaitu:

1) Anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perencanaan dan

pembangunan pariwisata

2) Pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan pengunjung/wisatawan

3) Kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan iklim mikro harus

dimengerti dan didukung

4) Investasi pada bentuk -bentuk transportasi alternatif.

Sedangkan indikator yang dikembangkan pemerintah RI tentang

pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sri, 2016) adalah:

1) Kesadaran tentang tanggung jawab terhadap lingkungan, bahwa strategi

pembangunan pariwisata berkelanjutan harus menempatkan pariwisata sebagai

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

12

green industry (industri yang ramah lingkungan), yang menjadi tanggung

jawab pemerintah, industri pariwisata, masyarakat dan wisatawan

2) Peningkatan peran pemerintah daerah dalam pembangunan pariwisata

3) Kemantaban/keberdayaan industri pariwisata yaitu mampu menciptakan

produk pariwisata yang bisa bersaing secara internasional, dan

mensejahterakan masyarakat di tempat tujuan wisata

4) Kemitraan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang

bertujuan menghapus/meminimalisir perbedaan tingkat kesejahteraan

wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan wisata untuk menghindari konflik

dan dominasi satu sama lain.

5) Memberi perhatian/pengembangan usaha skala kecil oleh masyarakat lokal

Burns dan Holder dalam Suwena (2010), konsep pembagunan berkelanjutan

diadaptasikan untuk pariwisata sebagai model yang mengintegrasikan lingkungan

fisik (place), lingkungan budaya (host community), dan wisatawan (visitors) yang

dikonstruksikan melalui tujuh prinsip, yaitu:

1) Lingkungan memiliki nilai hakiki yang jga bisa berfungsi sebagai asset wisata.

Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan jagka pendek tetapi juga

memikirkan generas mendatang

2) Pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktivitas positif yang memberikan

keuntungan kepada masyarakat, lingkungan, dan wisatwan itu sendiri

3) Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dibuat sedemikianrupa

sehingga lingkungan tersebut berkelanjutan untuk jangka panjang. Pariwisata

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

13

tidak boleh merusak merusak sumber daya alam agar dapat dinikmati oleh

generasi selanjutnya atau membawa dampak yang dapat diterima

4) Aktivitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala/ukuran

alam dan karakter tempat kegiatan tersebut dilakukan

5) Keharmonisan harus dibangun diantara kebutuhan wisatwan,

tempat/lingkungan, dan masyarakat.

6) Dunia yang cenderung dinamis dan penuh dengan perubahan dapat

memberikan keuntungan. Adaptasi terhadap perubahan jangan sampai keluar

dari prinsip-prinsip daerah wisata sendiri

7) Industri pariwisata, pemerintah lokal, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

pemerhati lingkungan, semuanya memiliki tugas untuk peduli pada prinsip-

prinsip diatas dan bekerja sama untuk merealisasikannya.

Selain itu, World Tourism and Travel Council (WTTC) bersama-sama

dengan World Tourism Organization dan Earth Council juga menuangkan konsep

pariwisata berkelanjutan dalam Agenda 21 untuk Industri Perjalanan dan

Pariwisata. Piagam tersebut memuat tentang beberapa prinsip dasar yang harus

diperhatikan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Adapun prinsip dan

sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1) Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan dapat

didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil

secara etika dan sosial bagi masyarakat setempat.

2) Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan

diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

14

3) Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya

masyarakat dan masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk

mengintegrasikan perencanaan pariwisata sebagai kontribusi kepada

pembangunan berkelanjutan.

4) Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan

memperkuat bantuan, langsung atau tidak langsung, kepada proyek-proyek

pariwisata yang berkontribusi kepada perbaikan kualitas lingkungan.

5) Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di

masa depan harus diberi prioritas khusus dalam hal kerjasama teknis dan

bantuan keuangan untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan.

6) Promosi / dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang sesuai

dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

7) Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan

untuk penelitian, diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang

pariwisata dan teknologi pariwisata berkelanjutan.

8) Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan

sistem pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk

transformasi sektor, dan pelaksanaan berbagai proyek percontohan dan

pengembangan program kerjasama internasional (Suardana, 2011).

Secara garis besar, indikator yang dapat dijabarkan dari karakteristik

berkelanjutan antara lain adalah lingkungan, sosial dan budaya, serta aspek

ekonomi. Artinya, industri pariwisata harus peka terhadap kerusakan lingkungan

seperti; pencemaran limbah, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

15

yang diakibatkan pembabatan hutan, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak

sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Aspek lingkungan lebih

menekankan pada kelestarian ekosistem dan biodiversitas, pengelolaan limbah,

penggunaan lahan, konservasi sumber daya air, proteksi atmosfer, dan minimalisasi

kebisingan dan gangguan visual. Selain lingkungan, sosial budaya juga menjadi

aspek yang penting diperhatikan dalam pembangunan pariwisata. Interaksi dan

mobilitas masyarakat yang semakin tinggi menyebabkan persentuhan antar budaya

semakin intensif. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang memberi

kontribusi persentuhan budaya dan antar etnik serta antar bangsa. Oleh karena itu,

penekanan dalam sosial budaya lebih kepada ketahanan budaya, integrasi sosial,

kepuasan penduduk lokal, keamanan dan keselamatan, kesehatan publik. Aspek

terakhir adalah ekonomi. Penekanan aspek ekonomi lebih kepada pemerataan usaha

dan kesempatan kerja, keberlanjutan usaha, persaingan usaha, keuntungan usaha

dan pajak, untung-rugi pertukaran internasional, proporsi kepemilikan lokal,

akuntabilitas (Subadra dan Nadra, 2006).

2.1.5 Konsep Partisipasi

Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas

sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana

dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol

secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian

mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar, sedangkan

Cohen dan Uphoff dalam Isma dan Fredian (2011) membagi partisipasi ke beberapa

tahapan, yaitu sebagai berikut:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

16

1) Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan

masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud

disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

2) Tahap pelaksanaan dimana wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan

menjadi: partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan

materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3) Tahap evaluasi, yaitu masyarakat pada tahap ini memberikan umpan balik

seperti memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi

masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu,

dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin

besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai

sasaran.

2.1.6 Konsep Partsipasi dalam Pembangunan

Sebagaimana diketahui, pembangunan pada dasarnya merupakan proses

perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan

sikap dan perilaku. Partisipasi yang semakin meningkat baik secara kualitatif

maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan

perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan media dan sarana bagi

masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Berbicara tentang partisipasi

masyarakat dalam pembangunan, orang akan menemukan rumusan pengertian yang

cukup bervariasi, sejalan dengan luasnya lingkup penggunaan konsep tersebut

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

17

dalam wacana pembangunan. Mikkelsen dalam Sutami (2009) misalnya

menginventarisasi adanya enam tafsiran yang berbeda tentang partisipasi yaitu:

1) Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut

serta dalam pengambilan keputusan;

2) Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-

proyek pembangunan;

3) Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengadung arti bahwa orang atau

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

menggunakan hal itu;

4) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para

staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar

memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial;

5) Partsipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukannya sendiri;

6) Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan

dan lingkungan mereka.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa partisipasi dalam perencanaan

lebih dimaksudkan dalam rangka memperoleh masukan tentang kondisi dan

permasalahan yang ada dalam masyarakat setempat. Masukan tersebut dapat

diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari masyarakat dan merupakan hal

yang dianggap penting bagi perumasan perencanaan terlepas dari apakah yang

merumuskan perencanaan tersebut masyarakat sendiri atau bukan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

18

Memperhatikan beberapa pengertian partsipasi dan cara untuk

mewujudkannya seperti yang sudah diuraikan tampak bahwa kriteria utama yang

digunakan untuk menentukan adanya partisipasi masyarakat adalah adanya

keterlibatan tanpa harus mempersoalkan faktor yang melatarbelakangi dan

mendorong keterlibatan tersebut. Dengan demikian, apabila latar belakang yang

mendorong keterlibatan dimasukkan sebagai kriteria, maka variasi pengertian

partisipasi tadi akan lebih mengerucut. Beberapa pihak mencoba merumuskan

pengertian partisipasi dengan memasukkan kedua kriteria tersebut. Dengan

menggunakan kedua kriteria tersebut partisipasi diartikan sebagai keterlibatan

masyarakat dalam suatu proses pembangunan yang didorong oleh determinasi dan

kesadarannnya tentang arti keterlibatannnya tersebut. Apabila yang muncul hanya

unsur keterlibatan dan tidak di dorong oleh determinasi dan kesadaran, hal tersebut

tidak masuk dalam kategori partisipasi melainkan lebih tepat disebut sebagai

mobilisasi.

Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi

dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam

identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, serta dalam evaluasi dan

menikmati hasil. Dengan partisipasi masyarakat dalam berbagai tindakan bersama

melalui aktivitas lokal telah terjadi proses belajar sosial yang kemudian dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam

tindakan bersama dan aktifitas lokal berikutnya. Dari sudut pandang yang lain,

partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga dapat berkedudukan sebagai input

sekaligus output. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

19

lebih baik sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan juga merupakan

pencerminan, bahwa dalam pembangunan masyarakat lebih memberikan fokus

perhatian pada aspek manusia dan masyarakatnya bukan semata-mata pada fisik

materiil (Sutami, 2009).

Gambar 2.1

Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Pariwisata

Sumber: Wearing dalam Heny (2013)

Wearing dalam Heny (2013) juga beranggapan bahwa masyarakat lokal

berperan penting dalam pengembangan desa wisata karena sumber daya dan

keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada komunitas tersebut merupakan

unsur penggerak utama kegiatan desa wisata. Di lain pihak, komunitas lokal yang

tumbuh dan hidup berdampingan dengan suatu objek wisata menjadi bagian dari

sistem ekologi yang saling kait mengait. Masyarakat lokal berperan sebagai tuan

rumah dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan desa wisata dalam

keseluruhan tahapan mulai tahap perencanaan, pengawasan, dan implementasi.

Ilustrasi yang dikemukakan tersebut menegaskan bahwa masyarakat lokal

berkedudukan sama penting dengan pemerintah dan swasta sebagai salah satu

pemangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata.

Pemerintah

(Fasilitator dan

Regulator)

Masyarakat

(Tuan rumah

pelaksana/objek)

Swasta

(Pelaksana/

pengembang/investor)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

20

Partisipasi masyarakat merupakan komponen terpenting dalam upaya

pertumbuhan kemandirian dan proses pemberdayaan. Pengabaian partisipasi

masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata menjadi awal dari kegagalan

tujuan pengembangan desa wisata (Nasikun, 1997). Strategi pelaksanaan partisipasi

dicapai dengan cara melibatkan masyarakat dalam sharing informasi, merumuskan

tujuan, menentukan kebijakan, mengalokasikan sumber-sumber pendanaan,

mengoperasikan program, serta mendistribusikan manfaat yang diperoleh.

Masyarakat dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga implementasi dan

pemerataan hasil-hasilnya. Berdasarkan pandangan para ahli yang telah

dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan pariwisata berbasis

masyarakat, aspek partisipasi merupakan isu mendasar. Partisipasi masyarakat

lokal merupakan pijakan awal terhadap berbagai dampak strategis yang terkait

dalam pengembangan desa wisata berbasis masyarakat. Partisipasi masyarakat

menjadi penting bagi pencapaian desa wisata yang berkelanjutan dan bagi realisasi

desa wisata yang berkualitas.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan hal yang penting

ketika diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling tahu apa

yang dibutuhkan. Partisipasi yang hakiki akan melibatkan masyarakat dalam

keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari proses perencanaan, pengambilan

keputusan, dan pengawasan program pengembangan desa wisata. Keikutsertaan

masyarakat dalam perencanaan desa wisata dapat mendorong mereka berpartisipasi

aktif dalam pelaksanaan dan pengawasan. Berikut ini akan dijelaskan partisipasi

masyarakat dalam keseluruhan tahap pengembangan sebagai berikut.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

21

1) Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan

Parameter yang digunakan untuk menentukan derajat partisipasi masyarakat

dalam tahap perencanaan adalah keterlibatan dalam identifkasi masalah,

perumusan tujuan, dan pengambilan keputusan terkait pengembangan desa

wisata.

2) Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Tahap Implementasi

Parameter partisipasi masyarakat dalam tahap implementasi adalah

keterlibatan di dalam pengelolaan usaha-usaha pariwisata, misalnya, sebagai

pengelola penginapan, pengelola rumah makan, pemandu wisata, karyawan

hotel, karyawan hotel, dan pengelola atraksi wisata. Keterlibatan masyarakat

lokal dalam tahap implentasi dalam arti pemanfaatan peluang terlihat minim.

Sekalipun wujud partisipasi itu ada, bentuknya lebih pada pengelolaan

usahausaha berskala kecil. Hal ini terlihat kontras dengan partisipasi

masyarakat luar yang memonopoli usaha berskala besar. Misalnya, dari tujuh

fasilitas wisata berupa 4 buah sarana akomodasi dan 3 buah restoran, lima di

antaranya dikelola oleh orang asing, dan hanya dua buah yang dikelola oleh

masyarakat lokal. Penyebabnya adalah karena peluang usaha tersebut

memerlukan modal besar, risiko bisnis yang tinggi, persaingan ketat, dan

menuntut kompetensi yang tinggi.

3) Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Tahap Pengawasan

Masyarakat lokal memiliki peran kontrol yang sangat substansial dalam

pengembangan desa wisata karena control terhadap proses pengambilan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

22

keputusan harus diberikan kepada mereka yang nantinya menanggung akibat

pelaksanaan pengembangan termasuk kegagalan atau dampak negatip yang

terjadi akibat pengembangan desa wisata. Oleh karena itu, kewenangan

pengambilan keputusan harus diberikan kepada masyarakat lokal. Parameter

partisipasi masyarakat dalam pengawasan adalah keterlibatan dalam tim

pengawasan berikut kewenangan yang dimiliki.

Pelaksanaan hubungan antar pemangku kepentingan tersebut terarah, peran

dan tanggug jawab masing-masing harus jelas. Peran dan kewenangan masing-

masing pemangku kepentingan dijelaskan dan digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Model Pengembangan Berbasis Partisipasi

Sumber : Heny (2013)

1) Peran dan Kewenangan Pemerintah

a) Melakukan pembinaan kualitas produk dan kemasan kerajinan dan

kuliner khas desa sebagai unsur kenangan wisata

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

23

b) Melakukan penataan dan konservasi lingkungan fisik kawasan yang

menjadi ciri khas desa wisata

c) Melakukan perbaikan/pengadaan infrastruktur persampahan dan sanitasi

d) Melakukan gerakan masyarakat untuk mewujudkan sapta pesona

e) Melakukan pembuatan informasi dan fasilitas kepariwisataan

f) Melakukan perbaikan/peningkatan kualitas ruang publik, pedestrian dan

landscape desa/lingkungan untuk mendukung sapta pesona

g) Dukungan pemberdayaan terhadap kelompok sadar wisata (Pokdarwis)

dalam pelestarian lingkungan pariwisata (kawasan Hutan, dan sawah).

2) Peran dan Kewenangan Swasta (Investor, Perguruan Tinggi, LSM, pelaku

pariwisata lainnya)

a) Melakukan promosi terintegrasi antar pengelola objek wisata untuk

menggerakkan kunjungan wisatawan antar objek wisata

b) Pembuatan dan pemasaran paket-paket wisata yang kompetitif yang

terjangkau masyarakat

c) Pelatihan kewirausahaan, pelatihan keterampilan individual terkait usaha

di bidang pariwisata (pelatihan bahasa Inggris, pelatihan hospitality,

pelatihan mengenal budaya, dan karakteristik wisatawan dalam dan luar

negeri)

d) Pengembangan kelompok usaha bersama masyarakat

e) Menjalankan bisnis perhotelan, restoran, suvenir, dan lain-lain.

3) Peran masyarakat Lokal

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

24

a) Menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas

produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional, upacara

adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran

yang memberikan daya tarik bagi pariwisata

b) Pelaku budaya, misalnya, kesenian yang menjadi salah satu daya Tarik

wisata

c) Penyedia akomodasi dan jasa pemandu wisata, penyediaan tenaga kerja,

produk makanan khas, kerajinan lokal, kesenian lokal, dan sebagainya.

4) Peran dan Kewenangan Badan Pengelola

a) Badan pengelola sebagai pengelola utama dan pengarah dalam

perlindungan, perawatan, pelestarian guna mempertahankan fungsinya

sebagai desa wisata (cultural and natural heritage)

b) Melakukan pengaturan yang diperlukan dalam rangka pengembangan

Desa Wisata

c) Menyediakan dan mengoperasikan segala fasilitas untuk menunjang

kegiatan usaha

d) Memberikan dan mecabut izin penempatan, menetapkan persyaratan-

persyaratan, dan menetapkan serta melakukan pungutan segala usaha

komersial di Desa Wisata

e) Menetapkan dan memungut biaya/retribusi dan pungutan lainnya atas

pemanfaatan fasilitas yang tersedia dan hasil seluruhnya merupakan

pendapatan badan pengelola

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

25

f) Melakukan perencanaan dalam bidang pengembangan atraksi/produk

wisata, pengembangan fasilitas wisata

g) Melakukan pengorganisasian dalam bidang penguatan dan

pengembangan kelembagaan

h) Melakukan pengarahan untuk peningkatankompetensi pengelola 0bjek

wisata agar sesuai dengan tujuan pengembangan desa wisata yang

berkelanjutan

i) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap aktivitas kepariwisataan

agar tercapainya tujuan pengembangan desa wisata yang berkelanjutan.

Keberadaan obyek wisata diutamakan agar dapat memberikan manfaat

yang nyata bagi masyarakat yang berada di sekitar obyek tersebut. Di samping

sebagai sarana rekreasi, obyek wisata harus dapat meningkatkan kesempatan kerja

dan berusaha sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Hal

ini dapat dilakukan dengan jalan memberikan prioritas pertama bagi masyarakat

sekitar untuk dapat menjadi mitra kerja atau mitra usaha dalam pengusahaan obyek

dan daya tarik wisata, antara lain dalam hal:

1) Kebersihan

2) Parkir

3) Pemandu

4) Usaha makan dan minum

5) Usaha cendra mata

6) Usaha jasa pemotretan, dan lainnya. Partisipasi merupakan salah satu

komponen dalam pembangunan masyarakat, oleh karena itu kegiatan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

26

pembangunan erat kaitannya dengan usaha membangkitkan partisipasi

masyarakat.

2.1.7 Konsep Persepsi

Persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan

menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran

keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi

dan interpretasi yang bersifat selektif. Terbentuknya persepsi dimulai dengan

pengamatan, melalui proses melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan

menerima sesuatu hal yang kemudian seseorang menseleksi, mengorganisasi, dan

menginterpretasikan informasi yang diterimanya menjadi suatu gambaran yang

berarti. Pada umumnya, persepsi ini hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan berbeda-

beda bagi orang lain. Selain itu, persepsi tidak bertahan seumur hidup, yaitu dapat

berubah sesuai dengan perkembangan pengalaman, perubahan kebutuhan, dan

sikap dari seseorang baik laki-laki maupun perempuan (Philip, 1993).

Sunaryo mengartikan persepsi adalah interpretasi sebagai suatu upaya

pemaham seseorang terhadap suatu objek, sehingga timbul reaksi terhadap orang

tersebut untuk dapat menyikapi objek tersebut. Untuk terciptanya suatu hubungan

yang positif tersebut dibutuhkan interpreter, yang bertugas sebagai pemberi

penjelasan dan penerjemah obyek yang dikunjungi. Intrerpretasi, yang dikenal

dalam istilah jerman “Verstehen” atau pemahaman, berusaha untuk menjelaskan

makna dari tindakan. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti. Maka

makna tidak dapat dengan mudah diungkapkan begitu saja. Interpretasi, secara

harfiah, merupankan proses aktif dan inventif. Dalam persepsi seseorang, ada

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

27

faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan persepsi tersebut. Menurut

Prasetijo dan Ihalauw faktor-faktor itu adalah pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-

nilai yang dianutnya, dan ekspektasi atau pengharapannya, hal ini merupakan faktor

intrinsik yaitu faktor yang berasal dari orang itu sendiri. Sedangkan faktor

eksternalnya atau yang bersal dari luar adalah tampakan produk, sifat-sifat stimulus

dan situasi lingkungan (Insun, 2015)

Kotler dalam Dilla dan Baiquni (2013) mengatakan bahwa persepsi

merupakan proses yang digunakan seseorang untuk memilih, mengorganisasi, dan

menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia

yang dimilikinya. Lebih lanjut dia menyatakan bahwa dalam pembentukan

persepsi, terdapat tiga tahapan proses yang terdiri dari:

1) Eksposur Selektif, yaitu melalui berbagai iklan yang akan disaring oleh

individu berdasarkan ketertarikannya akan sesuatu. Seseorang dapat mengingat

rangsangan yang dianggapnya menarik

2) Distorsi Selektif, menggambarkan kecenderungan orang untuk merakit

informasi kedalam pengertian pribadi. Ini menunjukan bahwa rangsangan

menarik tidak selalu datang dari arah yang diinginkan. Dalam hal ini audiensi

dapat memberikan penilaian terhadap rangsangan yang diterimanya

3) Ingatan/ Retensi Selektif, dimana orang akan melupakan apa yang mereka

pelajari tetapi akan mengingat apa yang mendukung sikap dan kepercayaan

mereka. Dalam artian, dalam diri orang tersebut akan muncul keinginan untuk

mencoba produk yang ditawarkan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

28

Gaspersz (1997) menambahkan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang, antara lain: pengalaman masa lalu; keinginan;

dan pengalaman dari teman-teman. Pengalaman masa lalu (terdahulu) dapat

mempengaruhi seseorang karena manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang

sama dengan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Sementara itu, keinginan

dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal membuat keputusan, karena

manusia akan cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan

pengalaman yang telah dialaminya, sehingga hal ini jelas mempengaruhi persepsi

seseorang

2.1.8 Definisi Kesejahteraan

Pengertian kesejahteraan menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata

sejahtera yang mempunyai makna aman, sentosa, makmur, dan selamat (terlepas

dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya). Kata sejahtera

mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “catera” yang berarti payung.

Dalam konteks kesejahteraan, “catera” adalah orang yang sejahtera, yakni orang

yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau

kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.

Kesejahteraan oleh sebagian masyarakat selalu dikaitkan dengan konsep kualitas

hidup. Konsep kualitas hidup merupakan gambaran tentang keadaan kehidupan

yang baik. World Health Organization mengartikan kualitas hidup sebagai sebuah

persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan

sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

29

perhatian terhadap kehidupan. Konsep ini memberikan makna yang lebih luas

karena dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, dan

hubungan sosial individu dengan lingkungannya (Adi, 2012).

Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2009, mengenai kesejahteraan

Sosial menjelaskan juga tentang arti dari kesejahteraan. Kesejahteraan didefinisikan

sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual

yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan jasmani,

rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila (Ibid

dalam Agung, 2014)

Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subjektif dimana setiap orang

mempunyai pedoman, tujuan hidup dan cara hidup yang berbeda-beda pula

terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan (Sukirno, 1985)

Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama tahun 1990,

pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan

yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang

terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan,

dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat

hidup secara layak. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui

pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan

sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Untuk menghitung indeks masing-

masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti Ketiga

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

30

dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor.

Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir.

Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator

angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi

hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap

sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per

kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk

hidup layak (Badan Pusat Statistik, 2017). Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar

kualitas hidup yang terlihat dalam Tabel 2. 2

Tabel 2.1 Batas Maksimum dan Minimum Komponen IPM

No Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan

1 Angka Harapan

Hidup (Tahun) 85 25 Standar UNDP

2 Angka Melek

Huruf (Persen) 100 0 Standar UNDP

3 Rata-rata Lama

Sekolah (Tahun) 15 0

4 Daya Beli

(Rupiah PPP) 732.720a 300.000 (1996)

Pengeluaran per

Kapita Riil

Disesuaikan

Sumber: Badan Pusat Statistik (2017)

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) membagi

kesejahteraan keluarga ke dalam pemenuhan tiga kebutuhan yakni: (Astuti, dkk,

2017)

1) Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari variabel pangan, sandang,

papan & kesehatan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

31

2) Kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri dari

variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan

eksternal

3) Kebutuhan pengembangan (Development needs) yang terdiri dari variabel

tabungan, pendidikan khusus, akses terhadap informasi

Setiap aspek kehidupan dalam keluarga diupayakan untuk mencapai

kesejahteraan keluarga. Indikator dari ketercapaian kesejahteraan keluarga dengan

terpenuhinya segala kebutuhan. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan hidup

merupakan tuntutan bagi semua keluarga. Maslow dalam Amanaturrohim (2015)

mengidentifikasikan kebutuhan dalam bentuk yang hierarkis kedalam lima

tingkatan yaitu;

1) Kebutuhan fisik (physical need), adalah kebutuhan akan makan, minum,

tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi,

maka tubuh manusia tidak akan berfungsi.

2) Kebutuhan rasa aman (safety need), adalah kebutuhan akan kebebasan dari

ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan

3) Kebutuhan sosial (sosial need), adalah kebutuhan kehidupan sosial dan rasa

cinta, yakni: kebutuhan akan teman, afiasi, interaksi dan cinta. Pada tahap ini

seseorang akan berusaha membangun sebuah hubungan dengan orang

sekitarnya.

4) Kebutuhan harga diri (estem need), adalah kebutuhan akan penghargaan diri

dan penghargaan dari orang lain

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

32

5) Kebutuhan perwujudan diri (self-actualization need), adalah kebutuhan untuk

memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan,

keahlian dan potensi.

2.2 Teori yang Relevan

2.2.1 Teori Kesejahteraan

Teori kesejahteraan tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua

pengertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan merujuk pada individu atau

kelompok, sedangkan tingkat kesejahteraan mengacu pada komunitas atau

masyarakat luas. Tingkat kesejahteraan meliputi pangan, pendidikan, kesehatan,

kadang juga dikaitkan dengan kesempatan kerja, perlindungan hari tua,

keterbebasan dari kemiskinan dan sebagainya. Kesejahteraan merupakan

representasi yang bersifat kompleks karena multidimensi, mempunyai keterkaitan

antar dimensi dan ada dimensi yang direpresentasikan. Perumusan tentang batasan

antara substansi kesejahteraan dan representasi kesejahteraan ditentukan oleh

perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara

yang tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global.

Teori kesejahteraan masyarakat pada dasarnya dibedakan menjadi dua

(Albert dan Hannel, 1999), yaitu: teori kesejahteraan sosial dan teori kesejahteraan

ekonomi. Teori kesejahteraan sosial dapat digolongkan menjadi classical

utilitarian, neoclassical welfare theory, dan new contractarian approach.

Pendekatan classical utilitarian menekankan pada kesenangan (pleasure) atau

kepuasan (utility). Tingkat kesenangan berbeda yang dirasakan oleh individu yang

sama dapat dibandingkan secara kuantitatif. Prinsip bagi individu adalah

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

33

meningkatkan sebanyak mungkin tingkat kesejahteraannya. Neoclassical welfare

theory mempopulerkan prinsip pareto optimality dalam teori kesejahteraan. Prinsip

pareto optimality merupakan kondisi tercapainya keadaan kesejahteraan sosial

maksimum, yang juga merupakan fungsi kesejahteraan dari semua kepuasan

individu. Pada hakikatnya, tingkat kesejahteraan secara umum tidak hanya merujuk

pada tingkat kesejahteraan secara ekonomi semata dengan pencapaian kepuasan

individu secara maksimal, tetapi juga melibatkan seluruh aspek kehidupan atau

lingkungan sosialnya. Samuelson dalam Swasono (2005) menyatakan bahwa

sebenarnya telah ada welfare economics baru yang tidak semata-mata berdasar pada

kriteria ekonomi sempit, tetapi telah mengandung nilai-nilai etika. Dengan

demikian, dalam tataran social welfare, untuk mencapai sosial optimum, perlu

mencari pendekatan baru. Artinya, sejak titik tolak awalnya, preferensi individu

tidak lagi diasumsikan berdimensi kepentingan tunggal, tetapi sebagai multipartius.

Beberapa pandangan menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang

sangat terkait dengan tingkat kepuasan (utility) dan kesenangan (pleasure) yang

dapat diraih dalam kehidupannya. Guna mencapai tingkat kesejahteraan yang

diinginkan, dibutuhkan perilaku (behavioral) yang dapat memaksimalkan tingkat

kepuasannya sesuai sumber daya yang tersedia. Salvatore (1997) mengemukakan

teori ekonomi kesejahteraan secara mikro, yaitu teori ekonomi kesejahteraan

mempelajari berbagai kondisi cara penyelesaian dari model ekuilibrium umum. Hal

ini memerlukan antara lain adalah alokasi optimal faktor produksi di antara

konsumen. Alokasi faktor produksi dikatakan pareto optimal jika proses produksi

tidak dapat diatur lagi sedemikian rupa guna menaikkan output suatu komoditi

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

34

tanpa harus mengurangi output komoditi lain, karenanya teori ekonomi

kesejahteraan merupakan cara penyelesaian dari model ekuilibrium umum di mana

alokasi faktor produksi di antara komoditi didistribusikan secara optimal

Kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat direpresentasikan dari

tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya

kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang

lebih tinggi, dan peningkatan tingkat produktivitas masyarakat. Kesemuanya itu

merupakan cermin dari perbaikan tingkat pendapatan masyarakat golongan

menengah ke bawah. Todaro dan Stephen (2006), secara lebih spesifik

mengemukakan bahwa fungsi kesejahteraan (welfare) dengan persamaan sebagai

berikut:

W = w (Y, I, P)……………………………………………………………..……(1)

dimana W adalah kesejahteran, Y adalah pendapatan per kapita, I adalah

ketimpangan, dan P adalah kemiskinan absolut. Ketiga variabel ini mempunyai

signifikansi berbeda, dan selayaknya dipertimbangkan secara menyeluruh untuk

menilai kesejahteran di negara-negara berkembang. Berkaitan dengan fungsi

persamaan kesejahteraan di atas, dapat diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial

berhubungan positif dengan pendapatan per kapita, namun berhubungan negatif

dengan kemiskinan absolut dan tingkat ketimpangan.

Tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya kemiskinan, tingkat

kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan

peningkatan produktivitas masyarakat. Semua itu merupakan cerminan dari

peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan menengah ke bawah. Adapun

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

35

pengertian mengenai kesejahteraan keluarga di Indonesia oleh pemerintah selama

ini dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu pertama, Tipe Keluarga Prasejahtera

adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik

dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara

layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum memperhatikan masalah kesehatan

lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah tempat tinggal dan

masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. Kedua, Tipe Keluarga

Sejahtera. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga,

mampu menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah

menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, tidak rentan terhadap

penyakit, mempunyai tempat tinggal dan tidak.

2.2.2 Hubungan Antar Variabel

1) Hubungan Partisipasi Masyarakat dengan Keberlanjutan Pariwisata

Pengembangan industri pariwisata agar maju dan berkembang secara

maksimal memerlukan adanya keterlibatan dari semua pihak baik pemerintah

maupun masyarakat. Masyarakat seharusnya tidak lagi ditempatkan sebagai objek

yang hanya menerima apa yang diputuskan dari \pemerintah, tetapi masyarakat

pada saat ini juga harus dilibatkan sebagai subjek dalam kerangka mengembangkan

pariwisata (Adi Hendrik dalam Ma’rifatul Kholifah, 2015). Tidak dapat dipungkiri

bahwa masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan

keberhasilan pengembangan pariwisata. Hal tersebut karena keterlibatan

masyarakat akan menyebabkan timbulnya dukungan terhadap pariwisata oleh

masyarakat sehingga industri pariwisata akan dapat berkembang dengan maksimal.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

36

Kajian destinasi wisata ditentukan oleh keberadaan partisipasi masyarakat

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan destinasi wisata

(Tosun, 2006). Aref et al (2010) berpendapat bahwa masyarakat menjadi komponen

penentu dalam pengembangan daerah wisata. Pendapat tersebut didukung oleh

penelitian Godfrey dan Clarke dalam Michael et al (2013) menyimpulkan bahwa

komunitas lokal merupakan komponen strategis yang berfungsi melaksanakan (1)

pelayanan, (2) penyedia akomodasi, (3) penyedia transportasi, (4) pelestarian

lingkungan alam, dan (5) memberikan dukungan budaya

Menurut Timothy (1999) ada dua perspektif dalam melihat partisipasi

masyarakat dalam pariwisata. Kedua perspektif tersebut adalah (1) partisipasi

masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan, dan (2) berkaitan dengan

manfaat yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Secara umum

partisipasi dapat dimaknai sebagai hak warga masyarakat untuk terlibat dalam

proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan pembangunan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Timothy menekankan

perlunya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dengan

mengakomodasi keinginan dan tujuan masyarakat lokal dalam pembangunan serta

kemampuannya dalam menyerap manfaat pariwisata.

Partisipasi masyarakat sangat penting mengingat saat ini sering dijumpai

fenomena di berbagai daerah, yaitu terdapat banyak potensi daya tarik wisata tidak

berhasil diwujudkan menjadi destinasi wisata, disebabkan karena terjadinya

perebutan sumber daya alam termasuk sumber air dan sumber daya lainnya yang

membawa konflik antar masyarakat dengan pengelola destinasi wisata (Jamal dan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

37

Stronza, 2009). Kendala lain yang dihadapi adalah rendahnya kualitas sumber daya

akan menghambat kemampuan komunitas lokal dalam membangun komunikasi

dengan wisatawan, sehingga menjadi hambatan lingkungan komunitas dalam

mendukung keberadaan destinasi wisata (Arun dan Clark, 1999). Dengan demikian,

persoalan partisipasi masyarakat dan kebelanjutan destinasi wisata, keduanya

merupakan komponen yang harus disinergikan jika destinasi wisata dapat

diwujudkan dengan berhasil.

2) Hubungan Kebijakan Pemerintah dengan Keberlanjutan Pariwisata

Konsep pembangunan berkelanjutan tidak hanya memerlukan partisipasi

masyarakat, tetapi pemerintah harus turut mengambil peran yang lebih besar dan

tanggung jawab dalam perencanaan pariwisata (Lisa, 2013). Pemerintah sekarang

biasanya mencoba untuk menyeimbangkan antara prioritas ekonomi, lingkungan,

dan warga setempat untuk mendapatkan dukungan politik dengan tujuan

pengembangan pariwisata (Bill, 2011). Dukungan tersebut tidak dapat dicapai tanpa

kepercayaan penduduk setempat dalam pemerintahan. Dari perspektif politik,

pariwisata ditargetkan oleh banyak daerah berkembang sebagai cara menunjukkan

kemandirian dan pentingnya negara di mata dunia. Dalam konteks pariwisata,

politik ekonomi menunjukkan bahwa penting bagi pemerintah untuk

mempertahankan legitimasi dan mempengaruhi dalam proses pemerintahan dengan

memastikan bahwa warga setempat mendukung kebijakan (Yi dan Bill, 2012).

Pemerintah adalah aktor utama dalam proses politik pembangunan

pariwisata. Pemerintah mengontrol industri melalui kementerian, lembaga-lembaga

lain, peraturan perundang-undangan, dan inisiatif pendanaan (James, 1997).

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

38

Menurut Hall dalam Aleksandra dan Tamara (2014) pemerintah memiliki tujuh

fungsi dalam pengembangan pariwisata, yaitu koordinasi, perencanaan, undang-

undang dan peraturan, kewirausahaan, stimulasi, pariwisata sosial, dan peran

perlindungan kepentingan umum.

Kekhawatiran perekonomian juga merupakan alasan utama bagi pemerintah

untuk campur tangan dalam sektor pariwisata. Menurut Mill and Morrison dalam

Hall (2000) ada lima bidang utama keterlibatan sektor publik dalam pariwisata yaitu

koordinasi, perencanaan, perundang-undangan dan peraturan, kewirausahaan dan

stimulasi. 1) Koordinasi; pariwisata yang terdiri dari berbagai macam sektor sering

menimbulkan konflik kepentingan, maka koordinasi dalam pemanfaatan sumber

daya sangat penting. Selain itu penyeimbangan berbagai peran dalam proses

pengembangan pariwisata menjadi tanggung jawab pemerintah. 2) Perencanaan;

perencanaan pariwisata terjadi dalam bentuk pengembangan, infrastruktur, promosi

dan pemasaran, struktur (organisasi yang berbeda-beda) dan skala (internasional,

nasional, lokal dan sektoral). Perencanaan pariwisata harus berjalan seiring dengan

kebijakan pariwisata. Tetapi dalam pembentukan kebaijakan, perencanaan

merupakan proses politik yang hasilnya bisa menjadi dominasi bagi kepentingan

dan nilai berbagai pihak. 3) Peraturan dan perundang-undangan; pemerintah

mempunyai kekuasaan hukum dan undang-undang yang secara langsung maupun

tidak langsung berkaitan dengan industri pariwisata. Keterlibatan pemerintah mulai

dari kebijakan paspor dan visa, pemanfaatan lahan, tenaga kerja, upah dan lainnya.

5) Stimulasi; pemerintah dapat melakukan stimulasi pariwisata melalui insentif

secara financial seperti pinjaman berbungan rendah (Theobald, 2005). Membiayai

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

39

penelitian pariwisata, menstimulasi pariwisata melalui pemasaran, promosi, dan

pelayanan pada pengunjung. Menurut Mildleton dalam Hall (2000), pemasaran

merupakan fungsi dominan dalam kebijakan penyelenggaraan pariwisata

Peran dan kewenangan pemerintah dalam pariwisata diterapkan melalui

pembinaan kualitas produk dan kemasan kerajinan dan kuliner khas desa sebagai

unsur kenangan wisata, penataan dan konservasi lingkungan fisik kawasan yang

menjadi ciri khas desa wisata, melakukan perbaikan/pengadaan infrastruktur

persampahan dan sanitasi, melakukan gerakan masyarakat untuk mewujudkan sapta

pesona, melakukan pembuatan informasi dan fasilitas kepariwisataan, melakukan

perbaikan/peningkatan kualitas ruang publik, pedestrian dan landscape

desa/lingkungan untuk mendukung sapta pesona, dan memberikan pemberdayaan

terhadap kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dalam pelestarian lingkungan

pariwisata (Heny,2013). Joanne et al (2009) menambahkan pemerintah berperan

untuk, (1) mengkondisikan ketertiban dan keamanan masyarakat, (2) penataan

regulasi tata ruang, dan (3) pengembangan perencanaan pariwisata. Dalam rangka

pengembangan destinasi wisata di sebuah kawasan tertentu, pemerintah lokal lebih

banyak berperan dalam menyediakan antara lain, (1) pendanaan, (2) menyediakan

fasilitas atraksi, seperti pembangunan museum, galeri, taman rekreasi, serta (3)

penyediaan infrastruktur dan seterusnya.

Siagian dalam Mudrajad Kuncoro (2004) berpendapat bahwa peran

pemerintah adalah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis,

koordinator pemerintah daerah dapat bertindak sebagai kordinator untuk

menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategistrategi bagi pembangunan di

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

40

daerahnya, fasilitator pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui

perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya dan stimulator pemerintah daerah

dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-

tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke

daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di

daerah tersebut. Pitana dan Gayatri (2005), mengemukakan pemerintah daerah

memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai

motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai

motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan, fasilitator, sebagai

fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran pemerintah adalah menyediakan

segala fasilitas yang mendukung segala program pengembangan pariwisata.

3) Hubungan Keberlanjutan Pariwisata dengan Kesejahteraan Masyarakat

Secara garis besar, indikator yang dapat dijabarkan dari karakteristik

berkelanjutan antara lain adalah lingkungan, sosial dan budaya, serta aspek

ekonomi. World Tourism and Travel Council (WTTC) bersama-sama dengan

World Tourism Organization dan Earth Council juga menyimpulkan konsep

pariwisata yang dicita-citakan masyarakat harus menekankan pada keberlanjutan

pengembangan suatu kawasan pariwisata pada tiga aspek yaitu, ekologi, ekonomi,

dan sosial budaya. Sehingga dibutuhkan perencanaan yang terpadu oleh semua

stakeholder dalam pelaksanaannya (Suardana, 2011).

Menurut Boediono (1982) bahwa hubungan antara perkemabangan

kepariwisataan dengan ekonomi masyarakat bila suatu daerah di bangun tempat-

tempat wisata maka secara tidak langsung penduduk sekitar akan mengalami

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

41

dampak pertumbuhan ekonomi, karena tempat-tempat wisata tersebut akan menarik

lapangan pekerjaan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

tempat wisata tersebut.

Tersedianya objek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas yaitu sarana dan

prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah wisata,

serta tersedianya fasilitas pariwisata yang dapat memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Maka, bisa dikatakan bahwa wilayah tersebut akan dapat

dikembangkan dengan hasil yang baik.

2.3. Keaslian Penelitian

Hasil penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan perbandingan dan

referensi dalam suatu penulisan. Adapun studi empirik terdahulu yang mendukung

terhadap penelitian yang akan dilakukan disajikan sebagai berikut:

1) Keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan proses pembangunan sangat

penting mengingat basis dari pengembangan pariwisata ini adalah masyarakat,

peran serta dan partisipasinya. Masyarakat dalam kegiatan pariwisata

seharusnya tidak lagi dipandang sebagai objek pariwisata, tetapi juga sebagai

subjek pelaksana yang mendukung kegiatan pariwisata. Keterlibatan

masyarakat dapat dengan cara memberikan informasi, masukan dan arahan

pengembangan pariwisata, memberikan bantuan dana, waktu dan tenaga serta

ikut serta dalam pemeliharaan kelestarian lingkungan untuk mendukung

kegiatan pariwisata. Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa partisipasi

masyarakat mampu menciptakan produk-produk kepariwisataan yang

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

42

mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar internasional

sehingga mampu meningkatkan dan mewadahi potensi masyarakat dan potensi

pariwisata di daerah wisata untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

selama ini mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian. (Andi, 2011)

2) Penelitian yang dilakukan oleh Liedewij (2013) memaparkan hal-hal apa saja

yang dilakukan oleh masyarakat yang terlibat dalam proyek-proyek Community

Based Tourism (CBT), baik di tingkat individu maupun di tingkat masyarakat

di Thailand. Proyek CBT ini pada umumnya menyiratkan keterlibatan dari

masyarakat lokal yang tinggi di tahapan perencanaan dan pengembangan

pariwisata. Artinya dalam proyek tersebut masyarakat bukan hanya sekedar

sebagai individu yang hanya mendiami suatu kawasan tetapi juga harus terlibat

atau berkontribusi (partisipasi). Pengukuran pada penelitian ini adalah melihat

tingkat kepuasan penduduk setempat yang dianalisis dengan fokus pada tiga

jenis dampak, yaitu: lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penduduk setempat telah membuat sebuah proyek

pariwisata berbasis masyarakat untuk melindungi sumber daya, serta untuk

mendapatkan keuntungan ekonomi dari pariwisata budaya. Saat dievaluasi

terkait dampak sosial, ekonomi dan lingkungan, warga sebagian besar memberi

tanggapan sangat positif. Terdapat banyak keluarga berpartisipasi dalam

program homestay dan bahkan lebih banyak yang terlibat dalam kegiatan

pariwisata seperti pertunjukan tari dan menyediakan masakan

3) Permasalahan utama dalam pengembangan objek wisata adalah persepsi

wisatawan mengenai aksesibilitas dan ancaman bencana. Aksesibilitas objek

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

43

wisata yang kurang mendukung, jalan menuju lokasi rusak, minimnya angkutan

umum yang menjangkau lokasi objek wisata dan ancaman bencana berpengaruh

terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata karena dapat

mengganggu kenyamanan wisatawan. Sehingga penelitian yang dilakukan oleh

Hestara (2013) menyimpulkan persepsi wisatawan terhadap objek wisata akan

mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan

4) Dari kondisi yang didapatkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Marulam

(2012) ditarik beberapa kesimpulan bahwa kondisi pariwisata yang kurang

menggembirakan, hal ini disebabkan beberapa sarana pendukung dan kegiatan

wisata di lokasi penelitian kurang memuaskan para wisatawan yang berkunjung

ke lokasi penelitian. Selain itu promosi wisata Danau Toba – Parapat masih

sangat minim serta atraksi dan kegiatan wisata di Parapat danau Toba sangat

minim dan bahkan tidak tersedia. Hal ini menjelaskan bahwa persepsi

wisatawan terhadap objek wisata berpengaruh positif terhadap jumlah

kunjungan wisatawan

5) Regina (2015) menjelaskan bahwa pendapat masyarakat mengenai promosi

yang dilakukan pemerintah daerah Minahasa tidak maksimal. Hal tersebut dapat

dilihat dari segi sarana-prasarana hanya memiliki sebuah panggung seni dan

budaya, beberapa sarana untuk santai bagi wisatawan, dan juga sarana-

prasarana telah rusak. Kesimpulan lain dari penelitian ini adalah kinerja dinas

kebudayaan dan pariwisata kabupaten minahasa tenggara terbilang kurang

berperan dalam pengembangan dan pembagunan objek-objek wisata yang ada

di kabupaten minahasa tenggara, karena menurut pengamatan penelitian

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

44

pembangunan dan pengembangan dilakukan hanya pada saat dilaksanakannya

festival Benlak saja dan tidak akan berkelanjutan.Kurangnya dukungan

pemerintah akan menghambat pengembangan potensi wisata.

6) Dampak yang ditimbulkan oleh pengembangan pariwisata Desa Adat

Penglipuran menurut penelitian Agus (2011) yaitu berdampak positif. Desa

Wisata membuka peluang usaha bagi masyarakat sebagai penyedia kebutuhan

bagi wisatawan. Selain pemasukan berupa hasil penjualan cinderamata,

Masyarakat Desa Penglipuran juga memperoleh masukan dari retribusi yang

dibayarkan oleh wisatawan saat memasuki objek wisata. Sehingga

pengembangan pariwisata akan meningkatkan kesejahteraan masyaraka desa

wisata.

7) Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Irianto (2011) mengenai dampak

pariwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di gili trawangan

kecamatan pemenang kabupaten Lombok Utara adalah, kegiatan pariwisata ini

memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar, pengaruh positif dapat

dilihat dari meningkatnya pendapatan masyarakat setempat dan membuat

pendapatan pemerintah daerah meningkat sehingga daerah wisata ini perlu

dijaga kelestarian dan keindahannya untuk lebih menarik para wisatawan

khususnya para wisatawan asing.

8) Achadiat (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis

dampak ekonomi wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat di Pulau

Tidung. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang diolah

secara kuantitatif maupun kualitatif, yang diperoleh dengan cara pengamatan

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

45

dan wawancara langsung kepada responden. Karakteristik sosial ekonomi

wisatawan dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jensi pekerjaan, pendapatan

per bulan, asal daerah, cara kedatangan wisatawan, dan jumlah rombongan.

Kesimpulannya, secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah

memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Dampak ekonomi ini terjadi

karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan

dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 1. 30. · 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep dan Definisi 2.1.1 Pengertian Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata

46